You are on page 1of 7
Jumel Riset Indust Vol. V, No.9, 2044, Hal. 257-263 KONVERSI LIMBAH PLASTIK SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF CONVERTING OF PLASTIC WASTE AS A SOURCE OF ENERGY ALTERNATIVE Rahyani Ermawati Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementorian Parindustrian ABSTRAK Sampan masin menjadi masalan utama di negare-negara di dunia, tetmasuk Indonesia. Dari semua jenis sampan yang ade saat ini, sampah yang berasal dan plastk ternyata jumlannya cukup besar. Penggunaan limbah plastik ‘merupakan alterat yang m emungkinkan sebagai material pengnasit energ| Proses cracking merupakan proses luntuk menguban imban plasti dant rantal ai! panjang polyolerins menjaai nyarocaroons. Berbagal peneiltian telah dilakukan untuk mengurangi moan plastk tersebut merjaci material yang permantast. Salah satunya adalah mengkonvers! |mban plastk menjad. sumber energ). Pada kajian in, dpaparkan beberapa metode yang telah beriasil teil) dalam mengkonversi limbah piasiik, diantaranya adalah proses pirolsis ({iiermal cracking). hnyareoreckng aan nierorsomersasi. Selan metode dan proses yang clgunakan, jenis katalis yang agunakan dalam prases ternyata mempengaruni tinga) rendannya Kompass! produk yang elnasikan yaitu gas, eairan dan padatan yang terbentuk. Dengan ikembangkanaya metoce terseout, dinarapkan limban plastk yang selama ini ‘masin menjadi permasaiahan serlus oi masyarakat dapat menjacl sesuatu yang bemantaat bagi kepentingan ‘manusta dan lingkungan Kata kunci: Limbah plastk, Konversi, Enerai, Katalis, Prolisis ABSTRACT Garbage become the main emirorment problem in all of counties, Including Indonesia From various Kinds of garbag= waste, plastics are the piggest one Convering plastic waste into source of energy 1s an aternaive Cracking process are proposed for converting plastic waste from iong alky! chains of the poyoletins (0 valuable hyoracarbons. Many researcher has investigated to study converting plastic to valuable materials as a sources of energy. This paper iroduces some of those methods whieh are researched for convelting ins paste: waste Some of trase methads are pyrolysis (thermal cracking), nyaro-crackng, ang hyare-samerizaten Besices kings of methods and processes whit Is used, the type of catalyst also affects product composition ‘2 gas, lauid and solid However, improvement of those metiiods & necessary fo get the valuable resut. Finally, we hove that plastic wasie, which Is @ main problem in many county, could be sove as an useful thing Tor human being ite ‘and envronment Keywords. Plastic waste, Converting, Catalysi, Energy, PyroWsis PENDAHULUAN sendiri dibagi menjadi dua, yailu High Density Polyetilene (HDPE) dan Low Density ‘Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut data statistik, kebutuhan plastik di Eropa Barat 100 kg per orang per tahun (APME, 2004), sedangkan di Jepang, jumlah limbah plastik mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun (Nishino, ef. a/., 2003). Meningkatnya jumlah permintaan plastik disebabkan karena plastik ‘memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Barang berbahan baku plastik umumnya lebih ringan, bersifat isolator, dan proses pembuatannya lebih murah. Plastik yang banyak terdapat di masyarakat banyak berasal dari bahan polyethylene. Polyethylene Polyetliene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol minumam, sedangkan LDPE banyak digunakan sebagai kantong plastik. Selain pengelompokan plastik seperti di