Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Structure interpretation of post-stack seismic data to delineate lithology boundary sometimes face difficulties in
tracking reflector continuity, this is due to limitation of vertical resolution. Reconvolution method has been applied to
fix vertical seismic resolution. In order to validate the function reconvolution to amplitude related interpretation,
amplitude variation with offset (AVO) has applied to geology model. Reconvolution method was applied by increasing
dominant frequency of seismic data and capable to minimize tuning thickness zone of geology model has been made.
Modeling geology based on average of P velocity, S velocity, and density from field “X” well data and estimating P
velocity, S velocity and density for fluid condition of reservoir. AVO analysis has been applied to validate how far
reconvolution method capable to maintain amplitude behavior, AVO analysis using Zeoppritz equation in 10 to 30
degree angle and using intercept attribute (A), gradient (B) and product (A*B). Reconvolution method has used 50 Hz,
60 Hz, 65 Hz, and 70 Hz of wavelet. Reconvolution method capable to fix vertical seismic data resolution, it can be
seen by decreasing of tuning thickness from 16 to 14 meters. Based on AVO analysis that be used for validate
reconvolution method is showing intercept (A) and gradient (B) value be affected by fluids condition in reservoir and
presence the random noise in the seismic data. Intercept (A) and gradient (B) for reconvolved data do not have
significant changes. However, wavelet has used in reconvolution that possess the smallest error value is wavelet with
dominant frequency in 60 Hz and 65 Hz.
ABSTRAK
Interpretasi struktur pada data seismik post-stack dalam mengetahui batas litologi bahwah permukaaan
mengalami kendala dalam kontinuitas event reflektor, hal ini disebabkan keterbatasan dalam respon resolusi seismik
vertikal. Metode reconvolution dilakukan untuk memperbaiki resolusi vertikal data seismik. Untuk memvalidasi
kegunaan reconvolution terhadap amplitude related interpretation dilakukan analisa amplitude variation with offset
(AVO) pada model geologi. Metode reconvolution dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi dominan data
seismik sehingga mampu meminimalkan zona tuning thickness pada model geologi yang telah dibuat. Pembuatan model
geologi berdasarkan nilai rata-rata kecepatan P, kecepatan S, dan densitas dari data sumur pada lapangan “X”, dan
mengestimasi kecepatan P, kecepatan S dan densitas untuk kondisi fluida berbeda pada reservoar. Analisa AVO
digunakan untuk memvalidasi sejauh mana metode reconvolution mampu mempertahankan perilaku amplitudo, yang
mana analisa AVO dilakukan menggunakan persamaan Zeoppritz pada angle 10 derajat sampai dengan angle 30
derajat dan menggunakan atribut intercept (A), gradient (B) dan product (A*B). Metode reconvolution menggunakan
wavelet 50 Hz, 60 Hz, 65 Hz, dan 70 Hz. Metode reconvolution mampu memperbaiki resolusi vertikal data seismik, hal
tersebut dapat dilihat dengan menurunnya ketebalan tuning dari 16 m menjadi 14 m. Berdasarkan Analisa AVO yang
digunakan dalam memvalidasi metode reconvolution menunjukan nilai intercept (A) dan gradient (B) dipengaruhi oleh
kondisi fluida pada reservoar dan keberadaan random noise pada data seismik. Intercept (A) dan gradient (B) setelah
diterapkanya reconvolution tidak mengalami perubahan yang signifikan. Akan tetapi, wavelet yang digunakan pada
reconvolution yang memilki nilai error paling kecil adalah wavelet dengan frekuensi dominan 60 HZ dan 65 Hz.
Kata kunci: Interpretasi struktur, Tuning thicknes, Recovolution, dan Analisis AVO.
83
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
semakin bertambahnya kedalam daya resolusi lebih dahulu pada suatu receiver karena
yang dihasilkan kurang bagus dan menjadi salah kecepatannya paling tinggi. Gelombang ini
satu faktor yang menyebabkan kesulitan dalam dapat menjalar pada medium padat dan cair.
menginterpretasi struktur geologi. Salah satu Komponen gelombang S merambat melalui
metode yang bertujuan untuk meningkatkan suatu medium dengan kecepatan Vs, dengan
resolusi adalah menggunakan reconvolution. arah rambat getaran gelombang tegak lurus
Reconvolution merupakan suatu metode dengan arah penjalaran gelombang, gelombang
untuk meningkatkan frekuensi pada setiap event S ini juga merupakan jenis gelombang shear,
data seismik sehingga reflektor tampak lebih transverse dan rotational, sedangkan
tajam. Metode Reconvolution ini dilakukan gelombang S akan terekam setelah kedatangan
dengan cara mengkonvolusi reflektifitas sparse gelombang P. Gelombang S hanya dapat
spike data seimik dengan wavelet yang menjalar pada medium padat.
