You are on page 1of 12

EKONOMI .

PEMBANGUNAN
^onnmi {3rrknnban«
Hal 25- 36

KETIDAKADILAN VERTIKAL
DALAM PENETAPAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN :
KASUS YOGYAKARTA

Samon Jaya dan Risdawati

Abstract

The common problem faced by thegovernment to impose property tax is the


market value of the property (NJOB). This leads unfair assessment. Generally. NJOP
tends to be a regressive vertical unfair. This problem comes when high market value of
property is valued at low price. Many models are extensively used toprove a vertical
unfair. Sermon's model (1995), for example, shows that every model using NJOP as an
explanatory variable tends to be bias progressively. In other hand, by using sale price
as an explanatory variable is likely bias regressively. This research uses Sermon's
model to check whether all models have different conclusions.
This research uses saleprice basedon brokerpropertyfirm and thereport ofPPAT
having adjusted on the price ofJanuary 1998. Then, the tax office. PBB. checks the
value ofthe property toregister itsNJOP. Dataare divided two groups. Thefirst group
is all dataconsisting of103 setofNJOP andsaleprice. The second has 71 data, ratio of
NJOP to sale price. 5 modelsanalyze each group.
The research shows that test of vertical injustice indicates inconsistent. There are
no differences between two samples. Belt's model, however, indicates that the
relationship between NJOP and sale price is non-linear for the first group, but it is
linearfor the second group. Model ofPaglin andFagarty, Cheng's model andmodel of
lAAO shows regressive, meanwhile Model of Kochin and parks and Bell don't show
vertical injustice.

PENDAHULUAN pemalsuan (fudgefactor) sekitar 5 persen.


Umumnya masyarakat sering Dilain pihak para penilai mendefinisikan
merasa bingung tentang pengeitian dari istilah nilai pasar tidak sama dengan pialang
nilai pasar (Market Value) suatu properti, properti. Secara definisi nilai pasar adalah
karena baik para agen atau pialang properti "harga jual yang paling mungkin teijadi"
dan para penilai (valuer), terutama penilai pada sebuah properf yang diharapkan dapat
pemerintah (dalam hal ini Kantor dipasaikan untuk suatu waktu tertentu, artinya
Pelayanan Pajak Bum! dan Bangunan yang tidak ada fektor pemalsuan menurut definisi
menetapkan Nilai Jual Obyek Pajak) keija para penilai ini tentang nilai pasar.
mengartikan kata-kata tersebut dengan Berdasarkan uraian di atas ada
pandangan yang berbeda (Brewer, 1998).. perbedaan "kepentingan" dari kata-
Ketika pialang atau broker properti kata tersebut tergantung siapa yang
mengatakan kepada pemilik rumah tentang mempergunakannya. Perbedaan das^tehadap
nilai pasar, secara umum maksud mereka pandangan dan pengeitian nilai pasar dapat
adalah harga yang dilekatkan pada suatu menjadi konflik dan pertentangan bagi pihak-
property dalam penawaran, yang sering pihak yang beikepentingan tertiadap suatu
dikenal dengan" harga penawaran. Harga properti. Berbagai kasus konflik tersebut
penawaran selalu memiliki faktor terjadi antar warga masyarakat dan lebih

JEPVol.5No.1.2000 25
Samonjaya &Risdawati. Ketidakadilan Vertikal Dalam Penetapan Pajak Bumi Dan Bangunan... ISSN: 1410 -2641

