Professional Documents
Culture Documents
VISUM ET REPERTUM:
A MEDICOLEGAL REPORT AS A COMBINATION OF MEDICAL
KNOWLEDGE AND SKILL WITH LEGAL JURISDICTION
Winda Trijayanthi Utama
Departement of Forensic Medicine and Medicolegal, Faculty of Medicine, Universitas Lampung
Abstract
Visum et Repertum (VeR) is a medicolegal report which is made by a doctor in his capacity as an expert based on the
examination of the person or people suspected. Due to an official request from an authorized law officer of what
that were seen and found on the examination object while remembering the doctor’s oath. A VeR role as one of the
valid evidence for proof of criminal cases against human health and life. Actually there is no reason for a doctor to
refuse to make VeR, because this is meant to fulfill the formulation offence in Indonesia’s Penal Code (KUHP). A VeR
basically is a compilation and its interpretation of a forensic medical examination as well as a physical examination
on a routine medical examination. A VeR should not only fulfill the writing standard, but must also fulfill several
terms and conditions for a court system. A good quality VeR has a certain structure and standard. A VeR written
down with five main compositions, as opening parts (head of letter and sentence) “PRO JUSTICIA”, introductory data
(data on requesting police institution, brief description on personal victim profile, identity of examinating doctor),
report on factual findings (whole body character, related sign and symptoms, causal factor identified from victim),
medicolegal conclusion (interpretation of report on factual finding in correlation with jurisdiction) and closing pledge
statement. [JuKe Unila 2014; 4(8):269-275]
Pendahuluan
Seorang dokter, dalam tugas Berdasarkan tujuannya,
sehari-harinya, selain melalukan paradigma yang digunakan dalam
pemeriksaan diagnostik serta pemeriksaan medikolegal sangat
memberikan pengobatan dan berbeda dibandingkan dengan
perawatan kepada pasien juga pemeriksaan klinis untuk kepentingan
mempunyai tugas melalukan pengobatan. Tujuan pemeriksaan
pemeriksaan medik untuk membantu medikolegal pada seorang korban
penegakan hukum, baik untuk korban adalah untuk menegakkan hukum pada
hidup maupun korban mati antara lain peristiwa pidana yang dialami korban
adalah pembuatan Visum et Repertum melalui penyusunan VeR yang baik.
(VeR).1 Tujuan pemeriksaan klinis pada
Pembuatan VeR merupakan peristiwa trauma atau perlukaan adalah
salah satu bantuan yang sering diminta untuk memulihkan kesehatan pasien
oleh pihak penyidik (polisi) kepada melalui pemeriksaan, pengobatan, dan
dokter menyangkut perlukaan pada tindakan medis lainnya. Apabila seorang
tubuh manusia. Dokumen ini dokter yang ditugaskan untuk
merupakan alat bukti dalam proses melakukan pemeriksaan medikolegal
peradilan yang tidak hanya memenuhi menggunakan orientasi dan paradigma
standar penulisan rekam medis, tetapi pemeriksaan klinis, penyusunan VeR
juga harus memenuhi hal-hal yang dapat tidak mencapai sasaran
disyaratkan dalam sistem peradilan.2 sebagaimana yang seharusnya.3
Winda Trijayanthi Utama | Visum et Repertum: A Medicolegal Report
tertulis dalam pasal 184 Kitab Undang- membebaskan seseorang dari tuntutan
Undang Hukum Pidana (KUHP), dan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu
turut berperan dalam proses Standar Prosedur Operasional (SPO) di
pembuktian suatu perkara pidana suatu Rumah Sakit tentang tatalaksana
terhadap kesehatan dan jiwa manusia. pengadaan VeR.5,8
Prosedur ini menguraikan segala
sesuatu tentang hasil pemeriksaan 3. Jenis Visum et Repertum
medik yang tertuang di dalam bagian Sebagai suatu hasil pemeriksaan
pemberitaan, yang karenanya dapat dokter terhadap barang bukti yang
dianggap sebagai pengganti barang diperuntukkan untuk kepentingan
bukti.4,5 peradilan VeR digolongkan menurut
Dokumen ini juga memuat obyek yang diperiksa sebagai berikut:9
keterangan atau pendapat dokter 1. Visum et Repertum untuk orang
mengenai hasil pemeriksaan medik hidup
tersebut yang tertuang di dalam bagian Jenis ini dibedakan lagi dalam:
kesimpulan. Dengan demikian VeR a. Visum et Repertum biasa.
