KUALITAS SIFAT FISIK DAN KANDUNGAN NUTRISI BUNGKIL INTI SAWIT DARI
BERBAGAI PROSES PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO)
(Physical quality and nutritional contents of palin kernel cake from
various of Crude Palm Oil (CPO) processing plant)
Achmad Jaclani* dan Noordiansyah Firahmi*
ABSTRACT
The research was conducted to study the the
physical quality and nutritions content of the palm
kemel cake (PKC) fiom various of CPO processing
plant, The PKC with processing by expeller extraction
have specific grafity, bulk density, compacted bulk
density highly, than PKC with processing by solvent
extraction, PKC with processing by solvent extraction
have angle of respose, modulus of fineness highly
than PKC with processing by expeller exiraction.
The best physical characteristics of PKC was obtained
fiom PT. Indofeed with processing by solvent
extraction from Lampung with spesific grafity
1.390 kgm’, bulk density 0.582 g cc-!, compacted
bulk density 0.693 g cc, angle of respose 29.98°,
modulus of fineness 4,77 MF, diameter of feed
material 0.285 om, floating rate 0.593 m sec",
‘The Chemical quality of palm kernel cake with
processing by expeller extraction (fom Lampung
or Banten) have extract ether, crude protein and
crude fiber highly content than palm kernel cake
with processing by solvent extraction,
Key word : Sifas fisi, sifat kimia, bungkil inti swt
PENDAHULUAN
Indonesia, Malaysia, dan Nigeria merupakan
3 negara di dunia yang memproduksi 84% minyak
kelapa sawit dunia, Indonesia merupakani negara
kkedua terbesar setelah Malaysia dalam menghasil-
kan kelapa sawit. Luas areal pericebunan kelapa sawit
di Indonesia pada tahun 2005 sekitar 5.000.000 hektar
dengan total produksi crude palm oil (CPO) sekitar
14.500.000 ton (LRPT, 2006).
‘Terdapat beberapa produ ikutan CPO yang
dihasilkan, Menurut Sindu (1999), rata-rata hasil
ikutan tersebut adalah : bungkil inti sawit sekitar
0,3-0,6 ton, serat buah sckitar 1,5-3,5 ton dan tumpur
minyak sawit sekitar 3-6 ton/ha tanaman/tahun,
Bungkil inti sawit (palin kernel cake/meal) merupakan
hhasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit
yang diperolch secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan
proses fisik (expeller). Bungkil inti sawit (BIS) ine-
ngandung kadar protein ebil rendah bila dibanding-
kan dengan bungkil kedele dan kacang tanah yaitu
sekitar 15,73-17,19% (Chong er al., 1998).
Sifatfisik pakan adalah salah satu factor yang
sangat penting untuk diketahui, Keefisienan suatu
roses penanganan, pengolaban dan penyimpanan
dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan
informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi
saja telapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga
erugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan
dapat dihindari. Menurut Chung dan Lee (1985),
+ pengetahuan sifat fisik dan thermal butiran penting
dalam masalah panas dan pemindahan masa bahan,
termasuk penyimpanan butizan, pengeringan, aerasi,
pendinginan dan pengolahan
* Tenaga Pengajar Pada Faleultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan‘Al Utrn Vol.38 No.2 Jul 2007 halaman 1-7
Secara umum sifat fisik bahan pakan ter-
gantung dari jenis dan ukuran partikel baban,
Sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik pakan yang
penting yaitu berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan,
daya ambang dan factor higroskopis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keragaman dari beberapa sifat fisik dan komposisi
kimia bungkil inti sawit dari berbagai asal tempat
bahan tersebut diperoleh,
BAHAN DAN METODE
Pengujian kualitas sifat fisik BIS dilakulan
di Laboratorium Dasar Fakultas Pertanian Uniska,
Banjarmasin. Analisis proksimat komposisi mutrisi,
BIS, dilakukan di Laboratorium nu dan Teknologi
Paken Fakultas Petemakan IPB, Bogor. Penelitian
dilaksanakan bulan Pebruari - April 2007.
