You are on page 1of 11

GAMBARAN PERAN KELUARGA TERHADAP PENDERITA TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA DATAR


KECAMATAN HAMPARAN PERAK
KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA
2013

Farida1, Eddy Syahrial2, Lita Sri Handayani2


1
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
2
Staf Pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Email : farida_maniz82@yahoo.com

Abstract

Tuberculosis (TB) is a cronik infeksius disease is contagious. Indonesia is ranked


third after India and China in contributing to the number of TB cases in te world. The role of
family is very effective and efficient in supporting the healing of tuberculosis patients
because it is not put forward in the form of material reward in ret but motivated by the
perceived family closeness by sincere devotion, patience, love, compassion and responsibility
as the implementasi of the value of faith. This is descriptive study with a quantitative
approach. Results quantitatively analyzed descriptively portrayed in the percentage. The
samples taken were 44 respondents using total sampling technique. Results showed te
majority of respondents were female as many as 59,1%. The majority of respondents were
aged 44-49 years of age. Education respondents are mostly elementary school and majority of
respondents work is a housewife. Respondents role in preventing tuberculosis in the middle
category as 77,3%. Respondents role in the process of tuberculosis treatment in the middle
category as 90,9%. Respondents in order to fulfill the role of nutrition in the middle category
as 70,5%. Expected to families in order to improve the prevention of transmission of
tuberculosis in the family. In addition to enhanced performance clinic Kota Datar health
workers in providing information about tuberculosis and can empower family members of
patient with tuberculosis to be an active part of te cure of tuberculosis.

Keyword : Te role of family, tuberculosis


PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TBC) masih di Benua Asia 3,7 kali lebih banyak


