Professional Documents
Culture Documents
0852-5426
I Ketut R. Sudiarditha
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
Agus Suman
Fakultas Ekonomi , UB
Kusnadi
Fakultas Pertanian, UB
ABSTRACT
The aims of this research were: (1) to analyze the contribution of farmers household
income in the tourism development region toward the total of household income; (2) to
analyze the unbalance distribution of income among farmers household in the tourism
development region; (3) to analyze the development of tourism sector in the District of
Karangasem and to predict input for the next five years.
Research hypothesis were: (1) it was predicted that average income member of the
farmers household gave bigger contribution to the total household income; (2) it was
predicted that the unbalance distribution of income among farmers household considered as
small unbalance; (3) it was predicted that development of tourism sector continued to
increase in percentage; (4) it was predicted that tourism sector development followed by
labor absorption and the percentage development for the next years projection.
Processing trend method for five years, was used to measure the development.
Sample was randomly taken from farmers household having part-time job and living in the
region of tourism development. Descriptive, tabulation and statistics were used to analyze,
wereas for income distribution analysis Coefficient Gini was the tool
Research results were: (1) There was bigger income contribution of household
member toward the total of household income as much as 56,66%, while the breadwinner
only 43,34% of the total net of household income per month, wich was
Rp.l.116.477,- by details of Rp 158.350 as breadwinner main income Rp 325.500,- as
breadwinner extra income Rp 239.293,3 as wife’s and Rp 393.333,3 as child’s. This
condition was supported by the number of household member who had job opputunity in
tourism; (2) income distribution of farmers household in the region of tourism development
was considered as small unbalance; it was shown by coefficient Gini reached zero,
precisely 0,2; distribution to 40% household who earn low income was 28,70% of the total
income; in fact in was bigger than 17% that put those household into small unbalance or
good income; (3) tourism sector development in the District of Karangasem showed
positive from year to year for the period of 1993 to 1996. On the contrary, there was a
decline as a consequence of economic crisis in the 1997 to 1998, but tourists expending
increased due to the balance rate; (4) labor absorption until 1997 was 4.275 people. This
sector continued to increase from 1993 to 1996, meaning that this field was potensial to be
developed to decrease unemployment. In 1998 this sector could only absorb 3.585 laborers
due to the crisis that truck Indonesia.
8
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
9
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
10
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga yang hasilan suami dari bekerja sebagai petani
tersedia. Dengan demikian dalam maupun sektor lain yang dinyatakan dalam
penelitian ini dari jumlah populasi yang satuan rupiah perbulan (9) Pengeluaran
ada sebanyak 105 rumah tangga petani rumah tangga adalah uang yang
diambil 30 sampel. dikeluarkan oleh rumah tangga untuk
keperluan konsumsi maupun non konsumsi
Metode pengumpulan data seperti: pendidikan, transportasi, kesehatan
Data yang diambil dalam penelitian ini dan sebagainya yang dinyatakan dalam
adalah data primer dan data sekunder. Data satuan rupiah perbulan.
