You are on page 1of 10

TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 2

 
PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL
MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL
MINING OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)

Sophie  Dhinda  Aulia  Brahmana*)  


Budiman  Ginting**)  
Mahmul  Siregar***)  

ABSTRACT

Investment dispute between states and national of other states are settled through international
arbitration (ICSID). ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes) is an autonomous
international institution Because of the provisions of this, British Company Churchill Mining who have a
Investment dispute with Indonesian Government filed a lawsuit against the government of Indonesia at
the International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID).
Writing method used to compile this paper is the normative legal research or library research, by
collecting material from books, magazines, papers, internet, legislation and other scholarly writings which
closely related with the intent and purpose of the preparation of this paper.
The results of this paper it can be concluded that, the foreign investors who have an Investment
Dispute with other state like Churchill Mining Plc can settle their Investment Dispute through ICSID. This
provision is based on Indonesian Law No. 25 of 2007 about investment and Indonesian Law No. 5 of
1968 concerning the approval of the Convention on the Settlement of Investment Disputes between
States and Nationals of Other States.

Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa, Arbitrase Internasional, ICSID, Churchill Mining

________________________________________

PENDAHULUAN negeri dengan melakukan perjanjian joint venture


(joint venture agreement). Penanam modal asing
Penanaman modal asing di Indonesia maupun penanam modal dalam negeri yang
pengaturannya terdapat pada Undang-Undang hendak melakukan joint venture ini haruslah
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman terlebih dahulu membuat kontrak.
Modal. Menurut Pasal 1 angka 3 UU tersebut, Dalam suatu perjanjian joint venture salah
Penanaman modal asing adalah kegiatan satu hal terpenting yang perlu diperhatikan
menanam modal untuk melakukan usaha di adalah tahap penegakan hukum kontrak. Hal ini
wilayah Negara Republik Indonesia yang penting apabila timbul dan terjadi sengketa
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang penanaman modal sehubungan dan berkaitan
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun dengan pelaksanaan dan realisasi dari perjanjian
yang berpatungan dengan penanam modal dalam joint venture, sehingga jelaslah hukum apa yang
negeri. berlaku dan penyelesaian sengketa apa yang
Kegiatan penanaman modal asing digunakan. Dimana penegakan hukum atau
biasanya dilakukan oleh penanam modal asing penyelesaian sengketa yang dipilih oleh para
dengan menanamkan modalnya pada pihak sesuai dengan apa yang disepakati oleh
perusahaan dalam negeri, jadi dengan bentuk
usaha patungan (joint venture) antara penanam
modal asing dengan penanam modal dalam
 
para pihak baik menyangkut pilihan hukum Disputes between States and Nationals of Other
maupun pilihan forum.1 States (Konvensi tentang Penyelesaian
Penyelesaian sengketa penanaman Perselisihan Penanaman Modal antara Negara
modal di Indonesia pengaturannya terdapat pada dengan Warga Negara Asing) atau sering disebut
Bab XV Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Konvensi Washington, Pemerintah Indonesia
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pada telah meratifikasi Konvensi Washington tersebut
Pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa penyelesaian dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968
sengketa terlebih dahulu diselesaikan dengan tentang Persetujuan atas Konvensi tentang
cara musyawarah dan mufakat. Namun sesuai Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal
dengan Pasal 32 ayat (2) maka apabila tidak antara Negara dengan Warga Negara Asing.3
dicapai kesepakatan maka dapat dilakukan Dalam prakteknya dapat dilihat bahwa
penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau banyak sengketa penanaman modal yang
arbitrase (alternatif penyelesaian sengketa) terdapat di Indonesia yang penyelesaiannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dilakukan melalui jalur arbitrase, khususnya
undangan. Dalam hal sengketa terjadi antara melalui arbitrase internasional. Salah satunya
pemerintah dengan penanam modal dalam negeri adalah Kasus Churchill Mining Plc yang pada
maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui saat ini penyelesaiannya sedang dilakukan
pengadilan atau arbitrase dan apabila sengketa melalui arbitrase internasional atau ICSID
antara pemerintah dengan penanam modal asing (International Centre for Settlement of Invesment
maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui Dispute), dimana Perusahan tambang milik
arbitrase internasional, namun kesemuanya Inggris yaitu Churchill Mining Plc yang melakukan
harus berdasarkan kesepakatan oleh kedua perjanjian usaha patungan (joint venture
belah pihak, ketentuan ini terdapat pada Pasal 32 agreement) dengan Grup Ridlatama yang
ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang tentang terdapat di Kutai Timur ini, menggugat
Penanaman Modal.2 Pemerintahan Indonesia untuk mengganti
Penyelesaian sengketa penanaman kerugian sebesar USD 2 miliar, karena izin kuasa
modal asing di Indonesia terdapat pertambangannya, dicabut oleh Bupati
kecenderungan dan keinginan bahwa pilihan Kabupaten Kutai Timur, maka dari kasus ini, perlu
forum penyelesaian sengketa yang disepakati dikaji penyelesaian sengketa apa yang digunakan
dan dipilih sebagai forum penyelesaian sengketa Churchill Mining Plc, serta melihat apa akibat
adalah arbitrase. Hal ini dikarenakan atau dampak yang timbul dari penyelesaian
penyelesaian sengketa melalui arbitrase sengketa penanaman modal yang dilakukan
dirasakan lebih praktis, cepat, dan murah. melalui arbitrase internasional atau ICSID
Bahkan negara-negara masyarakat hukum (International Centre for Settlement of Invesment
internasional telah membentuk arbitrase khusus Dispute) terhadap iklim penanaman modal di
mengenai penyelesaian sengketa penanaman Indonesia.
modal, yaitu ICSID (International Center for
Settlement of Investment Dispute) dimana PERUMUSAN MASALAH
pembentukannya diprakarsai oleh Direktur
Eksekutif Bank Dunia (World Bank) melalui Penyelesaian sengketa penanaman
Convention on the Settlement of Investment modal asing melalui arbitrase internasional yaitu
                                                                                                                        ICSID (International Centre for Settlement of
*)
Penulis. Invesment Dispute) merupakan penyelesaian
**)
Dosen Pembimbing I.
***) sengketa yang digunakan bagi penanam modal
Dosen Pembimbing II.
1
Ahmad Shofin Nuzil, Arbitrase sebagai asing yang bersengketa dengan suatu negara
penyelesaian sengketa dalam penanaman modal penerima modal. Churchill Mining Plc yang
asing, http://www.scribd.com/doc/25167579/Arbitrase-
Sebagai-ian-Sengketa-Dalam-Penanaman-Modal-                                                                                                                        
3
Asing, hal 4, diakses tanggal 12 Oktober 2012 Amirizal, Hukum Bisnis : Deregulasi dan Joint
2
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Venture di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1996),
Pasal 32 hlm.124
 