merupakan masalah kesehatan diberbagai daripada Afrika
negara didunia. Dalam kurun sejarah ( Achmadi, 2008).
manusia, perang melawan penyakit WHO memperkirakan bahwa
tuberkulosis seperti tiada putus-putusnya. jumlah seluruh kasus didunia akan
Ribuan tahun silam seperti ditunjukan oleh meningkat dari 7,5 juta pada tahun 1990
tulang-belulang peninggalan masa menjadi 10,2 juta pada tahun 2000. Di
prasejarah di Jerman (8000 SM), TBC negara industri, uang, sumber daya,
diketahui sudah menyerang penduduk pada standar hidup yang tinggi, dan kemoterapi
zamannya. Dari fosil yang digali dari sisa- yang dipakai luas selama 40 tahun
sisa peradaban Mesir Kuno, juga terdapat belakangan ini, telah membantu
bukti-bukti bahwa 2.500-1.000 tahun SM, mengurangi tuberkulosis menjadi suatu
penyakit ini sudah menjadi masalah masalah yang relatif lebih kecil. Namun,
kesehatan (Achmadi, 2008). dinegara-negara miskin, tuberkulosis tetap
TBC menyerang sepertiga dari 1,9 merupakan masalah besar hampir sama
miliar penduduk dunia dewasa ini. Setiap seperti sediakala (Crofton, 2002).
detik ada 1 orang yang terinfeksi TBC Laporan TBC dunia oleh WHO
didunia. Setiap tahun terdapat 8 juta tahun 2006, pernah menempatkan
penderita TBC baru, dan akan ada 3 juta Indonesia sebagai penyumbang terbesar
meninggal setiap tahunnya. 1 % dari nomor tiga didunia setelah India dan China
penduduk dunia akan terinfeksi TBC dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000
setiap tahun. Satu orang memiliki potensi jiwa dengan jumlah kematian 101.000 jiwa
menular 10 sampai 15 orang dalam 1 pertahun. Bahkan diperkirakan, dari setiap
tahun. Ada beberapa hal yang menjadi 100.000 penduduk terdapat 130 penderita
penyebab semakin meningkatnya penyakit dengan kuman positif pada dahaknya,
TBC didunia antara lain karena artinya di negara kita setiap tahunnya akan
kemiskinan, meningkatnya penduduk muncul 130 orang penderita baru yang
dunia, perlindungan kesehatan yang tidak dapat menularkan penyakit pada
mencukupi, kurangnya biaya untuk sekitarnya. Sedangkan pada tahun 2009
berobat, serta adanya epidemi HIV Indonesia menduduki peringkat ke lima
terutama di Afrika dan Asia (Notoatmodjo dunia setelah India, China South Afrika
2007). dan Nigeria dengan jumlah prevalensi
Dewasa ini di berbagai negara 285/100.000 penduduk. Sepertiga dari
maju, TBC hampir dikatakan sudah dapat jumlah tersebut terdapat disekitar
dikendalikan, meski peningkatan angka- Puskesmas, pelayanan Rumah sakit/klinik
angka HIV merupakan ancaman potensial pemerintah dan swasta, praktik swasta dan
terhadap merebaknya kembali TBC di sisanya belum terjangkau unit pelayanan
negara maju. Di negara maju diperkirakan kesehatan (Depkes, 2010).
hanya 10 hingga 20 kasus di antara Menurut data Survei Kesehatan
100.000 penduduk, sedangkan angka Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, TB
kematian hanya berkisar antara 1 sampai 5 paru merupakan penyebab kematian ketiga
kematian per 100.000 penduduk. terbesar setelah penyakit kardiovaskuler
Sementara di Afrika diperkirakan dan penyakit saluran pernafasan, dan
mencapai 165 kasus baru diantara 100.000 merupakan nomor satu terbesar dalam
penduduk, dan di Asia 110 diantara kelompok penyakit infeksi. Bakteri
100.000 penduduk. Namun mengingat Mycobakterium tuberculosis menyerang
penduduk Asia lebih besar dibandingkan sebagian besar perempuan usia produktif
Afrika, jumlah absolut yang terkena TBC (15-50). Penyebab kematian perempuan
akibat TBC lebih banyak daripada akibat yang panjang. Data terakhir yang
kehamilan, persalinan dan nifas. Penyakit ditemukan pada bulan April 2013 bahwa
TBC menyerang sebagian besar kelompok ada 2 orang penderita yang dinyatakan
usia kerja. Penyakit TBC dapat menular kambuh (Profil Dinas Kesehatan Deli
lewat percikan dahak yang keluar pada Serdang, 2011).
saat batuk, bersin atau berbicara karena Keluarga atau rumah tangga adalah
penularannya melalui udara yang terhirup unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu
saat bernafas. Diperkirakan, satu orang untuk mencapai perilaku kesehatan
menderita TBC BTA positif yang tidak masyarakat yang sehat maka harus dimulai
