You are on page 1of 237

PRARANCANGAN PABRIK FRUKTOSA DARI

TEPUNG TAPIOKA DENGAN PROSES HIDROLISIS


MENGGUNAKAN ENZIM KAPASITAS 33.000
TON/TAHUN
(Tugas Khusus Perancangan Evaporator-501)

(Skripsi)

Oleh

DEBORA SEPTANIA PURBA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT

PRADESIGN OF FRUCTOSE PLANT


FROM TAPIOCA FLOUR BY HYDROLYSIS PROCESS USING
ENZYMES
CAPACITY 33.000 TONS/YEAR
(Design Evaporator (EV-501))

By
DEBORA SEPTANIA PURBA

A plant to produce fructose from tapioca flour is planned to be located at West


Tulang Bawang, Bandar Lampung. The plant is established by considering
availability of raw materials, transportation facilities, readily available labor and
environmental conditions.

Capacity of the plant is 33.000 tons/year operating 24 hour/day and 330 working
days/ year. The plant required 11.251,330 kg/hr tapioca flour.

Quantity of labor is around 186 people. The plant is managed as a Limited


Liability Company (PT), which is headed by a Director who is assisted by a
Director of Production and Director of Finance. The company is organized in the
form of line and staff structure. From analysis of the plant economy is obtained:
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp. 204.267.510.077,22,-
Working Capital Investment (WCI) = Rp. 68.089.170.025,74,-
Total Capital Investment (TCI) = Rp. 272.356.680.102,96,-
Break Even Point (BEP) = 39,99%
Shut Down Point (SDP) = 28,29%
Pay Out Time after Taxes (POT)a = 0,86 years
Return on Investment after Taxes (ROI)a = 31,85 %
Internal Rate Return (IRR) = 87 %
Annual Net Profit (Pa) = Rp. 66.892.516.864,-/year

By considering above the summary, it is suitable study further the maltose plant
since plant is profitable and has good prospects.

i
ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK FRUKTOSA


DARI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PROSES HIDROLISIS
MENGGUNAKAN ENZIM KAPASITAS 33.000 TON/TAHUN
(Perancangan Evaporator (EV-501))

Oleh
DEBORA SEPTANIA PURBA

Pabrik fruktosa berbahan baku singkong, akan didirikan di Tulang Bawang Barat,
Bandar Lampung. Pabrik ini berdiri dengan mempertimbangkan ketersediaan
bahan baku, sarana transportasi yang memadai, tenaga kerja yang mudah
didapatkan dan kondisi lingkungan.

Pabrik direncanakan memproduksi maltosa sebanyak 50.000 ton/tahun, dengan


waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Bahan baku yang digunakan adalah
singkong sebanyak 18.521,46 kg/jam.

Jumlah karyawan sebanyak 186 orang dengan bentuk perusahaan adalah


Perseroan Terbatas (PT) menggunakan struktur organisasi line dan staff.
Dari analisis ekonomi diperoleh:
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp. 204.267.510.077,22,-
Working Capital Investment (WCI) = Rp. 68.089.170.025,74,-
Total Capital Investment (TCI) = Rp. 272.356.680.102,96,-
Break Even Point (BEP) = 39,99%
Shut Down Point (SDP) = 28,29%
Pay Out Time after Taxes (POT)a = 0,86 tahun
Return on Investment after Taxes (ROI)a = 31,85 %
Internal Rate Return (IRR) = 87 %
Annual Net Profit (Pa) = Rp. 66.892.516.864,-/tahun

Mempertimbangkan paparan di atas, sudah selayaknya pendirian pabrik fruktosa


ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan
mempunyai masa depan yang baik.

ii
PRARANCANGAN PABRIK FRUKTOSA DARI TEPUNG
TAPIOKA DENGAN PROSES HIDROLISIS MENGGUNAKAN
ENZIM KAPASITAS 33.000 TON/TAHUN
(Perancangan Evaporator (EV-501)

Oleh
DEBORA SEPTANIA PURBA
1015041027

(Skripsi)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di PTTN Langga Payung, pada hari Rabu

tanggal 02 September 1992, sebagai putri sulung dari tiga

bersaudara, dari pasangan Bapak Resman Purba dan Ibu

Hetty Panjaitan.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Swasta HKBP Kristen

Pematang Siantar pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

Pematang Siantar pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Pematang Siantar pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2010.

Pada tahun 2014, Penulis melakukan Kerja Praktek di PT. PUPUK SRIWIDJAJA

PALEMBANG dengan Tugas Khusus “Evaluasi Kinerja Disulfurizer plant IV”.

Selain itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Proses Pembuatan Serat

Micro Fibril Cellulose (MFC) dari Eceng Gondok (Eichornia Crassipes). Pada

tahun 2015
Selama menjalani masa perkuliahan, penulis pernah menjadi Anggota

Departemen Kerohanian Kristen HIMATEMIA (2011), dan aktif di Organisasi

FKMK-FT (Forum Komunikasi Mahasiswa Kristiani Fakultas Teknik).


Motto Dan Persembahan

” Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa


yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11)

“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang


memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)
Sebuah Karya
Kupersembahkan dengan sepenuh hati untuk :

Allah Bapa,Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus, berkat


Kasih Setia-Nya aku dapat menyelesaikan karyaku ini

Kedua Orang Tuaku sebagai pengganti atas pengorbanan yang


sudah tak terhitung jumlahnya, terima kasih atas do’a, kasih
sayang dan pengorbanannya selama ini

Adik dan Keluargaku, terima kasih atas do’a, bantuan dan


dukungannya selama ini

Sahabat-Sahabatku, Terima kasih telah menjadi bagian


hidupku selama berada di Perantauan ini. Semua cerita hidup
ini, semua akan ku simpan selamanya. Semoga suatu saat
nanti kita bersua kembali dengan kisah-kisah kesuksesan kita

Civitas Akademisi Jurusan Teknik Kimia Universitas


Lampung, Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
Semoga kelak cita-cita kita bersama yang selama ini kita
impikan dapat terwujud yaitu Akreditasi berubah menjadi
huruf A
SANWACANA

Puji syukur penulis kepada Tuhan Yesus yang Maha Kasih yang telah

memberikan Kasih Setia dan segalanya yang mebuat penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Prarancangan Pabrik Fruktosa dari

Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Menggunakan Enzim Kapasitas 33.000

ton/tahun” dengan baik.

Tugas akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh derajat kesarjanaan (S-1) di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan moral

maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Azhar, M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia yang telah

memberikan bantuan untuk kelancaran proses belajar selama di kampus.

2. Bapak Darmansyah, S.T., M.T., sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak memberikan sarannya selama berada di kampus.

3. Ibu Dr. Herti Utami., S.T., M.T., sebagai Dosen Pembimbing 1, atas segala

ilmu, kesabaran, saran, dan kritiknya dalam pengerjaan tugas akhir.

4. Bapak Heri Rustamaji, S.T., M.Eng., sebagai Dosen Pembimbing 2 atas

segala ilmu, kesabaran, saran, dan kritiknya dalam pengerjaan tugas akhir.

xi
5. Seluruh Dosen dan Staf Teknik Kimia yang telah banyak memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat dan membantu kelancaran dalam pengerjaan.

6. Bapak dan Mama ku tersayang, atas semua doa dan semangatnya, buat

kesabaran yang tak pernah habis untukku, terima kasih untuk segalanya pa

ma.

