a
nO
Citrus Indonesia
PENGENDALIAN SERANGGA VEKTOR CVPD
DENGAN SAPUTAN BATANG (BARK PAINTING)
Kutu loncat jeruk Diaphorina citi
Kuwayama merupakan hama penting pada
tanaman jeruk karena berperan sebagai
vektor penyakit CVPD (Citrus Vein Phicem
Degeneration). Penyakit ini merupakan
penyakit utama jeruk yang sampai saat ini
belum juga tuntas pengendaliannya dan
sangat merugikan bagi pengembangan jeruk
di Indonesia. Pengendalian torhadap
serangga vektor ini merupakan hal yang harus.
diperhatikan secara serius untuk mencegah
infeksi ulang didaerah sentra produksi jeruk.
Serangga ini biesanya menyerang
kuncup dan daun muda. Serangannya
mengakibatkan tunas-tunas muda menjadi
keriting dan terhambat
Serangan
paran dapat mengakibatkan bagian taneman
yang terserang menjaci kering dan secara
bertahap akan mati
Pengendalian populasi hama D. citri
umumnya dilakukan dengan menggunakan
insektisida. Pengendalian dengan insektiside
ini akan lebih tepat sasaran dan hemat apabila
dinamika populasi serangga ini yang biasanya
mengikuti pola pertunasan dipahami dengan
benar.
pertumbuhannya(Gamber 1)
Gambar 1
Diaphorina itr yang
Menyerang tunas jeruk
SIKLUS HIDUP
Kutu loncat jeruk selama
perkembangannya mempunyai tiga stedium
hidup yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus
hidupnya mulai dari telur sampai dewasa
berlangsung selama 16-18 hari pada koncisi
panas, sedangkan pada kondisi dingin kutu ini
mampu bertahan hidup sampai 45 hari. Telur
D. city’ diletakkan pada primordial tunas yang
belum berkembang sempurna dan nimfayang
menetas aken berpindah ke permukaan daun
bagian bawah. Seekor dewasa betina mampu
bertelur sebanyak 500-800 butir selama masa
hidupnya. Serangga dewasa terus-menerus
bereproduks, sehingga dalam satu tahun
mampu menghasilkan 9-10 generasi kutu
Ketertarikan kutu loncat jeruk terhadap
tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan
telur, menjadikan pola pertunasan tanaman
merupakan faktor penting dalam
perkembangpiakannya, oleh kerena itu
sebziknya hal tersebut diperhatikan apabila
akan melakukan pengendalian. Pola
perlunesan tanaman jeruk berbeda-beda
tergantung varietas. Penyebab bervariasinya
pola pertunasan terutama disebabkan oleh
pola curah hujan dan pengairan.
PENGENDALIAN DENGAN SAPUTAN
BATANG
Altematif pengendalian secara ki
dengan insektisida selain melalui
penyemprotan adalah dengan cara saputanbatang. Cara ini diberikan terutama pada saat
tanaman bertunas dan populasi kutu loncat
tinggi. Kondisi ini biasanya dijumpai pada
pertanaman di daerah dataran rendah atau
pada kondisi panas terutama setelah
tanaman diairi atau turun hujan,
Salah satu alasan dilakukan
pongondalian dengan saputan batang adalah
untuk menyolamatkan musuh alami D. citri
terutama predator, dan parasitoid. Dengan
aplikasi melalui batang ini diharaokan musuh
alaminya masih tetap hidup, dibandingkan
dengan aplikasi dengan penyemprotan yang
dapat mengakibatkan predator dan parasitoid
dan entomopatogen ikut mati serta
mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Insektisida yang digunakan untuk
aplikasi saputan batang ini adalah yang
berbahen aktif imidakloprid dan abamektin.
Aplikasinya adalah dalam bentuk cairan
insektisida _murni tanpa pengenceran.
‘Saputar diapiikasikan pada ketinggian 10-20
cm diates bidang sembung atau okulasi
dengan lebar saputan kurang lebih sama
dengan diameter batang, oleh Karena itu
pemilinan kuas yang digunakan untuk
menyaput sebaiknya juga disesuaikan
dengan besar keciinya ukuran batang utama
tanaman. Aplikasi insektisida cukup dioleskan
atau disaputkan melingkar satu kali pada
batang utama (Gambar 2). Bateng yang akan
disaput tidak perlu
dikerok atau disikat, telapi cukup dibersihken
cengan kain / tangan. Volume cairan
insektisida yang diaplikasikan setiap tanaman
tergantung besar keciInya diameter batang,
yaitu antara 5-15 ml.
‘Gambar 2. Apikasi seputan batang
Hal yang herus dipothatixan dalam
melakukan pengendalian dengan saputan
batang adalah ketersediaan air di daerah
sekitar perakaran, Apabila aplikasi dilakukan
pada saat kandisi tanah kering atau musim
kemarau,maka harus segera diikuti dengan
penyiraman. Penyiraman berfungsi untuk
mempercepat disiribusi insektisida ke seluruh
bagian tanaman terutama tunas yang
citempati oleh kutuloncat D. citri (Gambar3).
Aplikasi insektisida untuk saputan
batang ini dapat dilakukan selektif terhadap
tanaman dengan tingkat populasi hama yang
tinggi. Apabila tingkat serangan kutu loncat
masin ringan dapat dilakukan tindakan
penyemprotan dengan insektiside yang
bersifat kontak. Pengendalian secara saputan
batang dapat dilakukan dengan interval 1-2
bulan dan diantaranya dapat
dikombinasaikan dengan penyemprotan
dengan insektisida berbahan aktif ondosutfan,
dimetoatatau sipermetrin.
Pengendalian secara saputan-batang
ini tidak dianjurkan untuk tanaman yang
sedang berbuah dengan umur buah diatas 3
bulan, karena akan menimbulkan residu yang
tertinggal dalam buah yang siap dipanen.
Gembar 3 Penyiraman yang dflakukan
setolah aplikasi saputan batang