You are on page 1of 9

eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENGARUH PENERAPAN ATRAUMATIC CARE TERHADAP RESPON


KECEMASAN ANAK YANG MENGALAMI HOSPITALISASI
DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO DAN
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Ramadini Marniaty de Breving


Amatus Yudi Ismanto
Franly Onibala

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email: rdebreving@yahoo.co.id

Abstract: Hospitalization cause the child has traumatic and raises the symptoms such as
regression response, worried about the separation, apathy, fear, and sleep disorders. The
negative impact is related to the length ang large amount of the patients, various of the
invasive procedures, and parental anxiety. Any action taken in solving the children problem
must be based on the atraumatic care principles or therapeutic care. The objective of this
research is to know the effect of atraumatic care application to the child’s anxiety response of
the hospitalization. The research design is quasy-experimental design using pretest-posttest
with control group. There are 34 childrens, 1-14 years old that become the samples of this
research. The research uses non-probability sampling with consecutive sampling method used
infusion consists of 17 intervention group with ice cube compress and giving toys and 17
childrens in control group without intervention. The results is the research is taken using
paired t-test and unpaired t-test in intervention group (p = 0,000). The conclusion shows the
existence of atraumatic care effect to the child’s anxiety response of the hospitalization. This
research suggestions is the use of ice cube compress and giving toys during the infusion
installation can decrease the children anxiety.
Keywords : Atraumatic care, child, anxiety, hospitalization

Abstrak: Hospitalisasi menyebabkan anak mengalami trauma dan menimbulkan gejala berupa
respon regresi, cemas terhadap perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur. Dampak
negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya jumlah pasien, berbagai prosedur invasif,
serta kecemasan orangtua. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun
bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon
kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Desain penelitian yang digunakan adalah
quasy-experimental design dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group.
Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun menjadi sampel penelitian menggunakan pendekatan
sampling non probabilitas dengan metode consecutive sampling yang dilakukan pemasangan
infus yang terdiri dari 17 anak kelompok intervensi kompres es batu dan pemberian mainan
dan 17 anak kelompok kontrol atau tanpa intervensi. Hasil penelitian menggunakan uji t
berpasangan dan uji t tidak berpasangan didapatkan pada kelompok intervensi (p= 0,000).
Kesimpulan menunjukkan adanya pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon
kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Saran penelitian ini yaitu kompres es batu dan
pemberian mainan pada saat pemasangan infus dapat menurunkan kecemasan pada anak.
Kata kunci : Atraumatic care, anak, kecemasan, hospitalisasi
1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENDAHULUAN lingkungan fisik rumah sakit, tenaga


