You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOFARMAKA
TUGAS IV : PEMBUATAN KAPSUL EKSTRAK KENCUR DAN UJI
KESERAGAMAN BOBOT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
FARMASI B

Sinta Kumala Sari : 201510410311054


Imas Arie Masfufa : 201510410311067
Mega Ayu Wulandari : 201510410311076
Anik Rizalatul Farida : 201510410311092
Geby Novca Indi Alamanda : 201510410311096

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena


berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan laporan praktikum fitofarmaka ini.
Laporan ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah fitofarmaka yang berjudul
“Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur dan Uji Keseragaman Bobot”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa/i dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Malang, 22 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

Latar Belakang......................................................................................................1

Tujuan...................................................................................................................1

Manfaat.................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

Tanaman Rimpang Kencur...................................................................................2

Etil Parametoksi Sinamat......................................................................................3

Senyawa Marker...................................................................................................4

Kapsul...................................................................................................................5

Keseragaman Bobot..............................................................................................6

Cab-o-sil...............................................................................................................7

Avicel....................................................................................................................8

BAB III PROSEDUR KERJA.................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................11

BAB IV KESIMPULAN........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut (Depkes RI, 2014). Bahan aktif yang
digunakan untuk pembuatan kapsul yaitu ekstrak kering rimpang kencur
dalam bentuk serbuk. dengan dibuat kapsul rimpang kencur maka bau dan
rasa yang kuat atau tidak enak dapat tertutupi. Dan juga penggunaannya
mudah ditelan.
Rimpang kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, rasa mual, masuk angina, pegal-pegal,
pengompresan bengkak, tetanus, penambah nafsu makan dan juga sebagai
minuman segar (Rukmana, 2010).
Pada praktikum fitofarmaka dilakukan pembuatan kapsul dari
ekstrak kering rimpang kencur dengan bahan tambahan cab-o-sil dan
avisel (3:1). Metode pengisian isi kapsul dapat dilakukan secara manual
maupun menggunakan alat pengisi kapsul. Untuk memenuhi salah satu
persyarat kapsul maka dilakukan uji keseragaman bobot dengan cara yang
tertera pada Farmakope Indonesia edisi ketiga.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di dapat tujuan dari penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan kapsul ektrak kencur
2. Untuk dapat melakukan uji kesragaman bobot
1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di dapat manfaat dari penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat membuat kapsul ekstrak kencur
2. Mahasiswa dapat mengetahui kapsul yang dibuat memenuhi uji
keseragaman bobot atau tidak

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Spesies : Kaempferia galanga L.

Gambar 1. Bunga Kencur Gambar 2. Daun Kencur

Gambar 3. Rimpang Kencur

Kencur termasuk ke dalam terna kecil yang siklus hidupnya semusim atau
beberapa musim, yaitu pada musim penghujan. Rimpang kencur sebagian
terletak di atas tanah. Bentuk rimpang umumnya bulat, bagian tengah

2
berwarna putih dan pinggirnya coklat-kekuningan dan berbau harum.
Berbatang semu yang sangat pendek terbentuk dari pelepah-pelepah daun
yang saling menutupi. Daun-daun kencur tumbuh tunggal, melebar dan
mendatar hampir rata dengan permukaan tanah. Warna bunganya putih, ungu
hingga lembayung dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga.
Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang terletak
tenggelam (Rukmana, 2010).
Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Salah
satunya pada sel daun kencur dan rimpang kencur. Zat-zat kimia yang telah
banyak diteliti adalah pada rimpangnya, yakni mengandung minyak atsiri
2,4% - 3,9%, juga cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam cinnamat,
etil ester dan pentadekan. Rimpang kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal-
gatal pada tenggorokan, perut kembung, rasa mual, masuk angina, pegal-
pegal, pengompresan bengkak, tetanus, penambah nafsu makan dan juga
sebagai minuman segar (Rukmana, 2010).

