You are on page 1of 8
3.2. Fasor Kita mengenal pernyataan suatu bilangan kompleks yang berbentuk z= Ae! = A(cos0+ jsin 0) G.3) Dengan pernyataan bilangan kompleks ini maka fungsi cosinus dan sinus dapat dinyatakan sebagai fungsi eksponensial kompleks, yaitu Acos @ = Re Ae/® = komponen nyata dari z, dan 6A Asin x = Im Ae =komponen imajiner dari z - Karena sinyal sinus dalam analisis rangkaian listrik dituliskan dalam bentuk normal sebagai fungsi cosinus, dapat ditetapkan bahwa hanya bagian riil dari bilangan kompleks Ae™ saja yang diambil untuk menyatakan sinyal sinus. Oleh karena itu sinyal sinus y= Acos(ct+0) dapat kita tulis sebagai y = Acos(wt +8) = Re Ae!) = Re Ae eI! 65) = Aeleiot tanpa harus menuliskan keterangan Re lagi. Jika kita bekerja pada suatu frekuensi @ tertentu untuk seluruh sistem rangkaian, maka faktor e®” pada pernyataan fungsi sinus (3.5) tidak perlu dituliskan lagi. Kita dapat menyatakan fungsi sinus cukup dengan mengambil besar dan sudut fasa-nya saja. Jadi sinyal sinus y= A cos(as + 8) dinyatakan dengan 6.6) V= Ae” Pemyataan sinyal sinus dengan bilangan kompleks ini disebut fasor yang biasa dituliskan dengan huruf tebal dengan garis di atasnya. Fasor ini merupakan bilangan kompleks dan dapat digambarkan secara grafis seperti terlihat pada Gb.3.2. Gambar grafi disebut diagram fasor. 18 Sudaryatno Sudirham: Bilangan Kompleksdan Fasor Gb.3.1. Fasor V = Ae!” Jadi dengan notasi fasor, kita hanya memperhatikan amplitudo dan sudut fasa dari suatu sinyal sinus, dengan pengertian bahwa frekuensinya sudah tertentu, Karena kita hanya memperhatikan amplitudo dan sudut fasa saja, maka fasor dapat kita tuliskan dengan menyebutkan besarnya dan sudut fasanya, Pengertian ini ekivalen dengan modulus dan argumen pada bilangan kompleks. Jadi penulisan fasor dalam bentuk yang juga kita sebut bentuk polar adalah V= Ae! ditulis sebagai V = AZO GB.) Fasor V = AZ@ kita gambarkan dalam bidang kompleks, seperti terlihat pada Gb.3.1. Panjang fasor adalah nilai mutlak dari amplitudo 4. Penulisan fasor dalam bentuk polar, dapat diubah ke bentuk sudut-siku, yaitu : V=AZ0= A(cos6+ jsin®) G.8) Sebaliknya, dari pernyataan dalam bentuk sudut-siku dapat diubah ke bentuk polar V=a+jb=Va" o? cean-(5) G.9) a Transformasi timbal balik antara pernyataan dalam bentuk sudut- siku dan bentuk polar, memudahkan kita dalam melakukan operasi- operasi fasor yang akan kita lihat berikut ini, yang pada hakekatnya sama seperti operasi aljabar pada bilangan kompleks yang sudah kita pelajari. 19 3.3. Operasi Fasor Perkalian Fasor. Perkalian fasor mudah dilakukan bila fasor dituliskan dalam bentuk polar. Jika A=AZ0, dan B=BZ0) maka _ (3.10) C = AB = ABO, +82) Hal ini mudah difahami, karena jika kita menuliskan A= de! dan B= Be! maka © = Ae! Be! = ABe!®.) = 4BZ(0, +03) Pembagian Fasor. Pembagian fasor mudah dilakukan bila fasor dituliskan dalam bentuk polar. Jika A=AZ0, dan B=B2Z0, maka = A ALO p= 8-201 -4 40-02) B BL, Hal ini juga mudah difahami. Jika kita menuliskan A= de! dan B= Be! = de® A A _ 0 A maka D= = Sele -S el) 2 40, -8) Bel B B B Penjumlahan dan Pengurangan Fasor. Operasi_penjumlahan ataupun pengurangan lebih mudah dilakukan jika kita menuliskan fasor dalam bentuk sudut-siku. 20 Sudaryatno Sudirham: Bilangan Kompleksdan Fasor Jika A=aj+jh dan B=ay+jby maka C=A+B=(a,+a)+ j(b, +b) ) =y(aq rah + wep ar | @12) a, +4 | = A-B = (a + jb,)-(a + jr) =V(q-amP +h a rd aay Jika fasor dinyatakan dalam bentuk polar, kita ubah dulu ke bentuk sudut siku untuk mudah dijumlahkan / dikurangkan Jika A=AZ6, dan B=BZ0) maka G.13) =(Acos 6, — Bcos6>)+ j(Asin0, —Bsin®,) Fasor Negatif dan Fasor Konjugat. Sika dituliskan dalam bentuk sudut-siku, nilai negatif fasor adalah negatif