You are on page 1of 10

ISSN: 1979-9292

E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN TAK STIMULUS


PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI

Sutinah
Program Studi Ners STIKES Harapan Ibu Jambi
hartinah1783@yahoo.com

Submitted : 20-06-2016, Reviewed: 20-06-2016, Accepted: 21-06-2016


http://dx.doi.org/10.22216/jit.2016.v10i3.1260

Abstract
70% of clients with schizophrenia experience the hallucinations. The client's ability to control
hallucinations can be enhanced by the provision of nursing care standards and accompanied by
modalities therapy such as group activity therapy stimulus perception. The purpose of this study was to
determine the effect of the implementation of nursing care standards and activity therapy group (TAK)
stimulus perceptions of the ability to control hallucinations in Jambi psychiatric hospital. This research is
a quantitative research with one group pretest-posttest design. The total sample was 12 respondents, a
sample is taken using the inclusion criteria. Instruments research using questionnaires and observation
guidelines. Data analysis was performed by using univariate and bivariate test of T-dependent. The
results showed no effect after given with standard of nursing care and TAK stimulus perceptions of the
ability to control hallucinations. The average value of a client to control the hallucinations before given
with the nursing care standard and TAK stimulus perceptions is 2.42 and after being given the nursing
care standard and therapeutic activity of stimulus perception is 19.00 with P-values 0.009. This study
shows that the nursing care standard and TAK stimulus perception can increase the client's ability to
control hallucinations, therefore psychiatric hospital nurses could improve the implementation and
application of nursing care standard and TAK stimulus perceptions in the patient with hallucination.
Keywords : Hallucination, Nursing care standard, Group activity stimulus perception therapy
Abstrak
Klien dengan skizofrenia 70% mengalami halusinasi.Kemampuan klien mengontrol halusinasi dapat
ditingkatkan dengan pemberian standar asuhan keperawatan dan disertai dengan terapi modalitas
seperti terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh
penerapan standar asuhan keperawatan dan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus persepsi terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain one group pretest posttest. Jumlah sampel sebanyak 12
responden, Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling dari seluruh klien yang
dirawat dan mengalami halusinasi, sampel diambil dengan menggunakan kriteria inklusi.Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner dan pedoman observasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat dengan uji T-dependent. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh sesudah diberikan standar
asuhan keperawatan dan TAK stimulus persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi. Nilairata-
rata mengontrol halusinasi klien sebelum dilakukan standar asuhan keperawatan dan TAK stimulus
persepsi sebesar 2.42 dan setelah diberikan standar asuhan keperawatan dan terapi aktivitas stimulus
persepsi sebesar 19.00 dengan P-value 0.009.Penelitian ini menunjukkan bahwa standar asuhan
keperawatan dan TAKstimulus persepsi dapat meningkatkan kemampuan klien mengontrol
halusinasisehingga perawat Rumah Sakit Jiwa Jambi agar lebih meningkatkan pelaksanaan penerapan
standar asuhan keperawatan dan TAK stimulus persepsi pada pasien halusinasi.
Kata kunci: Halusinasi, Standar Asuhan Keperawatan, Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Persepsi.

