You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316699746

KELANGSUNGAN HIDUP dan PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO


(Clarias sp) PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Article · April 2011

CITATIONS READS

0 1,685

2 authors, including:

Muarif Muarif
Universitas Djuanda
18 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Invertebrate Research View project

Fish Research View project

All content following this page was uploaded by Muarif Muarif on 06 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

KELANGSUNGAN HIDUP dan PERTUMBUHAN


BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) PADA SISTEM RESIRKULASI
DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Oleh :

Muarif dan Rosmawati

Dosen Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda Bogor

ABSTRACT

This study was aimed at assessing the effect of stocking density on the survival
and growth of Dumbo fish fry raised in a recirculated system. The study was conducted
at the the Laboratory of Aquaculture, Department of Aquaculture and Fishery Business
and Chemistry Laboratory of the Faculty of Agribusiness and Food Technology,
Djuanda University from May to September 2010.
A completely randomized design with four treatments and three replications
was used. Treatments consisted of stocking density rates of 20, 30, 40, and 50 fish/l.
Tanks sized 50x30x30 cm3 were filled in with 25 liter water and fish fry sized 2.24-2.30
cm in the corresponding stocking density rates. Feeding was done ad libitum twice a
day at 09.00 and 16.00. Parameters measured included survivability rate, body length
growth, daily weight gain, feed efficiency, protein retention, and water quality.
Results showed that stocking density gave significant effects (P<0.05) on
survivability rate, body length growth, and daily weight gain but not (P>0.05) on feed
efficiency and protein retention. The highest survivability rate, body length growth,
and daily weight gain of 66.00%; 2.13 cm; and 5.54%, respectively, were obtained in
stocking density of 20 fish/l. The quality of water used as a medium of catfish fry
raising in each treatment during the experimental period was found to be within good
range for the survival and growth of the fry. It was concluded that improving stocking
density from 20 to 50 fish/l did not improve Dumbo catfish fry survival and growth
rates. Meanwhile, the use of recirculated system was found to maintain medium water
quality.

Key words : recirculated system, survivability rate, catfish fry

I. Pendahuluan pihak, kualitas dan kuantitas sumber


daya air tawar pada masa sekarang
Kendala yang masih sering makin menurun seiring dengan
dijumpai dalam budidaya ikan lele yaiu meningkatnya penggunaan air serta
benih yang diproduksi masih belum lahan untuk berbagai kepentingan.
dapat memenuhi permintaan. Dilain Untuk meningkatkan produksi benih
36
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

salah satunya adalah dengan tingkat lobser air tawar (Irawan, 2007), dan
kepadatan yang tinggi. Menurut Hepher pada benih gurame (Rahmadani, 2007).
dan Pruginin, (1981), pada kondisi Oleh karena itu perlu dilakukan
lingkungan yang baik dan pakan yang penelitian daya dukung suatu sistem
cukup, peningkatan kepadatan ikan resirkulasi agar didapatkan kepadatan
akan meningkatkan produksi. yang optimal untuk menghasilkan
Peningkatan padat penebaran akan produksi yang maksimal pada benih
diikuti dengan peningkatan jumlah ikan lele.
pakan, buangan metabolisme tubuh,
konsumsi oksigen, dan dapat II. Metode Penelitian
menurunkan kualitas air. Penurunan
Penelitian dilaksanakan
kualitas air akan mengakibatkan ikan
selama dua bulan, dari bulan Mei
stress sehingga pertumbuhan menurun
sampai Juni di Laboratoium Teknologi
dan ikan rentan terhadap kematian.
Budidaya, Jurusan Teknologi Budidaya
Untuk mempertahankan
dan Bisnis Perikanan, Fakultas
kualitas air tetap baik pada
Agribisnis dan Teknologi Pangan,
pemeliharaan benih ikan lele,
Universitas Djuanda Bogor.
digunakan sistem resirkulasi. Sistem
Ikan yang digunakan adalah
resirkulasi adalah suatu sistem produksi
benih ikan lele dumbo dengan ukuran
yang menggunakan air lebih dari satu
berkisar antara 2,24-2,30 cm (Gambar
kali, yaitu setelah melalui proses
1). Benih ikan berasal dari dari petani
pengolahan limbah dan sirkulasi air
ikan di daerah Parung. Ikan yang baru
(Losordo, 1988).
datang dari petani dipelihara di dalam
Penelitian tentang peningkatan
akuarium selama satu minggu. Selama
kepadatan dengan sistem resirkulasi
pemeliharaan satu minggu benih ikan
untuk meningkatkan produksi benih
diadaptasikan terhadap lingkungan
ikan telah banyak dilakukan dan
yang baru dan pakan buatan. Setelah
hasilnya memperlihatkan bahwa
satu minggu dilakukan seleksi ukuran
penggunaan resirkulasi dapat
ikan. Ikan yang ukurannya sesuai
meningkatkan kepadatan dan produksi
dipindahkan ke dalam akuarium
pada ikan patin (Arifin dan Asyari,
percobaan dengan kepadatan sesuai
1992; Raja Gukguk, 2000;
dengan perlakuan.
Nurhamidah, 2007; Hidayat, 2007),

