You are on page 1of 8

‫‪Nama‬‬ ‫‪= Hanifan Nahwi I‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪= 18‬‬

‫‪Kelas‬‬ ‫‪= XI TKJ 1‬‬

‫‪Waspadai Perbuatan Zina dan Sarananya‬‬

‫‪ ‬‬

‫ش ُرو ِر‬
‫ن ُ‬
‫م ْ‬ ‫عو ُذ بِاللَّ ِ‬
‫ه ِ‬ ‫َس َت ْغ ِف ُر ُه‪َ ,‬ونَ ُ‬
‫ه‪َ ,‬ون ْ‬
‫عي ُن ُ‬
‫َس َت ِ‬
‫م ُد ُه‪َ ,‬ون ْ‬
‫َح َ‬ ‫م َد لِلَّ ِ‬
‫ه‪ ,‬ن ْ‬ ‫إِنَّ ا ْل َ‬
‫ح ْ‬

‫ل َ‬
‫فال َ‬ ‫ضلِ ْ‬
‫ن ُي ْ‬
‫م ْ‬ ‫ل لَ ُ‬
‫ه‪َ ,‬و َ‬ ‫ض َّ‬
‫م ِ‬ ‫ه َ‬
‫فال َ ُ‬ ‫د ِه اللَّ ُ‬
‫ن يَ ْه ِ‬
‫م ْ‬ ‫س ِِّي‪/0‬ئَاتِ أَعْ َ‬
‫مالِ َنا‪َ .‬‬ ‫أَ ْن ُف ِ‬
‫س َنا‪َ ,‬و َ‬

‫م ًدا‬
‫ح َّ‬ ‫ه ُد أَنَّ ُ‬
‫م َ‬ ‫ه‪َ ,‬وأَ ْ‬
‫ش َ‬ ‫ك لَ ُ‬
‫ر ْي َ‬ ‫ح َد ُه ال َ َ‬
‫ش ِ‬ ‫ه َو ْ‬ ‫ه ُد أَنْ ال َ إِلَ َ‬
‫ه إِال َّ اللَّ ُ‬ ‫ه‪َ ,‬وأَ ْ‬
‫ش َ‬ ‫ي لَ ُ‬ ‫َ‬
‫ها ِد َ‬

‫ُه‬
‫سول ُ‬
‫ع َْب ُد ُه َو َر ُ‬

‫مونَ‬
‫سلِ ُ‬
‫م ْ‬ ‫ن إِال َّ َوأَ ْن ُت ْ‬
‫م ُ‬ ‫ه َوال َ تَ ُ‬
‫مو ُت َّ‬ ‫ق ُتقَاتِ ِ‬
‫ح َّ‬ ‫م ُنوا اتَّقُوا اللَّ َ‬
‫ه َ‬ ‫ين آ َ‬
‫ذ َ‬ ‫يَا أَيُّ َ‬
‫ها الَّ ِ‬

‫ها‬
‫ج َ‬
‫ها َز ْو َ‬
‫م ْن َ‬ ‫خلَ َ‬
‫ق ِ‬ ‫ح َد ٍة َو َ‬
‫ن نَفْسٍ َوا ِ‬
‫م ْ‬
‫م ِ‬
‫ك ْ‬ ‫خلَ َ‬
‫ق ُ‬ ‫م الَّ ِ‬
‫ذي َ‬ ‫ك ُ‬
‫اس اتَّقُوا َربَّ ُ‬
‫ُ‬ ‫يَا أَيُّ َ‬
‫ها ال َّن‬

‫م إِنَّ‬ ‫ه َواأل َ ْر َ‬
‫حا َ‬ ‫َسا َءلُونَ بِ ِ‬ ‫ه الَّ ِ‬
‫ذي ت َ‬ ‫سا ًء َواتَّقُوا اللَّ َ‬ ‫جاال ً َ‬
‫كثِيرًا َونِ َ‬ ‫ما ِر َ‬
‫م ْن ُه َ‬
‫ث ِ‬
‫َوبَ َّ‬

