Professional Documents
Culture Documents
4347 1 8422 1 10 20170321 PDF
4347 1 8422 1 10 20170321 PDF
Abstract
The research was proposed by Gani, et al (2013:12) about “Desain Kawasan Sehat untuk
Wisata Budaya Using di Kabupaten Banyuwangi” was calculated the use of health toilet is
54%, the use of quite health toilet is 37%, and the use of not-health toilet is 9%. Furthermore,
this research also calculated the behavior of using clean water is 94% and 63% not using
trash can. The purpose of this study was to analyze PHBS Using community includes
predisposing, enabling, reinforcing based on three indicators of PHBs that apply to defecate
in latrines, using clean water, and dispose of waste in place. This research is a qualitative
descriptive study. Some techniques of data collection are applied in this research; in-depth
interview, documentation, and observation. Determination of the informants in this research
used purposive technique. The results showed that people still have the habit Using defecate
in the river, people using clean water sourced from mountain springs, the habit of not sorting
garbage and dispose of garbage in the river. The village head required that every home
should have latrines to reduce the habit of people to defecate in the river. Mother village
heads who were members of the PKK had been doing counseling about recycling but the
response was still not appropriate. There is a tradition in Kemiren rabo wekasan. This
tradition bequeathed 1 cultural values that spring must be maintained by cleaning.
Abstrak
Penelitian yang dilakukan oleh Gani, et al (2013:12) yang berjudul ”Desain Kawasan Sehat
Untuk Wisata Budaya Using Di Kabupaten Banyuwangi” didapatkan hasil perilaku
menggunakan jamban sehat 54%, menggunakan jamban kurang sehat 37%, menggunakan
jamban buruk 9% selain itu didapatkan pula hasil perilaku penggunaan air bersih 94%,
tidak menggunakan tempat sampah 63%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis PHBS
masyarakat Using meliputi faktor predisposing, enabling, reinforcing berdasarkan 3
indikator PHBS yaitu menerapkan BAB di jamban, menggunakan air bersih, dan
membuang sampah pada tempatnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi.
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat Using masih memiliki kebiasaan BAB di sungai,
masyarakat menggunakan air bersih yang bersumber dari mata air pegunungan,
kebiasaan tidak melakukan pemilahan sampah dan membuang sampah di pinggir sungai.
Kepala desa mewajibkan setiap rumah harus memiliki jamban untuk mengurangi
kebiasaan masyarakat BAB di sungai. Ibu kades yang tergabung dalam tim penggerak PKK
sudah melakukan penyuluhan tentang daur ulang sampah namun respon yang diharapkan
masih belum sesuai.
25
26 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 Maret 2015
IU6, IU7, IU 8 hanya bisa menjelaskan punya jamban tetapi lebih nyaman
secara singkat mengenai sampah. Berikut BAB di sungai karena kebiasaan
ini bukti beberapa kutipan dari informan karena dingin ketika menyentuh air.
utama penelitian: Tempat BAB, mencuci mandi di sungai
(131:93-96) “Sampah itu istilahnya dibedakan jadi tidak jijik).” (IU3, 5
barang yang habis dipakai kan ya September 2015)
dibuang. Kotor kan. Ya kayak sampah
kering seperti plastik itu kan kering. Berdasarkan metode triangulasi
Kalau sampah basah ya misale kayak sumber yang dilakukan oleh peneliti,
bekas ikan kan bau mbak, mesti kan pernyataan informan utama sesuai
harus dibuang. Yo harus di resiki dek dengan hasil dari observasi dan
ning omah kudu diresiki kadhung pengamatan. Hasil triangulasi sumber
enek romot sithik kan suker kan.” dari informan tambahan menyatakan
(IU1, 5 September 2015) bahwa masyarakat modern melakukan
BAB di jamban. Berikut ini bukti kutipan
Dapat disimpulkan dari pernyataan wawancara dengan informan tambahan:
informan utama bahwa informan (164:14-15) “Ya yang punya wc ya di
memiliki pengetahuan tentang sampah. wc, tapi sekarang jarang yang di
Jika masyarakat memiliki pengetahuan sungai ya di wc itu dah” (IT1, 5
yang baik diharapkan berusaha untuk September 2015)
selalu menjaga kondisi lingkungan
dengan cara melakukan pengelolaan (176:16-18) “Ya kalau buang air besar
sampah yang benar agar selalu bersih sekarang ini 70% sudah dijamban
dan sehat supaya dengan kondisi yang selebihnya 30% masih ada yang ke
bersih dan sehat dapat menjaga dan sungai. Untuk program kedepan ya
meningkatkan derajat keseha desa ingin membuat itu semua jadi ke
jamban semua. Itu program juga” (IT3,
Perilaku Masyarakat Using 7 September 2015)
Melakukan BAB
Berdasarkan wawancara dengan Masyarakat yang melakukan BAB di
delapan informan, enam informan sungai karena terbiasa dan tidak
melakukan BAB di sungai. Berikut bukti mempunyai jamban. Tidak adanya
beberapa pernyataan dari informan jamban di rumah dikarenakan belum
utama: adanya dana untuk membangun jamban.