diobati akan menulari 10-15 orang setiap dimasing-masing keluarga. Di dalam
tahunnya (Depkes RI, 2008). keluargalah mulai terbentuk perilaku-
Penyakit paru erat kaitannya perilaku masyarakat (Ali, 2010).
dengan sanitasi lingkungan rumah, Anggota keluarga sangat efektif
perilaku, tingkat pendidikan dan jumlah dan efisien dalam mendukung
penghasilan keluarga. Sanitasi rumah penyembuhan penderita TBC karena tidak
sangat mempengaruhi keberadaan bakteri mengedepankan reward berupa materi
Mycobakterium tuberculosis, dimana sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh
bakteri dapat hidup selama 1-2 jam bahkan kedekatan keluarga yang disadari oleh
sampai beberapa hari hingga berminggu- pengabdian yang tulus, iklas, sabar, cinta,
minggu tergantung ada tidaknya sinar kasih sayang dan tanggung jawab sebagai
matahari, ventilasi, kelembaban, suhu, implementasi nilai keyakinan (Marni,
lantai dan kepadatan penghuni rumah 2007).
(Achmadi, 2008). Penderita TBC bisanya berasal dari
Selain faktor-faktor yang keluarga dengan status sosial-ekonomi
mempengaruhi kejadian penyakit TBC yang rendah. Makin buruk keadaan sosial-
diatas, faktor perilaku juga berpengaruh ekonomi masyarakat, maka makin jelek
pada kesembuhan dan bagaimana nilai gizi dan higiene lingkungannya yang
mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak akan menyebabkan rendahnya daya tahan
menyebarkan bakteri Mycobakterium tubun mereka, sehingga memudahkan
tuberculosis. Dimulai dengan perilaku menjadi sakit seandainya mendapatkan
hidup sehat dengan tidak meludah penularan. Keadaan gizi yang jelek, selain
sembarangan, menutup mulut dengan sapu mempersulit penyembuhan juga
tangan atau tissue apabila batuk atau bersin memudahkan kambuhnya kembali TBC
sebagai upaya pencegahan dini penyakit yang sudah reda. Dalam hal ini keluarga
TBC (Ramadhani, 2012). sangat memiliki peran karena anggota
Wilayah kerja Puskesmas Kota keluarga yang menderita penyakit TBC
Datar Kabupaten Deli Serdang merupakan akan mengalami penurunan
daerah endemi TBC. Data penemuan BTA produktivitasnya dalam berusaha (Irianto,
positif pada tahun 2010 yaitu 33 2004).
penderita, pada tahun 2011 sebanyak 42 Menurut Noviadi, 1999 ( dalam
penderita dan pada tahun 2012 sebanyak Rusmani Asih, 2002), peran keluarga
44 penderita . Dari hasil survei dilapangan dapat dilakukan adalah pengawasan
yang dilakukan pada bulan Desember 2012 menelan obat, pengawasan penampungan
terhadap 12 orang penderita TBC dahak, membantu membersihkan alat-alat
diketahui 8 orang menjalani pengobatan makan dan minum penderita, menepati
secara teratur dan dinyatakan sembuh jadwal kontrol. Sementara jika hubungan
sedangkan 4 orang berobat tidak teratur emosional dengan dokter atau perawat
tetapi masih menjalani pengobatan, hal ini kurang bagus, misalnya; kurang ramah,
disebabkan oleh karena tidak tahan kaku, kelihatan marah, kurang dekat, maka
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu peran keluarga dapat memberikan motivasi
agar penderita dapat terjalin hubungan Manfaat Penelitian
emosional yang baik dengan petugas Adapun manfaat penelitian adalah sebagai
kesehatan (Perawat dan Dokter). berikut :
Keluarga yang merupakan salah 1. Sebagai masukan kepada Puskesmas
satu sasaran primer dalam promosi Kota Datar agar dapat meningkatkan
kesehatan seharusnya dapat diberdayakan pelayanan kesehatan dengan
karena meningkatkan keterampilan setiap memberdayakan keluarga penderita
anggota keluarga agar mampu memelihara TBC melalui upaya promosi kesehatan
dan meningkatkan kesehatan mereka bagi keluarga penderita TBC.
sendiri adalah sangat penting. 2. Sebagai masukan informasi bagi
Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan masyarakat khususnya keluarga
dengan memberikan pengetahuan sehingga penderita TBC dalam rangka
memiliki kemampuan yang baik terhadap pencegahan, motivasi dan
cara-cara memelihara kesehatannya, meningkatkan kesadaran penderita TBC
mengenal penyakit-penyakit dan untuk berperilaku hidup sehat.
penyebabnya, mampu mencegah penyakit 3. Sebagai informasi kepada penderita
