You are on page 1of 10

Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm.

173 - 182

Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak sebagai Bahan


Baku Pakan Melalui Fermentasi Menggunakan
Azospirillum sp. JG3

Nutrient Content Improvement of Tapioca Waste and Rice Bran as


Ingredients Trough Fermentation Using Azospirillum sp. JG3

Tati Febrianti1,*, Oedjijono2, dan Ning Iriyanti2


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jalan Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat,
Indonesia
2
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
*
E-mail: tatifebri.litbangkes@gmail.com
ARTICLE INFO Abstract
Article history Azospirillum sp. JG3 is known to be able to grow in a mixture of
Received date tapioca waste and rice bran through fermentation. However,
27 January 2017 improved the nutrient content of tapioca waste and rice bran using
Received in revised form date Azospirillum sp. JG3 is not yet known. This research aimed to know
4 August 2017 the capability of Azospirillum sp. JG3 in improving the nutrient
Accepted date content of tapioca waste and rice bran mixture and incubation times
6 October 2017 needed to produce the highest nutrient mixture. The method used in the
Available online date experiment was Completely Randomized Design (CRD). Treatments
30 November 2017 were incubation times i.e. 0, 3, 4, 5, 6, and 7 days, and each treatment
was replicated three times. Azospirillum sp. JG3 is inoculated into a
mixture of tapioca waste and rice bran. As results, Azospirillum sp.
JG3 was able to improve the nutrient content of tapioca waste and
rice bran in five days fermentation. A significant increase in protein
content (29,15%) and a decrease in crude fiber (36,63%) were
recognized when tapioca waste and rice bran are fermented with
Azospirillum sp. JG3 compared to non-fermented one.
Keywords: Azospirillum sp. JG3, Fermentation, Nutrient, Tapioca
waste, Rice bran

© 2017 Widyariset. All rights reserved

DOI: http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.3.2.2017.173-182 77
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182

Kata kunci: Abstrak


Azospirillum sp. JG3 Azospirillum sp. JG3 dilaporkan sebelumnya mampu tumbuh pada
Fermentasi media onggok dan dedak melalui fermentasi. Akan tetapi, pe-
Nutrien ningkatan kandungan nutrien onggok dan dedak selama fermentasi
Onggok
Dedak oleh Azospirillum sp. JG3 selama ini belum diketahui. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan Azospirillum sp. JG3 dalam
meningkatkan kandungan nutrien onggok dan dedak serta mengetahui
waktu inkubasi yang diperlukan untuk menghasilkan kandungan
nutrien tertinggi. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), yaitu waktu inkubasi 0, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari dengan
ulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Azospirillum
sp. JG3 mampu meningkatkan nutrien onggok dan dedak melalui
lima hari fermentasi. Kadar protein kasar meningkat 29,15% dan
sebaliknya kadar serat kasar berkurang 36,63% dibandingkan tanpa
fermentasi.

©2017 Widyariset. All rights reserved


PENDAHULUAN et al., 2015). Selain itu, dilaporkan pula


Indonesia sebagai negara agraris me- bahwa pada hasil fermentasi limbah tapioka
miliki limbah agroindustri yang melimpah. dan limbah tahu dengan rasio 60%:40%
Secara umum, limbah agroindustri ber- oleh Neurospora crassa mampu me-
potensi digunakan sebagai bahan baku ningkatkan kadar protein kasar sebesar
pakan ternak (Supriyati et al., 2014). 20,44% dan lemak kasar 2,75% dengan
Onggok dan dedak merupakan limbah inkubasi lima hari (Nuraini et al., 2009).
agroindustri, hasil samping pembuatan Akan tetapi, metode fermentasi limbah
tepung tapioka dan penggilingan padi. agroindustri menggunakan fungi memiliki
Pemanfaatan kedua bahan tersebut untuk kelemahan, yaitu lambatnya pertumbuhan
bahan baku pakan belum optimal karena dan besarnya kemungkinan kontaminasi.
keterbatasan kandungan nutrien yang Dalam hal ini, diperlukan metode fermentasi
terdapat di dalamnya. Kadar protein yang menggunakan bakteri karena pertumbuhan
rendah dan tingginya kadar serat kasar bakteri lebih cepat dibanding fungi.
menyebabkan bahan tersebut sulit dicerna Azospirillum sp. merupakan rhizo-
bagi ternak sehingga diperlukan adanya bakteria yang mampu menambat N2 bebas
upaya peningkatan kualitas nutrien dari dari udara sebanyak 12 kali lipat lebih
onggok dan dedak. dominan dibandingkan bakteri penambat
Penelitian terdahulu mengenai N2 lainnya (Samekto, 2008). Azospirillum
peningkatan nutrien limbah agroindustri sp. dapat diisolasi dari tanaman gandum,
dilakukan dengan fermentasi. Trichoderma strawberry, padi, dan jagung (Rasool et al.
pseudokoningii dilaporkan mampu me- 2015; Guerrero Molina et al., 2012; Arruda
ningkatkan kadar protein kasar limbah ubi et al. 2013). Azospirillum sp. JG3 mampu
kayu dari 7,4% menjadi 12,5% selama tumbuh pada media campuran onggok dan
inkubasi 12 hari pada suhu 24 °C (Bayitse dedak dengan rasio 2:3 (b/b) pada suhu 30

