You are on page 1of 12

AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN.

0852-5426

ANALISIS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PARIWISATA


Studi Kasus di Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem Bali
Development of the tourism industry in the Karangasem regency

I Ketut R. Sudiarditha
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Agus Suman
Fakultas Ekonomi , UB

Kusnadi
Fakultas Pertanian, UB

ABSTRACT

The aims of this research were: (1) to analyze the contribution of farmers household
income in the tourism development region toward the total of household income; (2) to
analyze the unbalance distribution of income among farmers household in the tourism
development region; (3) to analyze the development of tourism sector in the District of
Karangasem and to predict input for the next five years.
Research hypothesis were: (1) it was predicted that average income member of the
farmers household gave bigger contribution to the total household income; (2) it was
predicted that the unbalance distribution of income among farmers household considered as
small unbalance; (3) it was predicted that development of tourism sector continued to
increase in percentage; (4) it was predicted that tourism sector development followed by
labor absorption and the percentage development for the next years projection.
Processing trend method for five years, was used to measure the development.
Sample was randomly taken from farmers household having part-time job and living in the
region of tourism development. Descriptive, tabulation and statistics were used to analyze,
wereas for income distribution analysis Coefficient Gini was the tool
Research results were: (1) There was bigger income contribution of household
member toward the total of household income as much as 56,66%, while the breadwinner
only 43,34% of the total net of household income per month, wich was
Rp.l.116.477,- by details of Rp 158.350 as breadwinner main income Rp 325.500,- as
breadwinner extra income Rp 239.293,3 as wife’s and Rp 393.333,3 as child’s. This
condition was supported by the number of household member who had job opputunity in
tourism; (2) income distribution of farmers household in the region of tourism development
was considered as small unbalance; it was shown by coefficient Gini reached zero,
precisely 0,2; distribution to 40% household who earn low income was 28,70% of the total
income; in fact in was bigger than 17% that put those household into small unbalance or
good income; (3) tourism sector development in the District of Karangasem showed
positive from year to year for the period of 1993 to 1996. On the contrary, there was a
decline as a consequence of economic crisis in the 1997 to 1998, but tourists expending
increased due to the balance rate; (4) labor absorption until 1997 was 4.275 people. This
sector continued to increase from 1993 to 1996, meaning that this field was potensial to be
developed to decrease unemployment. In 1998 this sector could only absorb 3.585 laborers
due to the crisis that truck Indonesia.

Keywords: Tourism industry

8
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN pertumbuhan kedatangan wisatawan asing


dan domestik ke Bali dalam Repelita V
Sejak Pelita pertama dimulai hasil- sebesar 9–10% dan dalam Repelita VI se-
hasil pembangunan diperuntukkan kepada besar 11–12%, sehingga pada tahun 2000
seluruh lapisan masyarakat. Pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali
ekonomi dan pendapatan per kapita berkisar antara 1,5–1,8 juta orang
menunjukkan gambaran kemajuan pem- (Anonim, 1990).
bangunan. Berbagai indikator ekonomi Pengembangan sektor pariwisata
yang ada memperlihatkan hal-hal tersebut, diharapkan dapat mempercepat per-
misalnya Pendapatan Daerah Regional kembangan sektor-sektor lainnya, baik
Bruto (PDRB) meningkat dari tahun ke sektor pertanian, industri kerajinan, ang-
tahun. Pada Pelita IV program-program kutan maupun usaha-usaha jasa lainnya.
ditekankan pada penciptaan lapangan kerja Ini berarti bahwa pengembangan sektor
di sektor non pertanian, sedangkan pada pariwisata dimaksudkan pula untuk
Pelita V sektor non pertanian mendapat membantu meningkatkan pendapatan
per-hatian yang cukup serius dari pe- masyarakat petani, oleh karena itu
merintah mengingat pertambahan pen- pembangunan sektor pariwisata dapat
duduk yang terus melaju dari tahun ke dikaitkan dengan pengembangan sektor
tahun. Jumlah yang besar ini masih diikuti pertanian.
oleh laju pertumbuhan yang tinggi pula Di samping itu, pembangunan sektor
dan pada akhirnya akan menuntut pariwisata diharapkan meningkatkan
tersedianya lapangan kerja yang memadai. permintaan terhadap hasil-hasil pertanian
Pembangunan kepariwisataan di- khususnya terhadap komoditas yang
lanjutkan dan ditingkatkan dengan me- merupakan konsumsi para wisatawan.
ngembangkan serta mendayagunakan Dengan demikian, petani sebagai produsen
sumber dan potensi kepariwisataan hasil-hasil pertanian diharapkan menye-
nasional menjadi kegiatan ekonomi yang suaikan produksinya sesuai dengan
dapat diandalkan untuk memperbesar komoditas yang me-rupakan konsumsi
kesempatan berusaha dan lapangan kerja wisatawan melalui hotel dan restoran.
terutama bagi masyarakat setempat, Sehubungan dengan itu perlu diteliti
mendorong pembangunan daerah serta prospek pengembangan sektor industri
memperkenalkan alam, nilai dan budaya pariwisata dan berapa besar tenaga kerja
bangsa (GBHN, 1993). yang dapat diserapnya. Selain itu,
Pengembangan industri pariwisata bagaimana kontribusi pendapatan anggota
dapat meningkatkan pendapatan rumah rumah tangga terhadap total pendapatan
tangga petani karena adanya kesempatan rumah tangga dan apakah ketimpangan
kerja di sektor non pertanian, di samping distri-busi pendapatan rumah tangga petani
itu juga dapat meningkatkan sikap di daerah pengembangan paraiwisata
masyarakat petani terhadap keterkaitan tergolong ketimpangan ringan.
pengembangan industri pariwisata de-ngan
kehidupan petani, walaupun petani Rumusan masalah
umumnya tidak mengetahui bahwa Dari uraian di atas dapat diru-muskan
pengembangan pariwisata membutuh-kan masalahannya sebagai berikut: (1)
komoditi pertanian karena kurang adanya Kesempatan kerja dari rumah tangga petani
usaha sadar untuk meng-hubungkannya pada sektor pariwisata dapat memperoleh
dengan pengembangan pariwisata tersebut. tambahan pendapatan se-lain pekerjaan
Sektor pariwisata merupakan salah pokok sebagai petani. Oleh karenanya
satu prioritas utama pembangunan di Bali. apabila terjadi tambahan pendapatan akan
Laju pertumbuhan kedatangan wisatawan terjadi pula perubahan taraf hidup karena
ke Bali semakin meningkat. Prakiraan laju daya belinya berubah; dengan demikian

