You are on page 1of 147

EVALUASI PENERAPAN CARA PRODUKSI YANG BAIK

(GOOD MANUFACTURING PRACTICES)


DAN PENYUSUNAN SSOP INDUSTRI LIDAH BUAYA
DI PT. LIBE BUMI ABADI

Lisyanti, SE

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul:

Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good

Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di

PT. Libe Bumi Abadi.

merupakan hasil karya saya sendiri dengan bimbingan komisi

pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir

ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2008

Lisyanti

F052050075
LISYANTI. Evaluation of Applying Good Manufacturing Practices and
Generating SSOP for Aloe Vera Industry in PT. Libe Bumi Abadi. Under
direction of NURHENI SRI PALUPI as the chairman of the committee and
DARWIN KADARISMAN as the member.

ABSTRACT
The shortage of knowledge concerning management, marketing, and
production process and especially the lack of quality awareness, cause Small
and Medium Enterprises to be generally slow in growth. Once SMEs concern
more on the quality, consequently bargaining position in the market will be
stronger with higher selling price. One of the methods of improving quality was
by implementing Good Manufacturing Practices (GMP), which is a guide to
manufacture food by paying attention to various aspects of sanitation, whereas
Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) was essential to facilitate the
achieving the aims of GMP.
The objectives of this study were: (a) carried out the assessment
towards the application of GMP by PT. Libe Bumi Abadi; (2) compiled drafts of
SSOPs and checklists as the GMP application procedure; and (3) compared
inspection form of food processing means based on BPOM-Depkes, 1999 and
draft revision of the GMP inspection form (BPOM, 2005). In carrying out the
aims, the steps taken were: (1) the primary and secondary data collection, (2)
the assessment of food means using the inspection form of BPOM, 1999 and
the draft revision of GMP inspection form (BPOM, 2005); (3) the compilation
draft of SSOP revision and checklists for PT. LBA; (4) Focus Group Discussion
(FGD) to discuss and to finalize the draft of SSOP and CLs that were compiled.
The results of the assessment and observation of the GMP application
in PT. LBA using the inspection of processing means form (BPOM, 1999) was
in the category 3, resulting K (poor); whilst the outcome of the assessment
using draft revision of GMP inspection form (BPOM, 2005) was categorised in
rating III, scoring C (average). Eventhough the aims of the assessment in both
forms were basically the same, the observation showed different results. The
difference was mainly happened because of different approaches in main
aspects, the assessment method and the different calculation method.
Draft of SSOPs and the list had been compiled based on four groups:
(1) building facilities, covered: maintenance of the building and factory facilities;
(2) machine and equipments: the sanitation escort for the production machine
and the equipment; (3) personal hygiene, covered the sanitation and the
hygienic habit of manpower; and (4) pest control and the management of the
waste, covered the pest control in the process and the handling of the waste
The suggestion given were: (1) Improvement of GMP aspects: the
design of processing space, factory facilities, production equipment, and
supervision action; (2) Usage of the draft revision GMP inspection form (BPOM,
2005) for the GMP assessment, especially for SMEs, because of the clear
assessment point and easily be understood; (3) Revision and the adjustment of
draft SSOP and CLs that were compiled could be carried out and be continued
in line with the company's expansion in the scale of production, manpower, and
technology; (4) Application of internal quality control system in PT. LBA; (5)
Carrying out the development of the organisation, that is separating the division
of labour to internal affair and external affair to maximise the GMP application.
Key words: Quality, GMP, SSOP
LISYANTI. Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good
Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di
PT. Libe Bumi Abadi. Di bawah bimbingan NURHENI SRI PALUPI sebagai
ketua dan DARWIN KADARISMAN sebagai anggota.

RINGKASAN
Industri kecil dan menengah biasanya sulit berkembang karena
kurangnya pengetahuan mengenai manajemen, pemasaran, proses
pengolahan dan terutama kesadaran tentang pentingnya kualitas produk yang
merupakan hal yang agak ’terabaikan’ karena memerlukan usaha lebih dalam
hal penerapannya. Bila industri kecil telah memperhatikan mutu bahan baku,
proses produksi dan produk jadi, maka dengan sendirinya posisi penawaran di
pasar akan lebih kuat dengan harga jual yang lebih tinggi. Salah satu cara
meningkatkan mutu adalah dengan menerapkan GMP (Good Manufacturing
Practices), yang merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan
dengan memperhatikan berbagai aspek sanitasi. Untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan GMP, diperlukan SSOP (Standard Sanitation Operating
Procedure), yaitu tata cara yang digunakan industri untuk membantu mencapai
tujuan yang diharapkan program GMP.
Bertolak dari fakta tersebut dilakukan kajian dengan tujuan: (1)
melakukan penilaian terhadap penerapan CPMB/ GMP oleh PT. Libe Bumi
Abadi; (2) menyusun SSOP sebagai prosedur penerapan GMP; (3)
membandingkan formulir pemeriksaan sarana pengolahan pangan berdasarkan
BPOM-Depkes, 1999. dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,
2005). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah: (1) pengumpulan data primer dan sekunder, (2) penilaian sarana
pangan dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pangan (BPOM,
1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005); (3)
penyusunan draft revisi SSOP dan daftar isian untuk PT. Libe Bumi Abadi; (4)
Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas dan menguji draft SSOP dan
daftar isian yang telah disusun. Hasil FGD menjadi acuan untuk perbaikan
SSOP.
Hasil penilaian dan pengamatan penerapan GMP di PT. Libe Bumi
Abadi dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,
1999) dikategorikan dalam mutu 3 dengan nilai K (kurang); sedangkan hasil
penilaian dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB
(BPOM, 2005) dikategorikan dalam rating III, dengan hasil C (cukup).
Meskipun tujuan penilaian dan cara pengamatan dengan kedua formulir
tersebut pada intinya adalah sama, tetapi pengamatan menunjukkan hasil yang
berbeda. Perbedaan hasil penilaian ini terutama terjadi karena cara penilaian
dan cara perhitungan yang berbeda. Kelompok utama pada formulir
pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) adalah: (a) fasilitas pabrik
seperti konstruksi dan kebersihan ruang pengolahan, sanitasi dan rancangan
peralatan; (b) suplai air untuk proses produksi; (c) pengendalian hama; dan (d)
sanitasi karyawan. Kelompok utama pada draft revisi formulir pemeriksaan
CPMB (BPOM, 2005) adalah: (q) sanitasi karyawan; (b) pengendalian hama;
(c) konstruksi dan desain bangunan; (d) gudang beku; (e) sanitasi lokasi dan
lingkungan; (f) pasokan air; (g) operasional sanitasi; (h) penggunaan bahan
kimia; (i) peralatan produksi; (j) pengendalian proses produksi; dan (k) tindakan
pengawasan.
Draft revisi SSOP dan daftar isian telah disusun berdasarkan empat
kelompok yaitu: (1) Prosedur sanitasi Gedung dan fasilitas pabrik, meliputi:
semua proses perawatan gedung dan fasilitas pabrik; (2) Prosedur sanitasi
mesin dan peralatan, merupakan panduan sanitasi terhadap mesin produksi
dan alat-alat bantu di PT Libe Bumi Abadi; (3) Prosedur sanitasi tenaga kerja
adalah meliputi panduan untuk sanitasi dan kebiasaan higienis tenaga kerja;
dan (4) Prosedur pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan:
panduan pengendalian hama dalam proses produksi dan penanganan limbah.
Dari kajian ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Perbaikan
aspek-aspek GMP, antara lain: desain ruang pengolahan, fasilitas pabrik,
peralatan produksi, dan tindakan pengawasan; (2) Untuk penilaian sarana
pengolahan, terutama bagi IKM, disarankan untuk menggunakan draft revisi
formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) daripada formulir pemeriksaan
sarana pengolahan (BPOM, 1999), karena poin penilaian yang lebih jelas, rinci
dan mudah dimengerti; (3) Revisi dan penyesuaian draft SSOP dan daftar isian
yang telah disusun dapat dilakukan setelah uji coba dan dilanjutkan secara
berkesinambungan sejalan dengan berkembangnya perusahaan dalam skala
produksi, tenaga kerja, maupun teknologi; (4) Disarankan kepada PT. Libe
Bumi Abadi untuk dapat menerapkan sistem pengendalian mutu internal; (5)
Untuk mengoptimalkan penerapan GMP dan SSOP, perusahaan disarankan
melakukan pengembangan organisasi, yaitu memisahkan pembagian tugas
untuk untuk urusan internal dan urusan eksternal.

Kata kunci: Kualitas, Good Manufacturing Practices, Standard


Sanitation Operating Procedure
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor,
Sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
Baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya
EVALUASI PENERAPAN CARA PRODUKSI YANG BAIK
(GOOD MANUFACTURING PRACTICES)
DAN PENGEMBANGAN SSOP
DI PT. LIBE BUMI ABADI

Lisyanti, SE

Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk melakukan tugas penyelesaian pada
Magister Profesi
Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good
Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP
Industri Lidah Buaya di PT. Libe Bumi Abadi

Nama Mahasiswa : Lisyanti

NRP : F052050075

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui, Januari 2008

Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi Ir. Darwin Kadarisman, MS

Diketahui,

Plh. Ketua Program Studi Dekan Program Pascasarjana


Industri Kecil Menengah

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus : Tanggal Ujian :


PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yesus, atas kasih dan
karuniaNya sehingga Laporan Akhir ini berhasil diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa
berbagai bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi selaku ketua komisi pembimbing, atas
nasehat, bimbingan, materi pendukung, saran dan kesabarannya.
2. Ir. Darwin Kadarisman, MS selaku anggota komisi pembimbing atas
dukungan secara moril, materi pendukung, nasehat, pengertian dan
koreksinya.
3. Dr. Harsi D. Kusumaningrum selaku dosen penguji, atas kritik, saran dan
arahannya untuk perbaikan tugas akhir ini sehingga menjadi lebih terarah
dalam pembahasan dan tujuannya.
4. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA selaku ketua program studi
yang selalu memberi dukungan bagi kami, para mahasiwa MPI agar selalu
bersemangat dalam menyelesaikan studi dengan hasil sebaik-baiknya dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
5. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, Dipl. Ing, DEA selaku Plh. ketua program studi
yang mendukung dan mendidik kami dalam studi, pelaksanaan kolokium
dan seminar sehingga kami dapat menjalankan studi kami dengan lebih
baik.
6. Pak Suharman, selaku pemilik dan kepala operasional PT. Libe Bumi
Abadi, terima kasih atas informasi, dokumen, kemudahan, kesempatan dan
ijin untuk pelaksanaan tugas akhir ini.
7. Papa dan mama tercinta atas setiap doa, harapan dan kepercayaan yang
diberikan terhadap setiap keputusan yang Penulis buat sehubungan
dengan studi ini.
8. My beloved Sis and Bro: Lylis dan Junaedi, terima kasih untuk setiap doa
dan pengertian yang diberikan.
9. Dosen-dosen pembimbing maupun dosen tamu yang telah dengan sabar
mengajar, membagikan ilmu dan pengalaman, melatih dan membekali kami
dalam berbagai disiplin ilmu serta memotivasi kami untuk menerapkan dan
mengamalkan apa yang kami pelajari dalam kehidupan profesional dan
bermasyarakat.
10. Rekan-rekan seperjuangan di MPI-6: P’Nyoman, Mbak Rini, Anton, Hendri,
Adi, P’ Darmawan, P’Usep, Mbak Sulis, Eko, P’Ano, dan P’Saniaka. Penulis
merasa bangga sekali menjadi bagian dari kalian. Angkatan kita merupakan
angkatan yang unik dan terdiri dari berbagai karakter, kalangan dan profesi.
Sangat menyenangkan bisa melalui banyak hal bersama: belajar di kelas
yang berpindah-pindah, makan siang beramai-ramai, tertawa bersama.
Pada saat yang dirasa berat: saling mendukung dalam mengerjakan tugas,
diskusi, dan saling menyemangati agar tidak menyerah saat urusan kuliah
berbenturan dengan kesibukan pekerjaan dan keluarga.
11. Saudara-saudara di GBI Danau Bogor Raya, terutama P’Heri, Yuliaty dan
Irene, serta CoOL Demuth terima kasih untuk saran dan doa bagi Penulis
agar diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menyelesaikan studi ini.
Berpikir positif, tidak kehilangan harapan dan percaya adalah kata kunci
yang menghasilkan perbedaan.
12. Rekan-rekan di Perfetti Van Melle Indonesia: Bu Sylvia, Mufty, Djafar,
Hakim, Pak Munanto, Pak Didit, Kang Agus, KEN, Yosef, Lietha, Tjandri,
dan Mira. Terima kasih atas buku-buku referensi dan artikel-artikel yang
diberikan, saran dan perbaikan, akses internet serta bantuan moril yang
sangat berarti bagi Penulis.
13. Teman-teman yang memberikan semangat dan doa saat proses
pendaftaran, selama masa kuliah, dan dorongan untuk terus menyelesaikan
sampai akhir, Mbak Iva, Indri, Vera, Haer, Vic, para senior di MPI-5, para
trainer dan rekan Dale477, terima kasih untuk referensi dan dukungannya.
14. Kepada seluruh pihak yang lalai atau tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang membantu Penulis dalam menyelesaikan kuliah. Setiap hal kecil yang
dilakukan berarti banyak bagi Penulis: sepatah kalimat bijak, harapan yang
diungkapkan, persahabatan yang diberikan, telinga untuk mendengar
curahan hati, ucapan doa dan berkat agar Penulis tidak menyerah, atau
sekedar bercengkrama dan bertukar pikiran.
Penulis berharap bahwa laporan akhir ini, walaupun tidak luput dari
berbagai kekurangan, dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi
pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Januari 2008

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2


November 1976 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara, dari ayah Tjoa Thian Huat dan Ibu Lim Gek
Moi. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Universitas Terbuka, lulus pada tahun 2002. Pada bulan
Desember 2005 Penulis diterima di Sekolah
Pascasarjana IPB, Magister Profesional Program Studi
Industri Kecil Menengah.
Penulis telah bekerja sebagai QC Data Analyst Unit Manager pada PT.
Perfetti Van Melle Indonesia selama 4 tahun. Penulis juga pernah bekerja di
PT. Suryamas Duta Makmur sebagai HRD and GA Staff (2000), dan sebagai
Guru Bahasa Inggris dan Komputer di PG, TK dan SD Amal Kasih (tahun
ajaran 2002-2003). Sebelumnya Penulis pernah bekerja selama 5 tahun (1995-
2000) sebagai QC Analyst, New Product Development Staff, Raw and
Packaging Material Inspector, dan QC and BoM Administrator di PT. Van Melle
Indonesia sebelum merger dengan PT. Perfetti. Pada Tahun 1996 Penulis
pernah mendapatkan penghargaan sebagai outstanding student tingkat
Intermediate II di Lembaga bahasa LIA.
Pada Tahun 2008, Penulis menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Profesi Program Studi Industri
Kecil Menengah dengan judul Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik
(Good Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah
Buaya di PT. Libe Bumi Abadi di bawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi,
MSi sebagai ketua dan Ir. Darwin Kadarisman, MS sebagai anggota komisi
pembimbing.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i


DAFTAR TABEL................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................iv
DAFTAR ISTILAH............................................................................................... v
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................... 4
C. Manfaat.................................................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI......................................................................................... 6
A. Lidah Buaya (Aloe Vera)........................................................................... 6
B. Cara Produksi Yang Baik (GMP - Good Manufacturing Practices)............10
C. Prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP - Standard Sanitation
Operating Procedure)..............................................................................12
III. METODA KAJIAN.........................................................................................16
A. Lokasi dan Waktu Kajian .........................................................................16
B. Tahapan Kerja.........................................................................................16
1. Pengumpulan Data............................................................................16
2. Penilaian Penerapan GMP. ...............................................................16
3. Penyusunan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) dan
Daftar Isian (checklist) .......................................................................23
IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN...............................................................26
A. Manajemen dan Organisasi.....................................................................26
B. Jenis Produk ...........................................................................................27
1. Produk Industri Lidah Buaya Yang Siap Saji ......................................27
2. Produk Bahan Baku Industri ..............................................................28
C. Peralatan yang Digunakan ......................................................................29
D. Bahan dan Proses Pengolahan ...............................................................34
1. Proses pengolahan Teh Hijau dengan Lidah Buaya ...........................34
2. Proses Pengolahan Jus Lidah Buaya.................................................35
3. Proses Pengolahan Minuman Lidah Buaya dan Minuman Sari Lidah
Buaya................................................................................................36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................39
A. Penilaian Penerapan GMP di PT. Libe Bumi Abadi ..................................39
B. Analisis Perbandingan Cara Penilaian Penerapan GMP ..........................47
C. Penyusunan Draft SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure)
dan Daftar Isian (checklist) Penilaian SSOP ............................................57
D. Pengembangan Organisasi PT. Libe Bumi Abadi.....................................61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................62
A. Kesimpulan .............................................................................................62
B. Saran ......................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kandungan gizi rata-rata jel lidah buaya di Kalimantan Barat .................. 9

Tabel 2: Dokumen GMP di Amerika Serikat (Lund et al., 2000) ...........................14

Tabel 3: Tujuh belas aspek pemeriksaan menurut formulir pemeriksaan sarana


pengolahan (BPOM, 1999) ................................................................18

Tabel 4: Contoh penilaian sarana pengolahan makanan dan minuman ...............19

Tabel 5: Pemberian mutu terhadap sarana pengolahan.......................................20

Tabel 6: Tujuh belas aspek pemeriksaan sarana produksi menurut draft revisi
formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005).......................................21

Tabel 7: Contoh penilaian CPMB sarana produksi pangan ..................................22

Tabel 8: Penilaian mutu sarana pengolahan (BPOM, 2005).................................23

Tabel 9: Hasil penilaian dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan


(BPOM, 1999) ...................................................................................39

Tabel 10: Hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB
(BPOM, 2005) ...................................................................................40

Tabel 11: Perbedaan aspek penilaian pada formulir pemeriksaan sarana


pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan
CPMB (BPOM, 2005) ........................................................................47

Tabel 12: Kelompok utama menurut formulir pemeriksaan sarana pengolahan


(BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,
2005) ................................................................................................49

Tabel 13: Perbedaan cara penilaian antara formulir pemeriksaan sarana


pengolahan (BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan
CPMB (BPOM, 2005) ........................................................................51

Tabel 14: Perbandingan hasil penilaian formulir pemeriksaan sarana


pengolahan (BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan
CPMB (BPOM, 2005) ........................................................................55

Tabel 15: Daftar Draft SSOP dan daftar isian yang disusun untuk PT. Libe Bumi
Abadi ................................................................................................58

Tabel 16: Anggota FGD untuk SSOP PT. Libe Bumi Abadi..................................59

Tabel 17: Hasil FGD terhadap SSOP dan daftar isian yang telah disusun............60

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Lidah buaya....................................................................................... 7

Gambar 2: Perkebunan lidah buaya ..................................................................... 8

Gambar 3: Diagram alir pelaksanaan penilaian penerapan GMP.........................17

Gambar 4: Diagram alir penyusunan SSOP dan daftar isian................................24

Gambar 5: Struktur organisasi PT. Libe Bumi Abadi (2007) .................................26

Gambar 6: Jus lidah buaya .................................................................................28

Gambar 7: Minuman lidah buaya dalam bentuk yang sudah dihancurkan ............28

Gambar 8: Teh hijau dengan lidah buaya............................................................28

Gambar 9: Bubuk lidah buaya.............................................................................28

Gambar 10: Mesin penghancur/ blender (tampak depan dan bagian dalam)........29

Gambar 11: Penuangan produk hasil penghancuran...........................................30

Gambar 12: Pemanas dengan suhu yang dapat diatur ........................................30

Gambar 13: Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal.....................................31

Gambar 14: Mesin penyaringan halus sistem tekan (press).................................31

Gambar 15: Unit ultra violet.................................................................................32

Gambar 16: Mesin pengisian kemasan (pembotolan) ..........................................32

Gambar 17: Mesin segel kemasan (packaging)...................................................33

Gambar 18: Mesin pasteurisasi...........................................................................33

Gambar 19: Skema pengolahan teh hijau dengan lidah buaya ............................34

Gambar 20: Skema pengolahan jus lidah buaya..................................................35

Gambar 21: Skema pengolahan minuman sari lidah buaya .................................37

Gambar 22: Usulan struktur organisasi untuk PT. LBA ........................................61

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta lokasi PT. Libe Bumi Abadi


Lampiran 2 : Denah ruang produksi jus lidah buaya
Lampiran 3 : Denah ruang produksi teh celup
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan minuman
(BPOM, 1999)
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (Draft Revisi
BPOM, 2005)
Lampiran 6 : Daftar induk dokumen untuk SSOP PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 7 : Daftar induk dokumen untuk checklist PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 8 : SSOP perawatan gedung dan fasilitas pabrik
Lampiran 9 : SSOP mesin dan fasilitas produksi
Lampiran 10 : SSOP tenaga kerja
Lampiran 11 : SSOP pengendalian hama dan manajemen limbah
Lampiran 12 : Checklist pembersihan halaman bagian luar pabrik
Lampiran 13 : Checklist pembersihan gudang
Lampiran 14 : Checklist pembersihan kamar mandi/ toilet
Lampiran 15 : Checklist sanitasi dan pemeliharaan mesin
Lampiran 16 : Checklist permintaan perbaikan mesin
Lampiran 17 : Checklist jadwal pemeliharaan mesin
Lampiran 18 : Checklist pemeriksaan rutin higienis tenaga kerja
Lampiran 19 : Checklist daftar hadir
Lampiran 20 : Checklist laporan pengendalian hama
Lampiran 21 : Checklist jadwal pembuangan sampah
Lampiran 22 : Brosur PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 23 : Spesifikasi produk lidah buaya PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 24 : Laporan hasil uji Aloevera Juice.
Lampiran 25 : Laporan hasil uji Aloevera Juice Nata.
Lampiran 26 : Laporan hasil uji Aloevera Nata.
Lampiran 27 : Laporan hasil uji teh ‘Tiga Tea’.
Lampiran 28 : Persetujuan pendaftaran produk pangan untuk minuman Sari
Lidah Buaya
Lampiran 29: Persetujuan pendaftaran produk pangan untuk minuman Sari
Lidah Buaya Rasa Leci
Lampiran 30 : Persetujuan pendaftaran produk pangan untuk minuman Lidah
Buaya Rasa Leci
Lampiran 31 : Persetujuan pendaftaran produk pangan untuk Teh Hijau
dengan Lidah Buaya

iv
DAFTAR ISTILAH

Aloe Vera. (Arab, aloeh) Biasa disebut lidah buaya, tumbuhan yang
menyerupai kaktus, daunnya meruncing berbentuk taji, bagian
dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi.
Bahan Baku (Raw Materials). Semua bahan baku olah lidah buaya dan bahan
pencampuran lain (bila ada) yang digunakan dalam memproduksi
produk.
Bahan Kemasan (Packing Materials). Semua jenis bahan yang digunakan
dalam pengemasan produk untuk mendapatkan produk akhir..
Catatan. Records. Dokumentasi dari pengawasan aktifitas pengamatan dan
verifikasi.
CPMB. Cara Pembuatan Makanan yang Baik, disebut juga sebagai GMP
(Good Manufacturing Practices). Merupakan pedoman bagi industri
pangan bagaimana cara memproduksi makanan dan minuman yang
baik. GMP juga merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri
pangan dapat memperoleh sertifikat HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Points).
Diagram Alir. Suatu penyampaian representatif dari urutan tahap atau operasi
yang digunakan dalam produksi atau pembuatan bahan pangan
tertentu.
Dokumentasi. Segala prosedur tertulis, instruksi dan pencatatan yang terjadi
dalam pembuatan dan pengawasan mutu produk.
Hama. Pest. Menunjuk kepada hewan atau serangga yang tidak diharapkan
ada karena potensi bahaya dan atau pencemaran yang dapat
ditimbulkannya.
Ketidaksesuaian. Nonconformity. Tidak memenuhi persyaratan tertentu.
Komplain. Komunikasi secara tertulis, lisan maupun elektronik yang
menyatakan kerusakan atau kekurangan yang berhubungan dengan
identitas, jumlah, ketahanan, keandalan, keamanan, keefektifan, atau
performa dari suatu produk setelah didistribusikan.
Komponen. Setiap bahan mentah, bagian, potongan, anggota, perangkat
lunak, perangkat keras, yang ditujukan sebagai bagian dari produk jadi
atau rakitan.
Mikro Organisme. Berarti ragi, kapang, bakteri, dan virus, termasuk tapi tidak
terbatas pada spesies yang mempengaruhi kesehatan secara umum.
Mutu. Karakteristik total yang mengandung kemampuan dari suatu produk
untuk memenuhi syarat keamanan dan performa produk.
Mutu, Audit. Pemeriksaan yang sistematis dan mandiri dari sistem mutu
produsen yang diadakan pada rentang waktu dan frekuensi tertentu,
untuk menetapkan apakah aktivitas sistem mutu dan hasil daripada
aktifitas tersebut memenuhi prosedur sistem mutu dan bahwa sistem ini
diterapkan secara efektif, dan prosedur tersebut sesuai dalam
memenuhi tujuan sistem mutu.
Mutu, Pengendalian. Prosedur yang terencana dan sistematis dalam
melakukan tindakan yang diperlukan agar prosedur yang benar diikuti

v
dan kriteria yang ada dipenuhi, untuk menjaga produk yang dihasilkan
tetap dalam batas/ standar mutu yang telah ditetapkan.
Pabrik. Bangunan, fasilitas, atau bagiannya yang digunakan sehubungan
dengan proses produksi, pengemasan, pelabelan, atau penanganan
bahan pangan.
Pasteurisasi. Sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh
organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, cendawan, dan
ragi. Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk
membunuh seluruh mikroorganisme di makanan, tetapi untuk
mengurangi jumlah organisme, sehingga tidak lagi bisa menyebabkan
penyakit.
Pembuatan. Seperangkat kegiatan lengkap dalam produksi produk, terdiri atas
proses pengolahan dan pengawasan mutu, dari mulai pemilihan bahan
baku, tahap produksi, pengemasan dan pelepasan produk akhir untuk
didistribusikan.
Pengawasan. Monitoring. Tindakan untuk melakukan pengamatan atau
pengukuran yang berurutan dan terencana untuk mengendalikan
parameter-parameter untuk menentukan apakah CCP masih terkendali
(in-control).
Pengemasan. Bagian dari produksi yang diterapkan terhadap produk jadi untuk
mendapatkan produk akhir.
Penyimpangan. Kegagalan memenuhi suatu standar.
Potensi Bahaya. Suatu benda atau kondisi biologis, kimia atau fisik dalam
makanan yang dapat membahayakan kesehatan.
Produk. Komponen, setiap bahan yang disiapkan untuk digunakan, atau
dianggap memiliki kegunaan atau kemampuan dalam aktivitas
perbaikan atau pengubahan mutu.
Produk Akhir. Suatu produk yang telah melalui seluruh tahapan pembuatan
atau produksi lidah buaya sampai pada tahap pengemasan.
Produksi. Segala tindakan mulai dati pengolahan hingga pengemasan dalam
rangka memperoleh produk akhir.
Produsen. Setiap orang yang mendesain, memproduksi, membuat, merakit,
atau memproses barang jadi.
Prosedur Operasional Standar. SOP (Standard Operating Procedure).
Metoda tercatat mengenai pengendalian suatu praktek/ proses sesuai
dengan spesifikasi yang telah diterapkan untuk mendapatkan keluaran
(output) yang diharapkan.
Sanitasi. Pengawasan segi higienis terhadap proses, pelaksana produksi,
peralatan dan penanganan bahan, lingkungan kerja, gedung dan
fasilitas produksi; perlakuan terhadap produk pangan melalui proses
yang efektif untuk menghancurkan sel vegetatif dari mikro organisme,
tanpa mempengaruhi kemanan produk pangan tersebut.
SSOP. Standard Sanitation Operating Procedure. Prosedur atau tata cara yang
digunakan industri untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan
GMP. Berdasarkan asal usulnya SSOP dibagi menjadi dua yaitu berasal
dari US FDA dan US Department of Agriculture FIS (Food Safety and
Inspection Service).

vi
Tahapan. Suatu titik, operasi atau tahapan dalam rantai makanan termasuk
bahan baku dari produksi primer ke konsumsi akhir.
Tindakan Koreksi/ Perbaikan. Setiap tindakan yang harus diambil ketika hasil
pengawasan menunjukkan adanya hasil yang di luar standar atau batas
kontrol.
Tindakan Pencegahan. Pengukuran atau aktivitas yang digunakan untuk
mencegah atau menghilangkan atau mengurangi penyebab
penyimpangan atau kerusakan atau hasil yang tidak diinginkan yang
berpengaruh pada keamanan pangan.
Upaya Pengendalian. Semua tindakan dan aktivitas yang dapat digunakan
untuk mencegah atau menghilangkan potensi bahaya pada keamanan
pangan atau menguranginya hingga ke tingkat yang dapat diterima.

vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka

mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa yang lebih baik, dan aman. Bila

produsen produk pangan berhasil memproduksi suatu produk yang memenuhi

semua persyaratan di atas, masih ada satu kewajiban yang harus dipenuhi,

yaitu memberi jaminan bahwa produk tersebut diproses secara konsisten

dengan memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Hal tersebut dapat

dicapai dengan cara sebagai berikut:

1. mencegah tercemarnya pangan olahan oleh cemaran biologis,

kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan;

2. mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta

mengurangi jumlah jasad renik lainnya; dan

3. mengendalikan proses, antara lain pemilihan bahan baku,

penggunaan bahan tambahan pangan, pengolahan, pengemasan,

penyimpanan atau pengangkutan.

