You are on page 1of 16

CONJUNCTIVAL LACERATION OF THE TARSALIS PALPEBRA INFERIOR ET

CAUSING BY A FISHING HOOK

*Muhammad Akbar1, Neneng Helijanti2, Muhammad Ardi Munir3,4, Asrawati Sofyan5


1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Tadulako University – Palu, INDONESIA, 94118
2
Departement of Ophtalmology, Undata General Hospital – Palu, INDONESIA, 94118
3
Departement of Medical Law, Health Humanities and Bioethics, Faculty of Medicine, Tadulako
University – Palu, INDONESIA, 94118
4
Departement of Orthopaedic and Traumatologi Surgery, Undata General Hospital – Palu, INDONESIA,
94118
5
Departement of Dhermatology and Venerology, Tadulako University Medical School – Palu,
INDONESIA, 94118
*Corespondent Author: arthronsurgeon@gmail.com

ABSTRACT
Background: Most cases of trauma to the eye due to trauma often led to the loss of visual func-
tion. Young adult groups - especially men - are the group most likely to experience eye trauma.
Home accident, violance, battery explosions, spors-related injury, and traffic accident are the
condition that most often cause trauma to the eye. Severe eye trama can cause multiple injury to
the palpabrae, eyeballs, and orbital soft tissue including fishing hook.
Case report: A 5-year-old boy was brought by his mother arrived in the hospital with the case in
which the left eye was pierced by a fishing hook a few hours prior to the arrival. The affected eye
generates pains and produces tears with blood. The pain increases when the eyes are closed. The
fishing hook perforated in the patient's left eye was cut off by his father, with the half of the
fishing hook still remain in the eye.
Procedure: Definitive action in the form of operative and medicinal treatment by reconstructing
the affected part of the trauma and performing extraction as well as medical therapy using topical
antibiotics as prophylaxis.
Conclusion: Eye trauma is a common cause of unilateral blindness in children and young adults,
which includes trauma caused by foreign objects. Diagnosis of oculi trauma can be simply done
by relying on anamnesis and an adequate physical examination. The main treatment of the Corpus
Alienum case is the extraction of the foreign object in order to relieve the symptoms as well as to
prevent further complications. The medicinal treatment that should be considered after the extrac-
tion.
Keywords: Oculi trauma, Corpus alienum, extraction

ABSTRAK
Latar Belakang: Kasus cedera pada mata akibat trauma pada umumnya sering menyebabkan
kehilangan fungsi visual. Kelompok dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang pal-
ing mungkin mengalami trauma pada mata. Kecelakaan di Rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera
yang berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang
paling sering menyebabkan trauma pada mata. Trauma mata yang berat dapat menyebabkan ced-
era multiple pada palpebrae, bola mata, dan jaringan lunak orbita termasuk akibat mata pancing
Laporan Kasus: Seorang anak laki-laki usia 5 tahun diantar oleh ibunya datang dengan keluhan
mata kiri tertusuk mata pancing beberapa jam sebelum ke rumah sakit. Mata kiri terasa nyeri dan
air mata bercampur sedikit bercampur darah, keluhan semakin memberat saat menutup mata.
Mata pancing yang tertusuk pada mata kiri pasien di potong ayahnya sehingga tersisa setengah.

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 151


Prosedur: Tindakan defenitif berupa operatif dan medikamentosa kuratif yakni merekonstruksi
bagian yang terkena trauma dan melakukan ekstraksi serta terapi medikamentosa dengan
menggunakan Antibiotik topical sebagai profilaktif.
Kesimpulan: Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan de-
wasa muda termasuk trauma akibat benda asing. Penegakan diagnosis dari trauma oculi cukup
dengan mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat. Tatalaksana utama dari
kasus Corpus Alienum adalah ekstraksi benda asing untuk menghilangkan gejala dan mencegah
komplikasi. Pemberian terapi medikamentosa yang dipertimbangkan pasca ekstraksi benda asing
adalah

Kata Kunci : Trauma Oculi, Corpus alienum, Ekstraksi

PENDAHULUAN

Mata adalah struktur bulat berisi dianggap perlu untuk dapat mengetahui
cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. bagaimana bentuk dari trauma pada mata
Dari bagian paling luar hingga paling dalam, khususnya terkait trauma benda tajam pada
lapisan – lapisan tersebut adalah sclera/kor- palpebral tarsalis.
nea, koroid/badan siliaris/iris dan retina.1
1. Prevalensi
Kelopak atau palpebral merupakan Prevalensi trauma okuli di Amerika
alat menutup mata yang berguna untuk Serikat sebesar, 2,4 juta pertahun dan sedi-
melindungi bola mata, serta mengeluarkan kitnya setengah juta di antaranya menyebab-
sekresi kelenjar yang membentuk film air kan kebutaan. Di dunia, kira-kira terdapat
matcula di depan kornea. Palpebral ber- 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3
fungsi untuk melindungi bola mata terhadap juta mengalami penurunan fungsi
trauma, trauma sinar matahari dan keringnya penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami
bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit penurunan fungsi penglihatan unilateral aki-
yang tipis pada bagian depan sedang di ba- bat trauma okuli. 1,4. Berdasarkan jenis ke-
gian belakang ditutupi selaput lendir tarsus lamin, beberapa penelitian yang
yang disebut konjungtiva tarsal. Konjung- menggunakan data dasar rumah sakit mau-
tiva tarsal hanya dapat dilihat dengan pun data populasi, menunjukkan bahwa laki-
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tar- laki mempunyai prevalensi lebih tinggi4
sal melalui forniks menutup bulbus okuli2

