You are on page 1of 24

Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah

dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


Vol. 24, No.2, Agustus 2018, Hal 215-238
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.35367
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN

VOLUME 24 No. 2, Agustus 2018 Halaman 215-238

Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah Dan Pertanian Menetap


Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat
(Studi Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Pegunungan Arfak,
Provinsi Papua Barat)

Umi Yuminarti
Fakultas Pertanian Universitas Papua
email: yuminartiumi@ymail.com

Dwidjono Hadi Darwanto


Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
email: dwidjonohd@hotmail.com

Jamhari
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
email: jamhari@ugm.ac.id

Subejo
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
email: subejo@ugm.ac.id

ABSTRACT
This study examined the shifting cultivation farming and settled farming by Arfak farmers, and their
implications on the community food resilience. The research was conducted in Minyememut and Arion Villages at Hink
District, and Suteibey and Igymbai Villages at Anggi District of Arfak Mountains Regency of West Papua Province.
The objective of the study wass to compared potato farming, productivity and farmer income from potato farming.
The research used analytical descriptive method, and in-depth interviews techniques for data collection, by
using questionnaires, field observation and documentation. Data analysis was done by tabulation analysis, data
interpretation and conclusion withdrawal.
The results showed that potato farming was still done by using shifting cultivation system. However, there
had been a settled farming practice in Arfak Mountains Regency. Although the system used was different, but the
two of the agricultural practices were still using the same technology. Potato farms’ area of shifting cultivation
was larger than the settled farming, so the production was greater. On the other hand, the productivity of settled
farming was higher than the shifting cultivation system. This condition showed that the shifting cultivation farming
and settled farming had implications for supporting community food security in Arfak Regency.

Keywords: Potato Farming, Shifting Cultivation, Settled Farming, Community Food Resilience

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji usahatani kentang perladangan berpindah dan usahatani menetap yang dilakukan petani
Arfak dan implikasinya pada ketahanan pangan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di kampung Minyememut

215
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

dan Arion Distrik Hink, dan kampung Suteibey dan Igymbai Distrik Anggi Kabupaten Pegunungan Arfak Provinsi
Papua Barat. Tujuan penelitian adalah melakukan komparasi usahatani kentang, produktivitas dan pendapatan
petani dari usahatani kentang.
Metode dalam penelitian ini adalah diskriptif analitis, dan teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam menggunakan kuisioner, observasi lapang dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis
tabulasi, interpretasi data serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kentang masih dilakukan dengan cara perladangan berpindah,
namun telah ada yang mempraktekkan secara menetap di Kabupaten Pegunungan Arfak. Meskipun sistem yang
digunakan berbeda, tetapi kedua praktek pertanian tersebut masih menggunakan teknologi sama. Lahan tanaman
kentang pada perladangan berpindah lebih luas, sehingga produksi lebih banyak. Namun produktivitas lahan usahatani
menetap lebih tinggi dibanding perladangan berpindah dan secara statistik terdapat perbedaan. Sedangkan pendapatan
yang diperoleh petani tidak terdapat perbedaan. Keadaan ini menunjukkan usahatani kentang perladangan berpindah
dan usahatani menetap berimplikasi mendukung ketahanan pangan masyarakat di Kabupaten Pegunungan Arfak.

Keywords: Usahatani Kentang, Perladangan Berpindah, Usahatani Menetap, Ketahanan Pangan Masyarakat

PENGANTAR mengolah lahan. Berbagai penelitian


Indonesia berada di wilayah dengan iklim menghasilkan pandangan negatif dan positif
tropis, kondisi ini sangat menguntungkan untuk tentang perladangan berpindah. Pandangan
pengembangan tanaman pertanian, karena negatif menyebutkan perladangan berpindah
tanaman pangan, hortikultura dan tanaman menyebabkan penggundulan hutan dan
perkebunan dapat tumbuh dengan baik. erosi tanah. Pernyataan lain yang terekspose
Menurut data Atlas Tata Ruang Pertanian, bahwa kebakaran hutan di berbagai daerah
Indonesia memiliki luas daratan sekitar 188,20 disebabkan adanya sistem perladangan
juta ha, dimana 148 juta ha (78%) merupakan berpindah. Menurut Houghton, dkk (1991),
lahan kering dan 40,20 juta ha (22%) lahan sistem ladang berpindah ini juga disalahkan
basah. Kenyataan yang terjadi tidak seluruh karena hilangnya 10 persen kawasan hutan
lahan kering sesuai untuk pertanian, karena di Amerika. Pendapat yang sama dinyatakan
adanya faktor pembatas seperti lereng yang oleh Serrao, dkk (1996) bahwa 30 persen
sangat curam atau solum tanah dangkal dan sampai 35 persen dari hutan di Amazon hilang
berbatu. Praktik pertanian pada lahan kering karena perladangan berpindah. Demikian
dengan kondisi lereng, solum tanah dangkal pula menurut Jong (2001), luas lahan pada
dan berbatu sebagian besar dilakukan oleh sistem perladangan berpindah disalahkan
petani perladangan berpindah. Kondisi ini atas hilangnya 50 persen kawasan hutan di
secara tidak langsung untuk memenuhi Indonesia. Selain itu, produktivitas perladangan
kecukupan dan stabilitas ketersediaan bahan berpindah juga dianggap sangat rendah dan
pangan sebagai komponen yang harus dipenuhi boros sumber daya, bila dibandingkan dengan
dalam mencapai kondisi ketahanan pangan risiko lingkungan yang akan terjadi.
sebagaimana yang diamanatkan UU RI. No.7 Pandangan positif tentang perladangan
Tahun 1996 tentang Pangan. berpindah menyebutkan bahwa, meskipun
Perladangan berpindah (shifting perladangan berpindah tidak dapat diharapkan
cultivation) merupakan suatu sistem pertanian lebih ramah lingkungan dibandingkan
lahan kering, umumnya di daerah tropis hutan alam, namun perladangan berpindah
yang dilakukan berdasarkan pengalaman memberikan keadaan yang lebih baik terhadap
masyarakat secara turun temurun dalam lingkungan daripada sistem pertanian yang

216
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
lebih intensif lainnya. Hal ini disebabkan wilayah telah dilakukan dengan sistem
sampah hutan dan sisa tanaman, serta dengan pertanian menetap. Produksi kentang sejak
gangguan tanah minimal dalam sistem tahun 2009 hingga saat ini mengalami
perladangan berpindah, dapat membentuk penurunan tajam, hal ini diduga peralihan
lapisan penutup tanah secara terus menerus pola makan dari ubi-ubian ke beras, sebagai
yang melindungi tanah dari erosi. akibat bantuan beras dari pemerintah melalui
Pertanian perladangan berpindah program Raskin sejak tahun 1998. Walapun
pada umumnya dilakukan oleh masyarakat produksi kentang menurun tetapi, ubi-ubian
tradisional pada suatu daerah dengan tingkat sebagai bahan pangan lokal lain membantu
kepadatan penduduk rendah. Semakin tetap tersedianya pangan, selain itu hasil
berkembang suatu wilayah dan semakin kentang yang dijual digunakan kembali untuk
banyak jumlah penduduk, artinya tingkat membeli bahan pangan, sehingga ketahanan
kepadatan semakin tinggi sistem ini tidak pangan tetap terjaga.
dapat diterapkan. Hal ini sebagai faktor Saat ini beras telah dinikmati oleh
penyebab masyarakat petani merasa perlu masyarakat, tetapi petani tetap mengusahakan
mulai menerapkan sistem usahatani menetap, kentang dan ubi-ubian terutama ubi jalar untuk
sehingga pemanfaatan lahan usahatani dikonsumsi sebagai makanan pokok. Khusus
menjadi lebih efisien, dan menghindarkan dari untuk komoditi kentang, produksinya selain
pembukaan hutan primer. Berdasarkan data dikonsumsi juga dijual untuk memenuhi
BPS Tahun 2016, tingkat kepadatan penduduk kebutuhan pangan dan non pangan keluarga,
Kabupaten Pegunungan Arfak 10,19 jiwa/ sehingga kebutuhan pangan masyarakat
km2. Kondisi ini yang menyebabkan pertanian Kabupaten Pegunungan Arfak terpenuhi baik
perladangan berpindah masih dilakukan petani melalui produk pangan lokal ubi-ubian yang
suku Arfak. Namun sejak wilayah pegunungan sebagian besar dikonsumsi dan dan kentang
Arfak menjadi kabupaten baru pada tahun yang saat ini sebagian besar dijual. Hal ini sesuai
2012, petani pada beberapa wilayah di dengan konsep ketahanan pangan berdasarkan
sekitar ibukota kabupaten mulai menerapkan UU RI No. 7 Tahun 1996 yang menyatakan
pertanian secara menetap, sebagai akibat bahwa ketahanan pangan adalah terpenuhinya
pertumbuhan penduduk di sekitar terutama kebutuhan pangan bagi rumah tangga, yang
penduduk pendatang yang mencari peluang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup,
memperoleh pekerjaan di wilayah baru. baik jumlah maupun mutunya, aman merata
Kentang berpotensi sebagai komoditi dan terjangkau. Dalam hal ini hasil usahatani
potensial di Kabupaten Pegunungan Arfak kentang digunakan sebagai bahan pangan yang
mengingat kabupaten ini terletak di wilayah dapat disediakan rumah tangga petani ketika
yang sesuai dengan syarat tumbuh untuk beras dari program Raskin (Beras untuk Rumah
usahatani kentang. Kentang berfungsi Tangga Miskin) pemerintah belum tersedia
sebagai tanaman pangan selain ubi-ubian di kampung. Di sisi lain produksi kentang
bagi masyarakat, dan sejak dahulu diusahakan bukan hanya sebagai bahan pangan pokok
dengan sistem perladangan berpindah yang yang dikonsumsi oleh petani dan keluarganya,
dilakukan secara turun temurun. Namun namun kentang juga sebagai produk komersial
sekarang usahatani kentang pada beberapa sebagai sumber pendapatan petani. Selanjutnya

