You are on page 1of 14

GAMBARAN POLA MAKAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DENGAN GIZI

KURANG DI PONDOK BERSALIN TRI SAKTI BALONG TANI


KECAMATAN JABON –SIDOARJO
Zainul Arifin *)
*) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Korespondensi : noel.rssk@gmail.com

ABSTRACT
Malnutrition is an healthy state (pathological) arising from not eating enough protein and
thus less energy consumption during a certain period. In maternal and neonatal clinic Tri
Sakti Balong Tani distric Jabon are found malnutrition in children aged 3-5 years
(17,5%). Research purposes to identify the picture of the diet of children aged 3-5 years
with malnutrition in maternal and neonatal clinic Tri Sakti Balong Tani distric Jabon. The
study design was a descriptive survey. The study population was children was 3-5 years
who are underweight who recorded in maternal and neonatal clinic Tri Sakti Balong Tani
distric Jabon. The study sample was taken the period Oktober 2013 a number of 10
children, all of the subject research. Instrument used are questionnaire. The data obtained
are presented using frequency tables and cross tabulation were analyzed statistically
untested. The result showed that the age of children aged 3-5 years who are underweight
mostly poor diet 80%, toodlers who have a good diet but affect less 20%. Conclusion of the
majority of children aged 3-5 years had a poor diet. Suggested to improve the quality of
care services institutions in the from of counseling and educational information on
nutrition of children aged 3-5 years with a demonstration of the method of food
preparation and cooking of menu right.

Keywords: Diet, Nutrition lacking.

ABSTRAK

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup
makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu
tertentu. Di Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani kecamatan Jabon Sidoarjo banyak
ditemukan gizi kurang pada anak usia 3-5 tahun (17,5%). Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi gambaran pola makan anak usia 3-5 tahun dengan gizi kurang di Pondok
Bersalin Tri Sakti Balong Tani kecamatan Jabon Sidoarjo. Desain penelitian adalah survei
deskriptif. Populasi penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang mengalami gizi kurang
yang tercatat di Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani kecamatan Jabon Sidoarjo. Sampel
penelitian ini diambil periode bulan Oktober 2013 sejumlah 10 anak, seluruhnya dijadikan
subyek penelitian. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh
disajikan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis tanpa uji
statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia 3-5 tahun yang mengalami gizi
kurang dengan pola makan kurang baik 80%, balita yang mempunyai pola makan baik
tetapi gizinya kurang (20%). Kesimpulan sebagian besar anak usia 3-5 tahun memiliki
pola makan kurang baik. Disarankan bagi institusi pelayanan meningkatkan
kualitas pelayanan dalam bentuk KIE tentang gizi balita usia 3-5 tahun dengan metode
demonstrasi penyusunan menu makanan dan cara memasak yang benar.

Kata kunci: Pola makan, Gizi kurang.

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 17


PENDAHULUAN untuk bergerak, bekerja, dan
melakukan aktifitas, Pengaruh terhadap
Memasuki era globalisasi, daya tahan, penderita mudah terserang
Indonesia masih mengalami masalah gizi infeksi seperti pilek, batuk, dan diare,
ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih Pada anak-anak hal ini membawa
dengan berbagai risiko penyakit yang kematian. Pengaruh terhadap
ditimbulkan, yang terjadi di masyarakat pertumbuhan jasmani dan mental,
perdesaan dan perkotaan. Masalah gizi kekurangan gizi ini dapat berakibat
ganda pada hakikatnya merupakan terganggunya fungsi otak.
masalah perilaku. Untuk mengoreksi
masalah gizi ganda tersebut dapat Berdasarkan Riskesdas (Riset
dilakukan dengan pendekatan melalui Kesehatan Dasar) 2010, angka
pemberian informasi tentang perilaku kekurangan gizi balita menurun dari
gizi yang baik dan benar. 28% pada tahun 2005 menjadi 17,9%
dan gizi buruk 4,9% pada tahun 2010.
Marimbi (2010:95) Berdasarkan data hasil kegiatan hasil
menambahkan, secara garis besar pemantauan status gizi pada tahun
kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, 2009, di Jawa Timur terdapat 12,7%
jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan angka kejadian gizi buruk dan gizi
tinggi badan. Pada umumnya anak usia kurang, sedangkan angka pencapaian
3-5 tahun mengalami gizi kurang. nasional 17,9%. Kabupaten Sidoarjo,
jumlah balita kurang gizi mencapai 1,53
Penyebab gizi kurang dibedakan % pada tahun 2010, sedangkan untuk
menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan tahun 2011, jumlah balita yang masuk
tidak langsung, Waryono (2010:8). garis merah sekitar 1,35%. Jumlah
Penyebab langsung gizi kurang menurut balita di kota Sidoarjo 140.000 anak
yaitu makanan anak, pola makan yang (BPS Kab. Sidoarjo, 2011). Di Pondok
tidak seimbang kandungan nutrisinya, Bersalin Desa Balong Tani Kec. Jabon
dan penyakit infeksi yang mungkin Sidoarjo pada bulan Mei tahun 2013,
diderita anak. Penyebab tidak langsung didapatkan (17,5 %) balita mengalami
yaitu ketahanan pangan di keluarga, gizi kurang.
pola pengasuhan anak serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pemerintah menargetkan
Tirtawinata (2006:84) menambahkan Millenium Development Goal’s
penyebab gizi kurang yaitu kemiskinan (MDG’s) pada tahun 2015 yaitu sebesar
dan ketidaktahuan. 15,5% dan 3,5% gizi buruk dapat
tercapai. Untuk mencapai sasaran pada
Gizi kurang merupakan keadaan tahun 2015, upaya perbaikan gizi
tidak sehat yang timbul karena konsumsi masyarakat yang dilakukan adalah
energi dan protein kurang selama jangka peningkatan program ASI Eksklusif,
waktu tertentu (Budiyanto, 2002:13) upaya penanggulangan gizi mikro
Menurut Almatsier (2006:11-12), melalui pemberian Vit A, tablet besi
dampak dari gizi kurang adalah bagi ibu hamil (bumil) dan iodisasi
berpengaruh terhadap pertumbuhan, garam, serta memperkuat penerapan
anak-anak yang tidak tumbuh menurut tatalaksana kasus gizi buruk dan gizi
potensinya. Protein digunakan sebagai kurang di fasilitas kesehatan. Program
zat pembakar sehingga otot-otot menjadi UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga)
lembek dan rambut mudah rontok, telah dilaksanakan, dengan tujuan
Pengaruh terhadap produksi tenaga, meningkatkan dan membina keadaan
menyebabkan kekurangan tenaga