174
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...

°C sampai lama inkubasi delapan minggu. Preparasi Media Fermentasi


Pertumbuhan paling baik pada kondisi
Onggok dan dedak diayak dan dikeringkan
pH awal netral (Oedjijono, Ryandini, and
dalam oven (Memmert, Germany) pada
Hendrati 2009).
suhu 80 ºC selama 48 jam. Sebanyak 30
Kemampuan bakteri untuk tumbuh gram media campuran onggok dan dedak
dan aktivitas enzimatiknya pada substrat dengan rasio 2:3 (b/b) kemudian ditambah-
fermentasi berupa limbah agroindustri, kan 200 ml akuades pada erlenmeyer 250
dapat meningkatkan kandungan nutrien ml. Setelah itu, pH disesuaikan sebesar
dari limbah tersebut (Oboh, 2006). Akan 7,0 dan disterilisasi dalam autoklaf dengan
tetapi, selama ini kemampuan Azospirillum suhu 121 ºC dan tekanan 2 atm selama 15
sp. JG3 dalam meningkatkan kandung- menit.
an nutrien onggok dan dedak selama
fermentasi belum diketahui. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan Fermentasi Onggok dan Dedak oleh
untuk mengetahui kemampuan Azospiril- Azospirillum sp. JG3
lum sp. JG3 dalam meningkatkan kandung- Azospirillum sp. JG3 sebanyak 5% (v/v)
an nutrien onggok dan dedak, serta waktu dengan kepadatan 108 sel/ml diinokulasi-
inkubasi yang diperlukan untuk menghasil- kan pada media fermentasi. Inkubasi
kan kandungan nutrien tertinggi. dilakukan pada suhu 30 ºC dalam shaker
incubator dengan kecepatan pengadukan
30 rpm (Oedjijono, Ryandini, and Hendrati
2009).
METODE
Penelitian disusun berdasarkan Ran-
Alat, Bahan, dan Lokasi Penelitian cangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan
Azospirillum sp. JG3 diperoleh dari yang dicobakan, yaitu fermentasi onggok
koleksi stok Kultur Murni Laboratorium dan dedak oleh Azospirillum sp. JG3
Mikrobiologi, Fakultas Biologi Uni- dengan waktu inkubasi nol hari (T0),
versitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. tiga hari (T2), empat hari (T3), lima hari
Bakteri tersebut disimpan pada suhu 4 ºC (T4), enam hari (T5), dan tujuh hari (T6).
dalam media gliserol. Azospirillum sp. JG3 Masing-masing perlakuan diulang seban-
kemudian disub-kultur pada media yak tiga kali sehingga diperoleh 18 unit
Nutrient Agar miring (Oxoid, England) percobaan. Parameter yang diamati, yaitu
dilanjutkan dengan preparasi inokulum kadar protein kasar, serat kasar, lemak
menggunakan Peptone Yeast Extract Broth kasar, total mikrob Azospirillum sp. JG3,
(PYE Broth) (Merck, Germany). Onggok dan pH akhir media.
dan dedak diperoleh dari limbah pabrik
tapioka dan penggilingan padi di daerah Penghitungan Total Azospirillum sp.
Lamuk, kabupaten Purbalingga, Jawa JG3 dan Pengukuran pH Media
Tengah. Penelitian dilaksanakan di Labora-
torium Mikrobiologi Fakultas Biologi serta Setelah masa inkubasi berakhir pada
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan masing-masing sampel (T0-T6), dilakukan
Ternak Fakultas Peternakan, Universitas pengukuran pH media menggunakan pH
Jenderal Soedirman, Purwokerto selama meter (Russel RL060P, Thermo Electron
bulan Oktober s.d. November 2009. Corporation, USA). pH meter disterilisasi
secara kimiawi terlebih dahulu untuk
mencegah kemungkinan kontaminasi.