dari ma komponen riil dan imajiner. Gb. 12.2. Fasor dan negatifnya serta konjugatnya Jika A=a,+ jb, maka -—A=-a,— jb Jika A=a, + jb, maka A” =a, - jh, Dalam bentuk polar, Jika A=AZO0 maka -K=4Z(0+180°) =Ad 6-180°) dan A’ = AZ-0 Fasor Dengan Sudut Fasa 90° dan 0°. Bentuk sudut-siku dari fasor dengan sudut 90° dan 0° adalah (3.14) A=AZ90° = jd; B= BZ-90° =-jB €=CL0°=C a). vj(t) = 10 cos(500r 45°) Pernyataan fasor sinyal sinus ini dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku adalah V, =102-45° atau V, =10cos(—45°) + j10sin(—45° ) = 7,07 — 7,07 b). v2 () = 15 cos(500¢+30°) Pernyataan fasor sinyal sinus ini dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku adalah V, =15230° atau Vp =15cos(30°) + jl5sin(30°) = 12,99 + 7,5 ©). (f= —4cos 1000¢ Pernyataan fasor dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku adalah T,=-420° atau Ty =-4c0s(0°) - j4sin(0°) = -4 22 Sudaryatno Sudirham: Bilangan Kompleksdan Fasor 4). ip (1) =3.cos(1000r -90°) Pernyataan fasor dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku adalah =32-90° atau 15 =3cos(-90°) + /3 sin(-90°) = — 3 1, +1 dari) dan d) Fasor hanya dapat dijumlahkan jika frekuensinya sama. Karena kedua arus dalam soal e) ini berfrekuensi sama maka fasornya dapat kita jumlahkan T; =, +1) =-4- 3. Hasil penjumlahan ini dapat kita ubah kembali dalam bentuk polar menjadi -3) 9 ea? ean =52216,9° Tay f. S$) =ViI} ; Sy =Voly S, = Vil =(02-45°) (420°) = 402 -45° Sx =Vo1} =(15230°)x(3290°) = 452120° 8). Z) = Tt, V, _102-45° -4Z0° 5230° tT, 3290° =-2.52-45° ; Zp =52Z-60° 3.3. Konsekuensi Pernyataan Sinyal Sinus dalam Fasor Karakteristik piranti dalam rangkaian listrik dinyatakan oleh hubungan antara arus dan tegangannya. Untuk resistor , induktor, dan kapasitor hubungan tersebut adalah: Resistor: vp = Rig Induktor: vz = pain dt . ave 1 Kapasitor :i¢ = C—— atauve = fi vat Ps ic at ch GJic R, L, dan C berturut-turut adalah resistansi, induktansi, dan kapasitansi dari piranti yang bersangkutan. Relasi-relasi ini adalah relasi di mana tegangan maupun arus merupakan fungsi waktu. Jika tegangan dan arus dinyatakan dalam bentuk fasor maka harus dilakukan penyesuaian pada relasi tegangan-arus elemen tersebut. Resistor. Jika arus pada resistor adalah ip (0) =I pm COS(@L +8) = I py et? maka tegangannya adalah p(t) = Rig(t) = Ri pel Jika dinyatakan dalam fasor maka Vp = Rig G17) Hubungan arus dan tegangan resistor ini mirip dengan hubungan tegangan dan arus jika dinyatakan sebagai fungsi waktu. Induktor. Untuk induktor, jika arus induktor adalah i, (1) = T yy Cos(ot +8) = Tp,e7*) maka tegangan induktor adalah ai @ <1 Ape Le v= a = jolly") 24 Sudaryatno Sudirham: Bilangan Kompleksdan Fasor Dalam bentuk fasor, V_ = joLT, = iX 1, = 2,1, 6.18) 3. dengan: X,=oL dan Z;, = jol Jadi dengan pernyataan sinyal dalam fasor, hubungan tegangan dan arus induktor tidak lagi berbentuk hubungan diferensial, melainkan berbentuk linier dengan faktor proporsionalitas sebesar Z, = jX; ; X;, disebut reaktansi induktif , Z, disebut impedansi induktor. Kapasitor. Untuk kapasitor, jika tegangan kapasitor adalah 1) = Vem COS(0t + 8) = Vee Or) maka arus kapasitor adalah div, coro . (ome = joCV cme) dt dt yang dalam bentuk fasor dapat kita tuliskan sebagai T¢ = joC Ve atau dengan: Seperti yang kita peroleh pada induktor, hubungan tegangan dan arus kapasitor tidak lagi berupa hubungan integral, melainkan berupa hubungan linier dengan faktor proporsionalitas sebesar Z- = JXc sXe kita sebut reaktansi kapasitif, Zc kita sebut impedansi kapasitor. Pembaca dapat mempelajari lebih lanjut analisis rangkaian listrik dengan buku “Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1” oleh Sudaryatno Sudirham.

You might also like