You are on page 1of 9

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

VOLUME 5 Nomor 02 Juli 2014 Artikel Penelitian

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN DI


RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2013

IMPLEMENTATION OF FIRE SAFETY MANAGEMENT SYSTEM AT DR.


SOBIRIN HOSPITAL DISTRICT OF MUSI RAWAS 2013

Agung sisen milianto, agum satrio, Hj. Masito, S.Kep, Ners, M.kes.
Prodi S1 Keperawatan universitas Kader Bangsa Palembang, dosen pembimbing mata
kuliah keselamatan pasien & k3 dalam keperawatan
e-mail:agumsatrio0305@gmail.com

ABSTRACT
Background : Hospital has high risk to make victim when fire occure. Beside that, it also effect to building,
activity proccess, social impact and hospital imageThis is because hospital keep flammable objects where
most of inhabitants are disable patients that they need help when evacuation. The aim of this research is to
know the fire safety management system at Dr. Sobirin Hospital district of Musi Rawas.
Method : This research used the qualitative approach. Informants in this study consisted of eight informants
from Hospital Health and Safety Committee which was representative with each sector in hospital. Method
of collecting information through in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), observation and
review documents. Data and content analysis is presented in matrix and narratives.
Result : Management policy have been socialized to all employees through the training. Fire hazard
identification haven’t been documented well. Fire prevention and control programme also have been started.
The Organization have formed the Committee of safety, fire and disaster precautions with a clear job
description. Training haven’t done routinely. Means of fire protection was still relying Fire Extinguisher.
Inspection and maintenance process have been carried out routinely. Fire emergency response was prepared
by creating standard operational procedure (SOP) and special diagram when fires break out. Reporting
system haven’t be done although already it have procedure and report formats. Audit fires already done
internally and not routine.
Conclusion : Fire safety management system has been implemented in hospital. But still need some
improvement in policy sociliazation to patients, routine training, additional protection devices, recording
and documenting any activity and incident, and management evaluation.
Keyword : Management System, Prevention, Control and Fire Fighting

ABSTRAK
Latar Belakang : Rumah sakit (RS) berisiko tinggi menimbulkan korban jiwa saat terjadi kebakaran. Selain
itu juga terhadap gedung, proses kegiatan, dampak sosial dan image RS. Hal ini dikarenakan RS menyimpan
benda-benda mudah terbakar dengan sebagian besar penghuninya adalah pasien yang dalam kondisi tidak
mampu secara fisik sehingga memerlukan bantuan dalam evakuasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sistem manajemen keselamatan kebakaran di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
delapan orang informan dari Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (PK3RS) yang
merupakan perwakilan dari berbagai bidang di RS. Metode pengumpulan informasi melalui wawancara
mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi dan telaah dokumen. Analisa yang digunakan adalah
analisa isi dan data disajikan dalam bentuk matriks dan narasi.
Hasil Penelitian : Kebijakan manajemen telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui pelatihan.
Identifikasi sumber bahaya kebakaran belum terdokumentasi dengan baik. Program pencegahan dan
pengendalian kebakaran juga telah dijalankan. Organisasi telah dibentuk Panitia keselamatan kerja,
kebakaran dan kewaspadaan bencana dengan uraian kerja yang jelas. Pelatihan belum dilakukan secara rutin.
Sarana proteksi kebakaran masih mengandalkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Proses inspeksi dan
pemeliharaan telah dilakukan secara rutin. Upaya tanggap darurat kebakaran dipersiapkan dengan membuat
standar operasional prosedur (SOP) dan diagram khusus ketika terjadi kebakaran. Sistem pelaporan belum

103
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

dilakukan walau telah memiliki prosedur dan format laporan. Audit kebakaran sudah dilakukan secara
internal dan tidak rutin.
Kesimpulan : Sistem manajemen keselamatan kebakaran di Rumah Sakit telah terlaksana. Namun masih
perlu beberapa peningkatan pada sosialisasi kebijakan kepada pasien, pelatihan rutin, penambahan alat
proteksi, pencatatan dan pendokumentasian setiap kegiatan atau kejadian serta evaluasi manajemen.
Kata kunci : Sistem Manajemen, Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Kebakaran

