Professional Documents
Culture Documents
1528-Article Text-1598-1-10-20170621 PDF
1528-Article Text-1598-1-10-20170621 PDF
13057/biotek/c030202
ABSTRACT
The research was conducted to recognize the quality of domestic wastewater in the
Kedung Tungkul Domestic Wastewater Installation Processor (Kedung Tungkul
DWIP) and to recognize the effect of aeration and Pseudomonas putida addition.
The analysis of this research based on the enhancement of wastewater quality by
using the indicator of pH, BOD, TSS, oil and fat judged against the quality standard
of domestic wastewater according to The Resolution of The Ministry of State of
Environment Affairs by means of License Number 112 in the year of 2003. In
conducting the research, the value of pH, TSS, BOD, oil and fat analyzed from the
influent and effluent of Kedung Tungkul DWIP. Then the influent of Kedung
Tungkul DWIP was treated in laboratory by aeration and Pseudomonas putida
addition. The aims of the treatment were to improve the quality of domestic
wastewater than accomplished to the standard quality. Each parameter was analyzed
by using T test to recognize the difference of influent and effluent in the Kedung
Tungkul DWIP, two ways Analysis of Varian (ANOVA) and Duncan Multiple
Range Test (DMRT) to recognize the best treatment in the laboratory. Then, the data
was matched up to the quality standard of domestic wastewater according to The
Resolution of the Ministry of State of Environment Affairs. The results of the
♥ Alamat korespondensi: research showed that the influent and effluent of Kedung Tungkul DWIP have no
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 differences on the value of pH and TSS. For the meantime there were differences
Tel. & Fax.: +62-271-663375. between the values of BOD, oil, and fat. Compared to the quality standard of
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id
domestic wastewater, the values of pH (17,33% increase) and BOD (71,48% decrease)
have accomplished the standard quality while the value of TSS (22,09% decrease),
oil and fat (45,99% decrease) have not accomplished yet. The result of value
measurement of the treatment in laboratory showed that there was no difference on
the value of pH and has accomplished the standard quality for all treatment,
temporarily there were differences on the values of BOD, TSS, oil and fat. For BOD,
oil and fat parameter, the best treatment was on A Bioreactor (aerated by 2 l/minute
oxygen about 216 hours with 1010 cell/ml Pseudomonas putida bacteria addition
about 1000 ml in 10 l domestic wastewater) reached 89,19% decrease for BOD and
93,18% for oil and fat. For TSS parameter, the best treatment was on B Bioreactor
(aerated by 2 l/minute oxygen about 216 hours with 1010 cell/ml Pseudomonas putida
bacteria addition about 500 ml in 10 l domestic wastewater) reached 90,77%
decrease. Compared to the quality standard of domestic wastewater, the values of
pH, BOD, and TSS have accomplished the standard quality, while the values of oil
and fat have not accomplished yet.
Tabel 1. Analisis hasil pemeriksan parameter air limbah domestik pada influent dan effluent IPAL Kedung
Tungkul Mojosongo
Nilai Parameter
No Waktu Sampel
pH BOD(mg/l) TSS(mg/l) ML(mg/l)
Influent 7,328 136,930 558,33 376,50
Rata-rata
Effluent 8,640 39,050 435,00 203,33
Persentase perubahan (%) 17,87 71,48 22,09 45,99
Hasil T test Tidak beda nyata Beda nyata Tidak beda nyata Beda nyata
Baku Mutu Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
Baku Mutu Air Limbah Domestik
(KepMenNegLH Nomor 112 Tahun 6-9 100 mg/l 100 mg/l 10 mg/l
2003)
dan lemak sedangkan untuk pH dan TSS tidak Proses dekomposisi secara aerobik terus
ada perbedaan yang signifikan antara influent berlangsung sepanjang kandungan oksigen
dan effluent. Meskipun terdapat perbedaan yang terlarut (Dissolved Oxygen) masih ada dalam air
signifikan pada parameter minyak dan lemak limbah hingga mencapai nol yang
akan tetapi hasilnya belum memenuhi baku mengakibatkan mikroorganisme aerobik mati.