Kasus cedera pada mata akibat trauma 2. Anatomi


pada umumnya sering menyebabkan ke- a. Palpebra
hilangan fungsi visual. Kelompok dewasa Palpebra (kelopak mata) superior dan
muda-terutama pria merupakan kelompok inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
yang paling mungkin mengalami trauma dapat menutup dan melindungi bola mata
pada mata. Kecelakaan di Rumah, kekera- bagian anterior5
san, ledakan aki, cedera yang berhubungan
Palpebral superior pertama kali
dengan olahraga, dan kecelakaan lalu lintas
berkembang dari hasil proliferasi permukaan
merupakan keadaan-keadaan yang paling
ectoderm pada usia 4 – 5 minggu gestasi
sering menyebabkan trauma pada mata.
selama bulan kedua. Palpebra superior dan
Trauma mata yang berat dapat menyebabkan
inferior dapat dilihat sebagai lipatan kulit
cedera multiple pada palpebrae, bola mata,
yang tidak terdefirinsiasi yang mengelilingi
dan jaringan lunak orbita3. Oleh karena itu,

152 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


mecenkimal neuralcerest. Selanjutnya, me- Jaringan areolar submuskular yang
cenkimal mesodermal menginfiltrasi pal- terdapat di bawah musculus orbicu-
pebra dan berdiferensiasi menjadi pelpebra laris oculi berhubungan dengan
muscular. Lipatan palpebra berkembang lapisan subaponeurotik kulit kepala.
kearah lateral. Dimulai dekat inner cantus,  Tarsus
batas lipatan menyatu hingga pada usia 10 Struktur penyokong palpebra yang
minggu gestasi, karena lipatan menyatu satu utama adalah lapisan jaringan fibrosa
sama lain, evolusi silia dan glandula tetap padat yang-bersama sedikit jaringan
berlanjut. Muskulus orbicularis menyatu elastik - disebut lempeng tarsus. Sudut
kedalam lapisan pada usia gestasi 12 lateral dan medial serta juluran tarsus
minggu. Penyatuan palpebra akan terlepas tertambat pada tepi orbita dengan
pada usia 5 bulan gestasi disertai dengan se- adanya ligamen palpebrae lateralis
cresi sebum dari glandula sebacea dan dan medialis. Lempe tarsus superior
cornifikasi permukaan epithelium6. dan inferior juga tertambat pada tepi
atas dan bawah orbita oleh fasia yang
Berkedip membantu menyebarkan tipis dan padat. Fasia tipis ini mem-
lapisan tipis air mata, yang melindungi kor- bentuk septum orbital.4
nea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra
inferior menyatu dengan pipi. Kelopak mata
terdiri atas empat bidang jaringan yang
utama. Dari superfisial ke dalam antara lain
5

 Lapisan kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit di
kebanyakan bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan Gambar 1. Struktur anatomi mata dan palpebra.1
sedikit folikel rambut serta tanpa le-
b. Konjungtiva
mak subkutan.
 Musculus Orbicularis Oculi Konjungtiva merupakan membran
Fungsi musculus orbicularis oculi yang menutupi sklera dan kelopak bagian
adalah menutup palpebra. Serat-serat belakang. Konjungtiva mengandung kelen-
ototnya mengelilingi fissura pal- jar musin yang dihasilkan oleh sel goblet
pebrae secara konsentris dan menye- yang berfungsi membasahi bola mata teru-
bar dalam jarak pendek mengelilingi tama kornea.
tepi orbita.Sebagian serat berjalan ke Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,
pipi dan dahi. Bagian otot yang ter- yaitu2 :
dapat di dalam palpebra dikenal se- 1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tar-
bagai bagian pratarsal; bagian di atas sus, konjungtiva tarsal sukar digerak-
septum orbital adalah bagian prasep- kan dari tarsus.
tal. Segmen di luar palpebra disebut 2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera
bagian orbita. Orbicularis oculi diper- dan mudah digerakkan dari sklera di
sarafi oleh nervus facialis. bawahnya.
 Jaringan areolar 3. Konjungtiva fornises atau forniks
konjungtiva yang merupakan tempat