175
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182

Sebanyak satu gram sampel onggok dan dalam penelitian ini, yaitu protein 6,93%,
dedak terfermentasi (T0-T6) masing-ma- lemak 12,44%, dan karbohidrat berupa
sing diencerkan dalam 9 ml aquades steril, serat kasar 22,58%.
dihomogenkan, dan dilakukan pengencer- Nutrien yang terdapat dalam onggok
an kembali hingga lima seri pengenceran. dan dedak tersebut merupakan sumber
Sebanyak 0,1 ml dari seri pengenceran ter- energi bagi metabolisme dan pertumbuh-
akhir ditanam duplo pada media Caceres an Azospirillum sp. JG3. Kemampuan
Agar (Oxoid, England) dengan metode tumbuh Azospirillum sp. JG3 dalam media
spread plate, diinkubasi 2x24 jam. Setelah campuran onggok dan dedak dikarenakan
itu, dilakukan penghitungan jumlah koloni Azospirillum sp. JG3 menghasilkan enzim
Azospirillum sp. JG3 menggunakan metode ekstraseluler untuk merombak senyawa
Total Plate Count (TPC) (Lay 1994). tersebut selama fermentasi. Enzim yang di-
  hasilkan meliputi amilase, lipase, protease,
Penetapan Kandungan Nutrien dan selulase dengan aktivitas berbeda-beda
(Radif and Hassan 2014).
Penetapan kandungan nutrien onggok dan
dedak yang difermentasi Azospirillum sp. Pertumbuhan Azospirillum sp. JG3
JG3 dilakukan dengan metode analisis pada media onggok dan dedak menunjuk-
proksimat. Kadar protein kasar dianalisis kan bahwa fase pertumbuhan awal bakteri
dengan metode micro-Kjeldahl, kadar serat terjadi mulai pada hari ke-3 inkubasi,
kasar dengan metode ekstraksi larutan asam kemudian mengalami fase logaritmik
dan alkali, sedangkan kadar lemak kasar hingga hari ke-5 inkubasi (Tabel 1).
dengan metode sokhlet (AOAC 1990).
Tabel 1. Pertumbuhan Azospirillum sp. JG3 dan
perubahan pH media selama fermentasi
Analisis Data
Waktu Jumlah Mikrob
pH akhir media
Data yang diperoleh dianalisis mengguna- Inkubasi (log cfu/ml)
kan program SPSS 17.0. dengan analisis T0 (0 hari) 6,22 ± 0,44a 6,69 ± 0,12a
Sidik Ragam (Uji F) dengan tingkat ke-
T1 (3 hari) 6,48 ± 0,12 ab 6,05 ± 0,27ab
percayaan 95% dan 99%. Data yang ber-
beda nyata kemudian dilanjutkan dengan T2 (4 hari) 7,15 ± 0,18b 5,52 ± 0,14b
uji Beda Nyata Jujur (BNJ) sehingga di- T3 (5 hari) 8,70 ± 0,09c 6,95±0,01c
ketahui perbedaan antar-perlakuan (Steel T4 (6 hari) 6,41 ± 0,29a 5,22 ± 0,07a
and Torrie 1991).
T5 (7 hari) 6,63 ± 0,21a 5,26 ± 0,01a

*huruf yang berada di belakang angka pada kolom


yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 0,01%
(p<0,01).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Onggok mengandung karbohidrat sebesar Pertumbuhan maksimum Azospiril-
72,49 – 85,99%, protein 1,57%, lemak lum sp. JG3 diperoleh pada inkubasi lima
0,26%, dan serat kasar 20% (Asngad 2005; hari dengan jumlah sel sebesar 8,70 ± 0,09
Pangan 2003). Dedak mengandung karbo- (log cfu/ml). Protein merupakan bagian
hidrat sebesar 34,1 – 52,3%, protein (11 – integral sel bakteri. Kandungan protein
13,6%), lemak (20%), dan serat kasar (11,5 bakteri sebesar 50 – 65% dari berat kering
– 12%) (Oliveira et al. 2011). Kandungan biomassa sel, lebih tinggi dibandingkan
nutrien awal onggok dan dedak digunakan

