You are on page 1of 11

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26(3): 27 – 37

ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Penampilan produksi ayam pedaging yang dipelihara pada lantai atas


dan lantai bawah
R. Dharmawan, H. S. Prayogi, dan V. M. A. Nurgiartiningsih

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur

career.rachmadrmwn@gmail.com

ABSTRACT: This research aimed to study the performance of broiler raised in 3 stair
floors. This research had been done from 09 September to 12 Oktober 2016 at Purwo-
sari, Pasuruan. The data of performance was obtained from a poultry house which di-
vided into 3 floors. The brooding period was given for 2 weeks in 2nd floor, on 15th days
the chicken were separated into 1st and 3rd floor with the same house density. The ob-
tained data was analyzed using T-test (independent samples T-test) to see the difference
in between. The result of this research showed that there were highly significant differ-
ences on body weight gain, slaughter weight, and feed conversion ratio of broiler be-
tween 1st and 3rd floor. However, the differences floor did not contribute to differences
on feed consumption (2.357 g/bird on 1st floor and 2.351 g/bird on 3rd floor ). The body
weight gain of broiler at 1st floor (1.293±96.52 g/bird) was lower than 3rd floor
(1.331±82.77 g/bird). The final weight of broiler at 1st floor (1.780±90.6 g/bird) was
lower than 3rd floor (1.818±81.8 g/bird). Feed conversion ratio of broiler at 1st floor
(1.83±0.14) was higher than 3rd floor (1.77±0.11). The conclusion of this research was
that the performance of broiler raising at 3rd floor has better performance than those at
1st floor. It is suggested to further research to determine the best production performance
of broilers reared on the 1st floor, 2nd floor and 3rd floor.

Keywords: depletion, microclimate, stair floors

PENDAHULUAN Indonesia ada dua macam, yaitu


Kandang merupakan bangunan kandang terbuka (open sided house) dan
yang digunakan sebagai tempat tinggal kandang tertutup (closed house). Jenis
ternak yang memiliki fungsi primer dan kandang di atas dapat dikombinasikan
fungsi sekunder. Fungsi primer kandang dengan beberapa tipe atap dan lantai
berarti kandang sebagai tempat tinggal yang berbeda pula. Perkandangan
ternak yang dapat melindungi ternak dengan tipe atap monitor menjadikan
dari pengaruh buruk cuaca, iklim dan suhu udara lebih lancar dan membantu
gangguan binatang buas. Fungsi sekun- mengeluarkan debu dan amonia dari
der kandang berarti kandang sebagai dalam kandang. Sedangkan tipe lantai
tempat peternak bekerja untuk menja- yang umum digunakan pada pemeliha-
lankan kegiatan pemeliharaan ternak. raan ayam pedaging adalah slat, litter,
Sarjana (2007) menjelaskan secara dan kombinasi keduanya.
umum tipe kandang yang digunakan Pattiselano dan Randa (2005),
pada pemeliharaan ayam pedaging di menyatakan bahwa kandang termasuk

27
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

peralatannya merupakan salah satu bawah.


sarana fundamental yang secara
langsung turut serta menentukan sukses MATERI DAN METODE
tidaknya suatu usaha peternakan. Penelitian ini dilaksanakan di
Kondisi kandang harus diperhatikan peternak kemitraan Indahnya Maju
dengan baik yang mengacu pada prinsip Bersama (IMB) Desa Tejowangi,
ideal yang senantiasa memberi Kecamatan Purwosari, Kabupaten
perhatian pada temperatur lingkungan, Pasuruan pada bulan September sampai
kelembaban udara dan sirkulasi atau dengan Oktober 2016.
pertukaran udara. Kualitas udara yang Materi yang digunakan dalam
dibutuhkan oleh ternak unggas adalah penelitian ini adalah ayam pedaging
kadar oksigen (>19,6%), strain Cobb. Model kandang yang
karbondioksida (<0,35%), digunakan dalam penelitian ini adalah
karbonmonoksida (<10 ppm), amonia open sided house berbentuk panggung
(<10 ppm), dan rekomendasi tiga lantai dengan populasi 6000
kelembaban udara 65-75%. ekor/kandang pada awal pemeliharaan.
Kandang panggung yang Populasi pada umur 15 hari dibagi sama
digunakan salahsatu peternak kemitraan besar dan dipelihara pada lantai 1 dan
di Kecamatan Purwosari dimodifikasi lantai 3. Kandang open sided house ini
menjadi 3 lantai. Masa brooding (se- memiliki ukuran panjang 49 meter dan
lama 14 hari) dilakukan di lantai 2 dan lebar 8 meter. Model atap yang diguna-
masa pembesaran (selama 19 hari) dila- kan adalah tipe monitor. Alas yang
kukan pada lantai 1 dan lantai 3. Mo- digunakan ketika masa brooding di lan-
difikasi kandang yang dilakukan peter- tai 2 adalah sekam. Slat yang digunakan
nak bertujuan untuk meningkatkan pada masa pembesaran terbuat dari bi-
efisiensi penggunaan lahan yang terba- lah bambu dengan ukuran celah ± 2
tas, sedangkan masa pembesaran hanya cm2.
menggunakan lantai 1 dan lantai 3 ber- Metode yang digunakan dalam
tujuan memberikan sirkulasi udara yang penelitian ini adalah metode percobaan,
optimal sehingga meminimalkan resiko yaitu dengan membagi ayam pedaging
kematian yang diakibatkan oleh stres menjadi 2 kelompok pada lantai 1 dan
pada ternak. Pemeliharaan pada lantai 1 lantai 3. Kepadatan kandang yang
dan lantai 3 tersebut mengakibatkan digunakan adalah 7-8 ekor/m2. Populasi
adanya perbedaan suhu udara, kelemba- di lantai 2 dengan nilai koefisien ke-
ban, dan sirkulasi udara sehingga dapat ragaman <10% sebelum dipindahkan
mempengaruhi penampilan produksi pada lantai 1 dan 3. Masa brooding di-
ayam pedaging. Dengan memperhatikan lakukan di lantai 2 selama 14 hari, di-
adanya pembagian populasi pada lantai lanjutkan dengan masa pembesaran
1 dan lantai 3, maka informasi menge- yang dilakukan di lantai 1 dan 3 dengan
nai kelebihan dan kekurangan dari ma- membagi populasi menjadi 2 kelompok.
sing-masing lantai tersebut sangat di- Pengambilan data dilakukan secara ran-
perlukan. Hal ini disebabkan karena pa- dom sampling sebanyak 5% populasi
da masing-masing lantai dapat mem- yaitu 150 ekor/lantai. Penampilan pro-
pengaruhi kenyamanan ternak ayam duksi ayam pedaging yang dipelihara
pedaging yang dipelihara. Penelitian ini pada kandang panggung di lantai bawah
bertujuan untuk mengetahui penampilan (lantai 1) akan dibandingkan dengan
produksi ayam pedaging yang penampilan produksi ayam pedaging
dipelihara pada lantai atas dan lantai