mutu, sebaliknya pada pH meskipun tidak ada Selanjutnya proses dekomposisi diambil alih
perbedaan yang signifikan akan tetapi sudah tugasnya dengan proses anaerobik. Proses
memenuhi baku mutu. Hasil ini menunjukkan dekomposisi anaerobik berlangsung sebagai
bahwa IPAL Kedung Tungkul mempunyai peran kelanjutan proses aerobik untuk
dalam perbaikan BOD dan tidak berperan dalam mendekompoisisikan bahan organik yang masih
perubahan pH, TSS serta minyak dan lemak. ada dalam air limbah domestik dengan bantuan
Perubahan pH (pH turun) terjadi pada saat mikroorganisme anaerobik.
pengolahan air limbah domestik baik aerobik Perubahan TSS (TSS turun) antara influent dan
maupun anaerobik yang menghasilkan asam- effluent IPAL Kedung Tungkul tidak signifikan,
asam seperti HNO3, H2SO4, H3PO4 (proses hal ini terjadi karena dalam air limbah domestik
aerobik) maupun H2S (proses anaerobik), namun di lokasi penelitian sangat sedikit padatan yang
karena adanya sisa bahan pembersih dalam air dapat mengendap secara gravitasi, sedikitnya
limbah domestik seperti deterjen, sabun, sampo padatan yang mengendap secara gravitasi bukan
dan bahan pembersih lainnya yang bersifat dikarenakan oleh waktu yang pengolahan
alkalis menjadikan air limbah domestik dengan limbah pada IPAL Kedung Tungkul selama 9
pH dibawah 7 menjadi dalam keadaan netral hari tidak cukup, namun lebih disebabkan oleh
kembali, bahkan naik mencapai pH lebih dari 8 sifat padatan yang terkandung dalam air limbah
karena adanya bahan-bahan yang bersifat basa, domestik tidak dapat mengendap secara
tetapi kenaikan tersebut masih dibawah 9, gravitasi meskipun waktu yang dibutuhkan
karena disisi lain bakteri-bakteri aerobik dalam untuk proses pengendapan cukup tersedia
proses degradasi menghasilkan asam organik. dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan
Bahan organik atau substrat (unsur C, H, O, N, S, untuk proses pengendapan secara gravitasi yaitu
P) dalam proses aerobik menghasilkan asam- 1 jam. Menurut Karno (2004) dan Fardiaz (1992)
asam HNO3, H2SO4, H3PO4 sedangkan dalam waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan TSS
proses anaerobik terjadi proses fermentasi yang secara gravitasi cukup 1 jam.
menghasilkan gas metana (CH4) dan Perubahan ML (ML turun) yang signifikan
karbondioksida (CO2) serta H2S. tetapi belum memenuhi baku mutu
Perubahan BOD (BOD turun) terjadi karena dimungkinkan terjadi karena sifat minyak dan
proses dekomposisi bahan organik (substrat) lemak yang membutuhkan waktu cukup lama
yang terkandung dalam air limbah domestik untuk dapat didekomposisi oleh
berlangsung secara terus menerus baik proses mikroorganisme. Penurunan kadar minyak dan
aerobik maupun anaerobik. Adanya kolam aerasi lemak pada effluent terjadi karena pemanfaatan
turut berperan dalam memenuhi oksigen terlarut minyak dan lemak sebagai substrat oleh bakteri
pada IPAL sehingga dapat mengurangi BOD. aerobik dan juga dimungkinkan karena proses
WIBOWO dkk. –Bakteri halofilik pada ikan asin 45
fermentasi air limbah domestik pada IPAL masih memenuhi baku mutu meskipun terjadi
dengan memanfaatkan mikrobia anaerob yang kenaikan hingga 24,40% pada jam ke-216. Pada
mampu menghasilkan enzim lipase yang dapat Bioreaktor B, seluruh perlakuan menunjukkan
berperan menurunkan kadar minyak dan lemak kadar pH masih memenuhi baku mutu
(Cordova, 2000). meskipun terjadi kenaikan hingga 24,77% pada
jam ke-216. Pada Kontrol C, seluruh perlakuan
Pengolahan Limbah Domestik dengan Aerasi dan menunjukkan kadar pH masih memenuhi baku
Penambahan Bakteri Pseudomonas putida mutu meskipun terjadi kenaikan hingga 19,57%
Hasil pengukuran parameter-parameter pH, pada jam ke-216.