PENDAHULUAN meninggal setelah kebakaran terjadi diduga


Rumah sakit merupakan gedung atau disebabkan kerusakan listrik.7 b) Kebakaran
bangunan yang digunakan 24 jam sebagai Rumah Sakit Kalkuta, India Timur (10
dasar pengobatan medis, penyakit jiwa, Desember 2010). Kaburnya staf medis
kebidanan, ataupun perawatan bedah.1WHO meninggalkan pasien saat api melalap diduga
menanggapi bahwa perlu untuk membangun sebagai penyebab tewasnya lebih dari 89
rumah sakit yang aman, terutama pada situasi pasien.8 c) Kebakaran ruang pusat data RSU
bencana dan keadaan darurat, yang mana Pamekasan Madura (11 Januari 2010).
rumah sakit tersebut harus mampu untuk Seluruh data pasien dan karyawan serta data-
menyelamatkan jiwa dan dapat terus data penting lainnya terbakar.9 d) Rumah Sakit
menyediakan pelayanan kesehatan bagi Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
masyarakat.2 Mataram terbakar (10 Juli 2011). Api
Kondisi darurat yang paling tinggi menghanguskan bangunan yang diperkirakan
mendapatkan perhatian karena seringnya mencapai Rp 50 miliar, serta dua pasien yang
terjadi adalah keadaan darurat karena dirawat tewas.10
kebakaran. Sehingga pemerintah dan para ahli Untuk menjamin tingkat keandalan
mengeluarkan banyak persyaratan yang serta keselamatan bangunan agar dapat
berkaitan dengan keamanan bangunan gedung digunakan sesuai dengan fungsinya, maka
terhadap bahaya kebakaran tersebut.3 perlu dilakukan pengelolaan bahaya
Salah satu tempat yang mempunyai kebakaran dengan baik dan terencana.
risiko kebakaran adalah rumah sakit. Mengelola kebakaran bukan sekedar
Meskipun rumah sakit mempunyai risiko menyediakan alat-alat pemadam, atau
tingkat kebakaran rendah, namun bila terjadi melakukan latihan pemadaman secara berkala
kebakaran akan membawa dampak yang setahun sekali, namun memerlukan program
sangat luas.4Rumah sakit berisiko tinggi terencana dalam suatu sistem yang disebut
menimbulkan korban jiwa saat Manajemen kebakaran dilakukan dalam tiga
terbakar.5Selain itu, kerugian juga terhadap tahapan yaitu pencegahan dilakukan sebelum
aset, kerugian gedung, proses kegiatan kerja, kebakaran terjadi (pra kebakaran),
dan dampak sosial dan image penanggulangan dilakukan saat terjadi
6
perusahaan. Sebagian besar penghuni rumah kebakaran dan rehabilitasi dijalankan setelah
sakit merupakan pasien yang tengah kebakaran (pasca kebakaran).6,11
menjalani perawatan yang dalam kondisi tidak Rumah Sakit Dr. Sobirin merupakan
mampu secara fisik sehingga memerlukan rumah sakit yang berada di kota Lubuklinggau
bantuan dalam evakuasi.6 Oleh karena itu, dan sebagai pusat rujukan tertinggi bagi
evakuasi yang dilakukan tentu akan berbeda kabupaten Musi Rawas, kota Lubuklinggau
dengan penanganan kebakaran yang terjadi di dan beberapa kabupaten/kota lain yang ada di
pasar, pemukiman, hotel atau tempat wisata.5 sekitarnya. Pengelolaan bahaya kebakaran di
Berikut adalah beberapa kasus rumah sakit perlu lebih diperhatikan secara
kebakaran yang melanda berbagai rumah sakit terus-menerus dengan baik dan terencana
di antaranya : a) Terbakarnya rumah Sakit sepanjang siklus kegiatan operasi gedung RS
Turki (25 Mei 2009). Delapan orang pasien tersebut.