SOPHIE DINDA, PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
2
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL MINING OLEH PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 3

merupakan penanam modal asing di bidang kegiatan usaha tertentu (seperti halnya usaha
pertambangan di Indonesia, sedang menggugat pembiayaan, perseroan yang didirikan dalam
Indonesia ke lembaga ICSID. Oleh karena itu, rangka penanaman modal, dan lain-lain),
permasalahan dalam skripsi ini adalah dapat menentukan jumlah minimum modal
bagaimana ketentuan serta mekanisme Perseroan yang lebih besar daripada
melakukan kegiatan penanaman modal di bidang ketentuan modal dasar.4
pertambangan asing di Indonesia, bagaimana 2. Bidang usaha
ketentuan penyelesaian sengketa penanaman a. Bidang usaha yang terbuka
modal dalam perundang-undangan di bidang Berdasarkan Bab VII Pasal 12 ayat (1)
penanaman modal di Indonesia, dan bagaimana Undang-Undang Penanaman Modal
penyelesaian sengketa penanaman modal menentukan bahwa semua bidang usaha
melalui arbitrase internasional dalam perkara atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan
pencabutan izin kuasa pertambangan antara penanaman modal, kecuali bidang usaha
Churchill Mining Plc dengan Pemerintah Daerah atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
Kabupaten Kutai Timur. dan terbuka dengan persyaratan. 5
b. Bidang usaha yang tertutup mutlak
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (absolut)
Pengertian tertutup mutlak dalam hal ini
Bagi penanam modal asing yang hendak adalah bahwa modal asing dilarang
menanamkan modalnya di bidang pertambangan masuk dengan alasan-alasan tertentu.
di Indonesia, maka terdapat ketentuan serta Bidang usaha yang tertutup secara mutlak
mekanisme yang harus dipenuhi oleh penanaman bagi penanaman modal asing adalah
modal. Bahwa penanam modal yang hendak sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat
menanamkan modalnya harus memenuhi (2) Undang-Undang Penanaman Modal
ketentuan serta syarat-syarat agar dapat yaitu :
melakukan penanaman modal di bidang 1) produksi senjata, mesiu, alat peledak,
pertambangan. Syarat-syarat yang harus dan peralatan perang; dan
dipenuhi antara lain: 2) bidang usaha yang secara eksplisit
1. Jumlah modal minimum dinyatakan tertutup berdasarkan
Penanaman modal secara langsung dapat undang-undang.
dilakukan dengan mendirikan suatu c. Bidang usaha yang terbuka dengan
perusahaan yang biasanya berbentuk badan persyaratan
hukum yaitu Perseroan Terbatas. Perseroan Disebutkan bahwa terdapat bidang usaha
terbatas pada saat mendirikannya maka akan yang terbuka bagi penanaman modal,
membutuhkan modal. Pada saat perseroan namun pemberlakuannya dengan
didirikan, sekurang-kurangnya modal dasar persyaratan berdasarkan kriteria tertentu
yang harus disetor minimal Rp50.000.000,00 sebagaimana ketentuan Pasal 12 ayat (5)
(lima puluh juta rupiah) hal ini sesuai dengan Undang-Undang Penanaman Modal, yaitu
ketentuan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang “penetapan bidang usaha yang terbuka
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan dengan persyaratan berdasarkan kriteria
Terbatas, dan paling sedikit 25% (dua puluh kepentingan nasional, yaitu perlindungan
lima persen) dari modal dasar sebagaimana sumber daya alam, perlindungan,
dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan pengembangan usaha mikro, kecil,
dan disetor penuh (Pasal 33 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan                                                                                                                        
4
Terbatas), dengan pengecualian Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentan
Perseroan Terbatas, Pasal 32 dan 33
sebagaimana pada Pasal 32 ayat (2) untuk 5
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman
perseroan terbatas yang bergerak pada Modal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm.134
 
