You are on page 1of 12

Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Katarak


Senilis Di RSU Bahteramas Tahun 2016
1
Miranty Aditya Hadini, 2Amiruddin Eso, 2Satrio Wicaksono
1
Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
2
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Email: swicaksono67@yahoo.co.id

ABSTRACT
Cataract is a condition where the lens of eyes that normally clear and transparent becomes cloudy.
Cataract can cause blindness. Some risk factors related to cataract likes age, sex, diabetes mellitus, UV
radiation, smoking and jobs. Some researches argue that these risk factors influence the number of cataracts
incidence. This study aims to know the risk factors associated with the incidence of cataracts in Ophtalmology
Department in RSU Bahteramas.This study was an analytic observational that used case-control study design.
The sample size of this study was 140 respondents consisted of 70 cases and 70 controls were taken by
purposive sampling. The data collection was obtained from medical records of patients to determine the age,
sex, and history of diabetes mellitus. The instrument of this study was questionnaire to determine their job,
education, income and smoking history. Data was declared significant if OR>1.The result of this study has
shown that age ≥45 years (OR = 14,397), gender (OR=4.354), history of diabetes mellitus (OR = 10.688), the
location of worker (OR = 2.935), education level (OR = 3.842), income (OR = 2.252), and smoking history
(OR = 2.771) are risk factors that influence the incidence of senile cataracts.It can be concluded that age,
gender, history of diabetes mellitus, outside location worker, low education level, low income, and history of
smoking are risk factors for the incidence of senile cataract in RSU Bahteramas Kendari.
Keywords :cataract, risk factors, age, gender, history of diabetes mellitus, location of worker, education,
income, smoking history.

PENDAHULUAN dialami oleh penduduk Indonesia pada usia


Katarak merupakan keadaan dimana 40-54 tahun. Secara Nasional, 10
lensa mata yang biasanya jernih dan bening Kabupaten/Kota dengan prevalensi katarak
menjadi keruh (Ilyas, 2010). Bila lensa pada umur ≥ 30 tahun tertinggi adalah
mata kehilangan sifat beningnya atau propinsi Sulawesi Utara (3,7%), Jambi
kejernihannya maka penglihatan akan (2,8%), Bali (2,7%), Aceh (2,8%),
menjadi berkabut atau tidak dapat melihat Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah
sama sekali. Katarak dapat menyebabkan (2,4%), Papua (2,4%), Jawa Tengah
terjadinya kebutaan, sekitar 50% kasus (2,4%), Riau (2,3%), dan Maluku Utara
kebutaan diseluruh dunia disebabkan oleh (2,3%). Untuk di Sulawesi Tenggara
katarak (Javitt, 1996). Asia tenggara sendiri prevalensi katarak pada umur ≥ 30
terdapat 28% penderita katarak dari total tahun mencapai (1,8%) (Riskesdas, 2013).
populasi dan Indonesia menempati urutan Katarak senilis adalah kekeruhan
tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2007). lensa yang terjadi karena proses
Survey pada tahun 1996, prevalensi degenerasi dan biasanya mulai timbul
kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dari pada usia di atas 50 tahun (Ilyas, 2010).
jumlah penduduk. Berdasarkan angka Katarak merupakan penyakit yang dapat
kejadian tersebut, katarak merupakan menyerang siapa saja, katarak banyak
penyebab utama kebutaan di Indonesia terjadi pada usia di atas 40 tahun dan
dengan presentase sebesar 0,78%. Katarak salah satu faktor risiko penyebab utama
umumnya adalah penyakit usia lanjut, kejadian katarak adalah usia. Sedangkan
namun 16-20% penyakit katarak telah beberapa faktor risiko yang dikaitkan
256
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