7. Reynald dan Omitha serta keluarga, kesabaran dan semangatnya yang

membuat penulis tidak pernah putus asa untuk menyelesaikan tugas akhir ini

8. Sahabat-sahabat terkasih, Yunita Sinambela S.T., Fransiska Purba yang

menjadi teman diskusi, teman berbagi kesulitan pengerjaan, doa dan

semangat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-temanku 2010 Bulan, Novrit, Nico buat setiap doa dan dukungannya.

10. FKMK-FT yang banyak sekali mengajarkan banyak hal mengenai pelayanan,

boleh diproses menjadi seorang yang sangat merindukan pelayanan dan

menghidupi arti pelayanan.

11. Abang Hendry Maringan Sibarani buat doa dan dukungan yang diberikan

selama pengerjaan skripsi ini, semoga Tuhan memberkati hubungan kita.

12. Pathner TA Rezki Ika Pratiwi buat bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini.

13. Angkatan 2010 terimakasih buat setiap bantuan dan cerita selama

perkuliahan di Teknik Kimia.

14. Adik-adik dan kakak-kakak tingkat di Jurusan Teknik Kimia dan di Fakultas

Teknik, yang banyak memberikan warna-warni selama berada di kampus.

15. Keluarga di Bandar Lampung yang selama ini sudah bantu doa dandukungan.

16. Untuk abang kakak tingkat yang mengajari di saat kebingungan mengerjakan

skripsi ini.

xii
17. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir

ini.

Bandar Lampung, 23 Agustus 2016

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
SANWACANA .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Kegunaan Produk ................................................................................ 3
1.3 Ketersediaan Bahan Baku ................................................................... 3
1.4 Lokasi Pabrik ...................................................................................... 4
1.5 Analisis Pasar ...................................................................................... 7
1.6 Kapasitas Rancangan .......................................................................... 13

II. PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES


2.1 Jenis-jenis Proses ................................................................................ 15
2.2 Pemilihan Proses ................................................................................. 20
2.3 Tahap Produksi High Fructose Syrup (HFS) ...................................... 21
2.4 Perhitungan Ekonomi Kasar ............................................................... 30
2.5 Perhitingan Panas Reaksi .................................................................... 48

III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK


3.1 Spesifikasi Baku Utama ...................................................................... 63
3.2 Spesifikasi Bahan Baku Pendukung .................................................... 64
3.3 Spesifikasi Produk ............................................................................... 66
xiv
IV. NERACA MASSA DAN ENERGI
4.1 Neraca Massa ...................................................................................... 68
4.2 Neraca Energi ...................................................................................... 75

V. SPESIFIKASI ALAT
5.1 Alat Proses .......................................................................................... 84
5.2 Alat Utilitas ......................................................................................... 117

VI. UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH


6.1 Unit Pendukung Proses ....................................................................... 146
6.2 Unit Pengolahan Limbah ..................................................................... 163
6.3 Laboratorium ....................................................................................... 164
6.4 Instrumentasi dan Pengendalian Proses .............................................. 167

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK


7.1 Lokasi Pabrik ...................................................................................... 170
7.2 Tata Letak Pabrik ................................................................................ 171
7.3 Prakiraan Area Lingkungan ................................................................ 172

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN


8.1 Bentuk Perusahaan .............................................................................. 177
8.2 Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................... 180
8.3 Tugas dan Wewenang ......................................................................... 183
8.4 Pembagian Jam Kerja Karyawan ........................................................ 192
8.5 Penggolongan Karyawan dan Jumlah Karyawan ................................ 195
8.6 Kesejahteraan Karyawan ..................................................................... 200

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI


9.1 Investasi ............................................................................................... 203
9.2 Evaluasi Ekonomi ............................................................................... 203

X. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ........................................................................................... 209

xv
B. Saran ................................................................................................. 209

DAFTAR PUSTAKA

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 1.1. Perusahaan yang Memproduksi Bahan Baku ............................ 4
Tabel 1.2. Data Impor Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013 ........ 7
Tabel 1.3. Data Ekspor Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013 ...... 9
Tabel 1.4. Data Produksi Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013 .... 10
Tabel 1.5. Data Konsumsi Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013 . 12
Tabel 2.1. Perbandingan beberapa Proses Hidrolisis Pati ........................... 20
Tabel 2.2. Perbandingan kandungan Pati dalam Bahan Baku .................... 30
Tabel 2.3. Harga Katalis dan Produk .......................................................... 30
Tabel 2.4. Perbandingan Ekonomi pda Bahan Baku untuk Proses Enzim, Proses
Asam dan Asam Enzim .............................................................. 47
Tabel 2.5. Kontribusi Gugus Fungsi pada pati (C6H10O5)1000 ..................... 48
Tabel 2.6. Kontribusi Gugus Fungsi pada Dextrin (C6H10O5)10 .................. 49
Tabel 2.7. Kontribusi Gugus Fungsi pada Glukosa (C6H12O6).................... 49
Tabel 2.8. Kontribusi Gugus Fungsi Fruktosa (C6H12O6)............................ 49
Tabel 2.9. Nilai ∆H0f dan ∆G0 pada H2O .................................................... 50
Tabel 2.10. Kontribusi Gugus Metode Missenard ......................................... 50
Tabel 2.11. Kontribusi Gugus Fungsi pada Pati, Dektrosa, Glukosa dan Fruktosa
.................................................................................................... 51
Tabel 2.12. Perbandingan Kondisi Operasi Proses Enzim dan Asam............ 62
Tabel 4.1. Neraca Massa pada Mixing Tank (MT-101) ............................... 68
Tabel 4.2. Neraca Massa pada Gelatination Tank (GT-101) ....................... 68
Tabel 4.3. Neraca Massa pada Reaktor Likuifikasi (RE-201) ..................... 69
Tabel 4.4. Neraca Massa pada Reaktor Likuifikasi (RE-202) ..................... 69
Tabel 4.5. Neraca Massa pada Centifuge (CF-201) .................................... 70
Tabel 4.6. Neraca Massa pada Reaktor Sakarifikasi (RE-301) .................. 70
xvii
Tabel 4.7. Neraca Massa pada Reaktor Sakarifikasi (RE-302) .................. 71
Tabel 4.8. Neraca Massa pada Reaktor Isomerisasi (RE-401) ................... 71
Tabel 4.9. Neraca Massa pada Reaktor Isomerisasi (RE-402) .................. 72
Tabel 4.10. Neraca Massa pada Adsorber (AD-501)..................................... 73
Tabel 4.11. Neraca Massa pada Adsorber Kation Exchanger (AD-502)....... 73
Tabel 4.12. Neraca Massa pada Adsorber Anion Axchanger (AD-503) ....... 74
Tabel 4.13. Neraca Massa pada Evaporator (EV-501).................................. 74
Tabel 4.14. Data Konstanta Cp (kJ/mol K) ................................................... 77
Tabel 4.15. Neraca Panas Gelatination Tank (GT-101) ................................ 77
Tabel 4.16. Neraca Panas Cooler (CL-101)................................................... 78
Tabel 4.17. Neraca Panas Reaktor Likuifikasi (RE-201) .............................. 78
Tabel 4.18. Neraca Panas Reaktor Likuifikasi (RE-202) .............................. 79
Tabel 4.19. Neraca Panas Cooler (CL-201)................................................... 79
Tabel 4.20. Neraca Panas Reaktor Sakarifikasi (RE-301) ............................. 80
Tabel 4.21. Neraca Panas Reaktor Sakarifikasi (RE-302) ............................. 81
Tabel 4.22. Neraca Panas Isomerisasi (RE-401) ........................................... 81
Tabel 4.23. Neraca Panas Isomerisasi (RE-402) ........................................... 82
Tabel 4.24. Neraca Panas Evaporator (EV-501)............................................ 83
Tabel 4.25. Neraca Panas Cooler (CL-501)................................................... 83
Tabel 5.1. Spesifikasi Solid Storage (SS-106)............................................. 84
Tabel 5.2. Spesifikasi Tangki Enzim α-amilase (ST-101)........................... 85
Tabel 5.3. Spesifikasi Tangki Enzim Glukoamilase (ST-102) .................... 86
Tabel 5.4. Spesifikasi Storage Tank HCl (ST-104) .................................... 86
Tabel 5.5. Spesifikasi Storage Tank NaOH (ST-105) ................................ 87
Tabel 5.6. Spesifikasi Storage Tank Produk (ST-106) ............................... 88
Tabel 5.7. Spesifikasi Tangki Pencampuran (TP-101) ............................... 88
Tabel 5.8. Spesifikasi Tangki Gelatinasi (TG-101) ..................................... 90
Tabel 5.9. Spesifikasi COOLER (CL-101) .................................................. 91
Tabel 5.10. Spesifikasi Reaktor Likuifikasi (RE-201)................................... 92
Tabel 5.11. Spesifikasi Reaktor Likuifikasi (RE-202)................................... 94
Tabel 5.12. Spesifikasi Cooler (CL – 201)) .................................................. 95
Tabel 5.13. Spesifikasi Centrifuse (CE-201) ................................................ 96