primer diperoleh dengan wawan-cara
langsung kepada responden meng-gunakan Metode analisis data
kuesioner. Sedangkan data sekunder Penelitian ini menggunakan analisis
diperoleh dari instansi yang terkait dengan diskriptif dan statistik. Untuk menguji
masalah penelitian ini. hipotesis pertama digunakan per-samaan
pendapatan tunai / money income rumah
Batasan dan ukuran variabel tangga (Everson dalam Rusmilyanti,
Untuk memudahkan pemahaman dan 1999). Hipotesis kedua digunakan Gini
interpretasi data dipandang perlu me- Koefisien (GK) dan perhitungan yang
rumuskan batasan dan pengukuran variabel digunakan Bank Dunia (Hera Susanti,
sebagai berikut: (1) Pengem-bangan sektor 1994) dengan masing-masing kriteria
pariwisata adalah perubahan yang terjadi sebagai berikut: (a) Gini Koefisien (GK):
pada penyerapan tenaga kerja, pendapatan lebih kecil dari 0,4: tingkat pendapatan
dandistribusi pendapatan masyarakat rendah; antara 0,4–0,5: tingkat ketim-
petani. (2) Penyerapan tenaga kerja adalah pangan moderat; lebih besar dari pada 0,5:
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam tingkat ketimpangan tinggi. (b) Bank
proses produksi yabg diukur dengan satuan Dunia: bila kelompok 40% penduduk
hari kerja orang (HKO), dimana satu hari termiskin pengeluarannya < 12% dari
kerja adalah 7 jam. (3) Pendapatan rumah seluruh pengeluaran maka ketimpangan
tangga adalah besarnya pendapatan yang tinggi; bila kelompok 40% penduduk
diperoleh rumah tangga dari bekerja baik termiskin pengeluarannya antara 12%-17%
pada sektor pertanian maupun non per- dari seluruh pengeluaran, maka tingkat
tanian yang dinyatakan dalam rupiah.(4) ketimpangan sedang (moderat); bila ke-
Pendapatan non pertanian adalah total lompok 40% penduduk termiskin penge-
penerimaan yang diperoleh anggota rumah luarannya > 17% dari seluruh penge-
tangga dari bekerja di luar bidang per- luarannya, maka tingkat ketimpangan
tanian seperti: berdagang, bengkel, pe- rendah. Hipotesis ketiga digunakan
nukaran uang dan sebagainya yang analisis deskriptif didasarkan pada tabel
dinyatakan dalam rupiah per bulan. (5) silang mengenai: perkembangan jumlah
Rumah tangga adalah sekelompok orang wisatawan, perkembangan jumlah hotel,
yang mendiami sebagian atau seluruhnya tingkat penghunian kamar dan jumlah
bangunan fisik dan biasanya tinggal pengeluaran wisatawan. Hipotesis ke
bersama serta makan dari satu dapur. (6) empat di-analisis dengan langkah-langkah
Anggota rumah tangga adalah semua orang se-bagai berikut: (1) Elastisitas kesempatan
yang bertempat tinggal di satu rumah kerja (Simanjuntak, 1995; (2) Laju
tangga. (7) Industri pariwisata adalah Pertumbuhan / Rate of Growth (Per-aturan
kumpulan dari berbagai macam bidang Mendagri No. 9 tahun 1982); (3) Laju
usaha yang secara bersama-sama meng- Kesempatan Kerja (Simanjuntak, 1995);
hasilkan produk dalam bentuk keseluruhan (4) Kebutuhan Tenaga Kerja dan Proyeksi
perjalanan wisata. (8) Pen-dapatan suami Pertumbuhan PDRB meng-gunakan Least
merupakan jumlah dari perolehan peng- Square (Siswanto, 1991).
11
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
12
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
13
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
14
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
pendapatan rumah tangga petani di daerah wisata sebanyak 61.324 orang atau 27,2%.
penelitian terlihat dalam Tabel 3. Sedangkan pada tahun 1995-1996 berturut-
Tampak dalam Tabel 3 bahwa 40 turut 15,4% dan 11,7%, dimana pada tahun
persen rumah tangga yang menerima penda 1996 merupakan jumlah kunjunhgan ter-
patan terendah menerima pendapatan besar dibandingkan de ngan tahun-tahun
sebesar 28,70%, 40 persen rumah tangga yang lainnya, namun prosentase pening
yang menerima pen-dapatan menengah katannya hanya 11,7%. Dengan demikian
menerima 37,80% dan 20 persen yang jika dilihat prosentase jumlah kunjungan
menerima pendapatan tertinggi sebesar wisatawan dari tahun 1993–1996 rata-rata
33,50%. Dilihat dari kriteria Bank Dunia 17,1%. Lain halnya pada tahun 1997 minus
bahwa 40 persen penduduk (rumah 8,1% yang disebabkan munculnya krisis
tangga) yang ber-pendapatan rendah 17% moneter hingga tahun 1998 kunjungan
dikatakan berketimpangan ringan apa bila wisatawan menyebabkan minus 19,8%.