KOPERTIS WILAYAH X 183


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

PENDAHULUAN klien dalam menghadapi suatu stressor dan


Gangguan jiwa yang merupakan kurangnya kemampuan klien dalam
permasalahan kesehatan diseluruh dunia mengenal dan mengontrol halusinasi
salah satunya adalah skizofrenia, klien pendengaran tersebut (Maramis, 2009).
dengan diagnosa skizofrenia paling banyak Pengontrolan halusinasi pendengaran dapat
mengalami halusinasi. Halusinasi adalah dilakukan dengan empat cara, yaitu
hilangnya suatu kemampuan manusia dalam menghardik halusinasi, mengkonsumsi obat
membedakan rangsangan internal (pikiran) dengan teratur, bercakap-cakap dengan
dan rangsangan eksternal (dunia luar) orang lain, melakukan aktivitas secara
sehingga tanpa adanya suatu objek atau terjadwal (Muhith, 2015).
rangsangan yang nyata klien dapat Hampir 400 juta penduduk dunia
memberikan suatu persepsi atau pendapat menderita masalah gangguan jiwa
tentang lingkungan (Kusumawati & diantaranya skizofrenia (WHO, 2013). Pada
Hartono, 2010).Halusinasi merupakan suatu tahun 1995 di beberapa negara: 8,1%
bentuk persepsi atau pengalaman indera masalah kesehatan jiwa (Tahun 2000,
yang tidak terdapat stimulasi terhadap 12,3%, proyeksi tahun 2020 I5%) (Pada,
reseptornya (Wahyuni, 2011). Halusinasi Ien, Jiwa, Panti, & Cirebon, 2009).
dibagi menjadi empat fase. Fase yang Indonesia yang diperkirakan sekitar 50 juta
pertama yaitu fase comforting (halusinasi atau 25% dari penduduk Indonesia
bersifat menyenangkan), fase yang kedua mengalami gangguan jiwa, diantaranya
yaitu fase condemming (halusinasi bersifat adalah skizofrenia (Rabba, 2014). Prevalensi
menjijikkan), fase yang ketiga yaitu fase skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga
controlling (halusinasi bersifat mengontrol sampai lima perseribu penduduk. Bila
atau mengendalikan), fase ke empat yaitu diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220
fase conquering (halusinasi bersifat juta orang akan terdapat gangguan jiwa
menakutkan dan klien sudah dikuasai oleh dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu
halusinasinya) (Dermawan & Rusdi, 2013). sampai satu juta orang(“10267-19163-1-
Halusinasi sendiri dibagi menjadi lima jenis PB.pdf,” n.d.). Angka kejadian skizofrenia
yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan, di Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi pada
pengecap pencium, dan halusinasi perabaan tahun 2014 merupakan kasus terbanyak
(Dermawan & Rusdi, 2013).Klien yang dengan jumlah 6.001 pasien atau 52,9 %
mengalami halusinasi pendengaran sumber dari jumlah kasus skizofrenia yang ada
suara dapat berasal dari dalam individu (Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah
sendiri atau dari luar individu. Suara yang Provinsi Jambi Tahun 2014). Pasien dengan
didengar klien dapat dikenalinya, suara diagnosa skizofrenia 70% mengalami
dapat tunggal ataupun multiple atau bisa halusinasi (Harnawati 2008, dalam
juga semacam bunyi bukan suara yang Dewi.A.K, 2012). Diperkirakan lebih dari
mengandung arti. Isi suara dapat berupa 90% klien skizofrenia mengalami halusinasi
suatu perintah tentang perilaku klien sendiri (Yosep, 2011).
dan klien sendiri merasa yakin bahwa suara Klien gangguan jiwa umumnya
ini ada (Trimelia dalam Rabba, 2014). Klien mengalami gangguan selain fisiologis
yang mengalami halusinasi pendengaran sebagai keluhan utama selanjutnya seluruh
seperti ini disebabkan oleh ketidakmampuan kebutuhan menjadi terganggu sebagai

