You are on page 1of 12

Hubungan Status Demografi dan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia

Pada Remaja Putri di SMP Negeri 3 Kediri

(The Relation of Demographic Status and Nutritional Status to the incidence


of anemia in adolescence women in Junior High School 3 Kediri)

Tanti Dwi Pujaningsih1, Eny Sendra2, Triatmi Andri Yanuarini3


1
Sarjana Terapan Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang
2
Staf Pengajar Program Studi Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang
3
Staf Pengajar Program Studi Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang
Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri
Email: tantidwip@gmail.com

ABSTRACT

Anemia is caused by malnutrition or usually called malnutrition. Fulfillment of


nutrition is needed for young women to meet their nutritional needs because they
experience a menstrual period in which every month they expel menstrual blood which can
reduce hemoglobin levels. This study was conducted to determine the relationship between
demographic status and nutritional status with the incidence of anemia in adolescent girls
in Junior High School 3 Kediri. This study used a cross sectional study design with a
population of 194 students and a sample of 54 respondents taken using a simple random
sampling technique. The independent variable of this study is the demographic status,
measured using a questionnaire and the nutritional status, measured based on Body Mass
Index (BMI) and the dependent variable was the incidence of anemia, measured using a
spectrophotometric device. Data, analysed using Fisher's Exact and Two-Sample
Kolmogorov-Smirnov test (α = 0.05). Fisher's Exact test results obtained p value = 1,000>
0.05, it means that there was no relationship between demographic status and the incidence
of anemia. Whereas, the results of the Two-Sample Kolmogorov-Smirnov test obtained p
value = 0.017 <0.05, it means that there was a significant relationship between nutritional
status and the incidence of anemia. Based on this research, it is expected that the school
can coordinate with the local Puskesmas through a government program, namely UKS
(School Health Business) in order to monitor the nutritional intake of young women by
conducting regular Hb checks, distributing Fe tablets, and teaching them how to drink Fe
tablets correctly.

Keywords: Anemia, Adolescent Girls, Demographic Status, Nutritional Status

ABSTRAK
Anemia disebabkan oleh kekurangan gizi atau bisa disebut malnutrisi. Pemenuhan
nutrisi sangat dibutuhkan bagi remaja putri untuk mencukupi kebutuhan gizi karena
mengalami masa menstruasi dimana setiap bulan mengeluarkan darah haid yang bisa
mengurangi kadar hemoglobin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status
demografi dan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3
Kediri. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional dengan populasi 194
siswi dan sampel 54 responden yang diambil menggunakan teknik sampling simple random
sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah status demografi diukur menggunakan
kuesioner dan status gizi diukur berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) serta variabel
terikat yaitu kejadian anemia diukur menggunakan alat spektrofotometri. Analisis data
menggunakan uji Fisher's Exact dan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov (α = 0,05). Hasil uji
Fisher's Exact diperoleh p value = 1,000 > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara status
demografi dengan kejadian anemia. Sedangkan, hasil uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov
diperoleh p value = 0,017 < 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara status gizi
dengan kejadian anemia. Berdasarkan penelitian ini diharapkan sekolah dapat berkoordinasi
dengan Puskesmas setempat melalui program pemerintah yaitu UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) agar dapat memantau asupan gizi remaja putri dengan melakukan pemeriksaan Hb
secara berkala, pembagian tablet Fe, serta mengajarkan cara minum tablet Fe yang benar.