9
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

berapa besar kontribusi pendapatan


anggota rumah tangga petani terhadap total
pendapatan rumah tangga di daerah
pengembangan pariwisata. (2) Terbukanya METODE PENELITIAN
peluang usaha di berbagai sub sektor
pariwisata memberi peluang kerja pada Penentuan lokasi penelitian
berbagai ketrampilan, sehingga pendapatan Penelitian dilaksanakan di Desa
rumah tangga dapat bertambah, dengan Bugbug-Samuh Kecamatan Karangasem
demikian bagaimana ketimpangan distri Kabupaten Daerah Tingkat II Karang-asem
busi pendapatan antara rumah tangga Bali. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan
petani di daerah pengembangan pariwi secara sengaja atau purposive dengan
sata. (3) Pengembangan sektor pariwisata pertimbangan bahwa: (1) Lokasi tersebut
di-dukung oleh permintaan wisatawan merupakan bagian dari Desa Bugbug yang
akan fasilitas yang memadai sekaligus telah dikembangkan sebagai Daerah
dapat mendayagunakan sumber dan Tujuan Wisata (DTW) sesuai Keputusan
potensi kepariwisataan menjadi kegiatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali
ekonomi, oleh karenanya bagaimana tanggal 6 Oktober 1993 No. 528 tentang
pengembangan sektor industri pariwisata Kawasan Wisata. (2) Sebagai salah satu
di Kabupaten Daerah Tingkat II Kawasan Pariwisata dimana lokasi tersebut
Karangasem. (4) Terbukanya peluang kerja telah dikenal dengan nama Candidasa
pada sektor pariwisata dimungkinkan dapat sejak tahun 1976 telah dipromosikan di
menyerap tenaga kerja lebih-lebih dapat Mancanegara (Sudarma: Dinas Pariwisata
terjadi bermunculannya sub-sub sektor Kabupaten Karangasem, 1998). (2) Lokasi
yang terkait sehingga tenaga kerja rumah yang berkembang dengan menyimpan
tangga petanipun dapat diserap yang bergbagai potensi budaya desa yang berada
berarti mengurangi pengangguran. Dengan di sekeliling pusat lokasi seperti desa
demikian bagaimana peningkatan penye- Tenganan yang dikenal dengan pe-
rapan tenaga kerja dari sektor industri ngeringsingan, desa Asak dikenal
pariwisata di Kabupaten Daerah Tingkat II Sanghyang dan lain sebagainya.
Ka-rangasem dan proyeksinya lima tahun
mendatang Metode penarikan contoh
Metode yang digunakan untuk me-
Tujuan penelitian nelaah pengembangan industri pariwisata
Penelitian ini bertujuan untuk dalam penelitian ini dengan cara mem-
memahami beberapa hal yaitu: (1) Untuk bandingkan data time series. Contoh yang
menganalisis kontribusi pendapatan ang- diambil berasal dari populasi rumah tangga
gota rumah tangga petani di daerah prtani penggarap tanah perkebunan,
pengembangan industri pariwisata ter- dimana selain mereka mengerjakan
hadap total pendapatan rumah tangga. (2) pekerjaan pokok sebagai petani juga
Untuk menganalisis ketimpangan distribusi bekerja di luar sektor pertanian yang
pendapatan antara rumah tangga petani di berada di daerah pengembangan pariwisata
daerah pengembangan industri pariwisata. yaitu di desa Bugbug–Samuh. Petani
(3) Untuk meng-analisis pengembangan contoh ditentukan dengan metode acak
sektor industri pariwisata di Kabupaten sederhana; menurut Teken dalam
Daerah Tingkat II Karangasem. (4) Untuk Djarwanto (1996) pembatasan waktu dan
menganalisis peningkatan penyerapan tempat tinggal merupakan ciri homogen
tenaga kerja pada sektor industri pariwisata dari populasi. Di samping itu, mem-
di Kabupaten Daerah Tingkat II perhatikan saran dari Parel dalam Kamiliah
Karangasem dan memprediksinya untuk Wilda (1997) bahwa ukuran sampel tidak
lima tahun mendatang. kurang dari 30 yang disesuaikan dengan