 
menengah, dan koperasi (UMKMK), c. KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas)
pengawasan produksi dan distribusi, d. IKTA (Izin Kerja Tenaga Kerja Asing)8
peningkatan kapasitas teknologi, 5. Divestasi/pengalihan saham kepada warga
partisipasi modal dalam negeri, serta kerja negara Indonesia
sama dengan badan usaha yang ditunjuk Menurut ketentuan Pasal 97 ayat 1 Peraturan
Pemerintah”.6 Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yang
3. Badan hukum PT (Perseroan Terbatas) merupakan Perubahan atas Peraturan
Penanaman modal asing yang hendak Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
menanamkan modalnya di Indonesia wajib Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
dilakukan dengan cara mendirikan Mineral dan Batu Bara, ditentukan bahwa
perusahaan penanaman modal dengan setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi,
bentuk Perseroan Terbatas, hal ini sesuai maka penanam modal asing yang melakukan
dengan perintah dari Undang-Undang Nomor investasi di bidang pertambangan wajib
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. melakukan divestasi sahamnya secara
Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 bertahap, sehingga pada tahun kesepuluh
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sahamnya paling sedikit 51% (lima puluh satu
menyebutkan bahwa penanaman modal asing persen) harus dimiliki peserta Indonesia.
wajib dalam bentuk perseroan terbatas Dengan dialihkannya saham tersebut kepada
berdasarkan hukum Indonesia dan Indonesia, maka diharapkan meningkatnya
berkedudukan di dalam wilayah negara pertumbuhan perekonomian Indonesia,
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain sekaligus mendorong kesejahteraan
9
oleh undang-undang. masyarakat.
4. Penggunaan tenaga kerja asing 6. Persyaratan perizinan
Penggunaan tenaga kerja asing pada Syarat-syarat untuk melakukan pendaftaran
penanaman modal di Indonesia diatur Pada dan memperoleh izin usaha untuk
Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 menanamkan modal di Indonesia ini
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang pengaturannya terdapat pada Peraturan
menyebutkan perusahaan penanaman modal Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
berhak menggunakan tenaga ahli warga Nomor 12 tahun 2009 tentang Pedoman dan
negara asing untuk jabatan dan keahlian Tata Cara Permohonan Penanaman Modal
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan (Peraturan Kepala BKPM), yaitu pada Bab IV
perundang-undangan. Namun sesuai dengan bagian 3 (tiga) paragraph 1 (satu) sampai
Pasal 10 ayat (1) bahwa harus di utamakan dengan paragraph 6 (enam) dan bagian 4
terlebih dahulu tenaga kerja warga negara (empat) mulai dari Pasal 16 sampai dengan
Indonesia. Dan perusahaan penanaman Pasal 32 Peraturan Kepala BKPM tersebut.
modal yang mempekerjakan tenaga kerja Pada pasal tersebut diatur ketentuan
asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan mengenai cara bagaimana melakukan
dan melakukan alih teknologi kepada tenaga pendaftaran, serta bagaimana cara
kerja warga negara Indonesia, hal ini sesuai memperoleh izin prinsip, dan izin usaha.
dengan Pasal 10 ayat (4) UUPM.7 Penanam modal asing selain memenuhi
Untuk memperkerjakan warga negara asing ketentuan dan syarat-syarat tersebut diatas, juga
(expatriates) diperlukan adanya pemberian harus membuat kontrak karya, yaitu PK2PB
perizinan, yaitu sebagai berikut: (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
a. RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Batu Bara). Kontrak karya adalah suatu perjanjian
Kerja Warga Negara Asing Pendatang) antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
b. VITAS (Visa Tinggal Terbatas)                                                                                                                        
8
Dhaniswara, Op.cit., hlm.171-181
                                                                                                                        9
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012
6
Ibid., hlm.135-136 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
7
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pasal 10 Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Pasal 97 ayat 1
 
