You are on page 1of 10

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang

terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil
melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan
logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada
327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom
terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti
halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat
merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu
yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb
(22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic
dan merupakan produk akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan
(tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat
korosif (seperti asam sulfat).

Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang
mengekstraksi dan mengeksploitasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai
kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen
dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi.

Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab
kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang
menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl
lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam
bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Gambar 2.1 menunjukkan
alur pajanan timbal terhadap manusia.

Gambar 2.1 Alur Pajanan Timbal

Pb dalam Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Bensin)

Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil banyak digunakan sebagai zat
aditif pada bahan bakar bensin untuk meningkatkan angka oktan secara ekonomi dan
merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Pb-tetraetil dan Pb-
tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110 ºC dan 200 ºC. Karena
daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan unsur-unsur
lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar Pb-
tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya
dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain di udara seperti senyawa halogen
asam atau oksidator.

Emisi Pb masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi dan dapat berbentuk gas dan partikel.
Emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas terutama berkaitan sekali berasal dari buangan
gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang
terjadi dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetril-
Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor yang berfungsi
sebagai antiknock pada mesin-mesin kendaraan. Musnahnya timbal (Pb) dalam peristiwa
pembakaran pada mesin yang menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui
asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan estimasi skitar 80–90% Pb
di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan
tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya
untuk mereduksi kandungan Pb pada bensin.

Dampak Pb terhadap Kesehatan

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak
lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan
kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil
Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik
diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber
Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan
tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi
melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung
akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak.
Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan
tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia,
merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan
tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia
dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan
terakumulasi dalam ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam
bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang
terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat dapat
melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan
selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb
yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu
disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam
fungsi organ tubuh.

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh laogam
Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks tersebut melibatkan dua
macam enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat
dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap
awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Adapun enzim
ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan
berfungsi pada akhir proses sintesis.

Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :

* Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine


* Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah
* Memperpendek umum sel darah merah
* Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda
* Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah

Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi
ukuran partikel dan kelarutan Pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan biasanya
kadar Pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap di saluran
pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa dianggap
terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata
bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan walaupun
agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di alveoli mungkin kurang dari
10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam bentuk yang sukar larut.
Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang,
kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan
yang baru (dalam 24 jam terakhir).

Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

* Sistem syaraf dan kecerdasan

Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja
dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada
tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya
koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf.
Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal
memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar
timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6
poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas
20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.

* Efek sistemik

Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling
banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam
laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 µg/dl to 5 µg/dl
menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa,
hubungan antara BLL dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat
sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

* Efek timbal terhadap reproduksi

Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui
sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan
kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat
memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran
prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan
meningkatnya jumlah sperma abnormal.

Program Penghapusan Pb dalam Bensin

Upaya penghapusan kandungan Pb dalam bahan bakar bensin di Indonesia sudah


dilakukan sejak tahun 1996 dimana pada bulan Oktober 1996 Presiden RI
mengintruksikan program penghapusan kandungan Pb dalam bahan bakar bensin yang
dipasarkan di wilayah RI pada tahun 1999. Adapun dengan terjadinya krisis moneter
program ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada bulan Oktober 1999 Menteri
Pertambangan RI mencanangkan untuk menghapuskan Pb dalam bahan bakar bensin
pada tahun 2003 dan program ini dimasukkan sebagai salah satu komitmen pemerintah
seperti tertera dalam Letter of Intent (LOI) antara Pemerintah RI dengan IMF.