dan mampu mencari pengobatan yang TBC agar menyadari sekaligus
layak bilamana anggota keluarganya sakit menerapkan perilaku hidup sehat dalam
(Irianto, 2004). kehidupan sehari-hari.
4. Sebagai pengembangan keilmuan dalam
Permasalahan bidang kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan TBC.
Berdasarkan latar belakang maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana gambaran peran keluarga METODE PENELITIAN
terhadap penderita TBC di wilayah kerja
Jenis Penelitian yang digunakan
Puskesmas Kota Datar Kecamatan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
Hamparan Perak tahun 2013.
dengan pendekatan kuantitatif. Untuk
mengetahui gambaran peran keluarga
Tujuan Penelitian
terhadap penderita TBC di Wilayah kerja
Tujuan umum
Puskesmas Kota Datar.
Penelitian ini bertujuan untuk
Penelitian ini dilakukan di wilayah
mengetahui gambaran peran keluarga
kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan
terhadap penderita TBC di Puskesmas
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Kota Datar Kabupaten Deli Serdang tahun
Populasi dalam penelitian ini adalah
2013.
semua keluarga penderita TBC yang
memiliki peran terhadap penderita TBC
Tujuan Khusus
yang mendapatkan paket TBC Paru di
Untuk mengetahui peranan
wilayah kerja Puskesmas Kota Datar pada
keluarga secara fisik dalam hal:
tahun 2012, yaitu 44 orang.
1. Upaya pencegahan penyakit TBC di
wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Aspek pengukuran dalam
Kecamatan Hamparan Perak. penelitian ini didasarkan pada jawaban
2. Proses pengobatan penderita TBC di responden terhadap pertanyaan dari
wilayah kerja Puskesmas Kota Datar kuesioner yang sesuai dengan skor yang
Kecamatan Hamparan Perak. telah ditetapkan. Nilai dijumlahkan dan
3. Upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkatan
penderita TBC di wilayah kerja yaitu tingkat baik, sedang dan kurang
Puskesmas Kota Datar Kecamatan (Arikunto, 2006).
Hamparan Perak.
Peran keluarga dalam proses
pengobatan penderita TBC diukur melalui
a. Peran Keluarga dalam Upaya 18 pertanyaan.
pencegahan penyakit TBC
 Pada pertanyaan nomor 1 dan 16 setiap
Peran keluarga dalam Upaya jawaban yang kurang mendukung diberi
pencegahan penyakit TBC diukur melalui nilai 1, jawaban yang mendekati benar
15 pertanyaan dengan menggunakan skala diberi nilai 2, dan jawaban yang benar
Thurstone (Ridwan, 2005). diberi nilai 3.
 Pada pertanyaan no 1,2,3,8,9,10,11,12  Pada pertanyaan 2,3 dan 14 jika
dan 13 jawaban yang salah diberi nilai 0 responden mampu memberi 1-2
dan jawaban yang benar bernilai 1. jawaban diberi nilai 1, jika mampu
memberi 3-4 jawaban diberi nilai 2 dan
 Pada pertanyaan 4,5,6,7 dan 15 jika
jika mampu memberi ˃4 jawaban diberi
responden mampu memberi 1-2
nilai 3.
jawaban diberi nilai 1, jika mampu
memberi 3-4 jawaban diberi nilai 2 dan  Pada pertanyaan nomor 5 dan 18 jika
jika mampu memberi ˃4 jawaban diberi respon mampu memberi 1-2 jawaban
nilai 3. diberi nilai 1, jika mampu memberi 3-5
jawaban diberi nilai 2 dan jika mampu
 Pada pertanyaan 14 jika responden
memberi ˃5 diberi nilai 3.
mampu memberi 1 jawaban diberi nilai
1, jika mampu memberi 2 jawaban  Pada pertanyaan no
diberi nilai 2 dan jika mampu memberi 7,8,9,10,11,12,13,17 dan 19 jawaban
3 jawaban diberi nilai 3. yang salah diberi nilai 0 dan jawaban
Dari pengukuran diatas diperoleh nilai yang benar bernilai 1.
tertinggi 37.  Pada pertanyaan nomor 4 dan 6
Berdasarkan jumlah nilai yang ada jawaban yang tidak mendukung diberi
dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori nilai 0,jawaban yang kurang
yaitu: mendukung diberi nilai 1, dan jawaban
yang mendukung diberi nilai 2.
1. Peran keluarga baik, apabila nilai
yang diperoleh ˃75% dari nilai  Pada pertanyaan 15 jika responden
tertinggi seluruh pertanyaan dengan mampu memberi 1 jawaban diberi nilai
total nilai 37 yaitu ˃ 27 1, jika mampu memberi 2 jawaban
diberi nilai 2 dan jika mampu memberi
2. Peran keluarga sedang, apabila nilai 3 jawaban diberi nilai 3.
yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan Dari pengukuran diatas diperoleh nilai
total nilai 37 yaitu ˃ 16-27. tertinggi 55.