sering teijadi antar masyarakat dengan (assessment inequities), yaitu seberapa jauh
pemerintah. Ganti rugi tanah oleh pemerintah tingkat kekonsistenan hubungan antara
sering menjadi konflik yang beriarut-larut NJOP dengan nilai pasar untuk seluruh
sampai hitungan puluhan tahun dikarenakan properti pada tanggal penilaian. Ketidakadilan
keridaksesuian konsep nilai pasar. Konflik penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu
yang terjadi setiap tahun adalah penentuan ketidakadilan horizontal dan ketidakadilan
Nilal Jual Obyek Pajak (NJOP) oleh Kantor vertikal (De Casare dan Ruddock, 1998).
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Ketidakadilan horizontal adalah perbedaan
Bahkan di negara besar sepeiti Amerika secara sistematis dalam tin^cat NJOP yang
Serikat setiap tahun jutaan pembayar pajak dapat dilfliat ketika masyarakat menliliki
properti mengajukan banding tertiadap properti yang serupa dan nflai yang sama,
ketetapan pajak properti yang tidak adil berbeda pembayaran pajak propertinya
{Consumer's Research Magazine. 1995). dikarenakan NJOP yang tidak sama.
Ketidakadilan vertikal adalah perbedaan
TEORI DAN MODEL secara sistematis dalam tingkat NJOP pada
Berbagai metoda telah dianjurkan kelompok properti berdasarkan nilainya.
dan dilakukan untuk mencapai keadilan Ketidakadilan vertikal bisa secara regresif,
dalam penetapan pajak properti. Pendidikan ketika properti bemilai tinggi dinilai relatif di
dan pelatihan bagi tenaga peniiai; penggunaan bawah nilainya dari properti bemilai rendah,
persamaan regresi dalam perhitungan nilai sebaliknya progresif, bila properti bemilai
properti, pemanfatan peta perpajakan, serta tinggi dinilai relatif di atas nilainya dari
pemberian insentif tambahan bagi peniiai properti bemilai rendah.
merupakan usulan yang telah dilaksanakan Berbagai model untuk mengukur
(Santerre dan Bates, 1996). adanya indikasi ketidakadilan vertikal
Banyak peneliti, baik dari kalangan dalam pajak properti telah dipublikasikan.
akademisi maupun praktisi secara organisasi Hasil uji terhadap model-model tersebut
maupun perorangan, menaruh perhatian baik pengukurannya menggunakan NJOP
terhadap keadilan dalam pajak properti, (assessed value) maupun harga jual (sale
terutama yang berkaitan dengan penentuan price) sebagai pendekatan (proxy) dari
nilai pasar yang adil (fair market value). The nilai pasar maka hasilnya' menunjukkan
International Association of Assessing ketidakkonsistenan (Sirmans, dkk 1995).
Officers (lAAO) sepakat bahwa hal yang Bila harga jual menjadi variabel penjelas
paling penting untuk standar keadilan maka hasilnya menunjukkan indikasi
adalah nilai pasar (McCluskey, dkk, 1998). ketidakadilan vertikal secara regresif,
lAAO menganjurkan standar umum dalam sebaliknya bila NJOP menunjukkan indikasi
mengukur keadilan pajak properti (De progresif. Salah satu tujuan penelitian
Casare dan Ruddock. 1998) salah satunya Sirmans, dkk (1995) adalah menggambarkan
adalah keseragaman penilaian (assessment bahaya yang terkandung dalam menggunakan
uniformity). Keseragaman penilaian atau NJOP dan harga jual untuk mengukur
dikenal dengan Coefficient of Dispersion ketidakadilan vertikal yang selama ini telah
(COD), adalah seberapa jauh secara rata- dipergunakan. Kedua variabel tersebut
rata properti dinilai (assessed) sesuai dengan merupakan variabel yang salah (variable
ketentuan atau tingkat yang diinginkan errors) dalam mewakili nilai pasar. Padahal
berdasarkan nilai pasamya. NJOP saat ini penggunaannya di Indonesia
Konsep yang berhubungan dengan tidak saja untuk keperluan penetapan Pajak
COD adalah ketidakadilan penilaian Bumi d^ Bangunan (PBB) tapi telah meluas

26 JEPVol.5No.l.2000
ISSN: 1410 - 2641 Samonjaya &Risdawati, KeMekBdilan Veitikal Dalam Penetapan Pajak Bumi Dan Bai^unan...