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 153


peralihan konjungtiva tarsal dengan Film Air mata – kornea yang juga ber-
konjungtiva bulbi. kontribusi terhadap kemampuan re-
fraksi mata. Serta fungsi imunologis
Konjungtiva bulbi dan forniks (Langerhans cell).
berhubungan dengan sangat longgar dengan  Lapisan Bowman : membantu mem-
jaringan di bawahnya sehingga bola mata pertahankan bentuk dari kornea.
mudah bergerak2  Lapisan Stroma : berfungsi sebagai
sumber kekuatan mekanik kornea,
kantung konjungtiva termasuk memberikan kesan transparansi pada
konjungtiva bulbar, forniks pada 3 sisi dan
lipatan semilunar medial, dan konjungtiva kornea dan sebagai lensa refraksi
palpebra. serat otot polos membentuk otot utama pada kornea.
levator mempertahankan fornix superior dan  Membran Descemet : berfungsi se-
slip fibrosa memperpanjang bentuk tendon bagai pondasi lapisan pada sel sel en-
rectus horisontal ke konjungtiva dan plika dothelial.
temporal untuk membentuk suapan selama
 Lapisan Endotel : menjaga deturge-
tatapan horizontal6
sensi stroma kornea, endotel kornea
cukup rentan terhadap trauma dan ke-
hilangan sel-selnya seiring dengan
penuaan. Reparasi endotel terjadi
hanya dalam wujud pembesaran dan
pergeseran sel-sel dengan sedikit
pembelahan sel. Kegagalan pada
fungsi endotel akan menyebabkan
edema kornea.2

Gambar 2. Struktur konjungtiva.2

c. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan
yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kor-
nea ini disisipkan ke dalam sklera pada lim- Gambar 3. Struktur Lapisan Kornea7
bus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus sclearis. Kornea dewasa rata- Fungsi penting dari kornea pada mata
rata mempunyai tebal 550 um di pusatnya termasuk sebagai fungsi proteksi terhadap
(terdapat variasi menurut ras); diameter hor- struktur internal mata, berkontribusi ter-
izontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya hadap kekuatan refraksi mata, dan mem-
10,6 mm. Dari anterior ke posterior, kornea fokuskan cahaya kepada retina dengan
mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda, pecahan dan degradasi optic yang minimal.
antara lain:2 Kornea dan sklera bergabung sebagai
 Lapisan Epitel : berlaku sebagai bar- kesatuan pelindung isi dari bola mata bersa-
rier terhadap air, bakteri dan mikroba. maan dengan film air mata.4
Menyediakan permukaan optic yang
lembut sebagai bagian internal dari

154 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


TRAUMA MATA DAN LASERASI  Kontusio adalah tidak ada luka (no
PALPEBRA full-thickness). Trauma yang disebab-
kan oleh energi langsung dari objek
1. Trauma Pada Mata
(misal pecahnya koroid) atau peru-
a. Definisi
bahan bentuk bola dunia (misalnya,
Trauma mata merupakan penyebab
resesi sudut)
umum kebutaan unilateral pada anak dan de-
 Laserasi lamellar adalah trauma ter-
wasa muda; kelompok usia ini mengalami
tutup pada bola mata yang ditandai
sebagaian besar cedera mata yang parah. De-
oleh luka yang mengenai sebagian
wasa muda terutama pria merupakan ke-
ketebalan dinding bola mata. Trauma
lompok yang paling mungkin mengalami
ini biasa disebabkan oleh benda tajam
trauma tembus mata5 Trauma oculi dapat
ataupun benda tumpul.
dibagi menjadi trauma tajam, trauma
tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma
b. Trauma terbuka pada bola mata ada-
fisik, extra ocular foreign body, dan trauma
lah trauma yang menyebabkan luka
tembus berdasarkan mekanisme trauma.
dan mengenai keseluruhan dinding
Trauma oculi dapat terjadi diberbagai tem-
dari bola mata (sklera dan kornea).
pat, di rumah tangga, tempat kerja, maupun
 Ruptur adalah adanya luka yang
jalan raya.4
mengenai dari seluruh ketebalan dind-
ing bola mata, yang disebabkan oleh
b. Klasifikasi
trauma tumpul dan mekanisme ini
Berdasarkan Birmingham Eye
dapat mempengaruhi terjadinya pen-
Trauma Terminology (BETT), (Kuhn F,
ingkatan tekanan intraokuli. Luka ter-
2002)
jadi akibat mekanisme dari dalam ke
Mengklasifikasikan trauma mata ber- luar mata.
dasarkan diagram dibawah ini :  Laserasi adalah luka yang mengenai
seluruh ketebalan dinding bola mata
yang disebabkan oleh benda tajam.
Keadaan ini akan menimbulkan
adanya trauma penetrasi ataupun
trauma perforasi. Luka terjadi akbat
mekanisme dari luar ke dalam mata,
(full-thickness wound of the eyewall).
 Trauma penetrasi adalah luka yang
masuk (entrance wound). Jika ter-
Berdasarkan diagram yang dikate- dapat lebih dari satu luka, setiap luka
gorikan oleh Birmingham Eye Trauma Ter- memiliki penyebab yang berbeda.
minology (BETT), berikut adalah pen-  Trauma perforasi adalah luka yang
jelasannya yaitu :4 masuk dan keluar (entrance and exit
wound). Kedua luka memiliki
a. Trauma tertutup adalah luka pada penyebab yang sama.
dinding bola mata (sklera atau kornea)  Intraocular foreign body (IOFB) ada-
dan luka ini tidak merusak bagian dari lah adanya benda asing pada in-
intraokuler. traokular yang keadaan ini sangat
berhubungan dengan adanya trauma
penetrasi8.