217
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

pendapatan dari hasil penjualan kentang dapat Soehardjo dan Dahlan Patong (1993),
dimanfaatkan untuk membeli beras dan bahan mengemukakan bahwa usahatani sebagai objek
pangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pengamatan dapat dilihat dari empat segi, yaitu
keluarga, mengingat anak-anak dan generasi menurut bentuk, tipe, corak dan pola usahatani.
muda di Kabupaten Pegunungan Arfak telah Berdasarkan tipenya usahatani menunjukkan
terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai pengganti klasifikasikasi tanaman yang didasarkan pada
ubi-ubian. macam dan cara penyusunan tanaman. Dalam
Penelitian ini lebih mengarahkan kajian pola tanam atau penyusunan tanaman maka
tentang produksi dan produktivitas, dan usahatani dapat dibedakan menjadi usahatani
pendapatan yang diperoleh dari usahatani monokultur dan usahatani campuran.
kentang pada ladang berpindah maupun pada Dalam pengelolaan usahatani yang efisien
usahatani menetap, sehingga masyarakat perlu memperhatikan biaya dan penerimaan
di Kabupaten Pegunungan Arfak dapat dari proses produksi, agar usahatani tersebut
m e n y e d i a k an kebutuhan pangan nya . mendatangkan pendapatan bagi petani. Besar
Komoditi kentang meskipun produksinya biaya produksi akan bergantung pada output
menurun, namun dipilih sebagai komoditi yang yang dihasilkan, sementara ada beberapa biaya
menjadi fokus penelitian. Hal ini disebabkan yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai
kentang merupakan komoditi potensial di tingkat output yang dihasilkan. Oleh karena
Kabupaten Pegunungan Arfak dan memiliki itu Pindyck & Rubinfeld (2001) membagi
nilai ekonomi, tetapi belum di tangani secara biaya produksi menjadi dua komponen, yaitu
serius. Untuk itu tujuan dari penelitian ini biaya tidak tetap (variable cost) dan biaya tetap
adalah mengkomparasi usahatani kentang (fix cost). Penerimaan usahatani merupakan
pada kedua sistem usahatani tersebut. Hasil perkalian antara produksi dan harga jual yang
penelitian diharapkan menjadi dasar apakah diperoleh petani (Soekartawi, 2002). Penerimaan
perlu transformasi pertanian ladang berpindah ini merupakan penerimaan kotor yang diperoleh
menjadi pertanian menetap untuk mendukung petani dari penjualan hasil produksi usahatani,
ketahanan pangan. yang dirumuskan sebagai berikut:
Beberapa teori yang dipergunakan untuk
mendasari penelitian ini dijelaskan sebagai
berikut.
Pertama, teori usahatani. Usahatani Dimana: TR= total penerimaan kotor,
adalah sebagian dari kegiatan di permukaan Y= jumlah produksi, Px = harga
produksi.
bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga

atau manajer yang digaji bercocok tanam
Selisih antara penerimaan kotor dan
atau memelihara ternak. Apa yang dilakukan
semua biaya yang dikeluarkan untuk usahatani
petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan,
disebut dengan keuntungan usahatani, dengan
dalam arti petani meluangkan waktu, uang
rumus sebagai berikut:
dalam mengkombinasikan masukan untuk
menciptakan keluaran adalah usahatani yang .
dipandang sebagai suatu jenis perusahaan Dimana: = keuntungan, TR = penerimaan
(Soekartawi, 2002). kotor, TC = biaya total.

218
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
M e n u r u t C r a m m e r, d k k ( 1 9 9 4 ) fungsi untuk memenuhi keperluan sehari-
berdasarkan rumus tersebut akan dihasilkan hari dan memberikan kepuasan kepada
keuntungan ekonomi (pure profit), dengan petani agar dapat melanjutkan produksinya.
kondisi penerimaan usahatani lebih besar dari Usahatani komersial selalu berorientasi
jumlah biaya eksplisit dan implisit produksi. memaksimalkan pendapatan, sedangkan
Konsep keuntungan ini selanjutnya disebut usahatani semi subsisten lebih mengutamakan
dengan keuntungan normal (normal profits) kepuasan atau kegunaan bagi keluarganya,
karena setiap sumber daya usahatani yang sehingga pendapatan bersih yang diterima
digunakan pada saat proses produksi dinilai petani baik dalam bentuk tunai maupun
sebagai biaya peluang (opportunity cost). tidak tunai merupakan ukuran pendapatan
Pengertian pendapatan menurut Soekartawi usahatani (Soekartawi, dkk, 1986). Sesuai
(1986), adalah penerimaan yang telah dikurangi dengan pendapat Brown (1979), bahwa dalam
dengan biaya yang secara riil dikeluarkan petani. menghitung pendapatan untuk petani semi-
Indikator keberhasilan suatu usahatani dilihat dari subsisten adalah dengan mengurangkan total
sudut ekonomi adalah dari besarnya pendapatan biaya variabel usahataninya dari nilai jual,
yang diperoleh dari selisih pendapatan kotor kecuali nilai tenaga kerja keluarga (gross
dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan margin).
kotor (gross farm income) merupakan nilai Kedua, teori produksi dan produktivitas.
produk total usahatani dalam jangka waktu Definisi produksi secara umum adalah
tertentu yang mencakup nilai produk yang penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi
dijual, produk yang dikonsumsi, produk untuk kebutuhan manusia, dan dalam proses
pembayaran, dan produk untuk disimpan. produksi terdapat penambahan utility pada
Sedangkan pengeluaran total usahatani (total barang dan jasa yang dihasilkan. Menurut
farm expenses) adalah semua pengeluaran tidak Beattie dan Taylor (1985) produksi adalah
tetap (variable cost) dan pengeluaran tetap hasil kombinasi dan koordinasi beberapa
(fixed cost) yang mencakup pengeluaran tunai material dan beberapa kekuatan (berupa input,
maupun tidak tunai tetapi tidak termasuk tenaga faktor, sumber daya atau jasa produksi) untuk
kerja keluarga. Pendapatan usahatani yang besar menciptakan suatu barang atau jasa (output
memungkinkan petani dapat mengembangkan atau produk). Sedangkan menurut Mubyarto
usahanya. (1994), produksi adalah hal yang diperoleh
Menurut Anderson dan Griffiths (1982), sebagai akibat bekerjanya faktor produksi
persamaan pendapatan usahatani adalah tanah, modal, dan tenaga kerja secara simultan.
sebagai berikut: Produktivitas adalah perbandingan
I = Py.Y – antara output dengan input atau jumlah output
per unit input. Produktivitas dapat digunakan
Dimana: I = pendapatan usahatani, Py= harga
produksi, Y= produksi, Pxi= harga sebagai ukuran keragaan relatif dari perbedaan
faktor produksi ke-I, dan Xi= faktor antar industri, perusahaan atau perekonomian
produksi ke i (Jamison and Lau, 1982; Samuelson and
Nordhaus, 2001). Dalam proses produksi
Boediono (1997) mengungkapkan bahwa pertanian, lahan merupakan salah satu input
jumlah pendapatan usahatani mempunyai yang penting sehingga produktivitas lahan

219
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

sering digunakan sebagai ukuran keragaan memanfaatkan bahan pangan yang berkualitas
suatu usahatani, sehingga produktivitas lahan (Hakim 2014).
adalah jumlah output per unit luas lahan. Berdasarkan hasil Musyawarah
Pengertian produktivitas secara teknis adalah Pembangunan Pertanian, kegiatan
pengefisiensian produksi terutama dalam pembangunan pertanian periode 2005-2009
pemakaian ilmu dan teknologi. Produktivitas dilaksanakan melalui tiga program, yaitu
dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan (1). Program peningkatan ketahanan pangan,
input dan meningkatkan output. (2). Program pengembangan agribisnis, dan
Konsep dasar yang digunakan (3). Program peningkatan kesejahteraan
untuk analisis produktivitas adalah fungsi petani. Menurut Darwanto (2005), program
produksi (Jamison and Lau, 1982). Dengan ketahanan pangan tersebut diarahkan pada
demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kemadirian masyarakat/petani yang berbasis
produktivitas sama dengan faktor-faktor yang sumberdaya lokal yang secara operasional
mempengaruhi produksi. Faktor produksi yang dilakukan melalui program peningkatan
merupakan komponen input dalam usahatani pangan. Namun pada kenyataannya program
adalah tanah, tenaga kerja, modal, manajemen, tersebut belum sepenuhnya terlepas dari beras
energi, informasi dan sebagainya yang turut sebagai komoditi basis strategis. Selanjutnya
berperan sebagai bahan baku produk. dengan semakin berkurangnya areal garapan
Produktivitas sebagai jumlah output per petani, keterbatasan pasokan air irigasi
untuk setiap unit input dapat dirumuskan dan mahalnya harga input serta relatif
sebagai berikut: rendahnya harga produk, menjadi faktor-
faktor pembatas/kendala program peningkatan
kesejahteraan dan kemandirian petani yang
berbasis sumberdaya lokal tersebut, khususnya
Ketiga, teori ketahanan pangan. produk beras. Berbeda dengan pendapat Arifin
Ketahanan pangan berdasarkan Undang- (2005), yang menyatakan bahwa ketahanan
undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan pangan merupakan tantangan untuk mencapai
adalah, kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini,
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya dimana menurut PP 68/2002 ketahanan pangan
pangan yang cukup, baik jumlah maupun harus bertumpu pada sumberdaya pangan
mutunya, aman, merata, dan terjangkau. lokal yang mengandung keragaman antar
Ketahanan pangan memiliki tiga pilar menurut daerah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
World Health Organization (WHO), yaitu produk beras bukan menjadi basis strategis
ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, karena ketahanan pangan dapat bertumpu pada
dan pemanfaatan pangan (utilitas). Yang sumberdaya lokal seperti misalnya ubi-ubian,
dimaksud dengan ketersediaan pangan adalah sagu bahkan kentang.
kemampuan seseorang untuk memiliki Dalam pembahasan masalah ketahanan
sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan pangan hal terpenting adalah akses pangan,
dasarnya, sedangkan aksesibilitas adalah cara yaitu kemampuan rumah tangga untuk
seseorang memperoleh bahan pangan, dan memperoleh cukup pangan, baik yang berasal
utilitas pangan adalah kemampuan seseorang dari produksi sendiri, membeli, barter, hadiah,