37
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

Gambar 1. Ukuran benih ikan lele dumbo (Clarias sp.) pada awal penelitian

Akuarium percobaan yang percobaan ikan diberi pakan buatan


digunakan sebanyak 12 buah dengan untuk benih berbentuk tepung dengan
ukuran 50 x 30 x 30 cm3 dan diisi 20 kadar protein 40% (Gambar 3.).
liter air. Setiap akuarium diberi lampu Pemberian pakan dilakukan 2 kali
di atasnya untuk menjaga suhu media sehari pada pukul 09.00 dan 16.00 WIB
pemeliharaan pada kisaran optimal secara ad libitum. Air yang digunakan
pertumbuhan ikan. Selain itu dipasang berasal dari air sumur dalam yang
instalasi pemasukan dan pengeluaran terlebih dahulu diendapkan dan
air ke dalam dan ke luar akuarium, diaerasi. Untuk menjaga kualitas air
yang mana air yang ke luar dari media pemeliharaan dilakukan
akuarium dialirkan ke wadah treatmen pergantian air setiap hari sebanyak 20%
air. Air yang telah ditreatmen, dari volume air. Pergantian air
selanjutnya dialirkan ke dalam bertujuan juga untuk membuang sisa
akuarium percobaan. Akuarium pakan dan feses yang ada di dalam
percobaan dapat dilihat pada Gambar 2. media pemeliharaan dengan cara
Pemeliharaan ikan percobaan menyiponnya dan kemudian menggati
dilakukan selama 30 hari. Selama air yang terbuang karena penyiponan.

38
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

Gambar 2. Wadah penelitian

Gambar 3. Pakan buatan yang digunakan untuk penelitian


Penelitian ini menggunakan (1981) untuk melihat kepadatan yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL) memberikan kelangsungan hidup dan
dengan 4 perlakuan. Perlakuan yang pertumbuhan tertinggi.
diberikan adalah kepadatan yang
berbeda, yaitu kepadatan ikan 20, 30, III. HASIL PENELITIAN
40, dan 50 ekor/l. Setiap perlakuan
diulang 3 kali, sehingga terdapat 12 Ukuran akhir benih ikan lelei
satuan percobaan. Peubah yang diamati setiap kepadatan dapat dilihat pada
adalah kelangsungan hidup, Gambar 4. Data kelangsungan hidup,
pertumbuhan panjang tubuh, laju pertumbuhan panjang tubuh, laju
pertumbuhan harian, efisiensi pakan, pertumbuhan harian, efisiensi pakan,
retensi protein, dan kualitas air. Untuk dan retensi protein benih ikan leledapat
melihat pengaruh sebenarnya dari dilihat pada Tabel 1
perlakuan dilakukan analisis ragam.
Bila terdapat pengaruh nyata, dilakukan
uji lanjut dengan Uji Beda Nyata
Terkecil menurut Steel dan Torrie