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 155


Trauma okuler merupakan penyebab visual 2. Laserasi
impairment antara lain :9 A. Definisi
1. Trauma tumpul ( no break in ocular a. Laserasi palpebra
tissues)9 Laserasi palpebra dapat terjadi karena
trauma tumpul atau disebabkan oleh benda
Trauma tumpul pada mata dapat dia- tajam, gigitan binatang, perkelahian dan luka
kibatkan benda yang keras atau benda yang bakar. Laserasi tidak hanya melibatkan kulit,
tidak keras, dimana benda tersebut dapat tapi dapat juga mengenai otot palpebra,
mengenai mata dengan keras ataupun lam- margo palpebra dan sistem lakrimal.12
bat.2 Adanya laserasi kelopak mata, harus dil-
akukan pemeriksaan dan eksplorasi terhadap
Trauma yang diakibatkan oleh benda bola mata dengan hati – hati dan setiap luka
tumpul dapat menyebabkan :9 yang terbuka barus di lakukan perbaikan dan
menutup luka secara horizontal bila
 Hematoma palpebra memungkinkan, karena ini memberikan
 Edema konjungtiva hasil fungsional dan kosmetik terbaik.10
 Perdarahan subkonjungtiva
 Edema kornea
 Dislokasi lensa
 Hifema

2. Trauma bahan kimia


Trauma yang diakibatkan oleh bahan
kimia.8 Trauma bahan kimia dapat terjadi
A
pada kecelakaan yang terjadi di dalam labor-
atorium, industri, pekerjaan yang memakai
bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan pepe-
rangan yang memakai bahan kimia di abad
modern.2

3. Benda asing.
Adanya benda asing pada mata.Dapat B
terjadi pada seorang yang mempunyai ak-
tivitas tinggi pada seorang yang mempunyai Gambar 4. A. periocular hematom;
aktivitas tinggi atau pekerja yang tidak me- B. Laserasi palpebral.13w
makai alat pelindung diri. Benda asing dapat
mengenai permukaan bola mata, intraocular b. Laserasi Konjungtiva
atau intraorbita.9 Laserasi dapat berupa luka trauma
yang lebih dalam. Sangat penting bahwa
4. Trauma tajam semua pasien dengan laserasi konjungtiva
Trauma yang di akibatkan oleh benda dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan
tajam dan dapat mencederai atau menembus dan meluas (termasuk evaluasi fundus)
dinding mata cedera mengacu pada laserasi untuk mengesampingkan cedera bola mata
tunggal.1 terbuka. Dalam kasus IOFB (Intraocular
foreign body) dapat ditemukan lesi

156 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


konjungtiva yang halus dan hampir tidak a. Adanya masalah yang dapat mengan-
terlihat.8 cam nyawa
b. Riwayat injury yaitu daerah sekitar
mata, waktu terjadinta trauma, dan
objek yang mengenai mata,
c. Pemeriksaan keseluruan mata dan ba-
gian orbita.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma
mata dapat dilakukan:(11)
Gambar 5. Hematoma Subkonjungtiva.2
a. Pengukuran visus biasanya terjadi
B. Etiologi penurunan visus atau normal
Laserasi palpebra dapat terjadi karena b. Pemeriksaan proyeksi cahaya
trauma tumpul atau disebabkan oleh benda c. Pemeriksaan motilitas mata
tajam, gigitan binatang, perkelahian dan luka d. Pemeriksaan sensasi kulit preorbita
bakar. Laserasi tidak hanya melibatkan kulit, e. Melakukan palpasi untuk mencari
tapi dapat juga mengenai otot palpebra, defek pada bagian tepi tulang orbita
margo palpebra dan sistem lakrimal.4 f. Pemeriksaan kornea menggunakan
slitlamp
C. Prinsip Diagnostik
Secara garis besar, penegakan diag-
nostik dari trauma mata dapat ditegakkan
hanya dengan berlandaskan Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik saja. Adapun beberapa
tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada
kasus-kasus dengan trauma mata antara lain
:

1. Anamnesis
Penggalian informasi aktifitas Gambar 6. Pemeriksaan menggunakan
keseharian dari pasien dan lingkungan seki- slitlamp.12
tarnya cukup penting.Waktu dan tempat ke-
jadian, termasuk dengan bagaimana 3. Pemeriksaan penunjang
mekanisme kejadian juga penting untuk Pemeriksaan penunjang yang dapat
ditanyakan. Anamnesis harus mencakupi dilakukan pada kasus trauma pada mata se-
perkiraan ketajaman penglihatan sebelum bagai berikut:10
dan sesaat setelah cedera. Harus dicurigai
adanya benda asing intraocular bila terdapat a. Foto polos
riwayat memalu, mengasah atau ledakan.15 Dilakukan bila adanya curiga benda
Pasien dengan trauma pada mata pada mata asing
umumnya dilakukan penilain awal dengan
tujuan sebagai berikut :10