menjadi dasar untuk peiiiitungan Pajak 1. model Paglin dan Fogarty,


Penghasilan (FPh) atas transaksi tanah AV = ao + ai SP;
dan/atau bangunan, Bea P^ihan Hak atas 2. model Kochin dan Parks,
,Tanah d^atau Banguran (BPHTB), seria Ln SP = bo + bi Ln AV ;
keperluan besamya ^nti ni^ oleh-{^erintah 3. model Cheng, Ln AV = Co + Ci Ln SP;
atas tanah masyarakat yang akan dipsgiunakan 4. model Bell, AV = do + di SP+ di SP^ ;
untukkepentingan umum. 5. model lAAQ, AV/SP = eo + ei SP ;
Ketidakkonsistenan hasil uji
ketidakadilan vertikal ini tentu memberi dalam hal ini:
pen^iuh teibadtq) pemecahan^ masalahnya. AV : adalah NJOP yang ditetapkan oleh
Pengujian beibagai model yangdipergunakan Kantor Pelayan^ PBB -Yogyakarta
Sinnans, dkk (1995), untidc melihat indikasi untuktahunpajakl998,
ketidakadilan veitikal atas nilai pasar yang
SP ; adalah harga transaksi jual bell
diwakili NJOP dan haiga jual, menunjuld^an properti yang berada di daerah'
bahwa kedua'pendekatan tersebut tidak dapat Yogyakarta berdasarkan h^ga jual
menjadi pato)^ untuk nilai pasar yang a^l. per Januari 1998,
Kesalahan dalam penentuan nilai pasar yang a,b,c,d,dane : adalah.koefisienestimasi,
wajar properti dapat menyebabkan kesalahan
dal^ mengestimasi Gross National Product • HIPOTESIS
atau GNP (Green, 1997). Berdasarkan Berdasarkan latar belakang dan
penelitian Berg dan Bergstrom (1995) teori yang telah diungkap sebelumnya,
temyata kekayaan dalam bentuk prop^ maka'penelitian iiii-menarik hipotesis
berpengaruh pada konsumsi, sedangkan -sebagai berikut.
konsumsi merupakan variabel dalam
menghitung GNP. 1. Pengaruh otonom antara SP (harga
Penelitian Sirmans, dkk (1995) yang jual) dan AV (NJOP) diduga sama
menunjukkan ketidakkonsistenan hasil uji dengan nol ( 0 ), jika hal ini'terjadi
keddakadilan vertikal dengan penggunaan maka ada indikasi-keadilan.
berbagai model. Secara teoii seharusnya 2. Pengaruh antara AV dan SP.diduga
ketidakadilan vertikal pada penetapan NJOP sama dengan satu (I), jika hal ini
dalam suatu.wilayah menunjuldcan hasil y^g terjadi maka ada indikasi keadilan. •
sama d^gan menggunakan model ^apun. 3. Pengaruh antara SP dan AV diduga
Tidak begihi penting apakah model tersebut sama dengan satu (1), jika hal ini
menggunakan haiga jual sebagai p^dekat^ teijadi maka ada indikasi keadilan. -
untuk nilai pasar ataupun mode! yang 4. Pengaruh otonom'%itara SP dan AV
mempergunakm NJOP sebagai f>endekatan diduga sama dengan nol ( 0 ), jika
dari nilai pasar. hal ini teijadi maka ada indikasi
Berdasaikan hal di atas penulis keadilan.
memandang perlu untuk mengulang kembali 5. Pengaruh antara SP dan ASR (rasio
p)enelitiari .Sinnans,dkk (1995). Apakah data NJOP terhadap harga jual) diduga
NJOP dan harga jual' properti •di daerah sama dengan satu (0); jika hal ini
-Yogyakarta juga menunjukkan ketidakadilan terjadi maka ada indikasi keadilan.
vertikal yang tidak konsisten dengari
menggunakan uji berbagai model di atas, HASIL DAN PEMBAHASAN
tenitama 5 (lima) model, yaitu: Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder. Pertama-

JEPVol5No.1.2000 27
Samonjaya &Risdawali, Ketidakadilan VertikalDalam Penetapan Pajak Bmi Dan Bangunan... ISSN: 1410 - 2641