176
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...

kapang (30 – 45%) dan khamir (50 – 55%) enam hari sebesar 5,22 (Tabel 1) dan
(Nasseri et al. 2011). memicu lisisnya sel-sel mikrob sehingga
Waktu inkubasi berpengaruh sangat nilai rata-rata kadar protein kasar yang
nyata (P<0,01) terhadap kadar protein yang teranalisis pada waktu inkubasi enam
kasar, serat kasar, dan lemak kasar dari hari cenderung lebih rendah.
onggok dan dedak yang difermentasi Selain protein kasar, selama fermentasi
Azospirillum sp. JG3. Kadar protein kasar juga terjadi perubahan kadar serat kasar.
yang terhitung dalam analisis proksimat Azospirillum sp. JG3 mampu menurunkan
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan pro- kadar serat kasar hingga 36,63% pada
liferasi mikroorganisme yang diinokulasi- waktu inkubasi lima hari (Tabel 2). Jum-
kan pada kultur fermentasi (Ubalua, lah ini tertinggi dibandingkan perlakuan
Ezeronye, and State 2008). Selain itu, kadar lainnya. Saat jumlah sel Azospirillum sp.
protein kasar yang teranalisis dipengaruhi JG3 mencapai puncak tertinggi, hidrolisis
juga oleh jumlah nitrogen yang difiksasi selulosa terjadi secara maksimum menjadi
oleh Azospirillum sp. (Pepe et al., 2013), senyawa sederhana berupa glukosa. Hasil
penggabungan Nitrogen bebas dari sel pemecahan tersebut kemudian digunakan
mikrob, adanya enzim ekstraseluler yang untuk pertumbuhan sel. Hal ini menyebab-
dikeluarkan oleh mikrob serta keberadaan kan rendahnya kadar serat kasar yang
mineral yang ikut teranalisis (Asngad terukur pada waktu inkubasi lima hari.
2005). Sesuai dengan pernyataan Oladun-
Sepanjang fase logaritmik jumlah moye (2006), bahwa penurunan kadar
sel, protein, dan massa kering meningkat serat kasar disebabkan kemampuan mikrob
dengan kecepatan sama sehingga ukuran fermentasi untuk menghidrolisis serat kasar
dan kandungan protein sel tetap konstan. untuk menyintesis biomassa sel melalui
Hal tersebut mengakibatkan kadar protein aktivitas enzimnya. Selanjutnya Martina,
pada waktu inkubasi tiga hari secara sta- Yuli, and Sutisna (2002) melaporkan
tistik nilainya sama dengan kadar protein bahwa semakin tinggi jumlah sel mikrob
hari ke-4 dan 5, meskipun secara numerik selama fermentasi, maka aktivitas selulase
terlihat ada penurunan. Inkubasi 3-5 hari semakin meningkat.
menghasilkan kadar protein kasar tertinggi Penurunan kadar serat kasar di-
pada onggok dan dedak yang difermentasi sebabkan kemampuan mikrob fermentasi
Azospirillum sp. JG3. Kadar protein kasar untuk menghidrolisasi serat kasar untuk
onggok dan dedak yang difermentasi mensistesis biomassa sel melalui aktivitas
Azospirillum sp. JG3 pada waktu inkubasi enzimnya (Oladunmoye 2006). Semakin
lima hari mencapai 29,15% lebih tinggi tinggi jumlah sel selama fermentasi, maka
dibandingkan sebelum fermentasi (Tabel aktivitas selulase semakin meningkat
2). (Martina, Yuli, and Sutisna (2002). Sesuai
Kadar protein kasar pada inkubasi hari Oedjijono, Ryandini, and Hendrati (2009),
ke-6 cenderung lebih rendah dibandingkan aktivitas selulotitik isolat Azospiril-
pada waktu inkubasi 3 – 5 hari diiringi lum sp. JG3 meningkat sejalan dengan
dengan menurunnya jumlah sel Azospiril- tingginya jumlah mikroba. Aktivitas ter-
lum sp. JG3. Keadaan tersebut terjadi tinggi sekitar 0,18 unit/100ml saat jumlah
karena kondisi pH media yang kurang mikroba 8,32x109 cfu/ml.
mendukung. Nilai pH pada waktu inkubasi

