Professional Documents
Culture Documents
ID Penampilan Produksi Ayam Pedaging Yang D PDF
ID Penampilan Produksi Ayam Pedaging Yang D PDF
ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
career.rachmadrmwn@gmail.com
ABSTRACT: This research aimed to study the performance of broiler raised in 3 stair
floors. This research had been done from 09 September to 12 Oktober 2016 at Purwo-
sari, Pasuruan. The data of performance was obtained from a poultry house which di-
vided into 3 floors. The brooding period was given for 2 weeks in 2nd floor, on 15th days
the chicken were separated into 1st and 3rd floor with the same house density. The ob-
tained data was analyzed using T-test (independent samples T-test) to see the difference
in between. The result of this research showed that there were highly significant differ-
ences on body weight gain, slaughter weight, and feed conversion ratio of broiler be-
tween 1st and 3rd floor. However, the differences floor did not contribute to differences
on feed consumption (2.357 g/bird on 1st floor and 2.351 g/bird on 3rd floor ). The body
weight gain of broiler at 1st floor (1.293±96.52 g/bird) was lower than 3rd floor
(1.331±82.77 g/bird). The final weight of broiler at 1st floor (1.780±90.6 g/bird) was
lower than 3rd floor (1.818±81.8 g/bird). Feed conversion ratio of broiler at 1st floor
(1.83±0.14) was higher than 3rd floor (1.77±0.11). The conclusion of this research was
that the performance of broiler raising at 3rd floor has better performance than those at
1st floor. It is suggested to further research to determine the best production performance
of broilers reared on the 1st floor, 2nd floor and 3rd floor.
27
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
28
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
Hasil pengamatan menunjukkan lantai dasar dan lantai 2. Salah satu hasil
bahwa rataan suhu udara di lantai 1 fermentasi litter adalah panas. Jarak an-
o
(27,5±0,59 C) lebih tinggi tara lantai dasar dan lantai 1 adalah ±1
dibandingkan dengan suhu udara di meter sedangkan jarak antara lantai 2
lantai 3 (26,0±1,22 oC). Berdasarkan dan lantai 3 adalah ± 2 meter. Jarak an-
hasil uji-t menunjukkan bahwa suhu tara lantai 1 dengan lantai dasar yang
udara berbeda sangat nyata (P<0,01) rendah mengakibatkan perpindahan
antara lantai 1 dan lantai 3. Suhu udara panas menjadi lebih cepat sehingga ke-
didalam kandang disebabkan oleh naikan suhu udara di lantai 1 lebih
beberapa sumber panas, yaitu: 1) panas tinggi dibandingkan dengan suhu udara
dari tubuh ternak 2) fermentasi litter, di lantai 3. Posisi kandang yang diguna-
dan 3) sinar matahari. Ternak selalu kan pada saat penelitian adalah membu-
melakukan metabolisme untuk jur dari timur ke barat. Menurut Leeson
memenuhi kebutuhan hidupnya yang and Summers (2000), posisi kandang
salah satu hasilnya adalah panas tubuh, yang membujur dari timur ke barat
panas dari tubuh ternak dapat menyebar dapat menurunkan pengaruh dari sinar
secara radiasi terhadap suhu matahari langsung kedalam kandang.
lingkungan. Fermentasi litter pada Posisi kandang tersebut dapat
kandang panggung tiga lantai terjadi di mengurangi suhu udara didalam
29
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
kandang. Pengukuran unsur iklim mikro yang tinggi, yang akan mempengaruhi
di dalam kandang dilakukan pada 4 penurunan konsumsi pakan sehingga
waktu yaitu pukul 02.00 (terjadinya su- terjadi penurunan bobot tubuh (Nova,
hu terendah), 07.00, 13.00 (terjadinya 2008). Menurut Kusnadi (2006), ayam
suhu tertinggi), dan 17.00 sebagai faktor pedaging termasuk hewan homeother-
yang mempengaruhi kenyamanan ter- mis dengan suhu nyaman 24 oC yang
nak. Rasa nyaman (comfortable) ternak akan berusaha mempertahankan suhu
dalam kandang dipengaruhi oleh bebe- tubuhnya dalam keadaan relatif konstan
rapa faktor, seperti suhu, kelembaban, antara lain melalui peningkatan frek-
tingkat kepadatan ternak dan jenis lantai uensi pernafasan dan jumlah konsumsi
kandang yang dipergunakan (Umam, air minum serta penurunan konsumsi
dkk. 2015). Tingginya suhu udara ling- pakan.
kungan merupakan salah satu masalah Hasil pengamatan kelembaban
dalam pencapaian performa ayam ped- udara didalam kandang panggung tiga
aging yang optimal. Ayam pedaging lantai disajikan pada Tabel 2.