KOPERTIS WILAYAH X 183


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

dampak terganggunya kebutuhan pisikologis serta diselesaikan dengan menggunakan


(Yosep.I, 2011) Pemberian asuhan proses keperawatan. Proses keperawatan
keperawatan merupakan proses terapeutik mempunyai ciri dinamis, skill dan saling
yang melibatkan hubungan kerja sama bergantung. Dalam tahap awal proses
antara perawat dengan klien, keluarga, dan keperawatan dimana peran perawat lebih
masyarakat untuk mencapai tingkat besar dari peran klien, namun pada akhir
kesehatan yang optimal(Keliat, proses diharapkan peran klien lebih besar
2010).Tindakan keperawatan menggunakan dari pada perawat sehingga kemandirian
standar praktek keperawatan klinis klien dapat tercapai (Keliat, 2010).Selain itu
kesehatan jiwa yaitu asuhan keperawatan juga dapat dilakukan terapi modalitas seperti
jiwa (Stuart, 2007). Langkah-langkah terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi.
kegiatan tersebut berupa Standar
Operasional Prosedur (SOP) (Depkes RI, Terapi aktivitas kelompok merupakan
2006). Salah satu jenis SOP yang digunakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
adalah SOP tentang standar asuhan perawat kepada sekelompok klien yang
keperawatan (SAK) tindakan keperawatan mempunyai masalah keperawatan yang
pada pasien. SAK tindakan keperawatan sama (Ruang & Rsud, 2008). Terapi
merupakan standar model pendekatan aktivitas kelompok (TAK) memberikan hasil
asuhan keperawatan untuk klien dengan yang lebih besar terhadap perubahan
gangguan jiwa yang salah satunya adalah perilaku pasien, meningkatkan perilaku
pasien yang mengalami masalah utama adaptif serta mengurangi perilaku
halusinasi (Fitria, 2009). maladaptif. Bahkan terapi aktivitas
kelompok memberikan modalitas terapeutik
Pemberian asuhan keperawatan yang lebih besar dari pada hubungan
merupakan proses terapeutik yang terapeutik antara dua orang yaitu perawat
melibatkan hubungan kerja sama antara dan klien (Stuart and Sundeen, 1998). Salah
perawat dengan klien, keluarga, dan satu jenis terapi aktivitas kelompok adalah
masyarakat untuk mencapai tingkat terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif
kesehatan yang optimal perawat atau persepsi. Pada terapi ini pasien dilatih
memerlukan metode ilmiah dalam mempersepsikan stimulus yang disediakan
melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu atau stimulus yang pernah ialami, kemudian
proses keperawatan membantu perawat diamati kemampuannya dan ditingkatkan
dalam melakukan praktik keperawatan, setiap sesinya. Hasil akhir yaitu respons
menyelesaikan masalah keperawatan klien adaptif dalam kehidupan pasien. Aktivitas
atau memenuhi kebutuhan klien. Proses yang digunakan berupa stimulus dan
keperawatan merupakan salah satu teknik persepsi, misal membaca tulisan, menonton
penyelesaian masalah, proses keperawatan acara televisi, perilaku kemarahan,
bertujuan memberikan asuhan keperawatan kebencian, putus asa dan halusinasi (Keliat,
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien 2010).
sehingga mutu pelayanan keperawatan Penelitian yang terkait
menjadi optimal. menurut(Keperawatan & Andalas, 2012), di
Kebutuhan dan masalah klien dapat Padang tentang pengaruh terapi aktivitas
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, kelompok stimulasi persepsi terhadap

