Professional Documents
Culture Documents
Fermentasi Onggok Dan Dedak
Fermentasi Onggok Dan Dedak
173 - 182
DOI: http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.3.2.2017.173-182 77
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182
174
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...
175
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182
Sebanyak satu gram sampel onggok dan dalam penelitian ini, yaitu protein 6,93%,
dedak terfermentasi (T0-T6) masing-ma- lemak 12,44%, dan karbohidrat berupa
sing diencerkan dalam 9 ml aquades steril, serat kasar 22,58%.
dihomogenkan, dan dilakukan pengencer- Nutrien yang terdapat dalam onggok
an kembali hingga lima seri pengenceran. dan dedak tersebut merupakan sumber
Sebanyak 0,1 ml dari seri pengenceran ter- energi bagi metabolisme dan pertumbuh-
akhir ditanam duplo pada media Caceres an Azospirillum sp. JG3. Kemampuan
Agar (Oxoid, England) dengan metode tumbuh Azospirillum sp. JG3 dalam media
spread plate, diinkubasi 2x24 jam. Setelah campuran onggok dan dedak dikarenakan
itu, dilakukan penghitungan jumlah koloni Azospirillum sp. JG3 menghasilkan enzim
Azospirillum sp. JG3 menggunakan metode ekstraseluler untuk merombak senyawa
Total Plate Count (TPC) (Lay 1994). tersebut selama fermentasi. Enzim yang di-
hasilkan meliputi amilase, lipase, protease,
Penetapan Kandungan Nutrien dan selulase dengan aktivitas berbeda-beda
(Radif and Hassan 2014).
Penetapan kandungan nutrien onggok dan
dedak yang difermentasi Azospirillum sp. Pertumbuhan Azospirillum sp. JG3
JG3 dilakukan dengan metode analisis pada media onggok dan dedak menunjuk-
proksimat. Kadar protein kasar dianalisis kan bahwa fase pertumbuhan awal bakteri
dengan metode micro-Kjeldahl, kadar serat terjadi mulai pada hari ke-3 inkubasi,
kasar dengan metode ekstraksi larutan asam kemudian mengalami fase logaritmik
dan alkali, sedangkan kadar lemak kasar hingga hari ke-5 inkubasi (Tabel 1).
dengan metode sokhlet (AOAC 1990).
Tabel 1. Pertumbuhan Azospirillum sp. JG3 dan
perubahan pH media selama fermentasi
Analisis Data
Waktu Jumlah Mikrob
pH akhir media
Data yang diperoleh dianalisis mengguna- Inkubasi (log cfu/ml)
kan program SPSS 17.0. dengan analisis T0 (0 hari) 6,22 ± 0,44a 6,69 ± 0,12a
Sidik Ragam (Uji F) dengan tingkat ke-
T1 (3 hari) 6,48 ± 0,12 ab 6,05 ± 0,27ab
percayaan 95% dan 99%. Data yang ber-
beda nyata kemudian dilanjutkan dengan T2 (4 hari) 7,15 ± 0,18b 5,52 ± 0,14b
uji Beda Nyata Jujur (BNJ) sehingga di- T3 (5 hari) 8,70 ± 0,09c 6,95±0,01c
ketahui perbedaan antar-perlakuan (Steel T4 (6 hari) 6,41 ± 0,29a 5,22 ± 0,07a
and Torrie 1991).
T5 (7 hari) 6,63 ± 0,21a 5,26 ± 0,01a
176
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...
kapang (30 – 45%) dan khamir (50 – 55%) enam hari sebesar 5,22 (Tabel 1) dan
(Nasseri et al. 2011). memicu lisisnya sel-sel mikrob sehingga
Waktu inkubasi berpengaruh sangat nilai rata-rata kadar protein kasar yang
nyata (P<0,01) terhadap kadar protein yang teranalisis pada waktu inkubasi enam
kasar, serat kasar, dan lemak kasar dari hari cenderung lebih rendah.
onggok dan dedak yang difermentasi Selain protein kasar, selama fermentasi
Azospirillum sp. JG3. Kadar protein kasar juga terjadi perubahan kadar serat kasar.
