You are on page 1of 8

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KOMPLIKASI DIABETES

MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI POLI


PENYAKIT DALAM RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH KOTA
PROBOLINGGO

(The Correlation of Self Care With Complications Diabetes Mellitus at Patients Diabetes
Mellitus Type II In Internal Medicine Poly at Dokter Mohamad Saleh Hospital in
Probolinggo City 2019)

Dodik Hartono
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo
Email : ners.dodikhartono@gmail.com

ABSTRACT
Introduction: Self care is self-care that is done to maintain health in bio-psycho-social-spiritual.
Things to do to prevent complications of diabetes mellitus, namely to control blood sugar, take
medication regularly, exercise and diet accordingly. Method: The purpose of this study was to
determine the relationship between self care and the complications of diabetes mellitus in patients
with type 2 diabetes mellitus with a cross sectional approach. The samples were type 2 DM
patients who visited Mohamad Saleh Hospital on Desember 2018 to Januari 2019 as many as 57
respondents by using purposive sampling. Results and Analysis: The results of the study showed
that of the 57 respondents most of them had good self care, namely as many as 23 respondents
(40.3%) and most had no complications, namely as many as 30 respondents (52.6%). The results
of the calculation of the spearman statistical test at a significant level of 5 = 0.05 obtained the
value of ρ of 0,000 which means that there is a relationship between self care and complications of
diabetes mellitus in patients with type 2 diabetes mellitus. Discussion: By doing good self-care in
daily life it will prevent complications in type 2 diabetes mellitus patients, thus preventing
complications in type 2 diabetes mellitus patients. Health workers need to provide information and
motivation to patients and families to always provide support in apply self care in everyday life.

Keywords: Self Care, Complications, Diabetes Mellitus

Pendahuluan keseluruhan penduduk di dunia dan


Self care merupakan perawatan diri mengalami peningkatan pada tahun
sendiri yang di lakukan untuk 2014 menjadi 387 juta kasus. Indonesia
mempertahankan kesehatan, baik secara merupakan negara menempati urutan ke
fisik maupun psikologis, pemenuhan 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5
perawatan diri dipengaruhi berbagai juta penderita setelah Cina, India dan
faktor, di antaranya budaya, nilai social Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico.
pada individu atau keluarga, Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar
pengetahuan terhadap perawatan diri, (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi
serta persepsi terhadap perawatan diri Diabetes Mellitus di Indonesia naik dari
(Asmadi, 2015). Diabetes Mellitus (DM) 6,9 % menjadi 8,5 %. Angka kejadian
merupakan sekumpulan gangguan penderita DM yang besar berpengaruh
metabolik yang ditandai dengan peningkatan komplikasi (Soewondo dkk,
peningkatan kadar glukosa darah 2010).
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada Sebanyak 1785 penderita DM di
sekresi insulin, kerja insulin, atau Indonesia yang mengalami komplikasi
keduanya (Brunner, 2013). dari DM diantaranya neuropati (63,5%),
Menurut Internasional of Diabetic retinopati (42%), nefropati (7,3%),
Ferderation (IDF, 2015) tingkat makrovaskuler (6%), mikrovaskuler
prevalensi global penderita DM pada (6%), dan kaki diabetik (15%). Adapun
tahun 2014 sebesar 8,3% dari cara pencegahan komplikasi pada