atas, plastic secara komersial dikenal dengan berbagal macam nama. Penamaan ini dibuat berdasarkan bahan penyusunnya. Jenis- jonis plastik tersebut adalah polyethylene (PE), poly vinyl chlorida (PVC), poly propylen (PP), poly methyl methyl acrylaat (PMMA), acrylonitrt butadieen styreen (ABS), poly amide (PA). polyester (calran pengeras dan perapat), dan poly ethylene terephthalate (PET)(http:/info.gexcess com/id/info/Pe ngertiandanJenis_Jenis_Plastik info) 257 HOPE Pa LOPE Keterangan: HOPE (High Densty Poyetnyene), LOPE {Low Densty Poy Ethene) PET (Poy einjene Tetephthaleis), PP (Poy Propylene), PS (Poly siyrene), PVC (Poly Viyl Chiorge) Gambar 1. Distribusi plastik pada pembuangan akhir (Miller, 2005) Namun dibalik semua kelebihannya, bahan plastik memiliki masalah setelah barang tersebut tidak digunakan lagi. Barang berbahan plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat ‘menyerap ait, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhimya tidak dapat diuraikan/ didegradasi dalam tanah sehingga menim- bulkan masalah bagi lingkungan. Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang (landfil), dibakar atau didaur ulang (recycle). Proses tersebut belum menyelesaikan semua permasalahan limbah plastik. Karena proses /andffill belum dapat menguraikan limbah plastik, apabila dibakar pada suhu rendah, limbah plastik menghasikan senyawa yang berbahaya yang bersifat karsinogen seperti poly chloro dibenzodioxins dan poly chloro dibenzo- Taran. ‘Untuk menghilangkan sifat Karsinogen akibat pembakeren, limbah plastik tersebut dibaker pada suhu tinggi hingga 1000 °C sehingga tidak ekonomis. Daur ulang limbah plastik merupaken satu-salunya cara yang dapat ‘mengurangi jumlah limbah plastik yang ada. Namun kenyataannya hanya sedikit dari limbah plastik yang dapat didaur ulang dan bahan hasil daur ulang mempunyai kualitas yang rendah sehingga metode daur ulang dipandang tidak efisien untuk memecahkan masalah limbah plastik. Untuk itu dicari cara lain untuk mengatasi limbah plastik untuk dijadikan suatu produk yang lebih berguna dan bermanfaat bagi masyarakat paca masa yang akan datang. Bagaimanapun juga dilinat 258 dari bahan dasamya limbah plastik berpotensi mempunyai nilai ekonomis sebagai sumber bahan baku jika diolah dengan cara yang tepat yaitu akan menghasilkan hidrokarbon sebagal bahan dasar energi. Dalam tulisan ini dibahas mengenai kemungkinan penggunaan limbah palstik sebagai sumber energi alternatif, disamping itu juga dipeparkan beberapa tulisan diluar Negeri yang telah berhasil. PROSES KONVERS! LIMBAH PLASTIK Selama ini, sumber energi yang banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat berasal dari fosil, baik dari batubara maupun minyak bumi. Seperti yang telah diketahui, sumber energi ini memiliki jumlah yang terbatas sehingga akan semakin menipis jika dieksploitasi secara terus-menerus demi kepentingan manusia. Maka dari itu para penelti di seluruh dunia telah mengembangkan berbagal penemuan mengenal sumber energl yang dapat diperbarul sejak beberapa dekade yang lalu. Sumber-sumber energi tersebut antara lain energi geothermal, energi solar, hidro-energi, biomass, biogas, biofuel, energi dari angin dan lain-iain. Sumber-sumber energi ini dapat kita peroleh dl berbagal lokasi di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, walaupun jumiahnya melimpah dan selalu tersedia, sumber-sumber energi ini juga tidak iuput dari berbagai kekurangan. Jika dibandingkan dengan sumber energl yang berasal dari fosil, sumber- sumber energi ini mengalami permasalahan pada mahalnya biaya pengolahan dan sulifnya mengumpulkan sumber-sumber energi tersebut agar dapat mencukupi kapasitas yang diinginkan untuk dikonsumsi, seperti blogas, walaupun teknologi pengolahannya tidak mahal, namun teknik pengumpulan dan pemisahan sampah dari berbagai tempat susah untuk dilakukan. Seperti yang kita ketahul, limbah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan tempat kita tinggal. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi jumlah sampah plastik yang kian hari kian meningkat. Salah satu upaya baru yang telah dilakukan oleh peneil{i kita adalah mengubah limbah plastik Jumal Riset Indust Vol. V, No.3, 2041, Hal. 257-263 tersebut menjadi sumber energi baru. Walaupun penelitian ini ng baru, namun penelitian ini telah diuji keber- hasilannya oleh beberapa penellti. Proses pengolahan limbah plastk menjadi minyak penggerak mesin meliputi beberapa tahapan/ proses yaitu 1. Proses Pirolisis Pirolisis adalah teknik pembakaran sampah (imbah plastik) tanpa O; dan dilakukan pada suhu tinggi yaitu antara 800 °C sampai 1000 °C. Teknik ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat dikatakan sebagai metode yang ramah lingkungan sebab produk akhimya meng- hasikan CO: dan H:0, yang merupa-kan ‘gas non toksk. Proses plrolisis menghasikan ‘senyawe-senyawe hidro-karbon cair mulal dari C, hingga C, dan senyawa rantal panjang seperti parafin dan olefin. 2. Proses Hydrotreating/Hydrocracking Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan unsur-unsur yang dihasilkan pada proses pirolisis. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan senyawa aromatik dan senyawa polar. 3. Proses Hidro-isomerisasi Pada proses ini digunakan katalls khusus yang berfungsi menjadikan molekutmolekul Isomer mempunyal viskositas yang tinggl. Penelitian dalam mengubah limbah plastik menjadi minyak pelumas telah dibuktikan oleh Stephen J. Miller bersama_rekan- rekannya (2005) dalam publikasi peneltiannya pada Jurnal American Chemical Society. Pada peneltian tersebut, Miller memanaskan plastik polyethylene menggunakan metode pirolisis. Metode pembakaran sampah sekaligus penyulingan bahan tanpa oksigen dengan suhu tingg! (800 °C - 1000 °C) ini ramah lingkungen Karena menghasilkan gas CO2 & H.0. Selain gas, kelika dipanaskan, polyethylene juga membentuk suatu senyawa hidrokarbon cair mulai dari C, hingga Cs, dan senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin yang memiliki bentuk mirip wax (lin). Banyaknya plastik yang terurai adalah sekitar 60 %, suatu jumlah yang cukup banyak. Laju degradasi konversi polyethylene menjadi hidrokarbon cair telah itelti oleh Lee et.al. (2003). Struktur kimia yang dimiliki senyawa hidrokarbon cair tersebut memung- kinkannya untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualtas tinggi. Hal ini disebabkan karena sifat kimia senyawa hidrokarbon cair dari hasil pemanasan limbah plastik mirip dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah sehingga dapat diolah menjadi minyak pelumas (Miler, et.al, 2005), engubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis limbah plastik menjadi minyak pelumas dapat dilakukan dengan menggunakan metode hidroisomerisasi dan hydro-cracking. Hidroisomerisasi merupakan proses _yang menggunaken katalis khusus yang berfungsi menjadikan molekutmolekul isomer mempunyai viskositas yang tinggi, tingkat tik beku yang rendah dan menjadikan pelumas dasar yang |so-paraffinik, Sedangkan