39
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

Tabel1. Kelangsungan Hidup (KH), Pertumbuhan Panjang Tubuh (PPT), Laju


Pertumbuhan Harian (LPH), Efisiensi Pakan (EP), dan Retensi Protein (RP)
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang dipelihara selama 30 hari pada
wadah resirkulasi dengan kepadatan berbeda

Kepadatan (ekor/l)
Parameter 20 30 40 50
a bc b
KH (%) 66,00 52,17 54,29 45,47c
PPT(cm) 2,13a 1,95b 1,98b 2,03b
a b ab
LPH (%) 5,54 4,56 5,02 4,64b
a a a
EP (%) 166,69 101,28 180,34 117,10a
RP (%) 58,77a 41,42a 67,03a 46,26a
Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan ada
perbedaan yang nyata (P<0,05)
.

Gambar 4. Ukuran benih ikan lele dumbo (Clarias sp.) akhir penelitian pada setiap
kepadatan (A: 20 ekor/l; B: 30 ekor/l; C: 40 ekor/l; dan D: 50 ekor/l)

Hasil penelitian menunjukan terhadap kelangsungan hidup,


bahwa kepadatan ikan memberikan petumbuhan panjang tubuh, dan laju
pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) pertumbuhan harian, tetapi tidak

40
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

memberikan pengaruh yang berbeda dan 50 ekor/l, sedangkan kepadatan 40


nyata (P<0,05) terhadap efisiensi pakan ekor/l berbeda dengan kepadatan 50
dan retensi protein. Hasil tertinggi pada ekor/l. Pada pertumbuhan panjang
kelangsungan hidup, pertumbuhan tubuh, dan laju pertumbuhan harian
panjang tubuh, dan laju pertumbuhan menunjukan bahwa kepadatan 20 ekor/l
harian diperoleh pada kepadatan ikan berbeda denngan kepadatan lainnya,
20 ekor/l, yaitu masing-masing sedangkan kepadatan 30, 40, dan 50
66,00%; 2,13 cm; dan 5,54%. Uji lanjut ekor/l tidak berbeda. Kualitas air media
dengan beda nyata terkecil terhadap pemeliharaan benih ikan lele setiap
kelangsungan hidup menunjukan perlakuan selama penelitian masih
bahwa kepadatan 20 ekor/l berbeda dalam kisaran yang baik untuk
dengan kepadatan lainnya. Kepadatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
30 ekor/l sama dengan kepadatan 40 benih ikan lele (Tabel 2).

Tabel 2. Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Lele Dumbo (Clarias sp.)
Pada Kepadatan Berbeda Selama Pemeliharaan 30 hari Pada Wadah
Resirkulasi

Kepadatan (ekor/l)
Parameter 20 30 40 50
Suhu ( C) 28,0-29,0 28,0-29,0 28,0-29,0 28,0-29,0
Oksigen (ppm) 6,14-6,77 5,68-5,71 5,50-5,65 4,71-4,80
pH 6,5-7,0 6,5-7,0 6,5-7,0 6,5-7,0
Ammonia (ppm) 0,041-0,043 0,045-0,048 0,047-0,049 0,057-0,060
CO2 (mg/l) 6,40-6,42 6,52-6,89 6,70-6,77 6,93-6,95