BOD, TSS, Minyak dan Lemak secara duplo dan Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua
setelah dirata-rata dapat disajikan pada tabel 2. arah dengan taraf signifkansi 5% dihasilkan
bahwa penambahan bakteri dan lama waktu
Pengaruh perlakuan terhadap parameter pH aerasi berpengaruh signifikan terhadap
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perubahan parameter pH, sedangkan kombinasi
untuk parameter pH dalam eksperimen untuk antara penambahan bakteri dan lama aerasi tidak
semua variasi dapat memenuhi baku mutu air berpengaruh signifikan terhadap perubahan
limbah domestik. Pada Bioreaktor A, parameter pH.
seluruh perlakuan menunjukkan kadar pH
Tabel 2. Analisis hasil pemeriksan parameter-parameter air limbah domestik pada perlakuan dengan berbagai
waktu variasi aerasi dan jumlah bakteri.
Nilai Parameter
pH BOD(mg/l) TSS(mg/l) ML(mg/l)
Variasi (jml Pp-waktu Aerasi)
P10T0 6,925a 174,250cdef 650gh 880f
P10T8 7,040 a 231,160 ef 1010 j 490de
Bioreaktor A (10%)
6
5 Bioreaktor B 150
Bioreaktor B
4 Kontrol C 100
3 Kontrol C
50
2
1 0
0 0 8 16 24 48 72 144 216
0 8 16 24 48 72 144 216 Waktu (jam)
Waktu (jam)
Gambar 1. Grafik perubahan pH pada perlakuan Gambar 2. Perubahan BOD pada perlakuan
Fardiaz (1974) berkurangnya oksigen pada limbah telah diuraikan oleh bakteri pendegradasi
umumnya digunakan untuk oksidasi bahan limbah dan menghasilkan senyawa yang dapat
organik, sintesa sel dan oksidasi sel dari digunakan untuk pertumbuhan bakteri. TSS
mikroorganisme. Secara sederhana reaksi-reaksi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan
yang mengkonsumsi oksigen adalah sebagai air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap
berikut : langsung. Padatan ini terdiri dari partikel-
Oksidasi bahan organik : partikel yang ukuran maupun beratnya lebih
(CH2O)n + nO2 Æ nCO2 + nH2O + panas kecil dari sedimen, seperti bahan organik yang
Sintesa sel : terkandung dalam air limbah. Semakin banyak
(CH2O)n + NH3 + O2 Æ Sel + CO2 + H2O + bahan organik yang terurai oleh aktivitas bakteri
panas maka kualitas limbah domestik semakin baik.
Oksidasi sel :
Sel + O2 Æ CO2 + H2O + NH3 + panas Pengaruh perlakuan terhadap parameter ML
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa untuk
Pengaruh perlakuan terhadap parameter TSS parameter ML dalam eksperimen tidak ada yang
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dapat memenuhi baku mutu air limbah
untuk parameter TSS dalam eksperimen yang domestik, meskipun terjadi penurunan kadar ML
dapat memenuhi baku mutu air limbah domestik hingga 93,18% pada Bioreaktor A, 92,05% pada
adalah Bioreaktor A pada jam ke- 216, Bioreaktor Bioreaktor B dan 87,50% pada Kontrol C.