‫م َرقِيبًا‬ ‫ه كَانَ عَ لَ ْي ُ‬
‫ك ْ‬ ‫اللَّ َ‬

‫م َويَ ْغ ِف ْر‬
‫ك ْ‬ ‫م أَعْ َ‬
‫م ال َ ُ‬ ‫صلِحْ لَ ُ‬
‫ك ْ‬ ‫دي ًدا ُي ْ‬
‫س ِ‬ ‫ه َوقُولُوا َ‬
‫ق ْوال ً َ‬ ‫م ُنوا اتَّقُوا اللَّ َ‬
‫ين آ َ‬
‫ذ َ‬ ‫يَا أَيُّ َ‬
‫ها الَّ ِ‬

‫فا َز َ‬
‫ف ْوزًا عَ ِ‬
‫ظيمًا‬ ‫َد َ‬ ‫ه َ‬
‫فق ْ‬ ‫سو ل َ ُ‬ ‫طعِ اللَّ َ‬
‫ه َو َر ُ‬ ‫ن ُي ِ‬
‫م ْ‬
‫م َو َ‬
‫ك ْ‬
‫م ُذ ُنوبَ ُ‬ ‫‪.‬لَ ُ‬
‫ك ْ‬

‫أَ َّ‬
‫ما بَ ْع ُد‬
ُ ُ‫ش َّر األ‬
‫مو ِر‬ َ ‫ َو‬,‫د‬
ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬
َ ‫م‬
ُ ‫ي‬ َ ِ‫ه ْدي‬
ُ ‫ه ْد‬ َ ‫خ ْي َر ا ْل‬ ِ َّ‫اب الل‬
َ ‫ َو‬,‫ه‬ ُ ‫ث كِ َت‬
ِ ‫دي‬ َ ‫خ ْي َر ا ْل‬
ِ ‫ح‬ َ
َ َّ‫ف ِإن‬

ٍ َ‫ضالَل‬
‫ة فِي ال َّنا ِر‬ ُّ ‫ َو ُك‬,ٌ‫ضالَلَة‬
َ ‫ل‬ َ ‫ة‬ َ ‫ل بِ ْد‬
ٍ ‫ع‬ ٍ َ‫ح َدث‬
َّ ‫ َو ُك‬,ٌ‫ة بِ ْدعَ ة‬ ْ ‫م‬
ُ ‫ل‬ َ ‫ح َدثَا ُت‬
َّ ‫ َو ُك‬,‫ها‬ ْ ‫م‬
ُ

KHUTBAH PERTAMA

Sidang Jumat yang berbahagia,

Salah satu kaidah yang sangat agung dalam syariat Islam yang mulia ini adalah bahwasanya

Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya tidak memerintahkan suatu perbuatan, kecuali di

dalam perintah itu terdapat kemaslahatan yang besar. Begitu juga tidak melarang suatu

perbuatan, kecuali di dalam perbuatan itu terdapat banyak madharat.

Satu di antaranya, Allah telah mengharamkan perbuatan zina. Karena dalam

perbuatan zina ini terdapat banyak madharat serta kerusakan. Allah berfirman,

ً ‫س ِبيال‬
َ ‫سآ َء‬ ً ‫ش‬
َ ‫ة َو‬ َ ‫ح‬ َ َ‫َّه كَان‬
ِ ‫فا‬ ِّ ‫َوالَتَ ْق َر ُبوا ال‬
ُ ‫نَى إِن‬/0‫ِز‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina  itu adalah suatu perbuatan yang

keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia untuk mendekati

perbuatan zinadan semua perantara yang bisa menjerumuskan zina dan semua perantara yang

bisa menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan tersebut. Demikian ini,

karena zina merupakan perbuatan kotor dan sangat jelek pengaruhnya bagi kehidupan

masyarakat. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutnya dengan kata fakhisyah. Yang berarti,

perbuatan yang sangat keji. Perbuatan zina bertentangan dengan akal sehat. Zina merupakan

jalan yang membawa kepada kehancuran dan kenistaan, merusak masyarakat, menimbulkan

penyakit berbahaya, bercampurnya nasab, dan juga menyebabkan permusuhan di antara