10
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga yang hasilan suami dari bekerja sebagai petani
tersedia. Dengan demikian dalam maupun sektor lain yang dinyatakan dalam
penelitian ini dari jumlah populasi yang satuan rupiah perbulan (9) Pengeluaran
ada sebanyak 105 rumah tangga petani rumah tangga adalah uang yang
diambil 30 sampel. dikeluarkan oleh rumah tangga untuk
keperluan konsumsi maupun non konsumsi
Metode pengumpulan data seperti: pendidikan, transportasi, kesehatan
Data yang diambil dalam penelitian ini dan sebagainya yang dinyatakan dalam
adalah data primer dan data sekunder. Data satuan rupiah perbulan.
primer diperoleh dengan wawan-cara
langsung kepada responden meng-gunakan Metode analisis data
kuesioner. Sedangkan data sekunder Penelitian ini menggunakan analisis
diperoleh dari instansi yang terkait dengan diskriptif dan statistik. Untuk menguji
masalah penelitian ini. hipotesis pertama digunakan per-samaan
pendapatan tunai / money income rumah
Batasan dan ukuran variabel tangga (Everson dalam Rusmilyanti,
Untuk memudahkan pemahaman dan 1999). Hipotesis kedua digunakan Gini
interpretasi data dipandang perlu me- Koefisien (GK) dan perhitungan yang
rumuskan batasan dan pengukuran variabel digunakan Bank Dunia (Hera Susanti,
sebagai berikut: (1) Pengem-bangan sektor 1994) dengan masing-masing kriteria
pariwisata adalah perubahan yang terjadi sebagai berikut: (a) Gini Koefisien (GK):
pada penyerapan tenaga kerja, pendapatan lebih kecil dari 0,4: tingkat pendapatan
dandistribusi pendapatan masyarakat rendah; antara 0,4–0,5: tingkat ketim-
petani. (2) Penyerapan tenaga kerja adalah pangan moderat; lebih besar dari pada 0,5:
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam tingkat ketimpangan tinggi. (b) Bank
proses produksi yabg diukur dengan satuan Dunia: bila kelompok 40% penduduk
hari kerja orang (HKO), dimana satu hari termiskin pengeluarannya < 12% dari
kerja adalah 7 jam. (3) Pendapatan rumah seluruh pengeluaran maka ketimpangan
tangga adalah besarnya pendapatan yang tinggi; bila kelompok 40% penduduk
diperoleh rumah tangga dari bekerja baik termiskin pengeluarannya antara 12%-17%
pada sektor pertanian maupun non per- dari seluruh pengeluaran, maka tingkat
tanian yang dinyatakan dalam rupiah.(4) ketimpangan sedang (moderat); bila ke-
Pendapatan non pertanian adalah total lompok 40% penduduk termiskin penge-
penerimaan yang diperoleh anggota rumah luarannya > 17% dari seluruh penge-
tangga dari bekerja di luar bidang per- luarannya, maka tingkat ketimpangan
tanian seperti: berdagang, bengkel, pe- rendah. Hipotesis ketiga digunakan
nukaran uang dan sebagainya yang analisis deskriptif didasarkan pada tabel
dinyatakan dalam rupiah per bulan. (5) silang mengenai: perkembangan jumlah
Rumah tangga adalah sekelompok orang wisatawan, perkembangan jumlah hotel,
yang mendiami sebagian atau seluruhnya tingkat penghunian kamar dan jumlah
bangunan fisik dan biasanya tinggal pengeluaran wisatawan. Hipotesis ke
bersama serta makan dari satu dapur. (6) empat di-analisis dengan langkah-langkah
Anggota rumah tangga adalah semua orang se-bagai berikut: (1) Elastisitas kesempatan
yang bertempat tinggal di satu rumah kerja (Simanjuntak, 1995; (2) Laju
tangga. (7) Industri pariwisata adalah Pertumbuhan / Rate of Growth (Per-aturan
kumpulan dari berbagai macam bidang Mendagri No. 9 tahun 1982); (3) Laju
usaha yang secara bersama-sama meng- Kesempatan Kerja (Simanjuntak, 1995);
hasilkan produk dalam bentuk keseluruhan (4) Kebutuhan Tenaga Kerja dan Proyeksi
perjalanan wisata. (8) Pen-dapatan suami Pertumbuhan PDRB meng-gunakan Least
merupakan jumlah dari perolehan peng- Square (Siswanto, 1991).

11
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

memiliki luas lahan antara 0,5–0,70 Ha


sebanyak 18 orang (60,00%) sedangkan
yang memiliki lahan di atas 0,91 Ha hanya
4 orang (13,33%). Keadaan ini menunjuk-
kan bahwa responden tergolong sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN petani yang berlahan kecil (ukuran
perkebunan). Pengalaman responden be-
Karakteristik responden kerja sebagai petani perkebunan terbanyak
Umur responden berkisar antara 23- berada pada masa antara 16-30 tahun dan
67 tahun dengan rata-rata umur 49 tahun. 31–45 tahun, sementara peng-alaman
Kelompok umur produktif (≤ 60 tahun) kerjanya kurang dari 15 tahun dan di atas
sebesar 80% dengan sebaran terbanyak 45 tahun relatif kecil. Meskipun pekerjaan
pada kelompok umur 41–60 tahun pokoknya sebagai petani, mereka juga
sebanyak 17 orang (56,66%) selebihnya telah memiliki pekerjaan sampingan yang
sebanyak 20 persen berada dalam kelom- pada umum nya sangat berkaitan atau
pok umur tidak produktif (lansia ≥ 61 berhubungan dengan kepariwisataan.
tahun). Terdapat 13 responden (43,32%) memiliki
Pendidikan responden dapat di- pekerjaan sampingan yang terlibat dalam
golongkan berpendidikan sangat rendah, sektor pariwisata. Sementara pekerjaan
karena pendidikan formal yang pernah sam-pingan sebagai pedagang juga ber-
ditempuh sebagian besar berada pada hubungan dengan sektor pariwisata seperti
jenjang Sekolah Dasar Tidak Tamat barang-barang cendera mata di samping
(SDTT) sampai dengan Sekolah Dasar aneka jenis kebutuhan lainnya. Dilihat dari
Tamat (SDT). Sebanyak 25 orang res- penga-laman kerja, nam-paknya responden
ponden (83,33 %) berpendidikan pada memiliki pekerjaan sampingan ini relatif
jenjang yang sangat rendah (SD ke bawah) baru berkisar antara 2–14 tahun terkecuali
sedangkan sisanya 5 orang (16,37%) ber- responden yang menjadi supir yang
pendidikan SLTA hingga Perguruan pekerjaannya relatif lama. Dari seluruh
Tinggi (Sarjana). responden yang memiliki pekerjaan
Jumlah tanggungan responden rata- sampingan tersebut terdapat 5 orang telah
rata 3 orang. Sebanyak 25 responden mendapatkan kursus ketrampilan yang
(83,33%) memiliki jumlah tanggungan dilaksanakan oleh Balai Latihan Kerja
antara 1–3 orang selebihnya berjumlah (BLK); dalam bidang Peternakan (3
antara 4 sampai dengan 6 orang dengan orang), Tata Usaha dan Perhotelan masing-
jumlah tanggungan paling sedikit 1 orang masing 1 orang.
dan paling banyak 4 orang. Dengan Kesempatan kerja (pekerjaan) ang-
demikian dalam rumah tangga responden gota rumah tangga responden pada
paling sedikit terdapat 2 orang dan paling umumnya dilakukan isteri ditambah de-
banyak 5 orang. ngan anak-anaknya baik yang berada
dalam sektor pertanian maupun dalam
Kesempatan kerja sektor pariwisata. Secara keseluruhan
Pekerjaan pokok sebagai petani yang isteri responden memiliki pekerjaan baik
paling lama adalah 47 tahun dan terdapat 2 sebagai peternak babi maupun ayam ber-
responden yang memasuki pekerjaan sama dengan anggota keluarga lainnya
pokok sebagai petani baru 3 tahun. Rata- serta sebagai pedagang.
rata pengalaman kerja responden dalam
bidang pertanian (sub sektor perkebunan) Analisis kontribusi tingkat pen-
adalah selama 27 tahun. Sementara luas dapatan rumah tangga responden
lahan yang dimiliki responden rata-rata
0,71 Ha. Sebagian besar responden