lebih besar dari seluruh pendapatan. Lebih lanjut, bila jumlah kunjungan
Berdasarkan kriteria tersebut dan dikaitkan wisman dibandingkan dengan wisnus,
dengan hasil perhitungan menunjukkan ternyata peningkatan wisman jauh melam
bahwa rumah tangga dalam penelitian ini paui wisnus yaitu untuk wisman 1.068.550
juga tergolong berketimpangan ringan atau orang (62,8%) sedangkan wisnus 670.834
pendapatan cukup merata dan baik, karena orang (37,2%).
40 persen rumah tangga yang ber- Perkembangan jumlah hotel Ber
pendapatan rendah menerima 28,70% dari bintang maupun Melati berkembang pesat.
seluruh total pendapatan., sehingga hipo Jumlah kamar hotel Melati lebih besar
tesis yang diajukan dapat diterima. dibanding hotel Berbintang. Pada tahun
1994 peningkatan hotel melati 321 kamar
Tabel 3. Distribusi pendapatan rumah sedangkan hotel berbintang hanya 15
tangga responden pada golongan kamar, demikian pula pada tahun 1995,
pendapatan rendah, menengah dan hotel Melati dan hotel Berbintang masing-
tinggi masing mengalami peningkatan 746 kamar
dan 135 kamar, akan tetapi dari segi
Pendapatan persentase peningkatan hotel Berbintang
Golongan
No yang diterima justru lebih besar yakni 192,9% sedangkan
Pendapatan
(%) hotel Melati hanya 130 %. Selanjutnya
1 40% rendah 28,70 pada tahun 1996 merupakan awal perhatian
2 40% menengah 37,80 para investor karena peningkatan jumlah
3 20% tinggi 33,50
kamar hotel Berbintang hanya 15,1%
Jumlah 100,00
sedang hotel Melati 3,8%, menyusul
datangnya krisis ekonomi tahun 1997
peningkatan kamar hotel Berbintang dan
Analisis pengembangan industri Melati masing-masing 8,1% dan 7,6%, ini
Pariwisata berarti mengalami penurunan sejak tahun
1996 sehingga pada tahun 1998 industri
Pengembangan sektor industri pari pariwisata sub perhotelan khususnya
wisata terkait erat hubungannya dengan per menghadapi kemandekan hal ini terburkti
kembangan jumlah wisatawan, perkem- tidak ada peningkatan jumlah kamar.
bangan hotel, tingkat penghunian kamar Pada tahun 1993-1996 tingkat hunian
serta pengeluaran wisatawan. kamar terus mengalami pening katan dari
Kunjungan wisatawan ke Kabupaten tahun ke tahun; rata-rata tingkat peng
Daerah Tingkat II Karangasem dari tahun hunian kamar masing-masing 4,4% dan
ke tahun meningkat baik wisatawan manca 47,5%. Dengan adanya peningkatan
negara maupun wisatawan nusantara. Pada hunian menggambarkan bahwa obyek
tahun 1994 peningkatan jumlah kunjungan
15
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
16
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
penyerapan tenaga kerja lebih kecil dari menyerap tenaga kerja sebanyak 4.279
1%. Jadi besarnya koefisien elastisitas orang dengan target pertumbuhan ekonomi
penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata sebesar 2,54%.
yaitu 0,88% yang berarti bahwa lapangan Dengan demikian, berpedoman pada
usaha ini memiliki prospek yang cerah hasil analisis penyerapan tenaga kerja pada
untuk dikembangkan dan dapat mem bantu sektor pariwisata, maka hipotesis yang
mengatasi masalah pengangguran diajukan dapat diterima karena adanya
khususnya masyarakat sekitar pengem peningkatan penyerapan tenaga kerja
bangan pariwisata. selama tahun 1993-1996, namun pada
Proyeksi laju pertumbuhan PDRB tahun 1997–1998 terjadi penurunan yang
pada sub sektor masing-masing me- disebabkan adanya krisis moneter.