Kata Kunci : Kejadian Anemia, Remaja Putri, Status Demografi, Status Gizi

PENDAHULUAN
Jumlah penduduk di Indonesia pangan dan kadar gizi yang diperoleh
sekarang semakin meningkat, dari dua (Andriani and Wirjatmadi, 2012).
ratus juta lebih penduduk yang tercatat, Pada umumnya masalah gizi yang
terdapat sekitar 37,3 juta penduduk hidup banyak ditemui di Indonesia dan di
di bawah garis kemiskinan. Setengah dari Negara berkembang adalah masalah
total rumah tangga mengkonsumsi Kurang Energi Protein (KEP), masalah
makanan kurang dari kebutuhan sehari- Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat
hari, dan lebih dari seratus juta penduduk Kekurangan Yodium (GAKY), masalah
beresiko terhadap berbagai masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah
kurang gizi. Ketidakseimbangan gizi obesitas terutama di kota-kota besar.
makanan yang dikonsumsi dapat Disamping masalah gizi tersebut, diduga
mengakibatkan terganggunya ada masalah gizi mikro lainnya seperti
pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, defisiensi Zink yang sampai saat ini
lemahnya daya tahan tubuh terhadap belum diketahui (Supariasa, 2012).
serangan penyakit, serta menurunnya Anemia gizi merupakan suatu keadaan
aktivitas dan produktivitas kerja. kadar haemoglobin darah yang lebih
Lingkungan tempat tinggal juga akan rendah daripada normal sebagai akibat
mempengaruhi rendahnya konsumsi ketidakmampuan jaringan pembentuk sel
darah merah dalam produksinya guna
mempertahankan kadar haemoglobin pada pada remaja, mengemukakan bahwa salah
keadaan normal. Anemia gizi ini sangat satu faktor yang mempengaruhi adalah
sering dijumpai di Indonesia dan bisa sosial ekonomi dan demografi. Di lain
terjadi pada semua golongan umur sisi, penelitian yang dilakukan oleh
(Andriani and Wirjatmadi, 2012). Setyawati dan Setyowati (2015) mengenai
Masalah anemia pada proporsi karakteristik gizi remaja putri urban dan
penduduk usia ≥ 1 tahun di Indonesia rural di Provinsi Jawa Tengah
mencapai 21,7%. Berdasarkan menunjukkan rerata status gizi pada
penggolongan umur persentase anemia remaja putri yang tinggal di Kota lebih
pada kelompok usia 5-14 tahun mencapai rendah dibanding status gizi remaja putri
26,4%. Persentase kejadian anemia pada yang tinggal di pedesaan.
usia ini lebih tinggi dibandingkan pada Dalam penelitian Yunarsih dan
kelompok usia 15-24 tahun yang hanya Antono (2014) yang berjudul “Hubungan
mencapai 18,4%. Di lain sisi, persentase Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia
kejadian anemia pada daerah perdesaan Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 6
lebih tinggi yaitu 22,8% dibandingkan Kediri”, didapatkan hasil kadar
dengan daerah perkotaan yaitu 20,8% haemoglobin remaja putri kelas VII
(Riset Kesehatan Dasar, 2013). SMPN 6 Kediri berkisar antara 9,0 – 17,0
Dari data yang peneliti dapatkan g/dl dengan jumlah kejadian anemia 11
melalui studi pendahuluan di Dinas responden atau 27% dari total responden
Kesehatan Kota Kediri pada tanggal 11 41. Hasil penelitian ini didapatkan 7 dari
Oktober 2018, telah dilakukan 11 responden yang mengalami anemia
pengukuran kadar haemoglobin terhadap memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang
remaja putri usia 10-18 tahun di SMP dan rendah, hal ini dapat menunjukkan bahwa
SMA Kota Kediri dalam rangka survey status gizi juga merupakan salah satu
Hb anak sekolah. Dari 500 sampel yang penyebab terjadinya anemia pada remaja.
diambil secara acak diketahui bahwa siswi Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yang mengalami anemia sebanyak 48 atau oleh Agustina dan Fridayanti (2017)
9,6% dimana kejadian tertinggi berada mengenai determinan risiko kejadian
pada remaja putri di SMP Negeri 3 Kediri anemia pada remaja putri, didapatkan