28
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

yang dipelihara di lantai atas (lantai 3) Data yang diperoleh dianalisis


yang dipanen pada umur 33 hari. menggunakan uji-t untuk mengetahui
Pengamatan unsur iklim mikro perbedaan penampilan produksi
didalam kandang (suhu udara, kelemba- pemeliharaan ayam pedaging di lantai 1
ban, dan kecepatan angin) dilakukan 4 dan di lantai 3 pada kandang panggung
kali sehari yaitu pada 02.00, 07.00, tiga lantai. Data rataan unsur iklim
13.00, 17.00 WIB. Pengukuran suhu mikro didalam kandang dianalisis
udara, kelembaban, dan kecepatan angin menggunakan uji-t untuk mengetahui
dilakukan pada 1/3 dan 2/3 panjang perbedaan suhu udara, kelembaban
kandang dengan menggunakan kestrel. udara, dan kecepatan angin pada lantai
Pengukuran unsur iklim mikro didalam 1 dan lantai 3.
kandang dilakukan pada ketinggian ± 50
cm dari permukaan lantai kandang. Hal HASIL DAN PEMBAHASAN
ini dilakukan dengan mempertimbang-
kan postur tinggi ayam sehingga di- Unsur iklim mikro didalam kandang
peroleh kondisi yang dirasakan oleh Hasil pengamatan suhu udara
ayam pedaging. didalam kandang panggung tiga lantai
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan suhu udara di dalam kandang panggung tiga lantai


Suhu Udara (oC)
Lantai Rata-rata
02.00 07.00 13.00 17.00
1 24,5 27,0 29,9 28,4 27,5 ± 0,59a
3 23,9 25,7 28,5 26,1 26,0 ± 1,22b
Keterangan : a - b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil pengamatan menunjukkan lantai dasar dan lantai 2. Salah satu hasil
bahwa rataan suhu udara di lantai 1 fermentasi litter adalah panas. Jarak an-
o
(27,5±0,59 C) lebih tinggi tara lantai dasar dan lantai 1 adalah ±1
dibandingkan dengan suhu udara di meter sedangkan jarak antara lantai 2
lantai 3 (26,0±1,22 oC). Berdasarkan dan lantai 3 adalah ± 2 meter. Jarak an-
hasil uji-t menunjukkan bahwa suhu tara lantai 1 dengan lantai dasar yang
udara berbeda sangat nyata (P<0,01) rendah mengakibatkan perpindahan
antara lantai 1 dan lantai 3. Suhu udara panas menjadi lebih cepat sehingga ke-
didalam kandang disebabkan oleh naikan suhu udara di lantai 1 lebih
beberapa sumber panas, yaitu: 1) panas tinggi dibandingkan dengan suhu udara
dari tubuh ternak 2) fermentasi litter, di lantai 3. Posisi kandang yang diguna-
dan 3) sinar matahari. Ternak selalu kan pada saat penelitian adalah membu-
melakukan metabolisme untuk jur dari timur ke barat. Menurut Leeson
memenuhi kebutuhan hidupnya yang and Summers (2000), posisi kandang
salah satu hasilnya adalah panas tubuh, yang membujur dari timur ke barat
panas dari tubuh ternak dapat menyebar dapat menurunkan pengaruh dari sinar
secara radiasi terhadap suhu matahari langsung kedalam kandang.
lingkungan. Fermentasi litter pada Posisi kandang tersebut dapat
kandang panggung tiga lantai terjadi di mengurangi suhu udara didalam