dengan terjadinya katarak antara lain jenis METODE PENELITIAN


kelamin, penyakit diabetes mellitus (DM), Penelitian ini adalah penelitian
pajanan terhadap sinar ultraviolet, analitik observasional dengan rancangan
merokok, dan pekerjaan (Robman & case control study, dengan menggunakan
Taylor, 2005). pendekatan retrospektif.
Dalam beberapa penelitian yang Penelitian telah dilaksanakan pada
telah dilakukan telah terbukti bahwa bulan Januari 2016 di Rumah Sakit Umum
faktor tersebut mempengaruhi angka Bahteramas. Sampel penelitian ini adalah
kejadian katarak. Penelitian Pujiyanto pasien katarak senilis yang terdiagnosa
(2004), menyimpulkan bahwa variabel secara klinis oleh dokter spesialis mata atau
determinan yang berhubungan bermakna pasien yang sudah melakukan operasi
dengan kejadian katarak senilis adalah katarak dan tercatat dalam rekam medik
umur > 66 tahun, jenis kelamin poli mata di RSU Bahteramas sebagai
perempuan, dan status pekerjaan di luar kasus dan bukan pasien katarak senilis yang
gedung. Penelitian Hanok (2014) diambil melalui catatan rekam medik poli
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan mata yang ada di RSU Bahteramas sebagai
antara Diabetes mellitus dengan kejadian kontrol. Pengambilan sampel dilakukan
katarak. Untuk di Provinsi Sulawesi dengan teknik purposive sampling. Sampel
Tenggara sendiri belum adanya penelitian dalam penelitian ini berjumlah 140
yang serupa mengenai faktor risiko yang responden yang terdiri dari 70 kasus dan 70
berhubungan dengan kejadian katarak kontrol. Data penelitian dikumpulkan
senilis. Kejadian angka katarak senilis melalui pengisian instrument penelitian
berdasarkan data awal yang peneliti ambil berupa kuisoner. Data dianalisis
di RSU Bahteramas menyebutkan bahwa menggunakan uji statistic Odd ratio (OR)
kasus baru pada kejadian katarak senilis tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat
yang tercatat oleh rekam medik Poli Mata kepercayaan 95% ( = 0,05 ).
dari tahun 2012-2015 yakni pada tahun
2012 terdapat 1109 kasus, pada tahun HASIL
2013 terdapat 919 kasus, pada tahun 2014 1. Analisis Univariat
sebanyak 1483 kasus sedangkan pada Hasil penelitianmenunjukkan
tahun 2015 terdapat 1134 kasus baru. karakteristik dari responden penelitian yang
Belum adanya data yang valid tentang terdiri atas usia, jenis kelamin, pekerjaan,
faktor risiko yang berhubungan dengan riwayat diabetes mellitus, pendidikan,
kejadian katarak senilis dan tingginya pendapatan, dan riwayat merokok dapat
angka kejadian katarak senilis pada tahun- dilihat pada tabel 1. Jumlah responden
tahun sebelumnya serta komplikasi penelitian yang menjadi sampel penelitian
kebutaan yang ditimbulkan, menggugah adalah 140 orang yang terdiri dari 70 orang
peneliti untuk melakukan penelitian kasus atau pasien katarak dan 70 orang
mengenai “Analisis Faktor Risiko Yang kontrol atau bukan pasien katarak yang
Berhubungan Dengan Kejadian Katarak telah didiagnosa oleh dokter spesialis mata
Senilis Di Rumah Sakit Umum dan tercatat dalam buku rekam medik.
Bahteramas Tahun 2016. Responden menurut kelompok usia pada
kasus yang terbanyak adalah pada
257
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

kelompok usia ≥45 tahun sebanyak 59 kelamin perempuan sebanyak 38 orang


orang (84,3%), kemudian kelompok usia (54,3%), kemudian berjenis kelamin laki-
<45 tahun sebanyak 11 orang (15,7%). laki sebanyak 32 orang (45,7%).Pada
Sedangkan pada kontrol yang terbanyak kontrol yang terbanyak adalah berjenis
adalah pada kelompok umur <45 tahun kelamin laki-laki sebanyak 55 orang
sebanyak 51 orang (72,9%), kemudianusia (78,6%), kemudian berjenis kelamin
≥45 tahun sebanyak 11 orang (15,7%). perempuan sebanyak 15 orang (21,4%).
Responden menurut jenis kelamin
pada kasus yang terbanyak adalah berjenis

Tabel 1. Distribusi proporsi responden berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, riwayat
diabetes mellitus, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan riwayat merokok, pada pasien
katarak dan bukan katarak di poli mata RSUB.
Kasus Kontrol
Karateristik Responden
n % n %
Usia (tahun) ≥ 45 59 84,3 19 27,1
< 45 11 15,7 51 72,9
100
Jumlah 70 100 70
Laki – laki 32 45,7 55 78,6
Jenis Kelamin
Perempuan 38 54,3 15 21,4
100
Jumlah 70 100 70
DM 38 54,3 7 10
Diabetes Melitus
Tidak DM 32 45,7 63 90
100
Jumlah 70 100 70
Petani 23 32,9 15 21,4
Nelayan 8 11,4 5 7,1
Buruh 3 4,3 1 1,4
Pedagang 8 11,4 12 17,1
Pekerjaan
PNS 5 7,1 20 28,6
Mahasiswa 0 1,4 1 1,4
IRT 6 8,6 5 7,1
Pensiunan 16 22,9 11 15,7
100
Jumlah 70 100 70
SD 5 7,1 2 2,9
SMP 26 37,1 10 14,3
Pendidikan
SMA 22 31,4 28 40
Perguruan Tinggi 17 24,3 30 42,9
Jumlah 70 100 70 100
Pendapatan Tinggi ≥1.200.000 27 38,6 41 58,6
Pendapatan Pendapatan Rendah
43 61,4 29 41,4
< 1.200.000
Jumlah 70 100 70 100
Merokok 32 45,7 49 70
Merokok
Tidak Merokok 38 54,3 21 30
Jumlah 70 100 70 100