Penyakit dan hospitalisasi sering kali kesehatan baik dari sikap maupun pakaian
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi putih, alat-alat yang digunakan, dan
anak (Wong et al, 2009). Hospitalisasi lingkungan sosial antara sesama pasien.
akan menyebabkan anak mengalami Lory Huff et al., (2009) menyatakan
trauma baik jangka pendek ataupun jangka bahwa implementasi atraumatic care pada
panjang (Hockenberry dan Wilson, 2007 anak yang dirawat di rumah sakit dapat
dalam Sulistiyani, 2009). Dampak negatif menurunkan trauma pada anak dan orang
ini berkaitan dengan lamanya dan tua akibat prosedur invasif. Alasan tersebut
banyaknya jumlah pasien, berbagai membuat perawat dituntut untuk
prosedur invasif, serta kecemasan orangtua, memberikan pelayanan perawatan yang
gejala yang timbul berupa respon regresi, berkualitas kepada anak maupun orang tua
cemas terhadap perpisahan, apatis, dengan pelaksanaan atraumatic care
ketakutan, gangguan tidur (Hockenberry, sehingga dapat meminimalkan kecemasan
2007 dalam Sulistiyani, 2009). pada anak saat hospitalisasi.
American Heart Association (AHA) Data awal yang didapat RSU Pancaran
tahun 2003, menyatakan anak-anak sangat Kasih GMIM Manado pada dua bulan
rentan terhadap stress yang berhubungan terakhir. Jumlah klien anak di ruang rawat
dengan prosedur tindakan invasif. anak pada bulan Agustus-September 2014
Pemasangan infus tentu saja akan adalah 240 klien anak, rata-rata 90% anak
menimbulkan nyeri, rasa sakit pada anak, dilakukan pemasangan infus dari sumber
dan juga akan menimbulkan trauma yang didapat pada saat wawancara pada
sehingga anak akan mengalami kecemasan salah satu perawat di ruangan mengatakan
dan stres. bahwa belum menerapkan asuhan
Kadang-kadang kecemasan juga atraumatic care dalam pemasangan infus.
disebut dengan ketakutan atau perasaan Observasi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
gugup. Beberapa kasus kecemasan (5- Manado belum ada penerapan asuhan
42%), merupakan suatu perhatian terhadap atraumatic care saat dilakukan
proses fisiologis. Kecemasan ini dapat pemasangan infus pada anak. Data yang
disebabkan oleh penyakit fisik atau diambil 2 bulan terakhir pada bulan
keabnormalan, tidak oleh konflik Oktober-November 2014 dengan jumlah
emosional (Stuart dan Sunden, 2007 dalam klien 175 anak di IRINA E.
Astuti, 2012). Anak-anak yang mendapat
perawatan di rumah sakit akan mengalami METODOLOGI
kecemasan. Tindakan yang dilakukan Penelitian ini menggunakan quasy-
dalam mengatasi masalah anak apapun experimental design dengan rancangan
bentuknya harus berlandaskan pada prinsip penelitian pretest-posttest with control
atraumatic care atau asuhan yang group. Rancangan ini artinya, dilakukan
terapeutik. Atraumatic care atau asuhan pengelompokan anggota-anggota
yang tidak menimbulkan trauma pada anak kelompok kontrol dan kelompok
dan keluarganya merupakan asuhan eksperimen.
terapeutik karena bertujuan sebagai terapi Populasi dalam penelitian ini adalah
bagi anak (Supartini, 2004). keseluruhan anak (0-18 tahun) yang
Hasil penelitian Sherlock (1990) dalam dirawat di ruang rawat anak RSU Pancaran
Supartini (2004) menunjukkan bahwa Kasih GMIM Manado dan di RSUP Prof.
lingkungan rumah sakit yang dapat Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan
menimbulkan trauma bagi anak adalah Oktober-November 2014 yaitu 175 klien
2
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

anak. Pendekatan sampling yang dipakai mengalami sakit tidak hanya terganggu
adalah sampling non probabilitas dengan tumbuh kembangnya tetapi juga
metode consecutive sampling dengan besar pendidikan anak tersebut. Dan jumlah
sampel yang digunakan 34 responden (17 responden tersedikit pada usia 11-13 tahun
responden kelompok pemberian mainan (anak usia sekolah-anak usia remaja dini
dan kompres es batu pada saat pemasangan dalam tumbuh kembang anak
infus dan 17 responden kelompok tanpa Soetjiningsih, 2012), dengan jumlah yang
intervensi). Kriteria Inkusi: Anak berusia didapat 3 orang (8,8%) hal ini disebabkan
1–14 tahun. Anak yang mempunyai responden anak yang masuk rumah sakit
indikasi untuk pemasangan infus. Anak tidak bergantung pada berapa banyak usia
yang disetujui menjadi responden oleh anak yang dilakukan pemasangan infus.
orang tua. Kriteria Eksklusinya: Anak yang Tabel 2 Distribusi Frekuensi
menangis sebelum dilakukan tindakan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
kompres es batu. Orang tua yang tidak RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan
bersedia menjadikan anaknya sebagai RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
responden. Orang tua yang menolak Jenis Kelamin n %
melakukan prosedur pemasangan infus Laki-laki 15 44,1
pada anaknya. Anak yang membutuhkan Perempuan 19 55,9
tindakan kegawatdaruratan. Alat ukur yang Total 34 100
digunakan berupa kuesioner karakteristik Sumber: Data Primer, 2015
responden dan kuesioner kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
5.2 didapatkan bahwa responden terbanyak
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 19
HASIL DAN PEMBAHASAN responden (55,9%). Hal ini ditunjang pada
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramdhanie
Umur Responden di RSU Pancaran Kasih (2013) pada anak saat tindakan pungsi vena
GMIM Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. yang mengatakan bahwa variabel jenis
Kandou Manado kelamin lebih banyak pada responden
Umur n % perempuan yang setara antara kedua
1-3 Tahun 10 29,4 kelompok tersebut.
4-6 Tahun 8 23,5 Tabel 3 Distribusi Frekuensi
7-10 Tahun 13 38,2 Berdasarkan Lamanya Hari Rawat
11-13 Tahun 3 8,8 Responden di RSU Pancaran Kasih GMIM
Total 34 100 Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Sumber: Data Primer, 2015 Manado
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel Hari Rawat n %
5.1 diatas didapatkan bahwa yang berumur 1 Hari 15 44,1
7-10 tahun merupakan yang terbanyak 2 Hari 6 17,6
yaitu berjumlah 13 responden (38,2%) dan 3 Hari 4 11,8
yang paling sedikit yaitu berumur 11-13 4 Hari 2 5,9
tahun berjumlah 3 responden (8,8%). Hasil 5 Hari 2 5,9
penelitian distribusi frekuensi responden 8 Hari 3 8,8
anak berdasarkan umur, jumlah responden 9 Hari 1 2,9
terbanyak yaitu pada umur 7-10 tahun 18 Hari 1 2,9
(anak usia sekolah), yang berjumlah 13 Total 34 100
orang (3,2%). Menurut Soetjiningsih Sumber: Data Primer, 2015
(2012) mengatakan anak yang umumnya