KOPERTIS WILAYAH X 184


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

kemampuan mengontrol halusinasi pada 2016) di Surakarta tentang upaya penurunan


klien halusinasi menunjukkanhasil uji intensitas halusinasi dengan caramengontrol
statistik didapatkan p=0,016 (p<0,05) ini halusinasi didapatkan hasil bahwa setelah
menunjukkan terdapat pengaruh yang dilakukan asuhan keperawatan selama 3
bermakna pemberian TAK stimulasi hari, pasien dengan gangguan persepsi
persepsi terhadap kemampuan mengontrol sensori: halusinasi pendengaran dapat
halusinasi. Menurut penelitian (Soedirman mengenal halusinasi yang dialami dan dapat
& Journal, 2008) di Purwokerto tentang mengontrol serta mengurangi intensitas
eforts to control hallucination by group halusinasi pendengaran dengan cara
activity therapy of perception stimulation mengontrol halusinasi.
menunjukkan hasil terjadinya penurunan Hasil wawancara pada tanggal 20 Juni
frekuensi (p=0,000), durasi (p=0,001) dan 2015 terhadap 10klien tentang cara
tingkat respon terhadap halusinasi (p=0,000) mengontrol halusinasi. Didapatkan hasil
dengan diberikannya terapi aktivitas bahwa 7 orang klien tidak bisa mengontrol
kelompok stimulus persepsi pada kelompok halusinasi, sedangkan 3 orang klien bisa
intervensi. Penelitian ini juga sejalan dengan mengontrol halusinasinya hal ini
penelitian (Wardani & Pontianak, 2016), di dikarenakan klien belum mengetahui benar
Pontianak tentang pengaruh pelaksanaan apa itu standar asuhan
standar asuhan keperawatan halusinasi keperawatanhalusinasi dan terapi aktivitas
terhadap kemampuan kognitif dan kelompok stimulus persepsi.Berdasarkan
psikomotor pasien dalam mengontrol data dan fenomena diatas maka peneliti
halusinasi didapatkan hasil ada pengaruh ingin melakukan penelitian tentangpengaruh
pelaksanaan standar asuhan keperawatan penerapan standar asuhan keperawatan dan
terhadap kemampuan kognitif dan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus
psikomotor sebelum dan sesudah diberikan persepsi terhadap kemampuan mengontrol
standar asuhan keperawatan halusinasi halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
padakelompok intervensi menujukan nilai Provinsi Jambi.
(pvalue < α 0,05) sedangkan pada kelompok
kontrol. Pada kelompok yang mendapatkan METODE PENELITIAN
satu standar asuhan keperawatan, rata-rata Penelitian ini merupakan penelitian
kemampuan kognitif dan psikomotor pasien kuantitatif dengan desain one group pretest
sebelum dan sesudah diberikan satu standar posttest.Tempat penelitian Rumah Sakit
asuhan keperawatan terjadi penurunan yang Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Populasi
bermakna (pvalue > α 0,05). Penelitian penelitian ini adalah seluruh klien halusinasi
menurut (Sulahyuningsih, 2016), di yang dirawat diruang rawat inapberjumlah
Surakarta tentang pengalaman perawat 120 orang. Sampel dalam penelitian ini
dalammengimplementasikan strategi diambil dengan carapurposive samplingdari
pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan seluruh klien yang dirawat dan mengalami
pada pasien halusinasi didapatkan hasil halusinasi, sampel diambil dengan
bahwa merawat pasien halusinasi menggunakan kriteria inklusi. Sampel dalam
membutuhkan suatu pemahaman dan penelitian ini sebanyak 12 responden.
tehknik pendekatan. Penelitian lainnya yang Penelitian dilakukan tanggal 7 September
terkait yaitu penelitian (Ilmiah & Widuri, sampai 10 Oktober 2015. Tehnik

KOPERTIS WILAYAH X 185


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

pengumpulan data data primer didapat bivariatmenggunakan uji T dependen,


dengan melakukanobservasi dan wawancara tingkat kepercayaan yang digunakan 95% (α
menggunakan lembar observasi dan = 0,05), jika P<α=(0,05) maka Ha gagal
kuesioner. Data sekunder merupakan data ditolak berarti ada pengaruh sebelum dan
yang diperoleh dari data Rumah Sakit Jiwa sesudah perlakuan.Jika P>α (0,05) maka Ha
Jambi meliputi jumlah pasien halusinasi di ditolak berarti tidak ada pengaruh sebelum
ruang rawat inap.Analisa data dilakukan dan sesudah perlakuan. Definisi Operasional
melalui dua tahap yaituanalisa univariat, penelitian:
bertujuan untuk mendeskripsikan setiap
variabel penelitian.Analisa
Defenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
1. Karakterstik
Responden
Jenis kelamin
Posisi perbedaan Kuesioner Wawancara 1. Laki-laki Nominal
gender seseorang yang 2. Perempuan
dibawa sejak lahir

Usia Usia responden


terhitung dari sejak
1. 25-40 tahun
lahir sampai ulang 2. > 40 tahun
tahun terakhir Kuesioner Wawancara Ratio

