You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : KRESENSIA IMAKULATA TUMIANG

NIM : F1072171002

KELOMPOK : 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINANSI TUNAS
APIKAL
Abstract
The practicum concerning Lateral Bud Growth Inhibition and Apical Shoot
Dominance aims to examine the effect of auxin on lateral shoot growth. The
practicum uses ingredients such as mung bean sprouts (Phaseolus radiatus), and IAA
paste 400 ppm. The tools we use are razor blades, petridish and cotton. There were 6
sprout observations made. At first 2 sprouts which were 5 days old were used as a
control, then 2 other sprouts were cut off without being given IAA, while 2 other
sprouts were cut off and smeared with IAA paste. After being left for 10 days, the
length of sprouts smeared with paste was 1.4 and 0.3 cm; the length of the sprouts
used as control were 11.9 and 16 cm; the average length of the sprouts cut without
shoots were given an IAA of 0.5 and 0.1 cm. From the results obtained it is proven
that auxin influences plant growth. Auxin contained in high concentrations in the
apical portion will be distributed eventually to the lateral buds which causes the
growth of lateral buds to be inhibited. Instead this triggers apical dominance.
However, if the concentration of auxin decreases, lateral shoot growth will take
place more quickly otherwise apical dominance events can be inhibited.

Keywords : Lateral shoots and apical shoots, mung bean sprouts, and IAA.

Abstrak

Pada praktikum mengenai Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan


Dominansi Tunas Apikal bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap
pertumbuhan tunas lateral. Adapun praktikum ini menggunakan bahan seperti
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) , serta pasta IAA 400 ppm. Alat yang
kami digunakan yaitu pisau silet,petridish dan kapas. Ada 6 pengamatan kecambah
yang dilakukan. Pada mulanya 2 kecambah yang berumur 5 hari dijadikan sebagai
kontrol, kemudian 2 kecambah lainnya dipotong pucuknya tanpa diberi IAA, sedang
2 kecambah lainnya lagi dipotong pucuknya dan diolesi pasta IAA. Setelah dibiarkan
selama 10 hari didapat pertambahan panjang kecambah yang diolesi pasta sebesar
1,4 dan 0,3 cm; pertambahan panjang kecambah yang dijadikan kontrol sebesar 11,9
dan 16 cm; rata-rata panjang kecambah yang dipotong pucuknya tanpa diberi IAA
sebesar 0,5 dan 0,1 cm. Dari hasil yang didapatkan terbukti bahwa auksin memberi
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Auksin yang terdapat dalam konsentrasi
tinggi pada bagian apikal akan terdistribusi pada akhirnya menuju tunas lateral
yang menyebabkan pertumbuhan tunas lateral menjadi terhambat. Sebaliknya hal ini
memicu terjadinya dominansi apikal. Namun bila konsentrasi auksin berkurang
maka pertumbuhan tunas lateral akan berlangsung lebih cepat sebaliknya peristiwa
dominansi apikal dapat terhambat.

Kata kunci : Tunas lateral dan tunas apikal, Kecambah kacang hijau, dan IAA.
BAB II

METODOLOGI
Pada praktikum kali ini yang berjudul Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan
Dominasi Tunas Apikal yang dilaksanakan pada hari Minggu, 24 November - 03
Desember 2019 pada pukul 09.30 WIB – 12.00 di Laboratorium Pendidikan Biologi
FKIP Untan.

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pisau
silet,petridish,kapas. Dengan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dalam pot,pasta lanolin,pasta IAA 400
ppm.

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini yaitu mula-mula disediakan 10
kacang hijau yang sudah direndam selama 30 menit. Selanjutnya kacang hijau yang
sudah direndam diletakkan kedalam petridish yang telah diberi kapas yang
sebelumnya basahkan. Kemudian diberi label nomor pada setiap butir kacang hijau.
Setelah siap, diletakkan di ruang yang gelap. Kemudian pengamatan dilakukan
selama 5 hari hingga tumbuh kecambah. Selanjutnya 2 kecambah dipotong dan diberi
IAA ,2 kecambah lagi dipotong tanpa diberi IAA , 2 kecambah lainnya dibiarkan
sebagai kontrol. Lalu setelah 10 hari kembali diamati pertumbuhan pada
perkecambahan tersebut.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Panjang Panjang Panjang


Pertambaha
No Sebelum sebelum setelah keterangan
n panjang
Perlakuan perlakuan perlakuan
Kerja auksin
12,1 24 11,9 bertambah, memiliki
1 Kontrol
14 30 16 tunas lateral
Kerja auksin sedikit
11 11,5 0,5
2 Potong bertambah, tidak
12 12,1 0,1 memiliki tunas lateral
Kerja auksin
9,3 10,7 1,4
3 Potong + IAA bertambah, memiliki
11,4 11,7 0,3 tunas lateral

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral
dan Dominansi Tunas Apikal yang bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin
terhadap pertumbuhan tunas lateral. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan
pada semua jenis tanaman nama lain dari hormon ini adalah IAA atau Asam Indol
Asetat. Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari
hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan baik
pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. Salah satu fungsi auksin adalah mematahkan
dominanis pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar
tidak mau berkembang. Auksin merupakan hormon yang berperan dalam
penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apical. Sifat penting dari
auksin ialah dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan
penting dalam perubahan sel, perbanyakan sel dan pemanjangan sel. Auksin terdapat
pada bagian pucuk apikal tanaman.