220
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
pinjaman dan bantuan pangan maupun 53 petani, terdiri 28 petani dari Kampung
kombinasi kelimanya (Dewan Ketahanan Suteibey dan 25 petani dari Kampung Igmbay.
Pangan, 2009). Dengan demikian pengertian Untuk membandingkan pendapatan, dan
ketahanan pangan tidak hanya mencakup produktivitas pertanian ladang berpindah dan
ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga menetap dengan menganalisis lebih dahulu
kemampuan untuk mengakses, yaitu termasuk produksi, pendapatan, dan produktivitas,
membeli kebutuhan pangan, serta tidak dimana produksi adalah jumlah kentang yang
adanya ketergantungan pangan dari pihak dihasilkan per musim tanam, diukur dalam
manapun. Ini berarti petani dalam ketahanan satuan kilogram per musim (kg/musim).
pangan memiliki kedudukan strategis sebagai Pendapatan diukur dengan penerimaan
produsen, juga sebagai konsumen yang dikurangi biaya produksi, dalam satuan (Rp/
sebagian besar tergolong miskin, dan memiliki musim), sedangkan produktivitas adalah rasio
daya beli rendah terhadap produk pangan. produksi dengan luas lahan diukur melalui
Untuk dapat mengakses pangan petani harus produksi per luas lahan dalam satuan kg/ha
memiliki kemampuan memproduksi pangan, atau ton/ha.
dan menjual hasil produksi sehingga memiliki
pendapatan yang cukup untuk memnuhi PEMBAHASAN
kebutuhannya. Profil Kabupaten Pegunungan Arfak
Metode penelitian yang digunakan dalam Kabupaten Pegunungan Arfak
penelitian ini adalah metode survey dengan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
menggunakan analisis deskriptif analitis. Papua Barat yang terletak pada koordinat
Penentuan sampel distrik dan kampung dengan 133015’33” – 134007’30” Bujur Timur dan
menggunakan metode purposive sampling 01006’38” – 01036’57” Lintang Selatan. Secara
(Nasir, 2005). Sebagai lokasi praktik pertanian administratif Kabupaten Pegunungan Arfak,
perladangan berpindah dipilih Distrik Hink sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
pada Kampung Minyeimemut dan Kampung Manokwari, di sebelah Timur berbatasan
Arion berdasarkan pertimbangan, petani dengan Kabupaten Manokwari Selatan, di
pada distrik tersebut sebagian besar masih sebelah Barat Kabupaten Manokwari dan
melakukan praktik perladangan berpindah. Kabupaten Tambrauw, dan di sebelah Selatan
Lokasi pertanian menetap dipilih Distrik Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten
Anggi pada Kampung Suteibey dan Kampung Manokwari Selatan.
Igmbay, karena sebagian besar petani telah 1Kabupaten Pegunungan Arfak
menerapkan praktik pertanian menetap. terbentuk pada tahun 2012, setelah terpisah
Untuk kepentingan analisis data, dari Kabupaten Manokwari sebagai kabupaten
pengambilan data petani kentang sistem induk. Kabupaten ini memiliki 10 distrik
ladang berpindah dan menetap dilakukan dengan luas wilayah 3.468 km 2. Distrik
secara sensus. Pada pertanian menetap di Hink sebagai lokasi perladangan berpindah
Distrik Hink sebanyak 51 petani, terdiri 29 memiliki luas wilayah 434,506 km2 terdiri
petani dari Kampung Minyeimemut dan 22 dari 29 kampung, sedangkan Distrik Anggi
petani dari Kampung Arion, sedangkan pada sebagai lokasi usahatani menetap dengan luas
pertanian menetap di Distrik Anggi sebanyak 326,226 km2 memiliki 13 kampung. Lokasi

221
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

Gambar 1
Lokasi Penelitian Pada Wilayah Administratif Kabupaten Pegunungan Arfak

Sumber : Laporan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan Dan
Perikanan Berorientasi Agribisnis Di Kabupaten Pegunungan Arfak, 2015

penelitian di wilayah administratif Kabupaten Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki


Pegunungan Arfak disajikan pada gambar 1. gunung tertinggi di Papua Barat yaitu Gunung
Topografi Kabupaten Pegunungan Umsini, dengan ketinggian mencapai 2.950
Arfak meliputi daerah pegunungan, rawa, m dpl. Secara keseluruhan Kabupaten
perbukitan sampai gunung. Wilayah datar Pegunungan Arfak berada pada ketinggian
dengan kemiringan dua sampai tiga persen antara 155 meter hingga 2.950 meter di
berupa daerah rawa dengan kemiringan dua atas permukaan laut (dpl). Lokasi usahatani
persen seluas 21 km2 (0,6%) dari total luas menetap terdapat di Kampung Suteibey
kabupaten. Kondisi ini menyebabkan berbagai maupun Igmbay di Distrik Anggi berada pada
kegiatan usahatani masyarakat Arfak harus ketinggian 700 m dpl. Sedangkan perladangan
menyesuaikan dengan keadaan wilayah tersebut berpindah di Kampung Minyememut dan
untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat, Kampung Arion Distrik Hink masing-masing
dan kelestarian daerah pegunungan. berada pada ketinggian 1.300 m dpl dan

Tabel 1
Penggunaan Lahan Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Danau dan Sungai 4.626,4 1,34
Lahan Kering Tidak Produktif 28.490,6 8,27
Hutan Dataran Rendah 285.969,1 83,02
Hutan Dataran Tinggi 2.045,9 0,59
Pertanian Lahan Kering + Semak 2.028,2 0,59
Pemukiman dan kebun 2.611,3 0,76
Tanah Terbuka 18.703,4 5,43
Jumlah 344.474.9 100,00

Sumber : Laporan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan Kehutanan


dan Perikanan yang berorientasi Agribisnis di Kabupaten Pegunungan Arfak, 2015

222
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 2
Luas Tata Guna Hutan Kesepakatan Di Wilayah Pegunungan Arfak
Jenis Pemanfaatan Luas (ha) Persentase (%)
Hutan Lindung 177,411.0 51.6
Cagar Alam Darat 82,873.4 24.1
Hutan Produksi Terbatas 57,904.5 16.8
Areal Penggunaan Lain 20,886.6 6.1
Hutan Produksi 2,691.0 0.8
Danau 2,260.4 0.7
Jumlah 344,026.9 100.0
Sumber : Data BPS Provinsi Papua Barat 2016

2.030 m dpl. Letak kedua distrik pada dataran disekitarnya seperti Kabupaten Manokwari,
tinggi ini merupakan faktor pendukung untuk Kabupaten Manokwari Selatan terhindar dari
pertumbuhan tanaman hortikultura, khususnya bencana terkena dampak erosi dan kerusakan
kentang yang menjadi komoditi potensial di lingkungan.
wilayah ini. Jumlah penduduk di Kabupaten
Karakteristik penggunaan lahan di Pegunungan Arfak adalah 26.729 jiwa yang
Kabupaten Pegunungan Arfak sebagian terdiri dari 13.284 laki-laki dan 13.445
besar (83,02%) adalah hutan dataran rendah, perempuan (BPS Provinsi Papua Barat,
Penggunaan lahan untuk permukiman dan 2014) tersebar pada 10 Distrik di Kabupaten
kebun tercatat sangat kecil (0,76%), karena Pegunungan Arfak. Data penduduk setelah
petani sebagian besar membuka lahan untuk kabupaten ini terbentuk hingga tahun 2016
usahatani sesuai dengan kebutuhannya, belum dipublikasikan oleh kantor BPS
walaupun lahan yang tersedia untuk usahatani Kabupaten Pegunungan Arfak. Penduduk
masih luas. Penggunaan lahan di Kabupaten di Kabupaten Pegunungan Arfak sebagian
Pegunungan Arfak disajikan pada tabel 1. besar merupakan penduduk yang memiliki
Penggunaan lahan menurut tata guna aksesibilitas tinggi. Jumlah penduduk yang
hutan kesepakatan (Dinas Kehutanan Provinsi tercatat berdasarkan kenyataan di lapangan
Irian Jaya, 1994) di wilayah Pegunungan Arfak dan ditemui tidak sebanyak data yang tersaji
meliputi hutan lindung, cagar alam darat, karena banyak penduduk yang tidak selalu
hutan produksi terbatas, areal penggunaan berada di tempat tinggalnya atau tidak
lain, hutan produksi dan danau. Tata guna menetap. Hal ini disebabkan penduduk pada
hutan kesepakatan di Wilayah Pegunungan umumnya melakukan aktifitas sehari-hari di
Arfak disajikan pada tabel 2. distrik lain di wilayah Kabupaten Pegunungan
Berdasarkan tabel 2 diketahui Arfak atau bahkan di distrik lain di wilayah
bahwa sebagian besar hutan di Kabupaten Kabupaten Manokwari.
Pegunungan Arfak diperuntukkan sebagai Sarana dan prasarana yang terdapat di
hutan lindung dan kawasan konservasi. Hal Kabupaten Pegunungan Arfak merupakan
ini berarti keberadaan wilayah pegunungan penunjang kegiatan masyarakat, antara
Arfak memiliki fungsi sebagai penyangga lain sarana pendidikan, perekonomian,
lingkungan, sehingga wilayah dataran rendah transportasi serta keadaan pertanian di wilayah

