TUGAS MANAJEMEN KONTRAK
EMPLOYER-SELECTED SUB-CONTRACTORS
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Rianto B. Adiharjo, MSc., PhD.
Ir. Aditya Sutantio, MMT.
MANAJEMEN PROYEK
MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS
SURABAYA
2015Construction Contract Law & Managent
20 Pemilihan Langsung Subkontraktor oleh Employer
Nominasi sub-kontraktor/sub-kontraktor ternominasi adalah salah satu jenis kontrak
dimana pemilik dapat memilih sub kontraktor di dalam suatu kontrak. Diharapkan semua
proses yang berlangsung bersifat prosedural/normatif, dimana secara umum tanggung
jawab & hak adalah milik para pihak yang bertanda tangan di kontrak, bukan pada sub
kontaktor. Prosedur ini diawali di Inggris, sampai dengan sekarang cukup berkeribang
bentuknya akan tetapi kecenderungannya tidak banyak diterapkan lagi.
20.1 Alasan Employer Melakukan Pemitihan Langsung Subkontaktor
Secara umum yang terjadi dalam kontrak adalah pengajuan/penunjukan suatu penyedia
jasa oleh pemilik kepada penyedia jasa pemegang kontrak/kontraktor induk untuk.
mengerjakan pekerjaan tertentu, yang sebelumnya telah tersampaikan dalam akad.
Efek/keuntungan yang dapat timbul pada penunjukan diantaranya adalah mampu
memperpendek proses pengadean penyedia jasa untuk pekerjaan tertentu tesebut, dan
juga pembatasan/pengalihan tanggung jawab kontraktor induk bila terjadi kegagalan
pekerjaan/produk. Pemilihan langsung ini digunakan tidak hanya untuk mengontrot
kualitas pekerjaan oleh employer tetapi juga memiliki pengaruh penting terhadap waktu
dan harga. Selain bermanfaat bagi employer penunjukkan langsung subkontraktor ini juga
bermanfaat bagi kontraktor, yaitu dengan bisa menu sotkan diskon tunai dalam
pembayaran.
20.2 Prosedur Pemilihan
Dalam hal pengajuan penyedia jasa/sub kontraktor diharapkan mengikuti kaidah-kaidah
pengadaan yang berlaku. Antara lain :
20.2.4 Nominasi subkontraktor dengan aturan JCT 98
Efek yang dinarapkan adalah adanya hak yang memungkinkan pemilik dapat mengajukan
klaim langsung kepada sub kontraktor atas kegagalan yg terjadi. Dengan demikian pertu
adanya restrukturisasi atas hubungan, hak dan kewajiban pada pemilik-kontraktor-sub
kontraktor, batik yang terdapat dalam kiausul kontrak maupun dalam kesepakatan lainnya,
20.2.2. Nominasi Pemasok dengan aturan JCT 98
Kondisi yang menggambarkan bahwa penyediaan barang sesuai yang disyaratkan adalah
oleh pemasok barang, selanjutnya dimungkinkan kontraktor memungut komisi/keuntungan
atas biaya yang ditawarkan dalam kontrak. Biaya ini termasuk biaya untuk pengepakan,
transportasi dan pengiriman, dan juga biaya apapun baik yang dikeluarkan oleh kontraktor
yang tidak seharusnya dapat diganti sesuai_kontrak. Kemudian terdapat pulaConstruction Contact Law & Managment
Jaminan/garansi dimana pemasok menjamin bahwa desain, pemilihan bahan dan kepuasan
terhadap kinerja telah dan akan dilakukan dengan hati-hati dan terampil.
20.2.3 Nominasi dengan aturan ICE 7
Satu aturan sub kontrak yang mensyaratkan sub kontraktor sekaligus juga sebagai
penyedia/pemasok barang. Juga berisikan tentang hak kontraktor untuk berkeberatan
Untuk setiap nominasi yang diusulkan, penolakan Kontraktor terhadap nominasi
subkontraktor, dan berbagai alternative untuk menangani keberatan dari kontraktor
terhadap nominasi subkontraktor. Dimungkinan untuk bisa mengerjakan banyak item
pekerjaan serta mampu memberikan jaminan terhadap kontraktor utama.