1.2 Etil Parametoksi Sinamat (EPMS)


EPMS termasuk ke dalam senyawa eter yang mengandung cincin benzene
dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehigga dalam ekstaksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol,
etil asetat, metanol, air dan heksan. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus
diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diekstrak,
keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendakati sama. Hasil
penelitian pada penelitian pelarut pada suhu kamar didapat bahwa heksan
adalah pelarut yang paling sesuai ditandai dengan % hasil isolasi tertinggi
yaitu 2,111% yang diikuti etanol yaitu 1,434%, dan etil asetat 0,542%
sedangkan dengan aquades tidak terdapat Kristal (Taufikkurohmah dkk,
2008).
EPMS adalah salah satu produk alam yang terdapat pada kencur
(Kaemferia galangal Linn) dalam jumlah yang relatif besar. Isolasi dan
pemurniaan EPMS dapat dilakukan dengan mudah menggunakan metanol

3
sehingga didapatkan kristal berwarna putih. Selain itu EPMS mempunyai
gugus fungsi yang reaktif sehingga sangat mudah ditransformasikan menjadi
gugus fungsi yang lain (Barus, 2009).

Gambar 4. Struktur EPMS


1.3 Senyawa Marker
Senyawa marker diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama adalah
senyawa marker aktif, yaitu senyawa atau golongan senyawa yang diketahui
secara umum mempunyai konstribusi dalam aktifitas terapetik. Yang kedua
adalah senyawa marker analisis yaitu senyawa atau golongan senyawa yang
digunakan untuk tujuan analisis tanpa perlu mengetahui adanya konstribusi
aktifitas terapetik atau tidak (Natural Health Product Directorate’s Canada,
2012). Karena hanya senjumlah kecil senyawa kimia yang terbukti memiliki
aktifitas farmakologi yang jelas, sehingga senyawa kimia lainnya juga dapat
digunakan sebagai marker. Senyawa marker dapat menjadi indikator kualitas
obat herbal (Li et al. 2008).
Klasifikasi Senyawa Marker
1. Komponen terapetik
Komponen Terapetik diketahui memiliki efek terapi langsung dari
obat herbal. Senyawa tersebut dapat digunakan sebagai sebagai senyawa
marker untuk pengujian kualitatif dan kuantitatif (Li et al. 2008).
2. Komponen Bioaktif
Komponen Bioaktif secara struktural kimia berbeda dengan obat
herbal. Saat komponen tunggal tidak mempunyai efek terapi langsung,
kombinasi dari bioaktivitas keduanya memberi efek terapi (Li et al. 2008).
3. Komponen Sinergis
Komponen Sinergis tidak berperan pada efek terapi ataupun
bioaktifitas secara langsung. Namun, mereka bekerja secara sinergis untuk

4
menguatkan bioaktifitas dari komponen lain untuk meningkatkan efek
terapi obat herbal (Li et al. 2008).
4. Komponen Identitas
Untuk dapat berperan dalam efek terapi, Komponen identitas haruslah
bahan yang spesifik dan atau unik dari obat herbal (Li et al. 2008).
5. Komponen Major
Komponen Major merupakan senyawa yang memiliki kandungan
terbesar dalam tanaman. Kelompok bukan komponen identitas dan
memiliki bioaktifitas yang belum diketahui pasti. Komponen major
digunakan untuk analisis kualitatifa dan kuantitatif dari obat herbal
khususnya untuk efaluasi stabilitas dan diferensiasi (Li et al. 2008).
6. Komponen Korelatif
Komponen korelatif merupakan komponen yang memiliki kedekatan
hubungan dengan yang lainnya. contohnya saja dapat menjadi prekusor
produk atau metabolit dari suatu reaksi kimia atau enzimatis. Komponen
korelatif dapat digunakan sebagai senyawa marker untuk menguji kualitas
obat tradisional yang berasal dari lokasi berbeda dan pada waktu
penyimpananyang berbeda pula (Li et al. 2008).
7. Komponen Toksik
Senyawa yang menunjukkan sifat alergi dan toksik (Li et al. 2008).
8. Komponen Umum
Komponen umum merupakan senyawa yang umum terdapat dalam
tanaman. Komponen umum diidentifikasi dengan fingerprint untuk quality
control (Li et al. 2008).