(Dinas Kesehatan Kota Kediri, 2018). hasil bahwa terdapat hubungan yang
Menurut penelitian yang dilakukan bermakna antara status gizi antropometri
Permaesih dan Herman (2005) mengenai dengan kejadian anemia pada remaja
faktor yang berhubungan dengan anemia putri.
Hasil penelitian Rohmawati (2017) penelitian ini adalah status demografi
yang berjudul “Hubungan Status Gizi diukur menggunakan kuesioner dan status
dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja gizi diukur berdasarkan Indeks Masa
Putri Usia 15-17 Tahun di SMK Dr. Tubuh (IMT) serta variabel terikat yaitu
Wahidin Sawahan dan SMA kejadian anemia diukur menggunakan alat
Muhammadiyah Kabupaten Nganjuk spektrofotometri. Analisis data
Tahun 2017”, dengan jumlah responden menggunakan uji Fisher's Exact dan Two-
sebanyak 59 siswi didapatkan kesimpulan Sample Kolmogorov-Smirnov (α = 0,05).
bahwa ada hubungan antara status gizi Penelitian ini telah mendapatkan
dengan kadar hemoglobin pada remaja persetujuan etik dari Komisi Etik
putri usia 15-17 tahun di SMK Dr. Penelitian Kesehatan Politeknik
Wahidin Sawahan dan SMA Kesehatan Kemenkes Malang dengan
Muhammadiyah Kabupaten Nganjuk nomor register: 041/KEPK-
Tahun 2017”. POLKESMA/2019 dan dinyatakan telah
Berdasarkan uraian di atas, masih memenuhi semua persyaratan etik.
banyak remaja putri yang mengalami
anemia defisiensi besi baik yang tinggal HASIL
di daerah perdesaan maupun di perkotaan 1. Data Umum
yang disebabkan karena pola makan Berdasarkan hasil data penelitian
remaja dan status gizi yang rendah pada didapatkan sebagian besar responden
remaja. Oleh karena itu, peneliti tertarik (53,7%) berumur 13 tahun, hampir
untuk meneliti “Hubungan Status setengahnya (38,8%) memiliki jumlah
Demografi dan Status Gizi Dengan anggota keluarga 4 orang, dan hampir
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di setengahnya (46,3%) memiliki orangtua
SMP Negeri 3 Kediri”. dengan pekerjaan sebagai karyawan
swasta.
METODE Karakteristik responden berdasarkan
Penelitian ini menggunakan konsumsi makanan dalam penelitian ini
rancangan studi cross sectional dengan sebagian besar (68,5%) memiliki
populasi seluruh siswi kelas VII SMP frekuensi makan 3x/hari, sebagian besar
Negeri 3 Kediri yaitu 194 siswi dan (68,5%) tidak ada makanan yang
diambil sampel sebanyak 54 responden dihindari, akan tetapi sebagian kecil
menggunakan teknik sampling simple (20,3%) menghindari makan sayuran
random sampling. Variabel bebas sebanyak 11 responden dan masing-
masing sebagian kecil lainnya (5,6%) 2. Data Khusus
menghindari makan telur dan ikan laut a. Status Demografi
sebanyak 3 responden. Dari segi Tabel 10 Distribusi Responden
Berdasarkan Status Demografi
konsumsi makanan sarapan pagi, sebagian
Tempat Jumlah Persentase
besar (62,6%) selalu melakukan sarapan No
Tinggal (Orang) (%)
setiap hari, sebagian kecil (20,4%) 1 Kota 27 50,0
mengaku melakukan sarapan kadang- 2 Kabupaten 27 50,0
kadang yaitu sekitar 2-3 kali per minggu, Total 54 100,0
yaitu sebanyak 11 responden, dan masing-
Berdasarkan keterangan Tabel 10
masing sebagian kecil lainnya (18,5%)
diketahui bahwa dari total 54
mengaku jarang melakukan sarapan
responden, setengahnya (50,0%)
dengan alasan tidak sempat, tidak
bertempat tinggal di wilayah Kota dan
tersedia, dan tidak terbiasa sarapan. Dari
Kabupaten Kediri dengan jumlah
10 responden yang tidak pernah
masing-masing 27 responden.
melakukan sarapan, 6 diantaranya adalah
b. Status Gizi
responden yang bertempat tinggal di
Tabel 11 Distribusi Responden
Kabupaten Kediri.
Berdasarkan Status Gizi
Berdasarkan jenis makanan jajanan
Jumlah Persentase
No Status Gizi
yang dibeli responden, hampir (Orang) (%)
setengahnya (48,1%) mengaku membeli 1 Normal 21 38,9