manusia dan kerusakan lainnya yang sangat berbahaya, sehingga pantas apabila
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hukuman berat bagi para pelakunya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫ما َر ْأ‬
ٌ ‫ف‬
‫ة‬ ُ ‫ج ْل َد ٍة َوالَت َْأ‬
ِ ِ‫خ ْذ ُكم ب‬
َ ‫ه‬ َ َ ‫م ائ‬
َ ‫ة‬ َ ‫ما‬
َ ‫ِم ْن ُه‬
/0ِّ ‫د‬
ٍ ‫ح‬
ِ ‫ل َوا‬
َّ ‫اجلِ ُدوا ُك‬
ْ ‫ف‬َ ‫ة َوال َّزانِي‬
ُ َ‫ال َّزانِي‬

َ ِ‫ما طَآئ‬
ٌ ‫ف‬
‫ة‬ َ ‫ه ْد عَ َذابَ ُه‬ ْ َ‫ر َو ْلي‬
َ ‫ش‬ ِ َ ‫م ْاأل‬
ِ ‫خ‬ ِ ‫م ُنونَ بِاهللِ َوا ْليَ ْو‬
ِ ‫م ُت ْؤ‬
ْ ‫ين هللاِ إِن ُكن ُت‬
ِ ‫فِي ِد‬

‫ين‬
/َ ‫م ِن‬ ُ ‫ن ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ‬ َ ‫ِم‬
/0ِّ

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari

keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu

untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan

hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang

beriman.” (QS. An-Nur: 2)

Ayat ini menunjukkan hukuman yang disyariatkan Allah bagi seseorang yang berzina dan

belum menikah. Adapun jika pelakunya sudah menikah, maka hukumannya lebih berat dari

yang pertama, yaitu dirajam, dilempari dengan batu sampai mati. Sebagaimana disabdakan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ada seorang sahabat, Ma’iz bin Malik
berzina, kemudian ia mengakui perbuatannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

Pergilah kalian dan rajamlah dia!

Perhatkanlah, wahai jamaah sekalian! Alangkah berat hukuman dunia bagi pelaku zina. Dan

sesungguhnya hukuman di akhirat lebih besar, akan tetapi hanya sedikit manusia yang mau

berpikir.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah,


Allah Maha Rahman dan Rahim kepada para hamba-Nya. Demikian pula

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat kasih sayang kepada umatnya. Oleh karena

itu, Allah dan rasul-Nya melarang dan mencegah umatnya dari segala perantara yang bisa

membawa seseorang kepada kebinasaan tersebut.

Di antaranya ialah:

Pertama, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hamba untuk mengumbar pandangannya

dan melihat kepada sesuatu yang haram untuk dilihat, karena akan membangkitkan nafsu

seseorang dan menjerumuskannya ke dalam perbuatan keji. Dan sebaliknya,

Allah Subhanahu wa Ta’alamemerintahkan para hamba-Nya agar menundukkan pandangan

matanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ‫ك أَ ْزكَى لَ ُه‬
َّ‫م إِن‬ َ ‫م‬
َ ِ ‫ذل‬ َ ‫فظُوا ُف ُرو‬
ْ ‫ج ُه‬ َ ‫ح‬
ْ َ‫م َوي‬
ْ ‫ه‬ َ ‫ن أَ ْب‬
ِ ‫صا ِر‬ ْ ‫م‬ ُّ ‫غ‬
ِ ‫ضوا‬ ُ َ‫ين ي‬
/َ ِ‫من‬ ُ ‫ ْل‬/0ِّ‫ُل ِل‬
ِ ‫م ْؤ‬ ْ ‫ق‬

َ‫عون‬
ُ ‫ص َن‬
ْ َ ‫م اي‬
َ ِ‫خ ِبي ٌر ب‬
َ ‫هللا‬
َ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka,” sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nur:

30)

Adapun peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tersebut dalam sabdanya:

“Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan yang satu dengan yang lainnya, karena

sesungguhnya bagimu yang pertama, bukan yang kedua.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan

oleh Syaikh al-Albani).