Keamanan pangan adalah isu global, bukan hanya karena

meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi masyarakat, tetapi

juga karena hal ini berpengaruh pada perdagangan internasional. Hal ini

dirasakan banyak menghambat ekspor produk negara-negara dunia ketiga ke

negara maju karena persyaratan yang cukup berat yang diberlakukan secara

ketat.

Keamanan pangan menangani keberadaan unsur bahaya yang

terkandung dalam bahan pangan. Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006)


karakteristik yang harus dipertimbangkan untuk produk olahan pangan yang

aman antara lain: mutu bahan baku, metoda proses, kontaminasi pasca proses

dan penentuan titik kendali kritis. Unsur-unsur bahaya ini mencakup racun

biologis, hasil reaksi kimia serta kontaminasi terhadap fisik pangan, dan dapat

diidentifikasi melalui komponen analisis bahaya dari HACCP.

HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point/ Analisis Bahaya dan

Pengendalian Titik Kritis) adalah sistem yang mengendalikan keamanan

pangan mulai dari pertanian sampai menjadi bahan siap santap. Sistem ini

menekankan pentingnya pemilihan teknologi yang tepat dan bagaimana cara

melakukan validasi terhadap teknologi tersebut. Ditekankan juga bahwa

keamanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab produsen makanan

saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab petani, peternak, pengusaha

transportasi dan penyimpanan, termasuk rantai distribusi makanan seperti toko,

supermarket, serta outlet-outlet makanan siap saji.

Di banyak negara di berbagai belahan dunia, peraturan mengenai

keamanan dan kelayakan bahan pangan mengharuskan penerapan HACCP

oleh organisasi yang berhubungan dengan pangan, organisasi laba atau

nirlaba, baik perusahaan pemerintah maupun swasta. Menurut EU Directive

93/43/EEC/Food Hygiene, semua bagian yang bergerak dalam industri pangan

harus meyakinkan adanya identifikasi, dokumentasi, pemeliharaan dan

peninjauan prosedur keamanan pangan berdasarkan prinsip HACCP.

Badan Pengawas Obat dan Makanan di USA (United States - Food and

Drug Administration) menyatakan bahwa keamanan pangan adalah tanggung

jawab produsen, pengangkut, dan banyak bagian lainnya yang turut andil

dalam menangani pangan sampai ke tangan konsumen (US-FDA, 2005).

Kerjasama FAO/ WHO Codex Alimentarus Commision mengharuskan adanya

program prasyarat yang sudah dijalankan sebelum implementasi sistem

2
HACCP. Program prasyarat dikenal secara umum oleh para profesional di

bidang HACCP serta mereka yang berada di bawah pengawasan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (US-FDA, 1986).

Berikut adalah beberapa persyaratan dasar yang perlu dipenuhi oleh

organisasi sebelum mengadopsi sistem HACCP. Persyaratan tersebut berisi

petunjuk praktis manajemen yang baik, disesuaikan dengan tahap pada

generasi pertanian (Thaheer, 2005), sebagai berikut:

• Good Farming Practice (GFP) pada usaha pertanian.

• Good Handling Practice (GHP) pada kegiatan pascapanen.

• Good Hygienic Practice (GHyP) pada semua penanganan bahan

pangan.

• Good Manufacturing Practice (GMP) pada kegiatan manufaktur.

• Good Distribution Practice (GDP) pada kegiatan distribusi.

• Good Retailing Practice (GRP) bagi pengeceran barang.

• Good Catering Practice (GCP) sebagai petunjuk pada konsumen.

Pada kenyataannya, Industri kecil dan menengah biasanya memiliki

kesulitan dalam menerapkan HACCP, baik di negara maju maupun di negara

berkembang karena desain HACCP lebih ditujukan bagi industri besar (WHO,

1999).

Sanitasi pangan adalah hal yang pertama disebut dalam UU pangan no

7/1996 dalam bagian keamanan pangan, yaitu bahwa pemerintah menetapkan

persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan dan atau peredaran pangan. Penerapan GMP atau cara

produksi yang baik merupakan salah satu indikator bahwa sanitasi dalam

operasional produksi telah dilakukan dengan baik.

Penerapan GMP, diikuti dengan dokumentasi dalam bentuk SSOP,

3
merupakan nilai tambah bagi perusahaan pangan untuk dapat menembus

pasar ekspor, sesuai dengan peraturan perdagangan negara tujuan. Selain itu

GMP yang sudah diterapkan dan disusun secara sistematis dalam bentuk

SSOP, merupakan sebuah langkah maju untuk menuju pemenuhan

persyaratan keamanan pangan karena GMP merupakan salah satu pra-syarat

dalam pengaplikasian HACCP.

Produk dari lidah buaya sebagai suplemen, makanan atau minuman,

maupun bahan baku industri, memiliki potensi yang besar untuk diekspor

karena beragam manfaat yang dimiliki. Selain itu, lidah buaya juga memiliki

potensi untuk diproduksi secara massal dilihat dari ketersediaan bahan baku

yang kontinu. Untuk dapat meningkatkan nilai jual dan kepastian jaminan mutu,

maka industri pengolahan lidah buaya terutama sebagai produk pangan, harus

lebih memperhatikan mutu dan cara produksi yang baik.

B. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah melakukan perumusan terhadap penilaian cara

produksi yang baik dan memberikan masukan bagi peningkatan mutu produk

PT. Libe Bumi Abadi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan penilaian terhadap penerapan CPMB/ GMP oleh PT.

Libe Bumi Abadi.

2. Menyusun SSOP sebagai prosedur untuk mencapai peningkatan

mutu dengan penerapan GMP.

3. Membandingkan formulir pemeriksaan sarana pengolahan

makanan dan minuman berdasarkan formulir BPOM-Depkes, 1999.

dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005).

C. Manfaat

Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi PT.

Libe Bumi Abadi dalam menerapkan GMP dalam proses produksi dengan

4
bahan baku lidah buaya. Selain itu, dapat digunakan sebagai prasyarat untuk

penyusunan HACCP.

Perbandingan antara hasil penilaian dengan menggunakan formulir

pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi formulir

pemeriksaan CPMB yang diusulkan oleh BPOM (2005) untuk

menyederhanakan pemeriksaan, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi BPOM untuk menilai keefektifan metoda penilaian. Hasil

penilaian juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi industri yang

untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.

5
II. LANDASAN TEORI

A. Lidah Buaya (Aloe Vera)

Aloe atau lidah buaya berasal dari Afrika, Aloe berarti “senyawa pahit

yang bersinar”. Nama aloe berasal dari bahasa Arab alloeh yang berarti pahit,

karena cairan yang terdapat dalam daunnya terasa pahit. Tumbuhan ini

menyerupai kaktus. Daunnya meruncing berbentuk taji, bagian dalamnya

bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi. Tanaman ini mengandung 96% air,

selebihnya adalah bahan aktif termasuk minyak essensial, asam amino,

mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein (Yohanes, 2005).

Lidah buaya telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat)

atau master healing plant (tanaman penyembuh utama). Lidah buaya yang

nama Latinnya Aloe vera L. tergolong ke dalam suku Liliaceae. Lidah buaya

dapat tumbuh subur hampir di semua benua, terutama di daerah beriklim

panas, seperti Indonesia. Ada lebih dari 500 jenis lidah buaya yang tersebar di

berbagai daerah di seluruh dunia.

Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang cukup lengkap yang

diperlukan tubuh, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan

asam folat. Kandungan mineralnya antara lain: kalsium (Ca), magnesium (Mg),

potasium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa

unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk

antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium, dan zinc.

Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan

berbagai penyakit degeneratif (Astawan 2006).

Di dalam daging lidah buaya terdapat 200 kandungan berbeda yang

sangat berguna bagi manusia. Aloe mengandung sedikitnya tiga jenis asam

lemak anti-radang (anti-inflammatory fatty acids) yang bermanfaat bagi perut,


usus besar dan usus kecil. Sebagian mempunyai efek laksatif yang kuat dan

ada pula yang bereaksi terhadap alergi (Ika, 2005).

Gambar 1: Lidah buaya


(http://www.surnames.org/aladin/aloevera.gif,
http://www.kaldeneker.hu/download/aloevera200.jpg/aloevera200.jpg)

Salah satu indikator penting zat gizi dalam bahan makanan adalah

kandungan asam amino, yaitu gugus protein yang memegang peranan penting

untuk menjaga metabolisma dalam tubuh. Beberapa asam amino dalam lidah

buaya termasuk jenis esensial bagi manusia. Dari beberapa jenis lidah buaya

yang dibudidayakan, jenis Aloe barbadensis adalah yang dianggap paling kaya

gizi, sehingga jenis ini dijuluki lidah buaya sejati (Yohanes, 2005).

Pada awalnya lidah buaya tumbuh liar di tempat berudara panas.

Karena bentuknya yang unik, kemudian juga ditanam di pot dan pekarangan

rumah sebagai tanaman hias. Beberapa tahun terakhir lidah buaya

dibudidayakan untuk tujuan industri, baik industri pangan maupun nonpangan.

Cara menanamnya pun mudah, hanya dengan memisahkan tunas dari batang

daun induknya.

Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan

adalah: (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional

7
maupun dalam bentuk ekstrak; (b) eksudat (getah daun yang keluar bila

dipotong, berasa pahit dan kental), secara tradisional biasanya digunakan

langsung untuk pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya; (c)

jel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun

setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena

oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh jel

yang stabil dan tahan lama. (Astawan 2006).

Gambar 2: Perkebunan lidah buaya


(http://www.aloeveranederland.nl/images/aloe_top4.jpg)

Menurut Astawan (2006), fase pertumbuhan (umur panen) ternyata

berpengaruh penting terhadap komposisi dan aktivitas antioksidan tanaman

lidah buaya. Pengujian dilakukan terhadap konsentrasi dan aktivitas

antioksidan senyawa golongan flavonoid dan polisakarida dari lidah buaya

berumur 2, 3, dan 4 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa lidah buaya yang

berumur 3 tahun mempunyai kandungan polisakarida dan flavonoid lebih besar

dibandingkan yang berumur 2 dan 4 tahun.

Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas

pertanian yang punya peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia

8
sebagai usaha agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan

Kalimantan telah membuktikan keberhasilan produksi lidah buaya. Budidaya

lidah buaya di Pontianak (Kalimantan Barat) mampu menghasilkan produksi

8.000 kg/ha dengan berat pelepah mencapai 1,5 kg dan panjang 70 cm.

Potensi wilayah pertanaman lidah buaya di Kalimantan Barat kurang lebih

seluas 20.000 ha, setara dengan produksi kira-kira 200.000 ton daun segar

lidah buaya per bulan.

Analisis zat gizi telah dilakukan pada jel lidah buaya hasil budidaya di

Kalimantan barat yaitu terhadap tanaman berusia 7-8 bulan yang ditumbuhkan

di Siantan dan Rasau Jaya. Rata-rata berat pelepah berkisar antara 0.548 -

0.728 kg. Hasil analisis zat gizi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

(http://pemkot.pontianak.go.id/aloe/pertama.hmtl, 2006).

Tabel 1: Kandungan gizi rata-rata jel lidah buaya di Kalimantan Barat

Kandungan
No. Zat Gizi Satuan
(per 100 gr bahan)
1 Air % 99.510
2 Lemak % 0.067
3 Karbohidrat % 0.043
4 Protein % 0.038
5 Vitamin A IU 4.594
6 Vitamin C mg 3.400
7 Total Padatan Terlarut % 0.490

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Daun

lidah buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman,

berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol,

selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat

berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan karena adanya kombinasi

kandungan zat gizi dan nongizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak

kesehatan.

9
Karena belum banyak industri yang mengolah lidah buaya sebagai

bahan pangan, maka pengembangan dan pemasaran lidah buaya oleh industri

kecil dan menengah bahkan bisa menembus pasar ekspor. untuk memenuhi

persyaratan yang ditetapkan pasar ekspor, penting untuk memiliki program

keamanan pangan yang dibangun atas dasar ilmiah dan memiliki jaminan mutu

pangan (FDA 2005). Untuk tujuan tersebut, cara produksi yang baik atau lebih

dikenal dalam industri sebagai GMP (Good Manufacturing Practices) perlu

diterapkan dalam rangka peningkatan mutu, harga jual, dan daya saing di

pasar.

B. Cara Produksi Yang Baik (GMP - Good Manufacturing Practices)

Pola konsumsi menunjukkan kecenderungan konsumen untuk memilih

produk dengan mutu yang lebih baik meskipun harus mengeluarkan biaya yang

lebih tinggi. Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau lebih dikenal

dengan istilah GMP dalam industri, merupakan suatu pedoman cara

memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-

persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan

bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen.

Aturan GMP dikeluarkan oleh masing-masing negara seperti aturan

praktek yang higienis (Codes of Hygienic Practices) dikembangkan oleh

organisasi internasional seperti Food Hygiene Committee of Food and

Agriculture Organization, World Health Organization (WHO) dan Codex

Alementarius Commision. FDA mempublikasikan standar GMP pada tahun

1997 yang dirumuskan bersama para koalisi dari asosiasi industri perdagangan

– The Council for Responsible Nutrition (CRN), National Nutrition Food

Association dan Consumer Healthcare Products Association (CHPA). GMP

sudah menjadi pedoman yang dikenal baik di Indonesia yang dipublikasikan

oleh Departemen Kesehatan RI melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan

10
Nomor 23/Men.Kes/SK/I/1978 (Thaheer, 2005).

Persyaratan untuk penerapan GMP seperti yang didefinisikan oleh US-

FDA (1986) meliputi: (1) personel; (2) bangunan dan tanah; (3) operasional

sanitasi; (4) fasilitas dan pengendalian sanitasi; (5) peralatan; (6) proses

pengendalian produksi; (7) penyimpanan dan distribusi. Berikut adalah

penjelasan mengenai kriteria untuk persyaratan yang telah disebutkan diatas:

Personel. Manajemen bertanggung jawab dan harus mengambil

tindakan untuk memastikan hal-hal berikut: pengendalian penyakit dan luka,

kebersihan personel, sikap dan perilaku pekerja, pendidikan dan pelatihan

pekerja serta pengawasan operasional oleh manajemen.

Bangunan dan tanah. Tanah atau lokasi bangunan berada harus tetap

dijaga dalam kondisi yang meminimalkan terjadinya kontaminasi terhadap

produk. Hal yang harus diperhatikan antara lain: tempat penyimpanan

peralatan, area penyaluran dan pembuangan limbah, kebersihan lingkungan

produksi, ventilasi, dan penyediaan fasilitas untuk mencegah hama.

Operasional sanitasi. Tindakan sanitasi yaitu pembersihan,

penyimpanan dan penanganan dilakukan terhadap bangunan dan fasilitas fisik,

pengendalian hama (pest control) juga termasuk dalam operasional ini. Selain

itu harus diperhatikan juga bahan-bahan yang digunakan untuk membersihkan

peralatan, apakah bahan tersebut mengandung bahan yang berbahaya bagi

produk pangan atau tidak.

Fasilitas dan pengendalian sanitasi. Setiap pabrik/ tempat produksi

harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi antara lain: (a) persediaan air yang

cukup untuk membersihkan alat, kondisi dan suhu air tertentu dan untuk

kebersihan personel; (b) saluran pipa untuk persediaan air dan untuk

mengalirkan limbah; (c) pembuangan limbah; (d) fasilitas toilet; (e) fasilitas

pencucian tangan; (f) sampah dan kotoran harus dibuang dalam kondisi tidak

11
menyebarkan bau, kuman, ataupun memungkinkan bagi gangguan dari hewan.

Peralatan. Semua peralatan produksi harus didesain sedemikian dan

dari bahan yang mudah dibersihkan dan dirawat, memiliki ketahanan terhadap

bahan yang digunakan dalam proses, dan bukan berasal dari bahan yang

mengandung racun atau mudah korosif.

Proses pengendalian produksi. Seluruh operasi penerimaan,

pemeriksaan, pengangkutan, pemisahan, persiapan, produksi, pengemasan

dan penyimpanan harus dilakukan sesuai prinsip sanitasi. Prosedur

pemeriksaan secara kimia, fisik, mikrobiologi harus dilakukan untuk menguji

kesesuaian mutu produk terhadap standar yang berlaku.

Penyimpanan dan distribusi. Penyimpanan dan distribusi harus

dilakukan dalam kondisi sedemikian sehingga melindungi produk terhadap

kontaminasi fisik, kimia dan mikrobiologi dan juga penurunan mutu atau

kerusakan produk.

Bagi produk pangan sistem pengendalian mutu diawali dengan

penerapan GMP, yakni mendefinisikan dan mendokumentasikan semua

persyaratan yang diperlukan agar produk pangan dapat diterima mutunya.

Pada GMP pusat perhatian ditujukan pada keamanan mikrobiologis dan

sanitasi. Contoh dokumentasi yang dikembangkan di Amerika Serikat

mengenai GMP disajikan pada Tabel 2 (Lund et al., 2000).

C. Prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP - Standard Sanitation


Operating Procedure)

GMP dijadikan pedoman penuntun bagi industri pangan untuk

meningkatkan mutu hasil produksinya. Untuk menjamin keberhasilan

pelaksanaan GMP, diperlukan SSOP (Standard Sanitation Operating

Procedure) atau prosedur standar operasi sanitasi. Secara umum, GMP

berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek operasi pelaksanaan

12
operasi produksi maupun personel. Sedangkan SSOP merupakan prosedur

atau tata cara yang digunakan industri untuk membantu mencapai tujuan yang

diharapkan program GMP (Winarno & Surono 2004).

Meskipun SSOP telah berkembang di dunia Industri pangan, namun

banyak diantaranya masih mengacu pada praktek-praktek yang telah

diterapkan di Amerika Serikat. Berdasarkan asal usulnya, SSOP terbagi

menjadi 2 yaitu berasal dari: (1) US-FDA dan (2) US Department of Agriculture

FIS (Food Safety And Inspection Service) (Winarno & Surono 2004).

SSOP yang berasal dari US FDA meliputi beberapa hal berikut: (1)

Pemeliharaan umum: bangunan/ fasilitas fisik pabrik; (2) Bahan yang

digunakan untuk pembersihan/ sanitasi; (3) Pengendalian hama, penggunaan

insektisida yang diijinkan dan cara pengunaan sedemikian sehingga tidak

mengkontaminasi pangan; (4) Sanitasi peralatan yang berkontak langsung

dengan makanan; (5) Penyimpanan dan penanganan peralatan: disimpan di

lokasi yang bebas dari kontaminasi silang, dilengkapi dengan peralatan

sanitasi: sumber air, saluran air, pembuangan sampah, fasilitas toilet dan cuci

tangan; (6) Tempat pembuangan: tertutup rapat agar tidak menghasilkan bau

dan mengkontaminasi udara dan ruang kerja.

SSOP yang berasal dari FIS (Food Safety And Inspection Service)

memberikan petunjuk SSOP secara tertulis yang meliputi pelaksanaan sehari-

hari untuk mencegah kontaminasi produk. Untuk melaksanakan hal ini

diperlukan lima persyaratan utama yaitu: (1) Industri pangan telah memiliki

rencana tertulis untuk menjelaskan tata kerja harian selama pelaksanaan tugas

dan frekuensinya; (2) Rencana tertulis tersebut telah disetujui oleh pihak yang

berwenang dan bertanggung jawab; (3) Industri pangan telah memiliki prosedur

pra-operasional sanitasi; (4) SSOP yang ada menyatakan dengan jelas pihak

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang telah ditentukan; (5)

13
Industri menjaga arsip, laporan dan catatan yang terkait dengan pelaksanaan

tugas, temasuk koreksi, bila ada. Catatan tersebut harus dipastikan ada dan

mudah dicari atau ditemukan oleh personel.

Tabel 2: Dokumen GMP di Amerika Serikat (Lund et al., 2000)

NO PERSYARATAN
1. Persyaratan dasar
1.1. Ruang lingkup
1.2. Definisi
2. Personel
2.1. Status kesehatan dan pengendalian penyakit
2.2. Kebersihan
2.3. Pendidikan dan pelatihan
2.4. Penyeliaan
3. Bangunan dan fasilitas
3.1 Pabrik dan tanah
3.1.1. Tanah dan lokasi
3.1.2. Rancangan dan konstruksi pabrik
3.2. Operasi kebersihan
3.2.1. Perawatan umum
3.2.2. Bahan untuk pembersihan, desinfektan dan penyimpanannya
3.2.3. Pengendalian hama
3.2.4. Kebersihan permukaan yang bersentuhan dengan makanan
Penyimpanan dan penanganan kebersihan perangkat canting
3.2.5.
dan peralatan
3.3. Pengendalian fasilitas kebersihan
3.3.1. Pasokan air
3.3.2. Pemipaan
3.3.3. Pembuangan air kotor
3.3.4. Fasilitas toilet
3.3.5. Fasilitas cuci tangan
3.3.6. Pembuangan sisa dan limbah
4. Peralatan
4.1. Rancangan perangkat dan peralatan
4.2. Pemeliharaan perangkat dan peralatan
5. Pengendalian produksi dan proses
5.1. Proses dan pengendaliannya
5.1.1. Bahan baku dan tambahan lain
5.1.2. Operasi manufaktur
5.2. Penggudangan dan distribusi
6. Dokumentasi dan rekaman

14
Dalam GMP (Good Manufacturing Practices), selain memperhatikan

bahan baku dan proses, perlu diperhatikan juga pengendalian sarana produksi

yang baik sesuai dengan persyaratan keamanan pangan yang berlaku.

Pengendalian sarana dilakukan di setiap tahap produksi sebagai bagian dari

tindakan pencegahan, pengendalian dan jaminan mutu produk hasil proses.

15
III. METODA KAJIAN

A. Lokasi dan Waktu Kajian

Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok

Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Pengamatan dilakukan pada

bulan Mei 2007 – Juni 2007.

B. Tahapan Kerja

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan (literatur), terutama mengenai pengawasan

mutu produk dan penerapan GMP; tahapan penyusunan SSOP,

dan peraturan yang berkaitan dengan sanitasi produksi.

b. Wawancara terhadap pemilik usaha dan karyawan yang terlibat

dalam proses produksi untuk mengetahui sejauh mana pengertian

mengenai produk, proses dan pentingnya pengendalian mutu

dalam produksi.

c. Mempelajari berbagai dokumen proses produksi yang ada di

perusahaan.

d. Pengamatan langsung di area produksi dengan cara mengamati

setiap kegiatan produksi.

2. Penilaian Penerapan GMP.

Pelaksanaan penilaian penerapan GMP baik dengan menggunakan

formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) maupun dengan

menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005),

dilakukan dengan tahapan seperti terlihat pada Gambar 3.


Mulai

Pengumpulan data
(primer dan sekunder)

Pedoman pemeriksaan
Mempelajari petunjuk teknis sarana pengolahan
pemeriksaan sarana pengolahan (Depkes dan BPOM)
(Depkes dan BPOM)

Melakukan observasi sarana


pengolahan

Form pemeriksaan sarana


Melakukan penilaian penerapan pengolahan
CPMB pada sarana pengolahan (Depkes dan BPOM)

Petunjuk teknis pemeriksaan


Melakukan analisis hasil penilaian sarana pengolahan
penerapan CPMB (Depkes dan BPOM)

Hasil penilaian
penerapan CPMB pada
sarana pengolahan

Selesai

Gambar 3: Diagram alir pelaksanaan penilaian penerapan GMP

Ada beberapa perbedaan cara penilaian dengan menggunakan

formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi

formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005). Dalam formulir pemeriksaan

sarana pengolahan (BPOM, 1999), ada 17 aspek yang perlu

mendapatkan perhatian dengan total penilaian 74 butir. Aspek-aspek

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

17
Tabel 3: Tujuh belas aspek pemeriksaan menurut formulir pemeriksaan sarana
pengolahan (BPOM, 1999)

No. Aspek Keterangan


1 A Manajemen
2 B Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya
3 C Hama lingkungan
4 D Kondisi umum sarana pengolahan
5 E Ruang pengolahan
6 F Kelengkapan sarana pengolahan
7 G Penanganan limbah
8 H Sanitasi sarana pengolahan
9 I Hama di dalam sarana pengolahan
10 J Peralatan
11 K Suplai air
12 L Higiene karyawan
13 M Gudang bersuhu kamar
14 N Gudang berpendingin
15 O Gudang bahan kemasan
16 P Tindakan pengendalian
17 Q Pengemasan dan pelabelan

Di antara ketujuhbelas aspek yang perlu mendapatkan perhatian

seperti disebutkan diatas, ada 5 aspek yang dianggap lebih penting

dibandingkan dengan 13 aspek lainnya. Kelima aspek ini dikategorikan

sebagai kelompok utama dalam pemeriksaan, antara lain: (1) E: ruang

pengolahan; (2) I: hama di dalam sarana pengolahan; (3) J: peralatan; (4)

K: suplai air; dan (5) L: higiene karyawan.