SOPHIE DINDA, PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
4
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL MINING OLEH PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 5

perusahaan swasta asing atau patungan antara antara pemerintah dengan penanam modal. Cara
asing dengan nasional (dalam rangka PMA) penyelesaian sengketa tersebut adalah sesuai
untuk pengusahaan batu bara.10 dengan bunyi Pasal 32 Undang-Undang tentang
Kontrak karya ini dibuat oleh Pemerintah Penanaman Modal yaitu sebagai berikut :
agar para penanam modal asing mempunyai izin 1. Dalam hal terjadi sengketa di bidang
kuasa pertambangan. Dimana menurut Pasal 1 penanaman modal antara Pemerintah dengan
huruf (i) kuasa pertambangan adalah wewenang penanam modal, para pihak terlebih dahulu
yang diberikan kepada badan/perseorangan menyelesaikan sengketa tersebut melalui
untuk melaksanakan usaha pertambangan. musyawarah dan mufakat.
Penanam modal asing harus terlebih dahulu 2. Dalam hal penyelesaian sengketa
memperoleh ijin Kuasa Pertambangan (KP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
terlebih dahulu baru kemudian dapat melakukan tercapai, penyelesaian sengketa tersebut
eksplorasi pertambangan di Indonesia. dapat dilakukan melalui arbitrase atau
Penanam modal asing yang ingin alternatif penyelesaian sengketa atau
mengajukan izin kontrak karya pengusahaan pengadilan sesuai dengan ketentuan
pertambangan batu baru, harus mengajukan peraturan perundang-undangan.
permohonan kepada pejabat berwenang untuk itu 3. Dalam hal terjadi sengketa di bidang
dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. penanaman modal antara Pemerintah dengan
Syarat tersebut dapat dilihat pada Lampiran III penanam modal dalam negeri, para pihak
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya dapat menyelesaikan sengketa tersebut
Mineral Nomor. 1453.K/29/MEM/2000 tentang melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas para pihak, dan jika penyelesaian sengketa
Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum. melalui arbitrase tidak disepakati,
Dimana apabila syarat tersebut dipenuhi, maka penyelesaian sengketa tersebut akan
penanam modal dapat memiliki kontrak karya dan dilakukan di pengadilan.
dapat melakukan eksplorasi pertambangan.11 4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang
Dalam melakukan kegiatan penanaman penanaman modal antara Pemerintah dengan
modal tersebut, maka diperlukan aturan hukum penanam modal asing, para pihak akan
dimana aturan hukum tersebut berguna untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui
mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi di arbitrase internasional yang harus disepakati
masa akan datang selama proses kegiatan oleh para pihak.12
penanaman modal dilangsungkan. Aturan hukum Berdasarkan Pasal 32 Undang-Undang
tersebut dibuat agar terdapat kejelasan hukum tentang Penanaman Modal, maka cara
yaitu hukum apa yang akan digunakan apabila penyelesaian sengketa penanaman modal antara
nantinya terjadi sengketa antara para pihak yang pemerintah dengan penanam modal dalam negeri
melangsungkan kegiatan penanaman modal. dapat dilakukan melalui cara :
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 1. Musyawarah dan mufakat adalah salah satu
tentang Penanaman Modal mengatur mengenai penyelesaian sengketa dengan melakukan
penyelesaian sengketa. Pada Bab XV, Pasal 32 pembahasan bersama dengan maksud untuk
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang mencapai keputusan dan kesepakatan atas
Penanaman Modal tersebut diuraikan cara penyelesaian sengketa secara bersama-
penyelesaian sengketa yang digunakan apabila sama.13
terjadi sengketa di bidang penanaman modal

                                                                                                                                                                                                                                               
10 12
Salim HS, Hukum Pertambangan di Dhaniswara, Op.cit., hlm.263
13
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm.201 Rahmania, Penanaman Modal, didalam:
11
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak http://www.scribd.com/doc/60727647/Tugas-
diluar KUHPerdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Penanaman-Modal, diakses tanggal 12 November
Persada, 2006), hlm. 207-213 2012
 