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 17


gizi seluruh anggota masyarakat melalui dewasa KEP menurunkan derajat
partisipasi dan pemerataan kegiatan, kesehatan sehingga rentan terhadap
perubahan perilaku yang mendukung penyakit dan disamping itu menurunkan
tercapainya perbaikan gizi pada anak pula produktifitas kerja.
balita (Depkes, 2005).
Umumnya penyakit kekurangan gizi
Berdasarkan latar belakang masalah merupakan masalah kesehatan
tersebut di atas, bahwa banyak faktor masyarakat yang menyangkut
yang mempengaruhi gizi kurang yaitu: multidisiplin dan selalu dikontrol
makanan anak, infeksi yang mungkin terutama masyarakat yang tinggal di
diderita anak, ketahanan pangan di negara-negara berkembang baru
keluarga, pola pengasuhan anak, berkembang. Masalah penyebab
pelayanan kesehatan dan lingkungan, kekurangan gizi (malnutrisi) dalam
pola makan yang tidak seimbang kelompok masyarakat saat ini merupakan
kandungan nutrisinya, kemiskinan dan masalah kesehatan diseluruh dunia
ketidaktahuan. Supaya pembahasan lebih (FKMUI, 2007: 183).
fokus dan terarah maka dibatasi hanya
faktor pola makan. Penelitian ini Faktor faktor yang berpengaruh
bertujuan: Diketahuinya gambaran pola terhadap kebutuhan gizi
makan anak usia 3-5 tahun dengan gizi
kurang di Pondok Bersalin Desa Balong Menurut Sulistyoningsih (2011: 56),
Tani Kecamatan Jabon Sidoarjo. faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan gizi yaitu meliputi:

Umur: Kebutuhan zat gizi pada orang


TINJAUAN PUSTAKA dewasa berbeda dengan kebutuhan gizi
pada usia balita karena pada masa balita
Konsep Dasar Gizi Kurang terjadi pertumbuhan dan perkembangan
sangat pesat, semakin bertambahnya
Ada beberapa hal yang sering umur semakin bertambahnya umur,
merupakan penyebab terjadinya kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih
gangguan gizi, baik secara langsung rendah untuk tiap kilogram berat
maupun tidak langsung. Sebagai badannya. Anak usia 3 tahun tidak bisa
penyebab langsung gangguan gizi, diharapkan makan sebanyak saat mereka
khususnya gangguan gizi pada bayi dan masih bayi ataupun dipaksa mengikuti
anak usia dibawah lima tahun (balita) pola makan sebanyak saat mereka bayi
adalah tidak sesuainya jumlah gizi ataupun dipaksa mengikuti pola makan
yang mereka peroleh dari makanan orang dewasa, nafsu makan anak
dengan kebutuhan tubuh mereka bergantung juga dengan aktivitas dan
(Marimbi, 2010:96). kondisi kesehatan.

Wahab (2010:80) menambahkan Aktivitas: Kebutuhan zat gizi seseorang


bahwa KEP (kekurangan energi protein) ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan
adalah spectrum keadaan yang sehari-hari. Makin berat aktivitas yang
disebabkan oleh berbagai tingkat dilakukan, kebutuhan zat gizi makin
defisiensi protein dan kalori. KEP bisa tinggi, terutama energi
terjadi pada semua umur, baik dewasa
maupun anak-anak, terutama ibu hamil, Jenis Kelamin: Kebutuhan zat gizi juga
ibu menyusui dan anak-anak dibawah berbeda antara laki-laki dan perempuan,
lima tahun atau balita. Pada orang terutama pada usia dewasa. Perbedaan