3. Peran keluarga kurang, apabila nilai Berdasarkan jumlah nilai yang ada
yang diperoleh ˂ 45% dari nilai dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori
tertinggi seluruh pertanyaan dengan yaitu:
total nilai 37 yaitu ˂ 16
1. Peran keluarga baik, apabila nilai
yang diperoleh ˃75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan
b. Peran keluarga dalam Proses total nilai 55 yaitu ˃ 42.
Pengobatan Penderita TBC
2. Peran keluarga sedang, apabila nilai 3. Peran keluarga kurang, apabila nilai
yang diperoleh 45-75% dari nilai yang diperoleh ˂ 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan tertinggi seluruh pertanyaan dengan
total nilai 55 yaitu ˃ 25-42. total nilai 55 yaitu ˂ 24.

3. Peran keluarga kurang, apabila nilai


yang diperoleh ˂ 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
total nilai 55 yaitu ˂ 25.

Jenis kelamin responden


c. Peran keluarga dalam Pemenuhan
Gizi Penderita TBC
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Peran keluarga dalam pemenuhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
gizi penderita TBC diukur melalui 15
No Jenis Frekuensi %
pertanyaan.
Kelamin
 Pada pertanyaan 1,2,3,4,5,6,8 dan 10 1 Laki-laki 18 40.9
jika responden mampu memberi 1-2 2 Perempuan 26 59.1
jawaban diberi nilai 1, jika mampu Total 44 100,0
memberi 3-4 jawaban diberi nilai 2 dan Dari Tabel di atas diketahui bahwa
jika mampu memberi ˃4 jawaban diberi sebagian responden berjenis kelamin
nilai 3. perempuan yaitu sebanyak 26 orang (59,1
%), dan sebagian responden berjenis
 Pada pertanyaan no 9,12 dan 15 kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 orang
jawaban yang salah diberi nilai 0 dan (40,9 %).
jawaban yang benar bernilai 1.

 Pada pertanyaan nomor 7,11,13 dan 14


jawaban yang tidak mendukung diberi
nilai 0,jawaban yang kurang
mendukung diberi nilai 1, dan jawaban
yang mendukung diberi nilai 2.
Dari pengukuran diatas diperoleh nilai
tertinggi 55.
Usia Responden
Berdasarkan jumlah nilai yang ada
dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori
yaitu: Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Usia
1. Peran keluarga baik, apabila nilai No Usia Frekuensi %
yang diperoleh ˃75% dari nilai (Tahun)
tertinggi seluruh pertanyaan dengan 1 20-25 tahun 5 11,4
total nilai 55 yaitu ˃ 41. 2 26-31 tahun 6 13,6
2. Peran keluarga sedang, apabila nilai 3 32-37 tahun 7 15,9
yang diperoleh 45-75% dari nilai 4 38-43 tahun 8 18,2
tertinggi seluruh pertanyaan dengan 5 44-49 tahun 18 40,9
total nilai 55 yaitu ˃ 24-41. Total 44 100,0
Dari tabel di atas diketahui bahwa No Penghasilan Frekuensi %
sebagian besar responden berusia 44-49 1 <=500000 3 6,8
tahun yaitu sebanyak 18 orang (40,9 %), 2 600000- 23 52,3
sedangkan sebagian kecil responden 1000000
berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 5 3 1100000- 13 29,5
orang (11,4%). 2000000
4 >=2100000 5 11,4
Total 44 100,0
Pendidikan Renponden Dari tabel di atas diketahui bahwa
sebagian besar penghasilan responden
Tabel 3. Distribusi Frekuensi adalah Rp. 600.000-1000000 yaitu
Responden Berdasarkan Pendidikan sebanyak 23 orang (52,3%), sedangkan
N Pendidikan Frekuan % sebagian kecil penghasilan responden
o si adalah dibawah Rp. 500.000 yaitu
1 SD 18 40,9 sebanyak 3 orang (6,8%).
2 SMP 12 27,3
3 SMA/SMEA 14 31,8 Tingkat Peran Responden dalam Upaya
Total 44 100,0 Pencegahan Penyakit TBC.