Maksudnya, seseorang tidak berdosa dengan pandangan pertama yang tidak disengaja dan

akan mendapatkan dosa dalam pandangan yang keduanya ketika sengaja melakukannya. Ini

menunjukkan, melihat sesuatu yang haram termasuk perantara terjadinya perbuatan zina.

Lantas, kalau pandangan yang seperti ini diharamkan, maka bagaimana dengan orang yang

melihat gambar-gambar wanita seronok dalam majalah-majalah atau bahkan film-film porno

yang akan membangkitkan syahwat? Tentu perbuatan ini lebih diharamkan oleh

Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah, pandangan merupakan panah beracun dari panah-

panah setan.

Kedua, Islam melarang khalwat. Yaitu berduaan antara laki-laki dan wanita yang bukan

mahram, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Tidaklah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali setanlah yang

ketiganya.” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali

dia disertai dengan mahramnya.”

Lihatlah, wahai jamaah sekalian! Bagaimanakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam menutup segala pintu yang akan membukakan seseorang kepada perbuatan zina. Akan

tetapi, kita lihat banyak orang tidak memahami hal ini, sehingga banyak yang biasa berdua-

duaan, seperti di kantor-kantor, tempat rekreasi, dan yang lainnya. Atau di kalangan para

pemuda biasa dikenal dengan istilah pacaran bahkan menjadi kebanggaan. Muncul anggapan

keliru, pemuda atau pemudi yang tidak melakukannya dikatakan kuno.


Subhanallah! Tidakkah kita takut dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

Tidakkah kita sadar, bahwa ini merupakan makar setan yang ingin agar manusia

menemaninya di neraka nanti?

Ketiga, Islam melarang wanita-wanita memperlihatkan auratnya, karena dapat

membangkitkan syahwat. Wanita-wanita yang mempertontonkan auratnya, sesungguhnya ia

telah menjerumuskan dirinya dan orang lain kepada kehancuran. Bagaimana tidak, seorang

wanita yang membuka auratnya, kemudian ia berjalan di hadapan laki-laki, tentu ini akan

membangkitkan syahwat para laki-laki itu, kemudian dapat menimbulkan keinginan untuk

melakukan perbuatan keji.

Kita lihat, siapakah yang lebih banyak diganggu? Apakah wanita muslimah yang berpakaian

secara baik dan menutup auratnya, ataukah wanita yang mempertontonkan auratnya

berpakaian dengan pakaian ketat yang menyifati bentuk tubuhnya?

Jawabnya, tentulah wanita yang kedua lebih banyak diganggu, dan dialah yang menjadi

penyebabnya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para

wanita muslimah agar mengulurkan jilbabnya, menutup auratnya. Yang karenanya, ia akan
lebih suci. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫من‬
ِ ‫ن‬ ِ ‫ين عَ لَ ْي‬
َّ ‫ه‬ َ ِ‫ين ُي ْدن‬
/َ ‫م ِن‬ ُ ‫سآ ِء ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ‬ َ ِ‫ك َون‬
َ ِ‫ك َوبَ َنات‬ ِ ‫ي قُل ألَ ْز َوا‬
َ ‫ج‬ َ ُّ‫يَآأَي‬
ُّ ِ‫ها ال َّنب‬

‫حيمًا‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫غفُورًا َّر‬ ُ َ‫ن َوكَان‬ َ ‫فال َ ُي ْؤ‬
َ ‫ذ ْي‬ َ ‫ك أَ ْدنَى أَن ُي ْع َر ْف‬
َ ‫ن‬ َ ‫ن‬
َ ِ‫ذل‬ ِ ِ‫جالَبِيب‬
َّ ‫ه‬ َ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri

orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang

demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.

Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Akan tetapi, banyak para wanita yang tidak mempedulikan perintah Allah Subhanahu wa

Ta’ala dan lebih mengikuti gaya orang-orang kafir, wanita-wanita fajir (pelaku dosa) yang

jauh dari petunjuk Allah. Bahkan banyak wanita yang merasa senang dan merasa bangga

dengan mempertontonkan auratnya. Benarlah yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam, pada akhir zaman nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya

telanjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dua golongan penduduk neraka yang aku belum melihatnya; orang-orang yang membawa

cambuk seperti ekor sapi yang dia gunakan untuk memukul manusia, dan para wanita yang

berpakaian tetapi telanjang yang berjalan dengan berlenggak-lenggok. Kepala-kepala

mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium

baunya.”