lama data yang dikumpulkan adalah harga Dengan sampel yang relatif sedikit,
juai properti, baik melalui pialang properti perbedaan rasio yang tinggi, hasil analisis
maupun PPAT. Selanjutnya data properti dapat menyimpang (lAAO, 1990, hal. 137).
tersebut dicocokkan dengan data yang ada Ada beberapa beberapa faktor yang
di Kantor Pelayanan PBB Yogyakarta menyebabkan besamya perbedaan (extreme)
untuk melihat NJOP properti yang rasio NJOP tersebut (lAAO, 1990, hal. 137 -
bersangkutan. NJOP ditetapkan per I 138),diantaranya.
Januari 1998, maka harga juai yang telah 1. Penilaian yang dilakukan sudah tidak
diperoleh selain bulan tersebut harus sesuai dengan kondisi Hsik dan
disesuaikan (lime adjustment) dengan lingkungan . properti .(outdated
harga pada bulan Januari 1998. appraisals).
Ada berbagai meloda penyesuaian 2. Ketidaksesuaian antara properti yang
waktu terhadap hargajuai (Clapp, didc, 1996; dijualdenganyang dinllai (mismatch).
lAAO, 1990. hal. 580 - 583). Dalam 3. Penjualan properti bukan melalui
penelitian ini penyesuaian tersebut mekanisme pasar wajar (non-arm's
menggunakan analisis penjualan sejenis length sales).
dengan memperhitungkan tingkat inflasi
Ada dua pendekatan untuk
bulananuntuksektor perumahan.
mengeluarkan rasio yang sangat berbeda
Data transaksi Juai beli properti
tersebut dari analisis (lAAO, 1990, hal.
diperoleh sebanyak 103 sampel, terdiri
dari 72 transaksi yang bersumber dari 137). Pertama adalah dengan membuat
pialang properti dan 31 transaksi batas atas dan bawah rasio (cut-offpoints)
berdasarkan laporan PPAT. Transaksi pada nilai tertentu. Kedua dengan memilih
tercatat dari bulan Oktober 1997 sarhpai rasio yang berada dalam kisaran antara dua
kali standar deviasi dari nilai rasio rata-
Desember 1998 (lihat lampiran 1). Kisaran
rata.
harga Juai properti dari pialang antara Rp
15,5 Juta sampai Rp 990 juta, sarhpel dari Karena penelitian mi bertujuan
laporan PPAT berkisar antara.Rp 2,225 untuk menguji berbagai model dan bukan
Juta sampai Rp 29,1 Juta. Setelah harga data, maka analisis penelitian ini
Juai properti tersebut diidentifikasi dan
menggunakan dua kelompok sampel.
dicocokkan dengan basis data >^ang ada di Pertama adalah seluruh sampel akan
Kantor Pelayanan PBB Yogyakmta, didapat dipergunakan tanpa m^nisahkan data yang
kisaran NJOP dari properti tersebut antara Rp memiliki rasio yang sangat berbeda (extreem).
1,220Jutasampai Rp 713,4Juta. Kedua adalah mengeluarkan rasio dengan cut
Setelah dilakukan penyesuaian
offpoints diatas 1 (satu), sama dengan sampel
waktu terhadap harga Juai per-Januari penelitian Sirmans, dkk (1995), yaitu hanya
san^l yang memiliki NJOP sama atau lebih
1998, tercatat kisaran harga Juai mulai dari
Rp 1,580 juta sampai Rp 811,200 Juta, rendah dari hargaJual (rasio NJOP terhadap
dengan rata-rata Rp 128,602 Juta. Rasio harga Juai ^ 1). Jumlah seluruh sampel
NJOP terhadap harga Juai berkisar antara penelitian sebanyak 103 data. Dari Jumlah
0,0716 sampai 8,645 dengan rata-rata tersebut hanya 71 sampel dengan NJOP
0,868. Ada sebagian sampel dengan NJOP sama atau lebih rendah dari harga Jual.
Jauh lebih tinggi dari harga Juai dan . Hasil regresi setiap model menunjukkan
sebaliknya ada NJOP jauh lebih rendah indikasi ketidakadilan vertikal seperti pada
tabel 2.
dari hargaJuai. Untuk lebihJelas lihat tabel 1.

28 -JEPVol.5No.1.2000
ISSN": 1410 - 2641 Samonjaya &Risdawati. Ket/daAsd/7an Veitikel Dalam Penelapan Pajak BumiDan Bangunan..

Pada label 2 terlihat bahwa pada secara non-linier dengan kelompok sampel
sampel yang sama indikasi ketidakadilan 71 yang linier meialui model Bell,'tetapi
vertikai memberlkan basil yang tidak hasil uji indikasi ketidakadilan vertikai
konsisten. • Dari kedua kelompok sampel terhadap kedua kelompok tersebut meialui
terlihat bahwa Model PF, Cheng, dan lAAO berbagai model tidak menunjukk^ hasil
menunjukkan indikasi adanya ketidakadilan yang berbeda. Indikasi regresif ditunjukkan
vertikai secara regresif, model KP dan Bell oieh model Paglin dan Fogarty, Cheng, serta
menujukkan indikasi adil. Meskipun ada model lAAO, sedang indikasi adil
perbedaan antara kelompok sampel 103 ditunjukkan oleh model Kochin dan Parks
yang hubungan NJOP dan harga jual serta model Bell.