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 157


d. Electrophysiological Test
Berguna untuk menilai integritas ner-
vus optic dan retina, kadang juga digunakan
untuk mengetahui asal injury dan untuk
menghilangkan kecurigaan Intra Ocular For-
eign body.13

Gambar 7. Foto polos benda tajam pada


mata.

b. CT – Scan
Merupakan pemeriksaan untuk
mendeteksi dan melikalisasi adanya benda
asing pada Intra Ocular Foreign body. CT-
scan juga untuk menentukan integritas Gambar 10. Radiography untuk melihat air-
struktur intracranial, fasial, dan intra ocular. gun pellet.10

D. Penatalaksanaan
Tatalaksana utama pada kasus-kasus
trauma pada mata adalah Tindakan rekon-
struksi guna mencegah perburukan progno-
sis dan mengembalikan kualitas hidup
pasien.Semua trauma yang terjadi pada mata
dan mengganggu serta menimbulkan gejala
adalah indikasi untuk dilakukannya rekon-
Gambar 8. CT- Scan adanya foreign body
struksi.
pada mata kanan.10
Pada kasus trauma mata bila jelas ter-
c. Ultrasonography.
jadi ruptur bola mata, sebaikanya dilakukan
USG dapat berfungsi untuk
pembedahan dalam kondisi steril dan dengan
mendeteksi Intra Ocular Foreign body, rup-
anesteasi umum. Obat sikloplegik atau anti-
ture bulbi, perdarahan supracoroidal, dan
biotic topikal tidak boleh diberikan sebelum
ablasio retina. USG juga berguna untuk me-
pembedahan karena potensi toksisitas
rencanakan pembedahan sepearti peng-
pada jaringan intraocular yang terpajan.11
gantian jalur infus vitrectomy, drainase
perdarahan supracoroidal juga diperlukan.
1. Medikamentosa
a. Antibiotik Topikal
Antibiotik yang bersifat ointment
dapat berfungsi sebagai lubrikan. Pas-
tikan menggunakan antibiotic golon-
gan fluoroquinolone misal ciprofloxa-
cin 500mg dua kali sehari.11

Gambar 9. USG adanya foreign body pada


mata.10

158 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


b. Analgetik 5) Penambahan jahitan dengan
Penggunaan analgetik topical tidak menggunakan benang silk 6-0 ber-
disarankan digunakan untuk pereda tujuan untuk merapikan jahitan pada
nyeri pasca ekstraksi karena mem- bagian tarsal margin lashes.
perpanjang masa penyembuhan epitel. 6) Penutupan kulit dengan menggunakan
Penggunaan obat larutan topical tehnik jahitan interuptus
NSAID (cth. Ketorolac) dapat menggunakan benang silk 6-0
meredakan nyeri dan tidak mengham- 7) Jahitan kulit dilepas setelah 7-10 hari.
bat proses penyembuhan.12

2. Non-Medikamentosa
a. Rekonstruksi Palpebra
Adanya laserasi pada palpebral harus
dilakukan pemeriksaan bola mata.
setiap laserasi kelopak mata atau pal-
pebra harus diperbaiki dengan c
penutupan horizontal langsung bila
memungkinkan, bahkan jika di bawah
tekanan, karena ini menghasilkan
hasil fungsional dan kosmetika yang
baik.10
 Superficial Gambar 11. (a) laserasi palpebra bawah;
Laserasi superfisial yang sejajar (b) setelah dilakukan heacting; (c) tehnik
dengan kelopak mata tanpa celah heacting lid margin.10
dapat dijahit dengan benang silk 6-0.
 Laserasi palpebra dengan hilangnya
jahitan diangkat setelah 5 hari
jaringancukup untuk mencegah
 Lid Margin
penutupan primer secara langsung
laserasi tepi kelopak mata yang ter-
biasanya dapat dilakukan dengan
buka harus dijahit atau di rekonstruksi
mobilitas kelopak mata lateral.
dengan hati – hati.
 Laserasi dengan kehilangan jaringan
1) Mengevaluasi untuk kemungkinan
yang luas mungkin memerlukan
hilangnya jaringan
prosedur rekonstruktif yang besar
2) Mengevaluasi setiap tepi jaringan
seperti digunakan reseksi untuk
yang ireguler atau jaringan yang
menututup tumor ganas pada mata.
terkontaminasi
 Laserasi canalicular harus di
3) Penjahitan batas palpebra dijahit
rekonstruksi dalam 24 jam
dengan menggunakan benang silk 6-0
yang ditempatkan orifisium kelenjar
1) Laserasi di hubungkan oleh
meibom jahitan harus memanjang 2
silicone tubing yang melewati
mm dengan kedalaman 1 mm.
system lakrimal dan terikat di
4) Tarsal plate di tutup dengan benang
hidung.
absorbable long acting menggunakan
2) Laserasi di jahit
benang poyglycolic acid (dexon)6-0.
3) Tabung dibiarkan secara in situ
selama 3-6 bulan.10