104 ● Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 5, Nomor 02 Juli 2014


BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian medis, serta setiap ruangan berpotensi terjadi
deskriptif dengan menggunakan pendekatan korsleting listrik.
kualitatif. Sumber informasi dari penelitian ini “...sumber biso jadi dari bahan yang
diperoleh dari beberapa orang informan. mudah terbakar, seperti tabung gas oksigen,
Teknik pemilihan informan akan dipilih peralatan medis yang menggunakan listrik
secara purposive sampling. Jumlah informan yang mempunyoi kemungkinan korsleting
dalam penelitian ini berjumlah 8 (delapan) listrik. Dan kito jugo ado sterilisasi yang
orang yang dikelompokkan menjadi informan nggunoke kompor gas. Dan ada dari
kunci dan informan. Teknik pengumpulan pembakaran sisa sampah medis di ruang
data/sumber informasi dalam penelitian ini ujung (Insenerator) jugo...” (AJN)
menggunakan wawancara mendalam, Focus
Group Discussion (FGD), observasi dan Program Pencegahan dan Pengendalian
telaah dokumen yang terkait dengan topik Kebakaran
penelitian. Program pencegahan dan pengendalian
kebakaran di antaranya pembentukan panitia,
HASIL PENELITIAN pembuatan standar operasional prosedur
Kebijakan Manajemen
(SOP) tanggap darurat, pemenuhan fasilitas
Kebijakan manajemen mengenai dan pelatihan mengenai kebakaran. Selain itu
kebakaran sudah ada dan telah dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap
disosialisasikan kepada seluruh karyawan RS listrik dan bangunan (APAR, sumber air, dan
melalui pelatihan. Kebijakan tersebut lain-lain), pembuatan SOP di setiap alat atau
tercantum dalam surat keputusan No kegiatan, dan diterapkan peraturan larangan
445/SK/RSSBR/2010 tentang Keselamatan merokok.
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana. “...kita punyo empat program, di
“...untuk kebijakan sudah ada, bentuk antaranya pembentukan panitia dengan
kebijakannya tertulis dan diterapkan sesuai sasaran seluruh karyawan RS yang mewakili,
dengan ketentuan yang ada.........kebijakan pembuatan standar operasional prosedur
disosialisasikan melalui pelatihan dan (SOP) tanggap darurat, pemenuhan fasilitas
simulasi di lapangan dengan petugas yang dan pelatihan...” (S)
terkait ”(S) “...kalo di IPSRS itu pemeriksaan ado 2
tim, ado pemeriksaan listrik, ado pemeriksaan
Identifikasi Bahaya Kebakaran bangunan. Dan untuk peraturan merokok kito
Identifikasi bahaya kebakaran terdapat ado peraturan dilarang merokok, diawasi
beberapa kondisi, tempat dan sumber yang langsung oleh satpam dan perawat...” (TAS)
dapat menimbulkan kebakaran di RS Dr
Sobirin. Di antaranya api dapat bersumber Organisasi dan Uraian Kerja
dari kompor gas, tabung elpiji, genset, Organisasi dan uraian kerja telah
korsleting listrik, Repligator, bahan kimia, dibentuk Panitia keselamatan kerja, kebakaran
Autoclave, alat rontgen, alat pembakaran, dan kewaspadaan bencana (PK3RS) dengan
tabung oksigen (O2) ataupun juga uraian kerja yang telah ditetapkan. Selain
rokok.Ruangan yang berpotensi di antaranya Panitia K3RS, diketahui bahwa di RS Dr.
ruang gizi, ruang genset, ruangan Sobirin mempunyai diagram khusus tim
laboratorium, ruang sterilisasi, ruang panel, pengendali kebakaran yang akan bertindak
ruang insenerator, ruang pembakar sampah ketika terjadi kebakaran.
“...struktur organisasi panitia K3RS ini
dibawahi langsung oleh direktur rumah sakit..
prosedur kerjanya sesuai dengan struktur ke IPSRS. Untuk kesiapan alat proteksi tadi
organisasi dan SOP panitia K3RS...” (S) insya Allah siap digunakan...” (S)
“...dari DPK (dinas pemadam
Pembinaan dan Pelatihan kebakaran) dio langsung ke rumah sakit, dan
Pembinaan dan pelatihan mengenai menemui bagian IPSRS memeriksa tabung
kebakaran dilakukan dengan metode seminar yang masih layak pakai...” (P)
dan simulasi langsung penggunaan APAR
Pelatihan tersebut pernah dilakukan sekali di Tanggap Darurat Kebakaran
tahun 2010 lalu. Tanggap darurat di RS dilaksanakan