pada hydro-cracking, hasil dari proses pirolisis dimasukkan ke dalam tungku penyulingan pada tekanan atmosfir dan kemudian divakum untuk memisahkan unsur-unsur yang dihasilkan dari proses awal. Proses ini berguna dalam mengurangi/ menghilangkan komponen aromatik dan komponen polar yang dihasilkan dari proses pirolisis. Pada penelitian Miller (2005), pengubahan hidrokarbon cair menjadi minyak pelumas dilakukan dengan meng- gunakan metode hidro-isomerisasl. ‘Sebenamya usaha pembuatan minyak sintetis dari senyawa hidrokarbon cair ini bukaniah suatu hal yang baru. Pada 1990-an, Perusahaan Chevron telah mencoba mengubah senyawa hidrokarbon cair menjadi bahan bakar sintetis untuk tujuan komersial. Hanya saja bahan baku yg digunakan untuk menghasilkan senyawa hidrokarbon cair berasal dari gas alam (umumnya gas metana) melalul proses ketalitik yang dikenal nama proses Fischer-Tropsch. Pada proses ini, gas metana diubah menjadi gas sintetis (syngas), yaitu campuran antara gas hydrogen dan karbonmonoksida, dengan bantuan besi 259 wera! Limbah Plast... Rahyan! atau Kobalt sebagai katalis. Selanjutnya syngas inl diubah menjadi senyawa hidrokarbon cair, untuk kemudian diolah menggunakan proses hydro-cracking menjadi bahan bakar dan produk minyak bumi lainnya, termasuk minyak pelumas. Senyawa hidrokarbon cair hasil pengubahan dari syngas mempunyal sifat kimia yang sama dengan polyethylene. Walendziewski, et. al, (2001) juga meneliti penguraian limbah polyethylene dan polystiene dengan suhu tinggi atau dengan bantuan katalis dan penambahan hidrogen pada autoclave tertutup. Penelitian ini membandingkan fraksi cairan yang didapat dengan menggunakan katalis hidrocracking, jentifikasikan memiliki kisaran titik didih rendah dan kandungan senyawa hidrokarbon tidak jenuh Jika dibandingkan dengan fraksi cairan yang didapat dengan menggunakan katalis peruraian atau thermal cracking. Hasil anelisa menunjukkan suhu optimum penguraian poliolefin secara thermal adalah 410°C sampai 430 °C. Proses pengubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis menjadi minyak pelumas dengan metode hydro-cracking juga telah berhasil dilakukan oleh Suat Ucar, et.al. (2001). Mereka meneliti proses perubahan LDPE, PP, PVC/LDPE dan PVC/PP dengan menggunakan sistem hydrocracking pada refinery. Pada percobaan ini, LDPE atau PP ditambahken pada vacuum gas oll (VGO). ‘Campuran tersebut di-hydrocracking dengan menggunakan katalis HZSM - 5, Cobalt dengan karbon aktif (Co-AC) dan DHC-8 (katalis komersil silika-alumina) pada batch autoclave dengan suhu 425 °C sampai 450 °c. Pada campuran PVC/PP/VGO atau PVC/PE/VGO, campuran terlebih dahulu dideklorinasi pada suhu 350 °C sebelum di- hydrocracking. Penambahan polimer pada VGO mempengaruhi penguraian VGO yang berakibat pada penurunan hasil gas dan kenaikan pada hasil cairan. KATALIS Pada proses konversi limbah plastik menjadi sumber energi, katalis memegang peranan penting dalam kualitas hidrokarbon yang 260 dihasilkan. Katalls digunakan untuk menurunkan energi yang terjadi pada proses pembakaran, Katalis juga berperan untuk menurunkan Konsentrasi klorida (Cl) yang ada pada cairan yang terbentuk sebagai hasil produk pembakaran. Katalis yang digunakan pada umumnya adalah zeoite, polysilicate component, pseudoboe hme component dan clay component Dari tabel 1 terlihat bahwa penggunaan katalis akan menurunkan konsentrasi Klorida pada fraksi cair dan menalkan phase Konsentrasi gas hidrokarbon C;-C:, Peneltian mengenai pengaruh