3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel sebagian besar pengalaman anak dirawat
5.3 didapatkan bahwa responden terbanyak pada kelompok intervensi dan kelompok
mengalami lama hari rawat 1 hari pada saat kontrol belum pernah dirawat sebelumnya.
pemasangan infus yaitu sebanyak 15 Tabel 5 Distribusi Respon Kecemasan pada
responden (44,1%) menunjukkan data yang Anak di RSU Pancaran Kasih GMIM
didapat dan hasil pengamatan pada Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
responden yaitu karena anak cenderung Manado (n=34)
tidak bisa tenang sehingga infus yang Variabel Mean Me- SD Min- 95%C
dian Max I
sedang terpasang bisa macet, aboket Pre 39,82 40 4,586 32-47
bengkok atau bahkan infus terlepas yang 7,324-
Intervensi
mengakibatkan anak dilakukan 13,147
Post 29,59 30 3,639 20-38
pemasangan infus paling terbanyak pada Pre 37,24 37 4,842 30-49
hari rawat pertama secara berkali-kali, dan 3,937-
Kontrol
responden yang tersedikit mengalami hari 1,004
rawat yaitu 9 hari dan 18 hari dengan Post 39,71 40 5,509 31-49

jumlah masing-masing 1 responden (2,9%). Berdasarkan hasil uji statistik pada


Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengalaman tabel 5, maka dapat disimpulkan yaitu rata-
Dirawat Sebelumnya Responden di RSU rata respon kecemasan anak sebelum
Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSUP pemberian kompres es batu dan mainan
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada kelompok intervensi yaitu 39,82 dan
Pengalaman Dirawat n % rata-rata sesudah lebih rendah yaitu 29,59
Sebelumnya dengan standar deviasi 3,639. Sementara
Tidak Ada 17 50 itu skor kecemasan terendah pada
1 Kali 6 17,6 kelompok intervensi 20 dan skor
2 Kali 6 17,6 kecemasan tertinggi adalah 38. Hasil
3 Kali 3 8,8 estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
5 Kali 1 2,9 95% diyakini rata-rata tingkat kecemasan
6 Kali 1 2,9 yang diukur pada kelompok intervensi
Total 34 100 diantara 7,324-13,147.
Sumber: Data Primer, 2015 Dibandingkan dengan rata-rata respon
Berdasarkan hasil penelitian pada 4 kecemasan anak sebelum pada kelompok
didapatkan bahwa sebagian besar kontrol yaitu 37,24 dan rata-rata sesudah
responden tidak ada pengalaman dirawat lebih tinggi yaitu 39,71 dengan standar
sebelumnya dengan jumlah 17 responden deviasi 5,509. Sementara itu skor
(50%) dan mengalami pengalaman kecemasan terendah adalah 31 dan skor
dirawat sebelumnya yang tersedikit yaitu kecemasan tertinggi adalah 49. Hasil
5 kali dan 6 kali dengan jumlah masing- estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
masing 1 responden (2,9%). 95% diyakini bahwa rata-rata respon
Terlihat baik pada RSU Pancaran kecemasan anak pada kelompok kontrol
Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof. berada antara 3,937-1,004.
Dr. R. D. Kandou Manado yang terbanyak Tabel 6 Uji Normalitas Kelompok
yaitu pada responden yang tidak ada Intervensi Pemberian Kompres Es Batu
pengalaman dirawat sebelumnya. Pada dan Mainan dengan Kelompok Kontrol
penelitian sebelum yang dilakukan oleh atau Tanpa Intervensi di RSU Pancaran
Subandi (2012), pengaruh pemasangan Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof. Dr.
spalk bermotif terhadap kooperatif anak R. D. Kandou Manado (n=34)
yang mengatakan bahwa karakteristik