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -111


penderita DM yaitu melakukan kontrol menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
kadar gula darah, periksa rutin gula disebabkan oleh berkurangnya atau
darah, konsumsi obat hipoglikemi, hilangnya protein dan tubuh dan juga
latihan fisik ringan dan patuh dalam diit berkurangnya penggunaan karbohidrat
rendah kalori (Arisman, 2017). untuk energy. Hiperglikemia yang lama
Berdasarkan hasil studi pendahuluan akan menyebabkan aterosklerosis,
yang sudah di lakukan di Poli Penyakit penebalan membran basalis, dan
Dalam RSUD dr, Moh. Saleh Kota perubahan pada sara parifer. Ini akan
Probolinggo pada tanggal 16 November memudahkan terjadinya ganggren selain
2018 dengan menggunakan metode itu jika dibiarkan dapat menyebabkan
wawancara kepada 10 responden pada komplikasi antara lain hipoglikemia,
penderita DM tipe II hasil data yang ketoasidosis (DKA) dan syndrome
yang didapatkan yaitu 3 (30%) pasien hiperosmolar hiperglikemi.
mengalami perawatan ulang akibat Hiperglikemia jangka panjang dapat
komplikasi gagal ginjal, 5 (50%) pasien berperan menyebabkan komplikasi
mengatakan tidak pernah kontrol mikrovaskular kronik (penyakit ginjal
kembali ke tenaga kesehatan, dan 2 dan mata) dan komplikasi neuropatik.
(20%) klien mengatakan kontrol hanya Diabetes juga dikaitkan dengan
saat terdapat gejala penyerta. peningkatan insidensi penyakit
DM dapat di hubungan dengan salah makrovaskular, seperti penyakit arteri
satu dari efek utama akibat kurangnya koroner (infark miokard), penyakit
insulin, berkurangnya pemakaian serebrovaskular (stroke), dan penyakit
glukosa oleh sel – sel tubuh yang vaskular perifer (Wahit dkk., 2012).
mengakibatkan naiknya konsentrasi Diabetes melitus tipe II disebabkan
glukosa darah setinggi 300 – 1.200 oleh faktor genetik dan metabolik
mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak seperti : etnik, riwayat keluarga yang
dari daerah penyimpanan lemak yang sebelumnya menderita diabetes melitus
menyebabkan terjadinya metabolism tipe II, riwayat diabetes gestasional
lemak yang abnormal disertai dengan dengan usia lanjut, obesitas, diet yang
endapan kolestrol pada dindingan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan
pembulu darah. Berkurangnya protein merokok (KEMENKES RI, 2014).
dalam Akibat jaringan tubuh. Klien Sehingga menyebabkan
yang mengalami defisiensi insulin tidak ketidakmampuan tubuh untuk
dapat mempertahankan kadar glukosa menghasilkan insulin atau penggunaan
plasma puasa yang normal atau toleransi produk insulin yang tidak efektif
sesudah makan. Pada Hiperglikemi yang (Dimitriadou dan Lavdaniti, 2017).
parah melebihi ambang ginjal normal Diabetes tipe II dapat menyebabkan
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – komplikasi di beberapa bagian tubuh
180 mg/100 ml), akan timbul glikonsuri dan meningkatkan resiko kematian.
karena tubulus – tubulus renalis tidak Komplikasi yang mungkin terjadi
dapat menyerap kembali semua glukosa. meliputi: serangan jantung, stroke,
Glukosuria ini akan menyebabkan gagal ginjal, amputasi kaki, kehilangan
diuresis osmetik yang menyebabkan poli penglihatan, kerusakan saraf (WHO,
uri disertai kehilangan sodium, klorida, 2016) serta kaki diabetik yang meliputi
potassium, dan fosfat. infeksi, bisul dan gangren (Rubio et al.,
Adanya poliuri menyebabkan 2012; Escarcega-Galaz et al., 2017 ).
dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat Kaki diabetik merupakan salah satu
glukosa yang keluar bersama urine maka beban finansial terberat dan paling
klien akan mengalami keseimbangan melemahkan, tidak hanya bagi
protein negatife dan berat badan penderitanya, tapi juga untuk keluarga
menurun serta cenderung terjadi maupun sistem kesehatan (Al Odhayani
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia et al., 2015; Escarcega-Galaz et al.,
atau kekurangan energi sehingga klien 2017). Dan merupakan komplikasi yang

