You are on page 1of 8

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No.

2 November 2018: 185-192_________________ISSN 2087-4871

HISTAMIN DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEMBENTUK HISTAMIN PADA TUNA


MATA BESAR (Thunnus obesus)

HISTAMINE AND IDENTIFICATION HISTAMINE - FORMING BACTERIA IN


Thunnus obesus
Stevy Imelda Murniati Wodi1, Wini Trilaksani2, Mala Nurilmala2
1
Teknologi Pengolahan Hasil Laut,
Jurusan Perikanan dan Kebaharian, Politeknik Negeri Nusa Utara
2
Departemen Teknologi Hasil Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Korespondensi : wodiimelda@gmail.com

ABSTRACT

Big eyes tuna (Thunnus obesus) is a species that potentially valuable as a source of protein and commercial aspect. In
the perspective of quality and safety, inappropriate care during catching and processing leading to microorganism
contamination and can cause health problems when the meat is consumed. Histamine content, total Histamine
Forming Bacteria (HFB), and Total Plate Count (TPC) are the indicator in food safety and quality standard for tuna’s
products. This research aims to measured histamine content, total HFB, TPC score and to identify the histamine-
forming bacteria in big eyes tuna observed during chilling temperature for nine days. There are three stages, sample
preparation, storage, chemical and microbiology analysis. The During the observation period, histamine content, total
HFB dan TPC score are increased in all part of the sample. Highest TPC sore is observed at day 9 which is 5,4 x 105
CFU/g in belly part, 5,1 x 105 CFU/g in dorsal part and 1,0 x 104 CFU/g in tail part respectively. For total HFB, 2,7
x 105 CFU/g in belly part, 1,4 x 105 CFU/g in dorsal part and 2,3 x 103 SFU/g in tail part respectively. For histamine
content, all parts experienced increasing histamine measured 59,73 ppm, 131,10 ppm, and 96,04 ppm respectively. In
this research, Bacillus subtilis is identified 99% as histamine forming bacteria in big eyes tuna.

Keyword: bacteria, chilling, histamin, big eye tuna

ABSTRAK

Tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakan spesies memiliki nilai ekonomis yang tinggi dalam dunia perdagangan.
Dalam perspektif fish quality dan safety, tuna dapat menyebabkan permasalahan kesehatan disebabkan adanya
kontaminasi mikroorganisme selama proses penangkapan, penanganan maupun pengolahan. Kadar histamin dijadikan
indikator mutu dan keamanan pangan produk tuna, karena histamin yang tinggi menyebabkan efek keracunan pada
manusia. Penelitian bertujuan menentukan kadar histamin, total bakteri, total Bakteri Pembentuk Histamin (BPH),
serta mengidentifikasi bakteri penghasil histamin selama penyimpanan chilling selama sembilan hari. Penelitian dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu preparasi sampel, penyimpanan sampel, analisis kimia dan mikrobiologi. Selama proses
penyimpanan terjadi peningkatan jumlah Total Place Count (TPC), BPH dan kadar histamin secara nyata, baik pada
bagian perut, punggung maupun ekor. Jumlah TPC tertinggi terjadi pada hari ke-9 yaitu bagian perut 5,4 x 105 cfu/g,
punggung 5,1 x 105 cfu/g, dan ekor 1,0 x 104 cfu/g. Sedangkan jumlah BPH hari ke-9 perut 2,7 x 105 cfu/g, punggung
1,4 x 105 cfu/g, dan ekor 2,3 x 103 cfu/g. Kadar histamin setelah penyimpanan hari ke-9 mengalami peningkatan
menjadi 59,73 ppm untuk daging bagian perut, 131,10 ppm daging bagian punggung, dan 96,04 ppm daging bagian
ekor. Hasil identifikasi bakteri pembentuk histamin menunjukkan bahwa Bacillus subtilis dengan persentase identifikasi
sebesar 99% merupakan bakteri pembentuk histamin pada tuna mata besar.