jajanan seperti snack/kue. Hampir 2 Gemuk 9 16,7

setengahnya (35,2%) memakai uang 3 Kurus 24 44,4

sakunya untuk membeli jajanan seperti Total 54 100,0

pentol/batagor/otak-otak yang dijual di Berdasarkan keterangan Tabel 11


sekolah mereka. Sebagian kecil (14,8%) diketahui bahwa dari total 54
membeli makanan jajan seperti responden, hampir setengahnya
minuman/soft drink/ice cream. (44,4%) memiliki status gizi kurus,
Sedangkan, sebagian kecil lainnya (1,9%) yaitu sebanyak 24 responden.
memilih membeli makanan jajan seperti Sedangkan, hampir setengahnya
tahu crispy dan makaroni telur (maklor). (38,9%) memiliki status gizi normal
sebanyak 21 responden dan sebagian
kecil (16,7%) memiliki status gizi
gemuk sebanyak 9 responden.
c. Kejadian Anemia (88,9%) tidak mengalami anemia
Tabel 12 Distribusi Responden yaitu sebanyak 24 responden, dan 27
Berdasarkan Kejadian Anemia
responden lainnya yang bertempat
Kejadian Jumlah Persentase
No tinggal di Kabupaten Kediri hampir
Anemia (Orang) (%)
Tidak seluruhnya (85,2%) tidak mengalami
1 47 87,1
Anemia
anemia yaitu sebanyak 23 responden.
2 Anemia 7 12,9
Sebaran data tersebut menunjukkan
Total 54 100,0
bahwa remaja putri yang tinggal di
Berdasarkan keterangan Tabel 12 daerah Kota Kediri lebih rendah
diketahui bahwa dari total 54 mengalami anemia dibanding dengan
responden, hampir seluruhnya remaja putri yang bertempat tinggal di
(87,1%) memiliki kadar hemoglobin Kabupaten Kediri.
dengan kategori tidak anemia yaitu Dari hasil uji Fisher's Exact Test
sebanyak 47 responden. Sedangkan, dengan diperoleh nilai p value = 1,000
sebagian kecil (12,9%) memiliki > 0,05 maka H0 diterima artinya tidak
kadar haemoglobin di bawah normal ada hubungan antara status demografi
dengan kategori anemia yaitu dengan kejadian anemia pada remaja
sebanyak 7 responden. putri di SMP Negeri 3 Kediri.
d. Hubungan Status Demografi e. Hubungan Status Gizi dengan
dengan Kejadian Anemia Kejadian Anemia
Tabel 13 Hubungan Status Demografi Tabel 14 Hubungan Status Gizi
dengan Kejadian Anemia
dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia Kejadian Anemia