Waktu responden
dirawat sampai dengan
Lama hari penelitian 1. < 2 minggu
rawat dilaksanakan 2. > 2 minggu

Kuesioner Wawancara Ratio

2. Variabel Kemampuan klien


Dependen
dalam mengalihkan
Kemampuan
munculnya halusinasi Ada perbedaan
mengontrol
(mengenal halusinasi, peningkatan
halusinasi
menghardik halusinasi, kemampuan
bercakap-cakap mengontrol
dengan orang lain, Lembar Observasi halusinasi dari Interval
aktivitas terjadwal, observasi sebelum dan

KOPERTIS WILAYAH X 186


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

patuh obat) sesudah


dilakukan TAK
stimulus
persepsi

HASIL DAN PEMBAHASAN persepsiadalah 2.42(95% CI:1.91-2.92),


Hasil dengan standar deviasi 0.793. Nilai terendah
Jumlah responden sebanyak 12 orang 1 dan nilai tertinggi 4. Dari hasil estimasi
klien halusinasi, dengan karakteristik seperti interval dapat disimpulkan bahwa 95% di
pada tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan yakini bahwa rata-rata kemampuan
bahwa mayoritas jenis kelamin laki-laki mengontrol halusinasi adalah 1.91sampai
(91.6%),responden lebih banyak berusia 25- dengan 2.92. Sedangkan rata-rata
40 tahun (75%) dan mayoritas lama hari kemampuan mengontrol halusinasi sesudah
rawat <2 minggu (83.3%). diberikan standar asuhan keperawatan dan
Tabel 1 TAK stimulus persepsiadalah 19.00 (95%
Karakteristik Responden (n=12orang) CI:16.75-21.25), dengan standar deviasi
Karakteristik n % 3.542. Nilai terendah 10 dan nilai tertinggi
23. Dari hasil estimasi interval dapat
Jenis Kelamin disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
Laki-laki 11 91.6 rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi
adalah 16.75sampai dengan 21.25.Dapat
Perempuan 1 8.3 dilihat pada table 2:
Usia Tabel 2
25-40 tahun 9 75 Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Sebelum Dan Setelah
>40 tahun 3 25 Vari Mean SD Min Mak 95%
CI
Lama hari rawat
Kemamp 2.42 0.793 1 4 1.91
<2 minggu 10 83.3 uan
2.92
>2 minggu 2 16.7 mengont
rol
halusina
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisebelu
m
rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi
sebelum diberikanstandar asuhan Kemamp 19.00 3.542 10 23 16.75
keperawatan dan TAK stimulus