Kata kunci: bakteri, chilling, histamin, tuna mata besar

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN bakteri pembentuk histamin (Kung et al.
2007; Chang et al. 2009).
Hasil laut (ikan) menjadi salah satu Proses kerusakan tuna berlangsung
komoditi pangan penting untuk masyarakat cepat di daerah tropis, karena suhu (>270C)
dunia (Wodi et al. 2018). Perairan Indonesia dan kelembaban yang tinggi merupakan
yang luas dengan sumber daya perikanan kondisi yang sangat ideal bagi pertumbuhan
yang sangat besar mempunyai potensi mikroba dan aktifitas enzim maupun reaksi
dalam penyediaan pangan protein hewani kimia yang terjadi dalam tubuh ikan (Wodi
yang sehat untuk masyarakat dunia. Tuna et al. 2014). Proses tersebut semakin
mata besar (Thunnus obesus) merupakan dipercepat dengan cara penangkapan
salah satu spesies yang mempunyai potensi yang kurang baik, cara penanganan yang
dalam meningkatkan sumber protein kurang tepat, sanitasi yang tidak memadai
hewani, memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta terbatasnya sarana, distribusi,
dalam dunia perdagangan serta merupakan dan pemasaran. Mengingat permintaan
komoditas ekspor terbesar kedua setelah konsumen domestik maupun luar negeri
udang (Cahyono et al. 2018). Dalam saat ini, menuntut produk tuna dengan
perspektif fish quality dan safety, tuna mata mutu prima dan aman, maka penelitian ini
besar dan produk pangan lainnya dapat dilakukan bertujuan untuk menentukkan
menyebabkan permasalahan kesehatan kadar histamin, total bakteri (TPC), total
akibat adanya kontaminasi mikroorganisme Bakteri Pembentuk Histamin (BPH), serta
pembusuk dan patogen selama proses mengidentifikasi jenis bakteri pembentuk
penangkapan, penanganan pengolahan histamin beberapa bagian tuna mata besar
maupun distribusi. (Thunnus obesus) selama sembilan hari
Histamin merupakan parameter pada suhu chilling.
penting dalam perdagangan ekspor tuna
agar dapat diterima baik di United States
(US), Uni Eropa (UE), maupun Jepang yang METODE PENELITIAN
kadarnya sangat dibatasi. Kadar histamin
dijadikan indikator mutu dan keamanan Bahan dan alat
pangan produk tuna, karena histamin yang
tinggi menyebabkan efek keracunan pada Bahan baku yang digunakan adalah
manusia. Senyawa amina biogenik dari tuna mata besar segar (Thunnus obesus) yang
histamin terbentuk dari asam amino histidin diperoleh dari Muara Baru. Bahan untuk
akibat reaksi enzim dekarboksilase dengan analisis antara lain metanol, glass wool,
suhu optimum pertumbuhan adalah 250C HCl, NaOH, orto-ptalatdikarbosildehid (OPT),
(Kim et al. 1999). Suhu dan penyimpanan H3PO4, resin penukar ion, butterfield’s
juga memberikan efek terhadap histamin phosphate buffered, trypton, yeast exstract,
pada ikan (Silva et al. 1998). The Food and L-histidin, CaCO3, NaCl, agar, dan phenol
Drug Administration (FDA 2011) menetapkan red, PCA, Trypticase Soy Agar (TSA), dan
batas standar keamanan histamin adalah 5 Trypticase Soy Broth Histidine (TSBH). Alat
mg/100 g (50 ppm), sedangkan Uni Eropa yang digunakan untuk uji histamin adalah
menetapkan bahwa kandungan rata-rata spektrofluorometer, termocouple, data logger,
histamin dalam ikan tidak boleh lebih dari homogenizer, laminary flow, inkubator,
10 mg/100 g (100 ppm). heater, kolom resin, stirer, autoclave,
Jenis-jenis bakteri yang terdapat waterbath, Go Taq® PCR Core System I
pada tuna yakni Hafnia alvei, Raoultella (Promega).
ornithinolytica, dan Raoultella planticola.
Hafnia alvei diidentifikasi sebagai bakteri Prosedur penelitian
pembentuk histamin yang lemah, sedangkan
Raoultella ornithinolytica dan Raoultella Penelitian ini dibagi menjadi beberapa
planticola dapat menghasilkan histamin tahap. Tahap pertama adalah preparasi
lebih dari 500 ppm dalam media TSBH (Kung sampel meliputi pencucian, pemotongan
et al. 2009). Du et al. (2002) menemukan serta pembentukan dalam bentuk loin yang
Enterobacter sp, P.agglomerans, K.varriocola, dilakukan di salah satu perusahaan yang
dan S. Marcescens pada loin tuna. Bacillus ada di Muara baru dan selanjutnya sampel
amyloliquefaciens, Bacillus subtilis, dan dibawa dengan segera ke Laboratorium
B. Megaterium yang diisolasi dari produk BBP2HP Cilangkap dengan menggunakan
fermentasi; Bacillus pumilus, Bacillus sp styrofoam yang diberi es curai. Tahap kedua
yang diisolasi dari anggur merupakan adalah penyimpanan sampel. Sampel yang