(130:16,18) “Ndek sungai. Gak punya IU1, IU5, dan IU8 tidak memiliki jamban
wc, belum bikin. Kalau ndek sini ya di sehingga ketika BAB harus di sungai
sungai mbak. Mungkin kalau punya sedangkan IU3, IU4, dan IU6 memiliki
wc ya di wc hehehe kan saya gak jamban namun tidak terbiasa untuk
punya” (IU1, 5 September 2012) melakukan BAB di jamban.
(140:27-29) “Nong kono kali (sambil
menunjuk ke arah tempat berak). Yo Perilaku Masyarakat Using
punyak wc tapi yo jarang dek. Yo soale Menggunakan Air Bersih
kan enggak kebiasaan mulai kecil ro, Berdasarkan hasil wawancara
mbah’e eek ndek kali. Enak kok adem. mendalam dengan delapan informan
Keneng byanyau. Kan papane ngeseng, utama, tujuh informan utama di Desa
ngumbah, adus bedo nduk. Dadi mbahe Kemiren menggunakan sumber air
sing jijik (BAB di sungai. Mbah ini bersih dari mata air pegunungan di Desa
30 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 Maret 2015
di sungai tidak sesuai dengan indikator dengan penjelasan dari WHO, sampah
PHBS tatanan rumah tangga. BAB adalah sesuatu yang tidak digunakan,
merupakan tindakan makhluk hidup tidak dipakai, tidak disenangi atau
untuk membuang kotoran yang padat sesuatu yang dibuang berasal dari
atau setengah-padat yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
sistem pencernaan sebaiknya dilakukan dengan sendirinya. Masyarakat dapat
di jamban. Setiap rumah tangga harus menjelaskan pengertian sampah karena
memiliki dan menggunakan jamban leher setiap harinya selalu menghasilkan
angsa dan tangki septic atau lubang sampah yang berasal dari kotoran dapur
penampungan kotoran sebagai misalnya sisa sayur, plastik bekas
penampung akhir [7]. Pengetahuan makanan, dll.
masyarakat mengenai BAB di sungai Mayoritas perilaku masyarakat
disebabkan kebiasaan dan perilakunya Using ketika melakukan BAB yaitu di
sehari-hari yaitu karena sudah terbiasa sungai. Berdasarkan hasil wawancara
sejak kecil merasa nyaman BAB di sungai dengan delapan informan utama, enam
dan merasa kesulitan ketika BAB di informan utama melakukan BAB di
jamban, selain itu tidak adanya fasilitas sungai. Hal ini tidak sesuai dengan
jamban di rumah mereka. Pengetahuan indikator PHBS, indikator BAB
masyarakat tentang BAB akan membutuhkan ketersediaan sarana di
mempengaruhi perilaku sehari-hari masing-masing rumah tangga oleh
ketika akan melakukan BAB. Perilaku karenanya ketersediaan sarana jamban
inilah yang akan dilakukan terus keluarga merupakan salah satu faktor
menerus sehingga menjadi kebiasaan utama pembentuk perilaku hidup sehat.
dan akan menjadi contoh bagi keluarga Ketersedian sumber daya merupakan
dan orang lain. faktor yang termasuk ke dalam faktor
Masyarakat Using dapat enabling menurut L. Green. Jika sarana
menjelaskan pengertian, kriteria dan jamban keluarga yang sehat tidak
manfaat air bersih. Menurut mereka air tersedia maka pada masa yang akan
bersih adalah air yang jernih, tidak kotor, datang tidak tertutup kemungkinan
tidak berbau dan aman untuk kebutuhan bahwa jamban keluarga yang sudah ada
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan sekarang justru tidak akan dimanfaatkan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : Masyarakat yang melakukan BAB di
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang sungai karena tidak memiliki jamban,
syarat-syarat pengawasan kualitas air, namun ada yang memiliki jamban tetapi
air bersih adalah air yang digunakan tidak digunakan alasannya masyarakat
untuk keperluan sehari-hari yang terbiasa sejak kecil BAB di sungai karena
kualitasnya memenuhi syarat-syarat kenyamanan menyentuh air sehingga
kesehatan dan diminum apabila telah BAB dapat dilakukan dengan lancar
dimasak [8]. Masyarakat dapat misalnya, BAB di sungai dapat dilakukan
menjelaskan pengertian air bersih sembari menghisap rokok dan dilakukan
karena sumber air bersih yang di ruangan terbuka sehingga tidak
digunakan di tempat tinggal mereka menimbulkan bau tidak sedap.