KOPERTIS WILAYAH X 184


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

uan 21.25 value 0,009 (P value < 0,05), maka dapat


mengont disimpulkan ada pengaruh penerapan
rol standar asuhan keperawatan dan terapi
halusina aktivitas kelompok (TAK) stimulus persepsi
si setelah terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Tahun 2015.
Setelah dilakukan analisis bivariat, Peningkatan nilai mean kemampuan
diketahui adanya pebedaan nilai rata-rata mengontrol halusinasiklien, ini
kemampuan responden mengontrol membuktikan bahwa kegiatan kelompok
halusinasi, dapat dilihat pada tabel 3. tentang standar asuhan keperawatan dan
terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus
Tabel 3 persepsi terhadap kemampuan mengontrol
Pebedaan Kemampuan Mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Halusinasi Antara Sebelum DanSetelah Provinsi Jambi, hal ini disebabkan karena
Vari Mean SD Std. p-value
pada standar asuhan keperawatan dan TAK
error
mean
klien saling bertukar fikiran, pengalaman
satu dengan yang lainnya.
Kemamp 2.42 0.793 0.22 Hasil penelitian ini didukung oleh
uan penelitian (Soedirman & Journal, 2008) di
mengontro Purwokerto tentang eforts to control
l hallucination by group activity therapy of
halusinasis perception stimulation menunjukkan hasil
ebelum terjadinya penurunan frekuensi (p=0,000),
0.009 durasi (p=0,001) dan tingkat respon terhadap
Kemamp 19.00 3.542 1.02
uan
halusinasi (p=0,000) dengan diberikannya
terapi aktivitas kelompokstimulus persepsi
mengontro pada kelompok intervensi.Penelitian yang
l terkait menurut(Keperawatan & Andalas,
halusinasis 2012), di Padang tentang pengaruh terapi
etelah
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
Pembahasan pada klien halusinasi menunjukkanhasil uji
Hasil penelitian tentang pengaruh statistik didapatkan p=0,016 (p<0,05) ini
penerapan standar asuhan keperawatan dan menunjukkan terdapat pengaruh yang
terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus bermakna pemberian TAK stimulasi
persepsi terhadap kemampuan mengontrol persepsi terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah halusinasi. Penelitian ini juga sejalan dengan
Provinsi Jambi Tahun 2015 dengan 12 penelitian (Wardani & Pontianak, 2016), di
responden diketahui adanya selisih nilai Pontianak tentang pengaruh pelaksanaan
mean kemampuan mengontrol halusinasi standar asuhan keperawatan halusinasi
klien sebesar 16.58 dengan standar deviasi terhadap kemampuan kognitif dan
0.793. Hasil uji statistik didapatkan nilai P- psikomotor pasien dalam mengontrol

KOPERTIS WILAYAH X 184


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

halusinasi didapatkan hasil ada pengaruh klien diajarkan untuk mampu mengontrol
pelaksanaan standar asuhan keperawatan kemampuan halusinasi yang dialami baik
terhadap kemampuan kognitif dan melalui kemapuan kognitif dan psikomotor.
psikomotor sebelum dan sesudah diberikan Pasien dapat memperaktekan bagaimana
standar asuhan keperawatan halusinasi cara mengontrol halusinasi dengan baik dan
padakelompok intervensi menujukan nilai benar sesuai arahan yang diberikan perawat
(pvalue < α 0,05) sedangkan pada kelompok untuk itu standar asuhan keperawatan
kontrol. Pada kelompok yang mendapatkan sangatlah penting jika asuhan keperawatan
satu standar asuhan keperawatan, rata-rata jarang digunakan akibatnya pasien lupa dan
kemampuan kognitif dan psikomotor pasien bisa terjadi peningkatan yang dapat
sebelum dan sesudah diberikan satu standar membahayakan diri sendiri, orang lain dan
asuhan keperawatan terjadi penurunan yang lingkungan (Wardani & Pontianak, 2016).
bermakna (pvalue > α 0,05). Penelitian Upaya yang dilakukan untuk
menurut (Sulahyuningsih, 2016), di meningkatkan kemampuan kognitif dan
Surakarta tentang pengalaman perawat psikomotor pasien dalam mengonntrol
dalammengimplementasikan strategi halusinasi dengan memberikanstandar
pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan asuhankeperaweatan (SAK) yaitu melatih
pada pasien halusinasi didapatkan hasil ingatan dan kemampuan pasien untuk
bahwa merawat pasien halusinasi mengontrol halusinasi dengan membantu
membutuhkan suatu pemahaman dan pasien mengenal halusinasi yang
tehknik pendekatan. Penelitian lainnya yang dialaminya, menjelaskan cara mengontrol
terkait yaitu penelitian (Ilmiah & Widuri, halusinasi dengan menghardik halusinasi,
2016) di Surakarta tentang upaya penurunan melatih pasien mengontrol halusinasi
intensitas halusinasi dengan caramengontrol dengan cara bercakap-cakap bersama orang
halusinasi didapatkan hasil bahwa setelah lain, melatih pasien mengontrol halusinasi
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 dengan melaksanakan aktifitas terjadwal dan
hari, pasien dengan gangguan persepsi melatih pasien minum obat secara teratur
sensori: halusinasi pendengaran dapat (Keliat, 2010).
mengenal halusinasi yang dialami dan dapat Melalui kegitan TAK stimulasi persepsi
mengontrol serta mengurangi intensitas halusinasi,responden akan mendapatkan
halusinasi pendengaran dengan cara berbagai tranferensi (Kaplan dan Saddock
mengontrol halusinasi. 1998). Terapi aktivitas kelompok stimulasi
Standar asuhan keperawatan adalah wajib persepsi: halusinasi adalah TAK yang
dilaksanakan bagi setiap tenaga kesehatan diberikan dengan memberikan stimulus pada
yang bertugas di rumah sakit khususnya pasien halusinasi sehingga pasien bisa
keperawatan jiwa dimana klien sangat mengontrol halusinasinya (Keliat, 2010).
membutuhkan perhatian dikarenakan Pada TAK mempersepsikan stimulus yang
dampak halusinasi sangat membahayakan tidak nyata (halusinasi) dan respon yang
yaitu berisiko menimbulkan perilaku dialami kemudian didiskusikan dalam
kekerasan bahkan halusinasi yang kelompok dan hasil diskusi kelompok
ditimbulkan klien dapat membahayakan berupa kesepakatan pesepsi dan alternatif
keselamatan lingkungan penyelesaian masalah. TAK stimulasi
disekelilingnya.Pada asuhan keperawatan persepsi : halusinasi terdiri atas lima sesi,