katalis teradap proses konversi limbah plastik menjadi sumbs energi dilakukan oleh beberapa_penell diantaranya adalah Sakata, et. al (1996) yang mempelajari degradasi katalltik dari PP dan PE oleh katalis silike-alumina pada Teaktor semi batch, Tabel 1. Perbandingan distribusi hasil prodak pembakaran limbah plastik pada suhu pembakaran dan penggunaan katalis. Tatas Sa TST um) Sad ae aad ae oa aoa Tasos pa) Tau co CR a Katalis (-PHALO,) [Poa J ——_ wy asa aa ae THEATER aa GIG, 24 22 (Keane, 2007) Berdasarkan penelitian tersebut, ternyata @-alumina efektif dalam meningkatkan laju degradasi dan produksi minyak pelumas. Mereka juga mempelajari pengaruh Jenis katalis lainnya terhadap degradasi polim seperti zeolit yang digunakan sebagai katalis pada proses degradasi PP & PE yang temyata menghasilkan produk cait lebih rendah dibandingkan dengan gas (Uddin, et. at, 1997). Sedangkan Aguado, et. al, (2000) meneliti pengaruh zeolt beta pada degradasi PP, LDPE dan HDPE pada suhu 400 °C didalam reaktor batch. Hasiinya menunjukkan bahwa degradasi HOPE menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk C; ~ C,2 (70 % beral), sedangkan untuk penguraian LDPE dan PP, selektifitas menjadi gasoline berkurang (sekitar 64 % berat) tetapi proporsi untuk produk C, — C, lebih tinggi. Aktivitas zeolit dalam degrad polimer bervarias! tergantung perbedaan struktur kimla dan komposisinya (Mord, et. al, 1994). Nishino, et. al (2003) meneliti degradasi katalitk dengan menggunakan H-galbsilbates yang dilakukan di reaktor skala batch dengan bahan baku diumpankan secara semi kontinyu. Bahan baku yang digunakan adalah polyolefin dan bahan plastik lainnya yang berbentuk pellet yaitu LDPE, linear LDPE, HOPE dan polypropylene. Hasil menunjukkan bahwa komposisi propylene, isobutene dan iso butan meningkat. PEMBAHASAN Limbah plastik yang dapat menyebabkan Pencemaran lingkungen dapat diolah menjadi energi. Proses perombakan limbah plastik menjadi energi dikenal dengan istilah cracking atau perengkahan. Perengkahan yang terjadi pada plastik merupakan Pemutusan ikatan rantai Karbon penyusun Plastik. Plastik tersusun atas molekul hidrocarbon yang berasal dari fraksi minyak bumi. Plastik yang mempunyai_ struktur paling sederhana adalah polyethylene (PE), umumnya susunan molekul dati PE terdiri dari sekitar 1000 atom Karbon didalam tulang Punggungnya — (http:/iwww. plastic. web.idvid/ Plastic_chemistry) Jumal Riset Indust Vol. V, No.3, 2011, Hal. 2 Gambar 2. Struktur Kimia Penyusun PlastikJenis Polyethylene (PE) (hitp://en wikipedia. orgwikifFile:Ethylene- 3D-vdW.png) Hasil diperoleh dari proses _perengkahan dapat digunaken sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, karena memiliki fraksi yang sama dengan komponen minyak bumi proses perengkahan limbah plastik menjadi energi umunya menggunakan reaktor katalitk asi atau fluidized bed reactor. Kor. terjadi Kontak anter flulda gas dengan limbah plastik. Kontak ini akan menyebabkan terbawanya material hidrokarbon yang telah mengalami cracking atau perengkahan. Pada proses kontak antara fluida gas dengan limbah plastik, sering terjadi penyebaran fluida gas yang tidak merata saat proses Kontak berlangsung. Hal ini disebabkan karena adanya peng- gelembungan (bubbling), penorakan (skigging) dan saluran-saluran fluida yang terpisah (channeling) (Sattio, 2008). Channeling adalah tidak meratanya penyebaran fluida pada seluruh permukaan limbah plastik, sehingga menyebabkan hanya sebagian dari limbah plastik yang berkontak dengan fluida. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas yield yang diperoleh selama proses pirolisis limbah plastik, Selain ketiga faktor tersebut, faktor lain yang berpengaruh adalah kecepatan minimum fluidisasi yang didefiniskkan sebagai Kecepatan minimal yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi terjadi (Satrio, 2008). Kecepatan fluidisasi mem- Pengaruhi Kontak antara fluida yang digunakan dalam proses konversi dengan limbah plastik. Kontak yang terjadi menyebabkan ikatan antara molekul fluida dengan molekul hidrokarbon dari hasil cracking limbah plastik, yang selanjutnya diolah menjadi energi Pada penelitian yang dilakukan Miller et. af (2005), bahan baku berupa polyethylene dipanaskan hingga mencapai suhu 800 ‘C 261 Konverel Limbah Piaati.......(Fabyan) sampai 1000 °C sehingga menyebabkan polyethylene mencair dan mengalami cracking menjadi komponen hidrokarbon. Konver yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah 60% yang terdegradasi. Konversi yang diperoleh belum optimal, hal ini dimungkinkan karena terjadi channeling pada reaktor dan kecepatan minimum fluidisasi yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan proses tersebut. Penelfian mengenai pengaruh katalis terhaday konversi limbah plastik menjadi energi dilakukan oleh Aguado, et. al (2008) yang membahas mengenai pengaruh zeolit beta pada degradasi PP, LDPE dan HDPE pada suhu 400 °C di dalam reaktor batch. HasiInya menunjukkan bahwa degradasi HDPE menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk C; — Cy, (70 % berat). Sedangkan Lee, et a/ (2003) menellti tentang degradasi polyethylene (HDPE) dan polistiren (PS) dengan bantuan katalis FCC (fluid cataytic cracking) dan beroperasi pada suhu 400 °C Dari percobaan diperoleh bahwa gasoline yang terbentuk dari HDPE sebesar 86% dan Sebesar 98% yang berasal dari PS. Dari penelitian yang dilakukan Aguado, et.al (2006) dan Lee, et a/ (2003), jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Miller et a/ (2005), dapat dilihat bahwa terdapat Peningkatan yiekd. Hal ini disebabkan karena adanya katalls dapat mempercepat reaksi dan memudehkan proses perengkahan pada proses pirolisis limbah plastik. KESIMPULAN DAN SARAN Dilihat dengan tingginya harga minyak dunia dalam beberapa waktu terakhir yang meroket hampir mencapal 100 dolar per barrel, sehingga akan berdampak terhadap kenaikan besamya subsidi yang dilakukan pemerintah terhadap BBM. Salah satu program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM adalah diversifikasi energi. Berdasarkan peman- faatannya, salah satu bahan bakar yang dapat_menggantikan BBM sekerang ini secara langsung adalah biofuel (bahan bakar nabati). Dalam hal ini, biofue/ dibatas! pada biodiesel, biokerosen dan bio-etanol. 262 Walaupun Landasan Hukum pengembangan biofuel di Indonesia ditandai dengan Intruksi Presiden No 1 Tahun 2006 Mengenai Bahan Bakar Nabati dan Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 Mengenai Kebljakan Pemakalan Bahan Bakar Nabati sebesar 5% pada tahun 2025, namun kenyataannya, proses pemakaian biofuel secara nyata_masih memeriukan jangka waktu yang lama untuk sampai dihasilkannya produk siap pakai. ‘Sampal saat ini penelitian di Indonesia baru pada sekala laboratorium misainya di Universitas Gadjah Mada, tetapi penerapannya skala industri belum dilakukan. Temyata dengan memanfatkan limbah plastik yang ada seperti yang tersebut di atas, banyaknya plastik yang akan terurai sekitar 60 % menjadi hidrokarbon