1.4 Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau
lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan
lain (Depkes RI, 1979).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang

5
kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar
(000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00
adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul
gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran
OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter
(Depkes RI, 2014).
Dalam praktek pelayanan resep di apotik, kapsul cangkang keras dapat
diisi dengan tangan; cara ini memilih obat tunggal atau campuran dengan
dosis tepat yang paling baik bagi setiap pasien. Fleksibilitas ini merupakan
kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet dan
kapsul cangkang lunak (Depkes RI, 2014).

Kapsul lepas tunda


Kapsul dapat disalut atau pada umumnya enkapsulasi granul disalut untuk
menghambat pelepasan obat dalam cairan lambung dimana penundaan
menjadi penting untuk mengurangi masalah yang potensial yang
menyebabkan obat diinaktivasi atau iritasi mukosa lambung. Istilah ”lepas
tunda” digunakan pada masing-masing monografi kapsul salut enterik yang
ditujukan untuk menunda pelepasan obat (Depkes RI, 2014).

Kapsul lepas lambat


Kapsul lepas lambat diformulasi dengan cara tersebut untuk membuat obat
tersedia selama periode waktu perpanjangan setelah dikonsumsi. Istilah seperti
”prolonged-action,” ”repeat-action,” dan ”sustainedrelease” juga digunakan
untuk menggambarkan sediaan tersebut (Depkes RI, 2014).

1.5 Keseragaman bobot


Cara untuk kapsul yang berisi obat kering. Timbang 20 kapsul.
Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, timbang
seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-
rata tiap kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan

6
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan
kolom B.

Bobot rata-rata isi Perbedaan bobot isi kapsul dalam %


kapsul A B
120 mg atau lebih ± 10 % ± 20 %
Lebih dari 120 mg ± 7.5 % ± 15 %
(Depkes RI, 1979).

Keseragaman bobot untuk Serbuk Simplisia

Dari 10 kemasan primer tidak lebih dari 2 kemasan yang masing-masing


bobot isinya menyimpang dari tabel dan tidak satu kemasanpun yang bobot
isinya menyimpang dua kali lipat dari tabel berikut:

Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot


serbuk rata-rata
≤ 0,1 g ± 15%
> 0,1 - 0,5 g ± 10%
> 0,5 - 1,5 g ± 8%
> 1,5 - 6 g ± 7%
>6g ± 5%
(Perka BPOM nomor 12 tahun 2014)

1.6 Cab- o-sil (HPE, 6 th , 185)


Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica;
fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis
anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon
dioxide fumed; synthetic amorphous silica; Wacker HDK.
Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant; suspending
agent; tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-increasing agent.
Pemerian : Silikon dioksida koloid adalah silika berasap submikroskopik
dengan ukuran partikel sekitar 15 nm. Cab-O-Sil adalah cahaya, longgar,
berwarna putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, bubuk amorf.
pH : 3,8-4,2
Kelarutan : Secara praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam,
kecuali asam fluorida; larut dalam larutan panas alkali hidroksida. Membentuk

7
dispersi koloid dengan air. Untuk Aerosil, kelarutan dalam air adalah 150 mg /
L pada 258C (pH 7).
Stabilitas :
Silikon dioksida koloid bersifat higroskopis tetapi mengadsorpsi dalam jumlah
besar air tanpa pencairan. Ketika digunakan dalam sistem berair pada pH 0-
7,5, silikon dioksida koloid efektif dalam meningkatkan viskositas suatu
sistem. Namun, pada pH lebih dari 7,5 viskositas meningkat sifat-sifat koloid
silikon dioksida berkurang; dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan ini hilang
sepenuhnya sejak silicon dioksida larut membentu silikat. Silikon dioksida
koloid bubuk harus disimpan dalam wadah tertutup.