nunjukkan laju pertumbuhan rata-rata yang
berbeda, secara berturut-turut adalah
sebagai berikut: sub sektor perhotelan KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 5,82%, sub sektor restoran sebesar
3,38%, sub sektor biro perjalanan 2,37%, Kesimpulan
serta sub sektor hiburan dan rekreasi Hasil penelitian dapat disimpulkan
1,92%. Sedangkan proyeksi laju pertum sebagai berikut: (1) Terdapat kontribusi
buhan penyerapan tenaga kerja pada sub- pendapatan yang lebih besar dari anggota
sub sektor dan sektor pariwisata di rumah tangga terhadap pen dapatan rumah
Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem tangga sebesar 56,66%, sedangkan kepala
tahun 1999–2003 secara rata-rata berturut- rumah tangga hanya 43,34% dari total
turut sebagai berikut: sub sektor perhotelan pendapatan bersih per bulan sebesar Rp.
sebesar 5,53%, sub sektor restoran sebesar 1.116.477,- yang terdiri dari pendapatan
3,21%, sub sektor biro perjalanan 1,97% pokok kepala rumah tangga Rp. 158.350,
serta sub sektor hiburan dan rekreasi pendapatan sampingan Rp. 325.500,-
sebesar 1,54%. Dengan demikian secara pendapatan istri Rp.239.293,3 dan anak
keseluruhan sub sektor atau sektor pari Rp. 393.333.3. Hal ini disebabkan ber-
wisata mempunyai laju pertumbuhan tambahnya anggota rumah tangga yang
penyerapan tenaga kerja pada tahun 1999– memperoleh kesempatan kerja di sektor
2003 sebesar 3,06%. pariwisata. Distribusi pendapatan rumah
Hasil proyeksi jumlah penyerapan tangga petani di daerah pengem bangan
tenaga kerja sub sektor dan sektor pari pariwisata tergolong ketim pangan rendah;
wisata tahun 1999–2003, dimana hal ini hal ini ditunjukkan dengan angka
terkait dengan target pertumbuhan ekono Koefisien Gini ysng mendekati nol, yaitu
mi pada sektor yang sama. Penyerapan 0,2 demikian pula distribusi antara
tenaga kerja pada tahun 2003 untuk sub golongan penerima pendapatan 40% rumah
sektor / sektor pariwisata secara berturut- tangga yang berpendapatan rendah
turut sebagai berikut: sub sektor perhotelan menerima 28,70% dari total pendapatan;
sebanyak 1.746 orang dengan target dan ternyata lebih besar dari 17% sehingga
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21%, sub rumah tangga dalam penelitian ini
sektor restoran sebanyak 1.231 orang tergolong ketim pangan ringan atau
dengan target pertumbuhan ekonomi pendapatan cukup merata dan baik. (3)
sebesar 2,94%, sub sektor Biro Perjalanan Pengembangan sektor industri pariwisata
sebanyak 428 orang dengan target di Kabupaten Daerah Tingkat II Karang
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,03%, sub asem menunjukkan perkembangan yang
sektor hiburan dan rekreasi sebanyak 874 positif dengan adanya peningkatan dari
orang dengan target pertumbuhan ekonomi tahun ke tahun pada periode tahun1993-
sebesar, 1,07%, jadi secara keseluruhan 1996. Sebaliknya terjadi kemerosotan
pada sektor pariwisata pada tahun 2003 akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-
17
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
1998; namun khusus pengeluaran wisata kan promosi pariwisata dan memberikan
wan justru meningkat yang disebabkan kemudahan-kemudahan bagi investor serta
adanya selisih nilai kurs. (4) Penyerapan memberikan pelayanan yang memuaskan
tenaga kerja pada tahun 1997 mampu untuk menjaga citra pariwisata setiap
menyerap sebanyak 4.275 orang dimana wisatawan. (4) Peningkatan penyerapan
sektor ini dari tahun 1993-1996 terus tenaga kerja perlu diperhatikan pening
mengalami peningkatan yang berarti katan PDRB khususnya sektor pari wisata
lapangan usaha ini potensial untuk dikem terus dipacu mengingat potensi yang ada
bangkan karena dapat membantu meng- masih banyak yang perlu dikembangkan
atasi pengangguran. Sejak krisis melanda karena sumber daya alam dan budaya bila
Indonesia sektor ini ikut terkena imbasnya digali dengan baik dapat memberikan arti
dan mengakibatkan pada tahun 1998 hanya bagi pertumbuhan ekonomi.