xviii
Tabel 5.14. Spesifikasi Reaktor Sakarifikasi (RE-301) ................................. 96
Tabel 5.15. Spesifikasi Reaktor Sakarifikasi (RE-302) ................................. 98
Tabel 5.16. Spesifikasi Reaktor Isomerisasi (RE-401) .................................. 99
Tabel 5.17. Spesifikasi Reaktor Isomerisasi (RE-402) .................................. 99
Tabel 5.18. Spesifikasi Adsorber Enzim (AD – 501) .................................... 102
Tabel 5.19. Spesifikasi Adsorber Ion Na (AD – 302 A/B) ............................ 102
Tabel 5.20. Spesifikasi Adsorber Ion Cl ((AD – 503 A/B)) ......................... 103
Tabel 5.21. Spesifikasi Evaporator (EV-501) ............................................... 103
Tabel 5.22. Spesifikasi Pompa (PO– 106) .................................................... 104
Tabel 5.23. Spesifikasi Pompa (PO– 107) ..................................................... 105
Tabel 5.24. Spesifikasi Pompa (PO– 201) ..................................................... 105
Tabel 5.25. Spesifikasi Pompa (PO– 202) ..................................................... 106
Tabel 5.26. Spesifikasi Pompa (PO– 203) ..................................................... 106
Tabel 5.27. Spesifikasi Pompa (PO– 204) ..................................................... 107
Tabel 5.28. Spesifikasi Pompa (PO– 205) ..................................................... 108
Tabel 5.29. Spesifikasi Pompa (PO– 206) ..................................................... 108
Tabel 5.30. Spesifikasi Pompa (PO– 207) ..................................................... 109
Tabel 5.31. Spesifikasi Pompa (PO– 401) ..................................................... 109
Tabel 5.32. Spesifikasi Pompa (PO– 402) ..................................................... 110
Tabel 5.33. Spesifikasi Pompa (PO– 501) ..................................................... 110
Tabel 5.34. Spesifikasi Pompa (PO– 502) ..................................................... 111
Tabel 5.35. Spesifikasi Pompa (PO– 503) ..................................................... 112
Tabel 5.36. Spesifikasi Pompa (PO– 601) ..................................................... 113
Tabel 5.37. Spesifikasi Pompa (PO– 101) ..................................................... 113
Tabel 5.38. Spesifikasi Pompa (PO– 102) ..................................................... 114
Tabel 5.39. Spesifikasi Pompa (PO– 103) ..................................................... 115
Tabel 5.40. Spesifikasi Pompa (PO– 104) ..................................................... 116
Tabel 5.41. Spesifikasi Pompa (PO– 105) ..................................................... 117
Tabel 5.42. Spesifikasi Bak Sedimentasi (BS-401) ...................................... 117
Tabel 5.43. Spesifikasi Bak Penggumpal (BP-401)....................................... 118
Tabel 5.44. Spesifikasi Tangki Alum (ST-401) ............................................ 119
Tabel 5.45. Spesifikasi Tangki Soda Kaustik (ST-402) ............................... 120

xix
Tabel 5.46. Spesifikasi Tangki Kaporit (ST-403) ......................................... 121
Tabel 5.47. Spesifikasi Clarifier (CL-401) ................................................... 122
Tabel 5.48. Spesifikasi Sand Filter (SF-401) ............................................... 123
Tabel 5.49. Spesifikasi Filter Water Tank (FWT-401) ................................ 124
Tabel 5.50. Spesifikasi Domestic Water Tank (DOWT– 401) ..................... 125
Tabel 5.51. Spesifikasi Hydran Water Tank (HWT-401)............................. 126
Tabel 5.55. Spesifikasi Hot Basin (HB-401) ................................................ 127
Tabel 5.56. Spesifikasi Cooling Tower (CT-401)......................................... 127
Tabel 5.57. Spesifikasi Tangki H2SO4 (ST-404) .......................................... 128
Tabel 5.58. Spesifikasi Tangki Dispersant (ST-405) .................................... 129
Tabel 5.59. Spesifikasi Tangki Inhibitor (ST-406)........................................ 130
Tabel 5.60. Spesifikasi Tangki H2SO4 (ST-405) .......................................... 130
Tabel 5.61. Spesifikasi Cation Exchanger (CF-401) .................................... 131
Tabel 5.62. Spesifikasi Anion Exchanger (Ae-401) ..................................... 132
Tabel 5.63. Spesifikasi Demin Water Treatment (DWT-401)...................... 133
Tabel 5.64. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-401) ......................................... 134
Tabel 5.65. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-402) .......................................... 134
Tabel 5.66. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-403)........................................... 135
Tabel 5.67. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-404) .......................................... 135
Tabel 5.68. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-405)........................................... 136
Tabel 5.69. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-406) .......................................... 137
Tabel 5.70. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-407)........................................... 138
Tabel 5.71. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-408)........................................... 138
Tabel 5.72. Spesifikasi Pompa Utilitas (PP-409)........................................... 139
Tabel 5.73. Spesifikasi Daerator .................................................................. 140
Tabel 5.74. Spesifikasi Hidrazin (ST-407) ................................................... 141
Tabel 5.75. Spesifikasi Boiler Feed Water Treatment (BFWT-401) ............ 142
Tabel 5.76. Spesifikasi Boiler (B-401) ......................................................... 143
Tabel 5.77. Spesifikasi Tangki Bahan Bakar (ST-408) ................................ 144
Tabel 5.78. Spesifikasi Generator (GE-401) ................................................ 145
Tabel 6.1. Kebutuhan Air Umum ............................................................... 147
Tabel 6.2. Kebutuhan Air untuk Pembangkit Steam ................................... 148