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 18


ini terutama disebabkan oleh jaringan subskapuler merupakan refleksi
penyusun tubuh dan jenis aktivitasnya. tumbuh kembang jaringan lemak
dibawah kulit yang mencerminkan
Daerah Tempat Tinggal: Seseorang kecukupan energi. Dalam keadaan
yang tinggal didaerah pegunungan yang defisiensi, lipatan kulit menipis dan
dingin membutuhnya kecukupan energi sebaliknya menebal jika masukan energi
yang lebih dibandingkan yang tinggal berlebihan. 6) Umur. Faktor umur
didaerah pesisir yang panas. sangat penting dalam penentuan status
gizi. Kesalahan penentuan umur akan
Parameter Penilaian Status Gizi menyebabkan interprestasi status gizi
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi
Penilaian status gizi secara langsung. badan dan berat badan yang akurat,
Menurut Supariasa (2002;38), dapat menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dibagi menjadi empat penilaian yaitu: dengan penentuan umur yang tepat.
antropometri, klinis, biokimia, dan Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980),
biofisik. batasan umur digunakan adalah tahun
umur penuh (completed year) dan
Indeks Antropometri. 1) Berat badan
untuk anak umur 0-2 tahun digunakan
merupakan salah satu ukuran
bulan usia penuh (completed month )
antropometri yang terpenting karena
(Supariasa, 2002: 38). 7) Lingkar dada.
dipakai untuk memeriksakan kesehatan
Biasanya dilakukan pada anak yang
anak pada semua kelompok umur. 2)
berumur antar 2 sampai 3 tahun, karena
Tinggi Badan. Tinggi badan merupakan
rasio lingkar kepala dan lingkar dada
ukuran antropometri yang terpenting
sama pada umur 6 bulan. Setelah umur
kedua. Selain itu, tinggi badan
ini tulang tengkorak tumbuh secara
merupakan indikator yang baik untuk
lambat dan pertumbuhan dada lebih
pertumbuhan fisik yang sudah lewat dan
cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun,
untuk perbandingan terhadap perubahan
rasio lingkar kepala dan dada adalah
relatif, seperti nilai berat badan dan
kurang dari satu, hal ini
lingkar lengan atas. 3) Lingkaran kepala.
dikarenakan akibat kegagalan
Ukuran ini dipakai untuk mengevaluasi
perkembangan dan pertumbuhan, atau
pertumbuhan otak dan karena laju
kelemahan otot dan lemak pada dinding
tumbuh pesatnya pada saat berusia 3
dada (Supariasa, 2002:53). Jaringan
tahun hanya 1 cm dan hanya meningkat
lemak. Otak, hati, jantung, dan organ
5 cm sampai usia remaja/dewasa, maka
dalam lainnya merupakan bagian yang
dapat dikatakan bahwa manfaat
cukup besar dari berat badan, tetapi
pengukuran lingkaran kepala ini hanya
relatif tidak berubah pada anak
terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali
malnutrisi.
untuk kasus tertentu (Santoso, 2009: 48).
4) Lingkar lengan atas. Ukuran ini Penilaian Status Gizi Secara Tidak
mencerminkan tumbuh kembang langsung. Penilaian status gizi secara
jaringan lengan otot yang tidak tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan survei konsumsi makanan, statistik vital
tubuh bila dibandingkan dengan berat dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).
badan. Ukuran ini dapat dipakai untuk
menilai keadaan tumbuh kembang pada Klasifikasi Status Gizi. Untuk
kelompok usia pra- sekolah (Santoso, menentukan klasifikasi status gizi
2009: 48). 5) Lipatan kulit. Menurut diperlukan ada batasan- batasan yang
Santoso (2009: 48) ukuran tebalnya disebut dengan ambang batas, batasan
lipatan kulit pada daerah triceps dan ini disetiap negara relatif berbeda, hal

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 19


ini tergantung dari kesepakatan para Kemiskinan dan Ketidaktahuan.
ahli gizi Negara tersebut, berdasarkan
penelitian empiris dan keadaan klinis. Akibat Gangguan Gizi Kurang;
Klasifikasi Gomez (1956), Klasifikasi
Kualitatif menurut Wellcome Trust, 1. Kekurangan gizi merupakan
Klasifikasi menurut Waterlow. penyebab utama kematian bayi dan
Klasifikasi Jelliffe. Klasifikasi Bengoa. anak-anak.
Klasifikasi Status gizi menurut 2. Pada anak-anak KEP menghambat
rekomendasi lokal Karya pertumbuhan badan
Antropometri 1975 serta Puslitbang Gizi 3. Mudah terserang berbagai penyakit
1978. Dalam rekomendasi tersebut dan menenurunya produktifitas
digunakan lima macam indeks yaitu: kerja manusia.
BB/U, TB/U, LLA/U, BB/ TB dan 4. Rendahnya tingkat kecerdasan
LLA/TB. Baku yang digunakan adalah intelektual yang bersifat menetap
Harvard. Garis baku Harvard adalah sampai dewasa sehingga jika disuruh
presentil 50 baku Harvard. bersaing dengan mereka yang
kapasitas otaknya lebih akan telihat
Klasifikasi menurut Direktorat beda kemampuannya.
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun
2000. Dalam buku petunjuk teknis Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia:
Penentuan Status Gizi (PSG) anak balita Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
tahun 2000, klasifikasi status gizi dapat (UPGK), Rencana pembangunan Jangka
diklasifikasikan menjadi 5, yaitu gizi Menengah Nasional (RPJMN), Rencana
lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang Aksi Nasional Pencegahan dan
dan gizi buruk. Baku rujukan yang Penanggulangan Gizi Buruk (RAN-
digunakan adalah WHO-NCHS, dengan PPGB). Gerakan keluarga sadar gizi
indeks berat badan menurut umur. (Kadarzi).
Tabel 1 Klasifikasi Status Gizi
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Konsep Dasar Pola Makan Pada
Masyarakat Depkes RI tahun 2000.
Anak Usia 3-5 Tahun
Kategori Cut Of Point Sulistyoningsih (2011:61) menjelaskan
Gizi Lebih
bahwa pola makan adalah tingkah laku
>120% median BB/U baku WHO-
NCHS, 1983 atau sekelompok manusia dalam
Gizi baik 80%-120% median BB/U baku WHO- memenuhi kebutuhan akan makan yang
NCHS, 1983
Gizi sedang 70%-79% median BB/U baku WHO-
meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan
NCHS, 1983 makanan yang terbentuk sebagai hasil
Gizi kurang 60%-69% median BB/U baku WHO- dari pengaruh fisiologis, psikologis,
NCHS, 1983
Gizi buruk
budaya dan sosial. Pola makan yang
<60% median BB/U baku WHO-NCHS,
1983 seimbang, yaitu yang sesuai dengan
*) Laki-laki dan perempuan sama kebutuhan disertai dengan pemilihan
bahan makanan yang tepat akan
Faktor Penyebab Gizi Kurang: melahirkan status gizi yang baik.
Makanan anak, Infeksi yang mungkin Pembahasan pola makan meliputi:
diderita anak, Ketahanan pangan di
keluarga, Pola pengasuhan anak, Frekuensi Makan per Hari
Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Pola makan yang tidak Menurut Waryono (2010:90),
seimbang kandungan nutrisinya. berikan makanan 5-6 kali sehari. Pada

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 20


masa ini lambung akan belum mampu Variasi Makanan.
mengakomodasi porsi makan 3x sehari.
Mereka perlu makan lebih sering sekitar Menurut Widodo (2008: 98)
5-6 kali sehari (3 kali makan “berat” variasi menu makanan perlu dilakukan
ditambah cemilan sehat). Soenardi untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
(2006:28) pada makan yang seimbang anak. Tentu saja variasi menu harus
atau yang baik yaitu bila frekuensi tetap memperhatikan tingkat
makan 3 kali sehari atau lebih dan perkembangan makan anak dan
makan makanan selingan diantara kandungan nutrisinya sesuai kebutuhan
makan dan jumlahnya banyak serta jenis anak. Santoso (2009) menambahkan
makanannya yang bergizi seimbang. bahwa variasi teknik pengolahan yaitu
Pola makan cukup yaitu bila anak ada hidangan yang diolah dengan teknik
makan makanan selingan diantara pengolahan digoreng, direbus, disetup,
makan, jumlah sedang jenis makanannya dan lainnya sehingga memberikan
yaitu gizi seimbang. Sedangkan pola penampilan, tekstur dan rasa berbeda
makan kurang yaitu bila anak makan pada hidangan tersebut. Sebaiknya
kurang dari 3 kali sehari dan makan dihindari adanya pengulangan warna,
makanan selingan diantara makanannya rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam
hanya sejenis bahan makanan saja satu menu.