mampu menyerap tenaga kerja 3.585
orang. Berdasarkan hasil proyeksi penye
rapan tenaga kerja tahun 1999-2003
menunjukkan pening katan yang relatif DAFTAR PUSTAKA
kecil karena masih belum pulihnya eko-
nomi, dimana pada tahun 2003 diproyeksi- Anonin. 1990. Analisis Data Sekunder,
kan dapat me-nyerap tenaga kerja Kesempatan Kerja di Luar Sektor
sebanyak 4.297 orang dengan target Pertanian. Pusat Penelitian Kepen-
pertumbuhan ekonomi sebesasr 2,6%. dudukan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Saran Ardana, Gst. Lanang; Yusuf, H; Jahiddin.
Implikasi dari hasil penelitian ini 1992. Prospek Pengem bangan Sektor
adalah: (1) Peningkatan pendapatan rumah Pariwisata Serta Dampaknya Terha
tangga di sekitar lokasi pengem bangan dap Kesempatan Kerja dan Tingkat
pariwisata sangat diperlukan perhatian Pendapatan Masyarakat di Nusa
pemerintah agar kesempatan kerja dari Tenggara Barat. Lembaga Penelitian
berbagai keterampilan dan memperhatikan Uni versitas Mataram. Mataram.
sarana serta prasarana pendukungnya se- Budiono. 1996. Teori Pertumbuhan Eko
hingga kelangsungan perkembangan pari nomi. Dalam Setiati. Distribusi Penda
wisata dapat terjamin yang pada gilirannya patan Antara Golongan Masya rakat di
masyarakat mem peroleh kesempatan kerja Pedesaan. BPFE Universitas Gajah
untuk menambah pendapatan. (2) Distri Mada. Yogyakarta.
busi penda patan yang merata menjadi Dirjen Pariwisata. 1989 Kebijaksanaan
tujuan bersama agar tidak terjadi kecem Pengembangan Pariwisata di Indo
buruan sosial; dalam hal ini sebaiknya nesia.
dicip takan peluang-peluang kerja yang Ditjarahnitra. 1991. Kerangka Acuan Pene
bisa dilakukan oleh masyarakat yang litian dan Penulisan Dampak Pengem
disesuai kan latar belakang pendidikan dan bangan Pariwisata Terhadap Kehi
ketrampilan yang dimiliki khususnya dupan Sosial di Daerah Nusa
peluang kerja yang bersifat informal. Fakta Tenggara Barat. Mataram.
ini terlihat dari latar belakang pendidikan Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan
masyarakat yang mayoritas tergolong Pembangunan Ekonomi (Bali Sebagai
rendah dan relatif tidak banyak membu Kasus). Upada Sastra. Denpasar.
tuhkan pendidikan yang tergolong tinggi. Fandeli, C. 1995. Dasar-dasar Manajemen
(3) Adanya keterkaitan yang positif antara Kepariwisataan Alam. Liberty.
rumah tangga petani dengan pengem Yogjakarta.
bangan industri pari wisata, maka selayak Garis-garis Besar Haluan Negara. 1993.
nya pemerintah setempat terus mengupaya TAP MPR No. II dan IV/MPR/1993.
18
AGRITEK VOL. 16 NO. 8 AGUSTUS 2008 ISSN. 0852-5426
19