B pada jam ke-216, sedangkan pada Kontrol C Pada Bioreaktor A, ML pada jam ke-216 turun
tidak ada yang memenuhi baku mutu. hingga 93,18% akan tetapi belum memenuhi
Pada Bioreaktor A, TSS pada jam ke-8 dan 16 baku mutu. Pada bioreaktor B, ML pada jam ke-
mengalami kenaikan, akan tetapi turun mulai 216 turun hingga 92,05% akan tetapi belum
jam ke-24 dan semakin turun hingga 87,69% memenuhi baku mutu. Pada Kontrol C, ML pada
pada jam ke-216 sehingga memenuhi baku mutu. jam ke-216 turun hingga 72,31% akan tetapi
Pada bioreaktor B, TSS pada jam ke-8 mengalami belum memenuhi baku mutu.
kenaikan, akan tetapi mulai jam ke-16 turun dan Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua
semakin turun sampai 90,77% pada jam ke-216 arah dengan taraf signifkansi 5 % dihasilkan
sehingga memenuhi baku mutu. Pada Kontrol C, bahwa penambahan bakteri, lama aerasi serta
TSS pada jam ke-8 mengalami kenaikan, akan kombinasi antara penambahan bakteri dan lama
tetapi mulai jam ke-16 turun dan semakin turun aerasi berpengaruh signifikan terhadap
pada jam ke-216 sampai 90,77% sehingga perubahan parameter ML.
memenuhi baku mutu.
Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua Grafik perubahan ML pada perlakuan
arah dengan taraf signifkansi 5 % dihasilkan
1000
bahwa penambahan bakteri, lama aerasi serta 800
Nilai ML (mg/l)
0
0 8 16 24 48 72 144 216
Grafik perubahan TSS pada perlakuan
Waktu (jam)
1200
1000
Nilai TSS (mg/l)
800 Bioreaktor A
Gambar 4. Perubahan ML pada perlakuan
600 Bioreaktor B
400 Kontrol C Gambar 4 menunjukkan penurunan kadar
200
minyak dan lemak, penurunan kadar minyak
0
0 8 16 24 48 72 144 216 dan lemak terjadi karena pemanfaatan minyak
Waktu (jam) dan lemak sebagai substrat oleh bakteri aerobik
dan juga dimungkinkan karena proses
Gambar 3. Perubahan TSS pada perlakuan fermentasi (anaerob) air limbah domestik pada
IPAL dengan memanfaatkan mikrobia anaerob
Gambar 3 menunjukkan penurunan kadar yang mampu menghasilkan enzim lipase yang
TSS, penurunan nilai TSS dapat terjadi karena dapat berperan menurunkan kadar minyak dan
bahan-bahan organik yang terkandung dalam lemak (Cordova, 2000). Dari hasil penelitian
48 Bioteknologi 3 (2): 42-49, Nopember 2006
Priyani dkk. (2002), didapatkan bahwa dengan persentase penurunan hingga 89,19%
Pseudomonas sp banyak ditemukan pada limbah dan dapat memenuhi baku mutu. Untuk
cair Pabrik Kelapa Sawit di Medan. Pengujian parameter TSS, perlakuan yang paling baik
terhadap aktivitas enzim lipase ekstrasel dari adalah pada Bioreaktor B (penambahan bakteri
spesies tersebut menunjukkan bahwa enzim 5%, aerasi 216 jam) dengan persentase
tersebut mampu menguraikan trigliserida penurunan hingga 90,77% dan dapat memenuhi
(minyak zaitun) menjadi asam lemak bebas. baku mutu. Untuk parameter ML perlakuan
Menurut Ginting (1995) pengolahan limbah yang paling baik adalah pada Bioreaktor A
secara biologi disamping dapat menurunkan (penambahan bakteri 10%, aerasi 216 jam)
kadar minyaknya, mampu menurunkan nilai dengan persentase penurunan hingga 93,18%,
BOD, COD dan tidak membahayakan tetapi belum memenuhi baku mutu.
lingkungannya.
