You are on page 1of 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TENAGA

ANALIS DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


DI INSTALASI LABORAORIUM RSUP Dr. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG TAHUN 2015

Oleh: Jamisten Sigalingging


(Dosen Tetap Fakultas Kesehatan Prodi Analis Kesehatan)

Abstract
In most patients referred to instalasi the laboratory To laboratory test on patients
who suspect a bacterial infection the virus and materials used consists of the chemicals that
most have a high risk if the spill hit or aspark, so the use of protective equipment themsel ves
to energy analyst needs to get attention.
The study aims to know that associated with the behaviour of analyst in using
protective equitment in the instalasi the laboratory of the Dr. Mohammad Hoesin
Palembang of 2015. The subjects is the whole energy analyst who served in instalasi
the laboratory of the Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2015 as many as twenty
three people design research with the survey analytic approach-across sectional the
variables are carefully is the knowlwdge abouut the self Protective attitude about the
self- protective and action about the protective equipment for analyst of pigeon
covers analyze univarial and about the protection of data analysis includes analysis
includes analysis univarial an bivarial with the statistik the use of the chi-square.
The result showed that the use of protective equipment it self is not wearing
twenty one people (65,5%) larger than the eleven want this to (34,4%) know ledge of
analyst of protective equipment who hwve know ledge and not wearing protective
equipment to as many as sixteen(84,2%) more from the analyst who has know ledge
of good and don’t wear five people (38,5%) of the analyst who has the nature and not
wearing protective equipment to as many as sixteen people (88,9%) more trom the
analyst who has a good attitude and not wearing protective equipment to as many as
fiveteen people (86,4%) higher from the analyst who has a good and not wearing
protective equipment them selves as much as to people ( 20 %).
So it can be drawn the coclusion that there is a connection between
knowlwdge, attitudes and actions of an analyst with the use of protective equipment
in the instalasi the laboratory of Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2015.
The advice to analyst is expected to give priority to the behavior of the
implementation of the use of protective of the heed for suport and motivation of
analyst in the use of protective equipment themselves by going through training and
give and award.

Reference : 31(1987-2009)
PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, tuntutan pengolahan Program Kesehatan dan


Keselamatan Kerja Rumah sakit (K3 RS) semakin tinggi karena pekerjaan,
pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapat
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai
dampak proses kegiatan pemberi pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standard(Depkes, 2009).

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang


kesehatan pasal 164 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan. Rumah sakit adalah suatu tempat kerja
yang mempunyai kondisi seperti tersebut diatas sehingga menerapkan upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.