Daftar pertanyaan dan penilaian dapat dilihat dalam formulir

pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan minuman (Lampiran 4).

Dalam formulir pemeriksaan, terdapat tiga kolom yang terdiri dari kolom

kosong untuk penilaian, butir-butir yang diperiksa, dan daftar pertanyaan

yang membantu pengawas makanan dalam memberikan penilaian.

Dengan menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ dari beberapa pertanyaan yang

18
diajukan, dapat dinilai apakah bagian yang diperiksa tersebut dapat

dikategorikan ‘baik, ‘sedang’, atau ‘kurang’. Jika dikehendaki, pertanyaan

lain yang berhubungan dapat diajukan untuk memperkuat hasil penilaian

(BPOM, 1999). Contoh penilaian hasil pemeriksaan dapat dilihat pada

Tabel 4:

Tabel 4: Contoh penilaian sarana pengolahan makanan dan minuman

D. KONDISI UMUM SARANA


KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGOLAHAN

B 1. Kondisi bangunan 1. Apakah kondisi bangunan secara


keseluruhan baik? √
S 2. Anti binatang pengerat
2. apakah bangunan dibuat dengan
K 3. Anti serangga rancangan tidak dimasuki binatang _
pengerat?
4. Kesesuaian dengan
B 3. Apakah bangunan dibuat dengan
kegunaan
rancangan tidak dimasuki serangga? _
S 5. Perawatan bangunan 4. Apakah bangunan cukup luas untuk
melakukan kegiatan pengolahan? √
HASIL PENILAIAN S 5. Apakah bangunan dirawat dengan
baik? _

a. Untuk menilai setiap butir yang diperiksa pada kolom 2,

pertanyaan yang terdapat pada kolom keterangan pemeriksaan

(kolom 3) dijawab dengan tanda ”” untuk jawaban ‘ya’.

Jawaban dibiarkan kosong jika ragu-ragu untuk memberikan

jawaban ‘ya’.

b. Jika setiap pertanyaan dijawab dengan ya (), maka butir yang

diperiksa diberi nilai B (baik). Jika beberapa pertanyaan

dibutuhkan untuk menilai satu butir yang diperiksa, maka nilai B

(baik) baru dapat diberikan jika semua pertanyaan mendapatkan

jawaban ‘ya’.

c. Jika butir yang diperiksa tidak mendapatkan jawaban ya (),

maka butir tersebut dapat diberikan nilai S (sedang) atau K

19
(kurang) tergantung pada pengamatan pengawas.

d. Setiap butir yang diperiksa harus diberi nilai B, S, atau K.

e. Jika kolom penilaian setiap butir yang diperiksa sudah terisi,

maka dibuat rata-rata penilaian dengan memberikan skor 3, 2,

dan 1 masing-masing untuk B, S, dan K. Hasil perhitungan

dibulatkan untuk mendapatkan hasil penilaian.

f. Kotak hasil penilaian diisi dengan B, S, atau K sesuai dengan

hasil perhitungan pada butir e.

Contoh: pada Tabel 4, hasil penilaian rata-rata dari lima butir yang

diperiksa dengan nilai B, S, K, B, dan S adalah: (3+2+1+3+2)/5= 2.2

(dibulatkan menjadi 2). Dengan demikian hasil penilaian ‘bagian D.

Kondisi Umum Sarana Pengolahan’ adalah S (sedang).

Pemberian nilai mutu sarana pengolahan didasarkan atas hasil

penilaian ketujuhbelas aspek yang telah disebutkan sebelumnya. Pada

prinsipnya, kelompok utama mendapatkan bobot yang lebih tinggi untuk

mendapatkan nilai mutu akhir. Cara perhitungan dalam pemberian mutu

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5: Pemberian mutu terhadap sarana pengolahan

Kelompok Utama Kelompok Sekunder


Mutu Nilai
(E, I, J, K, L) (A,B,C,D,F,G,H,M,N,O,P,Q,R)
1 Baik Tidak ada perbaikan Maksimum 4-6 perbaikan ringan.
Maksimum 1
2 Sedang Maksimum 3 perbaikan ringan
perbaikan
Maksimum 2-3 Beberapa aspek mendapat nilai
3 Kurang
perbaikan kurang

Proses penilaian penerapan GMP dengan menggunakan draft revisi

formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dilakukan terhadap 17 aspek

pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 6. Ke tujuhbelas aspek tersebut

20
tercantum dalam Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sarana Pengolahan

BPOM (2005), Masing-masing aspek terdiri dari beberapa sub-aspek

penilaian dengan total 162 butir.

Tabel 6: Tujuh belas aspek pemeriksaan sarana produksi menurut draft revisi formulir
pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

Kelompok No Aspek Keterangan


Ketentuan 1 A Persepsi pimpinan dan manajemen
I
Umum 2 B Sanitasi dan higiene karyawan
3 C Konstruksi dan desain bangunan – umum
4 D Konstruksi dan desain ruang pengolahan
5 E Kondisi gudang biasa (kering)
Kondisi gudang beku, dingin (apabila
6 F
digunakan)
7 G Kondisi gudang kemasan dan produk
Kondisi
Sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan
sanitasi
II 8 H limbah, investasi burung, serangga, atau
bangunan
binatang lain
dan fasilitas
9 I Fasilitas pabrik
10 J Pasokan air
11 K Operasional sanitasi pabrik
Pencegahan binatang pengganggu/
12 L
serangga dalam pabrik
13 M Penggunaan bahan kimia
Kondisi dan 14 N Peralatan produksi
III sanitasi Penanganan bahan baku dan bahan
peralatan 15 O
tambahan
Produksi dan 16 P Pengendalian proses produksi
IV pengendalian
proses 17 Q Tindakan pengawasan

Untuk memudahkan pemeriksaan, daftar pertanyaan dan penilaian

berupa pernyataan negatif, telah disiapkan dalam bentuk formulir

pemeriksaan CPMB Sarana Produksi Pangan terlampir (Lampiran 5).

Pertanyaan lain yang berhubungan dapat diajukan untuk memperkuat

penilaian, juga dilakukan pencatatan atas hal-hal khusus yang ditemukan

selama penilaian.

21
Pilihan OK (kondisi yang positif) selalu ada pada setiap aspek

penilaian; sedangkan kemungkinan pilihan yang negatif atau

penyimpangan terdiri dari 4 kategori yaitu minor, major, serius dan kritis.

Kemungkinan pilihan dari keempat tingkat penyimpangan tersebut sudah

diberikan di dalam formulir pemeriksaan. Contoh hasil penilaian CPMB

sarana produksi pangan dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7: Contoh penilaian CPMB sarana produksi pangan

Keterangan/

Serius
Mayor
Minor

Kritis

OK
No Aspek yang dinilai tanggal
perbaikan
Pakaian kerja tidak dipakai
7 dengan benar dan tidak 
bersih

a. Apabila kondisi lapangan sesuai dengan pernyataan negatif,

maka diberi tanda lingkaran pada “X” yang tersedia pada kolom

Minor, Mayor, Serius, atau Kritis.

b. Apabila kondisi lapangan tidak sesuai dengan pernyataan

negatif, maka diberi tanda ”” pada kolom OK. Kolom OK

adalah kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan persyaratan

CPMB (cara produksi makanan yang baik).

c. Apabila pada kenyataannya ada aspek pernyataan yang tidak

diberlakukan, maka pada kolom keterangan diberi tanda “tb”

(tidak diberlakukan) dan aspek tersebut tidak dikenakan

penilaian.

d. Hasil penilaian tersebut dijumlahkan dan digunakan untuk

menentukan tingkat (rating) kelayakan sarana produksi pangan

22
berdasarkan penyimpangan (deficiency/ defect) yang ada

dengan menggunakan standar seperti yang tercantum pada

Tabel 8.

Tabel 8: Penilaian mutu sarana pengolahan (BPOM, 2005)

Jumlah penyimpangan Jumlah


Tingkat
frekuensi Nilai
(rating) Minor Mayor Serius Kritis audit
I 0 - 10 0-5 0 0 1 kali / 6 bulan A (baik sekali)
II ≥ 11 11 - 20 1 - 10 0 1 kali / 4 bulan B (baik)
III TB ≥ 20 10 - 20 1-3 1 kali / 2 bulan C (cukup)
IV TB TB ≥ 21 ≥4 1 kali / bulan D (kurang)

3. Penyusunan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure)


dan Daftar Isian (checklist)

Langkah awal yang dilakukan adalah pengumpulan data mengenai

persyaratan umum GMP, peraturan yang berlaku, pelaksanaan proses

produksi, dan kegiatan perusahaan. Setelah data terkumpul dan

disarikan, dilakukan identifikasi masalah dengan mengacu pada hasil

penilaian penerapan GMP pada sarana pengolahan. SSOP dan daftar

isian disusun berdasarkan hasil identifikasi tersebut. Diagram alir

penyusunan SSOP dapat dilihat pada Gambar 4.

SSOP untuk PT. Libe Bumi Abadi disusun berdasarkan empat aspek

yang dikategorikan sebagai kelompok utama dari 17 Aspek yang

tercantum pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005),

yaitu: (1) gedung dan fasilitas pabrik; (2) mesin dan peralatan; (3) tenaga

kerja; dan (4) pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan.

23
Mulai

Pengumpulan data
(primer dan sekunder)

Hasil penilaian
Identifikasi masalah penerapan CPMB pada
sarana pengolahan

Penyusunan SSOP dan daftar


isian (checklist) penilaian SSOP
Draft SSOP dan daftar isian
yang telah disusun untuk
FGD (Focus Group Discussion)
PT. Libe Bumi Abadi

Perbaikan SSOP dan daftar isian


(checklist) penilaian SSOP

Uji coba SSOP terhadap proses


produksi tidak

dapat diterapkan

ya

SSOP dan daftar isian


untuk diaplikasikan
di PT. Libe Bumi Abadi

Selesai

Gambar 4: Diagram alir penyusunan SSOP dan daftar isian

Prosedur sanitasi gedung dan fasilitas pabrik yang disusun meliputi

semua proses perawatan gedung dan fasilitas pabrik, perawatan halaman

dan bagian luar pabrik, gedung, pelaksanaan kebersihan, dan fasilitas

kebersihan. Prosedur sanitasi mesin dan peralatan yang disusun

bertujuan memberikan panduan sanitasi terhadap mesin produksi dan

24
alat-alat bantu di PT Libe Bumi Abadi. Prosedur sanitasi tenaga kerja

disusun untuk memberikan panduan sanitasi dan kebiasaan tenaga kerja.

Prosedur pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan disusun

untuk memberikan panduan pengendalian hama dan penanganan limbah.

Sebagai sarana/ alat untuk verifikasi SSOP, akan disusun checklist/ atau

daftar isian yang mencerminkan/ menggambarkan sejauh mana realisasi

dari SSOP telah dipatuhi atau dilakukan.

Kemudian akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk

membahas dan menguji draft SSOP dan daftar isian yang telah disusun.

FGD adalah metoda kualitatif dalam pengumpulan data; merupakan

diskusi kelompok yang beranggotakan 6-10 orang, dengan bimbingan

seorang fasilitator, dimana semua anggota dapat berbicara mengenai

sebuah topik dengan bebas dan spontan. Hasil FGD akan menjadi acuan

untuk perbaikan SSOP.

Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil FGD, maka akan

dilakukan uji coba penerapan SSOP terhadap proses produksi di PT. Libe

Bumi Abadi. Dari hasil uji coba, dapat dilihat keefektifan dan faktor-faktor

kesulitan penerapan SSOP yang telah disusun. Kemudian akan dilakukan

penyesuaian dalam SSOP dan atau daftar isian pendukung SSOP agar

lebih mudah diterapkan dengan lebih efektif.

25
IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

PT. Libe Bumi Abadi yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 2005

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang budi daya, industri

pengolahan, pemasaran produk industri siap saji dan produk bahan baku

industri lidah buaya untuk pasar domestik dan ekspor. Pendiri perusahaan ini

adalah Ir. Suharman Wijaya Saputra, Khaerudin Jaya A., H. Asep Saepullah

dan Dra. Lenggo Geni.

A. Manajemen dan Organisasi

PT. Libe Bumi Abadi merupakan usaha kecil dengan manajemen

perusahaan dan struktur organisasi yang masih sederhana, dengan satu orang

pemilik merangkap kepala operasional dan manajemen yaitu Ir. Suharman WS;

yang langsung membawahi beberapa operator produksi. Struktur organisasi

dapat dilihat pada Gambar 5.

Kepala Pabrik
(pemilik perusahaan)

Staff / Operator

Gambar 5: Struktur organisasi PT. Libe Bumi Abadi (2007)

Jumlah pekerja adalah 20 oang yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu 5

orang pekerja tetap dan 15 pekerja tidak tetap. Hari kerja adalah hari Senin –

Sabtu dengan jam kerja 08.00 – 17.00. Jika jam kerja melebihi ketentuan

diatas, maka kelebihan jam kerja akan diperhitungkan sebagai lembur dengan

ketentuan setiap 4 jam kerja setara dengan upah sebesar 1 hari kerja. Pekerja

tetap mendapatkan upah per bulan, sedangkan pekerja tidak tetap


mendapatkan upah harian. Upah yang diberikan mengikuti UMR Propinsi DKI

Jakarta, sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

B. Jenis Produk

PT. Libe Bumi Abadi, tidak menyediakan alat-alat analisa yang

memadai untuk melakukan analisa secara mandiri; pemeriksaan mutu

dilakukan dengan cara visual/ manual. Proses dan jumlah produksi pada saat

ini masih tergantung pada pesanan, atau tidak dilakukan secara terus menerus.

Setiap hasil produksi dikirimkan kepada BBIA (Balai Besar Industri Agro) Bogor

untuk dianalisa secara kimia, mikrobiologi dan organoleptik untuk menentukan

apakah produk sudah memenuhi syarat dan spesifikasi yang ditentukan.

Produk – produk lidah buaya yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Produk Industri Lidah Buaya Yang Siap Saji

a. Jus Lidah Buaya merek Libe.

Minuman murni 100% dari sari lidah buaya, sebagai suplemen

untuk mencegah serta mengatasi berbagai macam penyakit. Contoh

produk dapat dilihat pada Gambar 6.

c. Minuman lidah buaya dan minuman sari lidah buaya

Minuman nata dari lidah buaya dalam kemasan gelas palstik

yang mengandung nutrisi dapat menyegarkan dan menyehatkan

tubuh. Produk ini diberi tambahan perasa (flavor) dan tersedia dalam

dua varian yaitu: (1) minuman dengan kandungan daging lidah

buaya dalam bentuk nata (kubus); dan (2) minuman jus dengan

kandungan daging lidah buaya dalam bentuk yang sudah

dihancurkan (lihat Gambar 7). Minuman dengan daging lidah buaya

dalam bentuk kubus (nata) disebut minuman lidah buaya, sedangkan

minuman dengan lidah buaya dalam bentuk yang lebih halus disebut

27
minuman sari lidah buaya.

b. Teh hijau dengan lidah buaya.

Teh celup yang merupakan perpaduan dari teh hijau dengan

buah mahkota dewa dan ekstrak lidah buaya. Teh ini merupakan

minuman untuk memperkuat stamina, mencegah serta mengatasi

beberapa macam penyakit. Contoh produk dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 7: Minuman lidah


buaya dalam bentuk yang
Gambar 6: Jus lidah buaya sudah dihancurkan

Gambar 8: Teh hijau dengan lidah


buaya Gambar 9: Bubuk lidah buaya

2. Produk Bahan Baku Industri

a. Bubuk Lidah Buaya

Merupakan tepung lidah buaya untuk bahan baku industri

suplemen, kosmetik dan obat-obatan (Gambar 8). Bubuk ini dibuat

dengan menggunakan cara pengeringan beku (freeze drying)

28
dengan menyewa alat di Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan di

Laboratorium Departemen Pertanian.

b. Jus Lidah Buaya

Merupakan sari lidah buaya yang dapat digunakan untuk bahan

baku dalam industri suplemen, kosmetika dan obat-obatan (lihat

Gambar 6).

C. Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan umumnya terbuat dari stainless steel yang

aman untuk produk makanan, karena stainless steel memiliki daya korosif yang

sangat rendah, mudah dibersihkan dan tidak mudah terkelupas sehingga dapat

mencegah cemaran fisik pada produk akhir. Pengupasan lidah buaya dilakukan

secara manual dengan tenaga manusia memakai pisau dan perlengkapan

lainnya. Peralatan lain yang digunakan adalah:

• Mesin penghancur/ blender. Mesin ini digunakan untuk

menghancurkan lidah buaya yang telah dikupas dan dibersihkan

agar dapat diambil sarinya sehingga dapat diolah lebih lanjut

(Gambar 10 dan Gambar 11).

Gambar 10: Mesin penghancur/ blender (tampak depan dan bagian dalam)

29
Gambar 11: Penuangan produk hasil penghancuran

• Mesin pemanas yang bisa diatur suhunya, untuk memanaskan lidah

buaya yang telah dipotong bentuk nata (Gambar 12).

Gambar 12: Pemanas dengan suhu yang dapat diatur

30
• Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal, merupakan mesin

untuk memisahkan ampas lidah buaya yang telah dihancurkan

dengan sari lidah buaya. Mesin ini bekerja dengan sistem sentrifugal

(Gambar 13).

Gambar 13: Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal

• Mesin penyaringan halus sistem tekan, untuk memisahkan ampas

lidah buaya yang masih tersisa dari proses penyaringan

sebelumnya, ukuran partikel hasil penyaringan ini adalah 0.2 micron

(Gambar 14).

Gambar 14: Mesin penyaringan halus sistem tekan (press)

31
• Unit ultra violet. Air untuk proses dan pencucian bahan baku

dilewatkan melalui mesin ini, untuk mematikan beberapa kuman dan

menjaga kualitas air dalam proses (Gambar 15).

Gambar 15: Unit ultra violet

• Mesin pembotolan. Mesin ini memiliki pipa dengan beberapa katup

untuk memasukkan produk. Jus lidah buaya ke dalam botol secara

manual (Gambar 16).

Gambar 16: Mesin pengisian kemasan (pembotolan)

32
• Mesin pembungkus kemasan/ packaging seal, berfungsi untuk

menyegel gelas plastik yang digunakan untuk mengemas minuman

sari lidah buaya ukuran 240 ml (Gambar 17).

Gambar 17: Mesin segel kemasan (packaging)

• Mesin pasteurisasi. Sesuai namanya, mesin ini berfungsi untuk

pasteurisasi, yaitu proses pemanasan dengan tujuan membunuh

organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, cendawan,

dan ragi (Gambar 18)

Gambar 18: Mesin pasteurisasi

33
D. Bahan dan Proses Pengolahan

Pengadaan bahan baku lidah buaya berasal dari kebun inti (kebun

milik pabrik) dan kebun plasma (kebun kerjasama dengan petani). Pasokan

bahan baku juga didapat dari Kalimantan (Pontianak). Mutu bahan baku daun

lidah buaya ditentukan oleh tiga unsur : (1) umur daun cukup tua (lebih dari 8

bulan); (2) berat daun 0.7 – 1.0 kg per daun; dan (c) warna daun : hijau tua

dalam keadaan segar.

1. Proses pengolahan Teh Hijau dengan Lidah Buaya

Skema proses pengolahan produk teh hijau dengan lidah buaya

dapat dilihat pada Gambar 19.

Teh hijau giling Buah mahkota dewa giling Bubuk gel Aloe Vera
80% 10% 10%

Dicampur dengan
proses penyinaran

Pengemasan dalam kantong


teh celup

Teh Celup Tiga Tea

Gambar 19: Skema pengolahan teh hijau dengan lidah buaya

Teh celup dibuat dengan menggabungkan 3 bahan yang secara

umum dipercaya dapat meningkatkan kesehatan, berfungsi sebagai anti

oksidan dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ketiga bahan

tersebut adalah: teh hijau, buah mahkota dewa dan ekstrak lidah buaya.

Teh hijau dan buah mahkota dewa tersebut digiling menjadi partikel

yang lebih halus dan homogen. Kemudian kedua bahan tersebut

dicampur dengan bubuk aloe vera yang dibuat dengan cara pengeringan

beku (freeze drying). Ketiga bahan tersebut dicampur dalam komposisi

34
tertentu dan dengan proses penyinaran UV selama sekitar 10 menit,

kemudian dikemas dalam kantong teh celup. Kantong-kantong ini

dikemas dalam kemasan kotak berisi 15 buah kantong, lalu dibungkus

kembali dengan plastik pengemas (shrinkwrap).

2. Proses Pengolahan Jus Lidah Buaya

Skema proses pengolahan jus lidah buaya dapat dilihat pada

Gambar 20. Mula-mula daun lidah buaya sebagai bahan mentah disortir

menurut ukuran dan mutunya. Lalu lidah buaya hasil sortir dicuci sampai

bersih. Air yang digunakan dalam proses ini seluruhnya menggunakan air

sumur yang telah melewati alat filter dan penyinaran dengan UV.

D aun L id ah bu aya (A lo e V era )

S ortasi

P e ncu cian d alam aqu ade s

P e ngu pas an da n pen gam b ila n


ge l

P erend am an d an pen cu cian


d alam aqu ade s

N a B en zoat
P e ngh anc uran dala m b le nde r
0.05 %

P en yarin gan

G el m u rn i A loe V e ra G ula 10 %

P a steurisas i
70 - 8 0 °C , 3-5 m e nit

P eng em as an da n pela belan

A lo e V e ra Ju ice

Gambar 20: Skema pengolahan jus lidah buaya

35
Lidah buaya yang telah dibersihkan kemudian dikupas untuk diambil

dagingnya; lalu daging atau jel lidah buaya ini dicuci dan direndam

kembali. Dengan menggunakan blender, gel ini kemudian dihancurkan,

dalam proses ini ditambahkan pengawet. Ampas dari lidah buaya yang

telah menjadi bubur ini kemudian disaring dengan menggunakan

penyaringan kasar yang menggunakan sistem sentrifugal. Hasil

penyaringan ini adalah jus lidah buaya yang masih harus disaring untuk

membuang ampas lidah buaya yang tersisa. Pembuangan sisa-sisa

ampas ini menggunakan alat penyaringan halus sistem tekan dengan

ukuran mesh 0.2µ.

Jus lidah buaya yang dihasilkan kemudian ditambahkan 10% gula

sebagai pemberi rasa sekaligus berfungsi sebagai pengawet. Kemudian

jus ini dikemas dalam botol-botol yang telah dibilas dengan air hangat;

dan dilakukan pasteurisasi setelah proses pembotolan. Botol-botol berisi

jus murni lidah buaya kemudian diberi label dan dikemas dalam karton.

3. Proses Pengolahan Minuman Lidah Buaya dan Minuman Sari


Lidah Buaya.

Skema proses pengolahan minuman lidah buaya dan minuman sari

lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 21. Bahan mentah yaitu daun

lidah buaya disortir menurut ukuran dan mutunya. Setelah disortir, lidah

buaya dicuci sampai bersih dengan menggunakan air yang telah melewati

penyinaran UV. Daun lidah buaya yang bersih lalu dikupas untuk diambil

dagingnya, kemudian dilakukan beberapa kali pencucian kembali daging

atau jel lidah buaya tersebut. Setelah proses perendaman, daging lidah

buaya dimasak dengan proses perebusan dengan suhu 70°C selama

kurang-lebih 15 menit, seperti proses pasteurisasi.

36
Daun Lidah buaya (Aloe Vera)

Sortasi

Pencucian dalam aquades

Pengupasan dan pengambilan


gel

Pemotongan gel bentuk nata

Perendaman dan pencucian


dalam aquades

Perebusan dalam air suhu 70°C,


15 menit

Na Benzoat
Nata de Aloe Larutan gula
0.06%

Pengemasan dan pelabelan

Pasteurisasi
70 - 80 °C, 3-5 menit

Aloe Vera Nata

Gambar 21: Skema pengolahan minuman sari lidah buaya

Daging lidah buaya yang telah direbus kemudian dipotong bentuk

kubus dengan ukuran 1 cm. Potongan lidah buaya ini ditambahkan

larutan gula, perasa dan pengawet dengan komposisi tertentu. Campuran

ini lalu dikemas manual dalam kemasan gelas plastik dan disegel dengan

menggunakan mesin penyegel. Minuman ini disebut sebagai minuman

lidah buaya rasa leci.

37
Sisa-sisa potongan daging lidah buaya yang tidak berbentuk kubus

atau yang dalam prosesnya tidak terpotong sesuai spesifikasi, kemudian

diblender dalam larutan gula, perasa, dan pengawet dalam mesin

penghancur. Campuran ini lalu dikemas juga dalam kemasan gelas

plastik dan disegel dengan menggunakan mesin penyegel. Minuman yang

berkarakteristik sama dengan jus ini disebut sebagai minuman sari lidah

buaya rasa leci. Minuman ini masih mengandung daging lidah buaya,

tetapi dalam bentuk yang lebih halus dan lebih mudah diminum.

38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penilaian Penerapan GMP di PT. Libe Bumi Abadi

Hasil penilaian penerapan GMP dengan formulir pemeriksaan

sarana pengolahan (BPOM, 1999) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9: Hasil penilaian dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan


(BPOM, 1999)

Nilai Jumlah Nilai


Hasil
Aspek Aspek Penilaian Rata- B S K
Penilaian
rata (baik) (sedang) (kurang)
A Manajemen 3.0 B 2 - -
Lingkungan sarana pengolahan
B 3.0 B 5 - -
dan pengendaliannya
C Hama lingkungan 2.7 B 2 1 -
D Kondisi umum sarana pengolahan 2.8 B 4 1 -
E Ruang pengolahan 2.7 B 4 2 -
F Kelengkapan sarana pengolahan 2.2 S 2 2 1
G Penanganan limbah 3.0 B 2 - -
H Sanitasi sarana pengolahan 3.0 B 4 - -
Hama di dalam sarana
I 2.8 B 4 1 -
pengolahan
J Peralatan 3.0 B 4 - -
K Suplai air 3.0 B 3 - -
L Higiene karyawan 3.0 B 7 - -
M Gudang bersuhu kamar 3.0 B 4 - -
N Gudang berpendingin (6 butir) - - - - -
O Gudang bahan kemasan 3.0 B 4 - -
P Tindakan pengendalian 2.6 B 3 2 -
Q Pengemasan dan pelabelan 3.0 B 4 - -
Total penilaian 58 9 1

Bagian yang dicetak tebal (5 aspek) digolongkan sebagai kelompok

utama utama dari 17 aspek pemeriksaan sarana pengolahan. Hasil

pemeriksaan menunjukkan adanya 9 pemeriksaan yang mendapatkan

nilai S (sedang), 3 diantaranya termasuk dalam kelompok utama, yaitu

aspek ruang pengolahan dan aspek hama dalam sarana pengolahan; dan

1 pemeriksaan yang mendapatkan nilai K (kurang). Perbaikan dalam


aspek utama (E,I,J,K,L) digolongkan dalam perbaikan sedang dan

perbaikan dalam kelompok sekunder dogolongkan sebagai perbaikan

ringan, maka total perbaikan yang harus dilakukan adalah 3 perbaikan

sedang dan 8 perbaikan ringan. Merujuk kepada Tabel 5, pemberian nilai

mutu terhadap sarana pengolahan, maka nilai yang didapat oleh PT. Libe

Bumi Abadi adalah K (kurang), dengan mutu 3.