4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Respon Kecemasan Skewness/SE Kelompok n Mean SD t p


Anak Responden Value
Sebelum 0,21 Intervensi Post 29,35 3,639
Intervensi
17 -6,466 0,000
Sesudah 0,70
Kontrol Post 39,71 5,509
Sebelum 1,35
Kontrol Berdasarkan hasil analisis tabel 8
Sesudah 0,14 menggunakan independent samples t-test
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat (uji t independen) didapatkan nilai p Value
bahwa uji normalitas dari hasil uji adalah 0,000 dengan α ≤ 0,05, yang berarti
skewness dibagi standart error pada respon p Value < α (0,000 < 0,05) terlihat adanya
kecemasan anak didapatkan hasil data perbedaan yang signifikan menunjukkan
terdistribusi normal (nilai ≤ 2) (Effendi, skor kecemasan sesudah antara rata-rata
2012). respon kecemasan anak pada kelompok
Tabel 7 Hasil Analisis Pengaruh (Uji T intervensi kompres es batu dan pemberian
Dependen) Pemberian Kompres Es Batu mainan yaitu 29,35 kelompok kontrol atau
dan Pemberian Mainan di RSU Pancaran tanpa intervensi yaitu 39,71.
Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof. Dr. Kompres es batu yang diberikan pada
R. D. Kandou Manado (n=34) 17 responden anak kelompok intervensi
Kelompok n Mean SD t p
Responden Val-
selama 1-3 menit sebelum dilakukan
ue pemasangan infus terhadap respon
Pre 39,82 4,586 kecemasan anak sangat efektif dalam
Intervensi 17 7,452 0,000 menurunkan kecemasan. Hal ini di tunjang
Post 29,59 3,809 dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7 Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan
menggunakan paired samples t-test (uji t Moradi (2006) dalam Ramdhanie (2013)
dependen) menunjukkan nilai p adalah menunjukkan terdapat perbedaan yang
0,000 pada kompres es batu dan pemberian signifikan yang diberikan kompres dingin
mainan, dengan demikian pada alpha 5%, p pada anak dengan prosedur pungsi vena,
Value < α (0,000 < 0,05) terlihat pengaruh dengan respon perilaku dan respon
penerapan atraumatic care dalam subjektif selama dan setelah pada
pemasangan infus terhadap respon kelompok intervensi lebih rendah dari pada
kecemasan anak yang mengalami kelompok kontrol, penelitian ini juga
hospitalisasi menunjukkan adanya menyimpulkan bahwa aplikasi pendinginan
penurunan skor kecemasan responden yang lokal meggunakan es terhadap kulit
mengalami hospitalisasi di RSU Pancaran sebelum pungsi vena adalah metoda aman
Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof. Dr. dan mudah untuk mengurangi respon nyeri
R. D. Kandou Manado. pada anak. Penelitian yang dilakukan
Tabel 8 Hasil Analisis Perbedaan (Uji T Sulistiyani (2009), menyebutkan kompres
Independen) Rata-rata Respon Kecemasan es batu mampu menurunkan nyeri pada
Anak pada Kelompok Intervensi Kompres prosedur pemasangan infus pada anak pra
Es Batu dan Mainan dengan Kelompok sekolah. Kompres es batu diketahui efektif
Kontrol di RSU Pancaran Kasih GMIM dan efisien digunakan sebagai stimulasi
Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou kulit.
Manado (n=34) Efek dari pemberian kompres es batu
ini maka kulit akan menurunkan respon
nyeri oleh karena adanya pelepasan
endorphin, sehingga memblok transmisi
5
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