Kelangsungan hidup benih ikan kepadatan ikan yang tinggi dapat


lele berbeda pada setiap kepadatan ikan mempengaruhi lingkungan budidaya
dan tertinggi diperoleh pada kepadatan dan interaksi ikan (Hepher dan
20 ekor/l. Kelangsungan hidup Pruginin, 1981). Pada penelitian yang
dipengaruhi oleh kualitas air media dilakukan, kepadatan 20 ekor per liter
pemeliharaan dan pakan yang masih memberikan kelangsungan hidup
diberikan. Dilihat dari pakan, yang lebih baik, yaitu sebesar 66,00%
pemberian pakan sudah mencukupi dibandingkan dengan kepadatan 30, 40,
dilihat dari nilai efisiensi pakan yang dan 50 ekor per liter (Tabel 1).
cukup tinggi (Tabel 1.). Kualitas air Rendahnya kelangsungan hidup pada
media pemeliharaan masih dalam padat penebaran 30,40, dan 50 ekor/l
kisaran yang cukup baik untuk diakibatkan oleh kepadatan yang terlalu
kelangsungan hidup dan pertumbuhan tinggi. Kepadatan yang terlalu tinggi ini
benih ikan lele. Kelangsungan hidup menyebabkan kualitas air menurun,
yang rendah diakibakan oleh padat meskipun pada penelitian ini kualitas
penebaran yang tinggi, dimana air masih pada kisaran yang cukup

41
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

baik, karena adanya sistem resirkulasi mempengaruhi juga kepada


yang menjaga kualitas air tetap stabil. kelangsungan hidup.
Meskipun dengan sistem resirkulasi Pertumbuhan panjang tubuh
kualitas air tetap terjaga dengan baik, dan laju pertumbuhan harian benih ikan
tetapi bila dilihat dari nilai parameter lele pada penelitian ini yang terbaik
kualitas air pada penelitian ini terlihat diperoleh pada kepadatan ikan 20
bahwa dengan meningkatnya kepadatan ekor/l, yaitu masing-masing sebesar
nilai kandungan ammonia dan CO2 2,13 cm dan 5,54%; sedangkan
meningkat, sedangkan kelarutan kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l sama.
oksigen menurun. Akibat lain dari Pertumbuhan bergantung kepada energi
tingginya kepadatan adalah interaksi yang tersedia. Pertumbuhan akan
antara ikan (Hepher dan Pruginin, terjadi apabila terdapat kelebihan
1981). Pada kepadatan 30, 40, dan 50 energi dari pakan yang dikonsumsi
ekor/l interaksi antara ikan sangat setelah kebutuhan energi minimumnya
tinggi, dikarenakan ruang hidup yang (untuk hidup pokok) sudah terpenuhi
semakin sempit. Ikan lele merupakan (Affandi et al., 1992). Pertumbuhan
ikan kanibal, maka dengan makin ikan lele pada kepadatan 20 ekor/l lebih
tingginya interaksi dari ikan maka baik dibandingkan dengan kepadatan
makin tinggi juga kanibalismenya, 30, 40, dan 50 ekor/l. Hal ini
sehingga kelangsungan hidup juga menunjukan bahwa energi yang
menjadi rendah. Tingginya kanibalisme tersedia untuk pertumbuhan lebih besar
pada penelitian ini bisa dilihat dari nilai pada kepadatan 20 ekor/l. Dilihat dari
efisiensi pakan yang lebih dari 100%. jumlah pakan yang dikonsumsi,
Pada kepadatan 20 ekor/l, kepadatan 20 ekor/l lebih sedikit
kelangsungan hidup lebih tinggi dari dibandingkan dengan kepadatan 30, 40,
kepadatan lainnya, hal ini disebabkan dan 50 ekor/l. Sedikitnya jumlah pakan
karena kualitas air lebih baik dan yang dikonsumsi pada kepadatan 20
interaksi antara ikan lebih rendah dari ekor/l dikarenakn jumlah ikan yang
kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l. Bila dipelihara lebih sedikit dari yang
dibandingkan dengan ikan patin pada lainnya. Akan tetapi jumlah pakan
penelitian Kusdiarti dkk (2003), dimana tersebut dapat dimanfaatkan dengan
panjang awal 1,46 cm dan berat awal baik oleh ikan.
0,022 gram menghasilkan Pertumbuhan benih ikan lele
kelangsungan hidup terbaik sebesar pada kepadan 20 ekor/l lebih baik
76,35%, maka penelitian ikan lele ini dibandingkan dengan kepadatan
kepadatannya terlalu tinggi sehingga lainnya disebakan karena tidak banyak
menghasilkan kelangsungan yang energi yang terbuang untuk
rendah. Hal lain yang membedakan metabolisme, pada kepadatan 20 ekor/l
adalah ikan lele ini kanibal pada setiap kompetisi ruang gerak tidak terlalu
stadia kecuali larva, sedangkan ikan tinggi dan sedikitnya energi yang
patin kanibal saat larva sehingga dibutuhkan untuk persaingan
42
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