12
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

Aktivitas pokok responden pada sektor responden (3,33%). Besarnya pendapatan


pertanian lebih khusus sub sektor yang diperoleh responden sebagai kepala
perkebunan semuanya melakukan usaha rumah tangga baik dari pekerjaan pokok
tani komoditi kelapa dan pisang. Rata- maupun pekerjaan sampingan rata-rata Rp.
rata biaya yang dikeluarkan responden 483.850,- per bulan yang terdiri dari
dalam aktivitas usahatani komoditi tersebut pendapatan yang diperoleh dari pe-kerjaan
dalam sebulan berkisar antara Rp.5.000,- pokok rata-rata besarnya Rp. 158.350,- per
sampai dengan Rp. 9.400,-. Hal ini disadari bulan dan pekerjaan sampingan Rp.
karena komiditi kelapa merupakan 325.500,- per bulan. Keadaan ini me-
komoditi yang bersifat tahunan sehingga nunjukkan bahwa kontribusi pendapatan
biaya pengadaan bibit dan operasional yang berasal dari pekerjaan pokok terhadap
tidak diperhitungkan dan biaya yang total pendapatan yang diperoleh responden
dianalisis adalah biaya yang dikeluarkan hanya sebesar 32.73% sedangkan sisanya
pada saat melakukan pemetikan dan 67.27% berasal dari pendapatan yang
operasionalnya seperti biaya membayar diperoleh dari pekerjaan sampingan.
tenaga kerja maupun biaya pengangkutan.
Penerimaan kotor yang diperoleh res- Tabel 1.Pendapatan rata-rata responden
ponden dari kedua komoditi tersebut dari pekerjaan pokok dan pe-
berkisar antara Rp. 113.333,3,- sampai kerjaan sampingan selama satu
dengan Rp. 483.066,7,- per bulan sehing- bulan
ga pendapatan bersih yang diperoleh
responden dari usahatani komoditi kelapa Rata-rata Kontri-
dan pisang berkisar antara Rp. 107.353,3, - No Pekerjaan Pendapatan busi
sampai dengan Rp. 474.306,7,- per bulan. (Rp / bulan) (%)
Konsentrasi pendapatan yang diperoleh 1 Pokok 158.350 32,73
terbanyak berada pada kisaran Rp. 2 Sampingan 325.500 67,27
TotalPendapatan 483.850 100,00
100.000–Rp 150.000,- per bulan sebesar
63,34% dan yang tertinggi berada pada
kisaran di atas Rp. 401.000,- atau tepatnya Besarnya pendapatan rata-rata yang
Rp. 474.306,7,- per bulan yang merupakan diperoleh anggota rumah tangga dalam hal
pendapatan yang tertinggi diperoleh satu ini isteri responden adalah sebesar Rp. 239.
orang responden dan selebihnya sebesar 293,- per bulan lebih dominan pada sektor
33,33% berada pada kisaran Rp. 151.000,- pertanian khususnya sub sektor peternakan
sampai dengan Rp.250.000,- per bulan. dengan kisaran antara Rp. 160.000,-
Pendapatan rata-rata yang diperoleh res- sampai dengan Rp. 650.000,- per bulan;
ponden dari pekerjaan sampingan adalah sementara anggota keluarga lainnya lebih
sebesar Rp. 325.500,- per bulan dengan dominan diterima dari sektor pariwisata
kisaran antara Rp. 145.000,- diperoleh dengan kisaran antara Rp. 150.000,-
responden yang bekerja sebagai sopir sampai dengan Rp. 580.000,- per bulan.
sampai dengan Rp. 1.950.000,- per bulan Sedangkan penda patan rata-rata anggota
yang diperoleh responden sebagai makelar rumah tangga sebesar Rp. 393.333,3 per
tanah maupun ternak. Terlihat bahwa bulan. Jumlah anggota responden yaitu
frekwensi responden terbanyak memper- isteri lebih banyak menerima pendapatan
oleh pendapatan pada kelompok penda- pada kelompok Rp.150.000,- sampai
patan kurang atau sama dengan Rp dengan Rp.200.000,- per bulan dan
250.000,- per bulan sebanyak 20 orang kelompok pendapatan Rp.201.000,- sampai
responden (66,67%) dan yang paling dengan Rp.250.000,- per bulan masing-
sedikit berada pada kelompok pendapatan masing sebanyak 12 orang (40,00%)
di atas atau sama dengan Rp 1.751.000,- selebihnya tersebar pada kelompok
per bulan hanya diterima oleh satu orang pendapatan yang lebih tinggi. Sedangkan