258
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

Jumlah responden kasus berdasarkan


Responden menurut riwayat penyakit pendapatan ≥1.200.000 sebanyak 27 orang
diabetes mellitus terhadap kejadian katarak (38,6%) dan pendapatan <1.200.000
pada kelompok kasus terbanyak 54,3% sebanyak 43 orang (61,4%). Pada
responden kontrol sebanyak 41 orang
penderita diabetes mellitus disertai katarak (58,6%) memiliki pendapatan ≥1.200.000
dan 32 orang (45,7%) tidak memiliki dan sebanyak 29 orang (41,4%) memiliki
riwayat diabetes mellitus disertai katarak. pendapatan <1.200.000.
Pada kelompok kontrol yang terbanyak Jumlah responden kasus berdasarkan
adalah 63 orang (90%) tidak memiliki riwayat merokok sebanyak 32 orang
riwayat penyakit diabetes mellitus tanpa (45,7%), kemudian tidak merokok
penyakit katarak dan terdapat 7 orang sebanyak 38 orang (54,3%). Jumlah
(10%) memiliki riwayat DM tanpa penyakit responden kontrol berdasarkan riwayat
katarak. merokok sebanyak 49 orang (70%), dan
Responden menurut pekerjaan pada riwayat tidak merokok sebanyak 21 orang
kasus yang terbanyak adalah petani (30%).
sebanyak 23 orang (32,9%) kemudian 1. Hasil Analisis Bivariat
pensiunan sebanyak 16 orang (22,9%), Tabel 2. Hasil analisis data
nelayan sebanyak 8 orang (11,4%), menunjukkan bahwa dari 140 responden
pedagang sebanyak 8 orang (11,4%), IRT terdapat 59 orang (42,1%) responden yang
sebanyak 6 orang (8,6%), PNS sebanyak 6 berusia ≥ 45 tahun menderita penyakit
orang (8,6%), buruh sebanyak 3 orang katarak, 11 orang (7,9%) responden yang
(4,3%) dan tidak terdapat responden kasus berusia < 45 juga menderita katarak. Untuk
yang berprofesi sebagai mahasiswa. Pada responden yang tidak menderita katarak
kontrol yang terbanyak PNS 20 orang pada usia ≥ 45 tahun terdapat 19 orang
(28,6%), kemudian petani sebanyak 15 (13,6%), responden dan pada usia < 45
orang (21,4%), pedagang sebanyak 12 tahun terdapat 51 orang (36,4%) responden.
orang (17,1%), pensiunan sebanyak 11 Hasil uji statistik didapatkan nilai
orang (15,7%), nelayan sebanyak 5 orang odds ratio sebesar 14,397 dengan tingkat
(7,1%), IRT sebanyak 5 orang (7,1%), kepercayaan 95% nilai OR berada pada
mahasiswa sebanyak 1 orang (1,4%) dan interval 6,267-33,076. Hal tersebut
buruh sebanyak 1 orang (1,4%). menunjukkan bahwa responden yang
Responden menurut pendidikan pada berusia ≥ 45 tahun lebih berisiko 14,397
kasus yang terbanyak adalah SMP kali lebih besar menderita katarak
sebanyak 26 orang (37,1%), kemudian dibandingkan dengan yang berusia <45
SMA sebanyak 22 orang (31,4%), PT tahun.
sebanyak 17 orang (24,3%), dan SD Tabel 3. Hasil analisis data
sebanyak 5 orang (7,1%). Pada kontrol menunjukkan bahwa dari 140 responden
yang terbanyak adalah PT sebanyak 30 terdapat 38 orang (27,1%) responden
orang (42,9%) kemudian SMA sebanyak 28 berjenis kelamin perempuan yang
orang (40%), SMP sebanyak 10 orang menderita penyakit katarak senilis, dan 32
(14,3%) dan SD sebanyak 2 orang (2,9%). orang (22,9%) responden yang berjenis
kelamin laki-laki menderita katarak senilis.
259
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