186 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 November 2018: 185-192
ISSN 2087-4871

sudah berbentuk loin diletakkan dalam mg/100 g, mahi-mahi 344 mg/100 g,


plastik polypropylene yang dibungkus cakalang 1192 mg/100 g, tuna ekor kuning
tissue selanjutnya disimpan dalam 740 mg/100 g, kembung 600 mg/100 g.
styrofoam yang diberi es curai dengan lama Hanya ikan yang mengandung histidin
penyimpanan 0, 3, 6, dan 9 hari pada suhu bebas diatas 100 mg/100 g yang mampu
chilling < 40C. Tahap ke-3 adalah analisis menghasilkan histamin (Mangunwardoyo
kimia dan mikrobiologi, meliputi Analisis et al. 2007). Hasil analisis kadar histamin
kadar histamin dengan menggunakan tuna mata besar (Thunnus obesus) disajikan
spektrofluorometri (SNI 2354.10:2009), pada Gambar 1.
analisis total plate count menggunakan Kadar histamin tuna mata besar
Plate Count Agar (SNI 01-2332.3-2006), yang dianalisis menggunakan metode
analisis total bakteri pembentuk histamin spektrofluorometri selama penyimpanan 9
menggunakan Niven Agar (Niven et al. hari pada suhu chilling < 40C menunjukkan
1981) dan isolasi serta identifikasi bakteri rataan kadar histamin daging bagian
pembentuk histamin (Kuhnert et al. 1996). perut, punggung, dan ekor mengalami
peningkatan. Kadar histamin untuk
Analisis data perlakuan penyimpanan hari ke-0 bagian
perut sebesar 3,05 ppm, bagian punggung
Data yang diperoleh dianalisis 4,05 ppm, dan bagian ekor 3,46 ppm,
menggunakan Rancangan Acak Lengkap setelah perlakuan penyimpanan hari ke-9
(RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama mengalami peningkatan menjadi 59,73
adalah bagian daging yang terdiri dari ppm untuk daging bagian perut, 131,10
perut, punggung, dan ekor. Faktor kedua ppm daging bagian punggung, dan 96,04
adalah lama penyimpanan 0, 3, 6, dan 9 ppm daging bagian ekor. Hasil analisis
hari. Masing-masing perlakuan diulang ragam pada selang kepercayaan 95%
sebanyak 3 kali dan jika berpengaruh nyata menunjukkkan bahwa perbedaan bagian
maka diuji lanjut menggunakan uji Duncan daging yaitu perut, punggung, dan ekor
(Steel dan Torrie 1993). serta lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap peningkatan
kadar histamin yang terbentuk. Daging
HASIL DAN PEMBAHASAN tuna semua bagian (perut, punggung, ekor)
yang disimpan pada 0, 3, dan 6 hari tidak
Kadar histamin melebihi 50 ppm, namun pada penyimpanan
hari ke-9 daging tuna pada semua bagian
Beberapa jenis ikan terutama mengalami peningkatan dan telah melebihi
kelompok famili scombroidea memiliki batas standar yang telah ditetapkan yaitu
kandungan histidin bebas yang tinggi, 50 ppm.
seperti tuna mata besar mencapai 491