Sebagai realisasi dari program Langit Biru, Kementerian Lingkungan Hidup mengadakan
pemantauan rutin tahunan terhadap kualitas bahan bakar bensin dan solar di Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan agar bahan bakar yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat
dapat dikontrol kualitasnya. Dengan demikian, data yang diperoleh diharapkan dapat
mendorong dan memacu produsen secara bertahap untuk memproduksi bahan bakar yang
ramah lingkungan.
Secara umum, kegiatan ini dari tahun ke tahun secara bertahap menunjukkan hasil yang
cukup memuaskan. Hal ini dapat diukur dari dua hal, yaitu bertambahnya kota yang
dipantau dan kualitas bahan bakar bensin dan solar. Pada tahun 2006, KLH memantau
kualitas bahan bakar kendaraan bermotor di 20 kota, sedangkan tahun ini, terdapat
penambahan jumlah kota yang dipantau menjadi 30 kota, yang antara lain: Ambon,
Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Batam, Bengkulu,
Denpasar, Gorontalo, Jabodetabek, Jambi, Jayapura, Kendari, Kupang, Makassar,
Manado, Mataram, Medan, Padang, Palangkaraya, Palembang, Palu, Pangkalpinang,
Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Sorong, Surabaya, dan Yogyakarta. Dari segi jumlah,
kota-kota yang dipantau tersebut dapat mewakili seluruh wilayah Indonesia yang
berjumlah 33 provinsi.

Kualitas bahan bakar yang dipasarkan di Indonesia menunjukkan perbaikan dari tahun
sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada tahun 2006 dari 20 kota yang dipantau
ditemukan bahan bakar bensin masih mengandung timbal dengan nilai rata-rata 0,038
gr/l, sedangkan tahun ini dari 30 kota yang dipantau ditemukan nilai rata-rata 0.0068
gr/lt. Dari 30 kota yang dipantau, 10 kota kandungan Timbalnya sudah tidak terdeteksi
atau unleaded gasoline, termasuk Kota Bandung (Sumber : Kementrian Lingkungan
Hidup).

Secara umum kondisi kualitas udara Kota Bandung berdasarkan hasil pengukuran
kualitas udara ambient di beberapa lokasi yang tersebar di Kota Bandung dari tahun ke
tahun menunjukkan penurunan, termasuk pencemar Pb. Hasil pengukuran parameter Pb
yang dilaksanakan oleh BPLH Kota Bandung dari tahun 2005 hingga 2007 ditampilkan
pada Tabel 2.1. Gambar 2.1 berikut menunjukkan penjualan bensin bertimbal sebagai
persentase dari total penjualan bensin, per negara.

Bahaya timbal ( timah hitam )

Fuadi Arif Nasution


mahasiswa tingkat III
Departemen Teknik Lingkungan, ITB

TimbalTimbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam
berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah
kecil melalui proses alami. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia dan di
dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan
otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab
kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang
menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO3, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl
lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam
bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan.

Sumber pencemaran timbal


Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam
pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup
oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen
timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Sedangkan dalam air minum,
timbal dapat berasal dari kontaminasi pipa, solder dan kran air.
Kandungan timbal dalam air sebesar 15mg/l dianggap sebagai konsentrasi yang aman
untuk dikonsumsi. Dalam makanan, timbal berasal dari kontaminasi kaleng makanan dan
minuman dan solder yang bertimbal. Kandungan timbal yang tinggi ditemukan dalam
sayuran terutama sayuran hijau.

Keracunan timbal
Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam
jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental
yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Anak
perkotaan di negara berkembang memiliki risiko yang tinggi dalam keracunan timbal.
Menurut US Centre for Disease Control and Prevention, diperkirakan pada 1994,
sebanyak 100 persen darah dari anak berumur di bawah dua tahun mengandung timbal
yang melampaui ambang batas 10mg/dl dan 80 persen darah dari anak 3-5 tahun melebihi
ambang batas tersebut. Anak yang tinggal atau bermain di jalan raya sering menghirup
timbal dari asap kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal. Baru-baru ini
dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Jika hasil penelitian itu kelak dapat menyimpulkan bahwa kadar timbal dalam darah
anak tidak lebih baik daripada penelitian pada 2001, kecurigaan yang mungkin muncul
beralih pada pola konsumsi anak-anak, misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan dalam
kaleng. Di negara yang maju sekalipun, diperkirakan masih banyak anak yang darahnya
mengandung timbal melebihi ambang batas. Diperkirakan 78 persen anak berumur di
bawah dua tahun dan 28 persen anak berumur 3-5 tahun memiliki kandungan timbal
dalam darah yang melebihi ambang batas.