Dari tabel di atas diketahui bahwa Tabel 6. Distribusi Kategori Upaya


sebagian besar pendidikan responden Pencegahan Penyakit TBC
adalah SD yaitu sebanyak 18 orang No Kategori Frekuensi %
(40,9%), sedangkan sebagian kecil 1 Sedang 34 77,3
pendidikan responden adalah SMP yaitu 2 Kurang 10 22,7
sebanyak 12 orang (27,3%). Total 44 100,0
Dari tabeldiatas dapat diketahui bahwa
Pekerjaan Responden sebanyak 34 responden (77,3%) memiliki
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Responden peran dalam kategori sedang dan 10
Berdasarkan Pekerjaan Keluarga responden lainnya (22,7%) memiliki peran
No Pekerjaan Frekuensi % dalam kategori yang kurang.
1 Ibu Rumah 17 38,6
Tangga (IRT)
2 Petani 16 36,4 Tingkat Peran Responden dalam Proses
3 Wiraswasta 11 25,0 Pengobatan Penderita TBC
Total 44 100,0
Tabel 7. Distribusi Kategori Proses
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian
Pengobatan Penderita TBC
besar pekerjaan responden adalah Ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 17 orang No Kategori Frekuensi %
(38,6%), sedangkan sebagian kecil 2 Sedang 40 90,9
pekerjaan responden adalah wiraswasta 3 Kurang 4 9,1
yaitu sebanyak 11 orang (25,0%). Total 44 100,0
Dari tabel dapat diketahui bahwa sebanyak
Penghasilan Responden 40 responden (90,9%) memiliki peran
dalam kategori sedang dan 4 responden
lainnya (9,1%) memiliki peran dalam
kategori yang kurang.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Penghasilan Tingkat Peran Responden dalam Upaya
Keluarga Pemenuhan Nutrisi Penderita TBC
Tabel 8. Distribusi Kategori Upaya memiliki pekerjaan dibandingkan dengan
Pemenuhan Nutrisi Penderita TBC responden yang tidak memiliki pekerjaan.
No Kategori Frekuensi % Hal ini dikarenakan pekerjaan akan
1 Baik 1 2,3 mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
2 Sedang 31 70,5 kesehatan dan dapat mencerminkan sedikit
3 Kurang 12 27,3 banyaknya informasi yang diterima.
Total 44 100,0 Dengan demikian informasi tersebut dapat
digunakan untuk mencari pelayanan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kesehatan.
sebanyak 31 responden (70,5%) memiliki Hasil penelitian yang dilakukan oleh
peran dalam kategori sedang, 12 responden Rusmani Asih menunjukan bahwa
(27,3%) memiliki peran dalam kategori sumbangan terbesar dari seluruh variabel
yang kurang dan 1 responden (2,3%) terhadap proses pengobatan ada pada
memiliki peran dalam kategori baik. peran keluarga dibandingkan dengan
Didalam pencegahan penyakit TBC faktor lainnya. Artinya disamping faktor
tidak hanya petugas kesehatan saja yang petugas medis, pasien, obatnya, dan teknik
berperan tetapi juga peran keluarga sangat serta cara pengobatan, maka peran
berpengaruh dalam proses penyembuhan keluarga sangat penting untuk membantu
penderita TBC. Hal ini sesuai dengan kelancaran pasien dalam manjalani
fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan terapinya. Bagaimanapun pentingnya
kesehatan yaitu keluarga mempunyai pengobatan, faktor peran keluarga dalam
fungsi melaksanakan praktek asuhan proses pengobatan akan lebih efisien dan
keperawatan untuk mencegah terjadinya efektif dibandingkan oleh petugas medis
gangguan kesehatan atau merawat anggota ataupun kader lingkungannya.
keluarga yang sakit (Aditama,2002). Peran responden terhadap penderita
Peran responden terhadap penderita TBC dalam proses pengobatan penderita
TBC di wilayah kerja puskesmas kota TBC diwilayah kerja Puskesmas Kota
datar diketahui belum baik, hal ini Datar masih belum baik, hal ini
disebabkan oleh karena tingkat pendidikan disebabkan oleh karena peran keluarga
responden yang masih rendah yaitu yang belum maksimal dalam mendukung
berpendidikan SD.Pendidikan sangat proses pengobatan dan ketaatan penderita
penting untuk meningkatkan wawasan TBC yang rendah dalam menjalani proses