Tabel 3. Perbandingan kualitas pengolahan air limbah IPAL Kedung Tungkul dengan kualitas pengolahan air
limbah pada perlakuan
Perlakuan (9 hari)
IPAL (+ 9 hari)
Parameter Sesudah Baku Mutu
Sebelum
Influent Effluent A B C
pH 7,33 8,60 6,925 8,62 8,64 8,28 6-9
BOD(mg/l) 136,93 39,05 174,25 18,83 24,23 60,25 100 mg/l
TSS(mg/l) 558,33 435,00 650 80,00 60,00 180,00 100 mg/l
ML(mg/l) 376,50 203,33 880 60,00 70,00 110,00 10 mg/l
Persentase perubahan (%)
Effluent A B C
pH 17,33 24,48 24,77 19,57
Persentase
Persentase
(%)
dalam 10 l limbah domestik) dengan persentase Ginting, P. 1995. Kontribusi Proses Aerobik Pada Pengolahan
Limbah Cair Pabrik Kelapa sawit Dengan Sistem Kolam.
penurunan BOD mencapai 89,19% sehingga
Tesis. Pasca Sarjana USU. Medan.
memenuhi baku mutu dan 93,18% penurunan Gumbira, S. dan Fauzi, M. A. 1996. “Bioremediasi dengan
ML tetapi belum memenuhi baku mutu. Untuk Mikroorganisme”. Disampaikan dalam Prosiding Pelatihan
parameter TSS, perlakuan yang paling baik dan Lokakarya : Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan
Lingkungan Cibinong. LIPI. Bogor.
adalah pada Bioreaktor B (aerasi oksigen Karno. 2004. Peran Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik
sebanyak 2 l/menit selama 216 jam dengan Dalam Upaya Memperbaiki Kualitas Air Limbah. Tesis.
penambahan bakteri Pseudomonas putida Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
berjumlah 1010 sel/ml sebanyak 500 ml dalam 10 Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112.
l limbah domestik) dengan persentase 2003. Baku Mutu Air Limbah Domestik. Kantor Menteri
penurunan TSS mencapai 90,77% sehingga Lingkungan Hidup. Jakarta.
memenuhi baku mutu. Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah
Industri. CV. Rajawali. Jakarta.
Priyani, N, Jamilah, dan Mizarwati. 2002. “Aktivitas Enzim
Lipase Ekstrasel Pseudomonas sp Dalam Meguraikan
DAFTAR PUSTAKA Minyak Limbah Cair Kelapa Sawit Pengaruh Konsentrasi
Substrat”. Laporan Penelitian. USU. Medan
Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Usaha Razif, M. 2001. “Rekayasa Konfigurasi Sistem Adsorpsi dan
Nasional. Jakarta. Biocycle untuk Pengolahan Air Limbah Domestik yang
Bowo. 2000. “Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Mengandung Deterjen”. Laporan Penelitian. Pusat
Biologis”. Media Informasi Alumni Teknik Lingkungan Penelitian KLH Lembaga Penelitian ITS. Surabaya.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Suendra, N., Rahayu, S., Soemini dan Suprijo, T. 1991.
Cordova, J. 2000. “The World Congress on Biotechnology 11th Mikrobiologi Lingkungan. Pusat Pendidikan Kesehatan
International Biotechnology Symposium and Exhibition”. Depkes. Jakarta.
Biotechnology 2000 Vol 3 Unpublished. Berlin. Sullivan, J.A. 2004. Bacteria Divide and Multiply. (9 Januari
Ewies, J. B., Sarina J. E., Daniel P. Y. C., and Edward D. S. 2004)
1998. Bioremediation Principles. MC Graw Hill Companies, http://www.cellsalive.com/ecoli.htm
Inc. United States. Winarno, F.G dan Fardiaz, S. 1974. Polusi dan Analisa Air.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan ke-9. Penerbit Departemen Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA IPB.
Kanisius. Anggota IKAPI. Yogyakarta. Bogor.
Gibson, D.T. 1984. Microbial Degradation of Organic Compound.
Marcel Dekker Inc. New York.