223
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

ini secara berturut-turut disajikan pada uraian masyarakat, serta pasar sebagai pusat kegiatan
berikut. Tentu saja ketersediaan sarana dan tukar menukar uang dengan barang terutama
prasarana transportasi yang semakin baik hasil pertanian. Jumlah pasar dan toko
akan mempengaruhi peningkatan kondisi masing-masing hanya 1 (satu) terletak di ibu
pendidikan dan perekonomian masyarakat. kota kabupaten. Pasar hanya dibuka tiga kali
Tingkat pendidikan yang baik di suatu selama satu minggu. Sebagian besar petani
wilayah tidak terlepas dengan ketersediaan di wilayah ini menjual hasil pertaniannya di
sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki Manokwari sebagai ibu kota Provinsi Papua
wilayah tersebut. Pendidikan yang baik dapat Barat. Sarana produksi seperti bibit, dan obat-
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi obatan untuk memenuhi kebutuhan input
masyarakat. Adapun sarana dan prasarana pertanian dibeli petani dari toko di ibu kota
pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak provinsi, karena toko atau kios di ibu kota
disajikan pada tabel 3. kabupaten tidak menyediakan input produksi
pertanian.
Tabel 3 Alat transportasi yang dapat digunakan
Jumlah Sekolah dan Jumlah Guru di menuju kabupaten Pegunungan Arfak dari
Kabupaten Pegunungan Arfak Tahun 2015 ibu kota Provinsi sangat terbatas, hal ini
Tingkat Jumlah Sekolah Jumlah Guru
Pendidikan (unit) (orang) disebabkan sebagian besar kondisi jalan baru
SD 55 271 tahap pengerasan dengan topografi bergunung
SLTP 11 106 dan medan yang sulit dilalui oleh kendaraan
SLTA 3 33
SMK 1 6 roda dua dan roda 4 standart. Kondisi ini
Jumlah 70 416 menyebabkan biaya transportasi dari ibu
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, kota provinsi ke berbagai wilayah kabupaten
2016 Pegunungan Arfak mencapai Rp. 300.000,-
sampai Rp. 500.000,- (pp). Saat ini angkutan
Tabel 3 menunjukkan bahwa selain darat ke berbagai distrik di kabupaten ini telah
tingkat perguruan tinggi seluruh jenjang meningkat, namun angkutan udara yang telah
pendidikan telah tersedia di Kabupaten ada sejak kabupaten ini belum terbentuk tetap
Pegunungan Arfak, namun demikian sebagian melayani penerbangan dari Manokwari (Ibu
besar sarana pendidikan tersebut berada di kota provinsi Papua Barat) menuju Anggi (Ibu
ibu kota kabupaten. Sekolah yang terdapat kota Kabupaten Pegunungan Arfak).
disetiap distrik hanya tingkat SD dan SLTP. Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai
Jumlah SLTA dan SMK yang terbatas di salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat
Kabupaten Pegunungan Arfak menyebabkan memiliki potensi sebagai daerah penghasil
penduduk usia sekolah pada tingkatan tersebut sayuran dataran tinggi yang dapat mensuplai
pada umumnya melanjutkan pendidikan di kebutuhan penduduk di Papua Barat. Berbagai
kabupaten lainnya atau di ibu kota Provinsi jenis tanaman, baik tanaman pangan dan
Papua Barat. hortikultura sebagian besar diusahakan pada
Sarana perekonomian di Kabupaten ladang berpindah yang masih dilakukan oleh
Pegunungan Arfak berupa toko, kios/warung masyarakat di kabupaten ini. Jenis tanaman
yang menyediakan kebutuhan sehari-hari pangan yang diusahakan adalah ubi jalar dan

224
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 4
Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran di Kabupaten Pegunungan Arfak
Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha)
Ubi Jalar 127 1651 734,64
Ubi Kayu 152 1599,3 721,4
Keladi 78 710 654,0
Jagung 109 165,2 109,6
Sumber: Laporan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Dataran Tinggi Pegunungan Arfak Kabupaten
Manokwari, 2012

Tabel 5
Data Luas Panen, Produksi dan Produktivitas tanaman Kentang di Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2013
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2009 121 378 3.12
2010 86 256 2.98
2011 78 170 2.18
2012 14 98 7,00
2013 3 23 7.70
Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, 2014 (diolah)

keladi/talas dan jagung, sedangkan kentang dan setelah menjadi kabupaten menunjukkan
sebagai tanaman hortikultura oleh masyarakat penurunan dari waktu ke waktu. Penurunan
suku Arfak dimanfaatkan sebagai tanaman produksi disebabkan masyarakat tidak lagi
pangan pengganti ubi jalar. Tanaman lainnya bergantung pada kentang sebagai makanan
yang banyak diusahakan adalah wortel, kol, pokok setelah ada bantuan beras dari
sawi, buncis dan daun bawang. Luas panen pemerintah (Raskin). Selain itu faktor lain
produksi dan produktivitas tanaman pangan penyebab penurunan produksi kentang
di Kabupaten Pegunungan Arfak diuraikan adalah gangguan serangan hama yang
pada tabel 4. menyebabkan petani sering mengalami gagal
Pada tabel 4 tampak bahwa, produksi panen, sehingga menyebabkan petani enggan
tanaman pangan terbesar adalah ubi jalar, menanam kentang. Luas panen, produksi dan
hal ini disebabkan ubi jalar sebagai makanan produktivitas kentang disajikan pada tabel 5.
pokok masyarakat suku Arfak di daerah Tabel 5 menunjukkan bahwa, pada
pegunungan Arfak, selain itu ubi jalar pada tahun 2009-2013 luas panen dan produksi
panen terakhir umumnya digunakan untuk kentang mengalami penurunan, namun
makanan ternak babi dengan cara memasukkan produktivitas cenderung mengalami
babi dalam kebun berpagar hingga sisa-sisa ubi peningkatan. Peningkatan produktivitas
jalar di dalam kebun habis. Ternak babi yang tercapai pada tahun 2012 dan 2013. Faktor
memakan sisa hasil panen juga difungsikan penyebab luas panen semakin menurun tetapi
sebagai kegiatan pengolahan tanah. Kegiatan produktifitasnya meningkat adalah, pada petani
yang sama juga dilakukan petani yang telah dengan usahatani menetap melakukan cara
menerapkan praktik usahatani menetap. memperpendek jarak tanam kentang, sehingga
Produksi kentang dari tahun ke tahun pemanfaatan lahan menjadi lebih efisien.
di Kabupaten Pegunungan Arfak sebelum Sementara pada petani yang melakukan

225
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

Tabel 6
Umur Petani Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Umur (Th) Ladang Berpindah (orang) Persentase (%) Usahatani Menetap (orang) Persentase (%)
15 - 25 25 49,02 8 15,09
26 – 35 13 25,49 25 47,17
36 – 45 6 11,76 11 20,75
46 – 55 5 9,80 8 15,09
>65 2 3,92 1 1,89
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

usahatani kentang pada ladang berpindah tentu petani sebanyak 53 petani, dan sebanyak
saja mengusahakan kentang pada lahan yang 73,58 persen berjenis kelamin laki-laki.
baru dibuka sehingga menghasilkan kentang Karakteristik lain seperti tingkat umur,
dengan produksi lebih tinggi. pendidikan, jumlah anggota keluarga dan
Luas panen yang menurun pada tahun pengalaman petani perladangan berpindah dan
2009 sampai tahun 2013 mencapai -97,52%, petani dengan usahatani menetap disajikan
hal ini disebabkan banyaknya penduduk usia pada tabel-tabel berikut. Karakteristik petani
muda yang memiliki pendidikan setara SLTA pada praktik pertanian ladang berpindah dan
lebih tertarik bekerja sebagai tenaga honorer menetap menurut umur disajikan pada tabel 6.
pada instansi-instansi pemerintah yang baru Tabel 6 menunjukkan bahwa, jumlah
terbentuk di Kabupaten Pegunungan Arfak dari petani perladangan berpindah sebagian besar
pada sebagai petani. Hal ini berakibat tenaga lebih muda jika dibandingkan dengan petani
kerja yang benar-benar bekerja penuh pada pada usahatani menetap, namun demikian
usahatani dilakukan oleh anggota keluarga petani pada praktik pertanian tersebut sebagian
lainnya atau istri yang berpendidikan rendah besar masih berada pada usia produktif,
atau tidak berpendidikan. Dengan tenaga kerja kondisi ini memungkinkan petani masih
terbatas maka kemampuan untuk membuka dapat melakukan kegiatan usahatani dengan
lahan usahatani juga terbatas. Penurunan luas baik, karena tenaga kerja yang berusia muda
panen, berpengaruh terhadap berkurangnya memiliki tenaga lebih kuat dibanding jika
jumlah tenaga kerja dalam usahatani, sehingga banyak petani berusia tua.
menyebabkan penurunan produksi hingga Pendidikan petani pada kedua sistem
mencapai -93,92%. usahatani secara keseluruhan tergolong
rendah, karena persentase terbesar (37,25%)
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani petani perladangan berpindah dan 28,30%
Perladangan Berpindah dan Usahatani petani dengan usahatani menetap tidak
Menetap sekolah. Sebaran tingkat pendidikan petani
Petani suku Arfak yang mengusahakan perladangan berpindah dan petani dengan
perladangan berpindah sebanyak 51 petani usahatani menetap disajikan pada tabel 7.
berasal dari sub suku Hatam, sebagian Berdasar tabel 7 diketahui bahwa sebagian
besar (88,35%) berjenis kelamin laki-laki besar petani perladangan berpindah dan usahatani
dan sisanya berjenis kelamin perempuan. menetap tidak sekolah. Hal ini disebabkan
Sedangkan pada usahatani menetap jumlah petani pada masa usia sekolah akses pendidikan