1.7 Avisel (HPE, 6 th ,139)


Sinonim : Cellulose, Silicified Microcrystalline
Fungsi : Tablet dan kapsul diluent.
Pemerian : Selulosa mikrokristalin silisifikasi bersifat sinergis dan intim
campuran dua komponen: selulosa mikrokristalin dan koloid silikon dioksida
(untuk informasi lebih lanjut lihat Selulosa, Mikrokristalin dan Silikon
Dioksida Koloid). Mikrokristalin silisifikasi selulosa mengandung 2% b / b
silikon dioksida koloid.
Distribusi ukuran partikel : Ukuran partikel tipikal adalah 20-200 mm. Nilai
yang berbeda mungkin memiliki ukuran partikel rata-rata normal yang
berbeda.
Kelarutan : Secara praktis tidak larut dalam air, asam encer, dan sebagian
besar Pelarut organik. Komponen selulosa mikrokristalin adalah sedikit larut
dalam 5% b / b laruta natrium hidroksida.
Stabilitas : Selulosa mikrokristalin silisif stabil ketika disimpan dalam wadah
tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering.

BAB III
PROSEDUR KERJA

8
3.1. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Timbangan analitik 1. Sampel ekstrak kencur
2. Timbangan kasar 2. Cangkang kapsul
3. Mortir dan stamper 3. Avicel
4. Alat pengisi kapsul 4. Cab-O sil

3.2. Pembuatan Kapsul


1. Dibuat 20 kapsul dari bahan aktif ekstrak kencur dengan komposisi
senyawa marker EPMS sebanyak 15 mg /kapsul.
2. Tambahkan Cab-o-sil dan Avicel pada perbandingan 3:1.

3.3. Keseragaman Bobot


1. Timbang masing-masing berat 20 kapsul, dan timbang cangkang kosong
serta isi dikeluarkan (hitung berapa % kesalahan dibandingkan dengan
berat kapsul yang direncanakan)
2. Masukkan kembali kedalam cangkang kapsul, simpan dalam wadah
tertutup rapat dan beri etiket
3. Hitung % penyimpangan dan sesuaikan dengan literature uji keseragaman
bobot

9
1. Pembuatan kapsul

Dibuat 20 kapsul dari bahan aktif ekstrak kencur dengan komposisi


senyawa marker EPMS sebanyak 15 mg /kapsul

Tambahkan Cab-o-sil dan Avicel pada perbandingan 1 : 3

2. Keseragaman bobot kapsul

Timbang masing-masing berat 20 kapsul, dan timbang cangkang kosong


serta isi dikeluarkan

Masukkan kembali isi kedalam cangkang kapsul

simpan dalam wadah tertutup rapat dan beri etiket

Hitung % penyimpangan dan sesuaikan dengan literature uji keseragaman


bobot

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
a. Perhitungan bobot bahan isi kapsul
% Kadar rata-rata EPMS dalam ekstrak : 31,57 %
Cab-o-sil : Aviscel = ( 1 : 3 )
EPMS = 15 mg/kapsul
100 kapsul = 1500 mg