Untuk yang tidak menderita penyakit pada kelompok kasus dengan tidak
katarak pada responden berjenis kelamin memiliki riwayat DM memiliki risiko
perempuan terdapat 15 orang (10,7%) dan tinggi menderita katarak. Untuk yang tidak
yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 55 menderita katarak pada responden dalam
orang (39,3%). kelompok kontrol dengan riwayat DM
Hasil uji statistik didapatkan nilai terdapat 7 orang (5%) memiliki risiko
odds ratio sebesar 4,354 dengan tingkat rendah untuk terkena katarak dan yang
kepercayaan 95% nilai OR berada pada tidak memiliki riwayat DM terdapat 63
interval 2,078-9,123. Menunjukkan bahwa orang (90%) berisiko rendah untuk terkena
responden yang berjenis kelamin katarak degeneatif. Hasil uji statistik
perempuan lebih berisiko 4,354 kali lebih didapatkan nilai odds ratio sebesar 10,688
besar menderita katarak senilis dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR
dibandingkan dengan responden yang berada pada interval 4,295-26,592
berjenis kelamin laki-laki. menunjukkan bahwa responden dengan
Tabel 4. Hasil analisis data risiko tinggi riwayat DM lebih berisiko
menunjukkan bahwa dari 140 responden 10,688 kali lebih besar menderita katarak
terdapat 38 orang (27,1%) responden pada senilis dibandingkan dengan responden
kelompok dengan riwayat DM memiliki yang memiliki risiko rendah.
risiko tinggi menderita penyakit katarak
senilis dan 32 orang (22,9%) responden

2.Analisis Bivariat
a. Analisis Hubungan Usia dengan Kejadian Katarak Senilis
Tabel 2. Analisis Hubungan Usia dengan Kejadian Katarak Senilis pada Pasien di Poli Mata
RSU Bahteramas
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Usia (tahun) Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
≥ 45 59 42,1 19 13,6 78 55,7
14,397 6,267 33,076
< 45 11 7,9 51 36,4 62 44,3
Jumlah 70 50 70 50 140 100

b. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Katarak Senilis


Tabel 3.Analisis Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Katarak Senilis pada Pasien Poli
Mata RSU Bahteramas
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Jenis Kelamin Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
Perempuan 38 27.1 15 10,7 53 37,9
4,354 2,078 9,123
Laki-laki 32 22,9 55 39,3 87 62,1
Jumlah 70 50 70 50 140 100
260
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

c. Analisis Hubungan Riwayat Penyakit Diabetes Melitus dengan Kejadian Katarak


Senilis
Tabel 4.Analisis Hubungan Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus terhadap Kejadian Katarak
Senilis pada Pasien Poli Mata RSU Bahteramas
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Diabetes Melitus Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
DM 38 27,1 7 5,0 45 32,1
10,688 4,295 26,592
Tidak DM 32 22,9 63 45,0 95 67,9
Jumlah 70 50 70 50 140 100

d. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Katarak Senilis


Tabel 5.Analisis Hubungan Lokasi Pekerjaan dengan Kejadian Katarak Senilis pada Pasien
Poli Mata di RSU Bahteramas.
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Lokasi Pekerjaan Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
Luar Gedung 39 27,9 21 15 60 42,9
2,935 1,464 5,885
Dalam Gedung 31 22,1 49 35 80 57,1
Jumlah 70 50 70 50 140 100

e. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Katarak Senilis


Tabel 6.Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Katarak Senilis pada
Pasien Poli Mata di RSU Bahteramas.
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Tingkat Pendidikan Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
Pendidikan Rendah 31 22,1 12 8,6 43 30,7
3,842 1,761 8,383
Pendidikan Tinggi 39 27,9 58 41,4 97 69,3
Jumlah 70 50 70 50 140 100

f. Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Katarak Senilis


Tabel 7. Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Katarak Senilis pada
Pasien Poli Mata di RSU Bahteramas.
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Tingkat Pendapatan Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %

261
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

Pendapatan Rendah 43 30,7 29 20,7 72 51,4


2,252 1,145 4,429
Pendapatan Tinggi 27 19,3 41 29,3 68 48,6
Jumlah 70 50 70 50 140 100

g. Analisis Hubungan Merokok dengan Kejadian Katarak Senilis


Tabel 8.Analisis Hubungan Merokok dengan Kejadian Katarak Senilis Pada Pasien Poli
Mata di RSU Bahteramas.
Kejadian Katarak Senilis 95 % CI
Jumlah
Merokok Kasus Kontrol OR
Lower Upper
n % n % n %
Tidak Merokok 38 27,1 21 15 59 42,1
2,771 1,383 5,550
Merokok 32 22,9 49 35 81 57,9
Jumlah 70 50 70 50 140 100