226
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 7
Sebaran Tingkat Pendidikan Petani Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Tingkat Pendidikan Ladang Berpindah (orang) Persentase (%) Usahatani Menetap (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 19 37,25 15 28,30
SD 10 19,61 14 26,42
SMP 7 13,73 8 15,09
SLTP 11 21,57 8 15,09
SLTA 4 7,84 8 15,09
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

Tabel 8
Jumlah Anggota Keluarga Petani Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Jumlah Anggota Keluarga Ladang Berpindah Persentase Usahatani Menetap Persentase
(jiwa) (orang) (%) (orang) (%)
1–3 26 50,98 22 41,51
4–6 22 43,14 27 50,94
>6 3 5,88 4 7,55
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

Tabel 9
Pengalaman Petani Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Pengalaman (Th) Ladang Berpindah (orang) Persentase (%) Usahatani Menetap (orang) Persentase (%)
1–5 6 11,76 1 1,88
6 – 10 19 37,26 12 23,00
11 – 15 11 21,57 18 33,92
>15 15 26,41 22 41,20
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

masyarakat di wilayah pegunungan Arfak masih menetap. Faktor penyebab jumlah anggota
sulit terjangkau. Sebagian petani yang memiliki keluarga lebih rendah pada perladangan
pendidikan lebih tinggi menempuh pendidikan berpindah karena, sebagian besar petani
di Kota Manokwari. merupakan keluarga muda atau banyak petani
Jumlah Anggota keluarga merupakan membentuk keluarga baru.
modal dalam usahatani, banyaknya penduduk Pengalaman petani dalam usahataninya
berusia muda di Kabupaten Pegunungan Arfak sangat penting dalam kegiatan pertanian,
menggambarkan keadaan anggota keluarga petani dengan pengalaman lebih banyak
pada petani perladangan berpindah dan cenderung memiliki kemampuan lebih banyak
usahatani menetap. Sebaran jumlah angota dalam kegiatan berusahatani dibanding petani
keluarga petani disajikan pada tabel 8. dengan pengalaman lebih sedikit. Sehingga
Sebagian besar jumlah anggota keluarga pengalaman juga akan mempengaruhi produksi
petani perladangan berpindah lebih sedikit dari pertanian. Sebaran pengalaman petani dalam
pada jumlah anggota keluarga pada usahatani berusahani kentang disajikan pada tabel 9.

227
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

Tabel 10
Sebaran Petani Berdasarkan Luas Kebun Kentang Pada Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Luas Kebun (ha) Ladang Berpindah (orang) Persentase (%) Usahatani Menetap (orang) Persentase (%)
< 0,05 2 3,92 23 43,39
0,05 – 0,10 10 19,61 26 49.06
0,11 – 0,15 20 39,22 3 5.66
0,16 – 0,20 9 17,64 1 1.89
>0,2 10 19,61 - -
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

Pada tabel 9 tampak bahwa petani Lahan keluarga pada suku Arfak
perladangan berpindah dan usahatani merupakan lahan komunal, namun setiap
menetap memiliki pengalaman yang cukup keluarga mempunyai areal yang menjadi hak
dalam berusahatani kentang, sebagian besar dan tanggungjawab sesuai dengan ketentuan
memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. dari tetua adat dalam klan. Sebagian besar kebun
Dengan pengalaman yang telah cukup yang menjadi hak suatu keluarga digunakan
banyak membantu petani dalam memahami secara bersama oleh seluruh keluarga dalam
cara berusahatani kentang, serta dalam satu klan, sehingga dapat terjadi satu keluarga
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi memiliki lebih dari satu lokasi kebun.
dalam usahatani. Jumlah anggota keluarga Lokasi Distrik Hink yang terletak
cukup besar, dengan pengalaman yang pada ketinggian menyebabkan perladangan
cukup dan dengan rata-rata umur petani yang berpindah berada di lereng-lereng pegunungan.
masih produktif merupakan kondisi yang Petani melakukan kegiatan bercocok tanam
menguntungkan bagi petani karena merupakan tanpa menggunakan teknik pengolahan lahan,
sumber tenaga kerja sebagai aset untuk dimana penanaman dilakukan sesuai dengan
keberlanjutan usahataninya. kondisi kemiringan lahan yang cukup curam.
Kepemilikan lahan kebun dan pola tanam Lahan pada kondisi tersebut mempengaruhi
pada petani ladang berpindah dan pertanian cepat hilangnya kesuburan tanah. Keadaan
menetap berdasarkan jumlah dan luas kebun tersebut sebagai penyebab sebagian besar
petani disajikan pada tabel 10. petani menggunakan lahannya kurang lebih
Pada tabel 10 ditunjukkan bahwa petani selama 2 tahun atau 3 kali penanaman kentang.
kentang pada perladangan berpindah memiliki Kentang seringkali ditanam secara mix
lahan usahatani kentang lebih luas, dimana cropping dengan tanaman lainnya, namun ada
terdapat 19,61% petani yang memiliki luas pula petani yang menanam secara monokultur
lahan lebih dari 0,2 hektar, sedangkan pada dalam petak tetapi pada areal yang sama. Salah
usahatani menetap tidak terdapat petani satu ciri lahan pertanian masyarakat suku Arfak
yang memiliki luasan lahan tersebut. Hal ini baik pada perladangan berpindah dan usahatani
disebabkan luas lahan perladangan berpindah menetap adalah terdapatnya tanaman ubi jalar
cukup besar, sehingga petani lebih mempunyai dan talas/keladi. Hal ini disebabkan ubi-ubian
kesempatan untuk membuka lahan lebih luas selain sebagai makanan pokok, juga berfungsi
dibanding petani pada usahatani menetap. sebagai pakan ternak babi.

228
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 11
Sebaran Produksi Kentang Per Musim Petani Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Produksi (kg) Ladang Berpindah (orang) Persentase (%) Usahatani Menetap (orang) Persentase (%)
< 100 1 1,96 1 1,89
100 – 300 22 43,14 32 60,38
>300 – 500 27 52,94 20 37,74
>500 1 1,96 0 0
Jumlah 51 100,00 53 100,00
Sumber : Data primer, 2017

Cara menanam kentang yang sering Produksi kentang perladangan berpindah


dilakukan petani sangat bervariasi, yaitu per musim rata-rata sebanyak 296,08kg.
dalam larik secara teratur maupun tidak teratur, Pada tabel 11 ditunjukkan bahwa sebagian
secara berkelompok untuk satu jenis tanaman besar petani memproduksi kentang lebih dari
yang sama atau dengan sistem tumpangsari 100-500 kg/musim. Pada usahatani menetap
antara dua jenis tanaman. Bagi petani di daerah sebagian besar petani (52,94%) memproduksi
yang lahannya terbatas, pola tumpangsari kentang pada kisaran lebih dari 300-500kg per
kentang dengan tanaman lain sangat tepat jika musim, sementara pada usahatani menetap
tujuannya untuk memaksimalkan pemanfaatan sebagian besar petani (60,38%) memproduksi
lahan. Namun petani suku Arfak yang memiliki kentang pada kisaran 100-300kg per musim.
lahan cukup luas pola tanam tumpang sari Hal ini disebabkan luas lahan pada usahatani
dilakukan ini dengan alasan menyediakan menetap terbatas akibat wilayah usahatani
bahan pangan dalam satu areal agar mudah menetap telah banyak digunakan sebagai
diakses untuk memenuhi kebutuhan hidup kawasan permukiman setelah perkembangan
maupun untuk dijual. wilayah menjadi sebuah pusat pemerintahan
Hasil produksi kentang saat ini kabupaten. Masalah yang dihadapi petani
rendah, namun demikian petani masih dalam usahatani adalah pemasaran hasil, yang
dapat memanfaatkan produksi sebagian disebabkan karena jarak lokasi produksi dan
besar untuk dijual selain untuk konsumsi, pasar di Kota Manokwari jauh, sedangkan
bahkan digunakan sebagai persediaan sarana dan prasarana transportasi terbatas
bibit pada pertanaman berikutnya. Hal ini sehingga biaya pemasaran menjadi mahal.
menggambarkan bahwa sebagai petani Produksi kentang petani pada usahatani
tradisional, petani di Kabupaten Pegunungan menetap per musim rata-rata 283,77
Arfak dalam memproduksi usahatani selalu kg, dengan demikian produksi kentang
menyesuaikan dengan kebutuhannya pada perladangan berpindah lebih tinggi dari
saat ini, belum berfikir untuk masa depan. pada produksi kentang pada usahatani
Artinya petani belum berfikir seperti petani menetap. Namun dengan rata-rata luas lahan
modern yang dalam melakukan usahatani telah perladangan berpindah 0,146 ha dan luas
berorientasi komersial dan berfikir usahatani lahan pada usahatani menetap 0,057 ha,
dilakukan saat ini demi kehidupan dimasa maka produktivitas lahan usahatani menetap
depannya. Jumlah produksi kentang disajikan lebih tingi dari pada perladangan berpindah.
pada tabel 11. Produktivitas lahan perladangan berpindah