cair (Miller, 2008). Tingginya kualitas minyak pelumas yang dihasiikan deri limbah plastik pada penelitian ini menandakan bahwa penelitian ini cukup berhasil dan sangat berguna bagi kelangsungan energi dan bahan bakar dunia di masa yang akan datang. Untuk itu Indonesia sewajamya mempelajari atau mengglatkan penelitian yang memanfatkan limbah plastik yang ada, sebelum limbah plastik menjadi masalah yang serius di masa sekarang dan masa yang akan datang. Untuk itu, tahap pertama pemerintah wajib menggalakkan disiplin masyarakat dalam pemisahan sampah saat pembuangan sampah, misalnya sampah organik, sampah kaleng bekas dan sampah plastik. Hal ini untuk lebih mempermudah dalam pengolahan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 1, Aguado, J. Serrano, D.P. Escola, J.M., Garagorri E. Fernandez, J. A. 2000, “Catalytic Conversion Polyolefins Into Fuels Over Zeolite Beta’, Polym. Degrad. Stab.,70 (1) 97. 2. Aguado, J., Serrano, D.P., San Migu G., Escola, J. M., and Rodriguez, J. M., 2006, “Catalytic Activity of Zeolitic and Mesostructured Catalysts in The Cracking of |=Pure and = Waste Polyolefins’, J. Anal. Appl Pyrolysis 78, 153 - 161 Anonim, 2004, Summary Report : An Analysis of Plastic Consumption and Recovery in Europe 2002 & 2003, Association of Plastic Manufacturers in Europe (APME), Brussel, Belgium. Keare, MA., 2007, “Catalytic Conversion of Waste Plastics : Focus on Waste P\C’, J. Chem. Technol. Biotechnol 82, 787-795. Lee, K.H., Shin, D.H.. and Seo, Y.H., 2003, “Liquid -Phase Catalytic Degradation of Myxture of Waste High Density Polyethylene and Polystyrene Over Spent FCC Catalyst, Effect of Mixing Proportions of Reactants’, Polym. Degrad. Stab., 84, 123-127 Miller, S. J., Shah, N., and Huffman, GP, 2005, “Conversion of Wa ste Plastic to Lubrican Bese Ol", — American Chemical Society, 19 (4), 1580-1586. Mordi .R.C., Fields, R.and Dwyer, J., 1994, “Thermolyss of low density polyethylene catalysed by zeolites”, J. Anal. Appl. Pyrol. (29) 45 Nishino, J., Itoh, M., Ishinomori, T., Kubota, N., and Uemichi, Y., 2003, “Development of @ Catalytic Cracking Process for Converting Waste Plastics to Petrochemicals’, J. Mater. Cycle. Waste. Manag, 5, 89 — 93. Sakata. Y., Uddin, MA. Muto, A.. Narazaki, K., Murata, K., and Kaji, M., 1996, “Therma and Catalytic Degradation Jumal Riset Indusil Vol. V, No.3, 2011, Hel. of Municipal Waste Plastics into Fuel ll", Polym Recycling, 2(4), 309 10, Sakata, Y., Uddin, M. A, and Muto, A.. 1999, "Degradation of polyethylene and polypropylene into fuel oil by using solid acid and non-acid catalysts", J. Anal Appl. Pyrol, Vol. 51, No. 1-2. P, 135- 155. 11. Sakata, Y., Uddin, MA., Koizumi, K., and Murata, K, 1996, “Catalytic Degradation of Polypropylene into Liquid Hydrocarbons Using Silica- Alumina Catalyst”, Chem. Lett, 245-246. 12. Sato, 2008, Modul Fluidisasi, Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten. 13. Ucer, S., Karagoz, S., Karayildirim, T., and Yanik, J, 2001, “Conversion of Polymers to Fuel in A refinery Stream’, Polym. Degrad. Stab. 75, 161-171 14. Uddin A., Kotzumi K. and Sakata Y., 1997, “Thetmal and Catalytic Degradation of Structurally Different Types of Polyethylene Into Fuel Oil", Polym. Degrad, Stab., 56. 37. 15. Welendziewski, J., and Steininger, M., 2001,"Thermal and Catalytic Conversion of Waste Polyolefins’. Catalysis Today. 65, 323 - 330 16.hitp:sfinfo.gexcess.comfd/info/Pengertia ndanJenis_Jenis_Plastik.info, 30 januari 2010. 263

You might also like