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -112


umum terjadi pada penderita diabetes Jenis penelitian yang digunakan
melitus tipe II (Boada, 2012; Escarcega- dalam pnelitian ini adalah penelitian
Galaz et al., 2017). Dengan persentase analitik korelasional dengan pendekatan
sekitar 25% dan penderita diabetes cross sectional. Populasi dalam
melitus yang terinfeksi bertanggung penelitian ini adalah seluruh pasien
jawab atas amputasi tungkai bawah diabetes mellitus tipe II yang periksa ke
nontraumatik yaitu sekitar 60% (Al poli penyakit dalam dalam mulai bulan
Odhayani et al., 2015). Desember 2018 sampai Januari 2019
Empat pilar penatalaksanaan sebanyak 67 pasien. Tekhnik sampling
diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis, menggunakan purposive sampling,
latihan jasmani, dan terapi farmakologi dengan Jumlah sampel dalam penelitian
(Perkeni, 2006 dalam Graceistin Ruben ini sebanyak 57 responden yang
dkk,2016). Pengontrolan gula darah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
menjadi kunci utama yang terpenting Tekhnik pengumpulan data
dalam pengelolaan DM untuk menggunakan lembar kuesioner self
mengetahui apakah sasaran terapi telah care dan komplikasi DM yang diberikan
tercapai, melakukan penyesuaian dosis kepada responden. Analisis data yang
obat bila belum tercapai sasaran terapi, digunakan dalam penelitian ini
insulin dan obat anti DM menjadi terapi menggunakan uji korelasi spearmank
farmakologi yang dapat mendukung rank. Ketentuan pembuatan kesimpulan
pencapaian batas normal gula darah saat H1 di terima, jika  < α, dengan α = 0.05
terapi non farmakologi belum tercapai, yang artinya ada hubungan self care
terapi non farmakologi untuk dengan kmplikasi DM pada pasien
penyandang DM tipe II yaitu terapi gizi diabetes mellitus tipe II di Poli Penyakit
medis. Pada DM tipe II salah satunya Dalam RSUD dr. Moh. Saleh Kota
terjadi karena kesalahan pola makan Probolinggo.
sejak dini, makanan yang terlalu banyak
mengandung karbohidrat, terutama Hasil
makanan siap saji semakin mempercepat Tabel 1 : Analisis Deskriptif Self Care
terjadinya DM. Makanan siap saji pada Pada Penderita Diabetes
hakikatnya mengandung banyak kalori Melitus di Poli Penyakit
tanpa zat gizi yang dibutuhkan tubuh Dalam RSUD Dokter
seperti vitamin, mineral, enzim, dan Mohamad Saleh Kota
sebagainya yang sangat tidak baik untuk Probolinggo Tahun 2019.
kesehatan. Olahraga sehari - hari dan No Self Jumlah Persentase
latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali Care (%)
seminggu selama kurang lebih 30 1 Kurang 15 26.3
menit), merupakan salah satu pilar 2 Cukup 18 31,6
penting dalam pengelolaan DM yang 3 Baik 23 40,4
sering diabaikan. Prinsip olahraga pada Jumlah 57 100
pasien DM, sama dengan prinsip latihan Tabel 1 menunjukkan bahwa
jasmani secara umum (Mahendra B. dari 57 responden sebagian besar
2012). memiliki self care baik yaitu sebanyak
Berdasarkan latar belakang di atas 23 responden (40,3 %).
peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Self care Tabel 2 : Analisis Deskriptif
Dengan Komplikasi DM Pada Pasien Komplikasi DM Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Diabetes Melitus di Poli Penyakit
Penyakit Dalam RSUD Dokter Dalam RSUD Dokter Mohamad
Mohamad Saleh Kota Probolinggo “ . Saleh Kota Probolinggo Tahun
2019.
Metode No Komplikasi Jumlah Persentase

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -113


DM (%) Tabel 2 menunjukkan bahwa
1 Tidak 30 52,6 dari 57 responden sebagian besar tidak
Terjadi mengalami komplikasi yaitu sebanyak
2 Komplikasi 27 47,4 30 responden (52,6 %).
Terjadi
Komplikasi
Jumlah 57 100
Tabel 3 : Tabulasi Silang Hubungan Self Care Dengan Komplikasi DM Pada Pasien
Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Dokter Mohamad Saleh
Kota Probolinggo Tahun 2019.
Komplikasi DM
Self Care Total
Tidak Terjadi Terjadi
- 15 15
Kurang
- 26,3 % 26,3 %
6 12 18
Cukup
10,6 % 21 % 31,6 %
24 - 24
Baik
42,1 % - 42,1 %
30 27 57
Total
52,7 % 47,3 % 100 %
Pearson Correlation ρ = 0.000 (α=0.05)

Hasil tabulasi silang hubungan Pembahasan


self care dengan komplikasi diabetes 1. Self Care Penderita Diabetes
mellitus pada pasien Diabetes Mellitus di Melitus
RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Tabel 1 menunjukkan bahwa dari
Probolinggo Tahun 2019, menunjukkan 57 responden sebagian besar memiliki
paling banyak adalah responden yang self care baik yaitu sebanyak 23
memiliki self care baik dan tidak responden (40,3 %) dan sebagian kecil
mengalami komplikasi DM sebanyak 24 memiliki self care kurang sebanyak 15
responden (42,1 %), sedangkan sebagian responden (26,3 %).
kecil menujukkan self care cukup dan Self-care merupakan perawatan
tidak terjadi komplikasi DM sebanyak 6 diri untuk mempertahankan hidup,
responden (10,6 %). kesehatan, dan kesejahteraannya
Berdasarkan hasil perhitungan uji (Asmadi, 2015). Perawatan diri sebagai
statistik spearman’s pada taraf signifikan proses evolusi perkembangan
 = 0.05 dengan jumlah responden 57 pengetahuan atau kesadaran dengan
orang didapatkan nilai ρ sebesar 0.000 < belajar untuk bertahan hidup dengan sifat
α (0.05) maka H1 diterima yang artinya kompleks dari diabetes dalam konteks
ada hubungan self care dengan sosial. Karena sebagian besar perawatan
komplikasi diabetes mellitus pada pasien sehari-hari di diabetes ditangani oleh
Diabetes Melitus di RSUD Dokter pasien atau keluarga (Shrivastava et al,
Mohamad Saleh Kota Probolinggo Tahun 2013).
2019. Beberapa hasil penelitian
menjelaskan bahwa tingkat usia
mempunyai hubungan yang positif
terhadap Self Care diabetes. Peningkatan
usia menyebabkan terjadinya