Kadar histamin daging tuna mata besar (Thunnus obesus) selama


Gambar 1.
penyimpanan 0, 3, 6, dan 9 hari

Histamin dan Identifikasi Bakteri.................................................................................................................(WODI et al.) 187


Pembentukan histamin dipengaruhi (Suwetja 2013). pH daging ikan berkisar
oleh faktor waktu, suhu, jenis bahan baku antara 7-7,5 dan dapat turun hingga pH 6-5
dan banyaknya bakteri penghasil histidin tergantung jenis spesisnya.
dekarboksilase dalam daging dan jaringan
ikan. Du et al. (2002) menyatakan bahwa Nilai Total Plate Count tuna mata besar
pada suhu 40C dengan lama penyimpanan (Thunnus obesus)
9 hari tercatat telah terbentuk histamin
sebanyak 68,8 ppm dengan Log ALT Analisis total mikroba/Total Plate
mendekati 7,5 CFU/g dan Log BPH 5,2 Count (TPC) bertujuan untuk menentukan
CFU/g. Hal ini membuktikan bahwa, secara kuantitatif jumlah koloni
meskipun penyimpanan pada suhu dingin mikroorganisme yang tumbuh pada produk
tidak benar-benar mencegah pertumbuhan secara umum. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme yang memiliki aktifitas mikroba dalam bahan pangan dapat
histidin dekarboksilase. menyebabkan kerusakan dan kemunduran
yang ditandai adanya perubahan-perubahan
Nilai pH seperti penampakan, bau, rasa, tekstur, dan
terbentuknya komponen-komponen yang
Nilai pH merupakan faktor yang bersifat racun (Wodi et al. 2016). Kerusakan
juga berpengaruh terhadap aktivitas enzim. bahan pangan oleh mikroba menyebabkan
Kebanyakan dari enzim tidak aktif atau bahan pangan menjadi tidak layak untuk
infaktif pada nilai pH yang ekstrim (Cahyono dikonsumsi dan berbahaya bagi kesehatan
et al. 2018). Hal tersebut dapat disebabkan (Supardi dan Sukamto 1999; Hidayat et
oleh nilai pH yang ekstrim dapat merusak al. 2006). Hasil analisis TPC ikan tuna
protein yang merupakan komponen mata besar (Thunnus obesus) dengan lama
penyusun enzim (Rahman et al. 2004). penyimpanan yang berbeda dapat lihat pada
Selama penyimpanan tuna mata Tabel 1.
besar terjadi penurunan pH selama waktu Nilai TPC menunjukkan perbedaan
penyimpanan pada tiap-tiap bagian. bagian daging dan lama penyimpanan
Penurunan pH terjadi akibat penimbunan memiliki hubungan terhadap peningkatan
asam laktat hasil penguraian glikogen yang jumlah total bakteri. Pada awal
terdapat dalam daging. Hasil analisis pH penyimpanan nilai TPC relatif tinggi yaitu
tuna mata besar (Thunnus obesus) selama 9,2 x 103 cfu/g daging bagian perut, 4,2 x
perlakuan penyimpanan suhu chilling 103 cfu/g daging bagian punggung dan 3,0
disajikan pada Gambar 2. x 103 cfu/g daging bagian ekor. Sedangkan
Hasil analisis pH tuna mata besar pada akhir penyimpanan hari ke-9 nilai
selama penyimpanan 9 hari pada suhu tertinggi TPC terjadi pada daging bagian
chilling menunjukkan rataan nilai pH perut yaitu sebesar 5,4 x 105 cfu/g, diikuti
untuk perlakuan penyimpanan hari ke-0 oleh daging bagian punggung 5,1x105 cfu/g
bagian perut 5,98, bagian punggung 5,96, dan daging bagian ekor 1,0x104 cfu/g. Nilai
dan bagian ekor 6,09, setelah perlakuan TPC daging bagian perut dan punggung
penyimpanan hari ke-9 mengalami pada penyimpanan hari ke-9 sudah tidak
penurunan menjadi 5,82 untuk daging dapat diterima karena telah melewati batas
bagian perut, 5,68 daging bagian punggung, standar yang telah ditetapkan untuk ikan
dan 5,81 daging bagian ekor. Hasil analisis tuna segar yaitu maksimal 5x105 cfu/g
ragam pada selang kepercayaan 95% atau setara dengan log ALT 5,70 cfu/g (BSN
menunjukkkan bahwa perbedaan bagian 2006). Lama penyimpanan pada hari ke-9
daging yaitu perut, punggung, dan ekor mengalami peningkatan, hal ini disebabkan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap selama penyimpanan TPC mengalami fase
penurunan nilai pH yang terbentuk. pH logaritmik. Menurut Silva et al. (1998), pada
rendah meningkatkan autooksidasi dari suhu 00C nilai log bakteri yang tumbuh
daging ikan sehingga mempengaruhi pada ikan tuna segar pada penyimpanan 2
kelarutan protein (Thiansilakul et al. 2011). hari dan 7 hari berturut-turut sebesar 3,2
Proses ikan mati, maka tahap biokimia cfu/g dan 4 cfu/g.
yang terjadi berlangsung secara anaerobik. Semakin menurunnya mutu ikan
Penurunan pH disebabkan terbentuknya tuna selama proses penyimpanan, maka
asam laktat hasil reaksi pemecahan glukosa kandungan bakteri pembusuk dalam daging
oleh enzim yang terdapat dalam daging ikan tersebut semakin besar. Setelah ikan