29
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

kandang. Pengukuran unsur iklim mikro yang tinggi, yang akan mempengaruhi
di dalam kandang dilakukan pada 4 penurunan konsumsi pakan sehingga
waktu yaitu pukul 02.00 (terjadinya su- terjadi penurunan bobot tubuh (Nova,
hu terendah), 07.00, 13.00 (terjadinya 2008). Menurut Kusnadi (2006), ayam
suhu tertinggi), dan 17.00 sebagai faktor pedaging termasuk hewan homeother-
yang mempengaruhi kenyamanan ter- mis dengan suhu nyaman 24 oC yang
nak. Rasa nyaman (comfortable) ternak akan berusaha mempertahankan suhu
dalam kandang dipengaruhi oleh bebe- tubuhnya dalam keadaan relatif konstan
rapa faktor, seperti suhu, kelembaban, antara lain melalui peningkatan frek-
tingkat kepadatan ternak dan jenis lantai uensi pernafasan dan jumlah konsumsi
kandang yang dipergunakan (Umam, air minum serta penurunan konsumsi
dkk. 2015). Tingginya suhu udara ling- pakan.
kungan merupakan salah satu masalah Hasil pengamatan kelembaban
dalam pencapaian performa ayam ped- udara didalam kandang panggung tiga
aging yang optimal. Ayam pedaging lantai disajikan pada Tabel 2.
akan mengalami stress pada suhu udara

Tabel 2. Rataan kelembaban udara di dalam kandang panggung tiga lantai


Kelembaban Udara (%)
Lantai Rata-rata
02.00 07.00 13.00 17.00
1 71,9 71,6 82,0 77,9 75,9 ± 2,96a
3 69,4 71,9 79,7 73,2 73,6 ± 2,95b
Keterangan : a - b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbe-
daan yang nyata (P<0,05)

Rataan kelembaban udara di lan- ran pernapasan (Sugito, 2008). Suhu


tai 1 (75,9±2,96 %) lebih tinggi lingkungan yang tinggi pada lantai 1
dibandingkan kelembaban udara di lan- juga berpengaruh menguapkan air yang
tai 3 (73,6±2,95 %). Hasil uji-t menun- terdapat pada tempat air minum ternak.
jukkan bahwa kelembaban udara ber- Suhu yang tinggi pada lantai 1 berakibat
beda nyata (P<0,05) antara lantai 1 dan ternak cenderung mengkonsumsi air
lantai 3. Kelembaban udara umumnya minum berlebih sehingga eskreta men-
memiliki korelasi yang berbanding jadi lebih lembek. Jarak antara feses dan
terbalik dengan suhu udara, namun be- ternak pada lantai 1 lebih rendah diban-
berapa faktor dapat menyebabkan dingkan dengan lantai 3 dengan lantai 2
kelembaban udara menjadi berbanding sehingga meningkatkan persentase ke-
lurus dengan suhu udara. Kelembaban lembaban udara di lantai 1. Menurut
udara didalam kandang dipengaruhi Nadzir dkk. (2015), ketinggian lantai
oleh: 1) respirasi ternak, 2) air minum, kandang dari tanah juga akan berpen-
dan 3) kotoran ternak. Kelembaban garuh terhadap ayam yang ada didalam
yang tinggi pada lantai 1 dipengaruhi kandang. Apabila terlalu rendah, uap
oleh respirasi ternak yang meningkat dari kotoran ayam akan terhirup kemba-
untuk menstabilkan suhu tubuh dari su- li oleh ayam sehingga akan berdampak
hu lingkungan yang tinggi. Ayam yang terhadap kesehatan ternak. Tingkat ke-
mengalami cekaman panas, jalur utama lembaban udara berpengaruh nyata pada
untuk menjaga keseimbangan suhu ada- tingkat pelepasan panas terutama saat
lah pelepasan panas tubuh melalui salu- suhu tubuh ternak tinggi (Nuriyasa, dkk.

30
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

2010). Selain mengakibatkan cekaman menyebabkan perubahan tingkah laku


panas, suhu dan kelembaban yang tinggi yaitu timbulnya sifat agresif (Puspani,
dapat menyebabkan perilaku agresif dkk. 2008).
semakin meningkat. Gas metan dan Hasil pengamatan kecepatan an-
amonia yang dapat meningkatkan suhu gin di dalam kandang panggung tiga
udara dalam kandang sehingga dapat lantai disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan kecepatan angin di dalam kandang panggung tiga lantai


Kecepatan angin (m/dt)
Lantai Rata-rata
02.00 07.00 13.00 17.00
1 0,216 0,063 0,089 0,079 0,1 ± 0,06a
3 0,332 0,111 0,163 0,111 0,2 ± 0,07b
Keterangan : a - b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbe-
daan yang sangat nyata (P<0,01)