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -114


peningkatan kedewasaan atau Pada saat penelitian perempuan tampak
kematangan seseorang sehingga klien lebih peduli terhadap kesehatannya
dapat berfikir secara rasional tentang sehingga ia berupaya secara optimal
manfaat yang akan dicapai jika klien untuk melakukan perawatan mandiri
melakukan aktifitas Self Care diabetes terhadap penyakit yang dialaminya.
secara adekuat dalam kehidupannya Komplikasi merupakan penyakit
sehari-hari namun pada lanjut usia tambahan atau penyakit lanjutan dari
dikarenakan semakin meningkatnya usia penyakit sebelumnya (Xu Yin et al,
maka semakin menurun untuk melakukan 2008). Beberapa hasil penelitian
aktivitas Self Care diabetes. (Sousa et al, menjelaskan bahwa Jenis kelamin
2005). memberikan kontribusi yang nyata
Self Care sangat diperlukan oleh terhadap Self Care diabetes. Dijelaskan
responden diabetes mellitus tipe 2 di poli bahwa klien dengan jenis kelamin
penyakit dalam RSUD Dokter Mohamad perempuan menunjukkan perilaku Self
Saleh Kota Probolinggo, karena sebagian Care diabetes lebih baik dibandingkan
besar responden di poli penyakit dalam dengan klien yang berjenis kelamin laki-
sudah baik dalam melakukan Self Care laki. Aktifitas Self Care diabetes harus
diabetes mellitus, sesuai dengan table 4.5 dilaksanakan oleh klien diabetes baik
bahwa sebagian besar responden meiliki laki-laki maupun perempuan, hanya saja
Self Care baik sebanyak 23 responden pada kenyataannya perempuan tampak
dengan prosentase (40,3 %), Namun lebih peduli terhadap kesehatannya
banyak faktor yang dapat mempengaruhi sehingga ia berupaya secara optimal
Self Care seperti usia, dimana sebagian untuk melakukan perawatan mandiri
besar responden berumur 41 – 45 tahun. terhadap penyakit yang dialaminya
Responden dengan usia matang dan (Sousaet al, 2005).
memiliki banyak pengalaman tentang Pada saat penelitian masih
perawatan atau pengelolaan DM seperti melihat adanya komplikasi yang terjadi
selalu menjaga gaya hidup sehat, seperti pada pasien diabetes mellitus, sehingga
selalu menjaga pola makan, selalu dengan meningkatkan Self Care peneliti
melakukan aktifitas fisik, selalu cek berharap terjadinya komplikasi pasien
kadar glukosa darah dan minum obat diabetes menjadi tidak terjadi. Namun
secara teratur. Dengan menerapkan self banyak faktor yang mempengaruhi
care dengan baik maka dapat mencegah terjadinya komplikasi salah satunya
terjadinya berbagai komplikasi pada naiknya kadar kolesterol, yang terkadang
pasien DM seperti, adanya luka ulkus pada gaya hidup yang kurang terkontrol
diabetikum dan nerupati. bisa menyebabkan terjadinya komplikasi,
2. Komplikasi DM Pada Pasien pada kehidupan rumah tangga terutama
Diabetes Melitus istri yang terkadang memasak dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari berbagai menu yang mengandung
57 responden sebagian besar tidak kolesterol seperti sayuran yang bersantan,
mengalami komplikasi yaitu sebanyak 30 macam-macam makanan berminyak dan
responden (52,6 %) dan sebagian kecil mengandung pemanis gula berlebihan
mengalami komplikasi yaitu sebanyak 27 yang menyebabkan seorang suami masih
responden (47,4 %). tetap mengkonsumsi makan tersebut,
Data ini menunjukkan pasien namun sebagian besar istri lebih peduli
yang tidak terjadi komplikasi diabetes dengan kesehatan seorang suami dan
mellitus tipe 2 karena dapat menjaga kesehatan diri sendiri yang sulit untuk
gaya hidup dengan lebih baik, mengontrol kebiasaan gaya hidup yang
ditunjukkan dari hasil penelitian diatas. kurang baik. Hal ini ditunjukan pada
Hasil penelitian didaptkan bahwa klien prosentase status pernikahan dan jenis
yang berjenis kelamin perempuan kelamin responden di poli penyakit
menunjukkan perilaku Self Care diabetes dalam, dimana sebagian besar responden
lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. sudah menikah sebanyak 51 responden