177
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182

Tabel 2. Perubahan kandungan nutrien onggok dan dedak yang difermentasi oleh Azospirillum sp. JG3
Kandungan Nutrien pada Fermentasi (%)
Waktu Inkubasi
Protein Kasar* Serat Kasar* Lemak Kasar*
T0 (0 hari) 6,93 ± 0,06a
22,58 ± 0,18bc
12,44 ± 0,10ab
T1 (3 hari) 9,55 ± 0,76b 26,83 ± 2,11c 15,2 ± 1,20b
T2 (4 hari) 8,77 ± 0.25b 20,44 ± 0,59b 16,27 ± 0,47b
T3 (5 hari) 8,95 ± 0.44b 14,31 ± 0,70a 15,53 ± 0,75b
T4 (6 hari) 7,62 ± 0,12ab 22,34 ± 0,34bc 11,71 ± 0,18a

T5 (7 hari) 7,06 ± 0,25a 24,93 ± 0,89c 14,13 ± 0,50b

*huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 0,01% (p<0,01)

Selama fermentasi, terjadi peningkat- akan memengaruhi penghitungan kadar


an kadar serat kasar pada awal dan akhir serat kasar dalam analisis proksimat.
masa inkubasi, yaitu pada waktu inkubasi Pada akhir waktu inkubasi, kadar serat
tiga dan tujuh hari. Pembentukan poli- kasar hasil fermentasi onggok dan dedak
sakarida asal mikrob (microbial polysac- oleh Azospirillum sp.JG3 juga meningkat
charide) oleh Azospirillum sp. berperan dibandingkan waktu inkubasi nol hari
terhadap adanya peningkatan kadar serat (Tabel 2.)
kasar yang teranalisis. Mikrobial polisa- Kadar nutrien selanjutnya yang diukur
karida merupakan polimer karbohidrat dalam penelitian ini, yaitu lemak kasar.
dengan berat molekul yang tinggi (Martina, Kadar lemak kasar cenderung mengalami
Yuli, and Sutisna 2002). Azospirillum peningkatan sekitar 13,59 – 30,79% hingga
sp. mampu membentuk dua jenis poli- waktu inkubasi lima hari (Tabel 2). Hal ini
sakarida ekstraseluler berupa polisakarida menunjukkan bahwa kandungan lemak
kapsular dan eksopolisakarida. Polisakarida yang terdapat pada media fermentasi
kapsular merupakan komponen poli- onggok dan dedak belum maksimal di-
sakarida ekstrasel yang menempel pada gunakan Azospirillum sp. JG3 untuk per-
dinding sel sementara eksopolisakarida tumbuhannya.
tidak demikian (Skvortsov and Ignatov Lemak merupakan energi cadangan
1998). kedua setelah karbohidrat. Lemak dipecah
Peningkatan kadar serat kasar juga oleh lipase setelah mikrob melampaui fase
dipengaruhi oleh fluktuasi kadar air pada pertumbuhan eksponensial, atau saat me-
substrat selama fermentasi. Pada penelitian masuki fase pertumbuhan stasioner (Jaeger,
yang dilakukan oleh Ginting and Krisnan Dijkstra, and Reetz 1999). Peningkatan
(2006) lama inkubasi yang semakin kadar lemak kasar hingga inkubasi hari
panjang pada substrat bungkil inti sawit ke-5 sejalan dengan meningkatnya jumlah
yang difermentasi oleh beberapa jenis sel Azospirillum sp. JG3. Dalam hal ini,
strain Trichoderma menyebabkan kadar komposisi kimiawi dinding sel Azospiril-
serat kasar meningkat dibandingkan waktu lum sp. JG3 berperan dalam meningkat-
inkubasi nol hari karena adanya perbedaan kan kandungan lemak kasar pada media
kadar air. Perubahan kadar air tersebut fermentasi hingga inkubasi lima hari.
menyebabkan adanya kenaikan maupun Azospirillum sp. JG3 merupakan Gram
penurunan kadar berat kering bahan yang negatif. Komposisi kimiawi dinding sel