yang terhitung dalam analisis proksimat Azospirillum sp. JG3 mampu menurunkan
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan pro- kadar serat kasar hingga 36,63% pada
liferasi mikroorganisme yang diinokulasi- waktu inkubasi lima hari (Tabel 2). Jum-
kan pada kultur fermentasi (Ubalua, lah ini tertinggi dibandingkan perlakuan
Ezeronye, and State 2008). Selain itu, kadar lainnya. Saat jumlah sel Azospirillum sp.
protein kasar yang teranalisis dipengaruhi JG3 mencapai puncak tertinggi, hidrolisis
juga oleh jumlah nitrogen yang difiksasi selulosa terjadi secara maksimum menjadi
oleh Azospirillum sp. (Pepe et al., 2013), senyawa sederhana berupa glukosa. Hasil
penggabungan Nitrogen bebas dari sel pemecahan tersebut kemudian digunakan
mikrob, adanya enzim ekstraseluler yang untuk pertumbuhan sel. Hal ini menyebab-
dikeluarkan oleh mikrob serta keberadaan kan rendahnya kadar serat kasar yang
mineral yang ikut teranalisis (Asngad terukur pada waktu inkubasi lima hari.
2005). Sesuai dengan pernyataan Oladun-
Sepanjang fase logaritmik jumlah moye (2006), bahwa penurunan kadar
sel, protein, dan massa kering meningkat serat kasar disebabkan kemampuan mikrob
dengan kecepatan sama sehingga ukuran fermentasi untuk menghidrolisis serat kasar
dan kandungan protein sel tetap konstan. untuk menyintesis biomassa sel melalui
Hal tersebut mengakibatkan kadar protein aktivitas enzimnya. Selanjutnya Martina,
pada waktu inkubasi tiga hari secara sta- Yuli, and Sutisna (2002) melaporkan
tistik nilainya sama dengan kadar protein bahwa semakin tinggi jumlah sel mikrob
hari ke-4 dan 5, meskipun secara numerik selama fermentasi, maka aktivitas selulase
terlihat ada penurunan. Inkubasi 3-5 hari semakin meningkat.
menghasilkan kadar protein kasar tertinggi Penurunan kadar serat kasar di-
pada onggok dan dedak yang difermentasi sebabkan kemampuan mikrob fermentasi
Azospirillum sp. JG3. Kadar protein kasar untuk menghidrolisasi serat kasar untuk
onggok dan dedak yang difermentasi mensistesis biomassa sel melalui aktivitas
Azospirillum sp. JG3 pada waktu inkubasi enzimnya (Oladunmoye 2006). Semakin
lima hari mencapai 29,15% lebih tinggi tinggi jumlah sel selama fermentasi, maka
dibandingkan sebelum fermentasi (Tabel aktivitas selulase semakin meningkat
2). (Martina, Yuli, and Sutisna (2002). Sesuai
Kadar protein kasar pada inkubasi hari Oedjijono, Ryandini, and Hendrati (2009),
ke-6 cenderung lebih rendah dibandingkan aktivitas selulotitik isolat Azospiril-
pada waktu inkubasi 3 – 5 hari diiringi lum sp. JG3 meningkat sejalan dengan
dengan menurunnya jumlah sel Azospiril- tingginya jumlah mikroba. Aktivitas ter-
lum sp. JG3. Keadaan tersebut terjadi tinggi sekitar 0,18 unit/100ml saat jumlah
karena kondisi pH media yang kurang mikroba 8,32x109 cfu/ml.
mendukung. Nilai pH pada waktu inkubasi
177
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182
Tabel 2. Perubahan kandungan nutrien onggok dan dedak yang difermentasi oleh Azospirillum sp. JG3
Kandungan Nutrien pada Fermentasi (%)
Waktu Inkubasi
Protein Kasar* Serat Kasar* Lemak Kasar*
T0 (0 hari) 6,93 ± 0,06a
22,58 ± 0,18bc
12,44 ± 0,10ab
T1 (3 hari) 9,55 ± 0,76b 26,83 ± 2,11c 15,2 ± 1,20b
T2 (4 hari) 8,77 ± 0.25b 20,44 ± 0,59b 16,27 ± 0,47b
T3 (5 hari) 8,95 ± 0.44b 14,31 ± 0,70a 15,53 ± 0,75b
T4 (6 hari) 7,62 ± 0,12ab 22,34 ± 0,34bc 11,71 ± 0,18a
*huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 0,01% (p<0,01)
178
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...