13
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

bagi anak-anaknya juga lebih banyak 1 Kepala


menerima pendapatan pada kelompok Keluarga
Rp.150.000,- sampai dengan Rp 200.000,- Pokok 158.350 14,18
per bulan sebanyak 14 orang (35.00%) Sampingan 325.500 29,16
Jumlah 483.850 43,34
diikuti oleh kelompok pendapatan Rp.
2 Istri 239.293,3 21,43
301.000,- sampai dengan Rp. 350.000,- per 3 Anak 393.333,3 35,23
bulan dan kelompok pendapatan Rp Jumlah 1.116.476,6 100,0
351.000 sampai dengan Rp. 400.000,- per
bulan masing-masing sebanyak 9 orang
(22,5%) dan 7 orang (17,5%), selebihnya
berada pada kelompok pendapatan lain. Analisis distribusi pendapatan
Besarnya pendapatan rumah tangga Tingkat ketidakmerataan pembagian
responden selama satu bulan rata-rata pendapatan dapat dilihat dari kriteria Gini
berkisar antara Rp 446.942,- sampai Koefesien yang angkanya berkisar antara
dengan Rp. 2.501.100,- dengan besarnya 0 sampai dengan 1. Koefesien Gini sama
rata-rata pendapatan adalah Rp. dengan 0 artinya persentase penduduk akan
1.116.477,- per bulan. Pendapatan yang sama dengan persentase jumlah penda-
diperoleh terbanyak oleh anggota rumah patan, sedangkan Koefisien Gini sama
tangga responden pada kelompok pen- dengan 1 artinya seluruh pendapatan
dapatan Rp. 789.393,- sampai de ngan hanya dinikmati oleh sese orang atau
Rp.1.131.663,- per bulan sebanyak 15 sekelompok orang saja. Jika Koefesien
orang (50,00%) dan kelompok pendapatan Gini semakin mendekati 0 maka
Rp. 446.942,- sampai de ngan Rp pembagian pendapatan antar pen-duduk
789.302,- per bulan sebanyak 12 orang semakin merata, sebaliknya jika Koefesien
(40%). Gini mendekati 1, maka pembagian
Kontribusi pendapatan yang berasal pendapatan semakin tidak merata.
dari kepala keluarga sebesar 43,34% lebih Hasil perhitungan distribusi penda
kecil dari pendapatan yang diperoleh patan rumah tangga petani di daerah
anggota rumah tangga lainnya yang penelitian menunjukkan besarnya Koe-
besarnya 56,66%. Hal ini menunjukkan fisien Gini mendekati 0 yaitu 0,2 yang
bahwa dengan mengan-dalkan sepenuhnya artinya bahwa ketimpangan distri busi
dari pendapatan kepala rumah tangga pendapatan rumah tangga petani di daerah
untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota penelitian berada pada katagori ketim-
keluarga tidak memungkinkan apalagi pangan ringan karena ber dasarkan
hanya mengan dalkan pendapatan yang kriteria T. Oshima jika Gini Koefesien
diperoleh dari pekerjaan pokok yang relatif (GK < 0,4) dapat digolongkan dalam
kecil. Dengan demikian masuknya anggo- ketimpangan ringan. Untuk dapat
ta keluarga ke lapangan pekerjaan mengetahui ketimpangan distribusi antara
khususnya yang berada di luar pertanian golongan penerima pendapatan digunakan
(pariwisata) telah sangat berperan dalam Kriteria dari Bank Dunia. Dibutkan bahwa
meningkatkan status sosial rumah tangga distribusi pendapatan dapat dilihat dari
khususnya responden dalam penelitian ini. persentase pendapatan masing-masing 40
persen penduduk (rumah tangga) penerima
Tabel 2. Kontribusi rata-rata pendapatan pendapatan terendah dan menengah serta
anggota rumah tangga terhadap 20 persen penduduk (rumah tangga)
total pendapatan rumah tangga penerima pendapatan tertinggi. Dari ketiga
responden selama satu bulan kriteria tersebut ukuran untuk melihat
ketidakmerataan pendapatan terfokus pada
Rata-rata Kontr kelompok 40 persen penerima pendapatan
N
Anggota RT Pendapatan ibusi terendah. Hasil perhitungan distribusi
o
(Rp) (%)

14
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

pendapatan rumah tangga petani di daerah wisata sebanyak 61.324 orang atau 27,2%.
penelitian terlihat dalam Tabel 3. Sedangkan pada tahun 1995-1996 berturut-
Tampak dalam Tabel 3 bahwa 40 turut 15,4% dan 11,7%, dimana pada tahun
persen rumah tangga yang menerima penda 1996 merupakan jumlah kunjunhgan ter-
patan terendah menerima pendapatan besar dibandingkan de ngan tahun-tahun
sebesar 28,70%, 40 persen rumah tangga yang lainnya, namun prosentase pening
yang menerima pen-dapatan menengah katannya hanya 11,7%. Dengan demikian
menerima 37,80% dan 20 persen yang jika dilihat prosentase jumlah kunjungan
menerima pendapatan tertinggi sebesar wisatawan dari tahun 1993–1996 rata-rata
33,50%. Dilihat dari kriteria Bank Dunia 17,1%. Lain halnya pada tahun 1997 minus
bahwa 40 persen penduduk (rumah 8,1% yang disebabkan munculnya krisis
tangga) yang ber-pendapatan rendah 17% moneter hingga tahun 1998 kunjungan
dikatakan berketimpangan ringan apa bila wisatawan menyebabkan minus 19,8%.
lebih besar dari seluruh pendapatan. Lebih lanjut, bila jumlah kunjungan
Berdasarkan kriteria tersebut dan dikaitkan wisman dibandingkan dengan wisnus,
dengan hasil perhitungan menunjukkan ternyata peningkatan wisman jauh melam
bahwa rumah tangga dalam penelitian ini paui wisnus yaitu untuk wisman 1.068.550
juga tergolong berketimpangan ringan atau orang (62,8%) sedangkan wisnus 670.834
pendapatan cukup merata dan baik, karena orang (37,2%).
40 persen rumah tangga yang ber- Perkembangan jumlah hotel Ber
pendapatan rendah menerima 28,70% dari bintang maupun Melati berkembang pesat.
seluruh total pendapatan., sehingga hipo Jumlah kamar hotel Melati lebih besar
tesis yang diajukan dapat diterima. dibanding hotel Berbintang. Pada tahun
1994 peningkatan hotel melati 321 kamar
Tabel 3. Distribusi pendapatan rumah sedangkan hotel berbintang hanya 15
tangga responden pada golongan kamar, demikian pula pada tahun 1995,
pendapatan rendah, menengah dan hotel Melati dan hotel Berbintang masing-
tinggi masing mengalami peningkatan 746 kamar
dan 135 kamar, akan tetapi dari segi
Pendapatan persentase peningkatan hotel Berbintang
Golongan
No yang diterima justru lebih besar yakni 192,9% sedangkan
Pendapatan
(%) hotel Melati hanya 130 %. Selanjutnya
1 40% rendah 28,70 pada tahun 1996 merupakan awal perhatian
2 40% menengah 37,80 para investor karena peningkatan jumlah
3 20% tinggi 33,50
kamar hotel Berbintang hanya 15,1%
Jumlah 100,00
sedang hotel Melati 3,8%, menyusul
datangnya krisis ekonomi tahun 1997
peningkatan kamar hotel Berbintang dan
Analisis pengembangan industri Melati masing-masing 8,1% dan 7,6%, ini
Pariwisata berarti mengalami penurunan sejak tahun
1996 sehingga pada tahun 1998 industri
Pengembangan sektor industri pari pariwisata sub perhotelan khususnya
wisata terkait erat hubungannya dengan per menghadapi kemandekan hal ini terburkti
kembangan jumlah wisatawan, perkem- tidak ada peningkatan jumlah kamar.
bangan hotel, tingkat penghunian kamar Pada tahun 1993-1996 tingkat hunian
serta pengeluaran wisatawan. kamar terus mengalami pening katan dari
Kunjungan wisatawan ke Kabupaten tahun ke tahun; rata-rata tingkat peng
Daerah Tingkat II Karangasem dari tahun hunian kamar masing-masing 4,4% dan
ke tahun meningkat baik wisatawan manca 47,5%. Dengan adanya peningkatan
negara maupun wisatawan nusantara. Pada hunian menggambarkan bahwa obyek
tahun 1994 peningkatan jumlah kunjungan