Status Nilai-p Status
Demog Tidak Tidak Nilai-p
Anemia Gizi Anemia
rafi Anemia Anemia
F % f % F % f %
Kabupat Kurus 0 0 24 100 0,017
4 14,8 23 85,2 1,000
en Norma
6 28,6 15 71,4
Kota 3 11,1 24 88,9 l
7 12,9 47 87,1 Gemuk 1 11,1 8 88,9
Jumlah
7 12,9 47 87,1
Jumlah
Nilai-p dihitung berdasarkan uji Fisher's Exact Test
Nilai-p dihitung berdasarkan uji Two-Sample
Berdasarkan keterangan Tabel 13
Kolmogorov-Smirnov Test
menunjukkan bahwa dari 27
Berdasarkan keterangan Tabel 14
responden yang bertempat tinggal di
menunjukkan dari 21 responden yang
Kota Kediri hampir seluruhnya
memiliki status gizi normal sebagian
besar (71,4%) tidak mengalami hampir seluruhnya (85,2%) tidak
anemia yaitu sebanyak 15 responden, mengalami anemia yaitu sebanyak 23
dari 9 responden yang memiliki status responden. Sebaran data tersebut
gizi gemuk hampir seluruhnya menunjukkan bahwa remaja putri
(88,9%) tidak mengalami anemia yang tinggal di daerah Kota Kediri
yaitu sebanyak 8 responden dan 24 lebih rendah mengalami Anemia
responden yang memiliki status gizi dibanding dengan remaja Putri yang
kurus seluruhnya (100,0%) tidak bertempat tinggal di Kabupaten
mengalami anemia. Sebaran data Kediri.
tersebut menunjukkan bahwa remaja Hasil uji chi-square yang
yang memiliki status gizi normal lebih diperoleh bahwa nilai p value pada
mudah terserang anemia daripada kolom chi-square tidak memenuhi
remaja yang memiliki status gizi persyaratan karena masih terdapat
gemuk dan kurus. nilai expected count cell sebanyak
Dari hasil uji Two-Sample 50% pada tabel 2x2 sehingga
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh digunakan uji lanjut yaitu Fisher's
nilai p value = 0,017 < 0,05 maka H1 Exact Test dengan perolehan nilai p
diterima artinya ada hubungan yang value = 1,000 > 0,05 maka H0
signifikan antara status gizi dengan diterima artinya tidak ada hubungan
kejadian anemia pada remaja putri di yang signifikan antara status
SMP Negeri 3 Kediri. demografi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMP Negeri 3
PEMBAHASAN Kediri.
1. Hubungan Status Demografi Menurut Irianto dan Friyatmi
dengan Kejadian Anemia Pada (2016), dalam proses demografi,
Remaja Putri di SMP Negeri 3
mortalitas merupakan salah satu faktor
Kediri
Hasil penelitian ini menunjukkan yang berpengaruh dimana dalam hal
dari 27 responden yang bertempat ini berhubungan dengan variabel
tinggal di Kota Kediri hampir tingkat individu, variabel tingkat
seluruhnya (88,9%) tidak mengalami rumah tangga, dan variabel kondisi
anemia yaitu sebanyak 24 responden, masyarakat. Dalam variabel tingkat
dan 27 responden lainnya yang individu berhubungan dengan
bertempat tinggal di Kabupaten Kediri produktivitas orangtua serta norma
dan sikap yang berlaku. Terdapat tiga
unsur yang menentukan produktivitas mempengaruhi status kesehatan
anggota rumah tangga yaitu tingkat remaja putri sehingga dapat terhindar
pendidikan, kesehatan dan waktu. dari penyakit anemia.
Tingkat kesehatan remaja juga 2. Hubungan Status Gizi dengan
dipengaruhi oleh waktu yang Kejadian Anemia Pada Remaja
disediakan oleh ibu untuk Putri di SMP Negeri 3 Kediri
memberikan makanan yang baik, Hasil penelitian ini menunjukkan
membersihkan rumah, serta mencegah dari 21 responden yang memiliki
terjadinya penyakit seperti status gizi normal sebagian besar
menerapkan perilaku hidup bersih dan (71,4%) tidak mengalami anemia
sehat (PHBS). yaitu sebanyak 15 responden, dari 8
Hasil penelitian ini mendukung responden yang memiliki status gizi
hasil penelitian yang dilakukan oleh gemuk hampir seluruhnya (87,5%)
Bharati Vidyapeeth yang berjudul tidak mengalami anemia yaitu