178
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...

bakteri Gram negatif mengandung lemak awal pertumbuhan (starter), yaitu sebesar
dalam persentase lebih tinggi dibandingkan 18 – 19%. Kadar serat kasar yang di-
Gram positif. Lemak pada bakteri Gram butuhkan untuk starter ayam ras pedaging
negatif memiliki 40 – 60% cabang asam adalah 6 % dan 6,5% untuk starter ayam
lemak. Komposisinya mencapai 11,7 mg ras petelur. Sementara kadar lemak kasar
dan berfluktuasi sesuai fase pertumbuhan yang diperlukan, yaitu 7,4% untuk starter
bakteri (Palusinska Szysz et al. 2016). ayam ras pedaging, dan 7% untuk starter
Peningkatan kadar lemak kasar juga ayam ras petelur (SNI 2006b; SNI 2006a).
dapat terjadi karena adanya vitamin- Hasil fermentasi onggok dan dedak
vitamin yang larut dalam lemak maupun oleh Azospirillum sp. JG3 menunjukkan
asam organik yang dihasilkan Azospirillum kandungan nutrien yang dapat mencukupi
sp. JG3 selama fermentasi. Sesuai AOAC lebih dari setengah kebutuhan pakan ideal
(1990), bahwa kadar lemak kasar meliputi bagi ayam ras petelur dan ayam pedaging.
bahan-bahan yang terlarut dalam pelarut Hal ini mengindikasikan bahwa hasil
lemak termasuk lemak, pigmen, asam fermentasi dapat dijadikan sebagai bahan
organik, dan vitamin ADEK. baku pakan. Akan tetapi, dalam peng-
Penurunan kadar lemak kasar pada gunaannya perlu dilakukan fortifikasi
media onggok dan dedak yang difermentasi dengan bahan lainnya untuk memenuhi
Azospirillum sp. JG3 sebesar 5,87% ter- kebutuhan pakan ternak secara keseluruh-
jadi pada waktu inkubasi enam hari. Hal an. Fermentasi onggok dan dedak oleh
ini mengindikasikan bahwa kandungan Azospirillum sp. JG3 juga mengandung
lemak pada media tersebut digunakan senyawa sederhana hasil perombakan
Azospirillum sp. JG3 untuk pertumbuhan- senyawa kompleks oleh bakteri tersebut
nya. Lemak dipecah oleh lipase menjadi sehingga akan lebih mudah dicerna bagi
asam lemak dan gliserol. Aktivitas lipase ternak.
pada Azospirillum sp. JG3 tertinggi pada
fase logaritmik dan masih dapat terdeteksi
hingga fase stasioner (Lestari, Handayani,
and Oedjijono 2009). Aktivitas tersebut KESIMPULAN
menyebabkan terjadinya akumulasi asam Azospirillum sp. JG3 mampu meningkatkan
lemak pada media onggok dan dedak kandungan nutrien pada media onggok dan
sehingga pertumbuhan Azospirillum sp. dedak. Selama lima hari fermentasi, protein
JG3 terhambat. Hal ini menyebabkan jum- kasar meningkat sebesar 29,15%, lemak
lah sel Azospirillum sp. JG3 pada waktu kasar 24,83% dan serat kasar mengalami
inkubasi enam hari mengalami penurunan penurunan sebesar 36,63% dibandingkan
dibandingkan waktu inkubasi sebelumnya. tanpa fermentasi.
Hasil fermentasi onggok dan dedak
oleh Azospirillum sp. JG3 mengandung
senyawa sederhana dari proses perombakan
UCAPAN TERIMA KASIH
senyawa kompleks oleh enzim ekstra-
seluler. Hal ini diperlukan bagi hewan Terima kasih kepada drh. Rita Marleta
ternak untuk pertumbuhan dan per- Dewi, M.Kes. (Puslitbang BTDK Balit-
kembangan. Berdasarkan Standar Nasional bangkes) dan Achmad Dinoto, Ph.D (LIPI)
Indonesia (SNI), kebutuhan ideal protein untuk penelaahan kritis artikel ini.
kasar yang diperlukan oleh ayam ras
petelur dan ayam ras pedaging pada masa

179
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182

DAFTAR ACUAN gi di Laboratorium. Jakarta:


AOAC. 1990. Official Method of Analysis. PT. Raja Grafindo Persada.
15thed. Washington DC: Association Lestari, Puji, Santi Nur Handayani, and Oe-
of the Official Analitical Chemist. djijono. 2009. “Sifat - Sifat Biokimia-
Arruda, Letícia, Anelise Beneduzi, Adriana wi Ekstrak Kasar Lipase Ekstraselul-
Martins, Bruno Lisboa, Cristiane er dari Bakteri Azospirillum sp. JG3.”
Lopes, Fernanda Bertolo, Luciane Molekul 4 (2) (November): 73–82.
Maria P. Passaglia, and Luciano Martina, A., N. Yuli, and M. Sutisna. 2002.
K. Vargas. 2013. “Screening of “Optimasi Beberapa Faktor Fisik
Rhizobacteria Isolated from Maize terhadap Laju Degradasi Selulosa
(Zea Mays L.) in Rio Grande Kayu Albasia (Paraserianthes
Do Sul State (South Brazil) and falcataria (L.) Nielsen dan Kar-
Analysis of Their Potential to boksimetil Selulase (CMC) Secara
Improve Plant Growth.” Applied Enzimatik oleh Jamur.” Jurnal
Soil Ecology 63 (January): 15–22. Natur Indonesia 4 (2): 156–63.
doi:10.1016/j.apsoil.2012.09.001.
Nasseri, A. T., S. Rasoul Amini, M. H.
Asngad, Aminah. 2005. “Perubahan Kadar Morowvat, and Y. Ghasemi. 2011.
Protein pada Fermentasi Jerami Padi “Single Cell Protein: Production
dengan Penambahan Onggok untuk and Process. ”American Journal
Makanan Ternak.” Jurnal Penelitian of Food Technology 6 (2): 103–16.
Sains & Teknologi 6 (1): 65–74. doi:10.3923/ajft.2011.103.116.
Bayitse, Richard, Xiaoru Hou, Gabriel Nuraini, S A Latif, and Sabrina. 2009.
Laryea, and Anne-Belinda Bjerre. “Improving the Quality of Tapioka
2015. “Protein Enrichment of by Product Through Fermentation
Cassava Residue using Tricho- by Neurospora Crassa to Produce
derma pseudokoningii (ATCC Carotene Rich Feed.” Pakistan
26801).” AMB Express 5 (1): 80. Journal of Nutrition 8 (4): 487–90.
doi:10.1186/s13568-015-0166-8.
Oboh, Ganiyu. 2006. “Comparative Analy-
Ginting, Simon P, and Rantan Krisnan. sis of the Chemical Nutrient Compo-
2006. “Pengaruh Fermentasi sition of Selected Local and Newly
Menggunakan Beberapa Strain Introduced Rice Varieties Grown in
Trichoderma dan Masa Inkubasi Ebonyi State of Nigeria.” Electronic
Berbeda terhadap Komposisi Ki- Journal of Biotechnology 9 (1): 46–
miawi Bungkil Inti Sawit,” 939–44. 49. doi:10.5923/j.ijaf.20120202.04.
Guerrero-Molina, María F., Beatriz C. Oedjijono, D.Ryandini, and PM Hendrati.
Winik, and Raúl O. Pedraza. 2012. 2009. “Aktivitas Enzimatis Azo-
“More than Rhizosphere Colo- spirillum pada Substrat Onggok
nization of Strawberry Plants by dan Dedak.” In Prosiding Bio-
Azospirillum brasilense.” Applied teknologi Seminar Nasional Biologi
Soil Ecology 61 (October): 205–12. XX dan Kongres Perhimpunan
doi:10.1016/j.apsoil.2011.10.011. Biologi Indonesia XIV, 92–98.
Jaeger, K.E., B. W. Dijkstra, and M. T. Oedjijono, D. Ryandini, and P.M Hen-
Reetz. 1999. “Bacterial Biocatalysts: drati. 2009. “Aktivitas Enzimatis
Molecular Biology, Three-Dimen- Azospirillum pada Substrat Onggok
sional Structures, and Biotechno- dan Dedak.” In Seminar Nasional
logical Applications of Lipases.” Biologi XX dan Kongres PBI XIV
Annual Review of Microbiology 53 UIN Maliki Malang 24-25 Juli 2009,
(1): 315–51. doi:10.1146/annurev. 92–98. Malang: UIN Maliki Malang.
micro.53.1.315.
Oladunmoye, M.K. 2006. “Effect of Natural
Lay, BW. 1994. Analisis Mikrobiolo- and Controlled Fermentation Using

180
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...