Tabel 5. Hasil analisis data Tabel 6. Hasil analisis data


menunjukkan bahwa dari 140 responden menunjukkan bahwa dari 140 responden
terdapat 39 orang (27,3%) pada responden terdapat 31 orang (22,1%) pada responden
kelompok kasus dengan pekerjaan berada kelompok kasus dengan tingkat
diluar gedung memiliki risiko tinggi pendidikan rendah memiliki risiko tinggi
menderita penyakit katarak dan 31 orang menderita penyakit katarak dan 39 orang
(22,1%) responden dengan pekerjaan (27,9%) responden dengan tingkat
berada di dalam gedung memiliki risiko pendidikan tinggi memiliki risiko rendah
rendah menderita katarak senilis. Pada menderita katarak senilis. Pada kelompok
kelompok kontrol responden dengan kontrol responden dengan tingkat
pekerjaan diluar gedung terdapat 21 orang pendidikan rendah terdapat 12 orang
(15%) memiliki risiko tinggi untuk (8,6%) memiliki risiko tinggi untuk
menderia katarak senilis dan yang menderia katarak senilis dan yang
memiliki risiko rendah terdapat 49 orang memiliki risiko rendah terdapat 58 orang
(35%). (41,4%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai Hasil uji statistik didapatkan nilai odds
odds ratio sebesar 2,935 dengan tingkat ratio sebesar 3,842 dengan tingkat
kepercayaan 95% nilai OR berada pada kepercayaan 95% nilai OR berada pada
interval 1,464-5,885 menunjukkan bahwa interval 1,761-8,383 menunjukkan bahwa
responden dengan risiko tinggi lokasi responden dengan risiko tinggi memiliki
pekerjaan berada diluar gedung lebih tingkat pendidikan rendah lebih berisiko
berisiko 2,935 kali lebih besar menderita 2,935 kali lebih besar menderita katarak
katarak senilis dibandingkan dengan senilis dibandingkan dengan responden
responden yang memiliki risiko rendah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
yaitu bekerja di dalam gedung. Tabel 7. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa dari 140 responden
262
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

terdapat 43 orang (30,7%) pada responden


kelompok kasus dengan tingkat PEMBAHASAN
pendapatan rendah memiliki risiko tinggi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menderita penyakit katarak dan 27 orang mengetahui faktor risiko yang
(19,3%) responden dengan tingkat berhubungan dengan kejadian katarak
pendapatan tinggi memiliki risiko rendah senilis di RSU Bahteramas Provinsi
menderita katarak senilis. Pada kelompok Sulawesi Tenggara tahun 2016.
kontrol responden dengan tingkat a. Hubungan Usia dengan Kejadian
pendapatan rendah terdapat 29 orang Katarak Senilis
(20,7%) memiliki risiko tinggi untuk Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
menderita katarak senilis dan yang risiko untuk menderita katarak bagi
memiliki risiko rendah terdapat 41 orang responden yang berusia ≥ 45 tahun adalah
(29,3%). 14,397 kali lebih besar dibandingkan
Hasil uji statistik didapatkan nilai odds dengan responden yang berusia <45
ratio sebesar 2,252 dengan tingkat tahun. Dengan demikian dapat
kepercayaan 95% nilai OR berada pada disimpulkan bahwa terdapat hubungan
interval 1,145-4,429 menunjukkan bahwa peningkatan usia dengan kejadian katarak
responden dengan risiko tinggi memiliki senilis.
tingkat pendapatan rendah lebih berisiko Semakin meningkatnya usia, maka sifat
2,252 kali lebih besar menderita katarak lensa sebagai salah satu organ tubuh juga
senilis dibandingkan dengan responden akan ikut berubah. Perubahan yang terjadi
yang memiliki tingkat pendapatan tinggi. salah satunya ialah meningkatnya
Tabel 8. Hasil analisis data kemampuan lensa untuk menghamburkan
menunjukkan bahwa dari 140 responden cahaya matahari. Tidak hanya pada lensa,
terdapat 32 orang (22,1%) pada responden penyebaran cahaya matahari juga
kelompok kasus dengan merokok rendah terjadisecara intraokular, dan ini juga
memiliki risiko tinggi menderita penyakit meningkat secara eksponensial sesuai
katarak dan 38 orang (27,1%) responden dengan peningkatan usia. Perubahan ini
dengan tidak merokok memiliki risiko secara nyata dimulai dari usia 40 tahun,
rendah menderita katarak senilis. Pada kemudian meningkat hingga 2 kali lipat
kelompok kontrol responden dengan saat usia 65 tahun, dan mencapai 3 kali
merokok terdapat 49 orang (35%) lipat pada usia 77 tahun ( Van den Berg et
memiliki risiko tinggi untuk menderia al., 2007).
katarak senilis dan yang memiliki risiko b. Hubungan Jenis Kelamin dengan
rendah terdapat 21 orang (15%). Kejadian Katarak Senilis
Hasil uji statistik didapatkan nilai Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
odds ratio sebesar 2,771 dengan tingkat risiko untuk menderita katarak bagi
kepercayaan 95% nilai OR berada pada responden yang berjenis kelamin
interval 1,383-5,550 menunjukkan bahwa perempuan adalah 4,354 kali lebih besar
responden dengan risiko tinggi merokok dibandingkan dengan responden yang
lebih berisiko 2,771 kali lebih besar berjenis kelamin laki-laki. Dengan
menderita katarak senilis dibandingkan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan responden yang tidak merokok.
263
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