oleh tim penanggulangan bencana kebakaran
“...untuk pelatihan pernah diadakan khusus dengan standar operasional prosedur
sekali di tahun 2010. Pelatihannya tentang (SOP) kejadian kebakaran yang telah
K3RS dan salah satu sub pelatihannya ditetapkan. Denah dan jalur evakuasi juga
tentang kebakaran. Untuk kebakaran ada telah terpasang di lingkungan RS dengan
simulasi cara menggunakan APAR oleh empat titik area berkumpul terbuka.
sekuriti RS dan dilihat oleh karyawan yang “...tanggap darurat kito sesuai dengan
lain. Sasaran peserta pelatihan itu yang prototype yang ado. Secara prosedur siapo
terkait dengan SOP. Untuk simulasi evakuasi yang pertamo kali liat melapor ke bagian
belum dilakukan...”(S) Tata Usaha yang lanjut melapor ke direktur
dan direktur megintruksikan petugas untuk
Sistem Proteksi Kebakaran memadamin api, evakuasi dan mindahkan
Alat proteksi kebakaran di RS barang. Untuk evakuasi kito punyo 4 titik
mengandalkan Alat Pemadam Api Ringan berkumpul...” (S)
(APAR) berjumlah 12 tabung dan belum
terdapat sistem deteksi kebakaran, sprinkler, Pencatatan dan Pelaporan
hidran dan Alarm. Alarm yang digunakan Pernah terjadi kejadian kebakaran di RS
untuk pemberitahuan keadaan darurat masih Dr. Sobirin, namun belum dilakukan
menggunakan alarm jam kunjungan. penyelidikan dan pencatatan setiap kejadian.
“...sarana untuk pemadamannyo itu Pencatatan dan pelaporan telah memiliki
kito baru pakek racun api, APAR. Kalo APAR format dan prosedur pelaporan.
itu kito gunain APAR yang powder, terus “...laporan itu ado formatnyo, untuk
CO2, dan ado jugo yang busa, tapi yang busa kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
itu sudah dak layak pakai itu. Jumlah totalnyo Pernah terjadi kejadian kebakaran, Yang
mungkin sekitar 12 APAR, 4 jenis busa, 4 idak dilakukan yang itu, laporan kronologis
jenis CO2 dan sisanya powder...” (TAS) sesudah terjadi kebakaran. Jadinyo idak
diarsipkan. Tapi sudah dilakukan tindakan
Inspeksi dan Pemeliharaan Sarana sesuai prosedur...” (S)
Proteksi Kebakaran
Audit Kebakaran
Inspeksi dan pemeliharaan sarana
proteksi kebakaran dilakukan secara rutin. Audit kebakaran dilaksanakan dengan
Pemeriksaan juga bekerja sama dengan Dinas penilaian atau evaluasi terhadap program K3
Pemadam Kebakaran (DPK) terhadap tabung ataupun kebakaran dalam bentuk evaluasi
APAR selama periode setahun sekali. tanpa form checklist. Belum terdapat
“...pemeriksaan rutin ado didalam prosedural pelaksanaan audit, pendokumen-
program dan yang bertanggung jawab lebih tasian hasil audit maupun tinjauan ulang hasil
audit tersebut.
“...untuk rapat evaluasi kito ado, tapi pengendalian dan pencegahan serta
tidak dengan form checklistnya rapat evaluasi menentukan prioritas program pencegahan.
seharusnya setiap enam bulan sekali minimal Penilaian risiko dapat dilakukan dengan
setahun sekali. Tapi itu belum pernah kito beberapa cara misalnya menggunakan Matriks
lakukan. Penanggung jawabnyo dari ketua Risiko Kebakaran. Saat ini, risiko yang lebih
panitia K3 di rumah sakit...” (S) menjadi perhatian pada rumah sakit adalah
pada instalasi listrik.
PEMBAHASAN
Kebijakan Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian
Kebijakan tersebut sesuai dengan Kebakaran
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Program pencegahan dan pengendalian
Indonesia No. 432/ MENKES/SK/IV/2007
kebakaran yang terorganisir akan menekan
yang menjelaskan bahwa komitmen diwujud-
risiko timbulnya api dan menghindari
kan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,
terjadinya kebakaran.4 Beberapa program
jelas dan mudah dimengerti serta diketahui
pencegahan bahaya kebakaran yang dijelaskan
oleh seluruh karyawan rumah sakit.12
dalam pedoman teknis prasarana rumah sakit
Kebijakan yang ada menyatakan bahwa
sistem proteksi kebakaran aktif di antaranya:14
RS Dr. Sobirin telah menyatakan
Batasi merokok di semua area,tempelkan
komitmennya terhadap K3RS di rumah sakit,