15
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

pariwisata digemari wisa tawan. Sebalik Analisis penyerapan tenaga kerja


nya, sejak tahun 1997-1998 mengalami Kegiatan ekonomi tercermin dalam
kemerosotan akibat krisis ekonomi, namun bentuk produksi perkembangan PDRB
demikian pihak pengusaha pariwisata telah yang merupakan salah satu cerminan
siap menerima kenyataan tersebut, sehing kegiatan ekonomi daerah pada sektor
ga tidak terlalu beban karena mempunyai pariwisata selama tahun 1993–1998
tanggungan kredit kecil. Di lain pihak menunjukkan laju pertumbuhan; secara
pendapatan hotel akibat selisih depre siasi kuantitatif PDRB sub sektor perhotelan
mata uang asing sangatlah besar bahkan mempunyai laju pertumbuhan tertinggi
dianggap “berkah” sehingga baik pemba (12,4%) di antara sub-sub lainnya,
yaran sisa kredit maupun gaji karyawan kemudian diikuti oleh sub sektor restoran
masih tetap berjalan. (4%) dan biro perjalanan (2,4%) dimana
Pada periode tahun 1993–1995 rata- sektor hiburan dan rekreasi 1% yang
rata pengeluaran wisman sekitar Rp. memiliki laju pertumbuhan terendah. Bila
87.300,- per orang per hari. Sedangkan dilihat dari laju pertumbuhannya
periode tahun 1996–1998 rata-rata penge kesempatan kerja sektor pariwisata pada
luaran meningkat menjadi Rp 106.300,- tahun 1993–1997 terus mengalami
per orang per hari selanjutnya bila dilihat peningkatan, sedangkan tahun 1997-1998
lama tinggal pada perode tahun 1993-1995 akibat krisis moneter mengakibatkan
rata-rata sekitar 3 hari dan pada periode penurunan penyerapan tenaga kerja. Secara
1996-1998 lama tinggal rata-rata 4 hari. terperinci kesempatan kerja untuk sub-sub
Sedangkan pengeluaran wisnus juga sektor pariwisata berturut-turut sebagai
menunjukkan adanya peningkatan baik berikut : sub sektor perhotelan sebesar
karena pening katan jumlah wisnus 11,8%, sub sektor restoran sebesar 3,8%,
maupun pening katan rata-rata pengeluaran sub sektor biro perjalanan sebesar 2% dan
per orang per hari serta rata-rata lamanya sub sektor hiburan dan rekreasi sebesar 0,8
tinggal. Sedangkan pengeluaran wisnus %, sehingga laju pertumbuhan penyerapan
rata-rata sebesar Rp. 67.000,- per orang per tenaga kerja sektor pariwisata sebesar 5%.
hari pada periode tahun 1993–1995 dengan Penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan
lama tinggal rata-rata 2 hari, sedangkan setiap tahunnya untuk masing-masing
pada periode tahun 1996–1996 rata-rata mengalami peningkatan kecuali tahun
pengeluaran meningkat menjadi Rp. 1997-1998 sub sektor periode tahun 1993–
74.000,- per orang per hari dengan lama 1998 berturut-turut sebagai berikut : sub
tinggal rata-rata 3 hari. sektor perhotelan sebanyak 1.334 orang,
Bila dibandingkan dengan pengeluar sub sektor restoran 1.050 orang, sub sektor
an wisman ternyata pengeluaran wisnus hiburan dan rekreasi 812 orang dan sub
relatif lebih kecil Rp. 20.300,- untuk sektor biro perjalanan mempunyai penye
periode tahun1993–1995 dan Rp. 32.300,- rapan tenaga kerja paling sedikit yaitu
pada periode tahun 1996–1998. Demikian hanya 389 orang. Jadi bila dilihat secara
pula bila dilihat jumlah wisatawan maupun keseluruhan jumlah penyerapan tenaga
rata-rata tinggalnya, sehingga kontribusi kerja untuk sektor pariwisata di Kabupaten
terhadap total pengeluaranpun wisnus Daerah Tingkat II Karang-asem tahun
relatif lebih kecil. Dengan demikian 1998 sebanyak 3.585 orang. Adapun
hipotesis yang diajukan dapat diterima elastisitas kesempatan kerja untuk masing-
karena adanya pengembangan sektor masing sub sektor pari wisata dan sub-sub
industri pariwisata sejak 1996 terus sektornya mempunyai koefisien pe-
mengalami persentase peningkatan, namun nyerapan tenaga kerja < 1 dan inelastis.
sejak tahun 1998 terjadi penurunan akibat Hal ini berarti bahwa untuk me-ning
krisis moneter. katkan 1% PDRB sektor pariwisata dan
sub-sub sektonya dibutuhkan pe-ningkatan