Rumah sakit merupakan industri jasa yang padat karya, padat pakar,
padat modal dan padat teknologi, sehingga resiko terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat tinggi, oleh karena itu
upaya K3 sudah menjadi suatu keharusan (Depkes, 2009).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
risiko, pelaporan dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan
(Depkes, 2006).
Dalam suatu kegiatan kerja, paparan dan resiko bahaya yang ada ditempat
kerja tidak selalu dapat dihindari. Usaha pencegahan terhadap kemungkinan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan harus senantiasa diupayakan.
Apabila beberapa alternatif pengendalian (secara teknik dan administratif)
mempunyai beberapa kendala, pilihan untuk melengkapi tenaga kerja dengan alat
pelindung diri menjadi suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya Pasal 9, 12 dan 14, yang mengatur
penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja, baik pengusaha
maupun bagi tenaga kerja.
Alat pelindung diri adalah alat pelindung yang digunakan untuk melindungi
diri dari kecelakaan kerja akibat kerja.(Suma’mur, 1986).
Pemilihan Alat Pelindung Diri
Langkah-langkah yang penting diperhatikan sebelum menentukan Alat Pelindung
Diri yang akan digunakan, adalah:
1. Inventaris potensi bahaya yang akan terjadi
Langkah ini sebagai langkah awal agar alat pelindung diri yang digunakan sesuai
kebutuhan.
2. Menentukan jumlah alat pelindung diri yang akan disediakan.
Jumlah tenaga kerja yang terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam
menentukan jumlah bergantung pula pada jenis alat pelindung diri yang
digunakan sendiri-sendiri (pribadi) atau alat pelindung diri yang dapat dipakai
secara bergantian.
3. Memilih kualitas/mutu dari alat pelindung diri yang akan digunakan.
Penentu mutu akan menentukan tingkat keparahan kecelakaan/penyakit akibat
kerja yang dapat terjadi.
Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
 Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
 Berbobot ringan
 Dapat dipakai secara flexibel (tidak membedakan jenis kelamin)
 Tidak menimbulkan bahaya tambahan
 Tidak mudah rusak.
 Memenuhi ketentuan dari standard yang ada
 Pemeliharaan mudah
 Penggantian suku cadang mudah
 Tidak membasahi gerak
 Rasa “tidak nyaman’ tidak berlebihan
 Bentuknya cukup menarik
Masih belum optimalnya perilaku tenaga analis dalam hal penerapan
kewaspadaan standard khususnya dalam melakukan kebersihan tangan dan
pemakaian alat pelindung diri dipenuhi beberapa faktor. Gibson (1987)
mengemukakan perilaku seseorang individu dalam suatu kebijakan seperti penerapan
kewaspadaan standard khususnya dalam melakukan kebersihan tangan dan
pemakaian alat pelindung diri dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu 1) variabel
individu meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, masa kerja dan lainnya, 2)
variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, evaluasi, 3)
variabel psikologis meliputi pengetahuan, presepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi (Ilyas, 2001).
Menurut Noor (200:59) perbedaan pengalaman terhadap masalah
kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh umur individu
tersebut.
Menurut Ahmadi (2003) pendidikan sangat berpengaruh dalam mengambil
sikap, semakin tinggi pendidikan semakin matang dalam bertindak, menurut pendapat
Notoatmodjo (2003), semakin tinggi pendidikan maka semakin memudahkan untuk
menerima dan menangkap informasi yang disampaikan.
METODE PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode survey analitik dengan pendekatan/
rancangan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
hubungan antara variabel independent meliputi umur, pendidikan, masa kerja,
pengetahuan dan sikap tenaga analis dengan variabel dependent yaitu perilaku
tenaga analis dalam dengan perilaku tenaga analis dalam penggunaan alat
pelindung diri di Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang yang akan dilaksanakan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2009)
Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah menggunakan software komputerisasi.
Analisa Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
masing-masing variabel yang diteliti, variabel independen adalah Pendidikan,
Masa Kerja, Sikap, Penegtahuan dan variabel dependen adalah Perilaku tenaga
analis dalam penggunaan alat pelindung diri.
Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
variabel independen dengan variabel dependen.
Analisis Multivariat

Analisis Multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa


variabel independen dengan satu variabel dependen pada waktu yang bersamaan.
Analisis multivariat ini kita lakukan untuk mengetahui variabel independen mana
yang paling besar pengaruhnya atau dominan terhadap variabel dependen
kemudian dilakukan uji interaksi. Dalam analisis multivariat ini digunakan
metode analisis regresi logistik dikarenakan variabel independen dan variabel
dependennya berbentuk kategorikal dan terdiri dari dua kategorik atau dikotom.
(Hastono, 2001)
HASIL

Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan analisa Univariat dan analisa Bivariat


Analisa Univariat
Statistics
Pendidika Masa Kerja Pengetahuan Sikap Perilaku
penggunaan
n APD
Valid 40 40 40 40 40

Missin 0 0 0 0 0

Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan


Distribusi Frekuensi Responden Menurut Faktor
Pengetahuan tenaga analis di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2015
No Faktor Pengetahuan Frekuensi Persentase Valid Cumulative
Percent Percent
1 Tinggi 28 70,0 70,0 70.0

2 Rendah 12 30,0 30,0 100.0


Jumlah 40 100 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan tinggi
terdapat 28 orang atau 70.0%, sedangkan yang berpengetahuan rendah
berjumlah 12 orang atau 30.0% .
Distribusi Frekuensi Responden menurut Sikap
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Faktor Sikap tenaga analis
di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015
No Faktor Sikap Frekuensi Persentase Valid Cumulative
Percent Percent
1 Baik 26 65.0 65.0 65.0

2 Kurang Baik 14 35.0 35.0 100.0


Jumlah 40 100.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai sikap baik
terdapat 26 orang atau 65.0%, sedangkan yang mempunyai sikap kurang baik
berjumlah 14 orang atau 35.0% .

Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja


Distribusi Frekuensi Responden Menurut Faktor Mas Kerja tenaga
analis di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015
No Faktor Masa Frekuensi Persentase Valid Cumulative
Kerja Percent Percent
1 Lama 21 52,5 52,5 53,5

2 Baru 19 47,5 47,5 100.0


Jumlah 40 100.0 100.0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai masa kerja

lama terdapat 21 orang atau 52,5%, sedangkan yang mempunyai masa kerja

baru berjumlah 19 orang atau 47,5% .

Distribusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan


Distribusi Frekuensi Responden Menurut Faktor Pendidikan tenaga
analis di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015
No Faktor Frekuensi Persentase Valid Cumulative
Pendidikan Percent Percent
1 Tinggi 23 57,5 57,5 57,5
2 Rendah 17 42,5 42,5 100.0
Jumlah 40 100.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang ber pendidikan tinggi
terdapat 23 orang atau 57,5%, sedangkan yang ber pendidikan rendah
berjumlah 17 orang atau 42,5% .

Distribusi Frekuensi Responden menurut Perilaku Penggunaan APD


Distribusi Frekuensi Responden Menurut Faktor Perilaku Penggunaan APD
tenaga analis di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015

No Faktor Frekuensi Persentase Valid Cumulative


Perilaku Percent Percent
Penggunaan
APD
1 Positif 27 67,5 67,5 67,5
2 Negatif 13 32,5 32,5 100.0
Jumlah 40 100.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang positif


memakai APD terdapat 27 orang atau 67,5%, sedangkan yang negatif
memakai APD berjumlah 13 orang atau 32,5% .

Analisa Bivariat

Hubungan pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD tenaga analis di


RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu Tinggi dan Rendah
dengan jumlah 40 responden, untuk mengetahui hubungannya dilakukan uji
chi-Square dapat dilihat pada table berikut ini.

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tenaga analis Tentang APD


dengan Perilaku Penggunaan APD di RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2015

PerilakuPenggunaan Jumlah
No Pengetahuan APD
Positif Negatif
p.value
N %
n % n %
1 Tinggi 23 82,1 5 17,9 28 100 0,011
2 Rendah 4 33,3 8 66,7 12 100 Bermakna
Total 27 67,5 13 32,5 40 100

Dari tabel diatas diperoleh gambaran tenaga analis yang


mempunyai pengetahuan tinggi dan tidak memakai APD sebanyak 16
orang (84,2 %), lebih besar dari tenaga analis yang mempunyai
pengetahuan baik dan tidak memakai 5 orang(38,5%).
Setelah dianalisa dengan uji statistik chi-square dimana α=0,05
diperoleh p-value=0,021 dan df=1 artinya ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan tentang APD dengan penggunaan APD tenaga analis
di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
Sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan
pengetahuan dengan penggunaan APD terbukti secara statistik.

Hubungan Sikap dengan penggunaan APD tenaga analis di RSUP


Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
Sikap dapat dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu Buruk dan Baik dengan jumlah
32 responden, untuk mengetahui hubungannya dilakukan uji chi-Square dapat
dilihat pada table berikut ini.
Distribusi Responden Menurut Sikap tenaga analis Tentang APD dan Penggunaan
APD di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015

Penggunaan APD Jumlah


Tidak Memakai Memakai
No Sikap
n % n % N %
p.value
1 Buruk 16 88,9 2 11,1 18 100 0,003
2 Baik 5 35,7 9 64,3 14 100 Bermakna
Total 21 65,6 11 34,4 32 100
Dari tabel diatas diperoleh gambaran tenaga analis yang mempunyai
sikap buruk dan tidak memakai APD sebanyak 16 orang (88,9 %), lebih tinggi
dari tenaga analis yang mempunyai sikap baik dan tidak memakai APD
sebanyak 5 orang (35,7%).
Setelah dianalisa uji statistik chi-square dimana α =0,05 diperoleh p-value=0,003
dan df=1 artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang APD
dengan penggunaan APD, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan
sikap dengan penggunaan APD terbukti secara statistik.