Saccharomyces Cerevisiae as Starter Samekto, Riyo. 2008. “Bioteknologi


Culture to Enhance The Nutritional dan Keharaan Tanaman (Mikro-
Qualities of Locust Beans (Parkia organisme, Nitrogen dan
Biglobosa, Robert Bam).” Journal Fosfor).” INNOFARM : Jurnal
of Food Technology 4 (4): 354–56. Inovasi Pertanian. 7(1): 66–85.
Oliveira, Melissa dos Santos, Vivian Fed- Skvortsov, Igor M, and Vladimir V Ignatov.
dern, Larine Kupski, Eliane Pereira 1998. “Extracellular Polysaccharides
Cipolatti, Eliana Badiale Furlong, and and Polysaccharide-Containing
Leonor Almeida de Souza-Soares. Biopolymers from Azospiril-
2011. “Changes in Lipid,Fatty Acids lum Species  : Properties and
and Phospholipids Composition of The Possible Role in Interac-
Whole Rice Bran After Solid State tion With Plant Roots.” FEMS
Fungal Fermentation.” Bioresource Microbiology Letters 165: 223–29.
Technology 102 (17): 8335–38.
doi:10.1016/j.biortech.2011.06.025. SNI. 2006a. “SNI 01-3927-2006 : Pakan
Anak Ayam Ras Petelur (Layer Star-
Palusinska Szysz, Marta, Agnieszka Zdy- ter).” Badan Standardisasi Nasional.
bicka Barabas, Emilia Reszczyńska,
Rafał Luchowski, Magdalena Kania, ———. 2006b. “SNI 01-3930-
Nicolas Gisch, Franziska Waldow, 2006 : Pakan Anak Ayam Ras
et al. 2016. “The Lipid Composition Pedaging (Broiler Starter).”
of Legionella Dumoffii Membrane Badan Standardisasi Nasional.
Modulates The Interaction With Steel, RGD, and JH Torrie. 1991. Principles
Galleria Mellonella Apolipophorin and Procedures of Statistic. Edited by
III.” Biochimica et Biophysica Terjemahan B.Sumantri 1993. 2nded.
Acta (BBA) - Molecular and Cell Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Biology of Lipids 1861 (7): 617–29.
doi:10.1016/j.bbalip.2016.04.011. Supriyati, T. Haryati, T. Susanti, and I.
W. R. Susana. 2014. “Nutritional
Pangan, Direktorat Pengolahan dan Pe- Value of Rice Bran Fermented by
masaran Hasil Tanaman. 2003. Ped Bacillus Amyloliquefaciens and
oman Pengolahan Ubi Kayu. Jakarta: Humic Substances and Its Utilization
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan as a Feed Ingredient for Broiler
dan Pemasaran Hasil Pertanian. Chickens.” Asian-Australasian
Pepe, Olimpia, Valeria Ventorino, and Journal of Animal Sciences 28 (2):
Giuseppe Blaiotta. 2013. “Dynamic of 231–38. doi:10.5713/ajas.14.0039.
Functional Microbial Groups During Ubalua, A O, O U Ezeronye, and Abia State.
Mesophilic Composting of Agro 2008. “Growth Responses and Nu-
Industrial Wastes and Free-Living tritional Evaluation of Cassava Peel
(N2)-Fixing Bacteria Application.” Based Diet on Tilapia (Oreochrmis
Waste Management 33 (7): 1616–25. Niloticus) Fish Fingerlings.” Journal
doi:10.1016/j.wasman.2013.03.025. Of Food Technology 6 (5): 207–13.
Radif, Hala M, and Shatha S Hassan.
2014. “Detection of Hydrolytic
Enzymes Produced by Azospirillum
Brasiliense Isolated from Root
Soil.” World Journal of Experi-
mental Biosciences 2 (2): 36–40.
Rasool, L., M. Asghar, A. Jamil, and S.
U. Rehman. 2015. “Identification of
Azospirillum Species from Wheat
Rhizosphere.” Journal of Animal
and Plant Sciences 25 (4): 1081–86.

181
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182

182

You might also like