Studi toksisitas
Studi Toksisitas Timbal menunjukkan bahwa kandungan Timbal dalam darah
sebanyak 100 mikrogram/l dianggap sebagai tingkat aktif (level action) berdampak pada
gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku. Sedangkan kandungan Timbal 450
mikrogram/l membutuhkan perawatan segera dalam waktu 48 jam. Lalu, kandungan
Timbal lebih dari 700 mikrogram/l menyebabkan kondisi gawat secara medis (medical
emergency). Untuk kandungan timbal di atas 1.200 mikrogram/l bersifat sangat toksik
dan dapat menimbulkan kematian pada anak. Kadar Timbal 68 mikrogram/l dapat
menyebabkan anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan kanker.

Hal ini diduga meningkatkan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) anak-anak.
Timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan
gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada
fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Sistem syaraf dan pencernaan anak masih
dalam tahap perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap timbal yang terserap. Pada
kadar rendah, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan
pemusatan perhatian, kesulitan membaca dan menulis, hiperaktif dan gangguan perilaku,
gangguan pertumbuhan dan fungsi penglihatan dan pergerakan, serta gangguan
pendengaran.

Pada kadar tinggi, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan: anemia, kerusakan
otak, liver, ginjal, syaraf dan pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsi, serta dapat
menyebabkan kematian. Anak dapat menyerap hingga 50 persen timbal yang masuk ke
dalam tubuh, sedangkan dewasa hanya menyerap 10-15 persen. Anak dapat menyerap
tiga kali dosis lebih besar dibandingkan orang dewasa karena memiliki perbandingan
permukaan penyerapan dan volume yang lebih besar.

Penduduk di negara berkembang, terutama anak-anak, terancam paparan timbal yang


sangat besar disebabkan oleh:
(a) Belum ada peraturan tentang emisi industri dan penggunaan bahan bakar yang
mengandung timbal,
(b), lemahnya pelaksanaan peraturan lingkungan dan keselamatan kerja,
(c) Banyaknya industri rumah tangga pelapisan dan pengolahan logam
(d) penerapan budaya tertentu seperti penggunaan alat masak dari keramik
mengandung timbal dan penggunaan timbal untuk bahan kosmetik.

http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/11857-bahaya-timbal-timah-
hitam.html

Timbal adalah sebuah unsur kimia pada tabel berkala yang mempunyai simbol Pb dengan
nomor atom 82. dalam Bahasa Latin disebut Plumbum dan dalam Bahasa Indonesia
disebut Timbal atau Timah Hitam. Timbal organik adalah logam berat dengan unsur berat
atom yang lebih tinggi, yang mempunyai sifat bahan logam pada suhu ruangan.
Sebaliknya timbal dapat berbentuk sebagai senyawa organik (tetra ethyl lead = TEL).

Timbal berwarna buram dan padat, lentur, sangat lembut, mudah dibentuk, logam putih
kebiru-biruan, yang buruk untuk hantaran arus listrik. Logam sejati ini sangat tahan
terhadap karat. Karena sifat inilah, timbal digunakan untuk menyimpan cairan korosif.
Timbal juga beracun.

Timbal digunakan sebagai bahan utama baterai asam-timbal, pewarna pada lapisan
keramik, proyektil untuk senjata api, pelindung dari radiasi. Molden lead digunakan
sebagai bahan pendingin untuk reaktor. Gelas timbal terdiri dari 12-28% timbal. Timbal
adalah logam dasar tradisional untuk pipa organ, dicampur dengan perak dalam jumlah
yang bervariasi untuk mengendalikan nada pipa. Timbal juga digunakan sebagai
electrode dalam proses electrolysis, dalam solder untuk electronik, pada kabel listrik
voltase tinggi sebagai material pelindung untuk mencegah air meresap ke isolasi.

Timbal digunakan sebagai zat pewarna pada cat timbal untuk warna putih, kuning dan
merah, untuk membuat peluru untuk sling, sebagai komponen mainan, untuk pengisi bodi
mobil. Timbal tetra ethyl(timbal organik) digunakan secara luas sebagai aditif bensin
karena kemampuannya menaikkan tingkat oktan bahan bakar.

Bagaimana keracunan timbal terjadi pada manusia?