serabut syaraf sensori A-beta yang lebih kenyamanan pada anak sehingga mampu
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan respon kecemasan pada anak.
menurunkan transmisi nyeri melalui Berbagai upaya dilakukan perawat
serabut C dan delta-A berdiameter kecil. untuk mengurangi efek trauma pada anak
Gerbang sinaps menutup transmisi impuls akibat prosedur invasif. Tindakan yang
nyeri (Sulistiyani, 2009). Lyn (1984) dalam dilakukan perawat sesuai perkembangan
Niven (2012), menunjukkan sejumlah saat ini adalah dengan mengembangkan
struktur dalam sistem saraf yang tindakan atraumatic care. Tindakan
menyebabkan nyeri serabut saraf yang atraumatic care tersebut adalah dengan
terlibat yaitu: serabut A-delta bermielin; stimulasi kulit maupun dengan bermain
dan serabut C tidak bermielin. Dipercaya (Kubsch, 2000 dalam Sulistiyani, 2009).
bahwa serabut A-delta bermielin Pemberian mainan pada responden
meneruskan nyeri yang mendadak atau anak sebelum dilakukan pemasangan infus
tajam, sedangkan serabut C tidak bermielin setelah diberikan kompres es batu, dengan
meneruskan nyeri yang tumpul. tujuan meminimalkan kecemasan pada
Komponen emosional mempengaruhi anak saat dilakukan pemasangan infus.
tingkat apa kita ingin menghindar dari Menurut Soetjiningsih (2012), banyak
nyeri, baik dengan menyingkirkan keuntungan-keuntungan yang dipetik dari
penyebab nyeri atau menyingkirkan diri bermain salah satunya yaitu merupakan
kita sendiri. Salah satu faktor yang cara untuk mengatasi kekuatiran anak.
dianggap mempengaruhi toleransi nyeri Bermain adalah salah satu unsur yang
adalah ansietas (Niven, 2012). Ansietas penting untuk perkembangan anak baik
mempunyai efek yang besar baik terhadap fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas
kualitas maupun intensitas pengalaman dan sosial. Kadang-kadang anak tidak
nyeri, ambang batas nyeri berkurang dapat mencapai keseimbangan dalam
karena adanya peningkatan rasa cemas dan bermain yaitu apabila terdapat hal-hal
ansietas menyebabkan terjadinya seperti kesehatan anak menurun, namun
kebencian pada nyeri yang dirasakan. merupakan cara untuk mengatasi
Ketakutan terhadap nyeri atau antisipasi kemarahan dan kedukaan (Soetjiningsih,
terhadap tingkat nyeri yang tinggi akan 2012). Adapun tujuan anak bermain di
meningkatkan ansietas, yang sebaliknya rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan
akan menyebabkan terjadinya lingkaran takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri
yang terus berputar, karena peningkatan (Supartini, 2004).
ansietas akan mengakibatkan peningkatan Permainan yang terapeutik dapat
sensitifitas nyeri (Melzack, 1973 dalam memperbaiki gangguan emosional dan
Niven, 2012). penurunan kondisi selama di rumah sakit,
Sternbach (1968) dalam Niven (2012) tetapi tidak semua permainan memiliki
mengkaji kembali beberapa studi yang sifat terapeutik (Mahon, 2009 dalam
meneliti hubungan antara ansietas dan Solikhah, 2011). Menurut Subardiah
nyeri. Ia menyimpulkan bahwa (2009) dalam Solikhah (2011), permainan
peningkatan ansietas meningkatkan terapeutik berpengaruh terhadap penurunan
respons nyeri, dan penurunan ansietas kecemasan, kehilangan kontrol dan
menurunkan respons semacam itu. Jadi, ketakutan pada anak yang dirawat di rumah
kompres es batu memberi stimulus pada sakit. Terapi seni tidak memberikan
kulit yang mampu menimbulkan sensasi pengaruh terhadap penurunan tingkat
dingin pada kulit dan dapat memberikan kecemasan, namun efektif menurunkan
denyut nadi yang merupakan salah satu
6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