kandungan frekuensinya lebih tinggi [1]. Adapun kecepatan gelombang P dan
Reconvolution dapat diterapkan relatif mudah gelombang S dapat ditulisakan dalam
dan lebih cepat dibandingkan dengan Persamaan (1) dan Persamaan (2).
reprocessing menggunakan workflow
𝑘 + 2𝜇
konvensional yang umumnya menghabiskan 𝑉𝑝 = (1)
waktu tiga sampai sembilan bulan. 𝜌
Metode reconvolution telah digunakan
𝜇
oleh beberapa peneliti diantaranya Young [1] 𝑉𝑠 = (2)
dan Kumar [2]. Akan tetapi, mereka hanya 𝜌
menerapkannya pada data post-stack untuk dengan Vp merupakan kecepatan gelombang P
enhance structur interpretation, tanpa (m/s), Vs merupakan kecepatan gelombang S
melakukan analisa dampak proses reconvolution (m/s), k adalah modulus bulk (N/m2), µ adalah
terhadap perilaku amplitudo data sesimik. modulus geser (N/m2) dan ρ adalah densitas
Dengan melakukan analisa lanjutan tersebut medium (kg/m3).
akan memberikan peluang untuk penerapan
reconvolution pada proses interpretasi yang Reflektifitas
membutuhkan data preserved amplitude seperti:
AVO (amplitude variation with offset) dan Reflektivitas merupakan kontras
inversi. Impedansi Akustik (IA) pada batas lapisan
batuan yang satu dengan lapisan batuan yang
DASAR TEORI lain. Besar kecilnya nilai reflektivitas selain
tergantung pada Impedansi Akustik, juga
Gelombang Seismik tergantung pada sudut datang gelombang atau
jarak sumber-penerima. Di dalam seismik
Gelombang seismik yang dihasilkan refleksi, reflektivitas biasanya ditampilkan pada
oleh gempa bumi secara umum diklasifikasikan jarak sumber-penerima sama dengan nol (zero
menjadi dua tipe utama: Gelombang P offset), sehingga refleksivitas dituliskan sebagai
(Compreessional Wave) dan Gelombang S Persamaan (3).
(Shear Wave). Komponen gelombang P 𝑍2 − 𝑍1
merambat melalui suatu medium dengan 𝑅= (3)
𝑍2 + 𝑍1
kecepatan Vp, dimana arah rambat getaran
gelombang sejajar arah penjalaran gelombang, dengan
disebut juga gelombang longitudinal, 𝑍 = 𝜌𝑉
dillatational, irrational dan compressional.
Pada umumnya gelombang P akan terekam
84
Youngster Physics Journal ISSN: 2302 - 7371
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, Hal. 83- 94
85
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
refleksi gelombang P, 2 adalah sudut transmisi mana prinsip dasarnya dideskripsikan oleh
gelombang P, ϕ1 adalah sudut refleksi Young [10]. Reconvolution merupakan suatu
gelombang P, ϕ1 adalah sudut transmisi metode yang mengoptimalisasi frekuensi pada
gelombang S dan ρ adalah densitas. setiap event data seismik sehingga
Dari Persamaan Zeoppritz, Shuey (1985) menghasilkan event data seismik secara tajam.
menyusun kembali persamaan berikut Metode ini dilakukan dengan cara
berdasarkan sudut datang, kemudian didapatkan mengkonvolusi reflektifitas sparse spike data
dua macam atribut yaitu intercept dan gradient, seimik dengan wavelet yang lebih besar
yang mana dapat dituliskan dengan Persamaan frekuensinya.
(7).
𝑅 𝜃 = 𝐴 + 𝐵sin2 𝜃 (7) Wedge Model
A adalah reflektivitas normal incidence atau
intercept dan B adalah gradient koefisien Wedge model adalah alat untuk
refleksi terhadap sudut datang. menggambarkan interaksi refleksi dari dua buah
bidang batas yang konvergen, dan dengan
Metode Peningkatan Frekuensi Data Seismik membuat model ini kita dapat mengetahui efek
interferensi, efek interferensi terjadi pada daerah
Terdapat beberapa metode dalam yang memiliki ketebalan dibawah tuning
meningkatkan frekuensi data seismik thickness. Pada model ini tunning efect terjadi
diantaranya metode tersebut adalah spiking karena adanya perubahan ketebalan dimana
deconvolition, Q compensation, loop reflektor batas atas dengan batas bawah dapat
reconvolution. dipisahkan pada bagian wedge model yang tebal
dan tidak dapat dipisahkan atau menyatu pada
Spiking deconvolution model wedge model yang tipis.