Prevalence of Anemia Among Urban sebanyak 7 responden dan 24
and Rural Adolescents (2016) responden yang memiliki status gizi
menunjukkan bahwa tidak ada kurus seluruhnya (100,0%) tidak
perbedaan antara remaja putri yang mengalami anemia. Sebaran data
tinggal di perkotaan dan pedesaan tersebut menunjukkan bahwa remaja
dengan kejadian anemia. yang memiliki status gizi normal lebih
Berdasarkan hasil penelitian dan mudah terserang anemia daripada
pernyataan di atas, dapat ditarik remaja yang memiliki status gizi
kesimpulan bahwa status demografi gemuk dan kurus.
berdasarkan lokasi tempat tinggal Hasil uji chi-square yang
tidak bisa dijadikan satu-satunya tolak diperoleh bahwa nilai p value pada
ukur untuk mengetahui terjadinya kolom chi-square tidak memenuhi
anemia karena remaja putri tidak persyaratan karena masih terdapat
hanya hidup dan bersosialisasi di nilai expected count cell sebanyak
lingkungan rumah, tetapi juga di 50% pada tabel 2 x 3 sehingga
lingkungan sekolah. Pengetahuan digunakan uji lanjut yaitu Two-Sample
mengenai gizi yang didapat melalui Kolmogorov-Smirnov Test dengan
sekolah, pekerjaan dan penghasilan perolehan nilai p value = 0,017 < 0,05
orangtua yang cukup memadai, serta maka H1 diterima artinya ada
pemenuhan nutrisi yang cukup dapat hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan kejadian anemia yang cukup yaitu 3x/hari. Akan tetapi,
pada remaja putri di SMP Negeri 3 sebagian kecil lainnya menghindari
Kediri. makan sayuran sebanyak 6 responden
Hasil penelitian ini mendukung dengan alasan rata-rata tidak
hasil penelitian yang dilakukan oleh menyukai rasa sayur yang pahit dan
Wibowo (2013) bahwa ada hubungan tidak enak, sehingga asupan Fe yang
yang bermakna antara status gizi dikonsumsi oleh remaja putri belum
dengan kejadian anemia. Menurut tercukupi. Selain mengkonsumsi
Andriani (2012) menyatakan bahwa sayuran, hendaknya remaja putri juga
remaja putri lebih banyak mengkonsumsi berbagai jenis
membutuhkan zat besi (Fe) dari pada makanan yang mengandung zat besi
remaja putra. Makanan yang banyak karena untuk memenuhi kebutuhan
mengandung zat besi adalah sayuran gizi tidak bisa hanya dengan satu jenis
hijau, hati, daging merah (sapi, makanan, akan tetapi juga diperlukan
kambing, domba) daging putih (ayam, asupan dari berbagai macam
ikan), dan kacang-kacangan. Apabila makanan.
remaja putri kekurangan zat besi akan
berakibat anemia dan apabila semakin KESIMPULAN
parah dapat mengancam jiwa remaja. 1. Status demografi responden yang
Jika anemia berlangsung lama akan bertempat tinggal di Kota Kediri
menyebabkan terganggunya siklus memiliki rata-rata jarak tempuh ± 4
menstruasi akibat ketidakseimbangan km untuk menuju ke sekolah dan
produksi hormon estrogen dan responden yang bertempat tinggal di
progesteron. Kabupaten Kediri rata-rata memiliki
Berdasarkan uraian di atas, jarak tempuh ± 12 km untuk menuju
peneliti berpendapat bahwa sebagian sekolah.
besar responden remaja putri di SMP 2. Status gizi remaja putri di SMP
Negeri 3 Kediri yang mengalami Negeri 3 Kediri, sebagian besar
anemia adalah responden yang memiliki status gizi kurus.
memiliki status gizi normal, hal ini 3. Kejadian anemia pada remaja putri di
dapat dihubungkan dengan faktor SMP Negeri 3 Kediri, hampir
asupan makanan dimana sebagian seluruhnya memiliki kadar
besar responden dengan status gizi hemoglobin dengan kategori tidak
normal memiliki frekuensi makan anemia.
4. Tidak terdapat hubungan antara status tablet Fe bersama pada remaja putri
demografi dengan kejadian anemia secara teratur.
pada remaja putri di SMP Negeri 3 3. Bagi peneliti
Kediri. Diharapkan dapat menambah
5. Terdapat hubungan yang signifikan wawasan dan dapat