respon fisiologi kecemasan (Purwandari, menjalani hospitalisasi dengan rata-rata


2009 dalam Solikhah, 2011). tingkat kecemasan pada kelompok yang
Terapi bermain merupakan salah satu mendapatkan biblioterapi lebih rendah dari
teknik yang akan membantu penurunan kelompok yang tidak mendapatkan
ketegangan emosional yang dirasakan biblioterapi. Pemberian biblioterapi dapat
anak, secara bertahap respon psikis diterapkan sebagai intervensi keperawatan
maupun fisiologis kecemasan akan untuk menurunkan kecemasan anak usia
berkurang dan kepercayaan diri anak akan sekolah selama menjalani hospitalisasi
berkembang optimal pula (Hart, 1999 (Apriliawati, 2011).
dalam Pratiwi 2009). Jadi, dengan Tindakan atraumatic care yaitu
pemberian mainan kepada anak sebelum tindakan meminimalkan efek trauma pada
dan selama pemasangan infus dapat anak (Kubsch, 2000 dalam Sulistiyani,
menimimalkan respon kecemasan anak 2009). Dimana penelitian kompres es batu
dengan mengalihkan perhatian anak pada yang dilakukan sebelum pemasangan infus
kegiatan yang disukainya. dan pemberian mainan saat dilakukan
Hal ini ditunjang oleh penelitian yang pemasangan infus merupakan tindakan
dilakukan oleh Solikhah (2011), pengaruh atraumatic care yang telah diteliti dalam
therapeutic peer-play terhadap kecemasan penelitian ini berpengaruh terhadap respon
dan kemandirian anak usia sekolah selama kecemasan anak yang mengalami
hospitalisasi di rumah sakit yang hospitalisasi.
menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan (p-value = 0,000) terhadap KESIMPULAN
kecemasan dan berpengaruh signifikan (p- Hasil penelitian dari 34 responden
value = 0,000) terhadap kemandirian. Dan dimana terbagi 17 responden kelompok
penelitian yang dilakukan oleh Alfiyanti, intervensi kompres es batu sebelum
Hartiti, dan Samiasih (2007) yang pemasangan infus dan pemberian mainan
menunjukkan ada pengaruh pemberian sebelum sampai saat pemasangan infus
terapi bermain terhadap tingkat kecemasan berlangsung dan 17 responden kelompok
anak usia prasekolah selama tindakan tanpa intervensi atau kelompok kontrol.
keperawatan. Diketahui skor rata-rata kecemasan
Hasil penelitian yang didapat sebelum penerapan atraumatic care pada
menggunakan independent samples t-test kelompok intervensi lebih tinggi 39,82 dari
(uji t independen) pada tabel 8 kelompok kontrol 37,24, sedangkan skor
menunjukkan skor kecemasan sesudah rata-rata kecemasan sesudah penerapan
dilakukan penerapan atraumatic care pada atraumatic care pada kelompok intervensi
kelompok intervensi dengan rata-rata 29,35 lebih rendah 29,59 dari kelompok kontrol
dan kelompok kontrol dengan rata-rata 39,71. Hal ini menunjukkan adanya
39,71. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penerapan atraumatic care
perbedaan antara kelompok diberi terhadap respon kecemasan anak, dan
penerapan atraumatic care dan kelompok menunjukkan ada perbedaan penerapan
yang tidak diberi penerapan atraumatic atraumatic care terhadap respon
care. kecemasan anak pada kelompok anak yang
Penelitian lain menunjukkan bahwa dilakukan pemasangan infus diberi
pengaruh biblioterapi menurunkan kompres es batu dan pemberian mainan
kecemasan anak saat hospitalisasi. dengan kelompok yang tidak diberi
Pengaruh biblioterapi terhadap tingkat kompres es batu dan pemberian mainan
kecemasan anak usia sekolah yang atau kelompok kontrol.
7
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

DAFTAR PUSTAKA Profesional Kesehatan Lain.