 
2. Arbitrase adalah, cara penyelesaian sengketa 5. Arbitrase internasional yaitu melalui
dengan menggunakan jasa arbiter atau International Centre for the Settlement of
majelis arbiter, sehingga arbiter atau mejelis Investment Dispute (ICSID) yang merupakan
arbiter yang akan menyelesaikan sengketa.14 lembaga untuk penyelesaian sengketa yang
3. Pengadilan merupakan, suatu lembaga yang timbul di bidang penanaman modal antara
pasti ada di setiap Negara yang berguna suatu negara dengan asing di antara sesama
untuk menegakkan hukum di suatu Negara. negara peserta konvensi.20
Pengadilan adalah lembaga tempat subjek Untuk menarik penanam modal asing
hukum mencari keadilan.15 serta untuk memberi kepercayaan kepada
4. ADR atau Alternative Dispute Resolution pengusaha dan negara maju sebagai pemberi
diartikan sebagai, Penyelesaian Sengketa modal akan perlakuan hukum atas keterjaminan
Alternatif, menurut UU No.30 Tahun 1999, kegiatan mereka di Indonesia, maka pemerintah
adalah lembaga penyelesaian sengketa atau membuat aturan mengenai penyelesaian
beda pendapat melalui prosedur yang sengketa diluar lembaga peradilan yaitu arbitrase
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di internasional tersebut, yaitu melalui lembaga
luar pengadilan dengan cara negosiasi, ICSID (International Centre for Settlement of
mediasi, konsiliasi.16 Investment Dispute).
a. Negosiasi ICSID (International Centre for Settlement
Negosiasi adalah komunikasi dua arah of Investment Dispute) merupakan lembaga
dirancang untuk mencapai kesepakatan arbitrase yang berfungsi menyelesaikan sengketa
pada saat kedua belah pihak memiliki penanaman modal asing yang lahir atas prakarsa
berbagai kepentingan yang sama atau Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1965
berbeda.17 melalui Convention on the Settlement of
b. Mediasi Investment Dispute Between States and National
Mediasi adalah suatu proses negosiasi of Other States (Konvensi tentang Penyelesaian
untuk memecahkan masalah melalui Perselisihan Penanaman Modal antara Negara
pihak luar yang tidak memihak dan netral dengan Warga Negara Asing) atau sering dikenal
yang akan bekerja dengan pihak yang dengan Konvensi Washington. Pemerintah
bersengketa untuk membantu Indonesia telah meratifikasi Convention on the
menemukan solusi dalam menyelesaikan Settlement of Investment Dispute Between States
sengketa tersebut secara memuaskan and National of Other States dengan Undang-
bagi kedua belah pihak.18 Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang
c. Konsiliasi Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian
Konsiliasi adalah suatu usaha untuk Perselisihan Penanaman Modal antara Negara
mempertemukan keinginan pihak yang dengan Warga Negara Asing.21 Atas dasar
berselisih untuk mencapai persetujuan ketentuan ini pihak penanam modal asing
dan menyelesaikan perselisihan membawa permasalahan atau sengketa
19
tersebut. perjanjian ke forum ICSID.
Churchill Mining merupakan kasus yang
                                                                                                                       
14 penyelesaian sengketanya dilakukan melalui
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum
Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo arbitrase internasional yaitu melalui International
Persada, 2012), hlm.356 Centre for Settlement of Investment Dispute
15
Rahmania, Op.cit (ICSID). Kasus Churchill Mining saat ini sedang
16
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa
diselesaikan melalui arbitrase internasional
Bisnis (ADR), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.30
17
Munir Fuady, Arbitrase Nasional: Alternatif (ICSID), kasus ini bermula karena dicabutnya izin
Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2000), hlm.42                                                                                                                        
18 20
Ibid., Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm.
19
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum 358-359
21
Dalam Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. Sentosa Sembiring, Hukum Investasi,
52 (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hlm.180
 
SOPHIE DINDA, PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
6
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL MINING OLEH PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 7