Kualitas makanan, Untuk menghindari kebosanan


karena pengulangan susunan menu,
Santoso (2009:70) menjelaskan maka penyusunan menu dilakukan
tingkat komsumsi ditentukan oleh minimum untuk 10 hari, dan diubah
kualitas serta kuantitas hidangan. setiap bulan.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya
semua zat gizi yang diperlukan oleh Gizi Seimbang.
tubuh didalam susunan hidangan dan
perbandingan yang satu terhadap yang Menurut Santoso (2009:123),
lain. konsep menu adekuat menekan adanya
unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh
Kuantitas makanan. tubuh dalam keadaan seimbang. Unsur
gizi yang diperlukan tubuh ini
Santoso (2009:70) menjelaskan digolongkan atas pemberi tenaga atau
bahwa kuantitas menunjukkan kuantum energi, penyokong pertumbuhan,
masing-masing zat gizi terhadap pembangunan, dan pemeliharaan
kebutuhan tubuh. Menurut Uripi jaringan tubuh serta pengatur
(2004:53), standar kebutuhan energi metabolism dan berbagai keseimbangan
sehari prasekolah adalah 67-75 kalori dalam sel tubuh. Cahanar (2006:36)
per kg berat badan, sedangkan menambahkan setelah penyakit mulai
kebutuhan proteinnya adalah 10%- menyerang, orang baru sadar kalau ada
20% dari total energi. Menurut Apriadji yang salah dengan gaya hidup. Salah
(2009:14) setiap anak adalah unik, satu yang paling berpengaruh adalah
banyak sedikitnya jumlah makanan per pola makan.
porsi bisa disesuaikan dengan
kemampuan makan balita prasekolah. Prinsipnya, pengaturan pola makan bisa
Porsi yang dianjurkan perhari untuk mencegah atau menahan agar sakit tidak
sayuran 3 porsi, buah 2 porsi, makanan tambah parah. Pedoman Umum Gizi
pokok 3 porsi, makanan tinggi kalsium 3 Seimbang (PUGS) menurut Depkes RI
porsi dan makanan kaya protein 2 porsi. (2005), mengeluarkan pedoman praktis

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 21


dalam 13 pesan dasar sebagai berikut: Agama

1) Konsumsi makanan yang beraneka Konsep halal dan haram sangat


ragam. 2) Konsumsi makanan untuk mempengaruhi pemilihan bahan
memenuhi kecukupan energi. 3) makanan yang dikonsumsi. Perayaan
Makanlah makanan sumber karbohidrat, hari besar agama juga mempengaruhi
setengah dari kebutuhan energi. 4) pemilihan bahan makanan yang disajikan
Batasi konsumsi lemak dan minyak
sampai seperempat dari kebutuhan Pendidikan
energi. 5) Gunakan garam beryodium. 6)
Makan makanan sumber zat besi. 7) Pendidikan dalam hal ini bisanya
Berikan ASI saja pada bayi sampai umur dikaitkan dengan pengetahuan, akan
6 bulan. 8) Biasakan makan pagi. 9) berpengaruh terhadap pemilihan bahan
Minum air bersih yang aman dan cukup makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
jumlahnya. 10) Lakukan kegiatan fisik Prinsip yang dimiliki seseorang yang
dan olahraga secara teratur. 11) Hindari pendidikannya rendah biasanya adalah
minuman beralkohol. 12) Makan “yang penting mengenyangkan” sehingga
makanan yang aman bagi kesehatan. 13) porsi bahan makanan sumber
Baca label pada makanan yang dikemas. karbohidrat lebih banyak daripada
kelompok bahan makanan lain,
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi sebaliknya, ibu yang memiliki
Pola Makan Anak pendidikan tinggi memiliki
kecenderungan memilih bahan makanan
Faktor Ekonomi sumber protein dan akan berusaha
menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi
Variabel ekonomi yang cukup lain.
dominan dalam mempengaruhi
konsumsi pangan adalah pendapatan Lingkungan
keluarga dan harga. Meningkatnya
pendapatan akan meningkatkan peluang Faktor lingkungan cukup besar
untuk membeli pangan dengan kualitas pengaruhnya terhadap pembentukan
dan kuantitas yang lebih baik. perilaku makan. Kebiasaan makan
pada keluarga sangat berpengaruh besar
Faktor Sosial Budaya terhadap pola makan seseorang,
kesukaan seseorang terhadap makanan
Pantangan dalam mengkonsumsi terbentuk dari kebiasaan makan yang
jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi terdapat dalam keluarga.
oleh faktor budaya/kepercayaan.
Pantangan yang didasari oleh Anak-anak yang mendapat
kepercayaan pada umumnya informasi yang tepat tentang makanan
mengandung perlambang atau nasihat sehat dari para gurunya dan didukung
yang dianggap baik ataupun tidak baik oleh tersedianya kantin atau tempat jajan
yang lambat laun menjadi kebiasaan/ yang menjual makanan yang sehat akan
adat. Budaya mempengaruhi seseorang membentuk pola makan yang baik
dalam menentukan apa yang akan pada anak. Santoso (2009)
dimakan, bagaimana pengolahan, menambahkan, anak usia 3-6 tahun
persiapan, dan penyajiannya serta untuk mempunyai ciri khas yaitu sedang
siapa dan dalam kondisi bagaimana dalam proses tumbuh kembang, ia
pangan tersebut dikonsumsi. banyak melakukan kegiatan jasmani,
dan mulai aktif berinteraksi dengan