Spiking deconvolition merupakan
metode konvensional untuk meningkatkan METODE PENELITIAN
resolusi data seismik [8], yang mana desain
metode ini adalah dengan inverse filter untuk Penelitian dilakukan untuk mengetahui
merubah wavelet seismik menjadi impuls. sejauh mana metode reconvolution mampu
Metode ini mampu membuat event yang lebar mempertahankan amplitudo data seismik.
akibat frekuensi rendah menjadi event yang Instrumen utama yang digunakan dalam
tajam dan lebih kontinu. penelitian in adalah seperangkat komputer dual
monitor, instrumen pendukungnya ialah
Q compensation software Hampson Russel CE-9 R-1.2 dan
Metode yang umum digunakan untuk sofware Epos.
mengkompensasi hilangnya frekuensi adalah Penelitian dilakukan dengan
inverse Q. Teori inti dari Q adalah absorbsi pengumpulan data log dan data seismik
menyebabkan pulsa seismik menjadi lebar dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan
penurunan amplitudo dalam domain waktu serta menggunakan software Hampson Russel dan
kehilangan spektral bandwidth dalam domain software Epos. Pada software Hampson Russel
frekuensi. Metode ini dilakukan sebagai cara terdapat fasilitas Geoview digunakan untuk
menghilangkan efek Q untuk menghasilkan menyimpan database data sumur yang akan
resolusi data seismik yang tinggi [9]. digunakan untuk proses berikutnya, Geoview
juga dapat menjalankan semua fasilitas-fasilitas
Reconvolution yang ada pada software Hampson Russel
Metode ini merupakan metode inovasi sehingga akan selalu terhubung dengan data
dalam peningkatan frekuensi data seismik yang sumur. AVO digunakan untuk membuat model
86
Youngster Physics Journal ISSN: 2302 - 7371
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, Hal. 83- 94
sintetik gather dan melakukan analisis gradien diterapkan pada semua model geologi yang
AVO, Well explorer digunakan untuk mecari telah dibuat sehingga diketahui sejauh mana
data well yang akan digunakan sebagai penentu perubahan perilaku amplitudo dan perubahan
nilai kecepatan P, kecepatan S, dan densitas, tuning thickness dibandingkan dengan sebelum
dan eLog digunakan untuk mengedit serta dilakukan metode tersebut.
menganalisis data sumur serta membuat Setelah mengetahui sejauh mana metode
crossplot dari data-data log, hasil analisis dari reconvolution mampu mempertahankan trend
eLog selanjutnya akan digunakan dalam proses perilaku amplitudo pada data seismik sintetik
well seismic tie. Software Epos digunakan untuk dan Tahapan berikutnya adalah mengaplikasi-
export data seismik dan data sumur. kan metode tersebut pada real data lapangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah “X”. Data yang digunakan adalah data log sonic
menentukan nilai kecepatan P, kecepatan S dan dan density serta mengunakan data seismik pre-
densitas pada data log, ketiga data log tersebut stack 3D pada lapangan “X”. Proses yang
dibutuhkan untuk membuat sintetik well model pertama kali dilakukan adalah menganalisa data
1D yang mampu menggambarkan zona sumur menggunakan fasilitas eLog sehingga
reservoar. Proses selanjutnya adalah melakukan dapat diketahui zona target daerah penelitian.
fluid subtitution untuk kasus reservoar Setelah mengetahui zona target tahap
berasosiasi dengan air, minyak dan gas. Fluid selanjutnya adalah melakukan marker picking
subtitution berguna untuk mengetahui trend pada zona target tersebut, yang mana zona target
AVO behavior pada reservoar yang berasosiasi yang telah di-marker digunakan untuk
dengan fluida yang berbeda. Setelah membuat menentukan reflektor pada data seismik yang
simplifikasi model pada kondisi fluida yang merepresentasikan top reservoar.
berbeda tahapan selanjutnya ialah membuat Atribut AVO yang digunakan sebagai
sintetik wedge model 2D pre-stack dan post- indikator adalah intercept (A), gradient (B), dan
stack pada masing-masing jenis reservoar yang product (A*B), atribut AVO tersebut digunakan
berbeda kandungan fluidanya, model tersebut untuk membandingkan konsistensi amplitudo
diperoleh dengan cara mengkonvolusikan antara data seismik sebelum dan sesudah
wavelet pada reflektifitas dari well model 1D. dilakukan metode reconvolution. Metode yang
Proses selanjutnya adalah introduce noise pada digunakan untuk membandingkan atribut
sintetik wedge model 2D tersebut. Setelah tersebut adalah histogram. Histogram adalah
memiliki beberapa variasi model tersebut, salah satu cara untuk mengetahui distribusi data
tahapan berikutnya adalah melakukan analisis secara keseluruhan dari suatu populasi, dengan
AVO pada pre-stack model dan analisis efek membandingkan histogram dari masing-masing
tuning thickness pada post-stack model. Analisis atribut pada kondisi sebelum dan setelah
AVO bertujuan untuk mengetahui sejauh mana reconvolution akan bisa disimpulkan apakah
perubahan perilaku amplitudo terhadap perilaku amplitudonya tetap ataukah berubah.