Alfiyanti, D. Hartiti, T dan Samiasih, A. Jakarta: EGC
(2007). Pengaruh Terapi Bermain
Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pratiwi, Y. S. (2012). Penurunan Tingkat
Usia Prasekolah Selama Tindakan Kecemasan Anak Rawat Inap
Keperawatan di Ruang Lukman dengan Permainan Hospital Story
Rumah Sakit Roemani Semarang. di RSUD Kraton Pekalongan.
Jurnal. Semarang: Fakultas Ilmu Jurnal. Pekajangan Pekalongan:
Kesehatan Universitas Prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Semarang. Diakses Muhammadiyah Pekajangan
tanggal 04 September 2014 dari Pekalongan. Diakses tanggal 09
http://jurnal.unimus.ac.id. Maret 2015 dari
www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id
Apriliawati, A. (2011). Pengaruh
Biblioterapi Terhadap Tingkat Ramdhanie, G. G. (2013). Perbedaaan
Kecemasan Anak Usia Sekolah Dampak Penggunaan EMLA dan
yang Menjalani Hospitalisasi di Kompres Dingin Terhadap Tingkat
Rumah Sakit Islam Jakarta. Tesis. Nyeri Anak Saat Tindakan Pungsi
Depok: Program Studi Magister Vena di RSU. Dr. Slamet Garut.
Ilmu Keperawatan Peminatan Tesis. Depok: Program Studi
Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Magister Ilmu Keperawatan
Keperawatan Universitas Indonesia. Peminatan Keperawatan Anak
Diakses pada tanggal 9 Maret 2015 Fakultas Ilmu Keperawatan
pada http://lib.ui.ac.id. Universitas Indonesia. Diakses
tanggal 15 November 2014 dari
Astuti, W. (2012). Pengaruh Mendongeng http://lib.ui.ac.id
Terhadap Kecemasan Anak Usia 4-
6 tahun pada Tindakan injeksi di Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang
Ruang Cempaka RSUD dr. R. Anak. Jakarta: EGC
Goeteng Taronadibrata
Solikhah, U. (2011). Pengaruh Therapeutic
Purbalingga. Skripsi. Universitas
Peer Play Terhadap Kecemasan
Muhammadiyah Puewokerto.
dan Kemandirian Anak Usia
Diakses pada tanggal 26 September
Sekolah Selama Hospitalisasi Di
2014 dari http://digilib.ump.ac.id/
Rumah Sakit Wilayah Banyumas.
Effendi, S dan Tukiran. (Ed.). (2012). Tesis. Depok: Program Magister
Metode Penelitian Survei. (Edisi Ilmu Keperawatan Kekhusuaan
Revisi). Jakarta: LP3ES Keperawatan Anak Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
L. Huff et al. (2009). Atraumatic Care: Diakses tanggal 15 November 2014
Emla Cream and Application of pada http://lib.ui.ac.id
Heat to Facilitate Peripheral
Venous Cannulation In Children. Subandi, A. (2012). Pengaruh
Diakses tanggal 10 November 2014 Pemasangan Spalk Bermotif
dari https://www.scribd.com. Terhadap Tingkat Kooperatif Anak
Selama Prosedur Injeksi Intra Vena
Niven, N. (2012). Psikologi Kesehatan di Rumah Sakit Wilayah Cilacap.
Pengantar untuk Perawat dan Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan

8
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Program Magister Ilmu Sarjana Fakultas Keperawatan


Keperawatan Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Diakses
Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 tanggal 10 Oktober 2014 dari
pada http://lib.ui.ac.id. http://lib.ui.ac.id
Sulistiyani, E. (2009). Pengaruh Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Pemberian Kompres Es Batu Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Anak EGC
Usia Pra Sekolah Yang Dilakukan
Prosedur Pemasangan Infus Di Wong, D. L, et al. (2009). Buku Ajar
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Keperawatan Pediatrik (Vol. 1).
Mangunkusumo Jakarta. Tesis. Jakarta: EGC
Jakarta: Program Magister Ilmu
Wong, D. L, et al. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Pediatrik (Vol. 2).
Keperawatan Anak Program Pasca
Jakarta: EGC

You might also like