xx
Tabel 6.3. Kebutuhan Air Pendingin .......................................................... 151
Tabel 6.4. Kebutuhan Air Proses ................................................................ 154
Tabel 6.5. Kebutuhan Air Total .................................................................. 155
Tabel 6.6. Tingkatan Kebutuhan Informasi dan Sistem Pengendalian ....... 168
Tabel 8.1. Jadwal Kerja Masing-masing Regu ........................................... 188
Tabel 8.2. Perincian Tingkat Pendidikan .................................................... 189
Tabel 8.3. Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat Proses ....................... 191
Tabel 8.4. Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat Utilitas ...................... 191
Tabel 8.5. Perincian Jumlah Karyawan Bedasarkan Jabatan ...................... 192
Tabel 9.1. Fixed Capital Investment ........................................................... 198
Tabel 9.2. Manufacturing Cost ................................................................... 199
Tabel 9.3. General Expenses ...................................................................... 200
Tabel 9.4. Hasil Analisa Kelayakan Ekonomi ............................................ 203

xxi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Lokasi Pabrik............................................................................ 5
Gambar 1.1. Jumlah Impor dari tahun 2009-2013 ........................................ 8
Gambar 1.2. Jumlah Ekspor dari tahun 2009-2013 ...................................... 9
Gambar 1.3. Jumlah Produksi dari tahun 2009-2013 ................................... 11
Gambar 1.4.. Jumlah Konsumsi dari tahun 2009-2913 ................................. 12
Gambar 2.1. Diagram Alir untuk Produksi Pemanis dari Pati ..................... 16
Gambar 2.2. Flowsheet Hidrolisis Enzim ..................................................... 18
Gambar 2.3. Diagram Alir Pembentukan Sirup Glukosa ............................. 24
Gambar 2.4. Proses Glukoisomerase ............................................................ 25
Gambar 2.5. Diagram Alir Pengubahan Sirup Glukosa
menjadi Sirup Fruktosa ............................................................. 26
Gambar 2.6. Diagram Alir Tahap Penyelesaian Sirup Fruktosa .................. 28
Gambar 2.7. Diagram Alir Pembuatan HFS-42 dari Tepung Tapioka ......... 29
Gambar 6.1. Dearator ................................................................................... 150
Gambar 6.2. Diagram Cooling Water System .............................................. 154
Gambar 7.1. Lokasi Pabrik Sirup Fruktosa .................................................. 173
Gambar 7.2 Tata Letak Pabrik .................................................................... 174
Gambar 7.3. Tata Letak Alat Proses ............................................................. 175
Gambar 8.1. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................... 182
Gambar 9.1. Kurva Break Even Point dan Shut Down Point........................ 208
Gambar 9.2. Kurva Curva Cummulative Cash Flow metode DCF .............. 208

xxii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan gula semakin

meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dikembangkan bahan

penghasil gula non tebu. Dari beberapa alternatif yang ada, pengubahan pati ubi

kayu menjadi fruktosa merupakan pilihan yang baik untuk dikembangkan. Sirup

fruktosa merupakan alternatif yang cukup baik bila dibandingkan dengan

penggunaan bahan pemanis buatan yang lain.

Fruktosa (bahasa Inggris: fructose, levulose), atau gula buah, adalah

monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan merupakan salah

satu dari tiga gula darah penting bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang

bisa langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan. Fruktosa ditemukan

oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa

murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat

mudah larut dalam air. Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu,

pohon buah, bunga, beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk
2

monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan

molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan

satu molekul fruktosa. Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon.

Fruktosa merupakan isomer dari glukosa; keduanya memiliki rumus molekul

yang sama (C6H12O6) namun memiliki struktur yang berbeda

Fruktosa merupakan pemanis favorit yang digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Hal ini ditunjang dari sifat fruktosa yang mempunyai kadar kemanisan 120-

180% dari gula sukrosa. Fruktosa selain memberikan rasa manis alami, juga

memberikan resiko kesehatan yang relatif rendah.

Penggunaan fruktosa dalam high fructose syrup terutama pada produk minuman

ringan, produk farmasi, minuman buah, selai, permen dan sirup. Sejak ditemukan

tahun 1830 di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan di seluruh dunia

mengalami kenaikan. Sehinga penggunaan fruktosa juga meningkat mencapai

30%. Bahkan pada tahun 2003 mencapai 1,2 milyar liter. Sekarang ini di

Indonesia, salahsatu industri minuman ringan (soft drink) terbesar menurut

lisensinya seharusnya menggunakan fruktosa.

Kebutuhan sirup fruktosa di Indonesia belum dapat dipenuhi seluruhnya secara

mandiri, sebagian besar masih diimpor dari luar negeri karena keterbatasan

kapasitas pabrik yang telah berdiri di Indonesia.


3

1.2 Kegunaan Produk

Adapun kegunaan sirup fruktosa yaitu sebagai berikut :

1. Sirup fruktosa digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman buah

2. Sirup fruktosa digunakan sebagai bahan produk farmasi

3. Sirup fruktosa digunakan dalam industri sirup dan selai.

4. Sirup fruktosa digunakan dalam industri makanan.

1.3 Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sirup fruktosa ini adalah tepung

tapioka. Tepung tapioka merupakan tepung yang terbuat dari ubi kayu. Tepung

ini merupakan pati yang di ekstrak dengan air dari ubi kayu. Setelah disaring,

bagian cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan hasil saringan kemudian

diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan

digiling sehingga didapatkan butir-butir pati halus berwarna putih. Produktivitas

dan produksi ubi kayu sendiri selama periode 2008-2012 cenderung meningkat.
4

Tabel 1.1. Perusahaan yang memproduksi/mendistribusikan bahan baku (Tepung

Tapioka)

Nama Perusahaan Alamat Kapasitas (Ton/Tahun)

PT. Eka Inti Tapioka Desa Bumi Nabung 37.500


Timur
Kec. Rumbia
Kab. Lampung Tengah

PT. Wira Tapioka Desa Sri Kencoro 75.000


Mandiri
Kec. Rumbia
Kab. Lampung Tengah
PT. Budi Acid Jaya Desa Gn.Batin Udik, 75.000
Kec. Terbanggi
Kab. Lampung Tengah
PT. Umas Jaya Agrotama Kc. Terbanggi Besar 34.000
Km 77
Lampung Tengah

PT. Great Giant Pine Desa Tanjung Ratu Ilir 34.000


Kec. Terbanggi Besar
Lampung Tengah
Budi Acid Jaya, Pt Ds Penumangan, Tulang 50.000
Bawang Tengah, Tulang
Bawang Barat

Sumber: https://id.scribd.com/doc/201120646/Perusahaan-Pengolahan-Ubikayu

1.4 Lokasi Pabrik

Letak geografis dari suatu pabrik akan mempengaruhi kegiatan pabrik tersebut,

baik terhadap proses produksinya maupun distribusi produknya. Sehingga,

perkembangan dan kelangsungan hidup pabrik tersebut akan terpengaruh juga.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menentukan


5

lokasi suatu pabrik. Lokasi pabrik pada umumnya ditetapkan atas dasar orientasi

bahan baku dan orientasi pasar, karena hal ini bersifat ekonomis.

Pabrik sirup fruktosa ini direncanakan akan didirikan di daerah Tulang Bawang

Barat (Provinsi Badar Lampung) yang lokasinya tertera pada Gambar 1.1.