perubahan kandungan fluida pada reservoar, Analisis atribut AVO pada data real
sedangkan analisis efek tuning thickness dilakukan berdasarkan informasi yang disimpul-
bertujuan untuk mengetahui thickness minimal kan dari pemodelan data sumur mengenai
antara event-event reflektor yang masih mampu perilaku atribut AVO (A,B,A*B) terhadap
dipisahkan oleh gelombang seismik. kondisi saturasi fluida yang berbeda-beda.
Setelah mengetahui perilaku amplitudo Informasi tersebut kemudian digunakan untuk
terhadap perubahan kandungan fluida dalam membantu memperkirakan sebaran zona
reservoar dan efek tuning thickness, tahap hidrokarbon berdasarkan nilai A,B dan A*B.
selanjutnya adalah menerapkan metode Secara ringkas tahapan penelitian ditampilkan
reconvolution dengan frekuensi dominan 50 Hz, dalam diagram alir seperti tampak pada Gambar
60 Hz, 65 Hz, dan 70 Hz. Metode tersebut 1.
87
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
88
Youngster Physics Journal ISSN: 2302 - 7371
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, Hal. 83- 94
Pemodelan
89
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
Analisis AVO
90
Youngster Physics Journal ISSN: 2302 - 7371
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, Hal. 83- 94
kondisi insitu lebih besar dibandingkan kondisi Berdasarkan Tabel 2 pada reconvolution
reservoar tersaturasi minyak dan gas. Selain dengan menggunakan wavelet 50 Hz memiliki
perbedaan kondisi fluida pada reservoar, rata-rata nilai error sebesar 4,6%, reconvolution
keberadaan noise dan penentuan wavelet juga menggunakan wavelet 60 Hz memiliki rata-rata
mempengaruhi nilai intercept (A) dan gradient error sebesar 1,0%, reconvolution
(B). Semakin besar noise maka semakin kecil menggunakan wavelet 65 Hz memiliki rata-rata
S/N ( signal to noise) sehingga nilai intercept error sebesar 2,4%, dan reconvolution
(A) dan gradient (B) semakin besar. menggunakan wavelet 70 Hz memiliki rata-rata
error sebesar 2,7%.
Tabel 1. Nilai intercept dan gradient sebelum
dan setelah reconvolution Tabel 3. Nilai error intercept (A) dan gradient
(B) setelah dilakukan introduce noise
91
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
92
Youngster Physics Journal ISSN: 2302 - 7371
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, Hal. 83- 94
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 16 Analisis AVO real data seismik setelah [1] Badley, M.E. (1985) Practical Seismic
reconvolution Interpretation, Prentice Hall.
[2] Castagna, J.P., Swan, H.W., dan Foster,
Pada analisis AVO untuk real data D.J. (1998) Framework For AVO
seismik dapat diketahui bahwa proses Gradient and Intercept Interpretation,
reconvolution tidak merubah trend dari Geophysics, 63, 948-956
intercept (A) dan gradient (B) pada masing- [3] Hampson, D.P., dan Russel, B.H.(2008)
masing CDP. Intercept (A) tetap bernilai (+) AVO Workshop Part 1, Cource Notes,
dan gradient (B) tetap bernilai (-) pada real data CGG Veritas.
seismik sebelum dan sesudah dilakukan [4] Kumar, S., Kiran, K., dan Ajoy, B. (2008)
reconvolution, hal tesebut sesuai dengan Frequency Enhancement of Seismic Data,
validasi pada sintetik model yang telah CSEG Recorder, 38-42.
dilakukan sebelumnya. [5] Ostrander, W.J. (1984) Plane-wave
reflection coefficient for gas sands at
KESIMPULAN normal incident, Geophysics, Vol.39, p.
1637-1648.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan [6] Shuey, R.T. (1985) Simplification of The
analisis AVO pada metode reconvolution, maka Zeoppritz Equation, Geophysics 50, 609-
diperoleh kesimpulan bahwa metode 614.
reconvolution mampu memperbaiki resolusi [7] Yilmaz, O. (2001) Seismic Data Analysis:
vertikal data seismik. Hal tersebut disebabkan Processing, Interpretation and Invertion,
oleh meningkatnya frekuensi dominan seismik Society of exploration Geophysics.
dari hasil konvolusi wavelet frekuensi tinggi
sehingga panjang gelombang semakin pendek.
93
Agus Muhidin, dkk. Analisis preservasi amplitudo...
94