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -115


(89,5 %), selain itu dilihat dari jenis lebih peduli pada perilaku perawatan diri,
kelamin sebagian besar responden lebih sedikit penghalang untuk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 34 melakukan perawatan diri, kemampuan
responden (59,6 %). Responden jenis individu untuk melakukan perawatan
kelamin perempuan lebih menunjukkan diri.
perilaku Self Care diabetes yang lebih Pada penelitian ini Self Care ada
baik dibandingkan dengan responden hubungan dengan kejadian komplikasi
dengan jenis kelamin laki-laki. Karena pada pasien diabetes mellitus tipe 2 hal
perempuan lebih peduli terhadap ini sesuai dengan teori bahwa kejadian
kesehatannya, lebih berupaya secara komplikasi di pengaruhi oleh baik
optimal untuk melakukan perawatan tidaknya pasien melakukan Self Care,
secara mandiri terhadap penyakit yang semakin baik pasien yang melakukan Self
dialaminya , sehingga komplikasi tidak Care akan menyebabkan seseorang tidak
terjadi. terjadi komplikasi pada pasien diabetes.
Hal ini dikarenakan bahwa Self
3. Hubungan Self Care Dengan Care diabetes adalah tindakan yang
Komplikasi DM Pada Pasien dilakukan perorangan untuk mengontrol
Diabetes Melitus diabetes yang meliputi tindakan
Berdasarkan hasil perhitungan pengobatan dan pencegahan komplikasi,
uji statistik Spearman pada taraf sehingga Self Care yang dilakukan
signifikan  = 0.05 dengan jumlah dengan baik dapat meminimalkan
responden 57 orang didapatkan nilai ρ komplikasi akut atau kronis terutama
sebesar 0.000 < α (0.05) maka H1 dengan mengikuti praktek perawatan diri
diterima yang artinya ada hubungan self yang meliputi diet yang dianjurkan,
care dengan komplikasi diabetes mellitus asupan diri yang meliputi olahraga, obat-
pada pasien Diabetes Melitus di RSUS obatan dan monitoring glukosa darah.
Dokter Mohamad Saleh Kota dapat disimpulkan bahwa Self Care
Probolinggo tahun 2019. diabetes adalah tindakan mandiri yang
Menurut Ayele ketema, (2012) dilakukan oleh klien diabetes dalam
Perawatan yang dilakukan untuk pasien kehidupan sehari-hari dengan tujuan
DM dalam mencegah atau untuk mengontrol gula darah yang
meminimalkan komplikasi akut atau meliputi aktifitas pengaturan pola makan
kronis terutama dengan mengikuti (diet), latihan fisik (olahraga),
praktek perawatan diri yang meliputi pemantauan kadar gula darah, minum
olahraga, diet yang dianjurkan, asupan obat, melakukan suntikan insulin dan
diri yang meliputi olahraga, obat-obatan perawatan kaki (pengobatan).
dan monitoring glukosa darah. Meskipun
perawatan diri perilaku yang sangat Kesimpulan
menentukan untuk mengendalikan Hasil penelitian self care yang
penyakit dan komplikasinya, perawatan dimiliki pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
diri sangat menantang dikarenakan ada di Poli Penyakit Dalam RSUD Dokter
bebrpa faktor diantaranya faktor Mohamad Saleh Kota Probolinggo tahun
pengetahuan, keterampilan fisik, faktor 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar
emosional, efikasi diri dan persepsi dari memiliki self care baik. Hasil penelitian
orang lain yang mempengaruhi perilaku komplikasi diabetes mellitus pada pasien
perawatan diri. Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit
Pada penelitian ini menggunakan Dalam RSUD Dokter Mohamad Saleh
model konsep kepercayaan kesehatan Kota Probolinggo tahun 2019
sebagai model konseptual untuk menunjukkan bahwa sebagian besar tidak
memahami dan memprediksi kepatuhan mengalami komplikasi. Hasil analisis
terhadap perilaku perawatan diri, manfaat menunjukkan ada hubungan self care
lebih dirasakan pada perawatan diri yaitu dengan komplikasi diabetes mellitus pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -116