Daerah ini merupakan daerah kawasan industri, dimana banyak pabrik – pabrik

industri yang telah berdiri di kawasan ini. Lokasinya dekat dengan sumber bahan

baku. Oleh karena itu, daerah ini merupakan tempat yang strategis untuk

dijadikan sebagai lokasi pendirian pabrik sirup fruktosa.

Gambar 1.1. Lokasi pabrik


Google Maps - ©2015Google
6

Lokasi ini dipilih dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. Penyediaan bahan baku yang mudah

Melihat lokasi – lokasi bahan baku pabrik yang kebanyakan berlokasi di

dekat dengan pabrik bahan baku (tepung tapioka), seperti tertera pada Tabel

1.1, maka lokasi ini merupakan lokasi yang paling strategis dan ekonomis

dalam pengadaan bahan baku.

2. Transportasi mudah dan lancer

Lokasi Bujung Sari Marga yang dekat dengan sungai dan konstruksi jalan

yang cukup baik, sehingga, lokasi ini dapat mudah dijangkau oleh

transportasi darat.

3. Utilitas cukup tersedia

Utilitas seperti kebutuhan air dipasok dari. Sungai Tulang Bawang.

Sementara itu, untuk kebutuhan listrik diperoleh dari sumber pembangkit

listrik PLTA Way Semangka maupun swasta yang berada di sekitar pabrik.

4. Tenaga kerja mudah diperoleh

Tenaga kerja baik yang berpendidikan tinggi, menengah maupun tenaga

terampil tersedia cukup di lokasi ini.

5. Keadaan lingkungan masyarakat yang mudah beradaptasi

Lokasi Tulang Bawang Barat telah ditetapkan pemerintah sebagai kawasan

industri. Sehingga, pendirian pabrik di kawasan ini tidak akan menimbulkan

masalah lingkungan dan adaptasi masyarakat yang tinggal di dekat lokasi

pabrik tersebut.
7

1.5 Analisis Pasar

Kebutuhan fruktosa di Indonesia setiap tahun terus meningkat seiring dengan

laju pembangunan di berbagai bidang industri yang semakin pesat. Kebutuhan

fruktosa di Indonesia dilihat dari data impor dan data ekspor yang didapat dari

Badan Pusat Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Data impor fruktosa

di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2. Sedangkan data ekspor fruktosa

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3. Selama ini, kebutuhan sodium sulfat

dalam negeri hanya mengandalkan impor dari luar negeri. Sehingga, pabrik

fruktosa perlu didirikan di Indonesia.

Tabel 1.2. Data impor Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013

Tahun X Impor (ton)


2009 1 515.525
2010 2 8583.051
2011 3 14958.07
2012 4 31969
2013 5 51904.03
Sumber : undata.org

Data impor di atas dapat diplotkan ke dalam garafik seperti di bawah ini:
8

impor
60000

Jumlah Impor (ton)


50000 y = 2455.1x2 - 2114.1x + 922.51
40000 R² = 0.9953
30000
20000
10000
0
1 2 3 4 5
Tahun ke-

Gambar 1.2. Jumlah Impor dari tahun 2009-2013

Berdasarkan hasil plot dengan metode polynomial maka didapatkan persamaan

yaitu:

y= 2455,0 x2 + 2114,0 x +922,5 dengan nilai r2 = 0,995

Untuk jumlah impor pada tahun 2020, untuk tahun ke-12 dapat dicari dengan

mengganti nilai x pada persamaan dengan memasukkan angka 12. Dan hasil yang

didapat untuk tahun 2020 adalah : 329074,5 ton.


9

Sedangkan untuk data ekpor akan ditunjukkan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Data ekspor Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013

Tahun X Ekspor
(Ton)
2009 1 213.552
2010 2 113.771
2011 3 131.755
2012 4 45.422
2013 5 172.742
Sumber : undata.org

Data ekspor di atas dapat diplotkan ke dalam garafik seperti di bawah ini:

ekspor
250

200
Jumlah Ekspor (ton)

y = 24.992x2 - 164.95x + 355.38


150 R² = 0.6837

100

50

0
1 2 3 4 5
Tahun ke-

Gambar 1.3. Jumlah Ekspor dari tahun 2009-2013

Data ekpor akan diplot ke dalam grafik dengan menggunakan metode polynomial,

maka didapat persamaan yaitu: y = 24,99 x2 + 164,9 x + 355,3 dengan nilai r2 =

0,683
10

Untuk jumlah ekpor pada tahun 2020, untuk tahun ke-12 dapat dicari dengan

mengganti nilai x pada persamaan dengan memasukkan angka 12. Dan hasil yang

didapat untuk tahun 2020 adalah : 1975,06 ton.

Selain data impor dan ekpor, terdapat juga data jumlah produksi Sirup fruktosa

yang terdapat di Indonesia dan data jumlah konsumsi sirup fruktosa di Indonesia di

mulai dari tahun 2009 sampai 2013.

Untuk data jumlah Produksi sirup fruktosa di Indonesia akan ditunjukkan pada

Tabel 1.4

Tabel 1.4. Data Produksi Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013

Tahun X PT. Accociated PT. PT. Puncak Gunung Jumlah


Brites Tainesa Mas
2009 1 72500 15330 40000 127830
2010 2 72500 15600 40000 128100
2011 3 72500 16000 40000 128500
2012 4 72500 16300 40000 128800
2013 5 72500 16500 40000 129000
Sumber : http://produk.halal.or.id/?p=189
11

Data Produksi Sirup Fruktosa di Indonesia dapat diplot ke dalam grafik dengan

metode polynomial dan ditunjukkan pada Gambar 1.3.

Produksi
129200
129000 y = -17.143x2 + 406.86x + 127414
R² = 0.9935
128800
Jumlah Produksi

128600
128400
128200
128000
127800
127600
0 1 2 3 4 5 6
Tahun ke-

Gambar 1.4. Jumlah Produksi dari tahun 2009-2013

Persamaan yang didapat dari plot grafik di atas adalah :

y = -17,14 x2 + 406,8 x + 12741 dan nilai r2 = 0,993, untuk tahun 2020 tahun ke 12

jumlah produksi sirup fruktosa adalah 15154.44 ton.

Dan yang berikutnya adalah data konsumsi sirup fruktosa dari tahun 2009-2013 akan

ditunjukkan pada Tabel 1.5.


12

Tabel 1.5. Data Konsumsi Sirup Fruktosa di Indonesia tahun 2009-2013

Coca- Minuman 0bat


Tahun X Madu Permen P.buatan Cola Sirup Jelly Roti isotonik dan diet Jumlah
soft drink
2009 1 5000 30000 180000 7000 13677 553.4 5000 100000 2500 343730.4
2010 2 5500 40000 200000 7500 13677 553.4 5150 108500 2800 383680.4
2011 3 5500 50000 220000 10000 13677 553.4 5200 110000 3000 417930.4
2012 4 5650 60000 230000 12000 13677 553.4 5350 125000 3420 455650.4
2013 5 5720 70000 240000 13500 13677 553.4 5400 140000 3450 492300.4
Sumber : https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/343

Data Konsumsi Sirup Fruktosa di Indonesia dapat diplot ke dalam grafik dengan

metode polynomial dan ditunjukkan pada Gambar 1.4.