188 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 November 2018: 185-192
ISSN 2087-4871

mati, seluruh sistem tata tertib enzim Bakteri pembentuk histamin tuna mata
yang mengatur siklus hidup ikan menjadi besar (Thunnus obesus)
berantakan. Enzim pencernaan yang tadinya
mencerna dan merombak makanan dalam Secara umum jumlah bakteri
usus ikan akhirnya menguraikan tubuh pembentuk histamin yang dapat diterima
dan jaringan ikan. Setelah masa rigormortis atau layak untuk konsumsi sama dengan
selesai, mulai terjadi penguraian protein ketentuan jumlah bakteri dengan TPC yaitu
kompleks menjadi protein sederhana dan tidak melebihi 5x105 cfu/g (BSN 2006).
menghasilkan asam-asam amino yang Jumlah bakeri pembentuk histamin pada
merupakan nutrien bagi pertumbuhan ikan tuna mata besar (Thunnus obesus)
bakteri. dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2. Nilai pH daging tuna mata besar (Thunnus obesus) selama penyimpanan 0,
3, 6 dan 9 hari

Tabel 1. Hasil analisis TPC tuna mata besar (Thunnus obesus) pada berbagai kondisi
perlakuan

Lama Total Plate Count (cfu/g)


Penyimpanan (hari) Perut Punggung Ekor
0 9,2 x 10 3
4,2 x 10 3
3,0 x 103
3 4,5 x 104 8,3 x 104 5,1 x 103
6 1,1 x 105 7,1 x 104 7,2 x 103
9 5,4 x 105 5,1 x 105 1,0 x 104