antara status gizi dengan kejadian mengimplementasikan ilmu yang
anemia pada remaja putri di SMP didapat secara nyata sehingga
Negeri 3 Kediri. memberikan manfaat sebagai
pengetahuan dalam perkembangan
SARAN ilmu kebidanan. Bagi peneliti
1. Bagi Dinas Kesehatan selanjutnya disarankan untuk memilih
Disarankan bagi pemerintah sekolah yang berbeda misalnya
melalui dinas kesehatan untuk sekolah yang berlokasi di Kota dan
memantau kegiatan UKS sehingga sekolah yang berlokasi di Kabupaten.
dapat mengevaluasi mengenai 4. Bagi institusi pendidikan
pemberian tablet tambah darah pada Disarankan hasil penelitian ini
remaja putri. Selain itu, dinas dapat digunakan sebagai tambahan
kesehatan perlu bekerjasama dengan referensi untuk penelitian selanjutnya
sekolah untuk melakukan yang berkaitan. Institusi disarankan
pemeriksaan kadar hemoglobin secara untuk menambah sumber referensi
berkala dan pembagian tablet Fe terbaru tentang status demografi dan
untuk diminum bersama agar remaja status gizi serta kejadian anemia di
putri dapat terhindar dari bahaya perpustakaan sehingga mempermudah
anemia gizi. mahasiswa dalam melakukan
2. Bagi lahan penelitian penelitian.
Disarankan bagi sekolah
berkoordinasi dengan Puskesmas REFERENSI
setempat melalui program pemerintah Andriani, M. and Wirjatmadi, B. (2012).
Pengantar Gizi Masyarakat.
yaitu UKS (Usaha Kesehatan
Jakarta: Kencana.
Sekolah) agar dapat memantau asupan
Agustina, Ely E. and Fridayanti W.
gizi remaja putri dengan melakukan
(2017). 'Determinan Risiko
pemeriksaan Hb secara berkala dan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Berdasarkan Jenjang
pembagian tablet Fe sekaligus minum
Pendidikan di Kabupaten
Kebumen'. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol. 8 No. 1 pp. 57-70. Masyarakat. Available at:
Available at: https://journal.unnes.ac.id/nju/index
http://www.akbidylpp.ac.id/ojs/inde .php/kemas.
x.php/Prada.
Supariasa, I. D. N. (2012). Penilaian
Irianto, A. and Friyatmi. (2016). Status Gizi. Jakarta: EGC.
Demografi dan Kependudukan.
Jakarta: Kencana. Vidyapeeth, Bharati. (2016). 'Prevalence
of Anemia Among Urban and Rural
Permaesih, D. and Herman, S. (2005). Adolescents'. International Journal
‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi of Applied Research 2016.
Anemia Pada Remaja’, Badan Available
Litbangkes, p. 162. Available at: at:https://www.researchgate.net/pub
https://www.neliti.com/publications lication/305264155.
/20280/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-anemia-pada-remaja Wibowo, C. D. T., Notoatmojo, H. and
Rohmani, A. (2013). ‘Hubungan
Rohmawati, N. (2017). ‘Hubungan Status Antara Status Gizi dengan Anemia
Gizi dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di Sekolah
Pada Remaja Putri Usia 15-17 Menengah Pertama Muhammadiyah
Tahun di SMK Dr. Wahidin 3 Semarang’, Jurnal Kedokteran
Sawahan dan SMA Muhammadiyah Muhammadiyah, 1, p. 1. Available
Kabupaten Nganjuk Tahun 2017’, at:
Poltekkes Kemenkes Malang. https://prosiding.unimus.ac.id/index
.php/kedokteran/article/view/1298.
Riset Kesehatan Dasar. (2013).
http://www.depkes.go.id/resources/d Yunarsih and Antono, S. D. (2014).
ownload/general/Hasil%20Riskesda ‘Hubungan Pola Menstruasi dengan
s%202013.pdf diakses pada tanggal Kejadian Anemia Pada Remaja
11 September 2018 jam 22.15 WIB. Putri Kelas VII SMPN 6 Kediri’,
Jurnal Ilmu Kesehatan, 3, p. 25.
Setyawati, Vilda A. and Setyowati, M. Available at:
(2015). Karakteristik Gizi Remaja https://ejurnaladhkdr.com/index.php
Putri Urban dan Rural di Provinsi /jik/article/view/42
Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan

You might also like