Jumlah Konsumsi
600000

500000 y = -223.57x2 + 38252x + 306360


R² = 0.9996
Jumlah Konsumsi

400000

300000

200000

100000

0
0 1 2 3 4 5 6
Tahun ke-

Gambar 1.5. Jumlah Konsumsi dari tahun 2009-2013


13

Persamaan yang didapat dari plot grafik di atas adalah :

y = -223,5 x2 + 3825 x + 30636 dan nilai r2 = 0,999, untuk tahun 2020 tahun ke 12

jumlah konsumsi sirup fruktosa adalah 523.476 ton.

1.6 Kapasitas Rancangan

Kapasitas produksi suatu pabrik ditentukan berdasarkan kebutuhan konsumsi

produk dalam negeri, data impor, data ekspor, serta data produksi yang telah ada,

sebagaimana dapat dilihat dari berbagai sumber, misalnya dari Biro Pusat

Statistik, dari biro ini dapat diketahui kebutuhan akan suatu produk untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dari data industri yang telah ada.

Berdasarkan data- data ini, kemudian ditentukan besarnya kapasitas produksi.

Adapun persamaan kapasitas produksi adalah sebagai berikut:

KP = DK + DE – DI – DP

Dimana;

KP = Kapasitas Produksi Pada Tahun X

DK = Data Konsumsi Pada Tahun X

DE = Data Ekspor Pada Tahun X

DI = Data Impor Pada Tahun X

DP = Data Produksi Telah Ada Pada Tahun X

Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapatkan kebutuhan setiap tahun

sebesar:
14

KP = ( 523.476 + 1975,06 - 329074,5 - 15154.44 ) ton

= 115.222 ton

Jadi, total jumlah kebutuhan Sirup Fruktosa di Indonesia untuk tahun 2020

adalah 115.222 ton.

Pada prarancangan pabrik Fruktosa ini direncanakan akan dibangun pabrik

fruktosa dengan kapasitas 30% dari jumlah total kebutuhan sirup fruktosa di

Indonesia pada tahun 2020. Yaitu 33.000 ton/tahun, dengan tujuan agar tidak

mendominasi pabrik fruktosa di Indonesia. Karena pabrik fruktosa di Indonesia

maksimal produksi fruktosa dengan kapasitas 40 % dari jumlah kebutuhan total.


BAB II
PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES

2.1 Jenis-jenis Proses


Untuk memperoleh proses pembuatan High Fructose Syrup (HFS) yang optimal maka
perlu dilakukan seleksi proses. Dengan demikian, diharapkan akan didapatkan proses
yang memenuhi syarat, baik dari segi teknis maupun ekonomis.
High Fructose Syrup (HFS) dapat dibuat dengan berbagai caradan dari berbagai jenis
bahan baku, dengan kondisi operasi serta konversi yang berbeda. Pembuatan High
Fructose Syrup (HFS) dari bahan baku pati melalui dua tahap proses utama yaitu:
 Proses perubahan starch menjadi glukosa melalui hidrolis, ada beberapa cara yaitu:
1. Hidrolisis dengan asam
2. Hidrolisis dengan enzim
 Proses perubahan glukosa menjadi High Fructose Syrup(HFS)

Berdasarkan Ulmann’s (2007), diagram alir untuk produksi pemanis dari pati adalah
sebagai berikut :
Aqueous starch slurry 16

Acid hydrolysis Acid hydrolysis Enzymatic liquefaction

Enzymatic hydrolysis Enzymatic hydrolysis

Clarification, Clarification, Clarification,


refining and refining and refining and
concentration concentration concentration

Acid glucose
Acid –enzyme enzyme –
syrup enzyme
glucose syrup
glucosesyru
p

Chromatographic High DE
separation Crystalization,
glucose
centrifugation
syrup
and drying

drying Liquid glucose


ydrolysis syrup

Solid glucose
syrup/total Remelting Crystaline glucose
sugars and Refining monohydrate

Crystalization, Enzymatic isomerization


centrifugation
and drying
HFS 42 Chromatographi
c separation
Crystaline
HFS 55
glucose
anhydrous
pharmaceutic HFS 90
al
Crystaline
Crystalization, centrifugation and
fructose
drying

Gambar 2.1. Diagram alir untuk produksi pemanis dari pati


17

2.1.1 Hidrolisis dengan asam


Proses hidrolisis pati dengan menggunakan asam ditemukan pertama kali oleh
Kirchoff pada tahun 1811, tetapi produksi secara komersial terlaksana pada tahun
1850.
Asam yang biasa digunakan untuk proses ini antara lain adalah asam sulfat, asam
klorida, dan asam fosfat. Dalam proses ini asam berfungsi sebagai katalis yang dapat
mempercepat terbentuknya produk.
Dalam industri umumnya digunakan asam klorida sebagai katalisator. Pemilihan ini
didasarkan bahwa garam yang terbentuk setelah penetralan hasil dengan soda abu
(Na2CO3) merupakan garam yang tidak berbahaya yaitu garam dapur (NaCl). Jumlah
garam NaCl yang terbentuk pun relatif kecil dan biasanya dibiarkan karena tidak
mempengaruhi rasa sirup yang dihasilkan. (Kriswiyanti, 2006)
Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan asam adalah sebagai berikut :
(C6H10O5)n + n H2O n(C6H12O6)
pati Air Glukosa
Pada proses konversi asam, slurry pati (biasanya mempunyai kandungan bahan kering
antara 30 – 40 % berat kering) diasamkan sampai pH 2 atau lebih rendah dengan
waktu, temperatur, dan tekanan tertentu. Temperatur yang lebih tinggi dan bertekanan
akan mengurangi waktu reaksi. Ketika konversi yang diinginkan sudah tercapai,
temperatur dan tekanan direduksi dan reaksi dihentikan dengan menambahkan
neutralizing agent (biasanya Sodium carbonate) untuk menaikkan pH menjadi 4 –
5,5.
Komponen yang tidak terlarut kemudian dihilangkan. Selanjutnya, Sirup dimurnikan
dan dilakukan pemekatan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Hidrolisis asam
memutus rantai pati secara acakyang memberikan komposisi Syrup glukosa dengan
derajat hidrolisis tertentu. Syrup glukosa dengan hidrolisis asam mempunyai DE
(dextrose equivalent) dibawah ca.30 yang cenderung berwarna gelap di bagian atas
karena endapan polimer rantai linier terpanjang. Selain itu terdapat kemungkinan
untuk mencapai DE lebih besar dari ca.55, tetapi dibutuhkan kondisi ekstrim sehingga
dapat menaikkan degradasi glukosa terlalu banyak yang sulit dihilangkan selama
pemurnian, akibatnya produk berwarna kuning.
Menurut Lloyd dan Nelson (1984), Dextrose Equivalent (DE) adalah nilai yang
menunjukkan total gula pereduksi yang dihitung sebagai D-glukosa dalam berat
18

kering. Besarnya DE berbanding terbalik dengan derajat polimerisasi. Pati yang tidak
terhidrolisis memiliki DE nol, sedangkan DE dari D-glukosa anhidrous adalah 100.
DE umumnya untuk menyatakan tingkat kemanisan gula. Nilai DE yang paling umum
pada hidrolisis dengan asam sekitar 40 – 45% karena keterbatasan konversi.
Keuntungan menggunakan hidrolisis asam antara lain adalah :
 Proses operasi singkat.
 Asam yang digunakan untuk hidrolisis mudah didapat dan tersedia di dalam
negeri.
Kekurangan menggunakan hidrolisis asam antara lain adalah :
 Menghasilkan konversi yang cukup rendah (DE sekitar 40 – 45%)
 Diperlukan peralatan yang tahan korosi.
 Menghasilkan sakarida dengan spektra-spektra tertentu saja karena proses
hidrolisis secara acak.
 Dapat menyebabkan degradasi karbohidrat maupun kombinasi produk
degradasi yang mempengaruhi warna, rasa, dan masalah teknis lainnya.