Rataan kecepatan angin di lantai panas dari atas kandang tidak langsung
1 (0,1±0,06 m/dt) lebih rendah diban- masuk ke kandang; karena atap kandang
dingkan dengan kecepatan angin di lan- terdiri atas dua lapis yang di antara
tai 3 (0,2±0,07 m/dt). Hasil Uji-t me- atapnya terdapat celah untuk meredam
nunjukkan bahwa kecepatan angin ber- udara panas. Faktor-faktor yang mem-
beda sangat nyata (P<0,01) antara lantai pengaruhi kecepatan angin adalah kon-
1 dan lantai 3. Rataan sirkulasi udara di struksi kandang dan tata letak kandang.
lantai 1 lebih rendah karena angin men- Kandang panggung memiliki sirkulasi
galir hanya melalui samping kandang udara yang baik apabila dibandingkan
dan bawah kandang, sedangkan pada dengan kandang postal. Kandang yang
lantai 3 sirkulasi udara mengalir lebih berjarak terlalu dekat dengan pohon be-
lancar dari samping kandang, bawah sar berdaun rimbun dapat mengurangi
kandang, dan melalui atap kandang. Ra- bau amonia akan tetapi menurunkan
taan suhu udara pada saat penelitian kecepatan angin. Pohon-pohon tersebut
masih dapat ditolerir oleh ayam peda- dapat berperan sebagai pemecah angin
ging, dijelaskan Yunike dkk. (2011) sehingga kecepatan angin menuju
bahwa keuntungan lain dari penggunaan kandang menjadi semakin kecil. Sirku-
kandang panggung adalah sirkulasi lasi udara menjadi sangat penting untuk
udara sangat lancar, udara segar juga meratakan udara segar kedalam
mudah masuk melalui lantai kandang kandang sehingga suhu udara dalam
yang bercelah selain dapat masuk juga kandang menjadi stabil sesuai kebutu-
melalui dinding kandang. Sirkulasi han ayam (Olivia, dkk. 2015).
udara yang lancar menyebabkan suhu
udara didalam kandang masih nyaman Penampilan produksi ayam pedaging
yaitu rata-rata 26,39 ºC, suhu tersebut yang dipelihara pada kandang
masih bisa ditolerir oleh ayam meski- panggung tiga lantai
pun kepadatan kandangnya berbeda- Rataan dan simpangan baku
beda. Atap kandang dengan sistem mo- konsumsi pakan, Bobot Badan (BB),
nitor sangat membantu sirkulasi udara dan Feed Conversion Ratio (FCR)
didalam kandang, karena udara kotor disajikan pada Tabel 4. Hasil penelitian
dari dalam kandang langsung keluar dianalisis dengan uji-t yang
melalui celah atap, sedangkan udara menunjukkan bahwa antara lantai 1 dan

31
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

lantai 3 tidak berbeda nyata terhadap bobot badan (PBB), dan feed conversion
konsumsi pakan dan berbeda sangat Ratio (FCR).
nyata (P<0,01) terhadap pertambahan

Tabel 4. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan, bobot badan, dan FCR
Konsumsi Pakan
Umur Bobot Badan (g/ekor) Feed Conversion Ratio
(g/ekor)
(hari)
Lantai 1 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 3
7 174±0,4a 180±9,7a 1,03±0,04a
14 590±1,1a 487±23,1a 488±21,8a 1,21±0,05a
769,13±3, 770,81±2,
21 925±50,2a 945±53,0b - -
9a 9a
867,69±6, 863,86±4,
28 1475±53,8a 1505±53,2b - -
1a 7a
719,69±2, 716,55±2, 1,83±0,1
33 a a 1780±90,6a 1818±81,8b 1,77±0,11b
2 9 4a
Keterangan : a - b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbe-
daan yang sangat nyata (P<0,01)

Konsumsi pakan ayam pedaging yang kungan merupakan salah satu masalah
dipelihara pada lantai 1 dan 3 dalam pencapaian performa ayam ped-
Konsumsi pakan selama masa aging yang optimal. Ayam pedaging
pembesaran (umur 15 hari hingga 33 akan mengalami stres pada suhu udara
hari) pada lantai 1 adalah 2.357 g/ekor, yang tinggi, yang akan mempengaruhi
sedangkan pada lantai 3 adalah 2.351 penurunan konsumsi pakan sehingga
g/ekor. Konsumsi pakan pada lantai 1 terjadi penurunan bobot tubuh (Nova,
lebih tinggi 6 g/ekor daripada konsumsi 2008). Ayam akan berusaha memper-
pakan pada lantai 3. Hasil uji-t me- tahankan suhu tubuhnya dalam keadaan
nunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam relatif konstan antara lain melalui pen-
pedaging berbeda tidak nyata antara ingkatan pernafasan dan konsumsi air
lantai 1 dan lantai 3. Menurut Nadzir minum serta penurunan konsumsi pakan
dkk. (2015), untuk mencapai pertum- sehingga akan terjadi penurunan dalam
buhan yang optimal usaha yang diper- pertumbuhan dan produksi / produktivi-
lukan diantaranya dengan pemberian tas. Pada daerah tropis, penguapan air
makanan yang bernutrisi tinggi, perbai- dari tubuh ayam merupakan aktivitas
kan manajemen dengan pemberian tem- yang sangat penting melalui pernafasan
peratur lingkungan pemeliharaan dan kotorannya (Pattiselano dan Randa,
(kandang) yang optimal. 2005). Menurut Suarjaya dan Nuriyasa
Konsumsi pakan dipengaruhi (2010), untuk mendapatkan produksi
oleh temperatur lingkungan, kesehatan yang baik perlu diadakan kontrol
ayam, perkandangan, wadah pakan, dengan penimbangan yang teratur setiap
kandungan zat makanan dalam pakan minggunya. Apabila berat ayam belum
dan stres yang terjadi pada ternak ung- memenuhi standar, maka jumlah pakan
gas tersebut (Faiq, dkk. 2013). Kisaran dapat ditambah dengan prosentase
suhu udara lingkungan yang nyaman kekurangan berat badan dari standar.
bagi ayam untuk hidup berkisar antara Akan tetapi bila bobot badan ayam telah
18-22 oC. Tingginya suhu udara ling- melebihi standar, maka jumlah pakan