Percobaan ini menggunakan bungkil inti sawit
dari beberapa tempat yaitu dari PT. Indofeed,
Cimanggu Bogor (proses solvent extraction asal
Lampung), Balai Penelitian Temak Ciawi Bogor
(proses expeller extraction asal Banten) dan PT
Tigate, Jakarta Timur (proses expeller extraction
asal Lampung). Sampel diambil dari beberapa
agian, kemudian dikumpulkan dan dilakulean pen-
campuran secara homogen, Bahan kimia yang
digunakan adalah : NaOH, HCI, asam borat,
dietyl ether, HaSO,, gas O2, ammonium sulfat.
Peralatan yang digunakan dalam percobaan
ini meliputi gelas ukur, sendok teh, pengaduk mika,
corong, kertas manila, mistar segitiga siku-siku,
alumtinium foil, botol semprot, timbangan digital,
stopwatch, statif, Tyler sieve Rettsch 5657 Haan;
Type Vibro, W. Germany, oven, soxhlet, penangas
air, seperangkat alat bom kalorimeter, seperangkat ,
2
alat analisa protein, evaporator, tanur listrik,
timbangan analitik, pompa vakum, Tabu
erlenmeyer, gelas piala.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan asal sumber bungkil
inti sawit, terdiri dari 3 sumber BIS dan 5 ulangan.
Perlakuan meliputi : :
A1=Bungkil inti sawit yang berasal dari PT.
Indofeed Cimanggu Bogor
(proses solvent extraction asal Lampung)
A2=Bungkil inti sawit yang berasel dari Balai
Penelitian Ternak Ciawi Bogor
(proses expeller extraction asal Lampung)
A3=Bungkil inti sawit yang berasal dari PT
Tigate Utama Jaya Jakarta Timur
(proses expeller extraction asal Banten)
Peubah yang diamati dalam percobaan :
1, Berat Jenis (Spesific Grafity). Diuker dengan
menggunakan prinsip Hukum Archimides, yeitu
suatu benda di dalam fluida, baik sebagian ataupun
seluruhnya akan memperoleh gaya Archimides
sebesar fluida yang dipindahkan ke atasnya. Bahan
dimasukan kédalam galas ukur 100 ml dengan
menggunakan sendok the secara perlahan sampai
volume 30 ml, Gelas ukur yang sudah betisi
bahan ditimbang. Aquades sebanyak 50 mi
dimasukan kedalam gelas ukur. Untuk meng-
hilangkan udara antar partikel maka dilakukan
pengadukan menggunakan pengaduk mika, Sisa
bahan yang menempel pada pengaduk dimasvkan
dengan menyemprotkan aquades dan ditambahkan
kedalam volume awal, Pembacaan volume akhir
dilakukan setelah Konstan. Perubahan volume
aquades menupakan volume bahan sesangguhnya,
Bl ‘Bobot bahan pakcan (@)
Perubahan volume aquades (ml)
2. Kerapatan Tumpukan (Bulle Density). Divkur
dengan cara mencurahkan bahan kedalam gelasukur dengan menggunakan corong dan sendok
teh sampai volume 100 ml. Gelas ukur yang telah
berisi bahan ditimbang. Adapun perhitungan ke-
tapatan tumpukan adalah dengan cara membagi
berat bahan dengan volume ruang yang ditempati
. Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted
Bulk Density): Pengulsurannya bampir sama dengan
pengukuran kerapatan tumpukaui, tetapi volume
bbahan dibaca sotelah dilakukan pemadatan dengan
cara menggoyang-goyangkan geld ukur dengan
tangan selama 10 menit,
4, Sudut Tumpukan (Angle of Respose). Pengukuran
dilakuken dengan cara menjatubkan bahan pada
ketinggian 15 om melalui corong pada bidang datar.