terdapat hubungan antara perbedaan jenis cepat daripada diubah menjadi fruktosa
kelamin dengan kejadian katarak senilis. oleh enzim sorbitol dehydrogenase (SD),
Penelitian terkini menunjukkan bahwa dan sifat sorbitol yang sukar keluar dari
kataraktogenesis pada perempuan dapat lensa melalui proses difusi menyebabkan
dicegah karena ada sifat mitogenik dan peningkatan akumulasi sorbitol. Ini
antioksidatif 17 β-estradiol terhadap sel menciptakan efek hiperosmotik yang
epitel lensa manusia pada kondisi yang nantinya menyebabkan infuse cairan untuk
fisiologis, yaitu sebesar 0,1-10 nM menyeimbangkan gradien osmotik.
(Younan C, 2002). Keadaan ini menyebabkan keruntuhan dan
c. Hubungan Diabetes Melitus dengan pencairan serat lensa yang akhirnya
Kejadian Katarak Senilis membentuk kekeruhan pada lensa. Selain
Hasil uji statistik menunjukkan itu, stres osmotik pada lensa yang
bahwa risiko untuk menderita katarak disebabkan oleh akumulasi sorbitol
senilis bagi responden dengan risiko tinggi menginduksi apoptosis pada sel epitel
memiliki riwayat diabetes mellitus adalah lensa yang mengarah ke pengembangan
adalah 10,688 kali lebih besar katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
dibandingkan responden dengan risiko
rendah tidak memiliki riwayat diabetes
melitus. Dengan demikian dapat d. Hubungan Pekerjaan dengan
disimpulkan bahwa terdapat hubungan Kejadian Katarak Senilis
antara riwayat diabetes melitus dengan Hasil uji statistik menunjukkan
kejadian katarak senilis. bahwa risiko untuk menderita katarak bagi
Peningkatan kadar glukosa dalam responden dengan risiko tinggi
darah memainkan peran penting dalam mempunyai pekerjaan di luar gedung
perkembangan katarak. Efek patologi adalah 2,935 kali lebih besar dibandingkan
hiperglikemia dapat dilihat jelas pada responden dengan risiko rendah bekerja di
jaringan tubuh yang tidak bergantung pada dalam gedung. Dengan demikian dapat
insulin untuk kemasukan glukosa dalam disimpulkan bahwa terdapat hubungan
selnya, misalnya pada lensa mata dan antara pekerjaan yang berada diluar
ginjal, sehingga mereka tidak mampu gedung dengan kejadian katarak senilis.
mengatur transportasi glukosa seiring Berdasarkan hasil Riskesdas (2013)
dengan peningkatan konsentrasi gula di beberapa pekerjaan yang cukup berisiko
ekstraselular. Menurut beberapa penelitian, untuk terjadinya katarak di antaranya
jalur poliol dikatakan memainkan peran adalah petani, buruh dan nelayan. Hal ini
dalam perkembangan katarak pada pasien sejalan dengan pekerjaan responden pada
diabetes. Enzim aldose reduktase (AR) saat penelitian, responden kebanyakan
yang terdapat dalam lensa mengkatalisis memiliki pekerjaan sebagai petani, buruh,
reduksi glukosa menjadi sorbitol melalui dan pedagang keliling, jenis pekerjaan
jalur poliol. Akumulasi sorbitol intrasel yang berada diluar gedung dikaitkan
menyebabkan perubahan osmotik sehingga dengan paparan sinar ultraviolet langsung.
mengakibatkan serat lensa hidropik yang Dalam penelitiannya Ulandari (2014),
degenerasi dan menghasilkan gula katarak. apabila dalam waktu yang lama bekerja
Dalam lensa, sorbitol diproduksi lebih diluar gedung dan terpapar sinar matahari,
264
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