Tabel 10 menyajikan hasil penilaian penerapan GMP dengan

menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005).

Tabel 10: Hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB
(BPOM, 2005)

Jumlah penyimpangan
No Aspek penilaian
Minor Mayor Serius Kritis
1 Persepsi pimpinan dan manajemen - - - -
2 Sanitasi dan higiene karyawan - - - -
Konstruksi dan desain bangunan –
3 - - - -
umum
Konstruksi dan desain ruang
4 3 4 3 -
pengolahan
5 Kondisi gudang biasa (kering) - 1 - -
Kondisi gudang beku, dingin (apabila
6 1 - - 1
digunakan)
7 Kondisi gudang kemasan dan produk - - - -
Sanitasi lingkungan: lokasi,
8 pembuangan limbah, investasi burung, - 1 1 -
serangga, atau binatang lain
9 Fasilitas pabrik 3 2 - -
10 Pasokan air - - - -
11 Operasional sanitasi pabrik - - - -
Pencegahan binatang pengganggu/
12 - - - -
serangga dalam pabrik
13 Penggunaan bahan kimia - - - -
14 Peralatan produksi 1 - - -
Penanganan bahan baku dan bahan
15 - - - -
tambahan
16 Pengendalian proses produksi - - - -
17 Tindakan pengawasan - 1 2 -
Total Penyimpangan 8 9 6 1

40
Hasil penilaian menunjukkan total 8 penyimpangan minor, 9

penyimpangan mayor, 6 penyimpangan serius dan 1 penyimpangan kritis.

Merujuk kepada Tabel 8 mengenai penilaian mutu sarana pengolahan

(BPOM, 2005), hasil tersebut dapat dikategorikan dalam rating III,

dengan hasil penilaian C (cukup), dimana audit/ penilaian dapat

dilakukan setiap 4 bulan.

Penyimpangan pada umumnya melibatkan konstruksi bangunan.

Pada industri kecil ini, bangunan yang digunakan adalah bangunan yang

disewa. Pada bangunan atau lokasi produksi, tidak dilakukan perubahan

yang mendasar bagi pemenuhan persyaratan GMP, seperti: (a) dinding

tidak dilapisi dengan bahan yang mudah dicuci dan mudah diperbaiki; (b)

plavon tidak dimodifikasi agar mudah dibersihkan dan tahan air; (c) tidak

adanya penghilangan sudut pada pertemuan antara dinding dan lantai,

atau antara dinding dan dinding; (d) ventilasi masih belum mencukupi

untuk perputaran udara, kipas angin digunakan untuk membantu

penyediaan udara segar; (e) pembuatan katup pada pipa pembuangan,

walaupun tidak terlalu sulit, namun dianggap terlalu menyita waktu,

tenaga dan biaya; dan (f) tidak adanya fasilitas khusus untuk pencucian

tangan sebelum masuk ke ruang produksi dan pengolahan.

Prosedur pelacakan dan penarikan produk sudah ada dan tertulis,

tetapi belum dilakukan atau diterapkan. Hal ini dikarenakan industri ini

baru melakukan beberapa kali produksi dan belum adanya komplain/

keluhan dari pelanggan atau konsumen, sehingga efektivitas prosedur

dan cara penanganan produk bermasalah yang sudah dipasarkan, masih

belum dapat dinilai.

Didapati juga penyimpangan serius yaitu tidak adanya pelindung/

41
penutup lampu di ruang pengolahan, penyimpanan material dan

pengemasan. Karena semua proses dilakukan dalam keadaan mesin/ alat

tertutup, kemungkinan kontaminasi terhadap produk dapat diminimalkan.

Tetapi bila produk tidak berada dalam keadaan terlindung atau tertutup

sewaktu proses produksi, misalnya sewaktu produk dipindahkan ke mesin

proses berikut atau sewaktu proses pengemasan; kemungkinan

kontaminasi pecahan kaca dari lampu tetap ada. Pemasangan pelindung

pada lampu tetap diperlukan untuk menghindarkan kemungkinan

kontaminasi dan mutu produk tetap terjamin. Penyimpangan serius

lainnya adalah tidak tersedianya gudang yang terkondisi untuk

menyimpan produk jadi. Karakteristik produk yang adalah mudah rusak

akibat perubahan suhu sehingga kondisi penyimpanan dan pengiriman

sangat mempengaruhi ketahanan produk.

Penyimpangan minor seperti tidak adanya peringatan pembuangan

sampah, peringatan pencucian tangan setelah kembali dari toilet atau

sebelum bekerja, dan penanganan sampah, lebih mudah untuk diperbaiki

dan dapat segera dilakukan tindak lanjut.

Pimpinan/ Manajemen. Manajemen PT. Libe Bumi Abadi memiliki

wawasan tentang keamanan pangan, bahwa mutu produk dapat

ditingkatkan dengan pengendalian titik kritis di setiap tahapan proses.

Manajemen juga menunjukkan keinginan bekerjasama dalam proses

penilaian dan memberikan data/ keterangan yang diperlukan.

Sanitasi dan Higiene Karyawan. Perilaku karyawan menunjukkan

bahwa mereka mengerti mengenai sanitasi personal dan pentingnya

menjaga higienis pribadi untuk keamanan pangan. Manajemen

memberikan penjelasan kepada karyawan mengenai pentingnya sanitasi.

42
Manajemen juga memiliki tindakan pencegahan karyawan yang sakit atau

luka agar tidak mengkontaminasi produk dengan menyediakan

perlengkapan untuk P3K dan tidak memperbolehkan karyawan yang sakit

untuk bekerja. Seragam kerja, topi, dan sarung tangan untuk karyawan

proses produksi disediakan dan harus dipakai dengan benar sewaktu

pelaksanaan proses produksi. Karyawan dilarang makan, minum dan

merokok di dalam area produksi; harus mencuci tangan sebelum masuk

ruang pengolahan dan setelah menggunakan toilet; menjaga kuku tetap

pendek tanpa pewarna kuku; dan karyawan harus menerapkan kebiasaan

hidup sehat secara individu.

Konstruksi Bangunan Secara Umum. PT. Libe Bumi Abadi

memamfaatkan gedung/ bangunan yang disewa sebagai tempat

operasional perusahaan. Rancang bangun, bahan-bahan atau konstruksi

bangunan secara umum tidak menghambat proses produksi dan sesuai

dengan jenis pangan yang diproduksi. Bangunan dalam keadaan terawat,

dan memiliki fasilitas untuk pengendalian hama secara umum. Pertemuan

antara lantai dengan dinding dan dinding dengan dinding masih bersudut

sehingga sulit untuk dibersihkan. Bangunan berada dalam kondisi baik

dan layak pakai. Drainase dalam kondisi bersih dan tertutup, dan air

buangan mengalir dengan lancar.

Konstruksi Bangunan Ruang Pengolahan. Ruang pengolahan

tidak berhubungan langsung dengan tempat tinggal, garasi atau bengkel.

Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah lepas, yaitu keramik,

meskipun tidak dilapisi secara khusus agar tahan goresan. Dinding

terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, tidak retak dan cat tidak

dalam keadaan mengelupas. Langit-langit tidak terkondensasi, cat tidak

43
mengelupas atau rontok, dengan ketinggian sekitar 3 m dari lantai.

Penerangan cukup dan tidak menyilaukan. Sirkulasi udara di ruang

pengolahan tergolong baik. Perlu adanya pekerjaan pelapisan dinding,

langit-langit maupun lantai agar lebih tahan terhadap kondensasi, retak,

dan pengelupasan cat.

Gudang Penyimpanan. Bahan kemasan disimpan dengan

menggunakan pallet/ tidak kontak langsung dengan lantai, dalam

keadaan tertutup, dan bersih/ bebas dari kotoran dan hama. Sirkulasi

udara tidak terlalu baik karena hanya tersedia satu jendela kecil yang

menghadap ruang produksi. Produk jadi tidak lama disimpan dalam

gudang bahan jadi karena sementara proses produksi dilaksanakan untuk

memenuhi pesanan dan produk hasil proses langsung didistribusikan ke

distributor/ pelanggan.

Sanitasi Lingkungan dan Pengolahan Limbah. Lingkungan

berada di lokasi bebas banjir, jauh dari semak belukar, jauh dari debu/

asap kendaraan dan terjaga dalam kondisi bersih. Disediakan tempat

sampah dan tempat pengolahan untuk pembuangan limbah padat

maupun limbah cair. Keseluruhan limbah hasil produksi kemudian diolah

menjadi pupuk dengan menggunakan bantuan mikroba tertentu.

Dilakukan pengendalian untuk mencegah adanya tikus, serangga maupun

binatang pengganggu lainnya.

Fasilitas Perusahaan. Tersedia toilet dan wastafel untuk karyawan.

Disediakan pula tempat sampah, sabun antiseptik dan tissue dalam toilet.

Pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang pegolahan.

Fasilitas dalam ruang produksi yang mendukung program sanitasi adalah

tersedianya alat-alat kebersihan seperti sapu, serokan dan mop/ alat pel.

44
Fasilitas yang lain adalah kotak P3K yang berisi obat-obatan dan

perlengkapan standar yang diperlukan. Tersedia pula APAR (Alat

Pemadam Api Ringan) dalam ruang produksi. Peraturan mengenai GMP

mensyaratkan adanya fasilitas cuci tangan tersendiri, terpisah dari toilet,

sedangkan PT. LBA tidak menyediakan fasilitas cuci tangan bagi

karyawan sebelum memasuki area produksi. Aktivitas cuci tangan dan

wudhu dilakukan dengan memanfaatkan wastafel yang ada dalam toilet.

Untuk dapat meningkatkan mutu produk, PT. LBA harus menyediakan

fasilitas cuci tangan sesuai persyaratan yang berlaku.

Pasokan Air. Dalam produksi ini tidak menggunakan air dari PAM

karena jumlah kaporit yang terkandung didalamnya dianggap terlalu

beresiko untuk digunakan dalam proses produksi. Pasokan air berasal

dari sumur di lokasi perusahaan. Air dari sumur kemudian dialirkan

melalui mesin penyinaran UV (ultra violet) sebelum digunakan dalam

proses produksi, mulai dari pencucian bahan baku, pembilasan alat bantu

produksi dan digunakan juga sebagai bahan baku dalam proses.

Dilakukan pengujian terhadap mutu air sebagai persetujuan dari pihak

berwenang untuk kelayakan pakai.

Operasional Sanitasi. Ada perlakuan pasteurisasi terhadap botol

kemasan sebelum dan setelah pengisian produk. Pembersihan umumnya

dilakukan setelah selesai produksi. Dilakukan pembersihan/ pencucian

mesin produksi dan alat-alat bantu produksi setiap kali produksi.

Pembersihan ruangan dilakukan dengan penyikatan lantai dengan

deterjen setelah beberapa kali produksi. Tempat sampah selalu

dibersihkan dan dikosongkan. Toilet dibersihkan secara rutin.

Pencegahan dan Pengendalian Hama. Ada pencegahan terhadap

45
hama yaitu pemasangan alat anti kecoa, penyemprotan hama, dan

pemasangan kasa pada drainase untuk menutup jalan masuk tikus.

Kebersihan lingkungan, tempat pengolahan, gudang, kantor dan toilet

selalu dijaga.

Penggunaan Bahan Baku dan BTP (Bahan Tambahan Pangan).

Bahan baku yang digunakan memiliki standar dan spesifikasi yang telah

disepakati antara supplier dengan perusahaan. Jumlah dan jenis bahan

tambahan pangan yang digunakan disesuaikan dengan regulasi yang

berlaku. Penggunaan pengawet, yaitu Natrium Benzoat tidak melebihi

ketentuan yang ditetapkan (Codex, 2006). Bahan baku, bahan tambahan

dan bahan kemasan disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan diberi

label. Jenis bahan kemasan yang digunakan aman untuk mengemas

produk, tidak bereaksi terhadap produk dan tidak menimbulkan

keracunan.

Proses Produksi dan Distribusi. Alur kerja diatur sedemikian untuk

meminimalisasi kontaminasi silang. Penanganan bahan baku atau lidah

buaya segar dilakukan di area halaman sebelum diproses lebih lanjut.

Ruangan untuk proses pencucian terpisah dengan ruangan pengolahan,

pengemasan dan penyimpanan. Proses produksi dilakukan dengan

menggunakan alat-alat dan mesin yang terbuat dari stainless steel atau

bahan yang resistant terhadap produk/ bahan baku, mudah dibersihkan

dan tidak mudah terkelupas. Semua alat dipastikan bersih sebelum dapat

digunakan. Penumpukkan bahan jadi dilakukan dengan hati-hati untuk

mencegah benturan secara fisik yang akan menyebabkan kemunduran

mutu. Semua peralatan produksi dibersihkan setelah proses produksi

selesai untuk mencegah timbulnya kerak, jamur atau kotoran lain

46
menempel pada alat.

B. Analisis Perbandingan Cara Penilaian Penerapan GMP

Pada dasarnya baik formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999) maupun draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

menggunakan pendekatan yang sama dalam penilaian CPMB, walaupun ada

beberapa aspek yang berbeda. Dengan membandingkan aspek-aspek

penilaian yang sama, perbedaan cara dan hasil penilaian bisa dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11: Perbedaan aspek penilaian pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan
(BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

Aspek Penilaian Aspek Penilaian


Formulir Pemeriksaan Sarana Draft Revisi Formulir Pemeriksaan
Pengolahan (BPOM, 1999) CPMB (BPOM, 2005)
B. Lingkungan sarana pengolahan dan
pengendaliannya
G. Sanitasi lingkungan: pembuangan
(tanaman liar, kebersihan, tempat
limbah di pabrik
sampah, drainase air permukaan, tanki
(sistem pembuangan limbah dalam pabrik,
septik)
tempat sampah dalam pabrik, saluran/
C. Hama lingkungan pembuangan dalam pabrik)
(binatang pengerat, serangga, hewan
ternak/ peliharaan) H. Sanitasi lingkungan: investasi
burung, serangga atau binatang lain
G. Penanganan limbah
(penanganan limbah padat, pengananan
limbah cair)

K. Operasional sanitasi di pabrik


H. Sanitasi sarana pengolahan (program sanitasi)
(sarana pembersihan pabrik, frekuensi, M. Penggunaan bahan kimia
efektifitas, deterjen dan desinfektan) (insektisida/ rodentisida/ peptisida, bahan
kimia/ sanitizer/ deterjen dll)

A. Penanganan bahan baku dan bahan


P. Tindakan pengendalian tambahan lain
(bahan mentah, bahan tambahan pangan, (bahan baku, bahan tambahan, bahan
proses pengolahan, produk akhir, kemasan)
pengiriman)
B. Pengendalian proses produksi
Q. Pengemasan dan pelabelan (proses produksi, pengemasan,
(jenis kemasan, label pada kemasan, penyimpanan produk, penyimpanan
kode pada kemasan, waktu daluwarsa) barang berbahaya, pengangkutan dan
ditribusi)

47
Butir-butir penilaian dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan

(BPOM, 1999) tidak terdeskripsi secara jelas, pedoman pemeriksaan dan

petunjuk teknis pemeriksaan sarana pengolahan harus disimak dengan teliti

untuk dapat menilai sarana pengolahan sesuai maksud dari butir-butir tersebut.

Hal tersebut mempengaruhi persepsi penilai dalam penentuan hasil penilaian.

Draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) menyatukan 3

aspek yang terpisah dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999), yaitu a) aspek lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya; b)

aspek penanganan limbah; dan c) aspek hama lingkungan menjadi satu aspek

penilaian yaitu: sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah, investasi

burung, serangga, atau binatang lain. Sebaliknya, draft revisi formulir

pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) memisahkan aspek sanitasi sarana

pengolahan menjadi 2 aspek yaitu: a) aspek operasional sanitasi pabrik dan b)

aspek penggunaan bahan kimia.

Ada integrasi dan pembagian aspek dalam formulir pemeriksaan sarana

pengolahan (BPOM, 1999) yaitu: a) tindakan pengendalian; dan b) aspek

pengemasan dan pelabelan, menjadi 2 aspek yang berbeda dalam draft revisi

formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) yaitu: a) aspek penanganan bahan

baku dan bahan tambahan; dan b) aspek pengendalian proses produksi. Hasil

integrasi ini membedakan penanganan bahan baku dan bahan tambahan

dengan penanganan proses produksi. Draft revisi formulir pemeriksaan CPMB

(BPOM, 2005) juga menambahkan aspek penilaian, yaitu aspek tindakan

pengawasan yaitu prosedur pengendalian dan penarikan produk di pasar.

Dari kedua formulir, terdapat perbedaan dalam penentuan kelompok

utama atau hal yang dianggap kritikal dalam proses sarana pengolahan

pangan. Perbandingan kelompok utama pada kedua formulir dapat dilihat pada

Tabel 12.

48
Tabel 12: Kelompok utama menurut formulir pemeriksaan sarana pengolahan
(BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

Kelompok Utama Kelompok Utama


Formulir Pemeriksaan Sarana Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB
Pengolahan (BPOM, 1999) (BPOM, 2005)
Ruang Pengolahan: Sanitasi Karyawan
Konstruksi dan kebersihan lantai; Pakaian kerja; pengawasan sanitasi;
konstruksi dan kebersihan dinding; kesehatan karyawan
konstruksi langit-langit
Pengendalian hama
Hama di dalam sarana pengolahan Serangga; burung; tikus; hama lainnya;
Tikus; lalat; hewan peliharaan; pengendalian hama
hama lainnya; pengendalian hama
Konstruksi dan desain bangunan
Peralatan Perawatan bangunan; fasilitas pencegahan
Sanitasi, rancangan dan hama; konstruksi lantai; penerangan;
kecanggihan peralatan; peralatan penutup lampu; desain dan kebersihan
bekas ventilasi
Suplai air Gudang beku
Sumber air; perlakuan terhadap air; Suhu penyimpanan produk
pengujian air
Sanitasi lokasi dan lingkungan
Higiene Karyawan Letak sarana pengolahan; kapasitas dan
Pengertian karyawan tentang konstruksi saluran pembuangan
hygiene; instruksi higiene; pakaian
Pasokan air
pelindung/ penutup; pencucian
tangan; kesehatan karyawan; Perlakuan terhadap air proses; kemungkinan
pelaksanaan praktek higiene kontaminasi silang; pengujian mutu air
Operasional sanitasi
Program sanitasi; kontrol sanitasi; perlakuan
terhadap peralatan dan wadah
Penggunaan bahan kimia
Penerimaan dan spesifikasi bahan kimia,
sanitizer dan BTP; Pelabelan dan
penyimpanan; dan jenis bahan kimia.
Peralatan produksi
Jenis bahan; rancang bangun, konstruksi
dan penempatan; perlengkapan monitoring;
alat kebersihan; sanitasi peralatan
Pengendalian proses produksi
Pengawasan proses; penanganan produk;
proses pengolahan/ pengawetan; identifikasi;
kondisi dan cara penyimpanan
Tindakan pengawasan
Sistem jaminan mutu; kontaminasi;
deteriorisasi/ dekomposisi; pengujian sesuai
spesifikasi; ketersediaan laboratorium dan
tenaga penguji; monitoring bahan baku;
kebersihan peralatan

49
Kelompok utama pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan

(BPOM, 1999) menitikberatkan pada: (a) fasilitas pabrik seperti konstruksi dan

kebersihan ruang pengolahan, sanitasi dan rancangan peralatan; (b) suplai air

untuk proses produksi; (c) pengendalian hama; dan (d) sanitasi karyawan.

Kelompok utama pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,

2005), selain aspek fasilitas pabrik, suplai air, pengendalian hama dan sanitasi

karyawan, juga menitikberatkan pada pengendalian proses produksi dan

penggunaan bahan kimia dan BTP.

Hasil penilaian dan pengamatan penerapan GMP di PT. Libe Bumi

Abadi dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999) dikategorikan dalam mutu 3 dengan nilai K (kurang); sedangkan hasil

penilaian dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB

(BPOM, 2005) dikategorikan dalam rating III, dengan hasil penilaian C

(cukup). Meskipun tujuan penilaian, cara pengamatan dan aspek penilaian

dengan menggunakan kedua formulir tersebut pada intinya adalah sama, tetapi

hasil pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil penilaian

ini terutama terjadi karena cara penilaian dan cara perhitungan yang berbeda.

Perbedaan cara penilaian kedua formulir tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Baik formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) maupun

draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) mengacu pada 17 aspek

penilaian seperti tercantum pada Tabel 3 dan Tabel 6. Tetapi butir penilaian

yang terdapat pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999)

lebih sedikit yaitu hanya 74 buah dibandingkan dengan butir penilaian pada

draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) yang mencapai 162

buah. Hal ini mempengaruhi bobot penilaian, karena dengan jumlah butir yang

lebih sedikit, maka bobot penilaian untuk setiap butir akan lebih besar

dibandingkan formulir dengan jumlah butir yang lebih banyak.

50
Tabel 13: Perbedaan cara penilaian antara formulir pemeriksaan sarana pengolahan
(BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

Formulir yang digunakan


Deskripsi Formulir Pemeriksaan Sarana Draft Revisi Formulir Pemeriksaan
Pengolahan (BPOM, 1999) CPMB (BPOM, 2005)
• 17 aspek: lihat Tabel 3. • 17 aspek: lihat Tabel 6.
Aspek
penilaian • Butir penilaian lebih sedikit • Butir penilaian lebih banyak (terdapat
(terdapat 74 buah) 162 buah)
Kelompok utama mendapatkan bobot
yang lebih tinggi dalam menentukan Penyimpangan pada kelompok utama
hasil penilaian. Penyimpangan pada digolongkan dalam kriteria temuan kritis
Perbedaan kelompok utama memerlukan dan serius,
bobot perbaikan sedang.
penilaian Penyimpangan pada kelompok sekunder
Penyimpangan pada kelompok digolongkan dalam kriteria temuan mayor
sekunder memerlukan perbaikan dan minor,
ringan.
• 3 kriteria nilai mutu: • 4 kriteria nilai mutu:
1 (baik), 2 (sedang), 3 (kurang). A (baik sekali), B (baik), C (cukup), D
• Kesesuaian hasil pengamatan (kurang).
Cara
dengan pernyataan positif pada • Kesesuaian hasil pengamatan dengan
perhitungan
formulir. pernyataan negatif pada formulir.
nilai mutu
• Angka mutu setiap aspek didapat • Rating hasil penilaian ditentukan dari
dengan menghitung nilai rata-rata total jenis penyimpangan yang sesuai
yang dibulatkan. dengan pernyataan negatif.
• Lebih mudah ditentukan karena
• Lebih sulit ditentukan karena pernyataan dalam formulir lebih
pernyataan dalam formulir lebih spesifik dan jelas.
bersifat umum. • Nilai baik sekali (A): tidak terdapat
• Nilai baik (B): tidak ada perbaikan penyimpangan kritis dan serius, ≤ 5
pada kelompok utama dan penyimpangan mayor dan ≤10
maksimum 4-6 perbaikan ringan penyimpangan minor.
pada kelompok sekunder. • Nilai baik (B): tidak terdapat
Hasil
penilaian • Nilai sedang (S): ≤ 1 perbaikan penyimpangan kritis, ≤ 10 serius, ≤ 20
pada kelompok utama dan ≤ 3 mayor dan ≥ 11 minor.
perbaikan ringan pada kelompok • Nilai cukup (C): terdapat ≤ 3
sekunder. penyimpangan kritis, ≤ 20 serius, ≥ 20
• Nilai kurang (K): ≤ 3 perbaikan mayor, dan beberapa minor
pada kelompok utama dan • Nilai kurang (D): terdapat ≥ 4
beberapa perbaikan ringan pada penyimpangan kritis, ≥ 21 dan
kelompok sekunder. beberapa penyimpangan mayor dan
minor
Tinggi: karena butir penilaian bersifat
Subyektifitas Rendah: karena butir penilaian lebih
umum sehingga dapat ditafsirkan
penilai spesifik dan terinci
dengan berbagai pandangan.

Untuk dapat membandingkan hasil penilaian dengan menggunakan

kedua formulir tersebut, disarankan untuk pemberian bobot penilaian pada

setiap butir, tergantung pada sejauh mana hasil penilaian setiap butir memberi

pengaruh terhadap pelaksanaan GMP pada proses produksi. Contohnya: bobot

51
yang lebih tinggi diberikan pada pengendalian mutu air proses daripada

pemberian label pada alat produksi.

Dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), jika

butir yang diperiksa menunjukkan hasil positif, maka butir tersebut

mendapatkan nilai B (baik); jika hasilnya tidak sesuai dengan pernyataan, maka

butir tersebut dapat diberikan nilai S (sedang) atau K (kurang) tergantung

pengamatan penilai. Cara penilaian menggunakan angka mutu untuk setiap

hasil dengan memberikan skor 3, 2, dan 1 masing-masing untuk B, S, dan K;

kemudian dibuat rata-rata penilaian. Hasil perhitungan dibulatkan untuk

mendapatkan hasil penilaian untuk setiap aspek. Cara perhitungan dalam

pemberian mutu tercantum pada Tabel 5.

Berbeda dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999), draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) terdiri atas

pernyataan negatif, dimana kategori penyimpangan (minor, major, serius dan

kritis) sudah terlebih dahulu ditentukan dalam setiap butir pemeriksaan dengan

diberikannya tanda ”X” pada kolom yang telah tersedia. Apabila kondisi

lapangan sesuai dengan pernyataan negatif, maka diberi tanda pada kolom

penyimpangan sesuai tingkat penyimpangan yang diberikan; bila tidak sesuai

dengan pernyataan negatif, maka butir pemeriksaan tersebut sesuai dengan

persyaratan yang diharapkan dan diberi tanda pada kolom OK atau kondisi

positif. Bila ada butir yang tidak diberlakukan, maka diberi tanda “tb” (tidak

diberlakukan) pada kolom keterangan dan butir tersebut tidak termasuk dalam

penilaian. Hasil penilaian dijumlahkan dan digunakan untuk menentukan tingkat

(rating) kelayakan sarana produksi pangan dengan mengacu pada standar

yang tercantum pada Tabel 8.

Pembagian kriteria atau rating pada hasil penilaian yang tercantum

pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) juga tergolong

52
terlalu longgar, jika dilihat dari tabel hasil penilaian, jika didapati kurang dari 10

penyimpangan serius, perusahaan masih mendapatkan nilai mutu baik.

Hasil akhir penilaian mutu berbeda pada kedua formulir. Hasil penilaian

dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dibagi atas 3

kriteria nilai mutu yaitu: 1 (baik), 2 (sedang), 3 (kurang). Mutu 1 dengan hasil

baik hanya bisa didapat bila tidak terdapat penyimpangan pada kelompok

utama. Hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,

2005) dibagi atas 4 kriteria nilai mutu yaitu: A (baik sekali), B (baik), C (cukup),

D (kurang). Pembagian dalam 4 kriteria menjadikan hasil penilaian dengan draft

revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) relatif lebih baik daripada

formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999). Penentuan kriteria

dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dinilai tidak

ilmiah karena menyebutkan kriteria maksimum 4-6 perbaikan ringan untuk

mendapatkan nilai baik. Kata ’maksimum’ seharusnya diikuti oleh hanya satu

angka atau kriteria dan tidak berupa rentang penilaian.

Dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan

(BPOM, 1999), jika gagal mendapatkan nilai mutu tertinggi (baik), maka

perusahaan pangan akan mendapatkan nilai mutu yang lebih rendah yaitu

sedang atau kurang; sedangkan dalam penggunaan draft revisi formulir

pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), jika gagal mendapatkan nilai mutu tertinggi

(rating 1-baik sekali), maka selain nilai mutu cukup dan kurang, perusahaan

pangan masih dapat memperoleh nilai mutu baik (rating 2).

Kedua formulir ini membagi aspek penilaian dalan kelompok utama dan

kelompok sekunder, kelompok utama mendapatkan bobot penilaian yang lebih

tinggi daripada kelompok sekunder. Dalam formulir pemeriksaan sarana

pengolahan (BPOM, 1999), nilai mutu yang diperoleh sangat terpengaruh bila

didapati hal-hal yang harus diperbaiki pada kelompok utama. Dalam draft revisi

53
formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), penyimpangan pada kelompok

utama digolongkan dalam penyimpangan kritis dan serius, dan total jumlah

penyimpangan akan menentukan hasil penilaian.

Dalam penggunaan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999), penilaian lebih bersifat subyektif karena persepsi penilai sangat

berpengaruh pada hasil pengamatan dan tidak ada standar baku untuk

pemberian nilai B, S, atau K. Selain itu, kriteria yang ditetapkan untuk hasil

pengamatan dinilai terlalu ketat karena bila didapati 2 atau lebih penyimpangan

pada kelompok utama, hasil penilaian adalah kurang (K); nilai baik (B) hanya

bisa diperoleh bila tidak didapati penyimpangan pada kelompok utama. Bila

formulir penilaian ini diterapkan pada industri kecil atau menengah, maka akan

sulit sekali untuk mendapatkan hasil penilaian baik. Setelah meninjau ulang

formulir pemeriksaan, beberapa kriteria hanya bisa dipenuhi oleh industri besar,

contohnya persyaratan konstruksi bangunan, dan penerapan HACCP dalam

proses pengolahan yang dilakukan; bahkan beberapa industri besarpun belum

menerapkan HACCP atau memiliki sertifikasi HACCP.

Dalam penggunaan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,

2005), persepsi penilai tidak terlalu berpengaruh kepada hasil pengamatan atau

lebih obyektif, karena cara perhitungan yang lebih baku yaitu kriteria

penyimpangan (minor, mayor, serius, atau kritis) sudah terlebih dahulu

ditentukan dalam formulir penilaian, sehingga lebih mudah bagi penilai untuk

menghitung dan menentukan rating hasil pemeriksaan. Hasil penilaian yang

terbagi dalam 4 kriteria lebih memberikan toleransi bagi industri kecil dan

menengah untuk dapat memenuhi persyaratan CPMB pangan dan memberikan

kesempatan untuk perbaikan pada hal-hal yang dinilai kurang.

Untuk lebih jelasnya, perbandingan aspek penilaian dan hasil penilaian

dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999)

54
dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dapat dilihat pada

Tabel 14.

Hasil penilaian dengan kedua formulir tersebut menyatakan tidak

ditemukan penyimpangan dalam aspek manajemen, higiene karyawan, gudang

bahan kemasan, pasokan air dan pengendalian hama.

Tabel 14: Perbandingan hasil penilaian formulir pemeriksaan sarana pengolahan


(BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

Formulir Pemeriksaan Sarana Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB


Pengolahan (BPOM, 1999) (BPOM, 2005)
Aspek penilaian Perbaikan Aspek penilaian Penyimpangan
Persepsi pimpinan dan
Manajemen - -
manajemen
Higiene karyawan - Sanitasi dan higiene karyawan -
Kondisi umum sarana Konstruksi dan desain bangunan
1 Sedang -
pengolahan – umum
3 Minor
Konstruksi dan desain ruang
Ruang pengolahan 2 Sedang 4 Mayor
pengolahan
1 Serius
Kelengkapan sarana 2 Sedang 3 Minor
Fasilitas pabrik
pengolahan 1 Kurang 2 Mayor
Gudang bersuhu kamar - Kondisi gudang biasa (kering) 1 Mayor
Kondisi gudang beku, dingin 1 Minor
Gudang berpendingin -
(apabila digunakan) 1 Kritis
Kondisi gudang kemasan dan
Gudang bahan kemasan - -
produk
Lingkungan sarana pengolahan Sanitasi lingkungan: lokasi,
dan pengendaliannya/ pembuangan limbah, investasi 1 Mayor
1 Sedang
Penanganan limbah/ Hama burung, serangga, atau binatang 1 Serius
lingkungan (3 aspek) lain
Pencegahan binatang
Hama di dalam sarana
1 Sedang pengganggu/ serangga dalam -
pengolahan
pabrik
Suplai air - Pasokan air -
Operasional sanitasi pabrik/
Sanitasi sarana pengolahan 1 Sedang penggunaan bahan kimia -
(2 aspek)
Peralatan - Peralatan produksi 1 Minor
Tindakan pengendalian/ Penanganan bahan baku dan
pengemasan dan pelabelan 2 Sedang bahan tambahan/ pengendalian -
(2 aspek) proses produksi (2 aspek)
1 Mayor
- - Tindakan pengawasan
2 Serius

55
Pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), terdapat

butir yang memperoleh nilai sedang pada aspek kondisi umum sarana

pengolahan, yaitu bahwa bangunan tidak dirancang untuk tidak dimasuki oleh

serangga. Sedangkan pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,

2005), ditegaskan untuk dilakukan tindakan untuk mencegah masuknya

serangga dalam lingkungan pabrik, seperti pemasangan kasa dan perangkap

untuk hama lingkungan.

Pada aspek ruang pengolahan dan aspek kelengkapan sarana

pengolahan terdapat beberapa perbaikan yang harus dilakukan terutama pada

konstruksi bangunan yaitu dinding dan lantai. Pada formulir pemeriksaan

sarana pengolahan (BPOM, 1999) konstruksi, dan kebersihan dinding termasuk

kelompok utama. Pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005),

ketidaksesuaian konstruksi dinding tidak termasuk dalam kelompok utama,

ketidaksesuaian pada butir ini tergolong dalam penyimpangan minor dan

mayor.

Konstruksi, kondisi dan kebersihan langit-langit termasuk dalam butir

penilaian pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999)

sedangkan pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005)

kebersihan langit-langit tidak termasuk dalam butir penilaian, tetapi penilaian

lebih terpusat pada konstruksi dan kondisi langit-langit.

Aspek kondisi gudang kering dan aspek peralatan produksi tidak

memerlukan perbaikan bila dinilai dengan formulir pemeriksaan sarana

pengolahan (BPOM, 1999), sedangkan bila dinilai dengan draft revisi formulir

pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) ditemukan penyimpangan mayor yaitu

kurangnya ventilasi pada gudang dan tidak adanya program pemantauan untuk

membuang wadah dan peralatan yang sudah rusak/ tidak digunakan.

Aspek lingkungan, penanganan limbah dan pengendalian hama, yang

56
isinya hampir sama dengan aspek hama lingkungan; memerlukan 1 perbaikan

ringan pada penggunaan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM,

1999). Pada penggunaan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM,

2005) ditemukan penyimpangan mayor dan serius yaitu adanya binatang

peliharaan pada sekitar area produksi dan tidak adanya katup pada pipa

pembuangan untuk menghalangi aliran air ke dalam pabrik.

Aspek sanitasi sarana pengolahan memerlukan perbaikan menurut

formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) yaitu tidak adanya unit

khusus untuk khusus untuk mencuci dan membersihkan sarana pengolahan;

Tetapi tidak ada penyimpangan menurut draft revisi formulir pemeriksaan

CPMB (BPOM, 2005), karena lebih menekankan pada program sanitasi,

dilakukannya sanitasi sebelum peralatan digunakan dan metoda yang benar

dalam sanitasi. Perlakuan sanitasi ini dilakukan oleh masing-masing unit kerja

sehingga tidak memerlukan unit khusus.

Dalam aspek tindakan pengawasan proses produksi terdapat perbaikan

pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) yaitu tidak

diterapkannya program HACCP dalam proses produksi dan tidak adanya

perlakuan khusus pada bahan tambahan pangan sebelum digunakan. Pada

draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), tidak didapati

penyimpangan karena butir penggunaan bahan tambahan pangan

menyebutkan jenis BTP harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C. Penyusunan Draft SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure)


dan Daftar Isian (checklist) Penilaian SSOP

PT. Libe Bumi Abadi sebelumnya belum memiliki SSOP dan daftar isian

sebagai panduan tertulis untuk pelaksanaan CPMB dalam proses produksi.

Untuk membantu PT. LBA dalam penerapan GMO, maka draft SSOP dan draft

daftar isian telah disusun berdasarkan empat kelompok yang dikategorikan

57
sebagai kelompok utama dari 17 aspek yang tercantum pada draft revisi

formulir pemeriksaan oleh BPOM. Rincian draft SSOP dan daftar isian yang

telah disusun dapat dilihat pada Lampiran 8–21. Empat kelompok tersebut

adalah: (1) gedung dan fasilitas pabrik; (2) mesin dan peralatan; (3) tenaga

kerja; dan (4) pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan. Daftar

SSOP dan daftar isian yang telah disusun untuk PT. Libe Bumi Abadi dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15: Daftar Draft SSOP dan daftar isian yang disusun untuk PT. Libe Bumi Abadi

Kelompok
No No. Dokumen Deskripsi
utama
SSOP Perawatan gedung dan fasilitas
1 LBA/SSOP/01
pabrik
Gedung dan CL Pembersihan halaman bagian luar
fasilitas 2 LBA/CL/01-001
pabrik
pabrik
3 LBA/CL/01-002 CL Pembersihan gudang
4 LBA/CL/01-003 CL Pembersihan kamar mandi/ toilet
5 LBA/SSOP/02 SSOP Mesin dan fasilitas produksi
Mesin dan 6 LBA/CL/02-001 CL Sanitasi dan pemeliharaan mesin
peralatan 7 LBA/CL/02-002 CL Permintaan perbaikan mesin
8 LBA/CL/02-003 CL Jadwal pemeliharaan mesin
9 LBA/SSOP/03 SSOP Tenaga kerja
CL Pemeriksaan rutin higienis tenaga
Tenaga kerja 10 LBA/CL/03-001
kerja
11 LBA/CL/03-002 CL Daftar hadir

Pengendalian SSOP Pengendalian hama dan


12 LBA/SSOP/04
hama dan manajemen limbah
manajemen 13 LBA/CL/04-001 CL Laporan pengendalian hama
limbah 14 LBA/CL/04-002 CL Jadwal pembuangan sampah

Pedoman sanitasi ini dianjurkan untuk diterapkan di tempat produk atau

bahan baku disimpan, diproses atau dikemas, termasuk tempat penyimpanan

bahan kemasan. Semua karyawan, baik karyawan tetap maupun karyawan

tidak tetap (kontrak, harian, pihak ketiga yang dipekerjakan dalam lingkungan

pabrik) dianjurkan untuk mengetahui SSOP sesuai dengan bidang dan

tanggung jawab pekerjaannya. Penanggung jawab proses produksi perlu

58
melakukan sosialisasi kepada karyawan dan setiap orang yang terlibat untuk

menyamakan pengertian dan persepsi mengenai prosedur sanitasi dan cara

pengisian daftar isian.

Dalam proses pembahasan dan peninjauan ulang SSOP dan daftar

isian yang telah disusun, dilakukan Focus Group Discussion yang merupakan

metoda kualitatif dalam pengumpulan data; merupakan diskusi kelompok

dengan bimbingan seorang fasilitator, dimana semua anggota dapat berbicara

mengenai sebuah topik dengan bebas dan spontan. FGD dalam hal ini terdiri

atas beberapa orang yang ahli atau yang berpengalaman dalam penerapan

GMP dan prosedurnya. Anggota FGD (disusun berdasarkan institusi/

organisasi) dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16: Anggota FGD untuk SSOP PT. Libe Bumi Abadi

Intitusi/
Nama Jabatan/ Posisi
Organisasi
Kepala Seksi Jaringan Pemasaran
Anggota 1 DKP
Direktorat Pemasaran Dalam Negeri
Staff Direktorat Pemberdayaan
Anggota 2 DKP
Masyarakat Pesisir
Anggota 3 Pemilik pabrik PT. LBA
Anggota 4 Chewy and Deposited Area Manager PT. PVMI
ISO Document Controller and Cost
Anggota 5 PT. PVMI
Saving Engineer
Anggota 6 ISO/ HACCP Area Manager PT. PVMI
Anggota 7 Quality Control Area Manager PT. PVMI

Beberapa perubahan dan penyesuaian diterapkan pada draft SSOP

dan daftar isian yang telah disusun agar dapat lebih lebih mudah dimengerti

oleh para pihak yang berkepentingan sehingga SSOP dan daftar isian lebih

mudah diterapkan. Penyusunan kalimat juga diatur agar tidak ada persepsi

yang berbeda saat membaca topik yang sama.

Pada dasarnya tidak banyak dilakukan perubahan pada draft SSOP dan

59
checklist yang disusun, karena 4 aspek utama yang menjadi landasan

penyusunan SSOP dinilai cukup mewakili untuk menjaga sanitasi selama

proses produksi. Hasil FGD dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17: Hasil FGD terhadap SSOP dan daftar isian yang telah disusun

No Deskrispi Usulan perbaikan


• Perbaikan ejaan/ ketikan
• Perbaikan format dan penggunaan bahasa
1 Umum • Pembuatan panduan mengenai deskripsi
pekerjaan dan hirarki tanggung jawab dalam PT.
LBA.
SSOP Perawatan Menyederhanakan beberapa prosedur mengenai
2 gedung dan fasilitas perawatan gedung agar lebih sesuai dengan industri
pabrik kecil.
SSOP Mesin dan
3 Penambahan daftar isian jadwal pemeliharaan mesin
fasilitas produksi
Penjabaran kewajiban karyawan dalam menjaga
sanitasi didalam lingkungan produksi, misalnya
4 SSOP Tenaga kerja
mengenai penggunaan seragam, perhiasan,
kosmetik, dll
SSOP Pengendalian
Dijelaskan lebih spesifik mengenai pengendalian jenis
5 hama dan
hama tertentu dan tindakan pencegahannya
manajemen limbah

Berdasarkan hasil FGD, dilakukan penyederhanaan prosedur mengenai

perawatan gedung agar lebih aplikatif dan sesuai dengan industri kecil,

penjabaran kewajiban karyawan dalam proses sanitasi, penjelasan mengenai

pengendalian hama dan penambahan daftar isian. Pembuatan panduan

mengenai hirarki dan tanggung jawab tidak dijabarkan lebih lanjut karena

merupakan topik tersendiri dalam sistim manajemen mutu.

Dalam FGD juga dianjurkan mengenai pengendalian mutu internal dan

dibuat pula SOP (Standard Operating Procedure) atau prosedur operasional

standar tentang deskripsi pekerjaan dalam organisasi dan penerimaan bahan

mentah. PT. LBA sudah memiliki prosedur umum mengenai karyawan,

pengendalian mutu, prosedur pelacakan dan dokumentasi, tetapi belum secara

spesifik menjelaskan mengenai prosedur sanitasi, oleh karena itu SSOP

60
disusun sebagai panduan penerapan GMP.

Uji coba penerapan SSOP belum dapat dilakukan karena kendala-

kendala teknis antara lain: (1) produksi yang belum kontinu atau masih

tergantung order; (2) adanya beberapa perbaikan dan modifikasi mesin untuk

dapat memproduksi dengan volume yang lebih besar; dan (3) pemimpin

perusahaan masih mengerjakan hal-hal ekternal yaitu perluasan dan

pemasaran produk, sehingga belum dapat fokus kepada pelaksanaan teknis di

proses produksi.

D. Pengembangan Organisasi PT. Libe Bumi Abadi

Untuk dapat mengoptimalkan penerapan dan pengawasan pelaksanaan

GMP dan SSOP, perusahaan disarankan melakukan pengembangan

organisasi, yaitu adanya pembagian tugas untuk urusan internal (bagian

operasional: lingkungan pengolahan, produksi, pengendalian mutu,

pengawasan sanitasi, karyawan, dll) dan urusan eksternal (bagian administrasi:

marketing, urusan legal, dokumentasi, dll). Usulan struktur organisasi dapat

dilihat pada Gambar 22.

Direktur/
Kepala Pabrik

Kepala bagian Kepala bagian


operasional administrasi

Staff/ operator Staff/ operator

Gambar 22: Usulan struktur organisasi untuk PT. LBA

Pembagian tugas ini disarankan agar setiap fungsi dalam organisasi

dapat lebih fokus dan terarah dalam pengendalian proses produksi dan

manajemen administrasi.

61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kajian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. PT. Libe Bumi Abadi meskipun merupakan industri kecil yang baru

tumbuh, tetapi telah menerapkan GMP/ CPMB dalam kegiatan

produksinya, walaupun belum memiliki prosedur resmi (SSOP).

2. PT. LBA belum memiliki panduan untuk penerapan GMP dalam

proses produksi, maka telah disusun draft SSOP dan daftar isian

untuk dapat ditindaklanjuti dengan uji coba sebelum diterapkan

secara teratur.

3. Hasil penilaian GMP/ CPMB menurut formulir pemeriksaan sarana

pengolahan (BPOM, 1999) dikategorikan dalam mutu 3 dengan

nilai K (kurang); sedangkan menurut cara penilaian draft revisi

formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dikategorikan dalam

rating III, dengan hasil C (cukup). Perbedaan ini disebabkan

terutama karena jumlah butir penilaian, cara penentuan nilai dan

jumlah kelas mutu yang berbeda.

B. Saran

Dari kajian ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perusahaan perlu memperbaiki aspek-aspek GMP: (1) desain

ruang pengolahan: perbaikan konstruksi dinding, modifikasi plavon,

penghilangan sudut pada pertemuan antara dinding dan lantai, atau

antara dinding dan dinding, penambahan ventilasi, dan

penambahan pelindung atau penutup lampu di ruang produksi; (2)

fasilitas pabrik: peringatan pembuangan sampah, peringatan

pencucian tangan, dan penanganan sampah; (3) peralatan


produksi: pemantauan untuk membuang wadah yang sudah rusak/

tidak digunakan; (4) tindakan pengawasan: pengujian efektivitas

prosedur pelacakan dan penarikan produk.

2. Untuk menilai penerapan GMP pada sarana pengolahan, terutama

pada industri kecil menengah, penggunaan draft revisi formulir

pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) lebih disarankan dibandingkan

formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), karena

poin penilaian yang lebih jelas, rinci dan mudah dimengerti. Selain

itu, IKM juga mendapatkan manfaat dari penilaian karena dapat

mengetahui aspek-aspek yang harus dikembangkan dan diperbaiki

secara jelas.

3. Revisi dan penyesuaian draft SSOP dan daftar isian yang telah

disusun dapat dilakukan setelah uji coba dan dilanjutkan secara

berkesinambungan sejalan dengan berkembangnya perusahaan

dalam skala produksi, tenaga kerja, maupun teknologi.

4. Disarankan kepada PT. Libe Bumi Abadi untuk dapat menerapkan

sistem pengendalian mutu internal. Beberapa keuntungan yang

didapat bila hal ini dilakukan, antara lain: (a) menghemat biaya

pemeriksaan oleh badan sertifikasi; (b) tindakan koreksi dapat

segera dilakukan bila ditemukan penyimpangan dalam proses,

sehingga meminimalisir kerugian yang mungkin dapat ditimbulkan;

(c) dapat memberikan jaminan bahwa telah dilakukan pengendalian

mutu dari seluruh dan proses dalam tahapan produksi.

5. Untuk mengoptimalkan penerapan GMP dan SSOP, perusahaan

disarankan melakukan pengembangan organisasi, yaitu

memisahkan pembagian tugas untuk untuk urusan internal dan

urusan eksternal.

63
DAFTAR PUSTAKA

(Anonim). 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun


2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Astawan. 2006. Mari Kita Santap Lidah Buaya. Jakarta: Kompas 9 Januari
2006.

[BPOM-RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 1996.


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang
Pangan.

[BPOM-RI]. 1999a. Pedoman Pemeriksaan Sarana Pengolahan Makanan


Kaleng Berasam Rendah. Direktorat Pengawasan Makanan dan
Minuman Republik Indonesia.

[BPOM-RI]. 1999b. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sarana Pengolahan


Makanan Kaleng Berasam Rendah. Direktorat Pengawasan Makanan
dan Minuman Republik Indonesia.

[BPOM-RI]. 2005a. (draft) Pedoman Pemeriksaan Sarana Pengolahan Saus


Dalam Botol. Direktorat Inspeksi Dan Sertifikasi Pangan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

[BPOM-RI]. 2005b. (draft) Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sarana Pengolahan


Saus Dalam Botol. Direktorat Inspeksi Dan Sertifikasi Pangan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

[CAC] Codex Allimentarius Commision. 2006. Codex General Standard for


Food Additives Rev 7. Codex stan 192-1995

Dinas Urusan Pangan Pontianak. 2005. Pontianak Aloe Centre.


http://pemkot.pontianak.go.id/aloe/pertama.hmtl. 10 Maret 2006.

[EU] Europe United. 1993. Europe United Directive 93/43/EEC on the Hygiene
of Foodstuffs. June 14,1993.

[FSP-WHO] Food Safety Programe – World Heath Organization. 1999. Report


of WHO Consultation – Strategy for Implementing HACCP in Small
and/or Less Developed Businesses. WHO.

Ika. 2005. Minuman Lidah Buaya: Minuman Ratu dan Raja. Republika: 25 April
2005.

Lund et al. di dalam H. Thaheer. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard


Analysis and Critical Control Points). PT. Bumi Aksara.

Menteri Kesehatan RepubIik Indonesia. 1978. Keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor: 23/Men.Kes/SK/I/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Yang
Baik Untuk Makanan tertanggal 24 Januari 1978.

Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.


IPB Press.

64
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Points). PT. Bumi Aksara.

[US-FDA] United States – Food and Drug Administration. 1986. Part 110-
Federal Government Rules And Regulations For Good Manufacturing
Practices. US Department of Health and Human Services, College
Park, MD 20740.

[US-FDA] United States – Food and Drug Administration. 2005a. 21 CFR Part
110 - Current Good Manufacturing Practice In Manufacturing,
Packing, or Holding Human Food. US Department of Health and
Human Services, College Park, MD 20740..

[US-FDA] United States – Food and Drug Administration. 2005b. Food Code
2005. US Department of Health and Human Services, College Park,
MD 20740.

[US-FDA] United States – Food and Drug Administration. 2005c. Managing


Food Safety: A Manual for the Voluntary Use of HACCP Principles for
Operators of Food Service and Retail Establishment. US Department
of Health and Human Services, College Park, MD 20740.

Winarno, F.G. dan Surono. 2004. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik.
Bogor: M-brio Press, cetakan 2.

Yohanes K. 2005. Olahan Lidah Buaya. Trubus Agrisarana.

65
Lampiran 1: Peta Lokasi PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 2: Denah Ruang Produksi Jus Lidah Buaya
Lampiran 3: Denah Ruang Produksi Teh Celup
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999)

(Sumber: [BPOM-Depkes RI]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999.


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sarana Pengolahan Makanan Kaleng Berasam
Rendah. Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Republik Indonesia)

PEMERIKSAAN SARANA PENGOLAHAN


MAKANAN DAN MINUMAN

Jenis industri: Manufaktur

Nama dan alamat perusahaan: Tahun berdiri: 2005

PT. LIBE BUMI ABADI


Jl. Langgar Raya No.7 RT.12/RW. 05
Jumlah karyawan:
Kelurahan Pondok Bambu,
Kecamatan Duren Sawit Pekerja tetap : 5 orang
Jakarta Timur.
Pekerja tidak tetap :15 orang

Produk: Nomor registrasi:


-
 Jus lidah buaya merek Libe
 Minuman lidah buaya merek Libe
 Minuman sari lidah buaya merek Libe
 Teh Hijau dengan lidah buaya merek
Libe
 Bubuk aloe vera
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

Isi dengan: B=Baik, S=Sedang, K=Kurang


) pada pertanyaan dengan jawaban “ya”
Beri tanda (

A. MANAJEMEN KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Pemahaman perlunya
B pengawasan makanan 1. Apakah pimpinan perusahaan serta para 
dan minuman manajernya memahami perlunya pengawasan
makanan dan minuman?
B
2. Kerjasama dengan
pengawas makanan 2. Apakah mereka mau bekerjasama dalam
melancarkan kegiatan pemeriksaan ini? 
HASIL PENILAIAN B

B. LINGKUNGAN SARANA
PENGOLAHAN DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGENDALIANNYA

B 1. Tanaman liar
1. Apakah lingkungan sarana pengolahan terawat
baik, bebas dari tumbuhan dan tanaman liar? 
B 2. Kebersihan
2. Apakah halaman di sekitar sarana pengolahan 
B 3. Tempat sampah bersih, bebas dari sampah?
3. Tersediakah tempat sampah yang cukup? 
B 4. Drainase air permukaan
4. Apakah drainasi berupa selokan air cukup 
tersedia di sekitar sarana pengolahan?
B 5. Tanki septik
5. Tersediakah tanki septik untuk toilet? 
HASIL PENILAIAN B

C. HAMA LINGKUNGAN KETERANGAN PEMERIKSAAN

B 1. Binatang pengerat
1. Apakah lingkungan sarana pengolahan bebas
dari binatang pengerat dan sejenisnya? 
B 2. Serangga 2. Apakah lingkungan sarana pengolahan bebas
dari serangga seperti lalat, kecoa dan 
sejenisnya?
S 3. Hewan ternak/ peliharaan
3. Apakah lingkungan sarana pengolahan bebas
dari hewan ternak atau hewan peliharaan? -
HASIL PENILAIAN B
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

D. KONDISI UMUM SARANA


KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGOLAHAN

B 1. Kondisi bangunan
1. Apakah kondisi bangunan secara keseluruhan
baik? 
B 2. Anti binatang pengerat
2. apakah bangunan dibuat dengan rancangan 
S 3. Anti serangga tidak dimasuki binatang pengerat?
3. Apakah bangunan dibuat dengan rancangan -
B
4. Kesesuaian dengan tidak dimasuki serangga?
kegunaan
4. Apakah bangunan cukup luas untuk melakukan 
B 5. Perawatan bangunan kegiatan pengolahan?
5. Apakah bangunan dirawat dengan baik? 
HASIL PENILAIAN B

E. RUANG PENGOLAHAN KETERANGAN PEMERIKSAAN

B 1. Konstruksi lantai 1. Apakah konstruksi lantai memenuhi syarat:


kekuatan, kemiringan, tidak licin, dan mudah 
dibersihkan?