Tabel 1
Data Statistik Seluruh Sampel Setelah.Disesuaikan (dalam Juta rupiah)

Variabe! • Tertinggi Terendah Rata-rata


Harga jual 811,200 .1,580 128,602
NJOP 713,400 1,220 82,0737
Rasio 8,6448 0,072 0,8678
Sumber; Perusahaan pialang, PPAT, dan Kantor PBB, beberapa edisi (diolah)
>

Tabel 2
Hasil Estimasi dan Indikasi Ketidakadilan Vertikai Penelitian

103 sampel 71 sampel


Model Hasil estimasi dan indikasi Hasii estimasi dan indikasi
PF AV = 28,64 + 0,42 SP AV =18,87 +0,32SF
(2,16)** (6,25) (2,19)** (8,49)
regresif regresif
KP Ln SP = 0,48+ 0,99 Ln AV Ln SP = 0,95+0,96 Ln AV
(2,35) (0,28) (4,43) (0,81)
adil Adil
Cheng LnAV = 0,43 +0,79 LnSP LnAV= -0,12+0,85 LnSP
(2,38) (5,07)** (2,38) (-3,21)**
regresif regresif
Bell AV = 9,28 + 0,72 SF AV = 10,37 + 0,42 SF
(0,58) (4,42) (0,88) (4,06)
-0,0005. SP^ . -0,00016 SP^
(-2,07)* (-K07)
adil, non-linier adil dan linier
lAAO ASR= 0,87 - 0,0005 SF ASR= 0,59 - 0,00046 SP •
(17,85) (-1,93)* (17,50) (-3,09)**
Regresif Regresif
Keterangan : dalam kurung adalah nilai l-statistik
** signifikan pada 5 % dan * pada 10 %

JEPVol.5No.1.,2000 29
Samonjaya &Risdawati. Ketidakadilan Vertikal Dalam Penelapan Pajak Bumi Dan Bangunan... ISSN: 1410 - 2641

Gambar 1 Model Paglin dan-Fogarty dengan Indikasi Regresif


Model Paglin dan Fogarty (103)
800

S
600
Q.
D

-i 400
Q.
o
200

200 400 600 800 1000

Harga jual (juta rupiah)

Gambar 2 Model Kochin dan Parks dengan Indikasi Adil

Model Kochin dan Parks (103)

2 3 4 5

Logaritma NJOP

JEP VOI.5NO.1.2000
ISSN: 1410 - 2641 Samonjaya &Risdawati, Ketidakadilan Vertikal Dalam Penetapan PajakBiimiDan Bangunan...'

Gambar 3 Model Cheng dengan Indikasi Regresif

MODEL CHENG (103)


10

(0
p 8'
CO
O)
6'
(0
X
Si 4
o
—D
z
2
o
*(/)
CO
0
Ctl
-2
-200 0 200 400 600 800 1000
Harga jual Guta rupiah)

Gambar 4 Model lAAO dengan Indikasi Regresif

MODEL lAAO (103)


10

CO
D 8
CO
p fi
CO
X
Ol 4
O
—D
z 2
o
CO
CO 0
cr
-2
-200 0 200. 400 600 800 1000
Harga jual Quta rupiah)

JEPVol.5No.l,2000 31
Samonjaya &Risdawati, KelidakaiJilan Vertikal DalamPenelapan Pajak Bumi Dan Bangunan... ISSN; 1410 -2641

Tabel 3
Perbandingan Hasil Pengujian Indikasi Kehadiran Ketidakadilan Vertikal pada Pajak
Properti dengan Berbagai Model oleh Peneliti dan Simians, dkk