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini yaitu mula-mula disediakan 10
kacang hijau yang sudah direndam selama 30 menit yang berfungsi untuk
mempercepat proses perkecambahan. Selanjutnya kacang hijau yang sudah direndam
diletakkan kedalam petridish yang telah diberi kapas yang sebelumnya basahkan.
Kemudian diberi label nomor pada setiap butir kacang hijau. Setelah siap, diletakkan
di ruang yang gelap. Hal ini dilakukan agar merangsang pembentukan auksin pada
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus). Kemudian pengamatan dilakukan
selama 5 hari hingga tumbuh kecambah. Selanjutnya 2 kecambah dipotong pucuknya
dan diberi IAA ,2 kecambah lagi dipotong pucuknya tanpa diberi IAA , 2 kecambah
lainnya dibiarkan sebagai kontrol. Pemotongan pucuk kecambah ini dilakukan untuk
menghentikan dominansi apikal sementara sehingga dengan begitu akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Lalu setelah 10 hari kembali diamati
pertumbuhan pada perkecambahan tersebut.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu pada


perlakuan kontrol digunakan 2 biji kacang hijau. Panjang kecambah pada hari ke 5
yaitu sebelum diberi perlakuan adalah 12,1 dan 14 cm. Kemudian pada hari ke 10
setelah diberi perlakuan (kontrol) semakin bertambah panjang berturut-turut 24 cm
dan 30 cm. Sehingga pertambahan panjang dari kacang hijau tersebut masing-masing
11.9 dan 16 cm. Didapatkan bahwa kerja auksin bertambah dan memiliki tunas
lateral. Pada perlakuan dipotong pucuk kacang hijau tanpa diberi IAA digunakan 2
biji kacang hijau lainnya. Panjang kecambah pada hari ke 5 yaitu sebelum diberi
perlakuan adalah 11 dan 12 cm. Kemudian pada hari ke 10 setelah diberi perlakuan
dipotong pucuk kacang hijau tanpa diberi IAA, pertambahan panjang hanya sedikit
yaitu berturut-turut 11.5 dan 12.1 cm. Sehingga pertambahan panjang dari kacang
hijau tersebut masing-masing hanya 0.5 dan 0.1 cm. Didapatkan bahwa kerja auksin
kerja auksin sedikit bertambah dan tidak memiliki tunas lateral. Selanjutnya pada
perlakuan dipotong pucuk kacang hijau dan diberi IAA digunakan 2 biji kacang hijau
lainnya. Panjang kecambah pada hari ke 5 yaitu sebelum diberi perlakuan adalah 9,3
dan 11,4 cm. Kemudian pada hari ke 10 setelah diberi perlakuan dipotong pucuk
kacang hijau dan diberi IAA, bertambah panjang berturut-turut 10,7 dan 11,7 cm.
Sehingga pertambahan panjang dari kacang hijau tersebut masing-masing 1,4 dan 0,3
cm. Didapatkan bahwa kerja auksin bertambah dan memiliki tunas lateral.

Dari data hasil pengamatan didapatkan bahwa hasil telah sesuai dengan
literatur yang ada yaitu panjang tunas lateral yang paling tinggi ada pada tanaman
kontrol. Sedangkan tanaman yang dipotong tanpa diberi IAA dan diberi IAA panjang
tunas lateral yang paling pendek apalagi kecambah yang dipotong tanpa diberi IAA
tidak ada tunas lateral yang tumbuh. Tanaman yang telah diolesi IAA memiliki
mekanisme berupa dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Tunas lateral akan
tetap dorman dengan suplai/cadangan auksin yang tetap tersedia dari bagian atas
tumbuhan, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang tunas lateral yang
paling rendah rendah dari tanaman yang diberi perlakuan lainnya.

Manfaat dari pemotongan pucuk kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)


yaitu akan menghentikan kerja auksin, sedangkan kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus) yang dijadikan sebagai tanaman kontrol tetap mengaktifkan kerja auksin.
Ketika kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) diolesi dengan IAA akan
mengaktifkan kerja auksin kembali, karena IAA ialah pengganti auksin.
BAB IV

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa hormon auksin adalah
hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman nama lain dari hormon ini adalah
IAA atau Asam Indol Asetat. fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan
batang, mempercepat pematangan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Dari
data hasil pengamatan didapatkan bahwa hasil telah sesuai dengan literatur yang ada
yaitu panjang tunas lateral yang paling tinggi ada pada tanaman kontrol. Sedangkan
tanaman yang dipotong tanpa diberi IAA dan diberi IAA panjang tunas lateral yang
paling pendek apalagi kecambah yang dipotong tanpa diberi IAA tidak ada tunas
lateral yang tumbuh. Tanaman yang telah diolesi IAA memiliki mekanisme berupa
dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Manfaat dari pemotongan pucuk
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yaitu akan menghentikan kerja auksin.
Ketika kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) diolesi dengan IAA akan
mengaktifkan kerja auksin kembali, karena IAA ialah pengganti auksin.

Sebaiknya dalam melakukan pengukuran harus teliti agar hasil yang didapatkan
sesuai apa yang diharapkan. Kemudian didalam kelompok harus saling membantu
agar tidak ada yang merasa dirugikan.

You might also like