Artinya, mereka memakai pakaian tipis atau pakaian ketat, dan pakaian yang menimbulkan

fitnah bagi orang yang melihatnya. Sehingga, sekalipun mereka berpakaian, tetapi hakikatnya

telanjang. Islam adalah agama yang penuh dengan kemaslahatan. Semua perintahnya pasti

bermanfaat, dan semua larangannya pasti mengandung bahaya. Ketika Islam memerintahkan

para wanita untuk berjilbab, tentu karena akan menjaga kehormatan. Ketika Islam melarang
mengumbar aurat, tentu karena banyak bahaya dan berakibat jelek yang ditimbulkannya, di

antaranya tersebar perbuatan zina.

ِ‫ن اآْل يَات‬


َ ‫م‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫م ب‬
ْ ‫ي َوإِيَّا ُك‬
ْ ِ‫عن‬ َ َ‫ َون‬،‫م‬
َ ‫ف‬ ِ ‫ر ْي‬ َ ‫ن ا ْل‬
ِ ‫ك‬ ِ ‫م فِي ا ْل ُق ْرآ‬ ُ َ‫ي َول‬
ْ ‫ك‬ ْ ِ‫ك هللا ل‬
َ ‫با َر‬

‫ر‬
ِ ِ ‫س ائ‬
َ ِ‫م َول‬ ُ َ‫ي َول‬
ْ ‫ك‬ ْ ِ‫هللا ل‬
َ ْ َ‫ي هذا َوأ‬
‫س َت ْغ ِف ُر‬ ْ ِ‫ق ْول‬ ُ ‫ أَ ُق ْو‬.‫م‬
َ ‫ل‬ َ ‫ر ا ْل‬
ِ ‫حكِ ْي‬ /0ِّ ‫َوال‬
ِ ‫ِذ ْك‬

‫م‬
ُ ‫ح ْي‬ َ ‫و ا ْل‬
ِ ‫غ ُف ْو ُر ال َّر‬ َ ‫ه‬ ُ َّ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إِن‬
ُ ‫ه‬ ْ ‫ف‬َ ،‫ب‬ َ ‫ِل‬
ٍ ‫ذ ْن‬ /0ِّ ‫ن ُك‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ن‬
َ ‫م ْي‬
ِ ‫س ِل‬ ُ ‫ا ْل‬
ْ ‫م‬

KHUTBAH KEDUA
‫ن‬ /0ِّ ‫ه َر ُه عَ لَى ال‬
ِ ‫ِد ْي‬ ْ ‫ـِق لِ ُي‬
ِ ‫ظ‬ َ ‫ن ا ْل‬
ِّ /0 ‫ح‬ ُ َ‫س ْول‬
ِ ‫ه بِا ْل ُهدَى َو ِد ْي‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ي أَ ْر‬
َ ‫س‬ ِ َّ‫م ُد هلل ال‬
ْ ‫ذ‬ َ ‫اَ ْل‬
ْ ‫ح‬

‫م ًدا ع َْب ُد ُه‬


َّ ‫ح‬ ُ َّ‫ه ُد أَن‬
َ ‫م‬ ْ َ‫ه ُد أَنْ ال َ إله إِال َّ هللا َوأ‬
َ ‫ش‬ ْ َ‫ أ‬، َ‫ر ُك ْون‬
َ ‫ش‬ ِ ‫ش‬ ُ ‫ر َه ا ْل‬
ْ ‫م‬ َ ‫ه َولَ ْو‬
ِ ‫ك‬ ِ /0‫ُك ِِّل‬