32
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

yang diberikan tetap sama dengan akan berubah kearah bobot badan de-
jumlah pakan yang diberikan sebe- wasa. Pertumbuhan akan berangsur me-
lumnya. ningkat dan akan terhenti pada periode
tertentu. Pertumbuhan ayam pedaging
Pertambahan bobot badan (pbb) yang paling cepat terjadi sejak menetas
ayam pedaging yang dipelihara pada sampai umur 4-6 minggu, kemudian
lantai 1 dan 3 mengalami penurunan dan terhenti
Hasil penelitian menunjukkan sampai mencapai dewasa (Kusnadi,
bahwa rataan pertambahan bobot badan dkk. 2006). Salah satu kriteria untuk
selama masa pembesaran (umur 15 hari mengukur pertambahan bobot badan
hingga 33 hari) pada lantai 1 adalah adalah dengan mengukur kenaikan bo-
1.292,89±96,52 g/ekor, sedangkan pada bot badan yang dicapai oleh seekor ter-
lantai 3 adalah 1.330,82±82,77 g/ekor. nak selama periode tertentu. Dalam pe-
Hal tersebut berarti bahwa terdapat meliharaan ayam pedaging pertambahan
selisih rataan pertambahan bobot badan bobot badan setiap ayam perlu diper-
sebesar 37,93 g/ekor. Hasil uji-t hatikan. Hal ini dikarenakan agar pro-
menunjukkan bahwa pertambahan duksi ayam saat pemanenan dapat stabil
bobot badan ayam pedaging berbeda dan baik.
sangat nyata (P<0,01) antara lantai 1 Hasil analisis data menunjukkan
dan lantai 3. Ayam pedaging mengkon- adanya perbedaan yang sangat nyata
sumsi pakan bertujuan untuk mencukupi (P<0,01) terhadap pertambahan bobot
kebutuhan hidup pokok dan produksi. badan. Rataan pertambahan bobot
Pertumbuhan merupakan manifestasi badan di lantai 1 lebih rendah diban-
dari perubahan-perubahan yang terjadi dingkan dengan pertambahan bobot
dalam sel yang mengalami proses- badan di lantai 3. Hal tersebut me-
proses pertambahan jumlah sel yang nunjukkan bahwa pertambahan bobot
selanjutnya diikuti dengan proses pem- badan di lantai 3 lebih baik dibanding-
besaran ukuran sel (Suarjaya dan kan pertambahan bobot badan di lantai
Nuriyasa, 2010). 1.
Pertumbuhan bobot badan di-
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Bobot akhir ayam pedaging yang di-
tipe ayam, jenis kelamin, galur, tata pelihara pada lantai 1 dan 3
laksana, temperatur lingkungan, tempat Hasil penelitian menunjukkan
ayam dipelihara, kualitas dan kuantitas bahwa rataan bobot akhir selama masa
pakan (Ramadhani, dkk. 2016). Kisaran pemeliharaan 33 hari pada lantai 1
suhu udara lingkungan yang nyaman adalah 1.780,11±90,6 g/ekor, sedangkan
bagi ayam untuk hidup berkisar antara pada lantai 3 adalah 1.818,04±81,8
18-22 oC. Tingginya suhu udara ling- g/ekor. Hal tersebut berarti bahwa
kungan merupakan salah satu masalah terdapat selisih rataan bobot akhir
dalam pencapaian performa ayam ped- sebesar 37,927 g/ekor. Hasil uji-t
aging yang optimal. Ayam pedaging menunjukkan bahwa bobot akhir ayam
yang diberikan pakan dalam jumlah pedaging berbeda sangat nyata (P<0,01)
banyak, tidak berarti akan mencapai antara lantai 1 dan lantai 3. Perbedaan
pertambahan bobot badan yang tinggi yang sangat nyata tersebut dipengaruhi
pula (Amrullah, 2003). Menurut Indarto karena unsur iklim mikro pada lantai 1
(1999), pertambahan bobot badan ayam kurang baik dibandingkan dengan lantai
berlangsung sesuai dengan kondisi fisi- 3, karena dengan tingginya suhu
ologis ayam, yaitu bobot badan ayam membuat ayam akan cenderung