aturan dilarang merokok secara mencolok dan
khususnya mengenai kebakaran. Namun
jangan biarkan pasien merokok di tempat tidur
kebijakan tersebut belum mampu
atau dimana oksigen disimpan, peralatan yang
disosialisasikan kepada pasien dan
rusak dan tidak layak digunakan juga
pengunjung yang ada di RS. Hal ini
merupakan penyebab kebakaran, bersihkan
dikarenakan pasien dan pengunjung yang
serat dan lemak dari peralatan memasak dan
cenderung berganti-ganti. Bentuk sosialisasi
peralatan cuci pakaian,tudung ventilator
dapat berupa pemasangan kebijakan tersebut
(ventilator hood), filter, dan saluran, hindari
pada tempat strategis di RS tersebut.
penggunaan sambungan (ekstensi) kabel,
memeriksa dan memelihara semua peralatan
Identifikasi Bahaya Kebakaran
pada jadwal rutin. Berhati-hatilah mengguna-
Identifikasi tersebut sebagai langkah kan peralatan yang dibawa pasien dari rumah
awal untuk mengembangkan sistem dan ikuti kebijakan mengenai penggunaannya.
manajemen kebakaran adalah dengan Beberapa program pencegahan telah
melakukan identifikasi dan penilaian risiko dilaksanakan, namun beberapa masih butuh
kebakaran yang ada dalam perusahaan atau evaluasi efektivitas program. Misalnya pada
organisasi.6 Penilaian risiko akan membantu program larangan merokok, pengawasan
untuk memastikan bahwa prosedur peraturan merokok masih rendah. Hasil
keselamatan kebakaran, penilaian pencegahan observasi masih ditemukan pelanggaran dari
kebakaran, dan langkah-langkah keselamatan peraturan ini. Peraturan larangan merokok
kebakaran (perencanaan, sistem dan sarana) dapat dimaksimalkan dengan pemberian
semua bekerja dengan baik. Penilaian risiko sanksi untuk peraturan tersebut tidak hanya
harus mengidentifikasi setiap masalah yang berupa teguran kepada oknum yang terlihat
perlu perhatian.13 melanggar.
Pendokumentasian identifikasi dan
penilaian risiko potensi tersebut belum Organisasi dan Uraian Kerja
dilakukan oleh pihak RS. Hal tersebut dapat
Menurut Keputusan Menteri Tenaga
membantu dalam menentukan program
Kerja No. KEP.186/MEN/1999, organisasi
tanggap darurat kebakaran adalah satuan tugas
yang mempunyai tugas khusus fungsional di ketika terjadi kebakaran, namun hal tersebut
bidang kebakaran. Petugas peran belum dijalankan di RS tersebut.
penanggulangan kebakaran adalah petugas
yang diserahi tugas tambahan untuk Sistem Proteksi Kebakaran
mengidentifikasi sumber bahaya dan upaya Menurut Kemenkes RI, sistem proteksi
penanggulangan kebakaran unit kerjanya. 15 kebakaran aktif adalah salah satu faktor
Selain itu, Keputusan Menteri Kesehatan RI keandalan bangunan gedung terhadap bahaya
Nomor 432 tahun 2007 menjelaskan bahwa kebakaran. Sistem proteksi aktif wajib
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah diadakan untuk bangunan rumah sakit dimana
direktur, bukan kerja rangkap dan merupakan sebagian besar penghuninya adalah pasien
unit organisasi yang bertanggung jawab dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat
langsung kepada Direktur RS.12 menyelamatkan dirinya dari bahaya
Panitia K3 RS Dr. Sobirin berada di kebakaran.14
bawah Direktur dengan empat unit kerja dan Penelitian Widyaningsih menjelaskan
uraian kerja yang jelas. Kepanitiaan tersebut bahwa APAR yang ada di Rumah Sakit
telah mewakili berbagai instalasi dan bidang Umum Kardinah Kota Tegal berjumlah 32
di RS. Dalam beberapa tahun terakhir, model tabung tetapi yang masih berfungsi
struktur tersebut mengalami pergantian orang dengan kondisi baik berjumlah 23 buah
dan ditemukan jabatan rangkap di sekretaris sebesar 72% telah sesuai dengan standar.18
panitia dan Ketua Unit II. Sehingga, Dari segi jumlah, APAR yang dimiliki
penempatan orang yang sesuai akan RS Dr. Sobirin belum memenuhi kebutuhan
memaksimalkan kinerja dari kepanitiaan setiap ruangan, sehingga masih membutuhkan
tersebut. penambahan lagi. Jumlah ruangan yang ada
yakni 24 ruangan serta lapangan parkirnya.