mendapatkan oksigen, sehingga energi tidak berbeda nyata pada setiap


yang tersedia dari pakan lebih banyak perlakuan. Nilai efisiensi pakan semua
digunakan untuk pertumbuhan. Pada perlakuan lebih dari 100%. Perhitungan
kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l ruang efisiensi pakan adalah pertambahan
gerak ikan yang semakin sempit bobot tubuh dibagi dengan pakan yang
dengan meningkatnya padat penebaran, diberikan dikali dengan 100%.
sehingga mempengaruhi kompetisi Pertambahan bobot tubuh setiap
pakan dan kondisi fisiologis ikan, dan perlakuan lebih dari jumlah pakan yang
pemanfaatan energi yang berasal dari diberikan. Hal ini bisa terjadi karena
pakan lebih banyak digunakan untuk adanya kanibalisme diantara sesama
kompetisi ruang gerak di dalam wadah ikan yang dipelihara, sehingga bobot
pemeliharaan, kondisi seperti itu pada tubuh ikan tidak hanya berasal dari
akhirnya dapat menghambat jumlah pakan yang diberikan saja tetapi
pertumbuhan benih ikan lele. juga berasal dari bobot tubuh ikan yang
Wedemeyer (1996), menyatakan bahwa dikanibal. Berat total jumlah ikan yang
peningkatan padat penebaran akan dikanibal tidak bisa dihitung, karena
mengganggu proses fisiologis dan yang tersisa dari ikan yang dikanibal
tingkah laku ikan terhadap ruang gerak hanya potongan kecil seperti kepalanya
yang pada akhirnya dapat menurunkan saja. Oleh karena bobot tubuh ikan
kondisi kesehatan dan fisiologis ikan, tidak hanya dari pakan saja maka nilai
akibat lanjut dari proses tersebut adalah efisiensi pakan bisa lebih dari 100%
pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan dalam perhitungan hanya jumlah
mengalami penurunan. pakan yang diberikan saja yang
Pertumbuhan pada kepadatan diperhitungkan.
30, 40, dan 50 ekor/l adalah sama. Hal Retensi protein adalah jumlah
ini menunjukan bahwa peningkatan protein yang disimpan dalam tubuh.
kepadatan dari 30 ekor/l sampai 50 Jumlah protein yang disimpan dalam
ekor/l tidak memberikan pengaruh tubuh berkorelasi dengan pertumbuhan,
terhadap pertumbuhan. Samanya dalam hal ini adalah pemanfaatan
pertumbuhan dari kepadatan 30 ekor/l protein yang diberikan untuk
sampai 50 ekor/l disebabkan karena pertumbuhan. Retensi protein pada
terjaganya kualitas air media setiap perlakuan secara statistik tidak
pemeliharaan tetap baik dengan memberikan perbedaan. Dilihat dari
digunakannya resirkulasi, sehingga nilai yang diperoleh, retensi protein
buangan metabolit tidak menyebabkan tertinggi diperoleh pada kepadatan
penurunan kualitas air. benik ikan lele 40 ekor/l sebesar
Efisiensi pakan adalah 67,03%. Retensi protein 67,03%
pemanfaatan pakan oleh ikan yang menunjukan bahwa 67,03% protein
digunakan untuk pertumbuhan. yang ada di dalam pakan dimanfaatkan
Efisiensi pakan pada penelitian ini atau disimpan dalam tubuh ikan yang
secara statistik menujukan hasil yang akhirnya menghasilkan pertumbuhan