S 2. Kebersihan lantai 2. Kebersihan lantai:


 Apakah cukup drainase untuk membuang -
kotoran di lantai?
S 3. Konstruksi dinding  Apakah ada alat penyedot debu atau
sejenisnya untuk membuang kotoran dari 
lantai (untuk ruang pengolahan kering)?
 Apakah lantai bersih dari debu, lendir dan 
B 4. Kebersihan dinding kotoran lainnya?
3. Apakah konstruksi dinding memenuhi syarat:
kekuatan, tidak porus, dan mudah dibersihkan
-
B 5. Konstruksi langit-langit serta dengan sudut higienik?
4. Apakah dinding bersih dari debu, lendir, noda 
hitam jamur, dan kotoran lainnya?
B 6. Kebersihan langit-langit 5. Apakah konstruksi langit-langit memenuhi
syarat: kekuatan dan mudah dibersihkan? 
6. Apakah langit-langit bersih dari debu, sarang 
HASIL PENILAIAN B labah-labah dan kotoran lainnya?
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

F. KELENGKAPAN SARANA
KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGOLAHAN

1. Tersediakah sarana pencucian, khususnya


sarana cuci tangan dalam jumlah cukup di
B 1. Sarana pencucian dalam ruang pengolahan? 

2. Toilet:
 Tersediakah sarana toilet dalam jumlah
cukup di ruang pengolahan? 
S 2. Toilet  Apakah toilet terletak cukup jauh untuk
tidak mencemari ruang pengolahan? -

3. Penyinaran:
 Apakah ruang pengolahan cukup terang
K 3. Penyinaran bagi karyawan untuk melakukan tugasnya 
dengan baik dan teliti?
 Apakah semua lampu terlindungi dengan
penutup yang aman (safety fixture)? -
4. Ventilasi:
S 4. Ventilasi
 Tersediakah cukup ventilasi untuk menjaga
agar udara di dalam ruang pengolahan -
tetap segar?
 Apakah ventilasi tersebut terjaga dalam
keadaan bersih, tidak berdebu atau tidak 
B 5. Kotak PPPK dipenuhi sarang labah-labah?
5. Kotak PPPK:
 Tersediakah kotak PPPK dalam jumlah 
cukup di ruang pengolahan?
HASIL PENILAIAN S  Apakah kotak PPPK tersebut berisi obat-
obatan secara lengkap? 
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

G. PENANGANAN LIMBAH KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Limbah padat:
B
1. Penanganan limbah
padat  Tersediakah unit penanganan limbah padat
seperti tempat sampah, truk sampah, 
tempat pembakaran sampah tertutup
(incinerator) di area pabrik?
 Apakah unit-unit ini berjalan sebagaimana 
B 2. Penanganan limbah cair mestinya?
2. Limbah cair:
 Tersediakah unit penanganan limbah cair
seperti unit filtrasi atau kolam aerasi di area 
pabrik?
HASIL PENILAIAN B
 Apakah unit-unit ini berjalan sebagaimana 
mestinya?

H. SANITASI SARANA
KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGOLAHAN

B
1. Sarana pembersihan
pabrik 1. Sarana pembersihan pabrik:
 Tersediakah unit khusus untuk mencuci dan

membersihkan sarana pengolahan?
B 2. Frekuensi  Apakah unit ini berjalan sebagaimana 
mestinya?
2. Apakah kegiatan pembersihan dilakukan cukup
sering untuk dapat menjaga agar ruang 
B 3. Efektifitas pengolahan tetap bersih?
3. Apakah kegiatan pencucian cukup efektif dalam
menjaga agar ruang pengolahan tetap bersih? 

B 4. Deterjen dan desinfektan 4. Deterjen dan desinfektan:


 Tersediakah deterjen dan desinfektan untuk
kegiatan pencucian ini? 
 Apakah deterjen dan desinfektan tersebut
HASIL PENILAIAN B dari jenis yang direkomendasikan? 
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

I. HAMA DI DALAM SARANA


KETERANGAN PEMERIKSAAN
PENGOLAHAN

B 1. Tikus 1. Apakah sarana pengolahan bebas dari tikus 


atau kotorannya?
2. Apakah sarana pengolahan bebas dari lalat 
B 2. Lalat yang beterbangan?
3. Apakah sarana pengolahan bebas dari hewan -
S 3. Hewan peliharaan peliharaan atau kotorannya?
4. Apakah sarana pengolahan bebas dari hama 
lainnya?
B 4. Hama lainnya
5. Pengendalian hama:
 Apakah dilakukan fumigasi atau cara 
B 5. Pengendalian hama pengendalian hama lainnya di dalam
sarana pengolahan?
 Apakah cara pengendalian hama tersebut 
HASIL PENILAIAN B dilakukan dengan baik?

J. PERALATAN KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Sanitasi:
B 1. Sanitasi
 Apakah peralatan yang digunakan dalam
keadaan baik dan bersih? 
B 2. Rancangan  Apakah peralatan yang digunakan
dirancang secara higienik dan mudah 
dibersihkan?

B 3. Kecanggihan peralatan 2. Apakah ada jadwal pemeliharaan dan


pembersihan yang tetap terhadap peralatan 
yang digunakan?

B 4. Peralatan bekas 3. Apakah peralatan yang digunakan dapat 


dikategorikan canggih?
4. Apakah peralatan bekas yang sudah tidak
HASIL PENILAIAN B dipakai lagi disimpan pada tempat yang 
sesuai?
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

K. SUPLAI AIR KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Sumber air:
 Apakah suplai air berasal dari sumber yang 
B 1. Sumber air aman?
 Apakah suplai air dari sumber tersebut
jumlahnya cukup untuk memenuhi 
kebutuhan pencucian, pengolahan dan
penanganan limbah?
 Apakah ada tindakan pengamanan
B 2. Perlakuan terhadap air terhadap sumber air? 
2. Perlakuan terhadap air:
 Apakah air diberi perlakuan terlebih dahulu
sebelum digunakan seperti penjernihan dan 
klorinasi?
B 3. Pengujian air  Apakah perlakuan terhadap air tersebut
telah memenuhi syarat untuk menghasilkan 
air yang bersih?
3. Pengujian air:
 Apakah ada unit yang bertugas menguji 
mutu air yang digunakan di pabrik?
HASIL PENILAIAN B  Apakah unit tersebut bekerja sebagaimana 
mestinya?
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

L. HIGIENE KARYAWAN KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Apakah karyawan mengerti tentang tujuan


1. Pengertian karyawan praktek-praktek hygiene di pabrik?
B
tentang hygiene

2. Instruksi hygiene:
 Apakah karyawan diinstruksikan untuk
melakukan praktek-praktek hygiene ini?

 Apakah karyawan memperoleh latihan di
B 2. Instruksi higiene
dalam melaksanakan instruksi tentang
praktek-praktek hygiene ini? 

3. Pakaian dan tutup kepala:


 Apakah pakaian luar karyawan rapih dam 
B 3. Pakaian dan tutup kepala bersih?
 Apakah karyawan menggunakan tutup
kepala pada saat dia bekerja? 
 Apakah perhiasan dan sejenisnya dilepas
pada saat karyawan bekerja? 
B
4. Masker dan sarung
tangan
4. Apakah karyawan menggunakan masker dan
sarung tangan pada saat menangani bahan 
pangan?
5. Apakah karyawan selalu mencuci tangannya
B 5. Pencucian tangan sebelum dia kembali bekerja? 
6. Kesehatan karyawan:
 Apakah karyawan dalam keadaan sehat
serta bebas dari sumber infeksi seperti 
B 6. Kesehatan karyawan batuk dan penyakit kulit?
 Apakah karyawan yang sakit diharuskan
istirahat sampai yang bersangkutan 
sembuh kembali?

B 7. Pelaksanaan praktek- 7. Pelaksanaan praktek higiene:


praktek higiene
 Apakah praktek-praktek higiene secara
umum sudah diterapkan oleh seluruh 
karyawan di pabrik?
 Apakah supervisor menyadari akan
HASIL PENILAIAN B tanggung jawabnya memantau praktek- 
praktek higiene para karyawan di pabrik?
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

M. GUDANG BERSUHU
KETERANGAN PEMERIKSAAN
KAMAR

1. Penyusunan gudang:
B 1. Penyusunan gudang
 Apakah gudang disusun teratur sehingga
barang, baik bahan baku maupun produk 
menjadi mudah ditangani?
B 2. Kebersihan gudang
 Apakah bahan-bahan berbahaya disimpan
tersendiri di dalam gudang khusus? 
B 3. Hama binatang pengerat 2. Apakah gudang dalam keadaan bersih, bebas
dari debu, sarang labah-labah dan kotoran 
lainnya?
B 4. Hama serangga 3. Apakah gudang bebas dari binatang pengerat 
seperti tikus atau kotorannya?
4. Apakah gudang bebas dari serangga sepertu 
HASIL PENILAIAN B
lalat, kecoa, dan sejenisnya?

N. GUDANG BERPENDINGIN KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Penyusunan gudang 1. Penyusunan gudang:


 Apakah gudang disusun teratur sehingga
barang, baik bahan baku maupun produk tb
2. Kebersihan gudang menjadi mudah ditangani?
 Apakah bahan-bahan berbahaya disimpan
tb
tersendiri di dalam gudang khusus?

3. Hama binatang pengerat 2. Apakah gudang dalam keadaan bersih, bebas


dari debu, sarang labah-labah dan kotoran tb
lainnya?
3. Apakah gudang bebas dari binatang pengerat tb
4. Hama serangga seperti tikus atau kotorannya?
4. Apakah gudang bebas dari serangga sepertu
tb
lalat, kecoa, dan sejenisnya?
5. Kelengkapan peralatan 5. Apakah unit pendingin dilengkapi dengan
peralatan pengendali suhu yang memadai tb
seperti kipas, thermometer, dan thermostat?
6. Waktu tunggu 6. Apakah bahan atau produk pangan yang
mudah rusak tidak terlalu lama menunggu tb
sebelum dimasukkan ke gudang?
HASIL PENILAIAN -
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

O. GUDANG BAHAN
KETERANGAN PEMERIKSAAN
KEMASAN

B 1. Penyusunan gudang 1. Apakah gudang disusun teratur sehingga



bahan kemasan mudah ditangani?
B 2. Kebersihan gudang 2. Apakah gudang dalam keadaan bersih, bebas
dari debu, sarang labah-labah dan kotoran 
B 3. Hama binatang pengerat lainnya?
3. Apakah gudang bebas dari binatang pengerat
B 4. Hama serangga seperti tikus atau kotorannya? 
4. Apakah gudang bebas dari serangga sepertu 
HASIL PENILAIAN B lalat, kecoa, dan sejenisnya?

P. TINDAKAN PENGENDALIAN KETERANGAN PEMERIKSAAN

1. Bahan mentah
B 1. Bahan mentah  Apakah bahan mentah ditangani secara
hati-hati sehingga terhindar dari 
kontaminasi oleh mikroba, bahan
berbahaya, dan cemaran lainnya?
 Apakah ada upaya untuk selalu memakai 
bahan mentah yang baik mutunya?
S 2. Bahan tambahan pangan
2. Bahan tambahan pangan
 Apakah ada penanganan khusus terhadap -
bahan tambahan pangan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaannya?
S 3. Proses pengolahan  Apakah ada upaya untuk selalu mengecek
bahwa bahan tambahan pangan yang

digunakan termasuk yang diijinkan?
3. Proses pengolahan
 Apakah proses pengolahan selalu dicek
B 4. Produk akhir agar selalu dilakukan dengan benar? 
 Apakah dilakukan HACCP (Hazard Analysis
and Critical Control Points) terhadap
pengolahan yang dilakukan? -

4. Produk akhir
B 5. Pengiriman
 Apakah produk akhir ditangani dengan
benar sehingga terhindar dari kontaminasi 
silang, baik dari mikroba, bahan berbahaya,
dan cemaran lainnya?
 Apakah produk akhir selalu diuji mutunya? 
HASIL PENILAIAN B
5. Apakah produk akhir didistribusikan melalui 
sarana pengiriman yang memadai?
Lampiran 4 : Hasil pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan
minuman (BPOM, 1999) (lanjutan)

Q. PENGEMASAN DAN
KETERANGAN PEMERIKSAAN
PELABELAN

B 1. Jenis kemasan 1. Apakah bahan kemasan terbuat dari bahan 


yang diijinkan untuk makanan?
B 2. Label pada kemasan 2. Apakah label dibuat sesuai dengan peraturan 
pelabelan yang berlaku?
B 3. Kode pada kemasan
3. Apakah tercantum kode produksi pada
kemasan atau labelnya?

B 4. Waktu daluwarsa
4. Apakah tercantum waktu daluwarsa produk 
HASIL PENILAIAN B pada kemasan?
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan
(BPOM, 2005)

(Sumber: [BPOM-RI]. 2005. (Draft) Pedoman Pemeriksaan Sarana Pengolahan


Saus Dalam Botol. Direktorat Inspeksi Dan Sertifikasi Pangan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia)

NO. URUT/TAHUN: I/ 2007 NO. DOKUMEN : GMP/LBA/01/07

Dasar pemeriksaan : Penilaian penerapan GMP No. Surat: -


Tujuan pemeriksaan : ................................
 Rutin  Prasyarat HACCP  Kasus
 Registrasi  Labelisasi halal 
 dan lain-lain
Penilaian penerapan
 Sertifikasi  Tindak lanjut
GMP
Beri tanda () yang dimaksud

A. DATA UMUM

1 a Nama perusahaan a PT. LIBE BUMI ABADI


b Nama pemilik/ pimpinan b Ir. Suharman Wijaya Saputra
2 Alamat
a Kantor pusat a Jl. Langgar Raya No.7 RT.12/RW. 05 Kelurahan
Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit
Jakarta Timur.
b Unit pengolahan b Jl. Langgar Raya No.7 RT.12/RW. 05 Kelurahan
Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit
Jakarta Timur.
3 a Ijin perusahaan a -
b Jenis perusahaan b Manufaktur
c Golongan pabrik c -
d Jumlah karyawan d 20 orang (5 tetap, 15 tidak tetap)
4 Nomor-nomor registrasi
a Terdaftar (MD) a BPOM RI MD 253409001412
BPOM RI MD 253409002412
BPOM RI MD 253409003412
BPOM RI MD 253409004412
b No. SP b -
5 a Tahun unit pengolahan a 2005
didirikan
b Mulai operasi b Juni 2006
6 Kapasitas unit pengolahan 20 ton/hari
7 Produksi rata-rata per hari ton/hari
8 Jenis produk pangan a Bahan baku industri
b Konsumsi
c --
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

9 Pemasaran hasil ke
a Luar negeri Jenis produk Negara %
- - -
- - -
- - -
b Dalam negeri Jenis Produk %
Jus Lidah Buaya 95.00
Minuman Lidah Buaya 4.75
Teh hijau dengan Lidah Buaya 0.20
Bubuk Aloe Vera 0.05
10 Merk produk a Jus lidah buaya merek Libe
b Minuman lidah buaya merek Libe
c Minuman sari lidah buaya merek Libe
d Teh Hijau dengan lidah buaya merek Libe
e Bubuk aloe vera
11 Jumlah karyawan Laki-laki Perempuan
pengolahan administrasi pengolahan administrasi
a Tenaga tetap 3 - 2 -
b Tenaga pengolahan 8 - 7 -
c Tenaga borongan - - - -
12 Penanggung jawab
a Unit pengolahan/ pabrik ( Ada / Tidak )* Nama : Ir. Suharman Wijaya Saputra
b Produksi ( Ada / Tidak )* Nama : Ir. Suharman Wijaya Saputra
c Mutu ( Ada / Tidak )* Nama : Ir. Suharman Wijaya Saputra
d Sanitasi dan higiene ( Ada / Tidak )* Nama : Ir. Suharman Wijaya Saputra
13 Asal bahan baku a Hasil pemanenan dari perusahaan sendiri/ anak
perusahaan
Nama perusahaan :
-
Jenis/spesies bahan baku :
Aloe barbadensis
Alamat:
Banjarnegara, Purwokerto, Ciawi, Leuwiliang,
Cijeruk, Bantar Kambing
Ket: Perkebunan inti plasma.
b Hasil pembelian dari perusahaan lain
Nama perusahaan :
-
Jenis/spesies bahan baku :
-
Alamat:
-
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

c Hasil pembelian dari pemasok/supplier


Nama anak perusahaan :
Koperasi petani lidah buaya Kalimantan Barat
Jenis/spesies bahan baku :
Aloe barbadensis
Alamat:
Kalbar, Pontianak
14 Es berasal dari (jika proses a Produksi sendiri dengan kapasitas --- ton/hari
produksi menggunakan es) Pembelian dari ---
b
c Bentuk es: (balok, curah, tube, dan lainnya)
15 Kebutuhan es rata-rata per hari --- ton/hari
(kalau ada)
16 Suplai air berasal dari a Air tanah yang diproduksi/ dibor sendiri
3
Kapasitas : 100 M /hari
Perlakuan:  pengendapan
 penyaringan gradual/ mikro
 penyaringan makro
 khlorin
 sterilisasi
 ultra violet
 ozon
b Air ledeng (dari perusahaan air minum)
3
Kapasitas -x- M /hari
Perlakuan:  pengendapan
 penyaringan gradual/ mikro
 penyaringan makro
 khlorin
 sterilisasi
 ultra violet
 ozon
17 Bahan tambahan lain yang a Natrium Benzoat
digunakan dan bahan tambahan
b -
pangan
c -
18 Sistem pengawetan a Pembekuan (Ya / Tidak)*
b Pendinginan (Ya / Tidak)*
c Pengalengan (Ya / Tidak)*
d Pengeringan (Ya / Tidak)*
e Pengolahan lain (Ya / Tidak)*
pasteurisasi
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

B. DATA PENGECEKAN CPMB SARANA PRODUKSI PANGAN

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

I. KETENTUAN UMUM
A. PIMPINAN / MANAJEMEN
Manajemen tidak mempunyai wawasan
1
tentang manajemen keamanan pangan.
X 
Tidak berkeinginan bekerjasama dengan
pengawas pangan, a.l. tidak menerima
2 pengawas dengan sepenuh hati dan tidak X 
mau menunjukkan data yang diperlukan
oleh pengawas.
B. SANITASI DAN HIGIENE KARYAWAN
Pembinaan karyawan
Manajemen unit pengolahan tidak memiliki
Tersedia kotak P3K
tindakan-tindakan yang efektif untuk
dengan isi lengkap;
mencegah karyawan yang diketahui
3
mengidap penyakit yang dapat
X  pekerja yang sedang
sakit tidak
mengkontaminasi produk (luka, TBC,
diperbolehkan bekerja
hepatitis, tipus, dsb).
Pelatihan pekerja dalam hal sanitasi dan
4
higiene tidak cukup.
X 
Tidak ada supervisor kesehatan dan
5
kebersihan karyawan.
X 
Perilaku karyawan
Perilaku karyawan tidak mampu
mengurangi dan mencegah kontaminasi
baik dari mikroba dan benda asing lainnya
6 (seperti pakaian kurang lengkap dan kotor, X 
meludah di ruang pengolahan, merokok,
kuku dengan cat kuku, kotor/ panjang dan
lain-lain).
Sanitasi karyawan
Disediakan seragam,
Pakaian kerja tidak dipakai dengan benar
7
dan tidak bersih.
X  topi, sarung tangan dan
masker.
Tidak ada pengawasan dalam sanitasi,
pencucian tangan dan kaki sebelum masuk
8
ruang pengolahan dan setelah keluar dari
X 
toilet.
Sumber infeksi
Karyawan tidak bebas dari penyakit atau
9 luka yang terbuka atau penyakit menular X 
lainnya.
II. BANGUNAN DAN FASILITAS
A. KONSTRUKSI DAN DESAIN BANGUNAN - UMUM
Rancang bangun, bahan-bahan atau
10 konstruksinya menghambat program X 
sanitasi.
Rancang bangun tidak sesuai dengan
11
pangan yang diproduksi.
X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Luas pabrik tidak sesuai dengan kapasitas


12
produksi.
X 
Dibersihkan setiap kali
13 Bangunan dalam keadaan tidak terawat. X  produksi
Tidak ada fasilitas atau usaha lain untuk
mencegah binatang atau serangga masuk
dalam pabrik (kisi-kisi, kasa penutup lubang Ada penghalang/ kasa
14
angin, tirai udara-air curtain, tirai plastik
X  untuk pencegahan tikus
atau tirai air - water curtain). Kalaupun ada,
tidak efektif.
Tata ruang tidak sesuai alur proses
15
produksi.
X  Sesuai alur proses

Tidak ada ruang istirahat, jika ada, tidak


16
memenuhi persyaratan kesehatan.
X 
B. KONSTRUKSI DAN DESAIN RUANG PENGOLAHAN
Ruang pengolahan berhubungan langsung/
17 terbuka dengan tempat tinggal, garasi dan X 
bengkel.
Lantai
Terbuat dari bahan yang tidak mudah
18
diperbaiki atau rusak.   keramik

Konstruksi tidak sesuai persyaratan teknik


19 sanitasi dan higiene (tidak rata, tidak kuat, X 
retak atau licin).
Bangunan standar
Pertemuan antara lantai dan dinding tidak
20
mudah dibersihkan (tidak ada lengkungan).  untuk industri rumah
tangga.
21 Kemiringan tidak sesuai X 
22 Tidak kedap air  
Dinding
Dinding tidak kedap air sampai pada
23
ketinggian minimal 1.70 m. 
Terbuat dari bahan yang tidak mudah
24
diperbaiki atau dicuci. 
Konstruksi tidak sesuai dengan persyaratan
25 higiene (tidak halus, tidak kuat, retak, cat 
mudah mengelupas).
Pertemuan antara dinding dan dinding tidak
26
mudah dibersihkan (tidak ada lengkungan). 
Langit-langit
Tidak ada langit-langit/ plavon di tempat
27
tertentu yang diperlukan.
X 
Langit-langit/ plavon tidak bebas dari
28 kemungkinan catnya mengelupas/ rontok 
atau ada kondensasi.
Tidak kedap air dan tidak mudah
29
dibersihkan. 
30 Tidak rata, retak, bocor, berlubang. X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Ketinggian 3m sampai
31 Ketinggian kurang dari 2.40 m. X  plafon
Penerangan
Intensitas cahaya penerangan tidak cukup
32
atau menyilaukan.
X 
• Ruang pengolahan:
20 fc (220 flux).
• Tempat
pemeriksaaan 50 fc
Lampu di ruang pengolahan, penyimpanan (540 flux)
33 material dan pengemasan tidak aman  • Tempat lain 10 fc
(tanpa pelindung). (110 flux)
Peralatan proses dalam
keadaan tertutup dalam
pelaksanaan proses
pengolahan
Ventilasi
Terjadi akumulasi kondensasi di atas ruang
34 pengolahan, pengemasan dan X 
penyimpanan bahan.
Terdapat kapang (mold), asap dan bau
35
yang mengganggu di ruang pengolahan
X 
C. GUDANG BIASA (KERING)
Tidak menggunakan tempat penyimpanan
seperti pallet, lemari, kabinet rak dan lain-
36
lain yang dibutuhkan untuk mencegah
X 
kontaminasi.
Metode penyimpanan bahan berpeluang
37
terjadinya kontaminasi.
X 
Fasilitas penyimpanan tidak bersih, tidak
38
saniter dan tidak dirawat dengan baik.
X 
Penempatan barang tidak teratur dan tidak
dipisahkan (penyimpanan bahan
39
pengemas dan bahan-bahan lain, kimia,
X 
dan bahan berbahaya lain).
Pencegahan serangga, tikus dan binatang lain
Tidak ada pengendalian untuk mencegah
40 serangga, tikus dan binatang pengganggu X 
lainnya di gudang.
Pencegahan serangga, burung, tikus dan
41
binatang lain tidak efektif.
X 
Ventilasi
Kurang ventilasi, hanya
42 Ventilasi tidak berfungsi dengan baik.  menggunakan kipas/
baling2.
D. GUDANG BEKU, DINGIN (APABILA DIGUNAKAN)
Kontrol sanitasi
Metode penyimpanan bahan-bahan
43
berpeluang terjadinya kontaminasi.
X 
Fasilitas penyimpanan tidak bersih, saniter
44
dan tidak dirawat dengan baik.
X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Tidak ada pemisahan barang secara


45
teratur.
X 
Pencegahan serangga, tikus dan binatang lain
Tidak ada pengendalian untuk mencegah
46 serangga, tikus dan binatang pengganggu X 
lainnya di gudang.
Pencegahan serangga, burung, tikus dan
47
binatang lain tidak efektif.
X 
Kontrol suhu
Produk beku tidak terlindung dari
48 X tb
peningkatan suhu.
Ruang penyimpanan tidak dilengkapi
49
dengan kontrol suhu, 
Ada bahan yang mengandung zat logam
50
disimpan dengan produk.
X 
Ruang penyimpanan produk tidak
51 dioperasikan pada suhu yang 
dipersyaratkan.
E. GUDANG KEMASAN DAN PRODUK
Kontrol sanitasi
Tidak menggunakan tempat penyimpanan
52 seperti pallet atau rak dan lain-lain yang X 
dibutuhkan untuk mencegah kontaminasi.
Tersimpan dalam
Metode penyimpanan bahan-bahan
53
berpeluang terjadinya kontaminasi.
X  wadah/ terbungkus
plastik
Fasilitas penyimpanan tidak bersih, tidak
54
saniter dan tidak dirawat dengan baik.
X 
Wadah atau pengemas tidak disimpan
55 pada tempat yang bersih, rapi, dan X 
terlindung dari kontaminasi.
56 Tidak terpisah pada tempat khusus. X 
Pencegahan serangga, tikus dan binatang lain
Tidak ada pengendalian untuk mencegah
57 serangga, tikus dan binatang pengganggu X 
lainnya di gudang.
Pencegahan serangga, burung, tikus dan
58
binatang lain tidak efektif.
X 
Ventilasi
59 Ventilasi tidak berfungsi dengan baik X 
F. SANITASI LOKASI
Lingkungan berada di lokasi tidak bebas
60
banjir (dekat sungai, rawa, dll)
X 
Lingkungan tidak bebas dari semak
61
belukar/ rumput liar.
X 
Lingkungan tidak bebas dari sampah, dan
62 barang-barang tak berguna di areal pabrik X 
maupun di luarnya.
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Tidak ada tempat sampah di sekitar