Tabel 2. Jumlah bakteri pembentuk histamin ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) pada
berbagai kondisi perlakuan

Lama Total Plate Count (cfu/g)


Penyimpanan (hari) Perut Punggung Ekor
0 5,5 x 101 6,1 x 101 8
3 6,3 x 101 4,1 x 102 1,1x 102
6 2,2 x 10 3
1,3 x 10 3
7,6 x 102
9 2,7 x 105 1,4 x 105 2,3 x 103

Histamin dan Identifikasi Bakteri.................................................................................................................(WODI et al.) 189


Hasil analisis total Bakteri pada media Niven berdasarkan Niven et
Pembentuk Histamin (BPH) menunjukkan al. (1981); Hwang et al. (2010); dan Kung
perbedaan bagian daging dan lama et al. (2009) koloni yang berwarna merah
penyimpanan memiliki hubungan terhadap muda kemudian digoreskan dengan metode
peningkatan jumlah Bakteri Pembentuk gores kuadran pada media TSA hingga
Histamin (BPH). Pada awal penyimpanan menghasilkan koloni tunggal dan diinkubasi
jumlah BPH cukup rendah yaitu 5,5 x 101 selama 24 jam. Koloni yang tumbuh pada
daging perut, 6,1 x 101 daging punggung, media TSA dipindahkan lagi ke media TSA
dan 8 koloni/g daging bagian ekor. miring untuk dijadikan kultur/stok bakteri
Sedangkan pada akhir penyimpanan hari yang selanjutnya diidentifikasi. Dari hasil
ke-9 nilai tertinggi jumlah BPH terjadi pada uji BPH dipilih isolat yang mempunyai ciri
daging bagian perut yaitu sebesar 2,7 x dan karakter yang sama untuk diidentifikasi
105, diikuti oleh daging bagian punggung jenis bakteri BPH. Hasil isolasi dan ekstrak
1,4 x 105, dan daging bagian ekor 2,3 x 103 DNA diamplifikasi menggunakan teknik
koloni/g. Perbedaan jumlah BPH pada tiap PCR gen 16S rRNA untuk menghasilkan
bagian memberikan pengaruh yang berbeda potongan DNA yang dijadikan target. Hasil
nyata terhadap lama waktu penyimpanan. identifikasi bakteri pembentuk histamin
Du et al. (2002) menyatakan bahwa bakteri dapat dilihap pada Gambar 3.
pembentuk histamin ditemukan pada fillet Elektroforegram menunjukkan
tuna yang disimpan pada suhu 0, 4, 10, bahwa DNA ikan tuna dapat teramplifikasi
dan 220C. Diduga ada kelompok bakteri lain menggunakan pasangan primer 27F dan
yang juga mampu menghasilkan histamin 1494R. DNA yang telah teramplifikasi dengan
tapi tidak terdeteksi oleh media niven agar sempurna kemudian dilakukan penentuan
yang digunakan dalam penelitian ini. urutan nukleotida untuk memastikan
spesies dari DNA yang teramplifikasi dan
Isolasi dan identifikasi bakteri pembentuk mengetahui daerah yang akan dipotong
histamin tuna mata besar (Thunnus oleh enzim restriksi. Penentuan spesies
Obesus) dilakukan dengan analisis BLAST (Basic
Local Alignment Search Tool) yaitu
Isolasi merupakan pemisahan membandingkan dengan database yang ada
mikroba tertentu dari populasi campuran. pada Genebank. Hasil analisis BLAST dapat
Proses isolasi ini dilakukan terhadap dilihat pada Tabel 3.
koloni terpilih yang berwarna merah muda

Gambar 3. Isolat tuna melalui elektroforesis

190 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 November 2018: 185-192
ISSN 2087-4871

Tabel 3. Hasil analisis BLAST


Hasil analisis BLAST Homologi
Sampel
27F 14949R 27F 14949R
Bacillus subtilis Bacillus subtilis
BH1 99 % 99 %
(KM234223.1) (EF032680.1)