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 22


lingkungan sosial maupun alam penjual makanan yang berada disekitar
sekitarnya sehingga lupa untuk makan. sekolah, persatuan orang tua murid
Pertumbuhan jasmani yang terjadi pada membuat makan warung makanan yang
seorang anak biasanya diikuti dengan sehat disekolah (Sulistyoningsih,
perubahan atau perkembangan 2011:196).
dalam segi lain seperti berfikir,
berbicara, berperasaan, bertingkah laku, Pemberian makanan disekolah
dan lainnya. Perkembangan yang (school feeding), Salah satu bentuk
dialami anak merupakan rangkaian school feeding yang dilakukan diluar
perubahan yang teratur dari satu negeri adalah program pemberian makan
tahap perkembangan ke tahap siang disekolah. (Sulistyoningsih,
perkembangan berikutnya misalnya 2011:197)
dari duduk , berdiri, berjalan,
kemudian berlari. Masa lima tahun Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun
pertama merupakan masa Dalam Pemilihan Rasa Makanan
terbentuknya dasar-dasar kepribadian
manusia, kemampuan pengindraan, Ummushofiyya (2013)
berfikir, keterampilan berbahasa dan menyatakan bahwa anak-anak kecil yang
berbicara, bertingkah laku sosial dan baru belajar berjalan (usia antara 1-3
lainnya tahun) mengalami transisi dalam
pemilihan makanan dan kebiasaan
Hubungan Pola Makan Dengan Status makan. Mereka mulai menggunakan
Gizi Anak pola-pola makanan orang dewasa.
Karena kesukaan pada makanan
Menurut Santoso (2009:88) kebutuhan terbentuk sejak dini dalam kehidupan,
makan pada seseorang diperlukan bantulah anak Anda mengembangkan
secukupnya, yang berarti kurang atau selera terhadap makanan sehat.
lebih dari cukup, terlebih dalam waktu
yang lama akan berdampak buruk pada Usia 1-3 tahun dikelompokkan
kesehatan. sebagai konsumen pasif di mana
makanan yang dikonsumsi tergantung
Faktor-faktor Penyulit: Kelainan Neuro- dari yang disajikan ibu sehingga peran
Motorik, Kelainan Kongenital, Kelainan ibu sangat besar dalam menentukan
gigi - geligi, Penyakit Infeksi akut dan makanan yang bergizi seimbang. Pada
menahun, Psikologik. usia ini, rasa ingin tahu anak sangat
tinggi sehingga ibu harus bisa
Penanganan Gangguan Pola Makan memanfaatkan kesempatan ini untuk
Anak memperkenalkan makananan yang
bervariasi dalam rasa, warna, dan
Pengawasan, Upaya perbaikan tekstur. Nutrisi yang baik sangat
keadaan gizi anak sekolah dinegara maju dibutuhkan karena pertumbuhan otak
dilakukan dengan melibatkan peran serta masih berlangsung dan biasanya anak
sekolah yang berkerja sama dengan lebih rentan terhadap penyakit
orang tua murid. Bentuk upaya yang infeksi dan kekurangan gizi pada usia
dilakukan adalah melakukan ini (Ummushofiyya, 2013).
pengawasan terhadap warung atau

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 23


Pada usia 4-5 tahun, anak polindes periode bulan Oktober 2013
dikelompokkan sebagai konsumen aktif, dengan menggunakan kuesioner secara
yaitu anak mulai memilih makanan yang tertutup
disukainya. Pada usia ini kemampuan
motorik anak sudah berkembang dengan Kerangka Konsep
baik. Anak sudah mulai terampil Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi
menggunakan berbagai peralatan makan kurang pada anak:
seperti sendok, garpu, dan pisau untuk
mengoles selai pada roti tawar. Anak
senang makan bersama keluarga di meja
makan dan sebaiknya orangtua jangan Makanan Anak
terlalu banyak melarang
(Ummushofiyya, 2013).
Infeksi
Anak usia sekolah lebih banyak
membutuhkan energi dibanding usia
balita karena aktifitasnya semakin Ketahanan
pangan di
banyak baik di rumah maupun di Keluarga
sekolah. Sebaiknya anak dibiasakan
sarapan (makan pagi) sebelum berangkat
sekolah karena bermanfaat untuk Pola Makan Gizi Kurang
konsentrasi belajarnya. Bila tidak sempat
makan pagi sebaiknya ibu memberkan
bekal makanan atau snack berat (bergizi Pelayanan
Kesehatan
lengkap dan seimbang), misalnya
pastel goreng, mie goreng, atau nasi Kesehatan
dan lauk. Untuk makan siang Lingkungan

biasanya lebih bervariasi karena


waktunya tidak terbatas dan begitu
juga dengan makan malam yang Ketidaktahuan
merupakan saat menyenangkan untuk
berkumpul bersama keluarga
(Ummushofiyya, 2013)
Pola Pengasuhan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan survei
Kemiskinan
deskriptif di mana peneliti hanya
menggambarkan saja sejelas mungkin
tanpa menganalisis bagaimana dan Sumber : Modifikasi Waryono (2010)
mengapa fenomena tersebut terjadi, dan Tirtawinata (2006).
bagaimana gambaran pola makan anak Keterangan :
dengan gizi kurang pada usia 3-5 tahun
di Pondok Bersalin Tri Sakti desa
Diteliti Tidak diteliti
Balong Tani Kecamatan Jabon Sidoarjo.
Data populasi diperoleh berdasar data
skunder yang berasal dari buku register
Pondok Bersalin. Data primer diperoleh Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
dari ibu / pengasuh yang membawa anak yang memiliki anak usia 3-5 tahun
dengan gizi kurang berusia 3-5 tahun ke dengan gizi kurang yang terdaftar dibuku