229
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

sebanyak 2,027 ton/ha, sedangkan usahatani membuka lahan dengan cara menebang pohon-
menetap sebanyak 4,997 ton/ha. pohon, selanjutnya dibiarkan untuk beberapa
waktu (kurang lebih 1-2 minggu) hingga
Praktik Perladangan Berpindah dan dahan-dahan kering kemudian dilakukan
Usahatani Menetap. pembakaran. Pada saat membersihkan ranting-
Sistem perladangan berpindah maupun ranting sisa hasil pembakaran, kegiatan
usahatani menetap merupakan salah satu pemagaran dilakukan dengan menggunakan
teknologi pertanian dalam perkembangan sejarah kayu dari hasil penebangan pohon dan rotan
budidaya pertanian oleh manusia. Teknologi sebagai pengikat. Pemagaran lahan dilakukan
pertanian secara luas mencakup berbagai untuk menghindari hama perusak tanaman
penerapan ilmu yang terfokus pada budidaya, terutama babi hutan, Persiapan lahan usahatani
pemeliharaan, pemanenan, peningkatan mutu perladangan berpindah seperti pada gambar 2.
hasil panen, penanganan, pengelolaan dan
penyimpanan hasil dan pemasaran. Gambar 2
Lahan Usahatani Perladangan Berpindah
Sistem perladangan berpindah dapat
dilakukan pada suatu wilayah jika, tingkat
kepadatan penduduk suatu wilayah rendah.
Dengan tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Pegunungan Arfak sebesar 10,19
jiwa/km2, masih memungkinkan sistem ini
dapat dilakukan. Setelah terbentuk Kabupaten
Pegunungan Arfak, dan wilayah di ibu kota
kabupaten banyak terjadi konversi lahan untuk
permukiman dan perkantoran maka petani
sebagian besar memilih melakukan pertanian Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017
secara menetap. Namun cara bertani pada kedua
sistem tidak banyak mengalami perubahan. Pada usahatani menetap kegiatan awal
Pada tahap awal usahatani perladangan yang membedakan dengan perladangan
berpindah, diperlukan pengelolaan lahan, yaitu berpindah adalah tidak dilakukan kegiatan

Gambar 3a Gambar 3b
Kebun Kentang Perladangan Berpindah Kebun Kentang Usahatani Menetap

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017 Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017

230
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 12
Tahapan Usahatani Kentang Secara Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Tahapan Uraian Kegiatan
Kegiatan Perladangan Berpindah Usahatani Menetap
Persiapan Pembukaan Lahan dengan cara : Persiapan kebun
- Menebang Pohon - Membersihkan kembali
- Membakar ranting yang kering lahan usaha.
- Membersihkan - Membakar rumput dan
- Membuat Pagar dari cabang atau pohon dan semak yang telah dicabut
diikat dengan rotan - Pembuatan pagar situasional jika ada hama
pengganggu tanaman (babi)
Penanaman - Bibit tanaman sebagian besar berasal dari - Bibit tanaman sebagian besar berasal dari
tanaman hasil panen. hasil panen.
- Apabila tidak memiliki bibit petani membeli - Apabila tidak memiliki bibit petani membeli
atau dari keluarga. atau meminta dari keluarga.
- Jarak tanam 20x20cm s/d 30x30cm, bahkan - Jarak tanam 20x20m s/d 30x30cm.
kadang ditanam secara acak - Pola tanam; monokultur, polikultur dengan
- Pola tanam; monokultur atau polikultur daun bawang
secara acak dengan ubi jalar, buncis dan
sawi.
Pemeliharaan - Pemeliharaan umumnya dilakukan oleh - Pemeliharaan umumnya dilakukan oleh
tenaga kerja perempuan. tenaga kerja perempuan.
- Penyiangan dilakukan pada awal masa tanam - Penyiangan dilakukan 2-3 kali setiap minggu
- Pupuk dan obat-obatan belum digunakan - Pupuk dan obat-obatan belum digunakan
Pemanenan - Dilakukan secara bertahap sesuai dengan - Dilakukan serentak, dan dibersihkan.
kebutuhan. - Penyimpanan hanya sementara waktu, untuk
- Hasil yang akan dijual dibersihkan lebih selanjutnya sebagian besar dijual.
dahulu. - Hasil sebagian disisihkan untuk bibit disimpan
- Penyimpanan jarang dilakukan. dalam noken.
- Hasil sebagian disisihkan untuk bibit yang
disimpan dalam noken.
Sumber : Data primer, 2016

penebangan pohon dan pembakaran parang. Pengolahan lahan tidak dilakukan


lahan secara luas, dalam arti pembakaran oleh petani setelah pembakaran. Abu sisa
dilakukan pada bekas kebun yang telah hasil pembakaran dibiarkan kurang lebih 1
dibersihkan. Kegiatan pemagaran hanya minggu agar menambah unsur hara dalam
dilakukan pada beberapa lokasi kebun yang tanah, sebelum lahan siap digunakan.
dianggap kurang aman dari babi hutan. Pada perladangan berpindah pembukaan
Kondisi usahatani perladangan berpindah kebun baru dilakukan sebelum kebun lama
dan usahatani menetap disajikan pada selesai dipanen, yaitu dengan cara membuka
gambar 3a dan 3b. lahan yang telah lama ditinggalkan. Lahan
Pada saat ini dengan dikenalnya yang ditinggalkan untuk masa bera yang
teknologi alat, petani perladangan berpindah lama berfungsi untuk menyuburkan lahan.
menebang pohon bukan hanya menggunakan Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh
kapak, tetapi telah menggunakan Chain informasi bahwa lama bera lahan pada
shaw dengan cara sewa atau meminjam. perladangan berpindah antara 3 tahun hingga
Sedangkan untuk membersihkan lahan mencapai 15 tahun. Semakin lama masa bera
digunakan alat sederhana berupa kapak dan lahan memberi manfaat bagi pertumbuhan

231
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

tanaman, sehingga produksi akan semakin selama 3 bulan atau hingga menunggu siap
tinggi. Bagi petani pada pertanian menetap, tanam. Cara penyimpanan hasil panen untuk
pemanfaatan lahan secara terus menerus tanpa bibit disajikan pada gambar 4.
menggunakan pupuk, berakibat menurunkan Petani di Kabupaten Pegunungan Arfak
tingkat kesuburan tanah dengan cepat. Namun sebagian besar menggunakan bibit kentang
demikian petani di Pegunungan Arfak memiliki berasal dari hasil panen, karena bibit kentang
pengetahuan lokal untuk menyuburkan hasil panen dianggap lebih baik daripada bibit
lahannya, yaitu dengan cara membakar kentang yang berasal dari luar Pegunungan
sisa semak dan rumput pada lahan setelah Arfak. Keadaan ini perlu menjadi perhatian
melakukan panen. Abu hasil pembakaran pemerintah daerah Kabupaten Pegunungan
yang dibiarkan dalam jangka waktu tertentu Arfak, karena untuk mendapatkan produksi
menjadi pupuk untuk membantu menyuburkan dan produktivitas tinggi bibit sebaiknya
kembali tanah. Tahapan usahatani kentang menggunakan bibit bersertifikasi sebagai
disajikan pada tabel 12 inovasi bagi petani. Walaupun untuk merubah
Pada umumnya saat kegiatan perilaku petani untuk beralih dari pertanian
pembukaan lahan, pemilik lahan dibantu tradisional dengan menggunakan inovasi
keluarga besar dalam satu klan, selanjutnya agak sulit, namun melalui penyuluhan
pemilik akan membagi areal lahan yang dengan menggerakkan petani-petani
telah dibuka sebagai kebun bersama dengan muda tantangan tersebut secara perlahan
beberapa keluarga yang membantu. Pada diharapkan dapat diatasi. Selain itu hal
usahatani menetap kegiatan membersihkan penting berkaitan dengan harga kentang
kebun dilakukan oleh keluarga inti, walaupun adalah ketika produksi tinggi harga kentang
demikian jika luasan lahan cukup besar ternyata tidak terpengaruh, artinya harga
kegiatan ini dilakukan dengan bantuan tetap, bahkan yang sering terjadi untuk
anggota dari kelompok marga yang sama. produk kentang lokal harga meningkat,
Penyediaan bibit tanaman kentang berasal sehingga tidak menurunkan minat petani
dari hasil panen baik pada perladangan berusahatani dan memproduksi kentang. Hal
berpindah dan usahatani menetap sama, ini berbeda dengan pendapat Jaya (2018),
yaitu dengan cara menyimpan dalam noken yang menyatakan ketika harga komoditas
pertanian naik pemerintah cenderung tidak
Gambar 4 suka dan berusaha menurunkan harga
Penyimpanan Kentang Dalam Noken Untuk Bibit komoditas pertanian secara cepat, sehingga
petani enggan untuk menjadi petani atau
bekerja di sektor pertanian. Keadaan ini
menyebabkan keinginan berusahatani
rumah tangga petani mengalami penurunan
dan dapat melemahkan ketahanan pangan
suatu wilayah. Pada usahatani kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, penurunan
minat petani bukan akibat harga kentang