Kuasa Pertambangan (saat ini disebut dengan dicabut merupakan milik Ridlatama Group yang
Izin Usaha Pertambangan (IUP)) Churchill di merupakan anak usaha dari Churhill Mining Plc.
Indonesia yaitu di Kutai Timur oleh Pemerintahan Dicabutnya ijin kuasa pertambangan
Daerah (Bupati) Kabupaten Kutai Timur. Churchill dengan Ridlatama Group inilah yang
Churchill Mining merupakan perusahaan membuat dimulainya sengketa antara Pemerintah
milik Inggris yang bergerak dibidang Indonesia dengan Churchill. Churchill yang telah
pertambangan yang menanamkan modalnya menanamkan modalnya sebesar $40 juta (empat
pada PT. Ridlatama Group yang merupakan mitra puluh juta dolar Amerika Serikat) dalam proyek
sahamnya yang bergerak pada bidang tersebut merasa dirugikan karena ijin untuk
pertambangan batu bara di Kutai Timur. Gugatan melakukan kegiatan pertambangannya dicabut.
ini berawal dari dicabutnya lima izin kuasa Churchill menggugat Indonesia ke
pertambangan oleh Bupati Kutai Timur di Kutai International Centre for Settlement of Investment
Timur. Dimana empat dari lima kuasa Disputes (ICSID), yaitu Indonesia harus
pertambangan tersebut merupakan milik dari PT. mengganti kerugian yang diperoleh Churchill
Ridlatama Group yang diakui oleh Churchill sebesar US$ 2 Milyar (dua milyar dolar Amerika
sebagai anak usahanya. Serikat) atau setara Rp 19 triliun (sembilan belas
Dicabutnya ijin kuasa pertambangan triliun rupiah). Alasan gugatan Churchill kepada
Ridlatama Group oleh Bupati Kutai Timur adalah Pemerintahan Indonesia ke Arbitrase
karena rekomendasi Pemerintah Pusat Internasional (ICSID) yaitu karena Churchill
berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan merasa mendapatkan perlakuan yang tidak
(BPK) pada September 2008 saat melakukan setara antara investor lokal dan asing yang
audit atas KP (Kuasa Pertambangan) yang dibuat menyebabkan Churchill mengalami kerugian
tahun 2006-2008. Dengan hasil audit tersebut sebesar US$ 2 Milyar (dua milyar dolar Amerika
BPK menemukan lima Kuasa Pertambangan Serikat).23
palsu yang terbit tahun 2006-2008. Palsunya lima Dasar gugatan yang diajukan Churchill ini
Kuasa Pertambangan (saat ini disebut Izin Usaha adalah perjanjian Billateral Investment Treaty
Pertambangan (IUP)) bisa dilihat dari kode (BIT) antara Indonesia dengan United Kigdom
penomoran yang terbalik. Churchill Mining Plc (UK) yang dibuat pada tahun 1976. BIT adalah
juga belum mendapat izin dari Menteri Kehutanan perjanjian internasional yang bersifat (legally
untuk penambangan di kawasan hutan produksi binding) atau mengikat bagi negara yang
hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang menandatanganinya. Perjanjian BIT berisikan
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, berbagai bentuk perlindungan tingkat tinggi untuk
bahwa dianggap pelanggaran apabila bekerja investor (penanam modal asing), insentif,
tanpa izin Menteri Kehutanan di wilayah hutan fasilitas, nasionalisasi dengan kompensasasi dan
yang terlarang. Sehingga berdasarkan audit BPK mekanisme penyelesaian sengketa (dispute
dan ketentuan Undang-Undang Kehutanan settlement) melalui arbitrase internasional.
tersebut Kementerian Kehutanan Dengan menggunakan dasar perjanjian BIT
merekomendasikan agar Bupati Kutai Timur tersebut Churchill Mining Plc, mengadukan dan
mencabut izin Kuasa Pertambangan dari lima menggugat Pemerintah Indonesia yaitu, Bupati
perusahaan yang memiliki Kuasa Pertambangan Kutai Timur, Presiden Republik Indonesia,
yang palsu tersebut.22 Empat dari lima Kementerian Luar Negeri, Kementerian ESDM,
perusahaan yang kuasa pertambangannya dan BKPN. Dengan itu Churcill menuntut
Republik Indonesia ke ICSID agar mengganti

                                                                                                                                                                                                                                               
22 23
Antara News, Indonesia siapkan data Taslim Buldani, KASUS TAMBANG: Pemkab
pendukung hadapi gugatan, didalam: nilai Churchill tak pernah investasi di Kutai Timur,
Churchil,http://www.antaranews.com/berita/316344/ind didalam: http://idmei.blogspot.com/2012/06/kasus-
onesia-siapkan-data-pendukung-hadapi-gugatan- tambang-pemkab-nilai-churchill.html, diakses tanggal :
churchill, diakses tanggal: 2 Desember 2012 3 Desember 2012
 