KOPERTIS WILAYAH X 185


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

yaitu : sesi 1 klien dapat mengenal mengontrol halusinasi sesudah diberikan


halusinasi, sesi 2 mengontrol halusinasi intervensi adalah 19.00 dengan standar
dengan menghardik halusinasi, sesi 3 deviasi 3.542. Dengan demikian ada
mengontrol halusinasi dengan melakukan perbedaan kemampuan mengontrol
kegiatan, sesi 4 mencegah halusinasi dengan halusinasiklien sebelum dan sesudah
bercakap cakap dan sesi 5 mengontrol diberikan standar asuhan keperawatan dan
halusinasi dengan patuh minum obat. terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus
Langkah langkah kegiatan TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol
persepsi: halusinasi yaitu persiapan, fase halusinasi.
orientasi, fase kerja dan fase terminasi
semua fase-fase tersebut dilakukan dengan UCAPAN TERIMAKASIH
cara diskusi dalam kelompok (Keperawatan Saya ucapkan terimakasih
& Andalas, 2012). kepadadirekturrumah sakit jiwa daerah
Keliat (2010), mengatakan bahwa Provinsi Jambi yang telah memberikan izin
anggota kelompok yang nyaman adalah melakukan penelitian.Perawat dan staf
kelompok kecil yang anggotanya berkisar rumah sakit jiwa daerah Provinsi Jambi yang
antara 5-12 orang. Dengan jumlah kelompok telah memberikan izin dan bantuannya
yang ideal masing-masing anggota kepada peneliti dalam menyelesaikan
kelompok dapat berinteraksi dan bertukar penelitian ini. Ucapan terimakasih juga saya
pengalaman satu dengan yang lain, seperti sampaikan kepada responden yang telah
dapat mengungkapkan perasaan, berpartisipasi dalam penelitian saya hingga
pengalaman dan pendapatnya dengan selesai.
berbagi pengalaman klien akan lebih banyak
mendapatkan informasi dan akan segera PUSTAKA
mendapatkan umpan balik dari anggota Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan
kelompok yang lain (Ruang & Rsud, 2008). Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan
Dari pelaksanaan TAK stimulasi persepsi Strategi Pelaksanaan Tindakan
halusinasi responden juga telah mampu Keperawatan. Jakarta: Salemba
memperagakan cara mengontrol dan Medika.
mencegah halusinasi yaitu dengan cara
menghardik, melakukan kegiatan harian Dermawan D & Rusdi. 2013. Keperawatan
terjadwal, melakukan percakapan dengan Jiwa (Konsep dan Kerangka Kerja
orang lain dan mampu menggunakan obat Asuhan Keperawatan Jiwa).
dengan prinsip 5 benar serta mampu Yogyakarta: Gosyen Publishing.
mengenal keuntungan minum obat dan
kerugian akibat tidak minum obat(Ruang & Depkes RI. (2006). Standar Operasional
Rsud, 2008). Prosedural. www.litbang.go.id.
Diperoleh tanggal 5 April 2015.
SIMPULAN
Rata-rata total kemampuan mengontrol Dewi, A.K. (2012). Asuhan Keperawatan
halusinasi sebelum diberikan intervensi Pemenuhan Kebutuhan Keamanan
adalah 2.42 dengan standar deviasi 0.793, Dengan Halusinasi. Sekolah Tinggi
sedangkan rata-rata total kemampuan