20.2.4 Penamaan Subkontraktor dengan aturan JCT IC 05
‘Suatu usulan/nominasi penyedia jasa Konstruksi/sub kontraktor yang menangant pekerjaan
spesifik/khusus dimana pemilik dapat menunjuk langsung ke penyedia yang bersangkutan
dan tidak melalui prosedur secara utuh. Dengan cara ini keuntungan yang didapat pemilik
tidak perlu membuang waktu untuk pengajuan yang terpisah dan kontraktor utama dapat
menghemat waktu karena sejak awal sudah jelas pekerjaan yang ditangani. Sehingga bila
terjadi keterlambatan maka pengajuan kompensasi/perpanjangan waktu akan lebih
mudah dan berdasar.
20.3 Kegagalan pada Nominasi Subkontraktor
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bila tidak diatur secara «husus maka tanggung jawab,
hak dan wanprestasi adalah pada para pihak yang bertanda tangan di kontrak, bukan pada
subkontraktor.
20.3.1 Kewajiban dari Subkontraktor kepada employer
Kewajiban dalam kelalaian meliputi tanggung jawab terhadap hasil pekerjaan
subkontraktor. Kewajiban ini dimungkinkan bila ada ikatan langsung/kontrak antara
pemilik dengan subkontrator, dimana subkontraktor akan menanggung kerugian yang
dapat _menyebabkan kehilangan potensi ekonomis akibat kegagalan kinerja dari
subkontraktor.
20.3.2 Posisi Kontraktor Utama
Dalam hal menentukan siapa yang harus bertanggung jawab dalam suatu permasalahan
sangat tergantung pada jenis Kesalahan yang ada pada masalah, jenis kerugian yang
dlisebabkan, orang yang menderita kerugian, tindakan selanjutnya dari para pihak dan
yang terpenting yaitu ketentuan yang terdapat dalam kontrak. Sudah sepatutnya bila
kontraktor bertanggung jawab atas semua hal yang dibebankan kepadanya, termasuk
diantaranya hal-hal akibat kegagalan yang disebabkan oleh kinerja subkontraktor.onstruction Contact Law & Managment
Parameter yang diacu adalah hal yang sama, yaitu RKS/KAK, sehingga penilatan atas
penerimaan pekerjaan pun menjadi lebih terukur.
Bila ada satu kondisi yang memungkinkan pemilik dapat berinteraksi langsung dengan
subkontraktor sehingga saat terjadi keterlambatan maka pemilik memberikan kompensasi
‘waktu kepada subkontraktor, sedangkan kontraktor utama tidak mendapatkannya. Hal ini
adalah termasuk yang tidak patut untuk dilakukan karena dapat mengacaukan jadwal
kerja yang telah disusun/disepakati, yang dapat memicu kegagalan pekerjaan dan
berujung pada pemutusan kontrak.
20.4 Hak Subkontraktor Nominasi
Hakchak yang dimiliki oleh subkontraktor kurang lebih sama dengan subkontraktor laianya
kecuali dengan ketentuan Khusus tentang pembayaran dan uang retensi/Jaminan.
20.4.1 Pembayaran
Secara umum hak dan kewajiban subkontraktor berhubungan dengan Kontraktor utama.
Dengan ketentuan ini tidaklah mengatur pemutusan kontrak terhadap subkontraktor oleh
pemilik, sedangkan pembayaran dilakukan sesuai seperti yang disyaratkan oleh kontraktor
utara, batk melalui penilaian pihak lain atau sertfikat.
20.4.2 Uang Retensi
Retensi adalah sejumlah uang/biaya yang ditahan sebajll\jaminan atas capatan suatu
prestasi pekerjaan, dengan tujuan untuk jaminan kontraktor dalam menjage mutu
pekerjeannya, baik pada masa pelaksanaan maupun pemetiharan. Retensi dapat ditarik
embali bila durasi waktu tertentu yang disepakati telah terlewati dan tidak ada klaim
erusakan/kegagalan atas hasil pekerjaan tersebut. Bila ada kerusakan/kegagalan yang
tidak bisa diperbatki dalam rentang waktu tersebut maka pemilik berhak mengklaim
retensi tersebut menjadi milikrya yang nantinya akan dipergunakan untuk memperbaiki
kerusakan tersebut.