Secara umum, timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan dan
pencernaan. Di luar bahaya kerja, sebagian besar keracunan timbal terjadi pada anak-
anak di bawah umur dua belas tahun. Sumber utama keracunan adalah menelan tanah
yang tercemar timbal dan menelan debu atau serpihan timbal dari cat berbasis timbal.
Masalah ini timbul terutama di rumah-rumah tua di mana cat timbal yang manis rasanya
kemungkinan terlepas, dan cat berbasis timbal yang rusak dapat menjadi serbuk dan
terhirup. Anak-anak kecil cenderung untuk menggigit dan menghisap ambang jendela
bercat ketika mereka melihat ke luar. Di sebagian besar negara bagian Amerika Serikat,
tuan tanah dan mereka yang menjual rumah-rumah semacam itu diharuskan untuk
memberitahukan bahaya tersebut kepada calon pembeli.

Timbal juga ditemukan dalam air minum. Timbal dapat berasal dari pipa dan
perlengkapan pipa air yang terbuat dari timbal atau ada bahan timbal di dalamnya.
Timbal juga dapat ditemukan dalam kosmetik impor, seperti Kohl, dari Timur Tengah,
India, Pakistan, dan beberapa bagian Afrika, dan Surma dari India.

Pdpersi, Jakarta - Tanpa disadari, lingkungan di sekitar kita ternyata sudah dipenuhi
dengan racun. Bahkan, dalam tingkat pencemaran udara, kota Jakarta sebagai ibukota
negara Indonesia, menempati urutan ketiga setelah Bangkok dan Mexico. Pencemaran itu
antara lain oleh timbal, bahan aditif yang terdapat di dalam bensin. Peliknya, timbal
ternyata mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup seseorang, bahkan dapat
mengakibatkan kemandulan pada pria.

Menurut Ketua Lembaga Konsumen Hijau Indonesia (LEMKOHI) Syafei Kadarusman,


yang ditemui pdpersi.co.id di kantornya, Kamis (7/9), efek yang ditimbulkan dari timbal
sangatlah besar bagi kesehatan. Hasil berbagai penelitian yang dilakukan beberapa LSM
dan Perguruan Tinggi di Jakarta terhadap beberapa polisi lalu lintas menunjukan, ada
kecenderungan mereka dapat menjadi mandul, karena sperma di dalam tubuhnya sudah
terkontaminasi pencemaran timbal.

Sedangkan pada anak-anak, kata Syafei, timbal sangat berbahaya karena dapat
menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) dan kemampuan belajar. Pada perempuan, pengaruh
timbal ditandai dengan mual-mual, mata merah dan pusing-pusing. Sementara pada pria
ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan peningkatan tekanan darah tinggi.

“Timbal merupakan neurotoksin atau racun penyerang saraf yang bersifat akumulatif.
Biasanya, timbal terkonsentrasi di terminal-terminal bis dan jalan-jalan raya. Setiap
kenaikan kadar timbal dalam darah sebesar 10 ug per dl, dapat menyebabkan penurunan
IQ sebesar kurang lebih 2.5 poin. Dan setiap paparan 1 ug per meter kubik, timbal
diudara dapat menyumbang 2.5-5.3 ug / dl timbal dalam darah,” papar Syafei.

Pada daerah pemukiman di Jakarta, hasil pemantauan kadar timbal di udara selama kurun
1994 hingga 1998 menunjukan kisaran 0.2-1.8 ug per meter kubik. Di Indonesia, Baku
Mutu kualitas udara untuk timbal adalah 1 ug per meter kubik. Walaupun Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas timbal 0.5-1 ug per meter kubik,
perkembangan terakhir menyebutkan, tidak ada ambang batas timbal yang rendah, yang
tidak dapat mendeteksi dampak negatif pada anak-anak dan orang dewasa. Artinya,
timbal memang harus dihapuskan karena dampaknya yang sangat merugikan.