akan mengalami stress pada suhu udara
30
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
Rataan kecepatan angin di lantai panas dari atas kandang tidak langsung
1 (0,1±0,06 m/dt) lebih rendah diban- masuk ke kandang; karena atap kandang
dingkan dengan kecepatan angin di lan- terdiri atas dua lapis yang di antara
tai 3 (0,2±0,07 m/dt). Hasil Uji-t me- atapnya terdapat celah untuk meredam
nunjukkan bahwa kecepatan angin ber- udara panas. Faktor-faktor yang mem-
beda sangat nyata (P<0,01) antara lantai pengaruhi kecepatan angin adalah kon-
1 dan lantai 3. Rataan sirkulasi udara di struksi kandang dan tata letak kandang.
lantai 1 lebih rendah karena angin men- Kandang panggung memiliki sirkulasi
galir hanya melalui samping kandang udara yang baik apabila dibandingkan
dan bawah kandang, sedangkan pada dengan kandang postal. Kandang yang
lantai 3 sirkulasi udara mengalir lebih berjarak terlalu dekat dengan pohon be-
lancar dari samping kandang, bawah sar berdaun rimbun dapat mengurangi
kandang, dan melalui atap kandang. Ra- bau amonia akan tetapi menurunkan
taan suhu udara pada saat penelitian kecepatan angin. Pohon-pohon tersebut
masih dapat ditolerir oleh ayam peda- dapat berperan sebagai pemecah angin
ging, dijelaskan Yunike dkk. (2011) sehingga kecepatan angin menuju
bahwa keuntungan lain dari penggunaan kandang menjadi semakin kecil. Sirku-
kandang panggung adalah sirkulasi lasi udara menjadi sangat penting untuk
udara sangat lancar, udara segar juga meratakan udara segar kedalam
mudah masuk melalui lantai kandang kandang sehingga suhu udara dalam
yang bercelah selain dapat masuk juga kandang menjadi stabil sesuai kebutu-
melalui dinding kandang. Sirkulasi han ayam (Olivia, dkk. 2015).
udara yang lancar menyebabkan suhu
udara didalam kandang masih nyaman Penampilan produksi ayam pedaging
yaitu rata-rata 26,39 ºC, suhu tersebut yang dipelihara pada kandang
masih bisa ditolerir oleh ayam meski- panggung tiga lantai
pun kepadatan kandangnya berbeda- Rataan dan simpangan baku
beda. Atap kandang dengan sistem mo- konsumsi pakan, Bobot Badan (BB),
nitor sangat membantu sirkulasi udara dan Feed Conversion Ratio (FCR)
didalam kandang, karena udara kotor disajikan pada Tabel 4. Hasil penelitian
dari dalam kandang langsung keluar dianalisis dengan uji-t yang
melalui celah atap, sedangkan udara menunjukkan bahwa antara lantai 1 dan
31
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
lantai 3 tidak berbeda nyata terhadap bobot badan (PBB), dan feed conversion
konsumsi pakan dan berbeda sangat Ratio (FCR).
nyata (P<0,01) terhadap pertambahan
Tabel 4. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan, bobot badan, dan FCR
Konsumsi Pakan
Umur Bobot Badan (g/ekor) Feed Conversion Ratio
(g/ekor)
(hari)
Lantai 1 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 3
7 174±0,4a 180±9,7a 1,03±0,04a
14 590±1,1a 487±23,1a 488±21,8a 1,21±0,05a
769,13±3, 770,81±2,
21 925±50,2a 945±53,0b - -
9a 9a
867,69±6, 863,86±4,
28 1475±53,8a 1505±53,2b - -
1a 7a
719,69±2, 716,55±2, 1,83±0,1
33 a a 1780±90,6a 1818±81,8b 1,77±0,11b
2 9 4a
Keterangan : a - b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbe-
daan yang sangat nyata (P<0,01)
Konsumsi pakan ayam pedaging yang kungan merupakan salah satu masalah
dipelihara pada lantai 1 dan 3 dalam pencapaian performa ayam ped-
Konsumsi pakan selama masa aging yang optimal. Ayam pedaging
pembesaran (umur 15 hari hingga 33 akan mengalami stres pada suhu udara
hari) pada lantai 1 adalah 2.357 g/ekor, yang tinggi, yang akan mempengaruhi
sedangkan pada lantai 3 adalah 2.351 penurunan konsumsi pakan sehingga
g/ekor. Konsumsi pakan pada lantai 1 terjadi penurunan bobot tubuh (Nova,
lebih tinggi 6 g/ekor daripada konsumsi 2008). Ayam akan berusaha memper-
pakan pada lantai 3. Hasil uji-t me- tahankan suhu tubuhnya dalam keadaan
nunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam relatif konstan antara lain melalui pen-
pedaging berbeda tidak nyata antara ingkatan pernafasan dan konsumsi air
lantai 1 dan lantai 3. Menurut Nadzir minum serta penurunan konsumsi pakan
dkk. (2015), untuk mencapai pertum- sehingga akan terjadi penurunan dalam
buhan yang optimal usaha yang diper- pertumbuhan dan produksi / produktivi-
lukan diantaranya dengan pemberian tas. Pada daerah tropis, penguapan air
makanan yang bernutrisi tinggi, perbai- dari tubuh ayam merupakan aktivitas
kan manajemen dengan pemberian tem- yang sangat penting melalui pernafasan
peratur lingkungan pemeliharaan dan kotorannya (Pattiselano dan Randa,
(kandang) yang optimal. 2005). Menurut Suarjaya dan Nuriyasa
Konsumsi pakan dipengaruhi (2010), untuk mendapatkan produksi
oleh temperatur lingkungan, kesehatan yang baik perlu diadakan kontrol
ayam, perkandangan, wadah pakan, dengan penimbangan yang teratur setiap
kandungan zat makanan dalam pakan minggunya. Apabila berat ayam belum
dan stres yang terjadi pada ternak ung- memenuhi standar, maka jumlah pakan
gas tersebut (Faiq, dkk. 2013). Kisaran dapat ditambah dengan prosentase
suhu udara lingkungan yang nyaman kekurangan berat badan dari standar.