33
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

beraktivitas lebih, sehingga durasi Bidura dan Suasta (2006)


istirahat menjadi lebih sedikit. Hal ini menyatakan bahwa hormon pertum-
berdampak pada rendahnya persentase buhan yang disekresikan oleh pituitari
pembentukan lemak abdominal. anterior dan tiroksin yang disekresikan
Pembentukan lemak abdominal sangat oleh kelenjar tiroid bekerja secara si-
mempengaruhi bobot panen ayam multan dalam mengontrol pertumbuhan
pedaging yang dipelihara unggas menjelang pubertas. Hormon
(Sulistyoningsih, dkk. 2012). somatotropik dalam tubuh berfungsi
Usaha peternakan tidak akan ter- memacu aktivitas sintesa protein, pem-
lepas dari tahap pemilihan bibit, mana- bentukan kolagen, metabolisme ion,
jemen pemeliharaan, perkandangan dan metabolisme lipid, metabolisme kar-
vaksinasi. Kesehatan ternak merupakan bohidrat dan metabolisme mineral.
bagian integral dari usaha peningkatan Tiroksin didalam tubuh berfungsi me-
produksi ternak. Produktifitas dan re- macu aktivitas-aktivitas seperti pening-
produktifitas hanya dapat dicapai secara katan konsumsi oksigen, mempercepat
optimal jika ternak dipelihara dalam denyut nadi, meningkatkan aktivitas
keadaan sehat sehingga pertambahan metabolisme, meningkatkan cadangan
bobot badan akan menjadi optimal nitrogen, meningkatkan penyediaan dan
dengan mortalitas yang rendah (Risnaja- merangsang pembentukan hormon so-
ti, 2012). Penggunaan kandang pang- matotropik. Meningkatnya hormon so-
gung memiliki resiko kecelakaan pada matotropik dan tiroksin tersebut akan
ayam yang lebih besar dibandingkan menaikkan konsumsi pakan, sehingga
dengan kandang postal. Menurut North pertumbuhan akan lebih cepat. Pening-
and bell (2004), kebaikan kandang sis- katan kedua hormon tersebut pada ung-
tem panggung adalah kandang yang se- gas menjelang pubertas dapat memper-
lalu bersih karena kotorannya jatuh ke tinggi nafsu makan, meningkatkan
tempat penampungan, peredaran udara efisiensi penggunaan pakan dan me-
lebih lancar, dapat menampung ayam ningkatkan laju metabolisme basal se-
lebih banyak, pengontrolan penyakit hingga meningkatkan laju pertumbuhan.
lebih mudah, menurunkan resiko tim- Kerja hormon pertumbuhan efektif mu-
bulnya penyakit coccidiosis serta kon- lai postnatal dan paling efektif saat ter-
versi pakan lebih baik. Salah satu faktor nak mencapai pubertas, karena semakin
yang mempengaruhi besar kecilnya bo- dewasa tubuh ternak pengaruh hormon
bot akhir ayam pedaging adalah kon- pertumbuhan semakin menurun.
sumsi pakan dan terpenuhinya kebutu- Hasil analisis data menunjukkan
han zat makanan ayam pedaging, maka adanya perbedaan yang sangat nyata
konsumsi pakan seharusnya memiliki (P<0,01) terhadap bobot akhir, rataan
korelasi positif dengan bobot badan bobot akhir di lantai 1 lebih rendah di-
(Negoro, dkk. 2013). Peternak bandingkan dengan bobot akhir di lantai
kemitraan Indahnya Maju Bersama 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa bo-
memiliki standar rata-rata bobot akhir bot akhir di lantai 3 lebih baik diban-
1.800 g/ekor. Menurut Risnajati (2012), dingkan bobot akhir di lantai 1.
rataan bobot karkas tertinggi diperoleh
dari strain Cobb sebesar 1.363 g, diikuti Feed Conversion Ratio (FCR) ayam
strain Hubbard sebesar 1.348 g. Meski- pedaging yang dipelihara pada lantai
pun bobot akhir strain Hubbard (1.976 1 dan 3
g) lebih tinggi dari strain Cobb (1.970 Hasil penelitian menunjukkan
g). bahwa rataan feed conversion ratio