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 24


register Pondok Bersalin Tri Sakti akan berpengaruh terhadap pemilihan
wilayah kerja Bidan Aisiam Millin, SST, bahan makan dan pemenuhan kebutuhan
Balong Tani. Sampel penelitian diambil gizi. Prinsip yang dimiliki seseorang
berdasar total kunjungan Ibu yang yang pendidikannya rendah biasanya
memiliki anak usia 3-5 tahun dengan gizi adalah “yang penting mengenyangkan”
kurang ke Pondok Bersalin Tri Sakti pada sehingga porsi bahan makanan sumber
bulan Oktober 2013 sejumlah 10 anak. karbohidrat lebih banyak daripada
Variable penelitian ini adalah pola kelompok bahan makanan lain,
makan anak (kebiasaan ibu dalam sebaliknya, ibu yang memiliki
memberi makan anak) terhadap balita (3- pendidikan tinggi memiliki
5 tahun) gizi kurang. kecenderungan memilih bahan makanan
Analisis data dilakukan sumber protein dan akan berusaha
rekapitulasi kemudian disajikan dalam menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi
bentuk tabel frekuensi dan tabulasi lain.
silang, yang diperjelas dalam bentuk Dilihat dari segi pekerjaan ibu,
persentase dan narasi untuk mengetahui pada ibu-ibu yang bekerja umumnya
gambaran pola makan anak dengan gizi kurang meluangkan waktu untuk
kurang usia 3-5 tahun. mengurusi anaknya, sehingga tidak
sempat untuk menyediakan makanan
yang dibutuhkan untuk anak usia
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut. Suharjo (2003: 14),
menyatakan bahwa pada masa bayi dan
Dalam pemaparan hasil dan pembahasan
balita, orang tua harus selalu
disajikan terpisah.
memperhatikan kualitas dan kuantitas
Hasil analisis gambaran anak usia 3-5
makanan yang dikonsumsi oleh anak
tahun dengan gizi kurang adalah:
dengan membiasakan pola makan yang
1. 60% anak dengan gizi kurang
seimbang dan teratur setiap hari, sesuai
memiliki orang tua berpendidikan
dengan tingkat kecukupannya. Banyak
SMP
perempuan yang meninggalkan desa
2. 60% anak dengan gizi kurang
untuk mencari kerja di kota bahkan
memiliki orang tua bekerja di luar
menjadi TKI, kemungkinan juga dapat
rumah
menyebabkan anak menderita gizi
3. 50% anak dengan gizi kurang berusia
buruk. Pada ibu yang bekerja biasanya
berusia 36-47 bulan (3 tahun)
anak balita lebih cepat disapih.
4. 60% anak dengan gizi kurang,
Penyapihan yang lebih dini akan
berjenis kelamin laki-laki
berakibat negatif terhadap status gizi
5. 60% anak dengan gizi kurang, diasuh
anak apabila anak disapih terlalu dini.
oleh nenek.
6. 80% anak dengan gizi kurang,
Dilihat dari segi umur anak,
berpola makan kurang baik
mayoritas didapatkan usia 3 tahun yang
7. 20% anak dengan gizi kurang,
mengalami gizi kurang, hal ini
berpola makan baik
dikarenakan pada usia tersebut anak
sudah dapat merasakan/ memilih
Dilihat dari segi pendidikan ibu makanan yang disukainya.
yang mayoritas adalah SMP, mereka Ummushofiyya (2013) mengatakan
cenderung kurang memahami makanan bahwa anak-anak kecil yang baru
yang tepat untuk diberikan anaknya. belajar berjalan (usia antara 1-3
Menurut Sulistyoningsih (2011: 54) tahun) mengalami transisi dalam
bahwa pendidikan dalam hal ini pemilihan makanan dan kebiasaan
biasanya dikaitkan dengan pengetahuan,

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 25


makan. Karena kesukaan pada makanan memiliki suku-suku tertentu terdapat
terbentuk sejak dini dalam kehidupan, pantangan makanan/ kepercayaan, yang
bantulah anak Anda mengembangkan sebetulnya makanan tersebut sangat
selera terhadap makanan sehat. Usia 1-3 dibutuhkan oleh tubuh. Budaya
tahun dikelompokkan sebagai konsumen menuntun orang dalam cara bertingkah
pasif di mana makanan yang laku dalam memenuhi kebutuhan
dikonsumsi tegantung dari yang biologisnya, termasuk kebutuhan
disajikan ibu sehingga peran ibu sangat terhadap pangan. Menurut
besar dalam menentukan makanan yang Sulistyoningsih (2011: 53), pantangan
bergizi seimbang. Pada usia ini, rasa yang didasari oleh kepercayaan pada
ingin tahu anak sangat tinggi sehingga umumnya mengandung perlambang
ibu harus bisa memanfaatkan atau nasihat yang dianggap baik
kesempatan ini untuk memperkenalkan ataupun tidak baik yang lambat laun
makanan yang bervariasi dalam rasa, menjadi kebiasaan/ adat.
warna, dan tekstur. Dilihat dari pola pengasuhan,
peran pengasuhan anak sangat
Jika dilihat dari sosial budaya, berpengaruh dengan status gizi
kebudayaan juga menentukan kapan anak, sebagaian anak yang menderita
seseorang boleh dan tidak boleh gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek
mengkonsumsi suatu makanan yang atau pengasuh yang mempunyai
dianggap tabu, meskipun tidak semua pendidikan rendah, berbeda dengan anak
hal yang tabu masuk akal dan baik dari yang diasuh oleh ibunya sendiri dengan
sisi kesehatan, contohnya adalah anak kasih sayang apalagi ibunya
balita tidak boleh mengkonsumsi ikan berpendidikan, mengerti tentang
laut karena dikhawatirkan akan pentingnya pola makan yang baik.
menyebabkan cacingan, padahal dari sisi Sesuai dengan pendapat Waryono
kesehatan berlaku sebaliknya, (2010:8) pola pengasuhan adalah
mengkonsumsi ikan sangat baik bagi kemampuan keluarga untuk
balita karena memiliki kandungan menyediakan waktunya, perhatian dan
protein yang sangat dibutuhkan untuk dukungan terhadap anak agar dapat
pertumbuhan. Sesuai dengan pendapat tumbuh dan berkembang secara optimal
Sulistyoningsih (2011 : 53), pantangan baik fisik, mental dan sosial. Martina
dalam mengkonsumsi jenis makanan (2005:2) menambahkan bahwa anak
tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih
budaya/ kepercayaan. Pantangan yang sayang, apalagi ibunya berpendidikan,
didasari oleh kepercayaan pada mengerti soal pentingnya ASI, manfaat
umumnya mengandung perlambang atau Pondok Bersalin dan kebersihan
nasihat yang dianggap baik ataupun meskipun sama-sama miskin, ternyata
tidak baik yang lambat laun menjadi anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan
kebiasaan/ adat. Budaya mempengaruhi perempuan berpengaruh pada kualitas
seseorang dalam menentukan apa yang pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian
akan dimakan, bagaimana pengolahan, anak yang gizi buruk ternyata diasuh
persiapan, dan penyajiannya, serta untuk oleh nenek atau pengasuh yang juga
siapa dan dalam kondisi bagaimana miskin dan tidak berpendidikan.
pangan tersebut dikonsumsi.
Berdasarkan hasil bahwa 10 anak
Jika ditinjau dari suku/bangsa, dari 55 anak di Pondok Bersalin Balong
suku/bangsa sangat mempengaruhi pola Tani usia 3-5 tahun memiliki gizi
makan anak karena pada keluarga yang kurang sebanyak 10 anak. Hal ini