43
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

yang baik. Hal ini bisa dilihat dari nilai menurun dengan meningkatnya
efisiensi pakan (Tabel 1) dan laju kepadatan ikan.
pertumbuhan harian (Tabel 1) yang Suhu pada penelitian berkisar
baik pula. Protein yang dimanfaatkan antara 280C sampai 290C. Fluktuasi
atau disimpan dalam tubuh benih ikan suhu pada saat penelitian sangat kecil
lele ini berasal dari pakan yang yaitu 10C, hal ini dikarenakan ruangan
diberikan dan protein tubuh ikan lele penelitian tertutup dan diberi lampu
yang dikanibal oleh benih ikan lele setiap akuarium sehingga suhu dapat
lainnya. lebih stabil. Nilai suhu penelitian ini
Nilai efisiensi pakan dan sudah sesuai untuk kehidupan ikan
retensi protein berkorelasi sama, (Arifin dan Asyari, 1992 dan Stickney,
dimana nilai tertinggi diperoleh pada 1979).
kepadatan benih ikan lele 40 ekor/l, Oksigen terlarut merupakan
kemudian 20 ekor/l, 50 ekor/l, dan parameter mutu air yang paling penting
terendah 30 ekor/l. Nilai efisiensi bagi kehidupan organisme di dalamnya,
pakan dan retensi protein biasanya dalam hal ini adalah benih ikan lele.
berkorelasi dengan pertumbuhan, tetapi Oksigen berperan penting dalam proses
pada penelitian ini tidak. Apabila metabolism di dalam tubuh.
dilihat dari laju pertumbuahn harian, Kandungan oksigen di dalam air
efisiensi pakan dan retensi protein menurun dengan meningkatnya
berkorelasi sama dengan laju kepadatan. Kandungan oksigen
pertumbuhan harian, tetapi dengan tertinggi pada kepadatan 20 ekor/l
pertumbuhan panjang tidak. (6,14-6,77 ppm)dan terendah pada
Pertumbuhan panjang tebaik pada kepadatan 50 ekor/l (4,71-4,80 ppm).
kepadatan benih ikan lele 20 ekor/l. Menurunnya kandungan oksigen
Perbedaan ini mungkin disebabkan dengan meningkatnya kepadatan
karena adanya kanibalisme, sehingga disebabkan karena dengan banyaknya
pertambahan bobot tubuh ikan dan jumlah ikan maka kebutuhan oksigen
protein yang disimpan dalam tubuh juga menjadi lebih banyak. Selain itu
ikan tidak hanya berasal dari pakan pada kepadatan yang tinggi banyak
yang diberikan tetapi berasal dari ikan buangan metabolisme dan feses ikan
yang dimakan, yang tidak diketahui yang membutuhkan oksigen untuk
berat total yang dimakan oleh benih menguraikannya, sehingga kandungan
ikan lele. oksigen menjadi rendah. Rendahnya
Kualitas air media kandungan oksigen ini juga dapat
pemeliharaan benih ikan lele selama menyebabkan kematian, hal ini juga
penelitian masih dalam kisaran yang mungkin yang menyebabkan
baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang rendah pada
kelangsungan hidup, meskipun ada kepadatan 50 ekor/l. Menurut Hepher
nilai parameter kualitas air yang dan Pruginin (1981), kekurangan
oksigen akan mengurangi jumlah ikan
44
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