seseorang. Begitu juga dengan pendidikan pengobatan. Faktor- faktor yang
kesehatan yang dapat membuat seseorang menyebabkan rendahnya ketaatan
mampu meningkatkan kontrol dan penderita TBC adalah tingkat pendidikan,
memperbaiki kesehatan individu serta jarak puskesmas yang jauh, efek samping
melakukan perubahan secara suka rela obat dan rejimen pengobatan.
dalam tingkah laku individu. Notoatmodjo Surya Darma (2012) yang
(2003) menyatakan bahwa pendidikan menjelaskan bahwa Gizi yang cukup serta
kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk istirahat yang penuh pada penderita TBC
memberikan dan meningkatkan ini sangat dianjurkan. Hal ini akan
pengetahuan, sikap dan praktek memperkuat sistem pertahanan tubuh
masyarakat dalam memelihara dan sehingga kuman TBC tidak ada lagi
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. ditubuh kita. Makanan yang mengandung
Selain pendidikan yang rendah, protein tinggi seperti telur, susu dan
pekerjaan juga mempengaruhi tingkat makanan lain yang cukup tinggi kadar
peran responden terhadap upaya proteinnya sangat diperlukan. Penggunaan
pencegahan penyakit TBC. Responden obat yang lama membuat enzim-enzim
yang memiliki perilaku pencegahan yang dihati mengalami defisiensi dan kerusakan
baik kebanyakan dari responden yang maka kualitas enzim-enzim tersebut harus
kita pertahankan. Salah satu upaya yang sedikit banyaknya mempengaruhi
dapat dilakukan adalah memberikan informasi yang diterimanya.
makanan yang tinggi protein dimana ini
sebagai komponen pembuat enzim.  Tingkat ekonomi keluarga yang rendah
sehingga mempengaruhi daya beli
Peran responden terhadap penderita keluarga dalam memenuhi kebutuhan
TBC dalam upaya pemenuhan nutrisi nutrisi penderita.
diwilayah kerja Puskesmas Kota Datar
masih belum baik, hal ini disebabkan oleh SARAN
karena tingkat ekonomi yang rendah yang
berpengaruh terhadap daya beli keluarga.  Perlunya upaya untuk meningkatkan
kinerja petugas di Puskesmas Kota
Dari penghasilan keluarga yang berkisar
antara Rp.600.000 - Rp.1000.000 dapat Datar dalam memberikan informasi
atau penyuluhan tentang penyakit TBC
diketahui bahwa keluarga tersebut belum
sanggup memenuhi kebutuhan bagi kepada masyarakat dan dapat
memberdayakan anggota keluarga
penderita TBC yang membutuhkan asupan
makanan yang tinggi karbohidrat dan penderita TBC agar berperan aktif
terhadap kesembuhan penderita TBC.
tinggi protein. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi pendapatan keluarga yang Disamping itu diharapkan juga kepada
petugas Puskesmas agar lebih aktif
akan mempunyai dampak terhadap pola
hidup sehari-hari diantaranya konsumsi menjaring suspek TBC diwilayah kerja
Puskesmas Kota Datar.
makanan yang bergizi. Keluarga yang
memiliki UMR akan mengkonsumsi  Diharapkan kepada Kepala Puskesmas
makanan yang bergizi rendah, sehingga Kota Datar agar merencanakan suatu
menyebabkan gizi kurang dan mudah Program yang dapat mendukung
terserang infeksi seperti TBC. pemberdayaan keluarga dan dapat
KESIMPULAN DAN SARAN berjalan setiap bulannya, seperti
sosialisai atau penyuluhan pada setiap
Peran keluarga secara fsikis yang meliputi desa. Sehingga dapat mempengaruhi
upaya pencegahan, proses pengobatan dan Program Penanggulangan Penyakit
upaya pemenuhan nutrisi terhadap TBC yang sudah berjalan.
penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas
Kota datar berada dalam kategori  Menerapkan upaya pencegahan
“sedang”. Hal ini disebabkan oleh karena : penularan penyakit TBC pada keluarga
melalui tindakan menutup mulut ketika
 Tingkat pendidikan yang rendah batuk, tidak membuang dahak
sehingga menyebabkan pengetahuan sembarangan tempat, alat makan dan
dan wawasan keluarga kurang terhadap tempat tidur terpisah dari anggota