bagi ayam untuk hidup berkisar antara Akan tetapi bila bobot badan ayam telah
18-22 oC. Tingginya suhu udara ling- melebihi standar, maka jumlah pakan
32
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
yang diberikan tetap sama dengan akan berubah kearah bobot badan de-
jumlah pakan yang diberikan sebe- wasa. Pertumbuhan akan berangsur me-
lumnya. ningkat dan akan terhenti pada periode
tertentu. Pertumbuhan ayam pedaging
Pertambahan bobot badan (pbb) yang paling cepat terjadi sejak menetas
ayam pedaging yang dipelihara pada sampai umur 4-6 minggu, kemudian
lantai 1 dan 3 mengalami penurunan dan terhenti
Hasil penelitian menunjukkan sampai mencapai dewasa (Kusnadi,
bahwa rataan pertambahan bobot badan dkk. 2006). Salah satu kriteria untuk
selama masa pembesaran (umur 15 hari mengukur pertambahan bobot badan
hingga 33 hari) pada lantai 1 adalah adalah dengan mengukur kenaikan bo-
1.292,89±96,52 g/ekor, sedangkan pada bot badan yang dicapai oleh seekor ter-
lantai 3 adalah 1.330,82±82,77 g/ekor. nak selama periode tertentu. Dalam pe-
Hal tersebut berarti bahwa terdapat meliharaan ayam pedaging pertambahan
selisih rataan pertambahan bobot badan bobot badan setiap ayam perlu diper-
sebesar 37,93 g/ekor. Hasil uji-t hatikan. Hal ini dikarenakan agar pro-
menunjukkan bahwa pertambahan duksi ayam saat pemanenan dapat stabil
bobot badan ayam pedaging berbeda dan baik.
sangat nyata (P<0,01) antara lantai 1 Hasil analisis data menunjukkan
dan lantai 3. Ayam pedaging mengkon- adanya perbedaan yang sangat nyata
sumsi pakan bertujuan untuk mencukupi (P<0,01) terhadap pertambahan bobot
kebutuhan hidup pokok dan produksi. badan. Rataan pertambahan bobot
Pertumbuhan merupakan manifestasi badan di lantai 1 lebih rendah diban-
dari perubahan-perubahan yang terjadi dingkan dengan pertambahan bobot
dalam sel yang mengalami proses- badan di lantai 3. Hal tersebut me-
proses pertambahan jumlah sel yang nunjukkan bahwa pertambahan bobot
selanjutnya diikuti dengan proses pem- badan di lantai 3 lebih baik dibanding-
besaran ukuran sel (Suarjaya dan kan pertambahan bobot badan di lantai
Nuriyasa, 2010). 1.
Pertumbuhan bobot badan di-
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Bobot akhir ayam pedaging yang di-
tipe ayam, jenis kelamin, galur, tata pelihara pada lantai 1 dan 3
laksana, temperatur lingkungan, tempat Hasil penelitian menunjukkan
ayam dipelihara, kualitas dan kuantitas bahwa rataan bobot akhir selama masa
pakan (Ramadhani, dkk. 2016). Kisaran pemeliharaan 33 hari pada lantai 1
suhu udara lingkungan yang nyaman adalah 1.780,11±90,6 g/ekor, sedangkan
bagi ayam untuk hidup berkisar antara pada lantai 3 adalah 1.818,04±81,8
18-22 oC. Tingginya suhu udara ling- g/ekor. Hal tersebut berarti bahwa
kungan merupakan salah satu masalah terdapat selisih rataan bobot akhir
dalam pencapaian performa ayam ped- sebesar 37,927 g/ekor. Hasil uji-t
aging yang optimal. Ayam pedaging menunjukkan bahwa bobot akhir ayam
yang diberikan pakan dalam jumlah pedaging berbeda sangat nyata (P<0,01)
banyak, tidak berarti akan mencapai antara lantai 1 dan lantai 3. Perbedaan
pertambahan bobot badan yang tinggi yang sangat nyata tersebut dipengaruhi
pula (Amrullah, 2003). Menurut Indarto karena unsur iklim mikro pada lantai 1
(1999), pertambahan bobot badan ayam kurang baik dibandingkan dengan lantai
berlangsung sesuai dengan kondisi fisi- 3, karena dengan tingginya suhu
ologis ayam, yaitu bobot badan ayam membuat ayam akan cenderung
33
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
34
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
35
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
36
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37
37