63 lingkungan pabrik atau tempat sampah X 
tetapi tidak dirawat dengan baik.
Bangunan yang digunakan untuk menaruh
64 perlengkapan tidak teratur, tidak teratur, X 
tidak terawat dan tidak mudah dibersihkan.
Ada tempat pemeliharaan hewan yang Memelihara unggas di
65 memungkinkan
kontaminasi.
menjadi sumber  perkarangan, tetapi ada
di dalam kandang.
Terdapat debu, asap, bau yang berlebihan
66 di jalanan, tempat parkir atau di sekeliling X 
pabrik
G. SANITASI LINGKUNGAN: PEMBUANGAN LIMBAH DI PABRIK
Sistem pembuangan limbah dalam pabrik (cair, sisa produk, padat/ kering)
67 Limbah cair tidak ditangani dengan baik. X 
Limbah cair dan padat
Limbah produksi atau sisa-sisa produksi diolah menjadi pupuk
68 tidak dikumpulkan dan tidak ditangani X  dengan menggunakan
dengan baik. mikroorganisme
tertentu.
Limbah kering/ padat tidak ditangani dan
69 dikumpulkan pada wadah yang baik dan X 
mencukupi jumlahnya untuk seluruh pabrik.
Konstruksi tempat pembuatan limbah tidak
70
selayaknya.
X 
Tempat sampah dalam pabrik
71 Jumlah tempat sampah tidak memadai. X 
Tempat/ wadah sampah tidak ada
72
penutupnya dan label yang jelas.
X 
Saluran/ pembuangan dalam pabrik
Sistem pembuangan limbah cair/ saluran
73
dalam pabrik kurang baik.
X 
Kapasitas saluran dalam pabrik tidak
74
mencukupi.
X 
Dinding saluran air tidak halus dan tidak
75
mencukupi.
X 
Saluran pembuangan tidak tertutup dan
76 tidak dilengkapi bak kontrol dan alirannya X 
terhambat oleh kotoran fisik.
Tidak dilengkapi dengan alat yang
77 mempunyai katup untuk mencegah 
masuknya air ke dalam pabrik.
H. SANITASI LINGKUNGAN: INVESTASI BURUNG, SERANGGA ATAU BINATANG LAIN
Tidak ada pengendalian untuk mencegah
78 serangga, tikus dan binatang pengganggu X 
lainnya di gudang.
Pencegahan serangga, burung, tikus dan
79
binatang lain tidak efektif.
X 
I. FASILITAS PABRIK
Fasilitas cuci tangan dan kaki
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Tidak ada tempat cuci tangan maupun bak


80
cuci kaki. Kalau ada tidak mencukupi. 
Tempat cuci tangan dan bak cuci kaki tidak
81 mudah dijangkau atau tidak ditempatkan 
secara layak.
Fasilitas pencucian (sabun, pengering, dan
82
lain-lain) tidak disediakan. 
Tidak ada peringatan pencucian tangan
83
sebelum bekerja atau setelah ke toilet. 
Peralatan pencucian tangan tidak cukup/
84
tidak lengkap. 
Toilet/ Urinoir karyawan
Tidak ada fasilitas/ bahan untuk pencucian
seperti tissue, sabun (cair) dan pengering
85 atau tidak ada peringatan agar karyawan X 
mencuci tangan mereka setelah
menggunakan toilet.
86 Peralatan toilet tidak lengkap. X 
1 toilet: 1-10 orang
Jumlah toilet tidak mencukupi sebagaimana 2 toilet: 11-25 orang
87
yang dipersyaratkan.
X 
Penambahan 1 toilet
untuk setiap 25 orang
Pintu toilet tidak berhubungan langsung
88
dengan ruang pengolahan.
X 
Konstruksi toilet tidak layak (lantai, dinding,
89
langit-langit, pintu, ventilasi, dll)
X 
Tidak dilengkapi dengan saluran
90
pembuangan
X 
Toilet tidak terawat atau digunakan untuk
91
keperluan lain.
X 
P3K/ klinik/ fasilitas keamanan kerja
Tak tersedia P3K atau fasilitas keamanan/
92
kesehatan kerja (klinik) yang memadai.
X 
Fasilitas klinik pabrik tidak digunakan untuk
93 cek up rutin seluruh karyawan khususnya di X tb
bagian produksi.
J. PASOKAN AIR
Sumber air
94 Pasokan air panas atau dingin tidak cukup. X 
95 Air tidak mudah dijangkau/ disediakan. X 
Air dapat terkontaminasi, misalnya Pasokan air untuk
96 hubungan silang antara air kotor dengan air X  produksi selalu
bersih, sanitasi lingkungan. melewati proses UV
Treatment Air
Air baku tidak layak digunakan (potable).
97
Tidak dilakukan pengujian secara berkala.
X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Air tidak mendapat persetujuan dari pihak


berwenang untuk digunakan sebagai
98
bahan untuk pengolahan (tidak ada hasil
X  Cek di BBIA
uji)
Es (apabila digunakan)
Tidak terbuat dari air yang memenuhi
99 X tb
persyaratan (potable)
Tidak dibuat, ditangani dan digunakan
100 X tb
sesuai persyaratan sanitasi.
Digunakan kembali untuk bahan baku di
101 X tb
proses berikutnya.
K. OPERASIONAL SANITASI DI PABRIK
Program sanitasi
Tidak ada program sanitasi yang efektif di
102
unit pengolahan
X 
Kontrol sanitasi tidak efektif melindungi
103
produk dari kontaminasi.
X 
Peralatan dan wadah tidak dicuci dan di
104
sanitasi sebelum digunakan.
X 
Metoda pembersihan/ pencucian tidak
105
mencegah kontaminasi terhadap produk.
X 
L. PENCEGAHAN BINATANG PENGGANGGU/ SERANGGA DALAM PABRIK
Ruang dan tempat yang digunakan untuk
penerimaan, pengolahan, penyimpanan
106
bahan baku/ produk akhir tidak dipelihara
X 
kebersihan dan sanitasinya.
Tidak ada pengendalian untuk mencegah
107 serangga, tikus dan binatang pengganggu X 
lainnya di gudang.
Pencegahan serangga, burung, tikus dan
108
binatang lain tidak efektif.
X 
Binatang peliharaan tidak dicegah masuk
109
ke dalam pabrik.
X 
Penggunaan obat pembasmi serangga,
tikus, binatang pengerat lain, serta kapang
110
tidak efektif (pestisida, insektisida,
X 
fungisida, bahan repellent)
M. PENGGUNAAN BAHAN KIMIA
Insektisida/ Rodentisida/ Peptisida
Insektisida/ rodentisida tidak sesuai dengan
111
persyaratan.
X 
Bahan kimia/ sanitizer/ deterjen dll
Bahan kimia tidak digunakan sesuai
112
metode yang dipersyaratkan.
X 
Bahan kimia, sanitizer dan bahan
113 tambahan tidak diberi label dan disimpan X 
dengan baik.
Penggunaan bahan kimia yang tidak
114
diijinkan.
X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

III. PERALATAN
PERALATAN PRODUKSI
Sanitasi
Permukaan peralatan, wadah dan alat-alat
lain yang kontak dengan produk tidak Alat-alat produksi
115 dibuat dari bahan yang sesuai, seperti X  terbuat dari stainless
halus, tahan karat, tahan air dan tahan steel.
terhadap bahan kimia.
Bahan yang terbuat dari kayu tidak dilapisi
116 dengan bahan yang tidak berbahaya dan X 
atau kedap air.
Desain
Rancang bangun, konstruksi dan
penempatan peralatan serta wadah tidak
117
menjamin sanitasi dan tidak dapat
X 
dibersihkan secara efektif.
Peralatan dan wadah yang masih
118
digunakan tidak dirawat dengan baik.
X 
Perlengkapan monitoring suhu,
119 kelembaban, pH, dll tidak berfungsi dengan X tb
baik.
Peralatan tidak dipakai lagi
Tidak ada program pemantauan untuk
120 membuang wadah dan peralatan yang 
sudah rusak/ tidak digunakan.
Kecukupan
Peralatan kebersihan tidak sesuai
121 kapasitas produksi atau tidak cukup X 
tersedia.
Penyucihamaan peralatan
Botol kemasan
Tidak dilakukan penyucihamaan secara
122
efektif.
X  dipasteurisasi sebelum
digunakan
IV. PRODUKSI DAN PENGENDALIAN PROSES
A. PENANGANAN BAHAN BAKU DAN BAHAN TAMBAHAN LAIN
Bahan baku
Penerimaan bahan baku tidak dilakukan
dengan baik, dan tidak terlindung dari
123
kontaminan atau pengaruh lingkungan
X 
yang tidak sehat.
Spesifikasi bahan baku dan bahan
124
tambahan tidak ada
X 
Tidak dilakukan pengujian mutu sebelum
125
diolah.
X 
Bahan baku tidak sesuai dengan standar
126 sehingga membahayakan kesehatan X 
manusia.
Pencatatan dan pemberian label tidak
127
dilakukan dengan benar.
X 
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Penyimpanan bahan baku pada kondisi


128
yang tidak tepat/ sesuai.
X 
Bahan baku yang dapat terlebih dahulu
129
tidak diproses lebih dahulu (sistem FIFO)
X 
Bahan tambahan
Bahan tambahan pangan tidak sesuai
130
dengan peraturan.
X 
Bahan kemasan
Bahan kemasan beracun, membentuk
racun atau dapat menimbulkan
131
penyimpangan yang membahayakan
X 
kesehatan.
B. PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI
Proses produksi
Campuran bahan baku tidak sesuai dengan
132
spesifikasi.
X 
Pengawasan di setiap tahapan proses yang
133
kritis tidak dilakukan.
X 
Penanganan bahan baku ataupun produk
dari tahap satu ke tahap berikutnya tidak
134
dilakukan secara hati-hati, higienis dan
X 
saniter.
Penanganan produk yang sedang
menunggu giliran untuk diproses tidak
135
disimpan/ dikumpulkan di tempat yang
X 
saniter.
Proses pengolahan/ pengawetan dilakukan
tidak sesuai dengan jenis produk dan suhu
136
serta waktunya tidak sesuai dengan
X 
persyaratan.
Produk akhir tidak mempunyai ukuran dan
137
bentuk yang teratur
X 
Pengemasan
Produk akhir tidak dikemas atau diwadahi
138
dengan cepat, tepat dan saniter.
X 
Sistem pemberian etiket atau kode-kode
139 yang dapat membantu identifikasi produk X 
tidak dilakukan.
Produk akhir tidak diberi label yang
memuat: jenis produk, nama perusahaan
pembuat, ukuran, tipe, grade (tingkatan
140 mutu), tanggal kadaluarsa, berat bersih, X 
nama bahan tambahan pangan yang
dipakai, kode produksi atau persyaratan
lain.
Produk akhir tidak dilakukan pengujian Dilakukan pemeriksaan
141
mutu sebelum diedarkan.
X  hasil akhir di BBIA
Penyimpanan
Kondisi penyimpanan tidak mampu
142 melindungi produk akhir dari kerusakan dan X 
kontaminasi.
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Penyimpanan produk akhir dan bahan baku


143
tidak dipisahkan.
X 
Penyimpanan produk akhir tidak
memungkinkan produk akhir yang lebih
144
lama disimpan dikeluarkan lebih dahulu
X 
(FIFO)
Penyimpanan barang berbahaya (apabila ada)
Tidak tersendiri dan dapat terhindar dari
145
hal-hal yang dapat membahayakan.
X 
146 Tidak ada tanda peringatan. X 
Pengangkutan dan distribusi
Kendaraan (kontainer) yang dipakai untuk
mengangkut produk akhir tidak mampu
147
mempertahankan kondisi/ keawetan yang
X 
dipersyaratkan.
Pembongkaran tidak dilakukan dengan
148 cepat, cermat, dan terhindar dari pengaruh X 
yang menyebabkan kemunduran mutu.
C. TINDAKAN PENGAWASAN
Jaminan mutu
Tidak dilakukan sistem jaminan mutu pada
149
keseluruhan proses.
X 
Prosedur pelacakan dan penarikan
Tidak memiliki prosedur pelacakan dan
150
penarikan.
X 
Tidak dilakukan dengan baik, teratur dan
151
kontinu. 
Kontaminasi
Terindikasi adanya kontaminan setelah
152 dilakukan pengujian bahan mentah atau X 
produk akhir.
Terindikasi adanya kemunduran mutu/
deteriorisasi/ dekomposisi setelah
153
dilakukan pengujian bahan mentah dan
X 
produk akhir.
Terindikasi adanya pencemaran fisik
154 benda-benda asing setelah dilakukan X 
pengujian bahan mentah dan produk akhir.
Pengujian bahan baku dan produk akhir
Tidak dilakukan pengujian sesuai dengan Pengujian dilakukan di
155
spesifikasi yang ditetapkan.
X  BBIA
Tidak memiliki laboratorium yang sekurang-
kurangnya dilengkapi dengan peralatan
156
dan media untuk pengujian organoleptik 
dan mikrobiologi.
Jumlah tenaga laboratorium tidak
157 mencukupi dan atau kualifikasi tenaga 
kerjanya tidak memadai.
Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

Serius
Mayor
Minor

Kritis
Keterangan/

OK
No. Aspek yang dinilai
tanggal perbaikan

Tidak aktif melaksanakan monitoring


158 terhadap bahan baku, bahan pembantu, X tb
kebersihan peralatan dan bahan baku.
Hasil uji tidak memenuhi persyaratan*
159 Angka Lempeng Total (ALT) X 
160 Staphylococci X 
161 MPN Coliform X 
162 Faecal Streptococci X 

* disesuaikan dengan SNI untuk masing-masing produk.


Lampiran 5 : Hasil pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan (BPOM,
2005) (lanjutan)

D. HASIL DAN PENILAIAN

1. Penyimpanan (Deficiency)
a) Penyimpangan Minor 8 penyimpangan
b) Penyimpangan Mayor 9 penyimpangan
c) Penyimpangan Serius 6 penyimpangan
d) Penyimpangan Kritis 1 penyimpangan
I. A (baik sekali)
II. B (baik)
2. Tingkat (rating) unit pengolahan
III. C (cukup)
IV. D (kurang)

E. TEMUAN PENYIMPANGAN

1. Penyimpangan administratif:
 Tidak ada peringatan pencucian tangan sebelum bekerja atau setelah ke
toilet.
 Tidak ada program pemantauan untuk membuang wadah dan peralatan
yang sudah rusak/ tidak digunakan.
 Prosedur pelacakan dan penarikan tidak dilakukan dengan baik, teratur dan
kontinu.

2. Penyimpangan fisik:
 Pertemuan antara lantai dan dinding tidak mudah dibersihkan (tidak ada
lengkungan).
 Dinding tidak kedap air sampai pada ketinggian minimal 1.70 m.
 Dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah diperbaiki atau dicuci.
 Konstruksi dinding tidak sesuai dengan persyaratan higiene (tidak halus,
tidak kuat, retak, cat mudah mengelupas).
 Pertemuan antara dinding dan dinding tidak mudah dibersihkan (tidak ada
lengkungan).
 Langit-langit/ plavon tidak bebas dari kemungkinan catnya mengelupas/
rontok atau ada kondensasi.
 Langit-langit/ plavon tidak kedap air dan tidak mudah dibersihkan.
 Lampu di ruang pengolahan, penyimpanan material dan pengemasan tidak
aman (tanpa pelindung).
 Ventilasi tidak berfungsi dengan baik.
 Ruang penyimpanan tidak dilengkapi dengan kontrol suhu,
 Ruang penyimpanan produk tidak dioperasikan pada suhu yang
dipersyaratkan.
 Ada tempat pemeliharaan hewan yang memungkinkan menjadi sumber
kontaminasi.
 Saluran/ pembuangan dalam pabrik tidak dilengkapi dengan alat yang
mempunyai katup untuk mencegah masuknya air ke dalam pabrik.
 Tidak ada tempat cuci tangan maupun bak cuci kaki.
 Tempat cuci tangan dan bak cuci kaki tidak mudah dijangkau atau tidak
ditempatkan secara layak.
 Fasilitas pencucian (sabun, pengering, dan lain-lain) tidak disediakan.
 Peralatan pencucian tangan tidak cukup/ tidak lengkap.
Lampiran 6 : Daftar induk dokumen untuk SSOP PT. Libe Bumi Abadi

No. Dokumen:
DAFTAR INDUK DOKUMEN
LBA/DID/SSOP
Tanggal Berlaku:
STANDARD SANITATION 1 Desember 2007
OPERATING PROCEDURE
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Produksi dan Personalia Kepala produksi


Revisi: 0

Revisi
No No. Dokumen Deskripsi
0 1 2 3 4 5
SSOP Perawatan gedung dan
1 LBA/SSOP/01 X
fasilitas pabrik
2 LBA/SSOP/02 SSOP Mesin dan fasilitas produksi X
3 LBA/SSOP/03 SSOP Tenaga kerja X
SSOP Pengendalian hama dan
4 LBA/SSOP/04 X
manajemen limbah
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 7 : Daftar induk dokumen untuk checklist PT. Libe Bumi Abadi

No. Dokumen:
DAFTAR INDUK DOKUMEN
LBA/DID/CL
Tanggal Berlaku:
CHECKLIST 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Produksi dan Personalia Kepala produksi


Revisi: 0

Revisi
No No. Dokumen Deskripsi
0 1 2 3 4 5
CL Pembersihan halaman bagian
1 LBA/CL/01-001 X
luar pabrik
2 LBA/CL/01-002 CL Pembersihan gudang X
CL Pembersihan kamar mandi/
3 LBA/CL/01-003 X
toilet
CL Sanitasi dan pemeliharaan
4 LBA/CL/02-001 X
mesin
5 LBA/CL/02-002 CL Permintaan perbaikan mesin X
6 LBA/CL/02-003 CL Jadwal pemeliharaan mesin X
CL Pemeriksaan rutin higienis
7 LBA/CL/03-001 X
tenaga kerja
8 LBA/CL/03-002 CL Daftar hadir X
9 LBA/CL/04-001 CL Laporan pengendalian hama X
10 LBA/CL/04-002 CL Jadwal pembuangan sampah X
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 8 : SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik

STANDARD SANITATIONNo. Dokumen:


OPERATION PROCEDURELBA/SSOP/01
Tanggal Berlaku:
PERAWATAN GEDUNG DAN 1 Desember 2007
FASILITAS PABRIK
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

1.0. TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk memberikan panduan untuk perawatan gedung
dan fasilitas pabrik di PT. Libe Bumi Abadi .

2.0. RUANG LINGKUP


Penerapan prosedur ini dilaksanakan oleh bagian personalia dan umum
beserta beberapa unit pendukung pabrik di PT. Libe Bumi Abadi.

3.0. TANGGUNG JAWAB


Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan
prosedur ini.
Kepala bagian personalia dan umum bertanggung jawab terhadap
penerapan prosedur ini dengan berkoordinasi kepada kepala bagian
lainnya.

4.0. PROSEDUR
Prosedur ini disusun meliputi semua proses perawatan gedung dan
fasilitas pabik. Proses mencakup perawatan halaman dan bagian luar
pabrik, gedung, pelaksanaan kebersihan, fasilitas kebersihan.

04.1. Halaman dan bagian Luar Pabrik

04.1.1. Halaman dan bagian luar gedung pabrik harus rapi,


terpelihara, dan bebas sampah. Perawatan dilakukan tiap
hari dan yang bertanggung jawab untuk tugas ini adalah
HRD.
04.1.2. Seluruh halaman harus tidak berdebu, tidak ditumbuhi
tanaman liar, rumput terpotong rapi, tidak ada timbunan
sampah yang akan menjadi tempat berkembang biaknya
hama dan mikroba. Perawatan dilakukan setiap hari dan
setiap minggu oleh HRD.
Lampiran 8 : SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/01
Tanggal Berlaku:
PERAWATAN GEDUNG DAN 1 Desember 2007
FASILITAS PABRIK
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 2 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.1.3. Tempat penerimaan dan pembongkaran barang harus


dibuat sedemikian rupa sehingga barang terhindar dari
hujan dan panas pada saat melakukan kegiatan bongkar
muat bahan atau produk. Tempat penerimaan harus
dilengkapi dengan fasilitas untuk membersihkan bahan
yang masuk bila diperlukan.
04.1.4. Tempat penerimaan dan pembongkaran barang, tempat
parkir, dan jalan untuk kendaraan harus selalu bersih.
Tugas ini dilakukan setiap hari oleh HRD.
04.1.5. Bila memungkinkan, area pengambilan contoh untuk
bahan baku harus ada untuk mencegah kontaminasi.
04.1.6. Saluran air harus terpelihara dengan baik, sehingga tidak
ada air menggenang. Perawatan dilakukan setiap hari
dan setiap minggu.
04.1.7. Tempat sampah atau limbah pemotongan rumput atau
limbah cair dari laboratorium harus tertutup sehingga tidak
mengundang hama dan mikroba. Tempat sampah harus
terpelihara dengan baik dan sampah diangkut secara
teratur agar tidak tertimbun berlebihan.

04.2. Gedung

04.2.1 Gedung harus menjamin tercegahnya masuknya


serangga, burung, binatang pengerat, atau binatang lain.
04.2.2 Penumpukkan bahan baku dan bahan lainnya minimal
berjarak 45 cm dari dinding untuk memudahkan
pembersihan dinding dan lantai.
04.2.3 Pencahayaan di semua area terutama ruang produksi dan
gudang harus mencukupi.
04.2.4 Bola lampu di ruang produksi harus terlindung untuk
mencegah kontaminasi jika bola lampu tersebut pecah.
04.2.5 Tanaman hanya dibolehkan di luar area produksi dan
gudang.
04.2.6 Pipa-pipa, kabel-kabel, fiting lampu, titik-titik ventilasi, dan
fasilitas-fasilitas lain di dalam area produksi harus
dipasang pada tempat-tempat yang sesuai sedemikian
rupa agar dengan mudah dapat dibersihkan.
Lampiran 8 : SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/01
Tanggal Berlaku:
PERAWATAN GEDUNG DAN 1 Desember 2007
FASILITAS PABRIK
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 3 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.2.7 Area gudang harus memiliki ruang yang cukup dengan


penerangan yang memadai, diatur, dan diberi peralatan
untuk menjaga agar ruang tetap bersih dan dapat
diletakkan bahan-bahan maupun produk.
04.2.8 Ruang penyimpanan harus kering, bersih dan terawat
dengan baik.

04.3. Pelaksanaan Kebersihan

04.3.1 Dinding dan lantai harus mudah dibersihkan secara


teratur. Bagian yang retak harus segera ditutup atau
ditambal.
04.3.2 Jika ada bagian yang catnya mengelupas harus segera
diperbaiki.
04.3.3 Jika ada bahan baku yang tumpah harus saat itu juga
dibersihkan.
04.3.4 Limbah pemotongan rumput secara berkala diinsenerasi
dan limbah cair dari laboratorium serta produk scrab
secara berkala dikirim ke tempat pembuangan limbah.
04.3.5 Dilakukan fumigasi untuk pengendalian hama serangga.
Semua pestisida harus diperlakukan sebagai racun dan
harus dijauhkan dari produk jadi, bahan baku, dan bahan
kemasan. Semua peralatan yang digunakan untuk
pestisida harus benar-benar dibersihkan setelah dipakai
dan selalu dalam kondisi siap pakai.
04.3.6 Tempat penyimpanan dan penanganan wadah, peralatan,
dan alat bantu bersih di area produksi harus terpelihara
dalam kondisi yang bersih dan tertutup rapat.
04.3.7 Ruang pencucian harus terpelihara dengan baik dan
dalam kondisi bersih. Ruang pengeringan harus tetap
rapih, terpelihara, dan bersih. Pintu dan ruang pengering
ke ruang produksi harus diupayakan selalu tertutup.

04.4. Fasilitas kebersihan

04.4.1 Fasilitas sumur dan air harus terawat dengan baik. Air
secara berkala harus dilakukan pemeriksaan mikrobiologi
dan fisik.
Lampiran 8 : SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/01
Tanggal Berlaku:
PERAWATAN GEDUNG DAN 1 Desember 2007
FASILITAS PABRIK
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 4 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.4.2 Pipa atau selang penyalur solvent, air dan kompresan air
harus terawat dengan baik.
04.4.3 Fasilitas ruang cucian dan toilet berventilasi bagi
karyawan harus disediakan cukup dengan lokasi terpisah
dari area produksi.
04.4.4 Fasilitas cuci tangan dan toilet harus terawat dengan baik
dan dibersihkan secara teratur. Sabun harus tersedia
setiap saat dan handuk (kertas/ tissue) pengering harus
sering diganti atau tersedia.
04.4.5 Pintu toilet harus selalu tertutup.
04.4.6 Saluran air pembuangan dalam gedung harus bersih dan
terawat dengan baik.
04.4.7 Tempat sampah di area produksi dan gudang harus
tertutup, sehingga tidak mengundang hama dan mikroba.
Tempat sampah harus terpelihara dengan baik dan
sampah diangkut secara teratur.

5.0. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk berkas, disket, piranti keras
atau piranti lunak lainnya, dapat dinyatakan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya yang kesemuanya mempunyai status dan legalitas yang
sama.

6.0. LAMPIRAN
06.1 LBA/CL/01-001 CL Pembersihan Halaman Bagian Luar Pabrik
06.2 LBA/CL/01-002 CL Pembersihan Gudang
06.3 LBA/CL/01-003 CL Pembersihan Kamar Mandi/ Toilet
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

1.0. TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk memberikan panduan sanitasi mesin produksi
di PT. Libe Bumi Abadi.

2.0. RUANG LINGKUP


Penerapan prosedur ini dilaksanakan oleh bagian produksi dan bagian
teknik, serta beberapa unit pendukung pabrik di PT. Libe Bumi Abadi.

3.0. TANGGUNG JAWAB


Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan
prosedur ini.
Semua kepala bagian yang terkait dengan produksi bertanggung jawab
terhadap evaluasi dan pengendalian prosedur ini.
Kepala bagian teknik bertanggung jawab terhadap pelaksanaan prosedur
ini dengan berkoordinasi kepada kepala bagian lainnya.

4.0. PROSEDUR
04.1. Rancangan dan Konstruksi

04.1.1. Peralatan harus mudah dibersihkan.


04.1.2. Permukaan alat yang kontak dengan bahan yang sedang
diproses harus tidak bereaksi dan tidak menyerap bahan-
bahan tersebut.
04.1.3. Peralatan harus tidak memberikan pengaruh yang
merugikan terhadap mutu produk seperti: bocor, adanya
tetesan minyak pelumas, atau melalui modifikasi dan
adaptasi yang kurang tepat.
04.1.4. Peralatan yang digunakan untuk zat-zat yang mudah
terbakar harus tahan ledakan.
04.1.5. Peralatan produksi harus memiliki kinerja yang baik untuk
menghasilkan produk sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang diharapkan.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 2 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.2. Pembersihan

04.2.1. Pemeliharaan mesin yang bersifat pembersihan secara


rutin dilakukan oleh operator yang telah terlatih dan
memiliki kualifikasi sebagaimana dipersyaratkan pada
uraian jabatan.
04.2.2. Pembersihan mesin dilaksanakan dengan jadwal:

a. setiap pergantian shift produksi;


b. setiap pergantian batch proses;
c. kondisi khusus di mana diperlukan pembersihan.

04.2.3. Metoda pembersihan secara vakum atau basah lebih


disukai. Bila menggunakan udara bertekanan, harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari resiko
kontaminasi.
04.2.4. Pembersihan dilaksanakan secara kering, menggunakan
air dingin, menggunakan air panas, atau menggunakan
bahan kimia pembersih (sanitizer).
04.2.5. Pembersihan secara kering dilaksanakan dengan cara:

a. penyapuan menggunakan kain lap atau sapu;


b. penggunaan vacum pump;
c. penggunaan air compressed.