34
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

(FCR) selama masa pembesaran (umur penyakit saluran pernapasan sehingga


15 hari hingga 33 hari) pada lantai 1 nafsu makan menurun, kandungan gas
adalah 1,83±0,14, sedangkan pada lantai amonia didalam kandang tinggi, suhu
3 adalah 1,77±0,11. Hal tersebut berarti dalam kandang tinggi, serta mutu pakan
bahwa terdapat selisih rataan feed con- kurang baik (Subkhie, dkk. 2012). Per-
version ratio (FCR) sebesar 0,06. Hasil baikan konversi pakan mempunyai arti
Uji-t menunjukkan bahwa feed conver- penting karena berkaitan dengan
sion ratio ayam pedaging berbeda san- efisiensi biaya produksi. Nilai konversi
gat nyata (P<0,01) antara lantai 1 dan pakan yang tinggi menunjukkan bahwa
lantai 3. Konsumsi pakan dan per- efisiensi pakan kurang baik, sebaliknya
tambahan bobot badan berkaitan erat nilai konversi pakan yang rendah me-
dengan konversi pakan. Konversi pakan nunjukkan bahwa makin banyak pakan
merupakan suatu ukuran yang dapat yang dimanfaatkan oleh ternak (Ary-
digunakan untuk menilai efisiensi anti, dkk. 2013). Daud (2005) menyata-
penggunaan pakan dengan menghitung kan semakin tinggi nilai konversi pakan
perbandingan antara jumlah pakan yang menunjukkan semakin banyak pakan
dikonsumsi dengan pertambahan bobot yang dibutuhkan untuk meningkatkan
badan dalam jangka waktu tertentu. bobot badan persatuan berat. Demikian
Menurut Sugito dkk. (2007), juga sebaliknya semakin rendah nilai
kondisi lingkungan kandang yang panas konversi pakan berarti kualitas pakan
dan lembab menyebabkan cekaman semakin baik.
panas yang berpengaruh kurang baik Hasil analisis data menunjukkan
pada ternak karena menurunkan per- adanya perbedaan yang sangat nyata
tumbuhan dan efisiensi penggunaan pa- (P<0,01) terhadap feed conversion ra-
kan pada ayam pedaging. Suhu dan tio, rataan feed conversion ratio di lan-
lingkungan didalam kandang berpen- tai 1 lebih tinggi dibandingkan dengan
garuh terhadap penampilan produksi feed conversion ratio di lantai 3. Hal
ayam pedaging. Griffin et al. (2005) tersebut menunjukkan bahwa feed con-
menyatakan bahwa suhu udara ideal version ratio di lantai 3 lebih baik
untuk pemeliharaan ayam pedaging dibandingkan feed conversion ratio di
adalah 10-22 °C untuk pencapaian berat lantai 1.
badan optimum. Program pemberian
pakan dengan cara mengatur waktu ter- KESIMPULAN
tentu merupakan metode yang dapat Hasil penelitian ini
meningkatkan efisiensi pakan. Hal ini menyimpulkan bahwa penampilan
ditunjukkan dengan semakin rendahnya produksi ayam pedaging yang
angka konversi pakan, karena aktivitas dipelihara pada lantai 3 lebih baik
makan ayam akan berkurang sehingga dibandingkan pada lantai 1 dengan
energi yang diperlukan untuk melaku- indikator konsumsi dan konversi pakan
kan aktifitas tersebut dapat dihemat se- pada lantai 3 lebih rendah dibandingkan
hingga energi tersebut dapat digunakan pada lantai 1. Pertambahan bobot
untuk pertumbuhan (Muharlien dan badan, dan bobot akhir pada lantai 3
Kurniawan 2010). Faktor penyebab lebih tinggi dibandingkan pada lantai 1.
tingginya nilai FCR adalah pemberian
pakan berlebihan, tempat pakan yang DAFTAR PUSTAKA
tidak memenuhi standar, sehingga Amrullah, L. K. 2003. Nutrisi ayam
banyak pakan yang tercecer, ayam broiler. Cetakan ke-2. Lembaga
terserang penyakit, terutama terjangkit Satu Gunung Budi. Bogor.

35
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

Aryanti, F., M. B. Aji, dan N. Budiono. Leeson S. and J. D. Summers. 2000.