Sumber timbal yang paling utama, jelas Syafei, adalah emisi gas buang kendaraan
bermotor atau hampir 90 persen dari total emisi timbal di atmosfer. Ketika bensin
bertimbal dibakar, partikel-partikel halus timbal akan diemisikan dan tetap berada di
udara beberapa minggu sebelum akhirnya mengendap. Partikel halus timbal tersebut
dapat langsung dihirup ke bagian paling dalam paru-paru dan diserap ke dalam darah
dengan efisiensi hampir 100 persen, kemudian berakumulasi di otak.
“Hanya sekitar 10 persen timbal mengendap langsung di tanah, dalam jarak 100 meter
dari jalan. Sebanyak 45 persen mengendap dalam jarak 20 km, 10 persen mengendap
dalam jarak 20 hingga 200 km, dan hanya 35 persen terbawa ke udara atmosfer. Adanya
transportasi timbal jarak jauh ini dibuktikan dengan adanya peningkatan timbal di daerah
kutub, Greenland,”tutur Syafei.

Bensin Bertimbal Harus di Hapus

Mengingat dampaknya yang sangat membahayakan kualitas hidup masyarakat, tidak


mengherankan, jika banyak pihak menginginkan pencemaran udara akibat timbal segera
dihapuskan. Karena itu, kata Syafei, sudah saatnya pemerintah menghapus bensin
bertimbal karena resiko kesehatan yang harus dibayar sangat tinggi.

Dinegara maju, tambahnya, pemerintahnya sudah menghapuskan penggunaan zat aditif


dalam bensin. Di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara, juga mulai mengurangi
pemakaian timbal sebagai zat aditif sejak 1970-an. Ketika itu, industri otomotif di AS
yang menjual produknya di pasar domestik diharuskan memasang pneubalis katalis guna
mengurangi zat-zat pencemar udara dari kendaraan bermotor tersebut. Karena pneubalis
katalis tersebut tidak dapat berfungsi jika menggunakan bahan bakar bertimbal, maka
mulai tahun 1973 Badan Proteksi Lingkungan AS mensyaratkan penggunaan bensin
tanpa timbal.

“Komitmen politik pemerintah memang sangat penting dalam upaya menghapuskan


bensin bertimbal. Brazil, Colombia, Nicaragua, Costa Rica, El Salvador, Honduras,
Thailand dan Ceko, telah berhasil menghapuskan bensin bertimbal,” tegas Syafei

Jika penghapusan bensin bertimbal di AS didahului dengan adanya kebutuhan bensin


tanpa timbal, maka di negara berkembang, penghapusan tersebut dilakukan tidak
menggunakan pneubalis katalis secara meluas, melainkan karena pertimbangan bahaya
timbal bagi kesehatan, terutama bagi generasi muda.

Di Indonesia, menurut Syafei, sebenarnya pemerintah dapat mempengaruhi komposisi


kebutuhan bahan bakar dengan menciptakan sistem intensif harga yang menguntungkan.
Misalnya, mengharuskan bensin tanpa timbal atau menerapkan pajak yang lebih tinggi
untuk bensin bertimbal. Upaya penghilangan bensin bertimbal harus didukung langsung
melalui peraturan pemerintah, seperti spesifikasi bensin yang membatasi atau melarang
penggunaan zat aditif yang mengandung timbal atau bahan-bahan berbahaya lainnya.

Saat ini, Pertamina adalah pemegang hak monopoli produksi bahan bakar di Indonesia.
Tidak dipungkiri, langkah penghapusan bensin bertimbal telah dilakukan oleh Pertamina
secara bertahap dengan cara pengurangan kadar timbal dalam bensin Premium, yang
semula 2.5 cc per USG menjadi 1.5 cc per USG pada tahun 1990.

Rencananya, pada tahun 2002/2003, kadar TEL dalam bensin premium dan premix akan
mencapai 0.0 cc per USG atau bensin sudah tidak lagi mengandung TEL. Namun,
rencana tersebut sangat tergantung pada realisasi pembangunan unit catalytic reformer
yang memerlukan biaya investasi total 225.2 juta Dolar AS dan kemampuan serta
kemauan Pertamina mengimpor HOMC.

“Sayangnya, sejak rencana tersebut dibukukan pada tahun 1995, bahkan setelah
pernyataan politis presiden pada 1996 bahwa bensin bertimbal akan dihapuskan pada
tahun 1999, kenyataannya kita masih tetap menghirup udara yang mengandung timbal”
ungkapnya miris.

http://www.halalguide.info/2009/04/20/titik-kritis-tahu/

You might also like