- Ekstrak =

200 mg x 100 kapsul = 20000 mg


20000 mg – 4751,35 mg = 15248,65 mg

- Cab-o-sil =

- Avicel =

- Total = 4751,35 mg + 3812,16 mg + 11436,49 mg


= 20000 mg = 20 g

b. % Kesalahan = x 100%

= x 100%

= 0,4%

c. Tabel bobot kapsul

No. Bobot Kapsul Cangkang Kapsul Isi % Penyimpangan


1. 0,346 g 0,126 g 0,220 g 10 %
2. 0,252 g 0,131 g 0,221 g 10,5 %

11
3. 0,342 g 0,131 g 0,211 g 5,5 %
4. 0,309 g 0,125 g 0,184 g 8%
5. 0,328 g 0,126 g 0,202 g 1%
6. 0,317 g 0,133 g 0,133 g 8%
7. 0,341 g 0,130 g 0,211 g 5,5 %
8. 0,316 g 0,122 g 0,194 g 3%
9. 0,319 g 0,128 g 0,191 g 4,5 %
10. 0,329 g 0,122 g 0,207 g 3,5 %
11. 0,312 g 0,124 g 0,188 g 6%
12. 0,338 g 0,135 g 0,203 g 1,5 %
13. 0,316 g 0,127 g 0,189 g 5,5 %
14. 0,339 g 0,134 g 0,205 g 2,5 %
15. 0,323 g 0,124 g 0,199 g 0,5 %
16. 0,326 g 0,129 g 0,197 g 1,5 %
17. 0,325 g 0,125 g 0,200 g 0%
18. 0,330 g 0,124 g 0,206 g 3%
19. 0,314 g 0,127 g 0,187 g 6,5 %
20. 0,333 g 0,142 g 0,191 g 4,5 %

Jumlah isi = 3,99 g


Rata-rata isi = 0,1995 g ~ 0,200 g

% Penyimpangan =

12
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membuat sediaan kapsul dari ekstrak kencur.
Alasan dipilihnya sediaan kapsul antara lain dapat menutupi rasa yang pahit
dan tidak enak dari obat ekstrak karena ekstrak tumbuhan sebagian besar
memiliki rasa pahit atau getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat
menutupi rasa pahit dan meningkatkan akseptabilitas pasien terhadap sediaan
yang telah diformulasikan.
Tahap awal yang kami lakukan yaitu perhitungan teoritis dari % kadar
rata-rata EPMS dalam ekstrak sebesar 31,57 %. Sehingga didapat bobot
ekstrak yang akan ditimbang sebanyak 4751,35 mg ~ 4,75 g. bahan tambahan
menggunakan cab-o-sil dan avicel perbandingan 1:3. Fungsi cab-o-sil ialah
sebagai adsorban, sedangkan avicel berfungsi sebagai pengisi maupun
adsorbsen untuk mengeringkan ekstrak. Menimbang avicel dan cab-o-sil
setelah ditimbang dicampur digerus menjadi satu sampai homogen, ketika
sudah homogen lalu timbang, hasil yang diperoleh 19,92 g dengan
%kesalahan 0,4 %. Kemudian campuran ekstrak dibagi menjadi 2 sejumlah
9,96 g. menggunakan teknik manual dengan kertas yang diikat pada badan
cangkang kapsul sebanyak 50 kapsul diisi dengan ektrak sebanyak 100 kapsul
Pada pembuatan kapsul melakukan evaluasi mutu kapsul yang terdiri dari
uji keseragaman bobot. Uji keseragaman bobot kandungan pertama ditimbang
20 kapsul satu persatu, kemudiaan mengeluarkan isi kapsul dan menimbang
cangkang kapsul lalu di hitung bobot rata-rata tiap kapsul. Kemudian dihitung
%penyimpangan didapat 0,25%.

13
BAB V

KESIMPULAN

Menurut BPOM nomor 12 tahun 2014 untuk kapsul yang berisi obat
tradisional kering yakni tidak lebih dari 2 kapsul masing-masing bobot isinya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 10 % dan tidak 1 kapsul
menyimpang dari 25%. Jadi persentase penyimpangan yang didapat kelompok
kami memenuhi syarat diatas yakni 0%. Dari jumlah isi sebesar 3,99 gram, rata-
rata isi kapsul sebesar 199,5 mg dan persentase penyimpang sebesar 0,25%.

14
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari
Kencur (Kaempferia galangal Linn). Medan: Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
ketiga. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi
kelima. Jakarta.
Li, Songlin., et al. 2008. Chemical Marker for The Quality Control of Herbal
Medicines: An Overview. China: Lisence BioMed Central Ltd.
Natural Health Products Directorate. 2012. Draft: Quality of Natural Health
Products Guide.
Peraturan Kepala Badan POM No.12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional.
Rama, P. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta. Penerbit
Agro. Media.
Rowe, Raymond C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London. Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association.
Taufikurohmah, T, Rusmini, Nurhayati. 2008. Pemilihan Pelarut Optimasi Suhu
pada Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang
Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya pada Industri Kosmetik.

15

You might also like