secara drastis, terutama ikan yang percobaan dikarenakan semakin


berukuran kecil. Selain itu kelarutan banyaknya buangan sisa metabolisme
oksigen yang rendah mengakibatkan dan sisa pakan seiring dengan lamanya
laju dekomposisi bahan organik oleh waktu pemeliharaan dan bertambahnya
bakteri terhambat, sehingga ammonia kepadatan pada setiap perlakuan.
meningkat. Hal ini bisa dilihat dari nilai Karena pada kepadatan tinggi buangan
ammonia yang semakin meningkat sisa metabolisme akan tinggi seiring
dengan semakin rendahnya kandungan dengan meningkatnya NH3.
oksigen dalam air. Hardjamulia et al Penggunaan sistem resirkulasi dapat
(1986) menyatakan bahwa kisaran memerbaiki kualitas air, karena pada
oksigen terlarut yang tidak sistem resirkulasi sisa metabolisme dan
membahayakan kehidupan ikan adalah sisa pakan dapat terangkat, dengan
5,7 – 6,4 mg/l. Untuk kelangsungan adanya perputaran air yang terus
hidup dan pertumbuhan, oksigen menerus dan selanjutnya tertampung
terlarut yang dianjurkan tidak kurang pada filter biologis dimana dalam filter
dari 5 mg/l, sedangkan kandungan biologis bahan-bahan buangan dalam
oksigen pada kepadatan 50 ekor/l bentuk yang berbahaya akan diubah
adalah 4,71-4,80 ppm, sedangkan menjadi nitrat dengan bantuan bakteri
menurut Zonneveld (1991) konsentrasi Nitrosomonas dan Nitrobakter
oksigen terlarut diatas 3 mg/l masih sehingga kisaran amonia pada wadah
termasuk dalam batas teloransi ikan. resirkulasi masih layak untuk
Penggunaan sistem resirkulasi pertumbuhan.
sebetulnya masih dapat Nilai pH pada setiap kepadatan
mempertahankan kandungan oksigen berkisar antara 6,5 sampai 7,0; menurut
dalam batas toleransi ikan. Hal ini Zonneveld (1991), pH yang cocok
dikarenakan selain dari aerasi, oksigen untuk kehidupan ikan berkisar 6,5-8,0.
juga masuk dari sirkulasi air. Sirkulasi Nilai pH berkisar pada kisaran yang
air pada sistem resirkulasi dapat baik untuk kehidupan ikan, hal ini
menggati air sebanyak 500% dalam diduga karena adanya penggunaan
satu hari. arang pada sistem resirkulasi yang
Nilai amonia berkisar antara dapat befungsi sebagai penyangga pH
0,041 mg/l sampai 0,060 mg/l selama air (pH Buffer).
masa pemeliharaan ikan. Nilai amonia Kandungan CO2 meningkat
meningkat dengan meningkatnya dengan meningkatnya kepadatan, yaitu
kepadatan. Menurut Boyd (1982), 6,40-6,42 mg/l pada kepadatan 20
konsentrasi beracun amonia terhadap ekor/l sampai 6,93-6,95 ekor/l pada
ikan air tawar berkisar antara 0,7 – 2,4 kepadatan 50 ekor/l. Meningkatnya
mg/l, sedangkan pada chanel catfish kandungan CO2 dengan meningkatnya
amonia bersifat racun pada konsentrasi kepadatan dikarenakan lebih
amonia adalah 0,1 mg/l (Zonneveld, banyaknya ikan yang melakukan
1991). Peningkatan amonia selama respirasi, sehingga buangan respirasi