Pembinaan dan Pelatihan Penempatan APAR yang ada telah
Pelatihan kebakaran dilakukan kepada ditempatkan pada posisi strategis dilengkapi
seluruh klasifikasi hunian bangunan gedung dengan instruksi penggunaannya. Secara
dan harus dilaksanakan dengan frekuensi yang fisik, beberapa APAR tidak layak untuk
cukup. Pelaksanaan pelatihan dapat digunakan sehingga perlu untuk dilakukan
diselenggarakan bekerja sama dengan pihak penggantian. Seperti 4 buah tabung APAR
yang berwenang setempat. 16 Selain itu, jenis busa yang ada di gedung RS.
frekuensi program latihan penanggulangan
kebakaran secara periodik minimal 1 tahun Inspeksi dan Pemeliharaan Sarana
Proteksi Kebakaran
sekali.17
Pelatihan dan simulasi evakuasi di RS Menurut hasil keputusan Menteri
Dr. Sobirin belum dilakukan secara rutin dan Kesehatan Republik Indonesia No432/
periodik terhadap seluruh karyawan. Pelatihan MENKES/SK/IV/2007, Inspeksi K3
terakhir yang dilaksanakan pada tahun 2010 merupakan satu kegiatan untuk menilai
belum cukup menjamin petugas Tim keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu
Pengendali Kebakaran siap dalam keadaan mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan
darurat kebakaran. Sehingga program latihan secara berkala terutama oleh petugas K3 RS
penanggulangan kebakaran secara periodik sehingga kejadian kebakaran dapat dicegah
hendaknya dilaksanakan minimal 1 tahun sedini mungkin.12
sekali. Pelatihan evakuasi juga menjadi salah Alat pemadam kebakaran di RS Umum
satu cara dalam mengurangi korban jiwa Kardinah Kota Tegal berjumlah 32 model
tabung tetapi yang masih berfungsi dengan
kondisi baik berjumlah 23 buah sebesar 72% dengan tujuan untuk mengetahui apa
telah sesuai dengan standar, tetapi untuk penyebab kebakaran sehingga dapat diambil
pemeriksaan belum sesuai dengan standar langkah pencegahan, tindakan pencegahan
karena pemeriksaan alat pemadam api ringan dan perbaikan.6
dilaksanakan satu tahun sekali.18Begitu juga
dengan RS Dr. Sobirin, pemeriksaaan Audit Kebakaran
dilakukan setahun sekali dan tidak ditemukan Audit bertujuan untuk mengevaluasi
kartu pemeriksaan. kesesuaian penerapan sistem manajemen
kebakaran dalam suatu organisasi dengan
Tanggap Darurat Kebakaran ketentuan atau standar yang berlaku. Dari
Sebagai pembanding, RS Dr. Ernaldi audit akan diketahui apa kelebihan dan
Bahar sudah memiliki prosedur kekurangan dalam manajemen kebakaran
penanggulangan keadaaan darurat kebakaran, sehingga dapat diambil langkah perbaikan.6
namun untuk di setiap ruangan belum Penelitian Kristiyanto di Gedung
memiliki petunjuk teknis penanggulangan Rektorat Universitas Brawijaya belum ada
keadaan darurat kebakaran termasuk nomor checklist tentang audit kebakaran yang
telepon darurat.19 Sedangkan di BRSU ditujukan untuk melihat dan mengevaluasi
Tabanan juga terdapat prosedur tetap tentang kesesuaian sistem manajemen kebakaran
kebakaran. Pihak rumah sakit juga bekerja dengan ketentuan atau standar yang berlaku.21
sama dengan pihak PMK setempat, pihak Audit yang telah dilaksanakan oleh Panitia
Kepolisian, Depnaker, maupun masyarakat K3 Rumah Sakit Dr. Sobirin belum memiliki
setempat tetapi tidak ada perjanjian secara prosedur yang ditetapkan dan
tertulis untuk bantuan dari luar.4 lembar checklist pengevaluasian. Evaluasi
Informasi prosedur untuk kejadian hanya berbentuk rapat tahunan yang tidak
kebakaran atau kejadian darurat belum terlihat rutin. Audit hendaknya dilakukan minimal 1
di tempat strategis rumah sakit. Ini penting tahun sekali dan dapat menggunakan lembar
untuk memudahkan proses tanggap darurat checklist untuk mempermudah proses audit.
kebakaran. Serta pemasangan nomor telepon Audit dapat dilakukan independen baik secara
penting yang dapat dihubungi baik internal internal maupun eksternal Rumah Sakit oleh
maupun eksternal dalam keadaan darurat juga personil yang memiliki pengalaman dan
dapat mempermudah proses komunikasi. kompetensi di bidangnya.