 
kerugian sebesar US$2 miliar (dua milyar dolar penanam modal asing yang awalnya berminat
Amerika Serikat) atas kerugian yang dialami untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Churchill.24 Sehingga berdasarkan keteledoran pemerintah
Penyelesaian sengketa antara Indonesia semacam itulah dapat menyebabkan keuangan
dengan Churchill Mining melalui arbitrase negara dirugikan.
internasional yaitu International Center For Akibat atau dampak lainnya adalah
Settlement of Investment Disputes (ICSID) atas dengan tidak adanya penanam modal asing yang
Gugatan dari Churchill Mining membawa akibat berminat untuk menanamkan modalnya di
ataupun dampak bagi Indonesia. Dimana dampak Indonesia, otomatis Indonesia kehilangan sumber
tersebut dapat mempengaruhi iklim penanaman pemasukan negara yang dapat mempengaruhi
modal di Indonesia, dimana hal tersebut dapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
menimbulkan kerugian negara dan masyarakat (APBN). Dan apabila mempengaruhi Anggaran
Indonesia. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hal ini
Dapat mempengaruhi iklim penanaman tentu dapat berdampak luas terhadap seluruh
modal, dikarenakan kebijakan pemerintah yang rakyat Indonesia dan Keuangan Negara.
kurang hati-hati dan cenderung tidak memahami Dampak lainnya adalah apabila Indonesia
dengan baik konsekuensi dari pemberian ijin ternyata kalah melawan Churchill Mining pada
tambang yang tumpang tindih, kebijakan nasional arbitrase Internasional, hal ini dapat
yang berubah-ubah, dan konsekuensi terhadap menyebabkan kerugian terhadap negara dan
perjanjian internasional, dimana hal tersebut rakyat dimana dapat kehilangan dua hal, yaitu :
dapat menjadi peluang bagi modal asing 1. Negara akan kehilangan uang triliunan rupiah
menggugat pemerintah untuk mendapatkan ganti sebagai kompensasi;
rugi.25 2. Rakyat akan kehilangan kekayaan alam
Pengaruh lain karena Indonesia disatu sisi batubara yang merupakan hajat hidup rakyat
tidak melindungi kepentingan dari penanam banyak.27
modal asing. Hal tersebut dapat dilihat pada Apabila Indonesia kalah melawan
kasus Churchill dimana pihak Churchill Churchill pada arbitrase internasional, maka hal
mengirimkan surat kepada Presiden Republik ini akan sangat merepotkan dan mempengaruhi
Indonesia pada surat tersebut dinyatakan secara Pemerintah Republik Indonesia, karena putusan
resmi pihak churchill meminta dukungan dan dari arbitrase internasional berlaku secara
perlindungan hukum dalam rangka mencapai internasional, sehingga dengan putusan yang
resolusi damai dan menguntungkan terkait dibuat oleh arbitrase internasional ini apabila
sengketa di Proyek Batubara Kutai Timur Indonesia dinyatakan kalah maka mereka yaitu
(EKCP), namun tidak adanya tanggapan dari Churchill Mining melalui arbitrase internasional
Presiden, sehingga pada akhirnya Churchill yang dapat menyita kekayaan yang dimiliki Republik
telah menempuh seluruh jalur hukum di Indonesia Indonesia sehingga Indonesia dapat kehilangan
menggugat Indonesia ke International Center For uang triliunan rupiah dan juga kehilangan alam
Settlement of Investment Disputes (ICSID).26 batubara.28
Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat
menyebabkan Indonesia kehilangan calon PENUTUP
                                                                                                                        A. KESIMPULAN
24
Adib Hasan, Gugatan Churcill : Indonesia 1. Penanam modal asing yang hendak
Ajang Pertarungan Korporasi, didalam: menanamkan modalnya di Indonesia
http://adibhasan.wordpress.com/2012/10/31/, diakses
khususnya dibidang pertambangan asing,
tanggal: 2 Desember 2012
25
Ibid., maka harus memenuhi ketentuan serta
26
Ipot News, Cari Perlindungan Hukum,
Churchill Mining Kirim Surat Ke Presiden SBY,                                                                                                                        
27
didalam: Adib Hasan, Op.cit. diakses tanggal: 9
http://indopremiernews.wordpress.com/2012/05/04/cari Desember 2012
28
-perlindungan-hukum-churchill-mining-kirim-surat-ke- Antara News, Op.cit., diakses tanggal: 10
presiden-sby/, diakses tanggal 2 Desember 2012 Desember 2012
 
SOPHIE DINDA, PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
8
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL MINING OLEH PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 9