Hasil penentuan urutan nukleotida A. 2018. Ekstraksi dan Karakerisasi


DNA yang telah teramplifikasi menunjukkan Gelatin Tulang Tuna pada Berbagai
bahwa DNA spesies bakteri pembentuk Konsentrasi Enzim Papain. Jurnal
histamin yang teramplifikasi dari sampel FishTech. 2(7) : 149-153.
produk tuna mata besar (Thunnus obesus) Cahyono E, Wodi SIM, Kota N. 2018. Aplikasi
teridentifikasi sebagai Bacillus subtilis. Kitosan Kulit Udang Windu (Panaeus
Tingkat kesamaan (homologi) yang diperoleh monodon) sebagai Pengawet Alami
dari analisis BLAST cukup tinggi, yaitu 99%. pada Tahu. Jurnal Ilmiah Tindalung.
Kung et al. (2007); Chang et al. (2009); Lin et 3(2) : 73-77.
al. (2012); dan Tsai et al. (2007) menyatakan Chang SC, Lin CW, Jiang CM, Chen HC,
bahwa Bacillus subtilis, Bacillus sp, Bacillus Shih MK, Chen YY, Tasi YH. 2009.
megaterium, Bacillus cereus adalah bakteri Histamine Production by Bacilli
yang berperan sebagai penghasil histamin. bacteria, Acetic bacteria, and Yeast
isolated from Fruit Wines. J Food
Science and technology. 42 : 280-285.
KESIMPULAN DAN SARAN Du WX, Lin CM, Phu AT, Cornell JA, Marshall
MR, Wei CI. 2002. Development of
Kesimpulan Biogenic Amines in Yellowfin Tuna
(Thunnus albacares): Effect of Storage
Perbedaan bagian daging dan waktu and Correlation with Decarboxylase-
penyimpanan terbukti meningkatkan kadar positive Bacterial Flora. J of Food
histamin pada tuna mata besar yaitu dari Science. 67 : 292-301.
kisaran 3,05 ppm (0 hari) meningkat menjadi [FDA] Food and Drug Administration.
131,10 ppm pada bagian punggung (9 hari) 2011. Scombrotoxin (Histamine)
yang diikuti oleh pertumbuhan jumlah Total Formation. Di dalam: Fish and
Plate Count (TPC) dan Bakteri Pembentuk Fishery Product Hazards and Control
Histamin (BPH). Hasil penentuan urutan Guide. Washington: Departemen of
nukleotida DNA yang teramplifikasi Health and Human Service, Center
menunjukkan bahwa DNA spesies bakteri for Food Safety and Applied Nutrition.
pembentuk histamin pada tuna mata besar Hidayat NS, Suhartini, Padaga MC. 2006.
yaitu Bacillus subtilis. MIkrobiologi Industri. Yogyakarta (ID):
Penerbit CV.Andi.hlm8-10.
Saran Hwang CC, Lee YC, Huang YR, Lin CM,
Shiau CY, Hwang DF, Tsai YH. 2010.
Perlu dilakukan identifikasi lebih Biogenic Amines Content, Histamine-
lanjut jenis-jenis bakteri yang berperan forming Bacteria and Adulteration
sebagai pembentuk histamin pada setiap of Bonito in Tuna Candy Products.
lokasi bagian daging dan isolat yang belum J.Food Cont. 21 : 845-850.
diidentifikasi. Kuhnert P, Capaul S, Nicolet J, Frey J. 1996.
Phylogenetic Positions od Clostridium
Chauvoei and Clostidium Septicum
DAFTAR PUSTAKA based on 16s rRNA Gene Sequences.
International Journal of Systematic
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Bacteriology. 46 : 1174-1176.
Cara Uji Mikrobiologi – Bagian 3: Kim SH, An H, Price RJ. 1999. Histamine
Penentuan Angka Lempeng Total Formation and Bacterial Spoilage
(ALT) pada Produk Perikanan. SNI of Albacore Harvested off the U.S
01- 2332.3-2006. Jakarta (ID): Badan Northwest Coast. J of Food Science.
Standardisasi Nasional. Vol 64 (2).
Cahyono E, Rahmatu R, Ndobe S. Mantung Kung HF, Tsai YH, Wei CI. 2007. Histamine