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 159


F. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada lu-
asnya laserasi atau kerusakan palpebral serta
lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.9
Prognosis untuk sebagian besar
trauma konjungtiva sangat baik.
Konjungtiva dapat sembuh dengan cepat
karena suplai darahnya yang kaya, infeksi
Gambar 12. Intubation dari system
juga jarang terjadi.10
lakrimal.13
LAPORAN KASUS
b. Edukasi
Ingatkan pasien mengenai pentingnya
a. Identitas
menggunakan proteksi mata saat be-
Nama : An. D I
rada pada lingkungan kerja beresiko
Umur : 5tahun
tinggi, jangan pernah menggosok
Jenis Kelamin : Laki-laki
mata saat bekerja dengan lingkungan
Agama : Kristen
kayu atau bahan metal, dan bila mata
Pekerjaan : Pelajar
kembali terkena benda asing jangan
Alamat : Balinggi
menggosok mata dan segera menuju
ke fasilitas kesehatan terdekat.13 b. Anamnesis
Keluhan Utama :
E. Komplikasi
Mata kiri tertusuk mata
Komplikasi yang mungkin timbul dari
pancing
laserasi palpebra dapat berupa:
Riwayat Penyakit Sekarang :
1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki
Pasien masuk ke rumah sakit
laserasi khususnya jika melibatkan
dengan keluhan mata kiri tertusuk
margin palpebra, dapat berupa:14
mata pancing beberapa jam sebelum
 Epiforakronis
diantar oleh ibunya ke rumah sakit.
 Konjungtivitiskronis, konjung- Saat itu pasien sedang bermain pan-
tivitis bacterial cingan di depan rumahnya dan mata
 Exposurekeratitis pancing yg dipegang terlempar dan
 Abrasi kornea berulang mengenai kelopak mata kirinya. Mata
 Entropion/ ektropion sikatrikal kiri terasa nyeri dan air mata bercam-
2. Akibat teknik pembedahan yang bu- pur darah sedikit. Saat pasien me-
ruk, terutama dalam hal akurasi pe- nutup mata, mata terasa mengganjal.
nutupan luka, dapat berupa:14 Mata pancing yang tertusuk pada
 Jaringan parut mata kiri pasien di potong ayahnya se-
 Fibrosis hingga hanya setengah dari mata
 Deformitas palpebra sikatrikal pancing yang terdapat pada matanya.
 Keadaan luka yang memburuk
akibat adanya infeksi atau karena
penutupan luka yang tertunda.
 Laserasi dekat canthus medial
dapat merusak sistem nasolacri-
mal.

160 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


Riwayat Penyakit Mata Sebe- c. Pemeriksaan Fisik
lumnya: Status Generalis :
Tidak ada Keadaan Umum : Sakit se-
Riwayat Penyakit Lain : dang
Tidak ada Kesadaran :
Riwayat Trauma : Composmentis
Tidak ada Tanda Vital
Riwayat Penyakit Mata dalam - Tekanan Darah : Tidak dil-
Keluarga: akukan pengukuran
Tidak ada yang menderita pen- - Nadi : 98 x/m
yakit mata dalam keluarga dan juga - Pernapasan : 20 x/m
tidak ada yang menggunakan kaca- - Suhu : 36,5 0C
mata dalam keluarga.

Status Oftalmologis OD OS
Visus
- Tajam Penglihatan 6/6 6/6
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia Pupil Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Kacamata lama - -

Inspeksi:
Kedudukan Bola mata:
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

Supra Silia
- Warna Hitam Hitam
- Letak Simetris Simetris

Palpebra superior dan inferior


- Edema
- Nyeri tekan - -
- Ektropion - +
- Entropion - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Ptosis - -
- -
Konjungtiva tarsal palpebral inferior
- Hiperemis
- Sikatriks
- Korpus alienum - -
- -
Konjungtiva bulbi - Tampak kail pancing
- Secret
- Injeksi konjuntiva
- Injeksi siliar - -
- Injeksi episklera - -
- Hiperemis - -
- Perdarahan subkonjuntiva - -
- Pterygium - -
- Nodul
- -
System lakrimalis - -
- Punctum - -

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 161


Kornea
- Kejernihan Terbuka Terbuka
- Permukaan
- Infiltrate
- Ulkus Jernih Jernih
- Arcus senilis Cembung Cembung
- Edema - -
- -
Bilik mata depan - -
- Kedalaman - -
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion Normal Normal
Jernih Jernih
Iris - -
- Warna - -
- Kripte
- Sinekia
Coklat kehitaman Coklat Kehitaman
Pupil + +
- Letak - -
- Bentuk
- Ukuran
- RCL Sentral Sentral
- RCTL Bulat Bulat
2 mm 2 mm
Lensa + +
- Kejernihan + +