2.1.2 Hidrolisis dengan enzim


Penggunaan enzim dalam industri gula dari pati mulai dirintis sejak penemuan enzim
α-amilase dari Bacillus Subtilis oleh Fukumoto pada tahun 1940. Hidrolisis pati
dengan menggunakanenzim dilakukan dengan dua jenis enzim yaitu enzim α-amilase
dan gluokoamylase (amilglukosidase).

Gambar 2.2. Flowsheet Hidrolisis Enzim


19

- -amilase, dan glukoamilase.


-amilase bekerja dengan memutus ikatan α-1,4-glikosidik pada rantai
lurus amilum sehingga menghasilkan glukosa dalam konfigurasi alpha, maltosa dan
dekstrin. Enzim β-amilase bekerja dengan memecah ikatan α-1,4 glikosidik dan
tidak mampu melewati ikatan percabangan α-1,6 glikosidik sehingga menghasilkan
maltosa dalam konfigurasi beta. Enzim glukoamilase bekerja dengan menghidrolisis
ikatan α-1,4 dan α-1,6 glikosidik dari gugus non pereduksi sehingga menghasilkan
D-glukosa (Moo Yong, 1985).
Enzim α-amilase digunakan pada proses likuifikasi, sedangkan enzim glukoamilase
digunakan pada proses sakarifikasi. Enzim α-amilase tahan pada suhu tinggi yang
dibutuhkan untuk proses gelatinasi pati secara sempurna. Enzim α-amilase yang
tahan terhadap suhu tinggi ditambahkan pada slurry patidisertai kalsium sebagai
stabilizer enzyme yang telah diatur pH nya (6 – 6,5).pH< 6,3 lebih dipilih untuk
mencegah pembentukan maltosa yang tidak dapat dikonversi secara enzimatik
menjadi glukosa, dimana pembentukan maltosa akan mengurangi yield glukosa.
Selain itu, telah diperkenalkan kondisi operasi baru bahwa enzim α-amilase mampu
melikuifikasi pati pada pH 4,5 tanpa membutuhkan penambahan kalsium, hal
tersebut mampu mengurangi biaya bahan kimia dan pemurnian. Prosesnya adalah
slurry dipanaskan, biasanya dengan injeksi steam secara langsung pada 1030 – 1070C
selama 5 – 10 menit untuk likuifikasi pati secara sempurna, kemudian 1 – 2 jam
pada 950C untuk meningkatkan nilai DE antara 10 – 15. Temperatur dan pH diatur
dan disesuaikan dengan enzim yang digunakan untuk secondaryconversion (proses
sakarifikasi). Hidrolisis enzim-enzim dapat meningkatkan yield glukosa dan
menurunkan kebutuhan pemurnian. Kandungan glukosa maksimum selama proses
sakarifikasi juga ditentukan oleh kandungan solid pada slurry, dengan kandungan
solid 30% wt biasanya glukosa yang dihasilkan adalah 96% db. Dengan menurunkan
kandungan solid 10 – 12 % wt akan meningkatkan glukosa yang didapat menjadi 98
– 99% wt db. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan enzim - enzim adalah
sebagai berikut :

α-amilase
(C6H10O5)n n(C6H10O5)x
glukoamylase
n(C6H10O5)x x n C6H12O6
20

Kelebihan dari hidrolisis enzim-enzim adalah sebagai berikut :


 Menghasilkan konversi glukosa yang lebih besar yaitu 97%.
 Dapat mengurangi kerusakan produk yang timbul dari reverse reaction selama
proses konversi.
 Dapat mempertahankan rasa dan aroma bahan dasar.
 Tidak menyebabkan korosi pada peralatan.
 Biaya energi untuk konversi lebih rendah.
 Menghasilkan yield 20% lebih tinggi daripada yang dihasilkan dengan hidrolisis
asam-enzim.
 Mengurangi discoloration.
 Mengurangi biaya purifikasi Syrup.
 Kekurangan hidrolisis enzim-enzim adalah sebagai berikut :
 Membutuhkan kondisi operasi yang berbeda untuk setiap enzim.
 Kebutuhan enzim banyak.
 Kebutuhan enzim dipenuhi dengan impor enzim yang dibutuhkan

2.2. Pemilihan Proses


Berdasarkan beberapa macam proses hidrolisis pati yang telah diuraikan diatas, masing –
masing proses hidrolisis mempunyai kelebihan dan kekurangan, berikut merupakan
perbandingan dari beberapa macam proses hidrolisis :
Tabel 2.1. Perbandingan beberapa proses hidrolisis pati
Metode Hidrolisis
No Uraian
Asam Enzim
1. Kondisi Operasi :
- Tekanan (kg/ cm2) 3 1
- Suhu (0C) 140 - 160 60 – 105
- pH 2,3 4,5 – 6
2. Proses :
- DE (%) 30 – 55 95 – 98
- Daya korosi Tinggi Rendah
Aspek ekonomi :
3. - Kebutuhan asam Banyak Sedikit
- Biaya peralatan Mahal Murah
- Energi Besar Kecil
- Investasi Tinggi Rendah

Sumber :Tjokroadikoesoemo (1986)


21

Setelah mencermati kelebihan dan kekurangan proses hidrolisis pati diatas, maka
dipilih proses hidrolisis dengan menggunakan enzim dengan pertimbangan –
pertimbangan sebagai berikut :
- Konversi glukosa tinggi, yaitu 97%.
- Nilai DE tinggi, yaitu antara 95 – 98%.
- Kondisi operasi pada suhu dan tekanan yang rendah sehingga membutuhkan energi
yang lebih sedikit.
- Tidak terjadi reaksi samping.
- Kemungkinan korosi kecil.
- Dapat mempertahankan rasa dan aroma bahan dasar.

2.3. Tahap Produksi High Fructose Syrup (HFS)


Proses pembuatan High Fructose Syrup (HFS) dari tepung tapioka terdiri dari beberapa
tahapan proses, diantaranya adalah :
1. Tahap pembentukan Sirup glukosa
2. Tahap isomerasi Sirup glukosa menjadi Syrup fruktosa
3. Tahap penyelesaian