akan sangat berbahaya karena radiasi sinar beberapa wawancara dengan responden,
ultraviolet dari matahari akan diserap oleh rata-rata responden mengatakan tidak
lensa, sehingga akan menyebabkan lensa pernah ada penyuluhan yang dilakukan
menjadi keruh. Masuknya radiasi sinar oleh petugas kesehatan, sehingga
ultraviolet secara langsung kedalam mata masyarakat yang memiliki pendidikan
dapat dikurangi dengan menggunakan alat yang rendah tidak bisa memahami secara
pelindung diri seperti topi saat bekerja dini munculnya tanda-tanda penyakit
diluar gedung. Bahaya akan sinar katarak tersebut. Pendidikan rendah tidak
ultravioletini belum banyak diketahui oleh terkait langsung dengan terjadinya katarak,
responden yang, sehingga perlu tetapi biasanya berhubungan dengan
diadakannya penyuluhan atau promosi pekerjaan. Seseorang dengan tingkat
kesehatan untuk menggunakan alat pendidikan rendah, biasanya akan bekerja
pelindung diri saat berada diluar gedung. sebagai petani, nelayan atau buruh kasar
e. Hubungan Tingkat Pendidikan sehingga kecenderungan untuk terpapar
dengan Kejadian Katarak Senilis oleh sinar ultraviolet akan lebih sering.
Hasil uji statistik menunjukkan f. Hubungan Pendapatan dengan
bahwa risiko untuk menderita katarak Kejadian Katarak Senilis
bagi responden dengan risiko tinggi Hasil uji statistik menunjukkan
dengan berpendidikan rendah adalah bahwa risiko untuk menderita katarak
3,842 kali lebih besar dibandingkan bagi responden dengan risiko tinggi
responden dengan risiko rendah dengan pendapatan rendah adalah 2,252
berpedidikan tinggi. Dengan demikian kali lebih besar dibandingkan responden
dapat disimpulkan bahwa terdapat dengan risiko rendah pendapatan tinggi.
hubungan antara tingkat pendidikan Dengan demikian dapat disimpulkan
dengan kejadian katarak senilis. bahwa terdapat hubungan antara tingkat
Tingkat pendidikan dapat pendapatan dengan kejadian katarak
mempengaruhi status sosial ekonomi senilis.
termasuk pekerjaan dan status gizi, pada Pendapatan masyarakat yang rendah
penelitian ini responden yang memiliki tidak terlepas dari pendidikan yang rendah
pendidikan rendah sebagian besar bekerja pula, pada umumnya dengan pendidikan
sebagai petani. Penelitian yang dilakukan yang rendah responden memiliki pekerjaan
oleh Echebiri, dkk (2010) menyebutkan dibidang informal yaitu sebagai petani dan
bahwa risiko katarak sangat terkait pada buruh, dimana kedua jenis pekerjaan ini
responden dengan pendidikan yang penghasilan yang didapatkan kadang tidak
rendah, dimana responden yang tentu, sehingga dengan pendapatan yang
berpendidikan mempunya risiko 2,42 kali rendah responden tidak mampu untuk
menderita katarak. Pendidikan yang memenuhi kebutuhan asupan nutrisi
rendah pada masyarakat juga akan sehingga rentan mengalami berbagai
berdampak pada tidak adanya pemahaman penyakit, salah satunya adalah terkena
dan kesadaran akan penyakit katarak katarak.
tersebut, ditambah lagi dengan sangat g. Hubungan Merokok dengan
kurangnya informasi atau penyuluhan yang Kejadian Katarak Senilis
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Dari
265
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