Hubungan tindakan dengan penggunaan APD tenaga analis di RSUP


Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
Tindakan dapat dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu Buruk dan Baik dengan
jumlah 32 responden, untuk mengetahui hubungannya dilakukan uji chi-Square
dapat dilihat pada table berikut ini.
Distribusi Responden Menurut Tindakan tenaga analis Tentang APD dan
Penggunaan APD di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015
Penggunaan APD Jumlah
Tidak Memakai Memakai
No Tindakan
n % n % N %
p.value
1 Buruk 19 86,4 3 13,6 22 100 0,001

2 Baik 2 20 8 80 10 100 Bermakna


Total 21 65,6 11 34,4 32 100
Dari tabel diatas diperoleh gambaran tenaga analis yang mempunyai
tindakan buruk dan tidak memakai APD sebanyak 19 orang (86,4 %), lebih
tinggi dari tenaga analis yang mempunyai tindakan baik dan tidak memakai 2
orang(20%).
Setelah dianalisa dengan uji statistik chi-square dimana α=0,05
diperoleh p-value=0,001 dan df=1 artinya ada hubungan yang bermakna antara
tindakan tentang APD dengan penggunaan APD, sehingga hipotesis yang
menyatakan ada hubungan tindakan dengan penggunaan APD terbukti secara
statistik.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun
2015 yang menggunakan desain Cross Sectional yang meneliti antara tenaga
analis dalam penggunaan alat pelindung diri dengan penyebabnya dilakukan
dalam waktu yang sama.
Pengumpulan data melalui data primer dengan menggunakan kuisioner, data
dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square.
1) Pengetahuan
Dari hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan tenaga analis
dalam penggunaan alat pelindung diri bahwa ada sebanyak 23 orang
(82,1%) yang pengetahuannya tinggi memakai alat pelindung diri baik
dan 5 orang (17,9%) pengetahuannya tinggi tidak memakai alat pelindung
diri dengan baik, sedangkan pengetahuan rendah 4 orang(33,3%)
memakai alat pelindung diri dengan baik dan 8 orang (66,7%) tidak
memakai alat pelindung diri. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004,
maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada alpa 5 % ada
pengaruh signifikan antara pengetahuan dengan tenaga analis dalam
penggunaan alat pelindung diri di Instalasi Laboratorium RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015, hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Patiya di Rumah Sakit
Pelabuhan Palembang tahun 2008. Dan dari analisis diperoleh pula nilai
OR: 9,200 artinya tenaga analis yang tidak menggunakan alat pelindung
diri mempunyai kecenderungan 9,200 kali.
2) Faktor Pendidikan
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan tenaga analis
dalam penggunaan alat pelindung diri diperoleh ada 21 orang (91,3%)
yang berpendidikan tinggi yang penggunaan alat pelindung diri baik dan
2 orang (8,7%) pendidikan tinggi tidak baik dalam penggunaan alat
pelindung diri sedangakan pendidikan rendah 11 orang (35,3%) memakai
ata pelindung diri dengan baik, sedangkan 11 Orang (64,7%) dari
berpendidikan rendah tidak baik memakai alat pelindung diri.. hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0,000, maka dapat disimpulkan bahwa secara
statistik pada alpa 5% ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan
dengan tenaga analis dalam pemakaian alat pelindung diri di Instalasi
Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Dan
dari analisis diperoleh pula nilai OR :19,250 artinya tenaga analis yang
pendidikannya rendah 19,250 kali untuk tidak memakai alat pelindung
diri dibandingkan dengan pendidikan yang tinggi.
Penelitian ini sesuai dengan penelituian Siagian, 1995 bahwa latar
belakang pendidikan dan masa kerja seseorang akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan
yang berbeda-beda yang akhirnya mempengaruhi peamakaian alat
pelindung diri.
3) Faktor Masa Kerja
Hasil analisis hubungan antara masa kerja lama dengan penggunaan
alat pelindung diri ada sebanyak 20 orang( 95,2%) mempergunakan alat
pelindung diri dengan baik sedangkan masa kerja lama ada 1 orang
(4,8%) yang tidak memakai alat pelindung diri dengan baik, dan yang
masa kerja baru ada 7 orang (36,8%) yang memakai alat pelindung diri
dengan baik, sedangkan 12 orang (63,2%) dari yang masa kerja baru
tidak memakai alat pelindung diri. Hasil uji statistik diperoleh niali
p=0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada secara statistik pada alpa 5
% ada pengaruh yang signifikan antara pegawai yang lama dengan
pegawai baru di Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2015. Dan dari analisis diperoleh pula nilai OR:34,286
artinya tenaga analis yang masa kerjanya baru mempunyai kecenderungan
34,286 kali untuk tidak memakai alat pelindung diri. Penelitian ini sesusi
dengan penelitian Patya, 2008 dan Ahmadi, 2003 bahwa ada hubungan
antara pengetahuan tinggi dan rendah dengan perilaku menggunakan alat
pelindung diri.
4) Faktor Sikap
Hasil analisis hubungan antara sikap baik dengan penggunaan alat
pelindung diri ada sebanyak 23 orang( 88,5%) mempergunakan alat
pelindung diri dengan baik sedangkan sikap baik ada 3 orang (11,5%)
yang tidak memakai alat pelindung diri dengan baik, dan yang sikap
kurang baik ada 4 orang (28,6%) yang memakai alat pelindung diri
dengan baik, sedangkan 10 orang (71,4%) dari yang sikap kurang baik
tidak memakai alat pelindung diri. Hasil uji statistik diperoleh niali
p=0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada secara statistik pada alpa 5
% ada pengaruh yang signifikan anatara sikap baik dengan sikap kurang
baik di Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2015. Dan dari analisis diperoleh pula nilai OR:19,167 artinya
tenaga analis yang sikap kurang baik mempunyai kecenderungan 19,167
kali untuk tidak memakai alat pelindung diri. Penelitian ini sesusi dengan
penelitian Marsono, 2009 bahwa ada hubungan antara sikap baik dan
sikap kurang baik dengan perilaku menggunakan alat pelindung diri.