Penyakit Dalam RSUD Dokter Mohamad Poliklinik Endokrin
Saleh Kota Probolinggo tahun 2019. Bagian/SMF FK-UNSRAT
RSU Prof. Dr. R.D Kandou
Referensi Manado Periode Mei 2011 -
Ayele, K. Tesfa, B. & Abebe, L. “Self Oktober 2011”. Jurnal E-
Care Behavior among Biomedik (Ebm) volume 1
Patients with Diabetes in nomor 1, 1-5.
Harari”, 2012. Ni Putu Mirah Ayu KB.(2015).
www.plosone.org. “Pengaruh Pendidikan
Bai, Y.L., Chiou, C.P., & Chang, Y.Y. Kesehatan Terhadap Tingkat
(2009). “Self-care behaviour Pengetahuan Pasien Diabetes
and related factor in older Melitus Tipe 2 Dalam
people wih type 2 diabetes”. Pencegahan Ulkus Kaki
Journal of Clinical Nursing, Diabetik Di Poliklinik RSUD
18, 3308-3315. Panembahan Senopati
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Bantul”. Jurnal Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8 vol.1, Respati 2088-8872, 1-9.
Jakarta:EGC. Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian
Damayanti S, 2015. Diabetes Mellitus Ilmu Keperawatan Edisi. 4.
Dan Penatalaksanaan Jakarta : Salemba Medika.
Keperawatan, Yogyakarta. Nwanko, C.H., Nandy, B., & Nwanko,
Fakultas Kedokteran Universitas B.O. (2010). “Factors
Indonesia. 2015. Upaya influencing diabetes
Pencegahan Diabetes Tipe 2. management outcome among
Jakarta. patients attending government
Graceistin Ruben. 2016. “Pengaruh health facilities in South East,
Senam Kaki Diabetes Nigeria”. International
Terhadap Perubahan Kadar Journal of Tropical Medicine,
Gula Darah Pada Pasien 5 (2), 28-36.
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Wilayah Kerja Puskesmas (2011). Konsensus
Enemawira”. Jurnal Pengendalan dan Pencegahan
Keperawatan, volume 4 Diabetes Mellitus Tipe 2 di
nomer 1, 1-5. Indonesia. Dapat diakses pada
Heisler, M., Cole, I., Weir, D., Weir, D., http://www.akademia.edu.
Ker, E.A., & Hayward, R.A. Tanggal 16 November 2018.
(2007). “Does physician Piette, J.D., Schillinger, D., Potter, M.B.,
communication influence & Heisler, M. (2003).
older patient’s diabetes self “Dimensions of patient-
management and glycemic provider communication and
control ? result from the diabetes-self care in an
health and retirement study ethnically diverse
(HRS)”. Journal of population”. Journal of
Gerontology, 62A (12), 1435- General Internal Medicine,
1441. 18, 624-633.
Mubarok Wahit Ikbal. 2015. Standar Shrivastava S.R. (2013). “Role of self-
Asuhan Keperawatan Dan care in management of
Prosedur Tetap Dalam diabetes Mellitus”. Journal of
Praktek. Jakarta Diabetes & Metabolic
Selatan:Salemba Medika. Disorders,12:14 1-5.
Nadyah Awad. (2013). “Gambaran Sigurdardottir, A.K. (2005). Self-care in
Faktor Resiko Pasien diabetes : “model of factors
Diabetes Melitus Tipe II Di affecting self care”. Journal of

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -117


Clinical Nursing, 14, 301- efficacy, self-care, and
3014. glycemic control”. Research
Sousa, V.D., & Zauszniewski, J.A. and Theory for Nursing
(2005). “Toward a theory of Practice : An International
diabetes self-care Journal, 9 (3), 61-67.
management”. The Journal of World Health Organization. (2011).
Theory Construction & Global Report on Diabetes.
Testing, 9 (2), 61-67. Diakses tanggal 15 November
Sousa, V.D., Zauszniewski, J.A., Musil, 2018.
C.M., Lea, P.J.P., & Davis,
S.A. (2005). “Relationship
among self-care agency, self

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 4 No 2 Tahun 2019 -118

You might also like