16
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

penyerapan tenaga kerja lebih kecil dari menyerap tenaga kerja sebanyak 4.279
1%. Jadi besarnya koefisien elastisitas orang dengan target pertumbuhan ekonomi
penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata sebesar 2,54%.
yaitu 0,88% yang berarti bahwa lapangan Dengan demikian, berpedoman pada
usaha ini memiliki prospek yang cerah hasil analisis penyerapan tenaga kerja pada
untuk dikembangkan dan dapat mem bantu sektor pariwisata, maka hipotesis yang
mengatasi masalah pengangguran diajukan dapat diterima karena adanya
khususnya masyarakat sekitar pengem peningkatan penyerapan tenaga kerja
bangan pariwisata. selama tahun 1993-1996, namun pada
Proyeksi laju pertumbuhan PDRB tahun 1997–1998 terjadi penurunan yang
pada sub sektor masing-masing me- disebabkan adanya krisis moneter.
nunjukkan laju pertumbuhan rata-rata yang
berbeda, secara berturut-turut adalah
sebagai berikut: sub sektor perhotelan KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 5,82%, sub sektor restoran sebesar
3,38%, sub sektor biro perjalanan 2,37%, Kesimpulan
serta sub sektor hiburan dan rekreasi Hasil penelitian dapat disimpulkan
1,92%. Sedangkan proyeksi laju pertum sebagai berikut: (1) Terdapat kontribusi
buhan penyerapan tenaga kerja pada sub- pendapatan yang lebih besar dari anggota
sub sektor dan sektor pariwisata di rumah tangga terhadap pen dapatan rumah
Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem tangga sebesar 56,66%, sedangkan kepala
tahun 1999–2003 secara rata-rata berturut- rumah tangga hanya 43,34% dari total
turut sebagai berikut: sub sektor perhotelan pendapatan bersih per bulan sebesar Rp.
sebesar 5,53%, sub sektor restoran sebesar 1.116.477,- yang terdiri dari pendapatan
3,21%, sub sektor biro perjalanan 1,97% pokok kepala rumah tangga Rp. 158.350,
serta sub sektor hiburan dan rekreasi pendapatan sampingan Rp. 325.500,-
sebesar 1,54%. Dengan demikian secara pendapatan istri Rp.239.293,3 dan anak
keseluruhan sub sektor atau sektor pari Rp. 393.333.3. Hal ini disebabkan ber-
wisata mempunyai laju pertumbuhan tambahnya anggota rumah tangga yang
penyerapan tenaga kerja pada tahun 1999– memperoleh kesempatan kerja di sektor
2003 sebesar 3,06%. pariwisata. Distribusi pendapatan rumah
Hasil proyeksi jumlah penyerapan tangga petani di daerah pengem bangan
tenaga kerja sub sektor dan sektor pari pariwisata tergolong ketim pangan rendah;
wisata tahun 1999–2003, dimana hal ini hal ini ditunjukkan dengan angka
terkait dengan target pertumbuhan ekono Koefisien Gini ysng mendekati nol, yaitu
mi pada sektor yang sama. Penyerapan 0,2 demikian pula distribusi antara
tenaga kerja pada tahun 2003 untuk sub golongan penerima pendapatan 40% rumah
sektor / sektor pariwisata secara berturut- tangga yang berpendapatan rendah
turut sebagai berikut: sub sektor perhotelan menerima 28,70% dari total pendapatan;
sebanyak 1.746 orang dengan target dan ternyata lebih besar dari 17% sehingga
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21%, sub rumah tangga dalam penelitian ini
sektor restoran sebanyak 1.231 orang tergolong ketim pangan ringan atau
dengan target pertumbuhan ekonomi pendapatan cukup merata dan baik. (3)
sebesar 2,94%, sub sektor Biro Perjalanan Pengembangan sektor industri pariwisata
sebanyak 428 orang dengan target di Kabupaten Daerah Tingkat II Karang
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,03%, sub asem menunjukkan perkembangan yang
sektor hiburan dan rekreasi sebanyak 874 positif dengan adanya peningkatan dari
orang dengan target pertumbuhan ekonomi tahun ke tahun pada periode tahun1993-
sebesar, 1,07%, jadi secara keseluruhan 1996. Sebaliknya terjadi kemerosotan
pada sektor pariwisata pada tahun 2003 akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-