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017

232
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
Tabel 13
Produksi, Produktivitas, Biaya Usahatani Dan Pendapatan Petani Kentang
Di Kabupaten Pegunungan Arfak
Nilai Pada Perladangan Berpindah Nilai Pada Usahatani Menetap
Variabel
Minimum Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-rata
Produksi (kg) 80,00 550,00 296,08 80,00 500,00 280,94
Produktivitas (ton/ha) 0,72 6,67 2,42 2,50 21,00 5,79
Penerimaan (Rp) 1.600.000 9.900.000 5.792.549 1.500.000 9.000.000 5.285.471
Biaya Usahatani (Rp) 644.875 3.249.167 1.583.989 513.125 2.022.960 1.258.050
Pendapatan (Rp) 696.300 8.057.700 4.208.560 867.500 7.376.375 4.027.421
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

turun, karena kentang merupakan tanaman mempengaruhi ketahanan pangan keluarga,


hortikultura sehingga harga relatif stabil. sebagai pembentuk ketahanan pangan
masyarakat. Deskripsi nilai variabel produksi,
Perbandingan Produktivitas dan Pendapatan produktivitas, biaya usahatani dan pendapatan
Usahatani Kentang Perladangan Berpindah petani kentang perladangan berpindah dan
dan Usahatani Menetap usahatani menetap disajikan pada tabel 13.
Usahatani perladangan berpindah bagi Pada tabel 13 ditunjukkan bahwa rata-
petani suku Arfak merupakan suatu cara rata produktivitas kentang perladangan
berusahatani yang telah dilakukan sejak berpindah lebih rendah dibandingkan
dahulu. Hal ini dilakukan karena pengetahuan usahatani menetap. Walaupun produktivitas
petani tentang teknologi budidaya masih kentang pada dua wilayah studi ini lebih tinggi
terbatas. Salah satu cara yang dilakukan jika dibanding dengan rata-rata produktivitas
petani untuk memperoleh produksi tinggi kentang secara keseluruhan di Papua Barat
pada sistem pertanian ini adalah berusaha (1,26 ton/ha), tetapi masih sangat rendah jika
mencari dan mengolah lahan yang subur dibanding dengan rata-rata tingkat nasional
dengan membuka lahan baru. Adanya (14,37 ton/ha). Produktivitas lahan untuk
perubahan dalam perkembangan administrasi tanaman kentang pada perladangan berpindah
pemerintahan di wilayah Pegunungan Arfak lebih rendah, namun rata-rata pendapatan
menyebabkan beberapa kampung di sekitar lebih tinggi, disebabkan lahan usaha pada
pusat pemerintahan Kabupaten Pegunungan perladangan berpindah lebih luas, selain itu
Arfak memiliki lahan terbatas untuk usahatani faktor lama bera pada perladangan berpindah
sistem perladangan berpindah, sehingga secara sebagai faktor penting dalam menyuburkan
perlahan petani mulai menerapkan usahatani tanah, sehingga rata-rata produksi kentang
menetap. Perubahan ini menimbulkan pada perladangan berpindah cenderung lebih
perbedaan pendapatan dan produktivitas tinggi dibanding usahatani menetap.
maupun efisiensi produksi pada kedua sistem Produksi dan produktivitas usahatani
usahatani kentang. Menurut Subekti, dkk kentang di Kabupaten Pegunungan Arfak
(2016) pendapatan merupakan salah satu rendah, sebagai akibat menurunnya minat
ukuran kesejahteraan masyarakat yang petani bekerja pada sektor pertanian dan
menjadi bagian dari ketahanan ekonomi. berubahnya pola konsumsi masyarakat.
Dengan adanya ketahanan ekonomi keluarga Adanya program Raskin diduga sebagai

233
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

salah satu faktor penyebab berubahnya pola pendapatan usahatani kentang per musim pada
konsumsi. Dengan sifat petani tradisional dalam perladangan berpindah dan pertanian menetap
berusahatani pada umumnya yang terpenting disajikan pada tabel 14.
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga Hasil analisis pada tabel 14 menunjukkan
dan apabila ada sisa dijual menyebabkan tidak bahwa rata-rata produktivitas pada
adanya usaha untuk menanam kentang dalam perladangan berpindah lebih rendah dibanding
jumlah banyak. Selain itu petani memiliki dengan usahatani menetap. Namun rata-rata
sifat takut dengan risiko jika menanam dalam pendapatan perladangan berpindah lebih
jumlah besar dan sulit memasarkan akan tinggi dari pada usahatani menetap.
mengakibatkan kerugian. Pola konsumsi dan Perbedaan rata-rata produktivitas antara
sifat-sifat petani serta program pemerintah usahatani perladangan berpindah dan menetap
demikian yang justru menjadi menghambat cukup besar. Berdasarkan hasil uji t beda rata-
peningkatan produksi kentang, walaupun rata produktivitas usahatani menetap lebih
wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak besar daripada perladangan berpindah, hal
merupakan wilayah potensial untuk usahatani ini dapat dijelaskan bahwa pada usahatani
kentang, yang jika ditangani dengan serius menetap petani berusaha memaksimalkan
merupakan sumber pendapatan utama bagi penggunaan lahannya dengan pengaturan jarak
petani. tanam. Rata-rata jarak tanam yang digunakan
Kelebihan sistem perladangan berpindah petani dengan pola tanam monokultur pada
dibandingkan dengan usahatani secara kisaran 20cm x 20cm sampai 20cm x 30cm,
menetap bagi petani tradisional yang memiliki sedangkan untuk pola campuran jarak tanam
teknologi terbatas adalah mendapatkan lahan antar tanaman kentang seperti pada pola
yang subur sehingga jumlah dan kualitas monokultur atau bahkan terdapat jarak tanam
produksi kentang sesuai dengan harapan lebih lebar hingga 40cm x 50cm. Tanaman
petani. Produktivitas lahan pada perladangan lainnya yang ditanam pada area yang sama
berpindah menunjukkan hasil berbeda, pada pola monokultur dan campuran adalah
karena petani pada usahatani menetap akan sawi, buncis, jagung dan ubi jalar yang
berusaha untuk memperoleh produksi yang ditanam secara bertahap.
tinggi dengan lahan yang lebih terbatas, Pendapatan per musim dari hasil
sehingga produktivitas usahatani menetap usahatani kentang pada perladangan berpindah
lebih tinggi dibanding perladangan berpindah. dan usahatani menetap terdapat selisih yang
Analisis perbandingan produktivitas, dan

Tabel 14
Analisis Perbandingan Produktivitas, Pendapatan Kentang Perladangan Berpindah Dan Usahatani Menetap
Ladangan Berpindah (N=51) Usahatani Menetap (N=53)
Variabel t-hitung
Rata-rata Std.Deviasi Rata-rata Std.Deviasi
Produktivitas (ton/ha) 2,42 1,37 5,79 2,82 7,768***
Pendapatan (Rp) 4.208.560,26 1.862.797,42 4.027.421,32 1.627.089,01 -0,527ns
Sumber : Analisis Data Primer, 2017
Keterangan:
*** : Signifikan pada α=1%; ttabel 0,01;102 = 2,6248
ns : Tidak Signifikan

234
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
kecil, perbedaan tersebut disebabkan luas Keadaan yang sama terjadi pada petani yang
tanam kentang pada perladangan berpindah menerapkan usahatani menetap, dimana hasil
relatif lebih besar, sehingga produksi lebih panen kentang saat ini sebagian besar dijual.
banyak, dan berpengaruh terhadap pendapatan Berdasarkan uraian di atas diketahui
petani. Hasil uji t beda rata-rata pendapatan bahwa produksi kentang di Kabupaten
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaaan Pegunungan Arfak beberapa tahun ini terus
pendapatan antara usahatani menetap dan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
perladangan berpindah. petani dalam berusahatani belum sepenuhnya
Produksi kentang ditentukan oleh curahan berorientasi ekonomi, artinya usahatani
kerja pada masing-masing usahatani. Rata-rata yang dilakukan semata-mata hanya untuk
curahan kerja pada ladang berpindah sebesar memenuhi kebutuhan keluarga walaupun
33,085 HOK, sedangkan pada usahatani hasilnya sebagian dijual namun persentase
menetap sebesar 22,027 HOK. Penggunaan hasil penjualan produk kentang dan juga hasil
tenaga kerja dalam usahatani berhubungan pertanian lainnya untuk kebutuhan konsumsi
dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan keluarga, sehingga dengan adanya program
petani di luar usahatani pada lokasi studi maupun Raskin petani merasa sebagian beban untuk
di luar lokasi studi. Petani pada usahatani memenuhi kebutuhan bahan pangan pokok
menetap memiliki tingkat pendidikan rata-rata bagi keluarga telah dibantu pemerintah,
6,75 tahun atau setara dengan kelas 1 SMP atau sehingga merasa tidak perlu bekerja lebih
lebih tinggi dibanding petani pada perladangan keras untuk menyediakan kebutuhan
berpindah. Keadaan ini menyebabkan petani pangannya. Pemanfaatan produksi dan
lebih tertarik bekerja sebagai tenaga honorer kontribusi pendapatan petani dari usahatani
pada Pemerintah Daerah. Sedangkan petani kentang perladangan berpindah dan usahatani
pada perladangan berpindah berpendidikan menetap untuk memenuhi kebutuhan pangan
rata-rata 3,22 tahun (3 SD), sehingga kegiatan disajikan pada gambar 5.
utamanya bertani dan berburu, karena tingkat
pendidikan rendah menyebabkan petani tidak Gambar 5
Rata-Rata Produksi Kentang Dan Alokasi Untuk
memiliki kesempatan bekerja di luar sektor DiJual Di Kabupaten Pegunungan Arfak
pertanian.