04.2.6. Pembersihan dengan air atau air panas dilakukan untuk


bejana yang digunakan pada proses terputus. Peralatan
yang boleh dibersihkan dengan air harus terbuat dari
bahan baja nirkarat (stainless steel). Deterjen dapat
digunakan sebagai pembersih bejana namun harus
dibilas.
04.2.7. Bahan-bahan pencampur, bahan kemasan, bahan bakar,
bahan kimia dan bahan bantu lainnya harus diperhatikan
dari segi kualitas dan keamanan saat penyimpanan,
transportasi dan penggunaannya.
04.2.8. Kegiatan pembersihan dilakukan oleh bagian produksi.
04.2.9. Sampah dari hasil pembersihan dibuang sesuai dengan
prosedur LBA/SSOP/04.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 3 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.3. Sanitasi

04.3.1. Sanitasi mesin dilakukan untuk menghilangkan


mikroorganisme dengan menggunakan bahan sanitasi
(sanitizer).
04.3.2. Pembersihan dengan sanitizer dapat menggunakan
bahan karbol, lysol atau creolin pada bagian mesin yang
tidak bersentuhan langsung dengan makanan.
04.3.3. Untuk bagian yang bersentuhan dengan makanan, bahan
sanitizer yang dapat digunakan adalah larutan alkohol,
atau larutan klor aktif dengan konsentrasi rendah.
04.3.4. Sanitasi sebaiknya dilakukan setelah bagian mesin
tersebut dibersihkan terlebih dahulu.
04.3.5. Kegiatan sanitasi mesin direkam di dalam formulir
LBA/CL/02-001, dijadwalkan sekurang-kurangnya 1
minggu sekali.
04.3.6. Keberhasilan proses sanitasi dapat diperiksa oleh bagian
produksi, bagian kendali mutu ataupun bagian teknik.

04.4. Metoda Pembersihan Dan Sanitasi

04.4.1. Wadah Bahan Baku

a. Wadah dicuci setiap selesai produksi/ setiap batch


produksi.
b. dengan air mengalir.
c. Bersihkan seluruh bagian tray dengan sikat dan
majun.
d. Pastikan tray bersih dari semua kotoran.
e. Bilas tray dengan air bersih.
f. Tumpuk wadah dengan posisi menelungkup.
g. Seka/ lap wadah dengan majun/ serbet sampai
kering.

04.4.2. Mesin penghancur/ blender

a. Bersihkan sisa bahan dengan selang/ semprotan air.


b. Hidupkan impeler.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 4 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

c. Bantu pembersihan dengan scrap pada bagian


dinding dalam untuk melepas campuran yang
melekat.
d. Buang dan ganti air setelah beberapa saat. Lakukan
hingga 2-3 kali.
e. Gunakan air yang mengandung sanitizer pada tahap
selanjutnya.
f. Gunakan pembilas air panas untuk membunuh sisa
mikroorganisme yang tidak tercuci.
g. Bagian luar dapat dibersihkan dengan kain basah
yang mengandung sanitizer.
h. Lakukan pembersihan setiap pergantian spesifikasi
produk/ setiap selesai produksi.
i. Bila tidak terjadi pergantian produk, pembersihan
sebaiknya dilakukan setiap ganti shift.

04.4.3. Mesin pemanas

a. Tangki dicuci setiap selesai produksi/ setiap batch


produksi.
b. Tutup valve bagian bawah tanki dan masukkan air
dengan selang/ semprotan air ke dalam tangki.
c. Bantu pembersihan dengan scrap pada bagian
dinding dalam untuk melepas campuran yang
melekat.
d. Sirkulasikan air beberapa saat.
e. Buka valve yang terletak di bagian bawah tangki dan
buang air melalui pipa ke pembuangan.
f. Ulangi pencucian dengan cara sirkulasi ini beberapa
kali sampai kondisi tangki bersih.
g. Jika semua tahapan cleaning selesai, bagian luar
dapat dibersihkan dengan kain basah yang
mengandung sanitizer.

04.4.4. Mesin penyaring sentrifugal

a. Tangki dicuci setiap selesai produksi/ setiap batch


produksi.
b. Siapkan wadah untuk menampung air cucian pada
pipa penuangan.
c. Bersihkan sisa bahan dengan selang/ semprotan air.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 5 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

d. Alat dinyalakan selama proses pembilasan atau


pembersihan.
e. Gunakan air yang mengandung sanitizer pada tahap
selanjutnya.
f. Gunakan pembilas air panas untuk membunuh sisa
mikroorganisme yang tidak tercuci.
g. Bagian luar dapat dibersihkan dengan kain basah
yang mengandung sanitizer

04.4.5. Mesin penyaringan halus sistem tekan

a. Bersihkan sisa bahan dengan selang/ semprotan air.


b. Bantu pembersihan dengan scrap pada bagian dinding
dalam untuk melepas campuran yang melekat.
c. Sirkulasikan air beberapa saat.
d. Buang dan ganti air setelah beberapa lama. Lakukan
hingga 2-3 kali.
e. Gunakan air yang mengandung sanitizer pada tahap
selanjutnya.
f. Gunakan pembilas air panas untuk membunuh sisa
mikroorganisme yang tidak tercuci.
g. Bagian luar dapat dibersihkan dengan kain basah
yang mengandung sanitizer.
h. Lakukan pembersihan setiap pergantian spesifikasi
produk/ setiap selesai produksi.
i. Bagian luar dapat dibersihkan dengan kain basah
yang mengandung sanitizer

04.4.6. Mesin pembotolan

a. Tangki dicuci setiap selesai produksi/ setiap batch


produksi.
b. Tutup valve bagian bawah tanki dan masukkan air ke
dalam tangki.
c. Bersihkan sisa produk dengan selang/ semprotan air
d. Buka valve yang terletak di bagian bawah tangki dan
buang air melalui pipa ke pembuangan.
e. Ulangi pencucian beberapa kali sampai kondisi tangki
bersih.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 6 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

f. Jika semua tahapan cleaning selesai, bagian luar


dapat dibersihkan dengan kain basah yang
mengandung sanitizer.

04.4.7. Mesin pembungkus kemasan/ packaging seal

a. Pastikan mesin dalam keadaan berhenti dan aliran


listrik terputus.
b. Pastikan tidak ada produk pada mesin.
c. Lepaskan kemasan yang masih ada di mesin.
d. Bersihkan bagian mesin dengan kuas, kemudian lap
dengan menggunakan lap basah.
e. Keringkan dengan menggunakan majun.
f. Cuci bagian heater dengan sikat kawat yaitu digosok
sambil dibasahi dengan air.
g. Bersihkan dengan menggunakan lap basah sampai
bersih dan keringkan dengan majun.
h. Perlu diperhatikan bahwa pencucian dikategorikan
dikatakan baik dan benar bila tidak ada lagi kotoran /
sisa produk yang menempel di badan mesin.

04.4.8. Mesin pasteurisasi

a. Tangki dicuci setiap selesai produksi/ setiap batch


produksi.
b. Tutup valve bagian bawah tanki dan masukkan air ke
dalam tangki.
c. Sirkulasikan air beberapa saat.
d. Buka valve yang terletak di bagian bawah tangki dan
buang air melalui pipa ke pembuangan.
e. Ulangi pencucian dengan cara sirkulasi ini beberapa
kali sampai kondisi tangki bersih.
f. Jika semua tahapan cleaning selesai, bagian luar
dapat dibersihkan dengan kain basah yang
mengandung sanitizer

04.4.9. Meja Kerja dan Pengemasan

a. Meja kerja dan pengemasan dibersihkan setiap


selesai produksi/ setiap batch produksi.
Lampiran 9 : SSOP Mesin dan fasilitas produksi (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/02
Tanggal Berlaku:
MESIN DAN FASILITAS 1 Desember 2007
PRODUKSI
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 7 dari 7
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

b. Semua permukaan atas meja kerja, kursi dan kakinya


dicuci atau dilap dengan air panas, deterjen/sanitizer;
c. Untuk meja yang dipergunakan pada pengemasan
produk, pilih sanitizer alkohol atau larutan klorin;
d. Meja sebaiknya dibersihkan sehabis dipergunakan,
namun bila prosesnya sinambung lakukan
pembersihan pada pergantian shift.

04.5. Perawatan (Service) Mesin

04.5.1. Perawatan mesin dilakukan sebulan sekali, di mana


produksi berhenti;
04.5.2. pembersihan dilakukan dengan membuka bagian-bagian
mesin;
04.5.3. celah-celah yang dimasuki sisa bahan produksi
dibersihkan dengan sikat dan sapu;
04.5.4. gunakan mesin penghisap (vacuum cleaner) bila kotoran
sukar dijangkau;
04.5.5. bagian bawah mesin yang tidak peka dengan air dapat
dibersihkan dengan menggunakan air mengandung
deterjen;
04.5.6. keringkan bagian mesin yang basah dengan lap steril.

5.0. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk berkas, disket, piranti keras
atau piranti lunak lainnya, dapat dinyatakan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya yang kesemuanya mempunyai status dan legalitas yang
sama.

6.0. LAMPIRAN
06.1 LBA/CL/02-001 CL Sanitasi dan Pemeliharaan Mesin
06.2 LBA/CL/02-002 CL Permintaan Perbaikan Mesin
06.3 LBA/CL/02-003 CL Jadwal Pemeliharaan Mesin
Lampiran 10 : SSOP Tenaga kerja

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/03
Tanggal Berlaku:
TENAGA KERJA 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

1.0. TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk memberikan panduan sanitasi dan kebiasaan
tenaga kerja di PT. Libe Bumi Abadi.

2.0. RUANG LINGKUP


Penerapan prosedur ini dilaksanakan oleh bagian personalia dan umum
beserta beberapa unit pendukung pabrik di PT Libe Bumi Abadi.

3.0. TANGGUNG JAWAB


Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan
prosedur ini.
Kepala personalia dan umum bertanggung jawab terhadap penerapan
prosedur ini dengan berkoordinasi kepada kepala bagian lainnya.

4.0. PROSEDUR
Prosedur ini disusun meliputi semua proses sanitasi dan kebiasaan
karyawan di PT Libe Bumi Abadi.
04.1. Karyawan secara individu harus menerapkan kebiasaan hidup
bersih dan sehat.
04.2. Setiap karyawan yang terlibat langsung di dalam aktivitas produksi
harus memperoleh latihan secara tepat dalam proses manufaktur
sesuai prinsip-prinsip GMP. Perhatian khusus harus diberikan pada
karyawan yang bekerja dengan bahan-bahan berbahaya.
04.3. Karyawan harus dalam kondisi sehat untuk dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Pemeriksaan kesehatan untuk semua karyawan
yang terlibat dalam proses produksi harus dilakukan secara teratur.
04.4. Setiap karyawan yang sedang menjalani pemeriksaan kesehatan
atau di bawah pengawasan dokter yang menunjukkan tanda-tanda
adanya penyakit menular atau hal lain yang tidak normal yang bisa
menjadi sumber pencemaran mikroba terhadap produk, bahan
kemasan dan peralatan tidak diperkenankan untuk menangani
bahan baku, bahan kimia, bahan kemasan, bahan-bahan yang
sedang diproses dan produk akhir.
Lampiran 10 : SSOP Tenaga kerja (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/03
Tanggal Berlaku:
TENAGA KERJA 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 2 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.5. Karyawan harus diinstruksikan dan didorong untuk melaporkan


kepada pengawas langsung setiap kondisi (pabrik, peralatan, dan
tenaga kerja) yang mereka anggap akan berpengaruh buruk
terhadap mutu produk.
04.6. Karyawan harus bebas dari luka-luka infeksi, luka terbuka pada
tangan, lengan, wajah atau kepala mereka.
04.7. Setiap karyawan yang pekerjaannya langsung menyentuh produk,
permukaan yang menyentuh produk, dan kemasan harus
menerapkan prinsip-prinsip higienis yang meliputi:
04.7.1. Mengenakan seragam kerja yang benar sebagai pakaian
pelindung untuk menghindari pencemaran terhadap
produk, permukaan alat untuk proses dan kemasan.
04.7.2. Seragam kerja harus bersih dan diganti setiap hari.
04.7.3. Baju pribadi karyawan harus ditanggalkan di locker atau
dikenakan di bawah baju seragam pabrik.
04.7.4. Penutup kepala harus selalu dikenakan di dalam area
produksi. Semua rambut harus ditahan di dalam topi.
04.7.5. Rambut karyawan harus bersih dan rapi.
04.7.6. Bagi karyawan yang memiliki jenggot, kumis, atau
jambang harus mengenakan penutup di area produksi.
04.7.7. Menjaga kebersihan diri.
04.7.8. Mencuci dan mengeringkan tangan dengan benar
sebelum memulai pekerjaan, sesudah makan dan minum,
setelah ke toilet, setiap selesai istirahat dan setiap waktu
dimana tangan terkena kotoran atau kontaminan lain.
04.7.9. Tidak boleh menggunakan perhiasan atau benda lain
yang mudah lepas yang memungkinkan jatuh ke dalam
produk, peralatan atau tangki di area produksi. Misalnya
jam tangan, anting-anting, cincin, kalung, peniti (pin), bros
dan lain-lain.
04.7.10. Pensil atau alat tulis yang tidak terlindung dan mudah
patah tidak boleh berada di area produksi.
04.7.11. Makanan dan minuman tidak boleh disimpan di area
produksi dan gudang, namun hanya boleh disimpan,
Lampiran 10 : SSOP Tenaga kerja (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/03
Tanggal Berlaku:
TENAGA KERJA 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 3 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

dibawa, dan dikonsumsi di area yang sudah ditentukan,


seperti kantin.
04.7.12. Dilarang merokok, makan, minum dan mengunyah
permen karet diseluruh area produksi, gudang tempat
penyimpanan bahan baku dan kemasan dan area tempat
pengiriman atau penerimaan produk.
04.7.13. Pulpen atau peralatan lain tidak boleh disimpan di atas
pinggang termasuk saku, lubang kancing, kerah baju,
rambut, atau diselipkan di telinga.
04.7.14. Kuku tidak boleh panjang dan kotor.
04.7.15. Cat kuku, bulu mata palsu atau kosmetik yang mudah
terlepas/ luruh dilarang dikenakan di area produksi.
04.7.16. Peralatan-peralatan yang terbuat dari gelas atau kaca
tidak diperkenankan berada di area produksi dan
kemasan kecuali gelas piala.
04.7.17. Akses ke ruang produksi hanya boleh dilakukan melalui
pintu yang sudah ditentukan. Pintu darurat hanya boleh
dibuka dalam keadaan darurat.
04.8. Tenaga kerja yang bertugas mengirim dan menerima produk:
04.4.1. Tenaga kerja yang mengirimkan produk harus mengerti
produk yang ditangani.
04.4.2. Tenaga kerja yang mengirimkan produk tidak
menggunakan bahan atau alat yang dapat menyebabkan
kerusakan pada produk.
04.4.3. Tenaga kerja yang menerima produk harus mengerti
mengenai produk yang diterima.
04.9. Audit kebiasaan higienis tenaga kerja dilakukan dengan frekuensi
waktu tertentu dengan menggunakan daftar isian LBA/CL/03-001.
04.10. Pelatihan atau sosialisasi mengenai peraturan yang berlaku, sikap
kerja yang benar atau prosedur kerja yang direvisi, dilakukan
dengan teratur agar tenaga kerja tetap terinformasi dan mengerti
mengenai ruang lingkup pekerjaannya. Kehadiran dan partisipasi
karyawan dicatat dalam daftar isian LBA/CL/03-002.
Lampiran 10 : SSOP Tenaga kerja (lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/03
Tanggal Berlaku:
TENAGA KERJA 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 4 dari 4
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

5.0. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk berkas, disket, piranti keras
atau piranti lunak lainnya, dapat dinyatakan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya yang kesemuanya mempunyai status dan legalitas yang
sama.

6.0. LAMPIRAN
6.1. LBA/CL/03-001 CL Pemeriksaan Rutin Higienis Tenaga Kerja
6.2. LBA/CL/03-002 CL Daftar Hadir
Lampiran 11 : SSOP Pengendalian hama dan manajemen limbah

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/04
Tanggal Berlaku:
PENGENDALIAN HAMA 1 Desember 2007
DAN MANAJEMEN LIMBAH
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 3
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

1.0. TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk memberikan panduan pelaksanaan
pengendalian hama (pest kontrol) dan penanganan sampah di PT. Libe
Bumi Abadi.

2.0. RUANG LINGKUP


Penerapan prosedur ini dilaksanakan oleh bagian personalia dan umum
beserta beberapa unit pendukung pabrik di PT. Libe Bumi Abadi.

3.0. TANGGUNG JAWAB


Kepala pabrik bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan
prosedur ini.
Kepala bagian personalia dan umum bertanggung jawab terhadap
penerapan prosedur ini dengan berkoordinasi kepada kepala bagian
lainnya.

4.0. PROSEDUR
04.1. Pengendalian hama.

04.1.1. Gedung harus dijamin tercegah dari masuknya serangga,


burung, binatang pengerat, atau binatang lain.
04.1.2. Pengendalian serangga secara harian dilakukan
menyeluruh pada area luar dan dalam pabrik oleh
petugas pengendalian hama PT. Libe Bumi Abadi.
04.1.3. Pengasapan (fogging) menggunakan mesin fogging pada
area luar meliputi area taman, parkir, tempat sampah,
gudang waste water treatment serta saluran air.
04.1.4. Penyemprotan residual dilakukan untuk meminimalkan
gangguan serangga merayap terutama kecoa.
Penyemprotan dilakukan pada celah-celah, bak kontrol,
dan retakan yang biasa menjadi tempat persembunyian
kecoa.
Lampiran 11 : SSOP Pengendalian hama dan manajemen limbah
(lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/04
Tanggal Berlaku:
PENGENDALIAN HAMA 1 Desember 2007
DAN MANAJEMEN LIMBAH
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 2 dari 3
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.1.5. Penyemprotan ruangan dilakukan untuk meminimalkan


gangguan serangga terbang dan merayap seperti
nyamuk, lalat, kecoa, dan semut. Penyemprotan
dilakukan diseluruh ruangan di luar ruang produksi.
04.1.6. Pemasangan perangkap serangga terbang (fly catcher)
untuk meminimalkan gangguan serangga terbang seperti
lalat dan nyamuk di dalam ruang produksi, kantor dan
gudang.
04.1.7. SHE Staff memasang perangkap massal dan RBS (roden
bait system) pada setiap tempat di luar ruang produksi
yang kemungkinan menjadi jalan masuk tikus ke fasilitas
gedung.
04.1.8. Semua pintu masuk penyimpanan bahan baku, bahan
kemasan, produk setengah jadi, dan produk jadi,
dipastikan ditutup rapat dan bisa menutup dengan baik
untuk menghindari hama masuk
04.1.9. Tempat kerja dipastikan bersih untuk memastikan tidak
ada kepompong lalat hidup
04.1.10. Tempat sampah harus tertutup sehingga tidak
mengundang hama dan mikroba. Tempat sampah harus
terpelihara dengan baik dan sampah diangkut secara
teratur agar tidak tertimbun berlebihan.
04.1.11. Petugas pengendalian hama memeriksa semua area dan
saluran air untuk memastikan adanya kemungkinan akses
masuk burung dan hama lainnya secara periodik dan
membuat rencana perbaikannya
04.1.12. Dilakukan fumigasi untuk pengendalian hama serangga.
Semua pestisida harus diperlakukan sebagai racun dan
harus dijauhkan dari bahan baku, bahan kemasan, produk
setengah jadi, dan produk jadi. Semua peralatan yang
digunakan untuk pestisida harus benar-benar dibersihkan
setelah dipakai dan selalau dalam kondisi siap pakai.
04.1.13. Hama yang ditemukan dipisahkan untuk dimusnahkan.
04.1.14. Pengendalian hama dilaporkan dan dicatat pada formulir
LBA/CL/04-001.
Lampiran 11 : SSOP Pengendalian hama dan manajemen limbah
(lanjutan)

STANDARD SANITATION No. Dokumen:


OPERATION PROCEDURE LBA/SSOP/04
Tanggal Berlaku:
PENGENDALIAN HAMA 1 Desember 2007
DAN MANAJEMEN LIMBAH
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 3 dari 3
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

04.2. Penanganan limbah.

04.2.1. Penanganan sampah dilakukan pada fasilitas ruang


produksi, gudang bahan baku, bahan kemasan, gudang
produk, dan fasilitas umum/kantor.
04.2.2. Petugas kebersihan membersihkan fasilitas di atas
berdasarkan jadwal yang ada pada formulir LBA/CL/04-
002.
04.2.3. Limbah yang dihasilkan PT. Libe Bumi Abadi dibagi
menjadi dua, yakni limbah cair dan limbah padat.
04.2.4. Limbah cair dialirkan ke ke tempat penampungan untuk
diproses lebih lanjut.
04.2.5. Limbah padat sisa proses produksi dikumpulkan dalam
penampungan sebelum proses pengolahan selanjutnya.

5.0. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk berkas, disket, piranti keras
atau piranti lunak lainnya, dapat dinyatakan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya yang kesemuanya mempunyai status dan legalitas yang
sama.

6.0. LAMPIRAN
6.1. LBA/CL/04-001 CL Laporan Pengendalian Hama
6.2. LBA/CL/04-002 CL Jadwal Pembuangan Sampah
Lampiran 12 : Checklist Pembersihan halaman bagian luar pabrik

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/01-001
Tanggal Berlaku:
PEMBERSIHAN HALAMAN 1 Desember 2007
BAGIAN LUAR PABRIK
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Tanggal :

Jam Verifikasi
No Nama Petugas Paraf dari
Area 1 Area 2 Area 3 Supervisor

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 13 : Checklist Pembersihan gudang

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/01-002
Tanggal Berlaku:
PEMBERSIHAN GUDANG 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Tanggal :

Jenis / Area yang dibersihkan Verifikasi


Nama
No Tempat Paraf dari
Petugas Atap Dinding Lampu Drainase
sampah Supervisor

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 14 : Checklist Pembersihan kamar mandi/ toilet

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/01-003
Tanggal Berlaku:
PEMBERSIHAN KAMAR 1 Desember 2007
MANDI/ TOILET
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Tanggal :

Pembersihan dan atau pengisian kembali


Nama Lantai Tissue/
No Jam Tempat Keterangan
Petugas dan Wastafel Sabun lap
sampah
dinding tangan

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 15 : Checklist Sanitasi dan pemeliharaan mesin

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/02-001
Tanggal Berlaku:
SANITASI DAN 1 Desember 2007
PEMELIHARAAN MESIN
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

Unit Operasi : Bulan :


Nama Mesin : Diperiksa oleh :

Area/ Kelengkapan Kalibrasi


Pengecekan Pembersihan Sanitasi Pemeliharaan
Kegiatan alat alat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tanggal

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Nama
Petugas
Paraf
Pengawas

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 16 : Checklist Permintaan perbaikan mesin

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/02-002
Tanggal Berlaku:
PERMINTAAN PERBAIKAN 1 Desember 2007
MESIN
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

Unit Operasi : Tanggal :


Departemen : Nomor Order :

Jam :
Mesin :

Keluhan/ Bagian :
Yang Rusak

Diagnostik Teknik :

Keterangan :

Permintaan perbaikan oleh Disetujui oleh Diperbaiki oleh

Supervisor Produksi Manajer Teknik (Maintenance Manager)


Lampiran 17 : Checklist Jadwal pemeliharaan mesin

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/02-003
Tanggal Berlaku:
JADWAL PEMELIHARAAN 1 Desember 2007
MESIN
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Teknik Kepala Pabrik


Revisi: 0

Periode :
Nama Mesin :

Jadwal
Tanggal Unit Mesin Perbaikan Perbaikan Keterangan
Servis Overhaul
minor Mayor

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 18 : Checklist Pemeriksaan rutin higienis tenaga kerja

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/03-001
Tanggal Berlaku:
PEMERIKSAAN RUTIN 1 Desember 2007
HIGIENIS TENAGA KERJA
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Tanggal pemeriksaan
Persyaratan Kebersihan Karyawan
A. Status Kesehatan, Sakit Dan Luka
Personel yang menderita atau menunjukkan gejala penyakit
berikut (sakit kuning, diare, muntah, demam, sakit tenggorokan
1
disertai demam, infeksi kulit) harus segera melapor kepada
manajemen.
Karyawan berpenyakit menular atau memiliki luka terbuka/
2
infeksi tidak boleh bekerja di area produksi.
B. Kebersihan Pribadi
Karyawan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik dan
1
mengeringkan tangan saat memasuki area produksi
Karyawan dengan tangan kotor tidak boleh menyentuh produk
2
terbuka.
3 Karyawan tidak memiliki kuku panjang, kotor dan bercat kuku
Karyawan menggunakan seragam kerja dengan benar dan
4
dalam keadaan bersih pada saat memasuki area produksi.
Karyawan produksi menggunakan topi sedemikian sehingga
5
menutupi rambut dan telinga.
Karyawan yang menangani produk terbuka harus
6
menggunakan masker.
C. Tingkah Laku Personal
Karyawan tidak makan, minum atau merokok di area produksi,
1 dan tidak batuk/ bersin sehingga dapat mengkontaminasi
produk terbuka.
Karyawan tidak mengenakan perhiasan apapun selama
2 bekerja di area produksi (jam tangan, cincin, gelang, anting,
kalung, gantungan kunci, dll)
Benda pribadi dan pakaian yang dipakai selain seragam kerja
3
tidak berada/ disimpan dalam area produksi.
Karyawan tidak membuang sampah sembarangan, kecuali di
4
tempat yang telah disediakan.
D. Pengunjung
Pengunjung yang memasuki area produksi mengikuti
1 ketentuan dan menggunakan seragam (topi, baju dll.) yang
telah ditetapkan.

Catatan:
a. Sampling dilakukan terhadap karyawan yang mewakili tiap departemen.
b. Score diisi dari 1 sampai 5, dengan keterangan:
(1 buruk; 2  kurang; 3  sedang; 4  cukup; 5  baik)
c. 90% dari total score, berarti berhasil. Jika kurang dari 90%, kebiasaan higiene karyawan
perlu diperbaiki.
Lampiran 19 : Checklist Daftar hadir

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/03-002
Tanggal Berlaku:
DAFTAR HADIR 1 Desember 2007
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Hari/ Tanggal :
Jam :
Acara/ Pertemuan :
Pembicara/ pelatih :

No.
No. Nama Bagian Paraf
Karyawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran 20 : Checklist Laporan pengendalian hama

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/04-001
Tanggal Berlaku:
LAPORAN PENGENDALIAN 1 Desember 2007
HAMA
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Bulan : Petugas :

Jenis Bukti Tindakan


No. Lokasi Keterangan
Hama Kontaminasi yang diambil
Lampiran 21 : Checklist Jadwal pembuangan sampah

No. Dokumen:
Daftar Isian
LBA/CL/04-002
Tanggal Berlaku:
JADWAL PEMBUANGAN 1 Desember 2007
SAMPAH
PT. Libe Bumi Abadi Halaman: 1 dari 1
Dibuat oleh: Diperiksa dan disetujui oleh:

Bagian Personalia dan Umum Kepala Pabrik


Revisi: 0

Bulan : Diperiksa oleh :

Gudang Gudang
Ruang Ruang
Area/ Kegiatan Kantor Bahan Bahan Toilet
Pengolahan Pengemasan
Baku Jadi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tanggal

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Nama Petugas
Paraf
Pengawas

Keterangan: Beri tanda √ pada kolom bagian yang telah dilaksanakan.


Lampiran 22 : Brosur PT. Libe Bumi Abadi

1
Lampiran 22 : Brosur PT. Libe Bumi Abad (lanjutan)
Lampiran 23 : Spesifikasi produk lidah buaya PT. Libe Bumi Abadi
Lampiran 23 : Spesifikasi produk lidah buaya PT. Libe Bumi Abadi (lanjutan)

You might also like