mekanisme yang diatur oleh hukum dengan kesepakatan para pihak yang
Indonesia. Ketentuan serta mekanisme bagi dituangkan dalam klausula perjanjian. Apabila
penanam modal asing untuk dapat para pihak tidak menuangkan ketentuan
menanamkan modanya di Indonesia adalah, penyelesaian sengketa apa yang akan
harus memiliki ketentuan jumlah modal digunakan oleh mereka apabila timbul
minimum, ketentuan bidang usaha yang dapat sengketa, maka terdapat syarat bahwa setiap
dimasuki oleh penanam modal asing, sengketa atau perselisihan antara penanam
ketentuan bahwa penanaman modal yang modal asing baik dengan Pemerintah
dilakukan secara langsung maka, harus Indonesia maupun dengan pihak partner lokal
mendirikan badan hukum yaitu Perseroan diharuskan melalui semua upaya hukum dan
Terbatas, adanya ketentuan persyaratan administratif dari negara penerima modal
direksi dimana direksi adalah orang yang terlebih dahulu sebelum mengajukan kepada
bertanggung jawab terhadap pengurus lembaga ICSID, hal ini sesuai dengan Pasal
perseroan, ketentuan penggunaan tenaga Pasal 25 ayat (3) konvensi ICSID. Oleh sebab
kerja asing bahwa apabila menggunakan itu maka pada kasus Churchill Mining,
tenaga kerja asing, maka terdapat Churchill yang menggugat Indonesia telah
persyaratan agar tenaga kerja asing tersebut melalui seluruh upaya hukum di Indonesia,
dapat bekerja di Indonesia, ketentuan namun dikarenakan Churchill tidak menerima
mengenai divestasi/pengalihan saham putusan yang memuaskan dari lembaga
kepada Warga Negara Indonesia, dan yang hukum di Indonesia maka akhirnya Churchill
terakhir ketentuan Persyaratan Perizinan. menggugat Indonesia ke ICSID.
Apabila seluruh ketentuan serta mekanisme
tersebut terpenuhi maka penanam modal B. SARAN
asing sudah dapat menanamkan modalnya di 1. Ketentuan mengenai penanaman modal
Indonesia khususnya mengenai penyelesaian sengketa
2. Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 harus dicermati lagi, terutama mengenai
yaitu pada Pasal 32 diatur ketentuan perlindungan hukum bagi penanam modal
mengenai penyelesaian sengketa penanaman asing yang melakukan penyelesaian sengketa
modal. Menurut pasal tersebut sengketa melalui peradilan nasional, dimana hal
penanaman modal yang terjadi antara tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian
pemerintah dengan penanam modal dalam hukum di Indonesia, yang pada akhirnya akan
negeri, maka penyelesaiannya dapat mengakibatkan penanam modal asing
dilakukan melalui musyawarah mufakat khususnya di bidang pertambangan enggan
terlebih dahulu, namun apabila tidak tercapai melakukan penanaman modal di Indonesia.
penyelesaian sengketa dapat dilakukan 2. Belajar dari kasus Churchill Mining yang
melalui arbitrase, aps (alternatif penyelesaian menggugat Indonesia, maka Indonesia harus
sengketa), atau melalui pengadilan. memperbaiki kebijakan mengenai ketentuan
Sedangkan bagi sengketa antara pemerintah hukum dibidang pertambangan khususnya
dengan penanam modal asing maka apabila mengenai ijin pertambangan. Apabila terdapat
musyawarah dan mufakat tidak tercapai penanam modal asing yang akan
penyelesaian, maka penyelesaian sengketa menanamkan modalnya dibidang
dapat dilakukan melalui arbitrase pertambangan maka terlebih dahulu harus
internasional, dalam hal ini adalah ICSID yang memiliki ijin pertambangan sehingga
merupakan arbitrse untuk sengketa permasalahan/kejadian yang serupa tidak
penanaman modal asing. terjadi lagi dikemudian hari.
3. Penyelesaian sengketa penanaman modal 3. Implementasi Otonomi Daerah yang masih
asing dapat dilakukan melalui arbitrase lemah, dimana dapat dilihat dari
internasional yaitu ICSID, hal ini sesuai Pemerintahan Daerah yang mengeluarkan

 
 
ijin, namun tidak didaftarkan ke Pemerintah terjadi kasus yang serupa dengan kasus
Pusat. Hal ini harus diperbaiki agar tidak lagi Churchill Mining di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
Amirizal, Hukum Bisnis : Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1996
Fuady, Munir Arbitrase Nasional: Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung: PT.Citra Aditya
Bakti, 2000
HS, Salim, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUHPerdata, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006
________, Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2005
HS, Salim dan Sutrisno, Budi, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
Margono, Suyud, Penyelesaian Sengketa Bisnis (ADR), Bogor: Ghalia Indonesia, 2010
Sembiring, Sentosa, Hukum Investasi, Bandung: Nuansa Aulia, 2007
Simatupang, Burton Richard, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian
Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dengan Warga Negara Asing

Website
Adib Hasan, Gugatan Churcill : Indonesia Ajang Pertarungan Korporasi, diakses dari situs:
http://adibhasan.wordpress.com/, tanggal 2 Desember 2012
Ahmad Shofin Nuzil, Arbitrase sebagai penyelesaian sengketa dalam penanaman modal asing, diakses
dari situs: http://www.scribd.com/, tanggal 12 Oktober 2012
Antara News, Indonesia siapkan data pendukung hadapi gugatan Churchil, diakses dari situs:
http://www.antaranews.com/, 2 Desember 2012

 
SOPHIE DINDA, PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL
10
(STUDI KASUS PENCABUTAN IZIN KUASA PERTAMBANGAN CHURCHILL MINING OLEH PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR)

You might also like