Model Faktor Penentu terhadap tenaga analis dalam penggunaan alat


pelindung diri

Dari hasil analisis regresi pada model 3(tiga) atau model akhir (fit
model) didapat 2(dua) variabel yang bermakna secara statistik
pengaruhnya dengan perilaku tenaga alais dalam menggunakan alat
pelindung diri. Kedua variabel tersebut adalah variabel masa kerja dan
sikap. Kemudian untuk mengetahui varaibel mana yang paling besar
pengaruhnya terhadap tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri
dilihat dari nial Exp(B). Dari model 3(tiga) ternyata variabel yang paling
besar pengaruhnya terhadap tenaga analis dalam penggunaan alat
pelindung diri adalah sebagai berikut : masa kerja OR; 34,286 (95% CI:
3,746-313,837) p =0,000, memberikan interpretasi bahwa tenaga analis
yang masa kerja baru memiliki penggunaan alat pelindung diri rendah
dibandingkan dengan tenaga analis yang masa kerjanya sudah lama.
Artinya dalam hal ini variabel masa kerja bersama-sama (simultan)
dengan variabel sikap mempengaruhi tenaga analis dalam penggunaan
alat pelindung diri di Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2015.

Uji Interaksi Antar Variabel Independen


Dari uji interaksi diatas, terlihat adanya interaksi antara masa kerja
dengan Sikap (p value : 0.011). Keadaan semacam ini memberi petunjuk
bahwa pengaruh lama kerja dengan perilaku tenaga analis dalam
penggunaan alat pelindung diri memberikan efek yang berbeda untuk
tenaga analis yang sikap dalam penggunaan alat pelindung diri kurang
baik dan tenaga analis yang sikap penggunaan alat pelindung diri baik.
Setelah di uji interaksi menunjukkan adanya interaksi antara masa
kerja dengan sikap (Masa kerja *Sikap), maka model penentu tenaga
analis dalam penggunaan alat pelindung diri adalah model yang terdiri
dua variabel yaitu masa kerja dan sikap yang disertai adanya interaksi.
Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ada dari 4(empat) variabel indpenden yang diduga
berpengaruh dengan tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri
ternyata hanya 2(dua) variabel yang secara signifikan berpengaruh dalam
penggunaan alat pelindung diri yaitu masakerja dan sikap.
Variabel masa kerja setelah dilakukan analisis multivariat dan setelah
diseleksi dengan variabel independen lainnya tetap mempunyai hubungan
yang bermakna secara statistik, dimana :OR: OR; 34,286 (95% CI: 3,746-
313,637) p =0,000, memberikan interpertasi bahwa tenaga analis yang
masa kerjanya baru mempunya kecenderungan 34,286 kali untuk tidak
memakai alat pelindung diri dibandingkan dengan tenaga analis yang
masa kerja sudah lama, setelah diseleksi dengan varabel sikap, adanya
dalam hal ini variabel lama kerja bersama-sama (simultan) dengan
variabel sikap mempengaruhi tenaga analis dalam penggunaan alat
pelindung diri di Instalasi Laboratorium RSUP dr. Mohammad Hosein
Palembang tahun 2015.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan pada hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan secara parsial dengan
tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri di Instalasi
Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahuin 2015.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan secara parsial dengan
tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri di Instalasi
Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
3. Ada hubungan yang signifikan antara masa kerja secara parsial dengan
tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri di Instalasi
Laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
4. Ada hubungan yang signifikan antara sikap secara parsial dengan tenaga
analis dalam penggunaan alat pelindung diri di Instalasi Laboratorium
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2015.
5. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, masa
kerja dan sikap, secara simultan dengan tenaga analis dalam penggunaan
alat pelindung diri di Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2015.