Kertas manila berwamna putih digunakan sebagai
alas bidang datar. Ketinggian tumpukan bahan
harus selalu berada di bawah corong. Untuk me-
ngurangi pengaruh tekanan dan kecepatan laju
aliran baban, pengulcuran bahan dilalalkan dengan
volume tertenia (100 ml) dan dicurzhkan perlahan-
Jahan pada dinding corong dengan bantuan sendok
«Pada posisi corong tetap sehingga diusahakan
Jetuhnya bahan selalu Konstan, Sudut tumpukan
bahan ditentukan dengan mengukur diameter
dasar (d) dan tinggi (1) tumpuken. Besarnya
sudut tumpukan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
leant
Be tsd a
5. Tingkat Kehalusan (Modtilus of Fineness). Bahan
diukur dengan cara memasukan bahan sebanyak
300 gr kedalam alat yang terdiri dari susunan
rantang yang memiliki lubang sesai dengan
besaniya ukuran mesh, Besarnya sampel yang
lolos pada setiap mesh didapat dari perhitungan
[Borat sanpal padameshterieni
yosampel
= rahan(g)
3
Setelah diketahui persentase. (04) sampel pada setiap
‘mesh, dapat dihitung nilai konversi dengan cara:
Nilai Konversi
Nomor perjanjian adalah besamya nomor yang
diberikan pada setiap rantang yaitu berurutan dari
1 hingga 7 (dari mesh terkecil hingga mesh ter-
besar). Jumlah total nai konversidibagi sertus
merupakan besarnya tingkat kehalusan (MF).
MP =Total nilai konversi/100
Dari nilai MF ini dapat dihitung rataan diameter
bahan yaitu :
Rataan diameter (inch) = 0.004) x 2"
| Rataanciiameter (cm) = rataan diameter (inch) x 2,54]
Daya Ambang (Floating Rate). Diukur dengan
cara menjatuhkan 10 gram partikel bahan pada
ketinggian 3 meter dari dasar lantai, kemudian
diukur lamanya waltu (detik) yang dibutuhkan
satmpai mencapai lantai dengan menggunakan
stopwatch. Lantai tempat jatuhnya bahan diberi
alas dengan alumunium foil untuk memudahkan
pengamatan saat bahan jatuh. Diupayakan pe-
ngeruh udara diperkecil yaitu dengan menutup
setiap lubang yang memungkinkan angin masuk
(ventilasi, jendela, pintu), Daya ambang dihinang
dengan cara membagi jarak jatuh (meter) dengan
Jamanya waktu yang dibutuhkan (detik).
. Kandungan Bahan Kering, Diukur dengan cara
mengoven bahan yang ditempatkan dalam cawan
‘khusus pada suhu 105°C selama 24 jam, Kandungan
bahan kering dihitung sebagai selisih antara
100% dengan persentase (%) kandungan air:
Kandungan Protein Kasar. Diukur dengan meng-
‘gunakan metoda Kjeldabl (AOAC, 1980). Analisis
ini menggunakan asam sulfat dengan suatu kata-
lisator dan pemanasan. Zat organic dari sampel
‘Kaltes Sift Fisk dan Kancungan Nutrsi Gungkil Int Sawit deri Berbagai Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
‘(@chmad Jaetani dan Noaraiansyah Frahm)AI Ulum Vol33 No.3 Juli 2007 halaman 4-7
dicksidasi oleh asam sulfat dan nitrogen diubah
kedalam ammonium sulfat. Kelebihan asam sulfa
|
: 8 Cod
Bahan Kering (24) 8028 OTS «BBLS
‘Abu (3) 469433 4.00
Protein kasar (%6) 1650 17.88 «18.60,
Serat kesar (3) 2422 30.50 30.27
Lemak kas (36) 5.69 9467.76
Beta N (%) 317 36.02, 436
Kalsium (36) 058026 029
Phosfor (3) 045 0.60 087
NaCl (4) 0.410 on7 018
Gross energl (kkatl 354334763552
Sumber
Hasil analisa Laboratorium llmu dan Teknologi
Pakan Fapet IPB (2006)
A® BIS ciperoleh dari PT. Indofeed Cimanggu,
Bogor (proses solvent extraction)
B= BIS diperoleh dari Balai Peneltian Temnak Ciawi,
Bogor (proses expeller extraction asal Lampung)
C= BIS diperoleh dari PT. Tigate, Jakarta Timur
(pr0ses expeller extraction asal Banten)
Berdasarkan hasil analisa proksimat pada
Tabel 2 protein kasar tertinggi diperolch BIS dari
BPT Ciawi yang diperoleh dengan proses expeller
extraction (17.69%), namun kandungan serat kasar-
nya paling tinggi (30.5%), Hal ini akan menjadi
Xendala dalam pengambilan keputusan apakah sampel
6
tersebut dapat digunakan atau tidak. Dilihat dari
nilai lemak kesarnya ternyata sampel BIS A hasil
solvent extraction (5.69%) lebih rendah dari BIS hasil
expeller extraction. Hal ini dimungkinkan bahwa_
dengan solvent extraction yang menggunakan
beberapa pelarut organi akan menyebabkan
lemak kasar pada proses pengolehan CPO akan
terkuras banyak.