Histamin dan Identifikasi Bakteri.................................................................................................................(WODI et al.) 191


and Other Biogenic Amines and 1998. Storage Temperature Effect on
Histamine-forming Bacteria in Miso Histamine Formation in Big Eye Tuna
Products. J Food Chemistry. 101 : and Skipjack. J of Food Science. 63(4)
351-356. : 644-647.
Kung HF, Wang TY, Huang YR, Lin CS, Wu Supardi I, Sukamto. 1999. Mikrobiologi
SW, Lin CM, Tsai YH. 2009. Isolation dalam Pengolahan dan Kemanan
and Identification of Histamine- Pangan. Bandung : Penerbit Alumni.
forming Bacteria in Tuna Sandwiches. Suwetja IK. 2013. Indeks mutu kesegaran
J Food Cont. 20 : 1013-1017. ikan. Bayumedia Publishing: Malang.
Lin CS, Liu FL, Lee YC, Hwang CC, Tsai YH. Tsai YH, Kung HF, Chen HC, Chang SC, Hsu
2012. Histamine Contents of Salted HH, Wei CI. 2007. Determination of
Seafood Products in Taiwan and Histamine and Histamine-forming
Isolation of Halotolerant Histamine- Bacteria in Dried Milkfish (Chanos
forming Bacteria. J Food Chemistry. chanos) Implicated in a Food-borne
131 : 574-579. Poisoning. Food Chemistry. 105 :
Mangunwardoyo W, Sophia RA, Heruwati ES. 1289-1296.
2007. Seleksi dan Pengujian Aktivitas Thiansilakul Y, Benjakul S, Richards M.
Enzim L-histidine Decarboxylase 2011. Isolation, Characterisation,
dari Bakteri Pembentuk Histamin. and Stabulity of Myoglobin from
Makara Sains. 11 : 104-109. Eastern Little Tuna (Euthynnus
Niven CF, Jeffrey MB, Corlett DA. 1981. affinis) Dark Muscle. Food Chemistry.
Differential Plating Medium for 124 : 254-261.
Quantitative Detection of Histamine- Wodi SIM, Trilaksani W, Nurimala M. 2014.
producing Bacteria. Applied and Changesin Myoglobin of Big Eye
Environmental Microbiology. 41(1) : Tuna during Chilling Storage. Jurnal
321-322. Pengolahan Hasil Perikanan. 17(3) :
Rahman H. 2004. Mempelajari Penerapan 214-223.
Good Manufacturing Practices (GMP) Wodi SIM, Cahyono E, Mamontho N. 2016.
dan Sanitasi pada Divisi Produksi Mutu Ikan Pindang Selar (Selaroides
Nata De Coco PT Niramas Utama sp.) pada Berbagai Konsentrasi
Bekasi – Indonesia [skripsi]. Bogor Ekstrak Daun Kemangi. Jurnal Ilmiah
: Fakultas Teknologi Pertanian, Tindalung. 2(1) : 36-41.
Institut Pertanian Bogor. Wodi SIM, Rieuwpassa FJ, Cahyono E.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan 2018. Peningkatan Kualitas Hasil
Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Tangkapan Melalui Penerapan
Biometrik. Penerjemah : Sumantri B. Sistem Rantai Dingin di Kelurahan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Santiago. Jurnal Ilmiah Tategkorang.
hlm 748hlm. 2(2) : 70-72.
Silva CCG, Ponte DJB, Dapkecivius MLNE.

192 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 November 2018: 185-192

You might also like