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 26


kemungkinan disebabkan karena faktor pada masa balita terjadi pertumbuhan dan
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia anak, perkembangan yang sangat pesat,
sosial budaya, dan pengasuh. semakin bertambahnya umur, kebutuhan
zat gizi seseorang relatif lebih rendah
Jika ditinjau dari segi pendidikan untuk tiap kilogram berat badannya.
mayoritas ibu adalah SMP, orang yang Anak usia 3 tahun tidak bisa diharapkan
pendidikannya kurang seringkali belum makan sebanyak saat mereka bayi
mengerti tentang kebutuhan nutrisi/ ataupun dipaksa mengikuti pola makan
makanan yang terbaik untuk anaknya. orang dewasa, nafsu makan anak
Dampak dari pengetahuan ibu yang bergantung juga dengan aktivitas dan
kurang akan mempengaruhi pemahaman kondisi kesehatan.
ibu terhadap pemilihan bahan makanan
untuk anak sehingga anak mengalami gizi Dilihat dari sosial budaya, budaya
kurang. Menurut Tirtawinata (2006:84) mempengaruhi status gizi anak karena
tidak faham akan kebutuhan makanan melibatkan pemilihan makanan
dan zat-zat gizi untuk bayi dan anak-anak didalamnya, padahal semua jenis
merupakan penyebab gizi kurang. makanan itu baik dan aman untuk
Hidayat menambahkan bahwa orang tua dikonsumsi, tetapi ada beberapa adat/
dengan pendidikan yang rendah, mereka budaya di masyarakat yang memang
mempunyai pengetahuan kesehatan dan mengharuskan untuk menghindari
gizi yang masih sangat rendah. beberapa makanan yang dianggapnya
merupakan pantangan dan sebenarnya
Dari segi pekerjaan, ibu yang memang baik untuk dikonsumsi dan
bekerja cenderung tidak bisa dibutuhkan oleh tubuh. Sesuai dengan
menyediakan waktu untuk mengurus pendapat Sulistyoningsih (2011:53) yang
serta menyiapkan makanan yang menyatahkan bahwa pantangan dalam
dibutuhkan oleh anak sehingga asupan mengkonsumsi jenis makanan tertentu
nutrisi yang diserap tubuh anak kurang, dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/
jika kandungan nutrisi yang dikonsumsi kepercayaan. Kebudayaan suatu
tubuh kurang maka dapat menjadi gizi masyarakat mempunyai kekuatan yang
kurang. Menurut Suhardjo (2003: 14), cukup besar untuk mempengaruhi
yang menyatakan bahwa pada masa bayi seseorang dalam memilih dan mengolah
dan balita, orang tua harus selalu pangan yang akan dikonsumsi.
memperhatikan kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi oleh anak Ditinjau dari segi pola
dengan membiasakan pola makan yang pengasuhan anak, balita sangat
seimbang dan teratur setiap hari, sesuai tergantung pada ibu atau pengasuhnya
dengan tingkat kecukupannya. dalam memenuhi kebutuhannya, peran
pengasuhan anak sangat berpengaruh
Dari segi usia anak, kebutuhan dengan status gizi anak, sebagian anak
gizi anak berbeda dengan kebutuhan zat yang menderita gizi buruk ternyata
gizi orang dewasa karena balita terjadi diasuh oleh nenek atau pengasuh yang
pertumbuhan dan perkembangan sangat mempunyai pendidikan rendah. Sesuai
cepat, nafsu makan anak bergantung juga dengan pendapat Suhardjo (2003:14)
dengan aktifitas dan kondisi bahwa pada masa bayi dan balita,
kesehatannya. Menurut pendapat orang tua harus selalu memperhatikan
Sulistyoningsih (2011: 56), kebutuhan zat kualitas makanan yang dikonsumsi oleh
gizi pada orang dewasa berbeda dengan anak dengan membiasakan pola makan
kebutuhan gizi pada usia balita karena yang seimbang dan teratur setiap hari,