secara utuh telah menjembatani ilmu Visum ini diberikan kepada
kedokteran dengan ilmu hukum pihak peminta (penyidik) untuk
sehingga dengan membaca VeR, dapat korban yang tidak
diketahui dengan jelas apa yang telah memerlukan perawatan lebih
terjadi pada seseorang, dan para praktisi lanjut.
hukum dapat menerapkan norma- b. Visum et Repertum sementara.
norma hukum pada perkara pidana yang Visum ini sementara diberikan
menyangkut tubuh dan jiwa manusia.4,5 apabila korban memerlukan
Apabila VeR belum dapat perawatan lebih lanjut karena
menjernihkan duduk persoalan di sidang belum dapat membuat
pengadilan, maka hakim dapat meminta diagnosis dan derajat lukanya.
keterangan ahli atau diajukannya bahan Apabila sembuh dibuat VeR
baru, seperti yang tercantum dalam lanjutan.
KUHAP, yang memungkinkan c. Visum et Repertum lanjutan.
dilakukannya pemeriksaan atau Dalam hal ini korban tidak
penelitian ulang atas barang bukti, memerlukan perawatan
apabila timbul keberatan yang beralasan lebih lanjut karena sudah
dari terdakwa atau penasehat sembuh, pindah dirawat
hukumnya terhadap suatu hasil dokter lain, atau meninggal
pemeriksaan. Hal itu sesuai dengan dunia.
pasal 180 KUHAP.4,5 2. Visum et Repertum untuk orang
Bagi penyidik (polisi/polisi mati (jenazah)
militer) VeR berguna untuk Pada pembuatan VeR ini, dalam
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut hal korban mati maka
Umum (Jaksa) keterangan itu berguna penyidik mengajukan permintaan
untuk menentukan pasal yang akan tertulis kepada pihak
didakwakan, sedangkan bagi hakim Kedokteran Forensik untuk
sebagai alat bukti formal untuk dilakukan bedah mayat
menjatuhkan pidana atau (autopsi).
Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.
2. Herkutanto. Peningkatan kualitas pembuatan
visum et repertum (VeR) kecederaan di rumah
sakit melalui pelatihan dokter unit gawat darurat
(UGD). JPMK. 2005;8(3):163-9
3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik
pemeriksaan dan interpretasi luka dengan
orientasi medikolegal atas kecederaan. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2005.
4. Afandi D. Visum et repertum pada korban hidup.
Jurnal Ilmu Kedokteran. 2009; 3(2):79-84.
5. Sampurna B, Samsu Z. Peranan ilmu forensik
dalam penegakan hukum. Jakarta: Pustaka
Dwipar, 2003.
6. Weinstock R, Gold LH. Ethics in forensic
psychiatry. Dalam: Simon RI, Gold LH, editor.
Textbook of Forensic Psychiatry. Washington,
D.C.: American Psychiatric Publishing; 2004.
7. Siswadja TD. Tata laksana pembuatan VeR
perlukaan dan keracunan. Simposium tatalaksana
visum et repertum korban hidup pada kasus
perlukaan & keracunan di rumah sakit; Rabu 23
Juni 2004; Indonesia. Jakarta: RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading; 2004.
8. Hamdani, Njowito. Ilmu kedokteran kehakiman.
Jakarta: Gramedia Pustaka Tama; 1992.
9. Amir A. Rangkaian ilmu kedokteran forensic. Edisi
ke-2. Jakarta: Ramadhan; 2005.
10. Soekanto S, Herkutanto, Sampurna B. Visum et
repertum teknik penyusunan dan pemerian.
Jakarta: IND-HILL-CO, 1987.
11. Dahlan S. Pembuatan visum et repertum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 1999.