2013. Pengaruh pemberian gula Commercial poultry nutrition.
merah terhadap peforma ayam 3rd Ed. University Books,
kampung pedaging. Jurnal veter- Canada.
iner 31(2): 156-164. Muharlien, A. dan A. Kurniawan. 2010.
Bidura dan Suasta. 2006. Penampilan Efek lama waktu pembatasan
ayam kampung umur 0-8 pemberian pakan terhadap per-
minggu yang diberi tepung formans ayam pedaging finisher.
hipofisa kambing melalui ran- Jurnal Ternak Tropika 11 (2): -
sum. Majalah Ilmiah Peternakan 88-94.
Denpasar Universitas Udayana 9 Nadzir., A. Tusi, A. Haryanto. 2015.
(1): 1-10 Evaluasi desain kandang ayam
Daud, M. 2005. Peforman ayam peda- broiler di desa Rejobinangun,
ging yang diberi probiotik dan Kecamatan Raman Utara, Kabu-
prebiotik dalam ransum. Jurnal paten Lampung Timur. Jurnal
Ilmu Ternak 5(2): 75-79. Teknik Pertanian Lampung 4(4):
Faiq, U., N. Iriyanti, dan Roesdiyanto. 255-266.
2013. Penggunaan pakan fungsi- Negoro, A. S. P., Achmanu, dan Muhar-
onal dalam ransum terhadap lien. 2013. Pengaruh
konsumsi pakan dan pertamba- penggunaan tepung kemanggi
han bobot badan ayam broiler. dalam pakan terhadap penampi-
Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): lan produksi ayam pedaging.
282-288. Fakultas Peternakan. Universitas
Griffin, A. M., R. A. Renemar, F. E. Brawijaya. Malang.
Robinson, and M. J. Zuidhof, North, M. O., and D. D. Bell. 2004.
2005. The influence of rearing Commercial chicken production
light period and the use of broil- manual. 4th Ed. An Avi Publish.
er or broiler breeder diets on New York.
forty two day body weight, flesh- Nova, K. 2008. Pengaruh perbedaan
ing, and flock uniformity in persentase pemberian pakan an-
broiler stocks. Journal of Ap- tara siang dan malam hari ter-
plied Poultry Research 14(2): hadap performa broiler strain CP
204-216. 707. Animal Production 10: 117-
Indarto, P. 1999. Dasar-dasar ternak 121.
unggas. UB Press. Malang. Nuriyasa, I. M., E. Puspani, dan I. G. N.
Kusnadi, E. 2006. Suplementasi vitamin Sumatra. 2010. Peningkatan
C sebagai penangkal cekaman efisiensi produksi ayam petelur
panas pada ayam broiler. Jurnal melalui peningkatan kenyama-
Ilmu Ternak Veteriner 11(4): nan kandang di Desa Bolangan.
249-253. ISSN 1412-0925 Udayana
Kusnadi, E., R. Widjajakusuma, T. mengabdi 9(2): 55-58.
Sutardi, P. S. Hardjosworo, dan Olivia, M., M. Hartono, dan V. Wanni-
A. Habibie. 2006. Pemberian an- atie. 2015. Pengaruh jenis bahan
tanan (Cantella asiatica) dan litter terhadap gambaran darah
vitamin C sebagai upaya menga- broiler yang dipelihara di closed
tasi efek cekaman panas pada house. Jurnal Ilmiah Peternakan
broiler. Media Peternakan 29(3): Terpadu 3(1): 23-28.
133-140.

36
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3):27 – 37

Pattiselano, F. dan S. Y. Randa. 2005. matan Ciampea Kabupaten Bo-


Efek frekuensi penaburan zeolit gor. Manajemen IKM 7(1): 54-
pada alas litter terhadap kualitas 63.
lingkungan kandang ayam ped- Sulistyoningsih, M., D. Sunarti, E. Su-
aging. Animal Production 7(2): prijatna, dan Isroli. 2012. Pen-
89-94. garuh pencahayaan terhadap bo-
Puspani, E., I. M. Nuriyasa, W. A. A. P. bot badan, persentase karkas,
Putra, dan D. P. M. A. Can- bobot non-karkas, dan lemak
drawati. 2008. Pengaruh tipe abdominal pada ayam kampung.
lantai kandang dan kepadatan FPMIPA IKIP PGRI Semarang:
ternak terhadap tabiat makan 1-15.
ayam pedaging umur 2-6 ming- Sugito. 2008. Respon pemberian ekstrak
gu. Majalah Ilmiah Peternakan n-heksan tanaman jaloh pada
11(1): 7-11. ayam broiler yang diberi ceka-
Ramadhani, R. A., H. S. Prayogi, dan man panas terhadap ekspresi en-
N. Cholis. 2016. Korelasi antara zim iNOS pada jaringan paru,
tingkat deplesi terhadap bobot kadar glukosa dan kalsium da-
panen, pertambahan bobot lam serum. Jurnal Ilmu Ternak
badan, konsumsi pakan, dan Veteriner 13(3): 174-181.
FCR pada ayam pedaging. Sugito., W. Manalu, D. A. Astuti, E.
Fakultas Peternakan. Universitas Handharyani, dan Chairul. 2007.
Brawijaya. Malang. Morfometrik usus dan peforma
Risnajati, D. 2012. Perbandingan bobot ayam broiler yang diberi ceka-
akhir, bobot karkas dan persen- man panas dan ekstrak n-
tase karkas berbagai strain ayam heksana kulit batang jaloh (Salix
pedaging. Sains Peternakan 10 tetrasperma Roxb). Media Peter-
(1): 11-14. nakan 30(3): 198-206.
Sarjana, T. A. 2007. Manajemen ternak Umam, M. K., H. S. Prayogi, dan V. M.
unggas. UNDIP Press. Sema- A. Nurgiartiningsih. 2015. Pe-
rang. nampilan produksi ayam peda-
Suarjaya dan M. Nuriyasa. 2010. Peng- ging yang dipelihara pada sistem
garuh ketinggian tempat (alti- lantai kandang panggung dan
tude) dan tingkat energi ransum kandang bertingkat. Jurnal Ilmu-
terhadap penampilan ayam buras Ilmu Peternakan 24(3): 79-87.
super umur 2-7 minggu. Jurnal Yunike, T., S. Suharyati, dan K. Nova.
Fakultas Peternakan. Universitas 2011. Respon fisiologis ayam
Udayana. Denpasar. jantan tipe medium di kandang
Subkhie, H., Suryahadi., dan A. Saleh. panggung dengan kepadatan
2012. Analisis kelayakan usaha berbeda. Jurnal Fakultas Per-
peternakan ayam pedaging tanian Lampung: 56-60.
dengan pola kemitraan di Keca-

37

You might also like