Hasil uji statistik menunjukkan Kendari, dimana jenis kelamin perempuan


bahwa risiko untuk menderita katarak bagi lebih berisiko tinggi (OR=4,354).
responden yang memiiki kebiasaan Lokasi pekerjaan merupakan faktor
merokok adalah 2,771 kali lebih berisiko risiko yang berhubungan dengan kejadian
terkena penyakit katarak dibanding katarak senilis pada pasien di Poli Mata
responden yang tidak merokok sama Rumah Sakit Umum Bahteramas Kota
sekali. Dengan demikian dapat Kendari, dimanna lokasi pekerjaan diluar
disimpulkan bahwa terdapat hubungan gedung lebih berisiko tinggi (OR = 2,935).
merokok dengan kejadian katarak senilis. Diabetes melitus merupakan faktor
Dari beberapa faktor risiko terjadinya risiko yang berhubungan dengan
katarak, salah satunya adalah merokok. kejadiankatarak senilis pada pasien di Poli
Rokok berperan dalam pembentukan Mata Rumah Sakit Umum Bahteramas
katarak melalui dua cara yaitu, pertama Kota Kendari, dimana responden dengan
paparan asap rokok yang berasal dari riwayat DM lebih berisiko tinggi
tembakau dapat merusak membran sel dan (OR=10,688).
serat-serat yang ada pada mata. Kedua Tingkat pendidikan merupakan
yaitu, merokok dapat menyebabkan faktor risiko yang berhubungan dengan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam kejadian katarak senilis pada pasien di Poli
tubuh mengalami gangguan sehingga Mata Rumah Sakit Umum Bahteramas
dapat merusak mata (United For Sigth, Kota Kendari, dimana responden dengan
2003). Merokok dapat menginduksi stress tingkat pendidikan rendah lebih berisiko
oksidatif dihubungakan dengan penurunan tinggi (OR=3,842).
kadar antioksidan, askorbat, dan Pendapatan merupakan faktor
karotenoid. Merokok juga dapat risiko yang berhubungan dengan kejadian
menyebabkan penumpukan chromophores katarak senilis pada pasien di Poli Mata
yang menyebabkan terjadinya Rumah Sakit Umum Bahteramas Kota
penguningan warna lensa. Kandungan Kendari, dimana responden dengan
sianat dalam rokok juga menyebabkan pendapatan rendah lebih berisiko tinggi
terjadinya karbamilasi dan denaturasi (OR=2,252).
protein lensa (Khurana, 2007). Merokok merupakan faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian
SIMPULAN katarak senilis pada pasien di Poli Mata
Usia merupakan faktor risiko yang Rumah Sakit Umum Bahteramas Kota
berhubungan dengan kejadian katarak Kendari, responden dengan riwayat
senilis pada pasien di Poli Mata Rumah merokok lebih berisiko tinggi (OR=2,771).
Sakit Umum Bahteramas Kota Kendari,
dimana usia ≥45 tahun lebih berisiko SARAN
tinggi (OR = 14,397). Disarankan kepada masyarakat untuk
Jenis kelamin merupakan faktor meningkatkan pengetahuan dan
risiko yang berhubungan dengan kejadian pemahaman masyarakat tentang katarak,
katarak senilis pada pasien di Poli Mata maka penyuluhan dapat berupa promosi
Rumah Sakit Umum Bahteramas Kota kesehatan. Sehingga penyebarluasan
informasi yang berkaitan dengan tanda
266
Volume 3 Nomor 2 Bulan April 2016 E-ISSN: 2443-0218

dan gejala katarak, upaya-upaya Cataract.Nature Publishing


pencegahan terjadinya katarak, serta Group. Vol. 19.
pentingnya menggunakan alat pelindung Ulandari, N.N.S.T. 2014. Pengaruh
Pekerjaan Dan Pendidikan Terhadap
diri (APD) pada saat bekerja diluar
Terjadinya Katarak Pada Pasien
gedung dapat diketahui masyarakat. yang Berobat di Balai Kesehatan
Mata Masyarakat Nusa Tenggara
DAFTAR PUSTAKA Barat.
Badan Penelitian dan Pengembangan United For Sight. 2003. Smoke exposure.
Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan US. National Library of Medicine
Dasar. Jakarta: Kementerian National Institute of Health.
Kesehatan RI. Van Den Berg, et al. 2007. Straylight
Echebiri,S.I.,Odeigh,P.,Myers,S. 2010. Effects with Aging and Lens
Case-Control Studies and Risk Extraction.American Journal of
Factor For Cataractin Two Ophthalmology.Vol.144. Issue 3 :
Population Studies in Nigeria. 358-363.
Journal Of Ophthalmology, World Health Organization. 2007. Vision
17(4):303-309. 2020 The Right To Sight.Global
Hanok, M.S., Ratag, B.T., Tumbol, A.R. Initiative for the elimination of
2014. Faktor – faktor Yang avoidable blindness Action Plan
Behubungan Dengan Kejadian 2006-2011.
Katarak di Balai Kesehatan Mata Younan C. et al. 2002. Hormone
Masyarakat Provinsi Sulawesi Utara Replacement Therapy, Reproductive
Tahun 2014. Factors, and the Incidence of
Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Cataract and Cataract
ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Surgery.American Journal of
Javitt, JC, Wang F, West SK. 1996. Epidemiology. Vol. 155 :997-1006.
Blindness due to cataract:
epidemiology and prevention.Annual
Review of Public Health. 17: 159-77.
Khurana, A. K. 2007. Comprehensive
Ophthalmology. 4thed. New Delhi:
New Age International (P) Limited,
Publishers.
Pollreisz, A,. Erfurth,U.S. 2010. Diabetic
Cataract-Pathogenesis,
Epidemiology and Treatment.
Hindawi Publishing Corporation
Journal of Ophthalmology. Vol.
2010.
Pujiyanto, T.I. 2004. Faktor-Faktor Risiko
Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Katarak Senilis (Studi
Kasus Kota Semarang dan
Sekitarnya). Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro
Robman, L., Taylor. H. 2005. External
Factors in the Development of

267

You might also like