jernih dan aman untuk kegiatan sehari- Masyarakat merasa kesulitan ketika BAB
hari masyarakat. di jamban karena anus tidak terendam
Masyarakat suku Using menyebut air layaknya ketika BAB di sungai
sampah sebagai romot atau kotoran. sehingga kotoran yang ada di dalam
Pengetahuan masyarakat tersebut sesuai
Husni Abdul Gani : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) ….. 33
perut sulit untuk dikeluarkan dan (reuse) dan pendauran ulang sampah
akhirnya menimbulkan sakit perut. (recycle). Dalam undang-undang
Perilaku masyarakat Using pengelolaan sampah disebutkan
sehari-hari menggunakan air bersih yang larangan bagi setiap orang mengelola
bersumber dari mata air pegunungan di sampah yang menyebabkan pencemaran
Kampunganyar. Peneliti melakukan dan/atau perusakan lingkungan,
observasi sumber air yang digunakan membuang sampah tidak pada tempat
masyarakat sehari-hari. Kualitasnya yang telah ditentukan dan disediakan,
jernih, tidak berbau, berasa dan melakukan penanganan sampah dengan
berwarna sehingga aman untuk pembuangan terbuka di tempat
digunakan sehari-hari. Terdapat banyak pemrosesan akhir serta membakar
titik mata air di Desa kemiren. Air dari sampah yang tidak sesuai dengan
mata air pegunungan di Kampung anyar persyaratan teknis pengelolaan sampah
disalurkan ke rumah warga [10]. Masyarakat tidak melakukan
menggunakan pipa-pipa. Masyarakat di pemisahan sampah, membuang sampah
desa ini tidak mengunakan sumur karena di tepi sungai dan membakar sampah
ditakutkan ada kontaminasi dari dari dikarenakan beberapa faktor yaitu di
septic tank. Masyarakat Using kelompok Desa Kemiren masih belum ada fasilitas
usia tua ketika akan mengkonsumsi air gerobak sampah dan petugas kebersihan
minum mereka tidak memasaknya yang mengambil sampah ditiap-tiap
terlebih dahulu. Perilaku masyarakat ini rumah, di desa tidak ada lahan yang
tidak sesuai dengan syarat-syarat air dapat dijadikan tempat pembuangan
minum menurut departemen kesehatan sampah sementara.
yaitu tidak berbau, tidak berasa, tidak Faktor reinforcing masyarakat
berwarna, dan tidak mengandung logam dalam menerapkan PHBS dapat berupa
berat, walaupun air dapat diminum oleh dukungan tokoh masyarakat dan budaya
manusia, tetapi tetap terdapat resiko untuk mendorong masyarakat
bahwa air tersebut telah tercemar oleh melakukan PHBS. Masyarakat sudah
bakteri (Escherichia coli). Bakteri dapat mendapatkan dukungan dari Kepala
dibunuh dengan memasak air hingga 100 Desa. Kepala desa mewajibkan setiap
derajat Celcius [9]. Masyarakat yang tidak rumah harus memiliki jamban agar
memasak air terlebih dahulu masyarakat yang belum memiliki jamban
beranggapan bahwa air yang ada di desa segera membangun jamban, dan
mereka bersumber dari mata air dan mengurangi kebiasaan masyarakat BAB
kualitasnya sangat bagus dan jernih di sungai. Rumah yang memiliki jamban
sehingga tidak perlu dimasak terlebih yang bersih dapat dijadikan sebagai
dahulu. home stay. Selain itu, dukungan juga
Delapan informan membuang diberikan oleh Ibu kades yang tergabung
sampah dengan cara dikumpulkan dalam tim penggerak PKK dengan cara
terlebih dahulu di masing-masing rumah, penyuluhan mengenai daur ulang
kemudian dibuang di tepi sungai sampah dan bank sampah. Dukungan
selanjutnya dibakar. Perilaku masyarakat yang diberikan oleh kepala desa sudah
membakar sampah tidak sesuai dengan sesuai dengan teori pendekatan menurut
Undang-Undang No. 18 tahun 2008. Green yaitu fase diagnosis pendidikan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dan organisasi berupa faktor penguat
melalui pembatasan timbulan sampah atau pendorong masyarakat untuk
(reduce), pemanfaatan kembali sampah menunjang PHBS masyarakat yang lebih
34 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 Maret 2015