45
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

berupa CO2 meningkat. Nilai CO2 Arifin, Z. dan Asyari, 1992. Perawatan
masih dalam kisaran yang baik untuk larva ikan patin (Pangasius
kehidupan ikan. pangasius) dengan sistem
resirkulasi. Di dalam :
IV.KESIMPULAN DAN SARAN Prosiding Seminar Hasil
4.1. Kesimpulan Penelitian Perikanan Air
Dari hasil penelitian yang dilakukan Tawar 1991/1992,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Balitkanwar, Bogor, hal :
1. Peningkatan kepadatan dari 20 205 – 207
ekor/l sampai 50 ekor/l tidak Boyd, C.E. 1982. Water Quality
meningkatkan kelangsungan Management for Pond Fish
hidup dan pertumbuhan benih Culture. Elsevier Scientific
ikan lele dumbo dengan Publishing Company.
panjang awal 2,24-2,30 cm. Amsterdam.
Kelangsungan hidup, Herpher, B & Y. Pruginin, 1981.
pertumbuhan panjang tubuh, Commercial Fish Farming
dan laju pertumbuahan harian with Special Reference to
tertinggi diperoleh pada Fish Culture in Israel. John
kepadatan 20 ekor/l. Wiley and Sons, Inc., New
2. Penggunaan resirkulasi dapat York.
mempertahankan kualitas air Hidayat, A. 2007. Produksi Benih Ikan
media pemeliharaan benih ikan Patin Pangsionodon
lele tetap baik. hypophthalmus Ukuran 6
cm Dengan Kepadatan
4.2.Saran Yang Berbeda Dalam
1. Perlu dilakukan penelitian Sistem Resirkulasi.
lanjutan dengan ukuran yang [Skripsi]. Departemen
lebih kecil dengan kepadatan Budidaya Perairan,
yang sama. Fakultas Perikanan Ilmu
2. Perlu upaya yang lebih baik Kelautan, Institut
untuk meningkatkan Pertanian. Bogor.
kandungan oksigen terlarut di Irawan, D.Y. 2007. Pertumbuhan dan
dalam media pemeliharaan. Kelangsungan Hidup
Lobster Air Tawar Cherax
DAFTAR PUSTAKA quadricarinatus pada
Affandi, R., Syafei, D.S., Rahardjo, Sistem Resirkulasi dengan
M.F., Sulistiono. 1992. Kepadatan Berbeda.
Fisiologi Ikan. Bogor. [Skripsi]. Departemen
Pusat Antar Universitas, Budidaya Perairan,
Ilmu Hayat, Institut Fakultas Perikanan Ilmu
Pertanian Bogor.
46
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 1, April 2011

Kelautan, Institut Benih Ikan Gurame


Pertanian. Bogor. (Osphronemus gouramy
Kusdiarti, Mundriyanto H, Yunus M, Lac.) Ukuran 3,14 Cm
Insan I, Suhenda N, yang Dipelihara dengan
Triheru P. 2003. Padat Penebaran yang
Penentuan kriteria kualitas Berbeda dalam Akuarium
air berdasarkan umur dan Sistem Resirkulasi.
ukuran ikan Patin Jambal [Skripsi]. Departemen
(Pangasius djambal). Di Budidaya Perairan,
dalam : Prosiding Seminar Fakultas Perikanan Ilmu
Hasil Riset Perikanan Kelautan, Institut
Budidaya Air Tawar 2003. Pertanian. Bogor.
Balai Riset Perikanan Raja Gukguk L. 2000. Kinerja sistem
Budidaya Air Tawar. Pusat resirkulasi dalam
Riset Perikanan Budidaya, pendederan ikan patin
Badan Riset Kelautan dan (Pangasius sutchi Fowler).
Perikanan. Departemen [Skripsi]. Fakultas
Kelautan dan Perikanan. Perikanan dan Ilmu
Bogor, 22-23 Desember Kelautan, Institut Pertanian
2003, hal 21-34. Bogor. Bogor.
Losordo,T.M. 1988. Recirculation Stickney, R.R. 1979. Principles of
Aquaculture Production Warmwater Aquaculture.
System: The Status and John Willey and Sons.
Future. Aquaclture, volume New York.
24. Steel, R.G.D., Torrie, J.H., 1981.
Principle and Procedures of
Nurhamidah, D. 2007. Pengaruh Padat Statistics, A Biometrical
Penebaran Pada Benih Ikan Approach. McGraw Hill
Patin Pangasius International Book
hypophthalmus dengan Company, Singapore.
Sistem Resirkulasi. Zonneveld, N., E.A. Huisman and J.H.
[Skripsi]. Departemen Boon. 1991. Prinsip-
Budidaya Perairan, prinsip budidaya ikan, PT
Fakultas Perikanan Ilmu Gramedia Pustaka Utama,
Kelautan, Institut Jakarta.
Pertanian. Bogor.
Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup

47

View publication stats

You might also like