KOPERTIS WILAYAH X 186


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V10.i3 (183-9)

Ilmu Keperawatan Kusumah ACTIVITY THERAPY OF, 3(3),


Husadah Surakarta. 108–113.
10267-19163-1-PB.pdf. (n.d.). Stuart, Gail W.. (2007). Buku Saku
Ilmiah, P., & Widuri, N. R. (2016). Upaya keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta:
penurunan intensitas halusinasi EGC.
dengan cara mengontrol halusinasi di Stuart, G.W & Sundeen.S.J. (1998). Buku
rsjd arif zainudin surakarta. Saku Diagnosa Keperawatan
Kaplan & Saddock 1998, Ilmu kedokteran Psikiatrik. Terjemahan. Edisi 3.
jiwa darurat (edisi 3), Alih bahasa, Jakarta : EGC: EGC
WM. Roan, Widya Medika, Jakarta. Sulahyuningsih, E. (2016). Fakultas ilmu
Keliat, B. A 2010, Keperawatan Jiwa : kesehatan universitas
Terapi Aktivitas Kelompok, EGC, muhammadiyah surakarta 2016.
Jakarta. Wahyuni S.E., Keliat B.A., Susanti H. &
Keperawatan, F., & Andalas, U. (2012). Yusron. 2011. Penurunan Halusinasi
YESSI KARMELIA. pada Klien Jiwa Melalui Cognitive
Kusumawati F & Hartono Y. 2010. Buku Behavior Theraphy. Jurnal
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Keperawatan Indonesia Vol. 14 No.
Salemba Medika. Maramis 3.
Maramis WF. 2009. Catatan Ilmu Wardani, N. S., & Pontianak, B. K. (2016).
Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Nuniek Setyo Wardani 1 1 Dosen
Airlangga University Press. Muhith STIK Muhammadiyah Pontianak, 2
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Mahasiswa STIK Muhammadiyah
Jiwa (Teori dan Aplikasi). Pontianak, VII(1).
yogyakarta: Penerbit ANDI. WHO. (2013). The World Health Report:
Pada, S., Ien, K. I., Jiwa, G., Panti, D. I., & 2013 mental health.
Cirebon, G. (2009). Ki.ien. www.who.int/mental_health.
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Diperoleh tanggal 31 Maret 2015.
Provinsi Jambi Tahun 2014 Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi
Rabba E.P., Rauf S.P., & Dahrianis. 2014. Revisi). Bandung: Rafika Aditama.
Hubungan antara Pasien Halusinasi
Pendengaran Terhadap Resiko
Perilaku Kekerasan Di Ruang Kenari
RS Khusus Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosa Vol. 4, No. 4.
Ruang, D. I., & Rsud, S. (2008). Jurnal
Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing),
Volume 3 No.1 Maret 2008, 3(1),
32–39.
Soedirman, J. K., & Journal, T. S. (2008).
EFORTS TO CONTROL
HALLUCINATION BY GROUP

KOPERTIS WILAYAH X 187

You might also like