17
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

1998; namun khusus pengeluaran wisata kan promosi pariwisata dan memberikan
wan justru meningkat yang disebabkan kemudahan-kemudahan bagi investor serta
adanya selisih nilai kurs. (4) Penyerapan memberikan pelayanan yang memuaskan
tenaga kerja pada tahun 1997 mampu untuk menjaga citra pariwisata setiap
menyerap sebanyak 4.275 orang dimana wisatawan. (4) Peningkatan penyerapan
sektor ini dari tahun 1993-1996 terus tenaga kerja perlu diperhatikan pening
mengalami peningkatan yang berarti katan PDRB khususnya sektor pari wisata
lapangan usaha ini potensial untuk dikem terus dipacu mengingat potensi yang ada
bangkan karena dapat membantu meng- masih banyak yang perlu dikembangkan
atasi pengangguran. Sejak krisis melanda karena sumber daya alam dan budaya bila
Indonesia sektor ini ikut terkena imbasnya digali dengan baik dapat memberikan arti
dan mengakibatkan pada tahun 1998 hanya bagi pertumbuhan ekonomi.
mampu menyerap tenaga kerja 3.585
orang. Berdasarkan hasil proyeksi penye
rapan tenaga kerja tahun 1999-2003
menunjukkan pening katan yang relatif DAFTAR PUSTAKA
kecil karena masih belum pulihnya eko-
nomi, dimana pada tahun 2003 diproyeksi- Anonin. 1990. Analisis Data Sekunder,
kan dapat me-nyerap tenaga kerja Kesempatan Kerja di Luar Sektor
sebanyak 4.297 orang dengan target Pertanian. Pusat Penelitian Kepen-
pertumbuhan ekonomi sebesasr 2,6%. dudukan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Saran Ardana, Gst. Lanang; Yusuf, H; Jahiddin.
Implikasi dari hasil penelitian ini 1992. Prospek Pengem bangan Sektor
adalah: (1) Peningkatan pendapatan rumah Pariwisata Serta Dampaknya Terha
tangga di sekitar lokasi pengem bangan dap Kesempatan Kerja dan Tingkat
pariwisata sangat diperlukan perhatian Pendapatan Masyarakat di Nusa
pemerintah agar kesempatan kerja dari Tenggara Barat. Lembaga Penelitian
berbagai keterampilan dan memperhatikan Uni versitas Mataram. Mataram.
sarana serta prasarana pendukungnya se- Budiono. 1996. Teori Pertumbuhan Eko
hingga kelangsungan perkembangan pari nomi. Dalam Setiati. Distribusi Penda
wisata dapat terjamin yang pada gilirannya patan Antara Golongan Masya rakat di
masyarakat mem peroleh kesempatan kerja Pedesaan. BPFE Universitas Gajah
untuk menambah pendapatan. (2) Distri Mada. Yogyakarta.
busi penda patan yang merata menjadi Dirjen Pariwisata. 1989 Kebijaksanaan
tujuan bersama agar tidak terjadi kecem Pengembangan Pariwisata di Indo
buruan sosial; dalam hal ini sebaiknya nesia.
dicip takan peluang-peluang kerja yang Ditjarahnitra. 1991. Kerangka Acuan Pene
bisa dilakukan oleh masyarakat yang litian dan Penulisan Dampak Pengem
disesuai kan latar belakang pendidikan dan bangan Pariwisata Terhadap Kehi
ketrampilan yang dimiliki khususnya dupan Sosial di Daerah Nusa
peluang kerja yang bersifat informal. Fakta Tenggara Barat. Mataram.
ini terlihat dari latar belakang pendidikan Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan
masyarakat yang mayoritas tergolong Pembangunan Ekonomi (Bali Sebagai
rendah dan relatif tidak banyak membu Kasus). Upada Sastra. Denpasar.
tuhkan pendidikan yang tergolong tinggi. Fandeli, C. 1995. Dasar-dasar Manajemen
(3) Adanya keterkaitan yang positif antara Kepariwisataan Alam. Liberty.
rumah tangga petani dengan pengem Yogjakarta.
bangan industri pari wisata, maka selayak Garis-garis Besar Haluan Negara. 1993.
nya pemerintah setempat terus mengupaya TAP MPR No. II dan IV/MPR/1993.

18
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426

Griya, Wayan. 1983. Pariwisata dan Segi-


segi Sosial Budaya Masyarakat Bali.,
Universitas Udayana. Denpasar.
Irlan, S; A.T. Birowo. 1976. Distribusi
Pendapatan di Pedesaan Padi Sawah di
Jawa Tengah. Prisma I Tahun V
LP3ES. Jakarta.
James, J. Spillane. 1995. Ekonomi Pari
wisata: Sejarah dan Prospek nya.
Kanisius. Yogyakarta.
Kamiliah, W. 1997. Dampak Program
Transmigrasi Terhadap Pendapatan
dan Distribusi Pendapatan Masyarakat
Petani. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Brawijaya. Malang.
Manning, Chris. 1994. Kegiatan Eko nomi
Angkatan Kerja di Indonesia. Dalam Soekarwati; A. Soeharjo; John L. Dillon; J.
Niniek Imaningsih. Kon tribusi Ibu Brian Hardaker. 1997. Dalam
Rumah Tangga Terhadap Pendapatan Karmiliah Wilda. Ilmu Usahatani dan
Keluarga. Pusat Pene litian dan Studi Penelitian untuk Pengem bangan
Kependudukan Universitas Gajah Petani Kecil. UI Jakarta.
Mada. Yogya karta. Simanjuntak, Payaman J. 1995. Pengantar
Prajogo, M.J. 1996. Pengantar Pariwisata Ekonomi Sumberdaya Manusia. Fa
Indonesia. Direktorat Jenderal kultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pariwisata. Jakarta. Jakarta.
Rusmilyansari. 1999. Peranan Wanita Siswanto, Sutojo. 1991. Studi Kelayakan
Nelayan Dalam Usaha Peningkatan Proyek : Teori dan Praktek. PT.
Pendapatan Rumah Tangga di Desa Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Tabaino Kecamatan Takisung Kabu Sukamto, D; Hadi M; Lukman, H. 1992.
paten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Analisa Penyerapan Tenaga Kerja
Tesis. Program Pasca sarjana Pada Sektor Pariwisata di Nusa
Universitas Brawijaya. Malang. Tenggara Barat Tahun 1991 – 1995.
Swasono, S.E; A. Sasono; M.Z. Nasution; Lembaga Penelitian Univer sitas
R. Munir; A. Madjid. 1992. Dalam Mataram. Mataram.
Rita Ratina. Studi Kebijakan Pengem Suyatna, I Gede; Ambarwati, IGAA;
bangan Sektor Informal. Kerjasama Elisabeth L. 1990. Dampak Pari
Antara Pusat Penelitian Pranata wisata Terhadap Keadaan Sosial
Pembangunan UI dengan Studi Ekonomi Pertanian di Kabupaten
Pembangunan Jakarta. Buleleng dan Yoeti, Oka A. 1990.
Pengantar Ilmu Pariwisata. Ang kasa.
Bandung. Bandung. Lembaga Pene
litian Universitas Udayana. Denpasar.

19

You might also like