penyakit TBC. keluarga lainnya dan menjemur kasur
pada terik matahari.
 Responden tidak memiliki pekerjaan.
Dalam penelitian ini dapat dilihat  Penyakit TBC merupakan penyakit
bahwa responden yang memiliki infeksi yang sangat menular dan
pekerjaan lebih memahami tentang memerlukan pengobatan yang intensif.
penyakit dan lebih sering Namun pengobatan TBC akan lebih
memanfaatkan pelayanan kesehatan baik lagi apabila tidak hanya
dibanding responden yang tidak memberikan obat TBC, tapi juga
memiliki pekerjaan. Disamping itu dipertimbangkan untuk pemberian
responden yang memiliki pekerjaan asupan gizi pada penderita TBC untuk
mendukung kesembuhan penyakitnya.
Harnowo, Putro Agus, 2012..Pantangan
dan Anjuran untuk Penderita
DAFTAR PUSTAKA TBC
(http://www.health.detik.com. 26
Achmadi, FU, 2008. Manajemen
Maret 2012).
penyakit berbasis wilayah.
Aditama, YT, 2002.Tuberkulosis, Hegner, Barbara R,2003. Asisiten
Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Keperawatan. Buku Kedokteran
Jakarta. EGC. Jakarta.
Ali, Z, 2010. Dasar-Dasar Pendidikan
Kesehatan Masyarakat dan Irianto, K, 2004. Gizi dan Pola Hidup
Promosi Kesehatan. Trans Info Sehat, Cet.I. Yrama Widya. Bandung.
Media. Jakarta. Marni, Ribka Limbu, 2007. Peran Keluarga
Sebagai Pengawas Minum Obat
Alsagaff, Hood, 1989. Pengantar Ilmu (PMO) Dalam Mendukung Proses
Penyakit Paru. Airlangga Pengobatan Penderita TB Paru.
University Press, Surabaya.
Misnadiarly, 2006. Mengenal, Mencegah,
Andayani, H, 2009. Motivasi Belajar dan Menanggulangi TBC paru,
Sumber-Sumber Informasi Ekstra paru, anak dan pada
tentang Kesehatan Reproduksi kehamilan. Jakarta.
dengan Perilaku Seksual
Remaja. Nadesul, H, 2006. Sehat itu Murah.
(http://www.skripsistikes.wordpres Penerbit Buku Kompas.
s.com diakses 1 November 2013). Notoadmojdo, S, 2003. Pendidikan dan
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Cipta, Jakarta.
Revisi VI. PT. Rineka Cipta, ,2007. Kesehatan
Jakarta Masyarakat, Ilmu dan Seni.
Catur, 2012. Imunisasi BCG, Tujuan, PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Manfaat, Lokasi penyuntikan. ,2005. Metodologi
(www. Namanakbayi.com diakses Penelitian Kesehatan. Rineka
2 November 2013). Cipta, Jakarta.
Departeman Kesehatan RI, 2007. Pramudiarja, 2012. Hubungan Rokok
Pedoman Nasional dengan TBC.
Penanggulangan Tuberkulosis. (www.ppti.info/2012).
Jakarta.
Prawira, Eka, 2013. Penderita TB Harus
, 2008. Konsumsi Makanan Bergizi
Modul Program Penanggulangan Lebih Banyak.(http://www.
Tuberkulosis dan ISTC. Jakarta. Liputan 6.com diakses Kamis, 25
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Maret 2013).
Subdin P2P, 2006. Pedoman Ramadhani, Artika, 2012. Pengaruh
Nasional Penanggulangan Pelaksanaan Pengawas Menelan
Tuberkulosis, Jakarta. Obat (PMO) terhadap konversi
Dinkes Deli Serdang, 2011. Profil Dinas BTA(+) pada pasien TBC di
Kesehatan Deli Serdang. RSDK. Universitas Diponegoro,
Sumatera Utara. 2012.
Rahmawati,
2005.HubunganPeranKeluargaT
erhadapRutinitas.http://www.digi
lid.umm.ac.id.

Ridwan, 2005. Skala-skala Pengukuran


Variabel-variabel Penelitian.
Alfabeta, Bandung.
Setyowati, Sri, 2007. Asuhan
Keperawatan Keluarga. Mitra
Cendikia, Jogjakarta.
Siswoyo, A, 2013. Cara Mengobati
Penyakit TBC yang Menyerang
Paru-Paru.
(http://www.kompas.com diakses
tanggal 4 November 2013)
Somantri, Irman, 2008. Asuhan
Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Salemba Medika,
Jakarta.
Syakira, 2012. Gambaran Pelaksanaan
Tugas Pengawas Minum Obat
dan Kepatuhan Pasien Penderita
TBC dalam Mengkonsumsi
Obat. Universitas Negeri
Gorontalo.
Prihanto, J, 2009. Hubungan antara
tingkat pendidikan, pekerjaan
dan tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan TB paru di
Puskesmas Sawangan Depok.
Universitas Pembangunan Nasional
Veteran.

You might also like