َّ َ‫ أ‬.‫ن‬
‫مابَعْد‬ َ ‫ع ْي‬
ِ ‫م‬ ْ َ‫ه أ‬
َ ‫ج‬ ِ ِ ‫ح اب‬ ْ َ‫ه َوأ‬
َ ‫ص‬ ِ ِ‫د َوعَ لَى آل‬
ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬ ُ ‫ِل عَ لَى‬
َ ‫م‬ /0ِّ ‫ص‬
َ ‫اللهم‬،‫ُه‬
ُ ‫س ْول‬
ُ ‫َو َر‬
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Zina merupakan salah satu dosa besar dan perbuatan yang sangat keji. Perbuatan ini sangat

dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim menjaga

diri dari dosa tersebut, serta menjauhi segala sarana yang bisa membawa dirinya kepada

perbuatan nista itu. Dan bertakwalah kepada Allah, karena dengan takwa seseorang akan

selalu terjaga dan tidak terjerumus ke dalamnya.

Marilah kita berdoa kepada Allah, agar terhindar dari perbuatan yang dimurkai.

Sesungguhnya kita tidak akan terhindar dari perbuatan yang dimurkai tersebut kecuali dengan

pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫م َوعَ لَى‬ ِ ‫علَى إِ ْب َرا‬


َ ‫ه ْي‬ َ ‫صلَّ ْي‬
َ ‫ت‬ َ ‫ما‬ َ ‫د‬
َ ‫ك‬ ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬
َ ‫م‬ ِ ‫د َوعَ لَى آ‬
ُ ‫ل‬ ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬ ُ ‫علَى‬
َ ‫م‬ َ ‫ِل‬
/0ِّ ‫ص‬ َّ ‫اَللَّ ُه‬
َ ‫م‬

‫ْت‬
َ ‫ما بَا َرك‬ َ ‫د‬
َ ‫ك‬ ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬
َ ‫م‬ ِ ‫د َوعَ لَى‬
ُ ‫آل‬ ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬ ُ ‫د وبارك عَ لَى‬
َ ‫م‬ ٌ ‫ج ْي‬
ِ ‫م‬
َ ‫د‬
ٌ ‫م ْي‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ك‬
َ َّ‫م إِن‬
َ ‫ه ْي‬
ِ ‫ل إِ ْب َرا‬
ِ ‫آ‬

‫د‬
ٌ ‫مجِ ْي‬
َ ‫د‬
ٌ ‫م ْي‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ك‬
َ َّ‫م إِن‬
َ ‫ه ْي‬ ِ ‫علَى آ‬
ِ ‫ل إِ ْب َرا‬ َ ‫م َو‬ ِ ‫علَى إِ ْب َرا‬
َ ‫ه ْي‬ َ

‫ين‬
َ ‫ر‬ ِ ‫ن ا ْلخَا‬
ِ ‫س‬ َ ‫م‬
ِ ‫َن‬ ُ ‫م َنا لَ َن‬
َّ ‫كون‬ َ ‫م تَ ْغ ِف ْر لَ َنا َوتَ ْر‬
ْ ‫ح‬ َ ‫م َنا أَنف‬
ْ َّ‫ُس َنا َوإِن ل‬ ْ َ‫َربَّ َنا ظَل‬

‫اب ال َّنا ِر‬ ً ‫س َن‬


َ ‫ة َوقِ َنا عَ َذ‬ َ ‫ح‬ ِ َ ‫ة َوفِي ْاأل‬
َ ‫خ َر ِة‬ ً ‫س َن‬
َ ‫ح‬ ُّ ‫َربَّ َنآ َءاتِ َنا فِي ال‬
َ ‫د ْنيَا‬

/0 ‫د هللِ َر‬
ِّ‫ِب‬ ُِ ‫م‬ َ ‫وانَا ا ْل‬
ْ ‫ح‬ َ ْ‫خ ُر دَع‬ َ ‫َسلِ ْيمًا‬
ِ ‫كثِ ْيرًا َو آ‬ ْ ‫دت‬
ٍ ‫م‬
َّ ‫ح‬ ُ ‫م عَ لَى‬
َ ‫م‬ َ َّ‫سل‬
َ ‫هللا َو‬
ُ ‫صلَّى‬
َ ‫َو‬

‫ن‬ ِ َ‫ا ْلعَال‬


َ ‫م ْي‬

You might also like