bakteri Gram negatif mengandung lemak awal pertumbuhan (starter), yaitu sebesar
dalam persentase lebih tinggi dibandingkan 18 – 19%. Kadar serat kasar yang di-
Gram positif. Lemak pada bakteri Gram butuhkan untuk starter ayam ras pedaging
negatif memiliki 40 – 60% cabang asam adalah 6 % dan 6,5% untuk starter ayam
lemak. Komposisinya mencapai 11,7 mg ras petelur. Sementara kadar lemak kasar
dan berfluktuasi sesuai fase pertumbuhan yang diperlukan, yaitu 7,4% untuk starter
bakteri (Palusinska Szysz et al. 2016). ayam ras pedaging, dan 7% untuk starter
Peningkatan kadar lemak kasar juga ayam ras petelur (SNI 2006b; SNI 2006a).
dapat terjadi karena adanya vitamin- Hasil fermentasi onggok dan dedak
vitamin yang larut dalam lemak maupun oleh Azospirillum sp. JG3 menunjukkan
asam organik yang dihasilkan Azospirillum kandungan nutrien yang dapat mencukupi
sp. JG3 selama fermentasi. Sesuai AOAC lebih dari setengah kebutuhan pakan ideal
(1990), bahwa kadar lemak kasar meliputi bagi ayam ras petelur dan ayam pedaging.
bahan-bahan yang terlarut dalam pelarut Hal ini mengindikasikan bahwa hasil
lemak termasuk lemak, pigmen, asam fermentasi dapat dijadikan sebagai bahan
organik, dan vitamin ADEK. baku pakan. Akan tetapi, dalam peng-
Penurunan kadar lemak kasar pada gunaannya perlu dilakukan fortifikasi
media onggok dan dedak yang difermentasi dengan bahan lainnya untuk memenuhi
Azospirillum sp. JG3 sebesar 5,87% ter- kebutuhan pakan ternak secara keseluruh-
jadi pada waktu inkubasi enam hari. Hal an. Fermentasi onggok dan dedak oleh
ini mengindikasikan bahwa kandungan Azospirillum sp. JG3 juga mengandung
lemak pada media tersebut digunakan senyawa sederhana hasil perombakan
Azospirillum sp. JG3 untuk pertumbuhan- senyawa kompleks oleh bakteri tersebut
nya. Lemak dipecah oleh lipase menjadi sehingga akan lebih mudah dicerna bagi
asam lemak dan gliserol. Aktivitas lipase ternak.
pada Azospirillum sp. JG3 tertinggi pada
fase logaritmik dan masih dapat terdeteksi
hingga fase stasioner (Lestari, Handayani,
and Oedjijono 2009). Aktivitas tersebut KESIMPULAN
menyebabkan terjadinya akumulasi asam Azospirillum sp. JG3 mampu meningkatkan
lemak pada media onggok dan dedak kandungan nutrien pada media onggok dan
sehingga pertumbuhan Azospirillum sp. dedak. Selama lima hari fermentasi, protein
JG3 terhambat. Hal ini menyebabkan jum- kasar meningkat sebesar 29,15%, lemak
lah sel Azospirillum sp. JG3 pada waktu kasar 24,83% dan serat kasar mengalami
inkubasi enam hari mengalami penurunan penurunan sebesar 36,63% dibandingkan
dibandingkan waktu inkubasi sebelumnya. tanpa fermentasi.
Hasil fermentasi onggok dan dedak
oleh Azospirillum sp. JG3 mengandung
senyawa sederhana dari proses perombakan
UCAPAN TERIMA KASIH
senyawa kompleks oleh enzim ekstra-
seluler. Hal ini diperlukan bagi hewan Terima kasih kepada drh. Rita Marleta
ternak untuk pertumbuhan dan per- Dewi, M.Kes. (Puslitbang BTDK Balit-
kembangan. Berdasarkan Standar Nasional bangkes) dan Achmad Dinoto, Ph.D (LIPI)
Indonesia (SNI), kebutuhan ideal protein untuk penelaahan kritis artikel ini.
kasar yang diperlukan oleh ayam ras
petelur dan ayam ras pedaging pada masa
179
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182
180
Tati Febrianti, dkk. | Peningkatan Nutrien Onggok dan Dedak Sebagai Bahan Baku Pakan...
181
Widyariset | Vol. 3 No. 2 (2017) Hlm. 173 - 182
182