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 27


sesuai dengan tingkat kecukupannya. kurang, selama terjadi infeksi, status gizi
Balita masih belum bisa mengurusi akan menurun.
dirinya sendiri dengan baik dan belum
bisa berusaha mendapatkan sendiri apa Sulistyoningsih (2011:195),
yang diperlukan untuk makanannya. menambahkan bahwa penyebab anak
sulit makan karena mengalami
Martina (2005:2) menambahkan infeksi, seperti tuberculosis menahun,
bahwa anak yang diasuh ibunya sendiri influenza, bronchitis, disentri, campak
dengan kasih sayang, apalagi ibunya atau penyakit lain yang disebabkan oleh
berpendidikan, mengerti soal pentingnya virus.
ASI, manfaat Pondok Bersalin ternyata
anaknya lebih sehat dan sebaliknya Pada balita yang pola
sebagian anak yang gizi buruk ternyata makannya kurang mayoritas mempunyai
diasuh oleh nenek atau pengasuh yang gizi kurang, hal ini disebabkan karena
juga miskin dan tidak berpendidikan. balita tidak diasuh oleh ibunya sendiri
melainkan diasuh oleh neneknya.
Hasil tabulasi silang menunjukkan Menurut pendapat Martina (2005:2)
bahwa terdapat anak usia 3-5 tahun balita menambahkan bahwa anak yang diasuh
yang pola makannya baik tetapi status ibunya sendiri dengan kasih sayang,
gizinya kurang. Hal ini dapat disebabkan apalagi ibunya berpendidikan, mengerti
karena anak-anak suka bermain di luar soal pentingnya ASI, manfaat Pondok
dan senang memasukan tangan yang Bersalin dan kebersihan meskipun sama-
kotor bekas bermain ke dalam mulut dan sama miskin, ternyata anaknya lebih
dapat berisiko menimbulkan penyakit sehat. Unsur pendidikan perempuan
cacingan. Menurut Naulanifa (2012) berpengaruh pada kualitas pengasuhan
cacingan merupakan merupakan masalah anak. Sebaliknya sebagian anak yang
yang sering mengganggu kesehatan anak- gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek
anak. Sanitasi yang buruk dan kurangnya atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
kesadaran pola hidup bersih adalah dua berpendidikan.
faktor penyebab utama tingginya
prevalensi cacingan.
SIMPULAN DAN SARAN
Faktor lain yang menyebabkan
anak kekurangan gizi adalah adanya Simpulan
infeksi dan penyakit yang ditularkan. 1. Sebagian besar anak usia 3-5 tahun
Anak-anak biasanya mudah tertular di Pondok Bersalin T r i S a k t i
penyakit serta sering mengalami infeksi D e s a Balong Tani Kecamatan Jabon
yang umumnya dikarenakan kegiatannya Sidoarjo memiliki pola makan kurang
yang sangat aktif dan di tempat yang baik
sembarangan. Meskipun makanan yang 2. Status Gizi kurang pada anak usia 3-
berikan bergizi, namun jika anak sakit, 5 tahun dialami anak dengan pola
maka bisa saja anak menjadi kurang gizi. makan kurang baik
Menurut pendapat Waryono (2010:8)
menjelaskan bahwa penyakit infeksi yang Saran
menyerang anak menyebabkan gizi anak 1. Bagi institusi pendidikan, dapat
menjadi buruk. Widyastuti (2008:224) digunakan sebagai bahan referensi
menambahkan bahwa interaksi infeksi selanjutnya tentang faktor-faktor yang
dan gizi merupakan paradigm penting berhubungan dengan gizi kurang pada
untuk memahami ekologi keadaan gizi anak usia 3-5 tahun.
2. Bagi institusi pelayanan, sebagai

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 28


sarana informasi institusi pelayanan Kesehatan Gizi. Jakarta: Rhineka
untuk meningkatkan kualitas Cipta.
pelayanan dalam bentuk KIE tentang Soenardi. 2006. Hidup Sehat Gizi
gizi balita usia 3-5 tahun dengan Seimbang dalam Siklus
metode demonstrasi penyusunan
Kehidupan Manusia. Jakarta: PT.
menu makanan dan cara memasak
Primamedia Pustaka.
yang benar.
3. Bagi masyarakat, sebagai masukan Suhardjo. 2003.Perencanaan Pangan
untuk meningkatkan pemahaman Dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
masyakarat dalam menilai status gizi Sulistyoningsih, H.2011. Gizi Untuk
pada balita dimasa mendatang Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Sulistyorini, E.2010. Perilaku Keluarga
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Mandiri Sadar Gizi. Jakarta:EGC
Gizi. Jakarta: Pustaka Utama. Supariasa,
Apriadji, WH.2009.Hidangan Supariasa, N.D.I, Bakri, B, & Fajar,
Prasekolah Sehat & Favorit 3- I.2002. Penilaian Status Gizi.
5Tahun.Jakarta: Pustaka Bunda. Jakarta : EGC.
Azwar, A. 2005. Pedoman Umum Gizi Tirtawinata, M.B.C.T.2006. Makanan
Seimbang. Jakarta: Depkes RI. Dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Budiyanto. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. FKUI.
Ilmu Gizi. Malang: UMM Pres. Ummushofiyya.2013.Anak Susah
BPS Kab Sidoarjo. 2011. Sidoarjo Makan Apa Solusinya.
Dalam Angka Tahun 2011 Error! Hyperlink reference not
Depkes RI.2005. Pedoman Umum valid.iakses pada tanggal 21
Gizi Seimbang. Direktorat oktober 2013
Jenderal Bina Kesehatan Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untuk
Masyarakat Direktorat Gizi Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Masyarakat. Jakarta
Wahab, S, Ricahard, Berhrman &
FKMUI. 2007. Gizi dan Kesehatan Robert,M.2010.Esensi Pediatri
Masyarakat. Jakarta: Nelson, Ed 4. Jakarta: EGC
Rajagrafindo Persada..
Waryono. 2010. Gizi Reproduksi.
Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Status Gizi & Imunisasi Dasar
Pada Widodo, R. 2008. Pemberian
Makanan, Suplemen, & Obat
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Pada Anak. Jakarta:EGC.
Martina, I.Ed no.11. 2005. Warta Widyastuti,P, & Erita,H.A.2008. Gizi
Kesehatan Masyarakat. Dirjen Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Bina Kesmas. EGC.
Santoso, S, & Ranti, A.L.2009.

Midwiferia / Vol. 1 ; No.1 / April 2015 29

You might also like