Palpasi
- Nyeri tekan Jernih Jernih
- Massa tumor
- Tensi okuli
- +
Lapang pandang - -
- Test konfrontasi Normal Tidak dilakukan

Tes buta warna


Normal Normal
Oftalmoskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit lamp
- Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Silia
- Konjungtiva
- Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- COA Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Iris Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Lensa Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

162 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


Status Lokalis: f. Penatalaksanaan
Regio OS Konjungtiva tarsalis: Tam-  Definitif
pak corpus alienum (+) berupa kail pancing OS Ekstraksi Corpus Alienum
region inferotemporal arah jam 5 (1 buah),  Medikamentosa
dengan ukuran panjang ± 2 cm dengan Antibiotik:
ketebalan ±2 mm, perdarahan (-), edema (-), Topikal  Levocin Eye drops
nyeri tekan (+), hiperemis (-) 1x1 gtt OS Perjam
Cyxtrol salep 1x1
Injeksi  ceftriaxone 50
mg/12 jam/ IV
Analgetik:
Injeksi  antarain 1/3
amp/8jam/IV
OS  Non medikamentosa
Memberikan Edukasi :
d. Resume 1. Menjaga higenitas mata.
Pasien Laki-laki (5 Tahun) masuk 2. Menggunakan pelindung mata
rumah sakit RSUD Anuntaloko dengan bila berada pada lingkungan ber-
keluhan keluhan mata kiri tertusuk mata esiko.
pancing beberapa jam sebelum diantar oleh
ibunya ke rumah sakit. Saat itu pasien se- g. Prognosis
dang bermain pancingan di depan rumahnya Quo ad vitam : bonam
dan mata pancing yg dipegang terlempar dan Quo ad sanam : bonam
mengenai kelopak mata kirinya. Mata kiri Quo ad functionam : bonam
terasa nyeri dan air mata bercampur darah
sedikit. Saat pasien menutup mata, mata h. Dokumentasi
terasa mengganjal. Mata pancing yang ter-
tusuk pada mata kiri pasien di potong
ayahnya sehingga hanya setengah dari mata
pancing yang terdapat pada matanya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan


pasien KU: Sedang, N = 98 x/m, R = 20 x/m,
S = 36,5 C. Pemeriksaan Status Oftalmolo-
gis ditemukan OSKonjungtiva Tarsal Gambar 13.Tampak kail pancing pada OS
Hiperemis (+). Status Lokalis Regio OS- konjungtiva tarsalis Sebelum Tindakan OS
konjungtiva tarsalis = Tampak corpus al- Ekstraksi Corpus Alienum
ienum (+) berupa kail pancing regio in-
ferotemporal arah jam 5 (1 buah)

e. Diagnosis
OS Laserasi Konjungtiva Tarsalis
Palpebra Inferior Ec Mata Pancing.

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 163


dapat disebabkan oleh adanya perlukaan dan
benda asing yang mengganggu epitel per-
mukaan mata.2

Pada pemeriksaan fisik ditemukan


adanya 1 benda asing yang melekat pada
konjungtiva tarsalis pada mata kiri pasien,
Gambar 14.Gambar X-Ray kail pancing tampakan hiperemis pada OSkonjungtiva
pada konjungtiva tarsalis. palpebralis, ini merupakan salah satu tanda
yang muncul sebagai proses peradangan, se-
mentara pada mata kananpasien tidak
ditemukan kelainan serupa. Pada pemerik-
saan penunjang yang dilakukan berupa X-
Ray di dapatkan pada gambar mata pancing
yang tertusuk pada OS palpebra tarsalis.
Maka berdasarkan hal tesebut dapat dite-
gakkan diagnosis OS laserasi konjungtiva
tarsalis palpebra inferior ec mata pancing-
Gambar 15. Tindakan OS Ekstraksi Corpus mengingat diagnosis ini dapat ditegakkan
Alienum berupa kail pancing dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa X – Ray .10

Gambar 16. Setelah Tin dakan OSEkstraksi


Corpus Alienum berupa kail pancing
Gambar 17.Tampak kail pancing pada OS
DISKUSI konjungtiva tarsalis Sebelum Tindakan OS
Ekstraksi Corpus Alienum.
Pada kasus ini pasien diidiagnosis
dengan OSlaserasi konjungtiva tarsalis pal- Pada kasus ini dilakukan terapi
pebra inferior ec mata pancing, diagnosa ini definitif berupa operatif dan medikamentosa
ditegakkan berdasarkan anamnesis, kuratif, tujuan tatalaksana dari trauma mata
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penun- adalah untuk merekonstruksi bagian yang
jang berupa X – Ray kepala. Pada anamnesis terkena trauma dan melakukan ekstraksi
terdapat keluhan mata kiri tertusuk mata Corpus Alienum yaitu berupa mata pancing,
pancing beberajam sebelum di antar ke- sehingga tatalaksana utamanya adalah tinda-
rumah sakit. Adapun keluhan lain seperti kan rekonstruksi trauma pada mata dan
mata berair dan mata tampak kemerahan ekstraksi Corpus Alienum yang dapat dil-
adalah salah satu gejala yang ditimbulkan akukan dengan beberapa metode, dimana
akibat adanya suatu prosesperadangan pada pada pasien ini ekstraksi menggunakan ter-
konjungtiva mata yang sebagian diantaranya