Pencatatan dan Pelaporan KESIMPULAN DAN SARAN


Menurut Down, semua kejadian Berdasarkan penelitian mengenai
kebakaran, meskipun mereka mungkin analisis sistem manajemen keselamatan
tampak tidak signifikan atau dikendalikanoleh kebakaran di Rumah Sakit Dr. Sobirin
petugas Rumah Sakit, harus segera dilaporkan Kabupaten Musi Rawas dapat disimpulkan
ke operator telepon Rumah Sakit. Ini juga bahwa:
berlaku untukkebakaranyang munculakan 1. Sistem manajemen keselamatan kebakaran
padam. Tidak ada karyawan yang boleh dalam tahap perencanaan masih memiliki
berasumsi bahwa api tidak perlu dilaporkan.20 beberapa kelemahan yaitu pihak
Di Rumah Sakit Dr. Sobirin belum manajemen telah membuat kebijakan
ditemukan dokumentasi laporan kejadian kebakaran tertulis dan telah
kebakaran. kejadian yang pernah terjadi hanya disosialisasikan kepada seluruh karyawan
dilakukan upaya penanganan tanpa pelaporan. rumah sakit selain pasien dan pengunjung
Penyelidikan kebakaran sangat diperlukan RS, identifikasi sumber bahaya kebakaran
telah diketahui di rumah sakit tersebut dan 1. Dilakukan sosialisasi kebijakan kepada
belum terdokumentasi dengan baik, pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah
program pencegahan dan pengendalian sakit. Pendokumentasian terhadap
kebakaran juga telah dijalankan, telah identifikasi bahaya kebakaran yang ada di
dibentuk Panitia keselamatan kerja, gedung. Pengawasan dan peraturan
kebakaran dan kewaspadaan bencana larangan merokok dapat dimaksimalkan
(PK3RS) dengan uraian kerja yang jelas dengan pemberian sanksi. Perlu
sebagai Organisasi tanggap kebakaran, penempatan ahli K3 pada struktur
pelatihan yang telah dilaksanakan belum kepanitiaan K3 RS, khususnya pada
dilakukan secara rutin, sarana proteksi sekretaris Panitia K3 Rumah Sakit.
kebakaran masih mengandalkan APAR, Pelatihan mengenai kebakaran dan
proses inspeksi dan pemeliharaan telah evakuasi dapat dilakukan secara rutin dan
dilakukan secara rutin.\ periodik untuk membiasakan petugas
2. Saat terjadi kebakarran, upaya tanggap dalam bertindak. Serta penambahan alat
darurat kebakaran dipersiapkan dengan proteksi seperti alat deteksi kebakaran dan
membuat standar operasional prosedur springkler. Pendokumentasian pelaporan
(SOP) dan diagram khusus ketika terjadi dengan baik akan membantu dalam proses
kebakaran, yakni tim pengendali evaluasi program yang telah dijalankan.
kebakaran khusus. 2. Penempatan informasi prosedur kejadian
3. Pasca kebakaran, sistem pelaporan sudah kebakaran di tempat strategis RS dapat
memiliki prosedur dan format laporan memudahkan proses tanggap darurat
namun belum ada pencatatan yang kebakaran.
dilakukan. Audit kebakaran sudah 3. Pencatatan kejadian kebakaran diharapkan
dilakukan secara internal namun belum mampu mencegah dan memperbaiki sistem
menggunakan lembar checklist. agar kejadian kebakaran tidak terulang
Berdasarkan hasil penelitian diatas kembali. Serta audit yang dilakukan
dapat disarankan bahwa kepada Rumah Sakit minimal 1 tahun sekali dengan
Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas untuk: menggunakan lembar checklist untuk
mempermudah proses audit.

DAFTAR PUSTAKA Management), Dian Rakyat, Jakarta.