6. Variabel masa kerja merupakan variabel yang paling dominan dalam
mempengaruhi tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri.
Artinya dalam hal ini variabel masakerja bersama-sama (simultan)
dengan variabel sikap mempengaruhi tenaga analis dalam penggunaan
alat pelindung diri di Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2015.
Saran
1. Kepada Direktur RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Diharapkan pihak rumah sakit lebih memotivasi tenaga analis dalam
penggunaan alat pelindung diri dan menyelenggarakan pelatihan bagi
tenaga analis khususnya dibidang penerapan pemakaian alat pelindung
diri secara berkesinambngan guna meningkatkan pengetahuan dan
merubah sikap dan tindakan kearah yang lebih baik.
2. Kepada Peneliti selanjutnya
Agar dapat mengambil variabel lain yang menurut teori dapat
mempengaruhi tenaga analis dalam penggunaan alat pelindung diri di
rumah sakit,dan memperluas pemakaian uji statistik yang lain agar
lebih bervariatif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Aditama, Candra Yoga. 2003.Manajemen Administrasi Rumah Sakit.UI-Press:


JakartaAli Zaidin, 2009. Dasar-dasar kesehatan profesional. Jakarta.

Widya MedikaDepartemen Kesehatan R.I 2009. UU RI No.44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit. Jakarta

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1996, Pedoman Teknis upaya


kesehatan kerja di Rumah Sakit,Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Rineka Cipta,
Jakarta.

Efendi, 1997. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Ed2. Tran Info Salemba


media.Jakarta

Hidayat, A.Aziz Halimun, 2006. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta :PT Salemba Medika.

Jimmi Erlangga, dkk, 2005, Acuan Metodologi Penelitian, Universitas Kader Bangsa,
Palembang.
Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja No. 22/ 1993

Klein, maher, 1986. Education Level attitude and Future Expectation among First Level
Management. Ajournal of Applied Reseach. 21:107-121.

Luthans, F.2006.Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andika Yuono dkk.Edisi


Pertama.Penerbit Andi. Yogyakarta

Notoatmodjo, Soekijo, 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,


Jakarta
, 2003, Pengantar Pendidikan dan ilmu Perilaku Kesehatan Yogyakarta:
Andi Offset
, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta
, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta

Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja No. 7/1964

Peraturan Meneteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan
Keselamatan Kerja No.2/1980

Peraturan Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai


Daerah Otonom No.25/2000

Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban melaporkan tentang Penyakit Akibat
Kerja No.1/1981

Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes Badan Litbang Depnakertrans, 2002,
Alat Pelindung Diri, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jakarta.

Siagian, P., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 1. Cetakan I, Jakarta: Bumi

Silalahi, Bennet NB Rumondang B, 1991, Manajemen Keselamatan dan Keselamatan Kerja,


PT. Pustaka Binaman Presindo, Jakrata.

Simpoeno, John S, dkk, 1985, Penyakit-penyakit Akibat Kerja, Hiperkes Grafindo Utama,
Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo,1993, Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta

Soedarmayanti, 1996, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Siagian.S., 2005, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Bina Aksara, Jakarta

Sudjana, 2004, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo, Jakarta
Umar, Husein, 1999, Metode Penelitan Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1/1970

Undang-undangUndang-undang Ketenagakerjaan No. 10/2003

WHO, 1987, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wichaksana, Aryawan, 2002, Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya,
Cermin Dunia Kedokteran Edisi 136, Jakarta

You might also like