Mendukung Ketahanan Pangan


Masyarakat
Produksi kentang yang dihasilkan petani
ladang berpindah maupun pertanian menetap
di Kabupaten Pegunungan Arfak selain
dikonsumsi juga dijual. Persentase produksi
kentang yang dijual pada saat ini menunjukkan
peningkatan dibanding pada waktu sebelum Sumber: Analisis Data Primer, 2017
ada program pemerintah (Raskin), hal ini
menunjukkan bahwa Raskin berpengaruh Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa
terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat. dari jumlah produksi kentang yang dihasilkan

235
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

petani, lebih kurang sebesar 92% produksinya sebagai sumber vitamin. Pendapatan bagi
dijual, sedangkan sisanya selain untuk petani masih dirasakan sebagai pelengkap
dikonsumsi juga untuk bibit pada masa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
tanam selanjutnya. Proporsi pendapatan yang Kondisi ini menunjukkan bahwa praktik
diperoleh dari penjualan kentang oleh petani perladangan berpindah dan usahatani menetap
sebagian besar digunakan untuk membeli berkontribusi dalam mendukung ketahanan
kebutuhan pangannya, yaitu beras, minyak pangan masyarakat di Kabupaten Pegunungan
goreng, gula dan kopi. Sedangkan persentase Arfak.
pendapatan yang digunakan untuk kebutuhan
non pangan sangat rendah. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka
Gambar 6 dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Rata-rata Pendapatan Dan Alokasi Untuk Bahan
Pangan Di Kabupaten Pegunungan Arfak Pertama, petani di Kabupaten
Pegunungan Arfak sebagai petani tradisional
melakukan praktik usahatani perladangan
berpindah, namun saat ini telah melakukan
pertanian secara menetap. Teknologi yang
digunakan pada kedua praktik usahatani masih
dilakukan secara tradisional, sehingga untuk
meningkatkan teknologi petani diperlukan
penyuluhan terutama kepada petani usia muda
agar teknologi cepat diterima dan diterapkan.
Sumber: Analaisis Data Primer, 2017 Kedua, produksi dan pendapatan petani
perladangan berpindah lebih tinggi dibanding
Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa, petani pada pertanian menetap, namun
persentase pendapatan dari usahatani kentang produktivitas pertanian menetap lebih tinggi
sebagian besar digunakan untuk membeli dibanding perladangan berpindah. Produktivitas
bahan pangan pokok. Menurut Teori Engel, dapat ditingkatkan dengan mengelola lahan
semakin membaiknya pendapatan keluarga lebih efisien, yaitu dengan pengaturan jarak
biasanya akan diiringi dengan alokasi tanam sesuai rekomendasi instansi terkait,
pengeluaran untuk kebutuhan pangan yang menggunakan benih bermutu dan menjaga
cenderung menurun. Namun jika proporsi lingkungan wilayah pegunungan Arfak.
pengeluaran lebih besar untuk konsumsi Ketiga, hasil produksi kentang
pangan mengindikasikan bahwa keluarga perladangan berpindah dan usahatani
tersebut berpenghasilan rendah, sehingga menetap dimanfaatkan untuk dikonsumsi
petani di Kabupaten Pegunungan Arfak masih maupun dijual. Namun sebagian besar yang
tergolong dalam keluarga dengan penghasilan dijual hasilnya digunakan kembali untuk
rendah. Namun demikian kepemilikan lahan membeli bahan pangan untuk konsumsi
adat merupakan modal penyedia bahan pangan keluarga. Dengan demikian kebutuhan
seperti ubi-ubian dan kentang sebagai sumber pangan keluarga terpenuhi sebagai ukuran
karbohidrat, serta tanaman hortikultura ketahanan pangan masyarakat dari hasil

236
Umi Yuminarti, Dwidjono Hadi Darwanto, Jamhari, Subejo -- Studi Komparasi Praktik Perladangan Berpindah
dan Pertanian Menetap untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat (Studi pada Usahatani Kentang di
Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat)
praktek usahatani padang berpindah dan Beattie R. And C. Robert Taylor. 1985. The
pertanian menetap. Economics of Production (Ekonomi
Keempat, produksi kentang yang Produksi, alih bahasa: Soeratno).
cenderung menurun disebabkan minat Yogyakarta: Gadjah Mada University
berusahatani masyarakat menurun, karena Press.
beberapa alasan antara lain (1). Perubahan Boediono. 1997. Ekonomi Moneter dan
pola makan dari ubi-ubian ke nasi, akibat Internasional, . Yogyakarta :BPFE.
dikenalnya beras dari program Raskin. (2). BPS Provinsi Papua Barat, 2014. Papua Barat
Sifat petani tradisional yang berusahatani Dalam Angka 2014. Manokwari: Badan
hanya menyesuaikan kebutuhan sesaat petani Pusat Statistik Provinsi Papua Barat..
dan keluarganya, karena belum berorientasi
--------, 2016. Papua Barat Dalam Angka
komersiil, sehingga usahatani kentang yang
2016. . Manokwari:Badan Pusat Statistik
secara turun temurun dilakukan hanya sebatas
Provinsi Papua Barat
untuk memenuhi kebutuhan pangan. (3). Petani
yang memiliki pendidikan lebih memilih bekerja Brown, M.L. 1979. Farm Budgets from
sebagai staf honorer pada instansi yang ada Farm Income Analysis to Agricultural
setelah wilayah ini terbentuk sebagai kabupaten Project Analysis. . Baltimore and London:
baru. Dengan demikian walaupun wilayah Published for the World Bank. The Johns
ini sangat berpotensi untuk pengembangan Hopkins University Press.
usahatani kentang namun potensi ini belum Crammer, G.L.& C.W. Jensen. 1994.
dimanfaatkan sepenuhnya baik oleh petani Agricultural Economics and Agribusiness:
dan pemerintah daerah. Oleh karena itu peran Sixth Edition, John Wiley and Sons, Inc.
pemerintah daerah bersama-sama dengan New York.
Lembaga Swadaya Masyarakat dan perguruan Darwanto D.H., 2005. Ketahanan Pangan
tinggi diperlukan untuk merubah pola pikir dan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan
meningkatkan minat petani dalam memproduksi Petani. Ilmu Pertanian. Vol. 12, No.2,
kentang, baik melalui tindakan nyata dengan hh. 152 – 164.
pendampingan kepada petani maupun melalui Dewan Ketahanan Pangan, 2009. Panduan
kebijakan pemerintah terkait dengan ketahanan Penyusunan Petan Ketahanan dan
pangan di Kabupaten Pegunungan Arfak. Kerentanan Pangan di Indonesia; A Foof
Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
DAFTAR PUSTAKA (FSVA). Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan
Anderson, J.R, and W.E. Griffiths. 1982. dan World Food Programme.
Production Risk and Efficient Allocation
Hakim, M.A., 2014. Memperkuat Ketahanan
of Resources. Australian Journal of
Pangan Demi Masa Depan Indonesia
Agricultural Economics. Vol 2. No.3,
2015-2025. , Jakarta: CV. Rumah Buku
Desember 1982.
Houghton,R.A, Lefkowitz,D.S, Scole,D.L.
Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan
1991. Change in The Landscape of Latin
Pertanian: Paradigma Kebijakan dan
America Between 1850 and 1885. I.
Strategi Revitalisasi. Jakarta:Penerbit PT
progressive Loss of Forest. Forests
Grasindo.

237
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 215-238

Ecology and Management. Vol.38, no. 3-4. The Amazon: Sustainability, Criticality
hh.143-172. and Resilience. Ecological Economics.
Jamison, D. T.& L. J. Lau. 1982. Farmer vol.18. no.1, hh.3-13.
Education and Farm Efficiency. A World Soeharjo dan Dahlan Patong, 1993. Sendi-
Bank Research Publication. The Johns Sendi Pokok Usahatani. Institut Pertanian
Hopkins University Press. Baltimore. Bogor:Departemen Ilmu-Ilmu Sosial
Jong, W., M. Sirait, N. Liswanti, 2001. Ekonomi Fakultas Pertanian.
Farming Secondary Forests in Indonesia. Soekartawi. 1986. Prinsip-prinsip Dasar
Journal of Tropical Forest Science 13 (4): Manajemen Hasil Pertanian, Teori dan
705-726 Aplikasinya. Jakarta.: Radjawali Press.
Jaya, Pajar Hatma Indra, 2018. Nasib Petani Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
dan Ketahanan Pangan Wilayah (Studi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Tentang Kebijakan Pemerintah dan Raja Grafindo Persada.
Respons Masyarakat Desa Mulyodadi, Subekti Imam, Martono Edi, dan Hamid
Bantul Ketika Harga Komoditas Pertanian E.Suandi, (2016). Manajemen Koperasi
Naik), Jurnal Ketahanan Nasional, vol 24, Dalam Rangka Pengelolaan Hutan
no. 1, hh. 77-93. Rakyat dan Pengaruhnya Terhadap
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Ketahanan Ekonomi Masyarakat (Studi
Pertanian. Jakarta :LP3ES.. Pada Koperasi Wana Lestari Menoreh di
Nasir, M., 2005. Metodologi Penelitian. Kabupaten Kulon Progo, DIY), Jurnal
Ghalia Indonesia, Jakarta Ketahanan Nasional, vol 22, no. 2, hh.
Pindyck, R.S. & D.L. Rubinfield, 2001. 158-179.
M i c ro e c o n o m i c s . P r e n t i c e H a l l Todaro, Michael P. 1987. Pembangunan
International, Inc. Canada. Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketiga.
Samuelson, P.A& W.D. Nordhaus. 2001. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Microeconomics. Seventeenth Edition.
McGraw-Hill Irwin. Boston. Peraturan Perundangan
Serrao,E,A., Nepstad, D., Walker, R.T. Upland Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
Agricultural and Forestry Development in 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

238

You might also like