KESIMPULAN
Kualitas sifat fisik BIS yang berasal dati proses
pengolahan expeller extraction memiliki sifat berat
jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan yang lebih tinggi dibanding BIS yang
diperoleh dari proses solvent extraction.
BIS yang diperoleh dari proses solvent
extraction memiliki sifat fisik sudut tampukan,”
modulus of fineness yang lebih tinggi dibanding
BIS yang berasal dari proses pengolahan expeller
extraction,
BIS yang berasal dari PT. Indofeed yang di-
peroleh melalui proses solvent extraction memiliké
sifat fisik yang lebih baik memiliki nilai berat jenis
1.390 kg/m?, kerapatan tumpukan 0.582 g/ml,
kerapatan pemadatan tumpukan 0.693 g/ml, sudut
tampukan 29.98°, daya ambang 0.593 m/detik,
modulus of fineness 4.77 dengan diameter’ bahan
0.285 om.
Kandungan Jemak’ kasar, serat kasar dan
protein kasar BIS yang berasal dari proses
pengolahan expeller extraction relatif lebih
tinggi disbanding BIS yang diperoleh dari
ptoses solvent extraction.DAFTAR PUSTAKA
A.O.A.C. 1980. Methods of Analysis. 13" Ed.
Association of Official Agricultural Chemist,
Washington D.C.
Chong, C.H, R. Blair, I. Zulkifli and Z.A. Jelan.
1998, Physical and chemical characteristics
of Malaysian palm kemel cake (PKC). Proc.
20" MSAP Conf’ 27-28 July. Putrajaya,
Malaysia, :
Chung, D.S and C.H. Lee. 1985. Grain physical and
thermal properties related to drying and
aeration. ACIAR Proceeding No. 71 Australian
Cenite for Intemational Agricultureal Research,
Australia.
Hartley, C.W.S. 1970. The Oil Palm. Longman
Group, London.
Jakarta Future Exchange. 2002. Perkembangan
produksi minyak goreng sawit di Indonesia.
www. bbj-ifx.com.
Khalil. 1999, Pengaruh kandungan air dan ukuran
partikel tethadap sifat isi pkan Lokal : Sudut
tumpukan, kerapatan tumpukan, kerapatan,
pemadatan tumpukan, berat jenis, daya ambang
dan faktor higroskopis. Media Peternakan
22():1-11
LRPL 2006. Pemanfaatan oleokimia berbasis
minyak sawit. Media Komunikasi Lingkup ,
Unit Kerja LRPI . Vol.2 No. 2, Bogor
Lyons, P. 1997. A new era in animal production:
The artival of scientifically proven natural
alternatives. Proc. Alltech 11 th Annual Asia
Pacific Lecture Tour, 1-18.
7
SAS, 1996. The SAS System for Windows Ver.
6.12. SAS Institute Inc., Cary, North
Caroline, USA.
Van Soest, PJ. and J.B. Robertson, 1968. System
of analysis for evaluating fibrous feeds. In:
Standarization of Analytical Methodology
for Feed, W.J. Pigdem, C.C. Balch dan M.
Graham (eds). IDRC Canada.
Kualtas Sifet Fisik dan Kandungan Nutisi Bung inti Savit dari Berbagal Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
(Behrmad Jaoiani dan Noordiansyah Frahm)