Daerah
No MODEL
Yogyakarta
(Florida A.S) 103 71
1 Paglin dan Fogarty Regresif, Regresif, Regresif,
R^ = 0,92 R^ = 0,28 R^ = 0,52
2 Kochin dan Parks Progresif, Adil, Adil
R^ = 0,93 R^ = 0,77 R^ = 0,81
Cheng Regresif, Regresif, Regresif,
R^ = 0,93 R^ = 0,77 R^ = 0,81
4 Bell Regresif, Adil, Adil,
R^ = 0,93; linier R^ = 0,31;non- R^ = 0,52 ;
linier linier
5 lAAO Regresif, Regresif, Regresif,
R^ = 0,009 R^ = 0,04 R^ = 0,12

Secara grafis indikasi uji SIMPULAN DAN SARAN


ketidakadilan vertikal terhadap kelompok Analisis hasil pengujian limamodel
103 sampel terlihat pada gambar 1 sampai untuk menindentifikasikan kehadiran
gambar 4. Perbandingan hasil penelitian ketidakadilan vertikal dari penelitian ini dapat
ini dengan penelitian Sirmans, dkk (1995) ditarik kesimpulan sebagai berikut.
diperlihatkan pada tabel 3.
Tabel 3memperlihatkan beberapa 1. Uji kehadiran ketidakadilan vertikal
model yang dipergunakan baik oleh pada penetapan pajak propertidengan
peneliti maupun Sirmans, dkk (1995) berbagai model memberikan hasil
menunjukkan indikasi yang sama. Model yang tidak konsisten. Model Paglin
tersebut adalah Paglin dan Fogarty, Cheng, dan Fogarty, model Cheng, serta
dan lOOA yang menunjukkan indikasi model lAAO menunjukkan indikasi
ketidakadilan vertikal secara regresif. Model ketidakadilan vertikal secara regresif,
Kochin dan Parks serta model Bell
sedang model Kochin dan Parks serta
menunjukkan hasil yang berbeda dengan model Bell menunjukkan adanya
penelitian Sirmans, dkk (1995). Selain itu keadilan penetapan pajak properti
terlihat bahwa model yang menggunakan secara vertikal. Hal ini mendukung
NJOP sebagai variabel yang mew^li nilai hipotesis bahwa NJOP dan harga jual
pasar pada penelitian ini tidak menunjukkan merupakan variabel yang tidak cocok
indikasi progresiC seperti apa yang dinyatakan untuk mengukur keadilan dalam pajak
pada penelitian Sirmans, dkk, (1995), properti, khususnya ketidakadilan
vertikal.
khususnya modelKochindan Parks.
2. Hasil uji ketidakadilan vertikal
menunjukkan indikasi yang sama antara

32 JEPVol.5No.1.2000
ISSN: 1410 - 2641 Samonjaya &Risdawati, Ketidakadilan Vertikal Dalam Penefapan Pajak Bumi Dan Bangunan..