1. National Fire Protection Association 2010.
(NFPA) 101. Life Safety Code. 6. Hutapea, Rita Uli. Rumah Sakit
USA.2002. Kebakaran, 8 Pasien Tewas, detik News,
2. Kementrian Kesehatan Republik Senin, 25 Mei 2009, Dari :
Indonesia. Pedoman Teknis Bangunan http://news.detik.com/read/2009/05/26/1
Rumah Sakit yang Aman dalam Situasi 51453/1137380/10/rumah-sakit-
Darurat dan Bencana, Dirjen Bina Upaya kebakaran-8-pasien-tewas?nd771104bcj
Kesehatan, Jakarta. 2012. [11 April 2013]. 2009
3. Purbo, Hartono. Utilitas Bangunan. 7. Puji, Siwi Tri. Para Staf Kabur
Jambatan. Jakarta. 2002. Duluan...Kebakaran di Rumah Sakit
4. Nayka, Esa Prakasa dan Mulyono. India Tewaskan 89 Pasien, Republika
Online Internasional. Sabtu, 10
Penilaian Risiko dan Upaya Tanggap
Desember 2011,
Darurat Kebakaran di BRSU Tabanan
Dari:http://www.republika.co.id/berita/in
Bali, Fakultas Kesehatan Masyarkat
ternasional/global/11/12/10/lvz1m5-para-
Universitas Airlangga, Surabaya.2012.
staf-kabur-duluankebakaran-di-rumah-
5. Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis
sakit-india-tewaskan-89-pasien [11 April
Manajemen Kebakaran (Fire
2013]. 2011.
8. Yanuar, Ardi. Ruang Pusat Data RSU Darurat dan Bencana, Dirjen Bina
Pamekasan Terbakar, Detik Surabaya, Upaya Kesehatan, Jakarta. 2012.
Senin, 11 Januari 2010. Dari: 14. Republik Indonesia. Keputusan Menteri
http://surabaya.detik.com/read/2010/01/1 Tenaga Kerja No.Kep.186/Men/1999
1/115615/1275717/475/ruang-pusat-data- tentang Unit Penanggulangan
rsu-pamekasan-terbakar [11 April 2013]. Kebakaran di Tempat Kerja. Jakarta.
2010. 1999.
9. Kristanti, Elin Yunita. Kerugian 15. Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Kebakaran RS NTB Sekitar Rp 50 Miliar. Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008
VIVAnews, Minggu, 10 Juli 2011, Dari : tentang Persyaratan Teknis Sistem
http://cangkang.vivanews.com/timnas/ne Proteksi Kebakaran pada Bangunan
ws/read/232531-kerugian-kebakaran-rs- Gedung dan Lingkungan. Jakarta. 2008.
ntb-sekitar-rp50-miliar [11 April 2013]. 16. National Fire Protection Association
2011. (NFPA) 101. Life Safety Code. USA.
10. Lasino, dan Suhedi, Fefen. Kajian 2002.
Penerapan Manajemen Keselamatan 17. Widyaningsih. Studi tentang Sarana dan
Kebakaran (Fire Safety Management ) Prasarana Pemadam Kebakaran di
Pada Bangunan Gedung Tinggi di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota
Indonesia, Balai Sains Bangunan- Tegal”. [Skripsi] Fakultas Kesehatan
Puslitbang Permukiman, Departemen Masyarakat Univeritas Dipoogoro,
Pekerjaan Umum, Jakarta. 2006. Semarang. 2006.
11. Republik Indonesia. Keputusan Menteri 18. Hepiman, Fison. Rancangan dan
Kesehatan Tanggap Darurat Terhadap Bahaya
No.432/MENKES/SK/ IV/2007 tentang Kebakaran di Rumah Sakit dr. Ernaldi
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Bahar Palembang, [Skripsi] Fakultas
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. Kesehatan Masyarakat Universitas
Jakarta. 2007. Sriwijaya, Inderalaya.2009.
12. HM Government. Fires Safety Risk 19. Down, Philip B. Hospitals
Assessment : sleeping acommodation. Policy/Procedure. Doctors Community
Departement for Communities and Local Hospitals. 2010.
Government, Eland House, Bressenden 20. Kristiyanto, A. Evaluasi Sistem
Place. London. 2006. Manajemen Kebakaran Gedung Rektorat
13. Kementrian Kesehatan Republik Universitas Brawijaya (Lt. 1 s.d 4).
Indonesia. Pedoman Teknis Bangunan ERUDIO, Vol. 1, No. 1, Desember 2012
Rumah Sakit yang Aman dalam Situasi pp 21-27.2012.

You might also like