164 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)


api operatif dengan pertimbangan benda as- KESIMPULAN
ing pada mata pasien tidak membuat per-
lukaan lain pada konjungtiva tarsalis. Trauma mata merupakan penyebab
umum kebutaan unilateral pada anak dan de-
wasa muda Trauma oculi dapat dibagi men-
jadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma
kimia, trauma termal, trauma fisik, extra oc-
ular foreign body, dan trauma tembus ber-
dasarkan mekanisme trauma.Penegakan di-
agnosis dari trauma oculicukup dengan
mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang adekuat. Tatalaksana utama dari
kasus Corpus Alienum adalah ekstraksi
Gambar 18.Corpus Alienum pasca benda asing untuk menghilangkan gejala dan
Ekstraksi. mencegah komplikasi. Pemberian terapi
medikamentosa yang dipertimbangkan
Terapi medikamentosa umumnya pasca ekstraksi benda asing adalah Antibi-
digunakan pasca tindakan ekstraksi dil- otik sebagai agen profilaktif infeksi dan an-
akukan. Terapi medikamentosa pilihan ada- algetik untuk meredakan nyeri pasca tinda-
lah Antibiotik topical yang digunakan kan.
dengan tujuan profilaktif untuk mencegah
teradinya superinfeksi pada pasien, selain itu REFERENSI
sifatnya yang melembabkan dapat menun-
jang proses penyembuhan, terapi obat beri- 1. SHERWOOD L. FISIOLOGI
kutnya adalah penggunaan analgetik topical MANUSIA DARI SEL KE SISTEM.
untuk meningkatkan kenyamanan pasien jakarta: Elsevier; 2011. 881 hlm.
dengan mereduksi rasa nyeri pada mata, 2. Sri Rahayu Yulianti ASI. Ilmu Penya-
penggunaan analgetik topical tidak dis- kit Mata. 5 ed. Jakarta: FK UI; 2014.
arankan karena dapat menghambat pertum- 344 hlm.
buhan epitel.11 3. Serdarevi RS. The Ocular Trauma
Score as a Method for the Prognostic
Prognosis pada pasien masih cukup Assessment of Visual Acuity in Pa-
baik mengingat pada hasil pemeriksaan tidak tients with Close Eye Injuries. Orthop
ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi Trauma. 11 Februari 2015;
ataupun superinfeksi pasca trauma, diharap- 4. I Gde Raka Widiana, Ari Andayan,
kan pasien dapat menjaga hiegenitas Sukartini Djelantik. The Relation of
matanya dan selalu menggunakan pelindung Onset of Trauma and Visual Acuity
mata ketika beraktivitas pada lingkungan on Traumatic Patient. J Oftalmol In-
yang beresiko. Secara umum prognosis pada dones. Vol. 7. No. 3 Juni 2010.
kasus trauma mata ini adalah baik bila di- 5. Riordan-eva P, Witcher JP. of-
tangani dengan cepat dan belum men- talmologi umum. 17 ed. 2009. xii, 468
imbulkan komplikasi pasca trauma.10 hlm.; 28 cm. (Ilmu Pengetahuan
Murni).

Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 165


6. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Ret- 12. Cao CE. Corneal Foreign Body Re-
ina dan Vitreus America Academy of moval. Emedicine Medscape [Inter-
Ophthalmology. San Fransisco; 2008. net]. April 2015; Tersedia pada:
(clinical optic). https://emedicine.medscape.com/arti-
7. Mittanamalli S Sridhar. Anatomy of cle/82717-overview#a9
cornea and ocular surface. 15 Agustus 13. Bashour M. Corneal Foreign Body”.
2018;(Review Article for Residents). Emedicine Medscape [Internet].
8. Pieramici, Dante J, Kuhn, Ferenc. Oc- 2016; Tersedia pada: https://emedi-
ular Trauma Principles and Practice. cine.medscape.com/article/1195581-
Thieme 1 Ed Dec 15 2001. :496 overview
pages. 14. Mawn A Louise. Canalicular Lacera-
9. Chris Tanto et al.Kapita Selekta tion. Emedicine Medscape [Internet].
Kedoktera edisi IV. Jakarta: Media 2012; Tersedia pada: http://emedi-
aesculapius; cine.medscape.com/article/1210031-
10. Kanski, Jack J. Synopsis of Ophthal- overview.
mologi. 6 th. UK: Butterworth & Co;
1990. 661p hlm.
11. Augsburger James, Asbury taylor. JP.
Vaughan & Asbury: Oftamologi
Umum. 17 th. jakarata: EGC; 2009.
372-380p hlm.

166 Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)

You might also like