kelompok data yang mempergunakan 1. Pendefinisian operasional data -untuk


. seluruh sampel (103) yang berbentuk dianalisis perlu diperjelas. Penelitian
non-linier dengan kelompok dka yang Sirmans, dkk (1995) tidak rhengikut
rasio, NJOP terhadap harga'jual sama sertakan NJOP yang lebih tinggi dari
atau lebih kecil dari satu.(71 sampel) /
harga Jual. Penelitian ini-tetap
yangberbentuk linier. mengikut sertakan NJOP-yang.lebto
3. Model Paglin dan Fogarty, Cheng, tinggi dari harga jual, yaitu kelompok
dan lAAO pada penelitian ini sampel dengan 103 data. Padahal
menunjukkan indikasi yang sama penggunaan sampel dengan NJOP
dengan penelitian Simuns, dkk (1995), yang sama atau lebih kecil dari harga
yaitu ketidakadilan vertikal secara jual,pada penelitiandni temyatatidak"
.. regresifi Model Kochin dan.Parks serta . menunjukkan indikasi"yatig berbeda
model Bell menuajukkan hasil yang dengan kelompok sampel 103 data.
berbeda; Bila dalam penelitian Siniians, 2.- Batasan Jumlah sampel yang layak
• dkk (1995) menunjukkan. indikasi untuk dianalisis perlu dibakukan
progresif, pada penelitian ini {standarlized). Sirmans, dkk. (1995)
menunjukkan indikasi adiL Model Bell menggunakan 1508 sampel. Penelitian
pada.penelitian Sirmans,, dkk (1995) ini sulitmendapat data harga jual yang
menunjukkan indikasi regresif, akurat, sehinggamenggunakan 'hanya'
penelitian ini menunjukkan indikasi adil. 103 dan 71 sampel, tetapi Juga dapat
4. .Penelitian ini tidak berhasil menunjukkan ketidakkonsistenan hasil
menunjukkan bahwa model , yang , uji menurutberbagai.model.
menggunakan NJOP sebagai variabel
yang mewakili nilai pasar akan memberi ' Perubahan- iklim politik menuju
indikasi ketidakadilan vertikal bias pelaksanaan otonomi daerah yangisemakin
secara progresif, sebagaimana luas, keberadaan pajak properti' sebagai
kesimpulan hasil penelitian (Sirmans, .penerimaah daerah al^ semakin dominan.
dkk, 1995), terutama model kochin dan •Seiring dengan hal tersebut tuntutan
Parks yang pada penelitian ini keadilan dalam penerapan pajak properti tentu
menunjukkan indikasi adil. akan menjadi permasalahan yang serius.
5. Adanya' pe'rbedaan hasil uji Untuk-. itu peneliti perlu themberi saran
ketidakadilan vertikal terhadap model kepada pembuat kebijakan yang berkaitan
Kochin dan Parks serta model Bell dengan properti sebagai berikut;"
pada penelitian ini dengan hasil 1. Perlu dibentuk suatu lembaga
penelitian Sirmans, dkk (1995) independen yang memiliki .wewenang
menunjukkan adan>^ perbedaan dalam mencatat dan menetapkan nilai pasar
mekarrisme dan sist^ serta hubungan wajar properti secara akurat.
NJOP dengan harga jual antaia daerah 2; Perlu peraturan yang . mewajibkan
penelitian ini dengan daerah penelitian pembeli properti untuk melapor data
Sirmans, dkk (1995). pemb'elian kepada lembaga di atas,
terutama harga tfansaksi pembelian
Berdasarkan hasil analisis dan dalam jangka waktu tertentu.
kesimpulari yang menunjukkan adanya 3. • Mengingat masih banyak masyarakat
perbedaan dengan hasil kesimpulan pemllik properti yang ' kehidupan
penelitian Sirmans, dkk (1995), maka ekonominya tidak dapat mengikuti
saran yang diajukan adalah: pertumbuhan perekonomiah lingkungan

JEPVol.5No.l.2000 33
Samonjaya &Risdawati. Ketidakadijan VertikalDalamPenetapanPajakBmiDanBangunan... ISSN: 1410-2641

sekitarnya atau daerahnya, maka NJOP tidak boleh melebihi besamya


kebijakan Proposisi. 13 {Proposition laju inflasi selama properti tersebut
J3) California perlu dipertimbangkan • tidak dipeijual belikan. Bila properti
untuk diterapkan. Diantara kebijakan •tersebut teijual maka otomatis harga
Proposisi 13 yang peneliti perlu untuk jual menjadi NJOP..
dipertimbangkan adalah : kenaikan

DAFTAR PUSTAKA

Berg, L., dan Beigstomi, R., .(1995), "Housing and Financial WeaMi, Financial Deregulation
and Consumption - The Swedish Case". Scandanavian Journal ofEconomics,
Vol. 97 No. 3,421 -439:

Brewer, J. G., (1998), "Two Types of Real Estate Value". Mississippi Business Journal,
Vol. 20 Issue 13; 27-28.

Case, K. £., (1978), "Property. Taxation; The Need for Reform", Land Economics. p380 -
386.

Clapp, J. M, Giaccotto, C., dan Richo; G., (1996), " Estimating Time Adjustments With Sales
Prices and Assessed Values", Appraisal Journal, Vol. 44 Issue 3, p319 - 328.

Consumer's Researcit Magazine, (1995), "Is Your Property Tax Assessment Fair?" Vol.
78-Issue2,26-30. - •

De Casare, C. M., dan Ruddock, L., (1998), "A New Approach to the Analysis of
Assessment Equity" Assessment Journal, 57 - 69.

Fanning, S. F., Grissom, T. V., dan Pearson, T. D, (1994), Market Analysisfor Valuation
Appraisals. Appraisal Institute, 875 North Michigan Avenue, Chicago, Illinois.

Gargaro, P. dan Ankeny, R. (1996), "Property Sales Tax System", Grain's Detroit Business. July
2P^.p45-47.
Fisher, J. D., dan Martin, R. S.; (1994), Income Property Valuation. Real Estate Education
Company, USA.

Green, R. K. (1997), "Follow the Leader: How Changes in Residential and. Non-
Residential Investment Predict Changes in GDP". Real Estate Economics, Vol.
25,253-270.

Hall, J. K. (1956), "Real Property Assessment Sales Ratios and the Citizens Research
. Council of Michigan". A Reports and Comments, LandEconomics, pl75 - 179.

34 " JEPVol.5No.1.2000
ISSN: 1410 - 2641 Samorjaya &Risdawati, Ketidakadilan VertikalDalamPeneiapanPajakBrniDanBangun^^..

Hartoyo, (1991), "The Application of Assessment Ratio Study and Adjusting for Vertical
Inequity in The Cammpbelltown Local Government Area". Thesis of Master of
Business in Property, University of South Australia, Adelaide.

International Association of Assessing Officers, (1990), Property Appraisal and Assessment


/frfm/n/j/ra/Zow. Chicago, Illinois.

Lusht, K. M. (996); "A Comparison of Price Brought by English Auction and Private
Negotiation". Real Estate Economics. Vol. 24 Issue 4, p517.

Lusht, K. M. (1997), Real Estate Valuation; Principles and Applications. Time Mirror
Education Group, USA.

Mangkoesoebroto, G., (1993), Ekonomi Publik, Edisi ke tiga, BPFE, Yogyakarta.

Mehta, S.,dan Giertze, F. (1996), "Measuring the Performance of the Property Tax Assessment
Process". National Tax Journal, Vol.49 Issue I, p73 - 86.

McCluskey, W. J., Plimmer, F., dan Connellan, O. P., (1998), "Ad Valorem Property
Tax: Issuesof Fairness and Equity". Assessment Journal, p47 - 55.

Nagy, J., (1997), "Did Proposition 13 Effect the Mobility of Califomia Homeowiiers?".
Public Finance Review, Vol.25, No. I, pl02 -116.

Rismawardhana, I. (1998), "Studi Assessment Ratio Dalam Penetapan Nilai Jual Obyek
Pajak Tanah dan Bangunan di Kabupaten Sleman". Tesis S-2; Magister
Ekonomika Pembangunan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Republik Indonesia, (1985), Undang-undang No. 12. Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Rosen, H. S., (1988), Public Finance. 2"^ Edition, Richard D. Irwin, Inc., Illinois
Riyanta, A. (1998), "Studi Assessment Sales Ratio NJOP Tanah Terhadap Harga Jual
Tanah di Kotamadya Yogyakarta". Tesis 8-2. Magister Ekonomika Pembangunan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Santerre, R. .E., dan Bates, L. J., (1996), "Performance and Pay in the Public Sector: The
case of the Local Tax Assessor". Public Finance Quarterly, Vol. 24 No.4, p481 -
493.

Sidik, M., (1998), "Model Penilaian Properti Berbagai Penggunaan Tanah di Indonesia".
Desertasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sirmans, G. S., Diskin, B.A., dan Friday, H.W., (1995), "Vertical Inequity in The
Taxation of Real Property". National TaxJournal, March, p71-84.

JEPVol.5No.1.2000 35
Samonjaya &Risdawati. Ketidakadilan Vertika!DalamPenetapan Pajak BumiDan Bangunan... ISSN: 1410 • 2641

Soemitro; R., (]919), Dasar-dasar Hukum P(gak dan PajakPendt^atan, PT. Eresco, Bandung.

Suparmoko, M., (1991), Keuangan Negara dalam Teori.dan Prakiek., Edisi 4, BPFE,
Yogyakarta.

Tumbull, G. K., (1996), "Real Estate Broker, Non-price Competition and the Housing
Market". Real Estate Economics, Vol. 24 Issue 3,p293 - 317.

Udianto., (1998), " Pemanfaatan Laporan PPAT dalam Penentuan Harga Jual Tanah
Untuk Kepentingan Ketetapan NJOP (Studi Kasus: Kotamadya Surakarta)",
Tesis S-2y Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

36 JEPVoL5No.l.2000

You might also like