Berikut ini adalah uraian proses secara rinci menurut tiap tahapan prosesnya :
1. Tahap Pembentukan Syrup Glukosa
Tahap pembentukan Syrup glukosa terdiri atas persiapan bahan baku, tahap
pencampuran, likuifikasi, sakarifikasi, filtrasi, pemurnian dan pemekatan.
 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk pebuatan High Fructose Syrup (HFS) adalah
tepung tapioka yang disimpan pada tangki penampung (F-111), kemudian diangkut
dengan menggunakan bucket elevator(J-112)menuju tangki pengencer (M-110).
 Tahap Pencampuran
Pencampuran larutan pati dengan air pada tangki pengencer hingga 30 – 35 %
berat pati. Selanjutnya larutan pati encer tersebut dialirkan ke tangki pencampur I
(M-122). Di tangki pencampur I ini terjadi penambahan enzim α-amylase dan
cofactor Ca2+ (CaCl2). Penambahan enzim α-amylase yaitu antara 0,5 – 0,8 liter per
metric ton pati. Penambahan cofactor Ca2+ (CaCl2) yang berfungsi untuk
meningkatkan toleransi range suhu enzim α-amylase. Kadar maksimum Ca2+ akan
22

optimum pada 400 ppm Ca2+ untuk Optiamyl [SOEG] atau Tenase [SOE], dan
kadar maksimum 100 ppm Ca2+ untuk Optitherm [SOEG] atau Taka-Therm [SOE].
Pada proses ini dipilih enzim untuk likuifikasi yaitu Optitherm-L 420 yang berasal
dari Bacillus licheniformis diproduksi oleh Solvay Enzymes GmbH & Co (SO).
Jika kondisi operasi tidak optimal, maka akan menimbulkan kesadahan pada air
proses.
Bubur pati yang terlebih dahulu mendapat perlakuan pendahuluan di dalam tangki
pencampur (mixing tank) dipompa melalui jet cooker menuju ke holding tank dan
selanjutnya diteruskan ke tangki reaktor likuifikasi. Ke dalam jet cooker juga
diinjeksikan uap baru (life steam) sehingga suspensi pati yang mengalir
melewatinya teraduk-aduk oleh aliran turbulen dan dengan cepat dipanaskan
sampai 105-107oC (Uhlig, 1998).
Proses gelatinasi dengan menggunakan jet cooker(E-126) (steam injection system)
pada suhu 1050C yang bertujuan untuk memecah dan melarutkan pati dengan
pemanasan secara kontinu selama 5 – 10 menit. Untuk proses gelatinasi dengan
waktu yang lebih singkat (beberapa detik) adalah dengan menggunakan suhu steam
yang lebih tinggi yaitu 1200 – 1300C. Tetapi penggunaan suhu yang lebih tinggi
tidak dipilih karena jika menggunakan kondisi operasi tersebut penambahan enzim
dilakukan dua kali, yaitu pada proses pencampuran dan pada saat didinginkan atau
pada tangki likuifikasi. Pendinginan dengan menggunakan cooler(E-127) hingga
suhu 950C kemudian dialirkan ke tangki likuifikasi (R-120)untuk mengalami
proses hidrolisis.

 Likuifikasi
Merupakan tahapan I dari proses hidrolisis pati yang memutus rantai panjang
polisakarida pada tepung tapioka menjadi rantai yang lebih pendek yaitu dekstrin
(oligosakarida) dengan bantuan enzim α-amylase. Dekstrin terdiri atas campuran
oligosakarida yaitu monosakarida, disakarida, dan trisakarida. Proses ini terjadi di
reaktor likuifikasi dengan kondisi operasi pada pH 6 – 6,5 dan suhu operasi pada
900 – 950C selama 2 – 3 jam. Konversi selesai ditentukan dengan pengukuran DE
biasanya 15 – 16. Setelah itu didinginkan pada cooler(E-132) hingga suhu 600C
sebelum masuk ke reaktor sakarifikasi (R-130).
23

 Sakarifikasi
Merupakan tahap II proses hidrolisis pati yang mengubah dekstrin menjadi glukosa
dengan bantuan enzim glukoamilase. Tahapan proses sakarifikasi adalah sebagai
berikut :
- Menambahkan larutan HCl untuk menurunkan pH antara 4 – 4,5 (kondisi
optimum glukoamilase) dan menambahkan enzim glukoamilase pada tangki
pencampur II (M-133). Berdasarkan Optidex-L 300 atau Diazyme L
penambahan enzim glukoamylase 0,6 – 0,7 liter per metric ton berat kering pati.
- Membiarkan selama 48 – 72 jam agar terjadi proses sakarifikasi dalam reaktor
sakarifikasi (R-130). Nilai DE optimal dari proses sakarifikasi adalah 97 – 98.
Produk dari hidrolisis tahap II ini adalah 96% glukosa, 2 – 3% disakarida
(maltosa dan isomaltosa) dan 1 - 2% gula yang lebih tinggi(Uhlig, 1998).

Proses sakarifikasi dilakukan di dalam suatu tangki reaktor atau tangki tunggal
(sistem terputus) atau dalam sejumlah tangki yang disusun secara seri (sistem
kontinyu). Reaktor-reaktor tersebut dilengkapi dengan alat pengaduk, sistem
pendingin atau pemanas, dan isolator yang digunakan untuk membungkus dan
melindungi tangki dari kehilangan panas, sehingga suhu di dalam reaktor dapat
dijaga tetap sekitar 60-61oC. (Tjokroadikoesoemo,1986).
Suhu operasi untuk proses sakarifikasi adalah 600C karena pati mengandung
kompleks amilase lipid yang larut pada 1000C, jika hidrolisis tahap I tidak
sempurna, maka jika digunakan suhu tinggi untuk sakarifikasi akan menyebabkan
amilase larut dan berikatan lagi. Jika suhu terlalu rendah, akanmenyebabkan
turbiditas yang disebabkan oleh partikel-partikel meningkat dan mengganggu
proses filtrasi.
Dari proses sakarifikasi dihasilkan Syrup glukosa yang kemudian dilakukan
penapisan pada Rotary Vacuum Filter (H-140) untuk memisahkan filtrat yang
berupa Syrup glukosa dengan partikel-partikel kasar yang menggumpal selama
proses sebagai lumpur tapisan (cake). Selanjutnya filtrat masuk ke kation
exchanger I (D-152A) dan anion exchanger I (D-152B) untuk penghilangan zat-zat
mineral. Kemudian dilakukan pemekatan di evaporator I (V-150) yang
menghasilkanSyrup glukosa dengan kadar 50%.
24

Tepung tapioka

Air Proses Tangki Pengencer

CaCl2
Enzim α-amylase Tangki Pencampur I

Steam
Jet Cooker
T = 1050C

T = 950C Likuifikasi
t = 2 -3 jam
pH = 6 – 6,5
Enzym
glukoamylase
Tangki Pencampur II
HCl

T = 600C
Sakarifikasi t = 48 - 72 jam
pH = 4,2

Air proses Rotary Vacuum Filter Waste cake

Ion exchanger I

Steam Evaporasi I Condensate

Sirup Glukosa

Gambar 2.3. Diagram alir pembentukan sirup glukosa

2. Tahap Isomerisasi Syrup Glukosa Menjadi Syrup Fruktosa


Proses ini bertujuan untuk mengubah Syrup glukosa menjadi Syrup fruktosa dengan
menggunakan enzim glukoisomerase (glukoisomerasi enzimatik) pada reaktor
isomerasi (R-210) dengan kondisi operasi pada suhu 550 – 65 0C dan pH 7,5.
Berdasarkan Uhlig (1998), enzim glukoisomerase mampu mengubah 50% D-
glukosa menjadi D-fruktosa, reaksinya adalah sebagai berikut :
25

Gambar 2.4. Proses Glukoisemerase

Sebelum masuk ke reaktor isomerasi (R-210), Syrup glukosa dari evaporator I (V-
150) dialirkanke tangki pencampur III (M-212) dengan melakukan penambahan
MgSO4.7H2O yang merupakan aktivator enzim glukoisomerase. Penambahan
aktivator tersebutdapat berpengaruh pada aktivitas substrat menjadi dua kali lipat
dibandingkan jika tidak ada penambahan aktivator. Konsentrasi MgSO4.7H2O yang
ditambahkan adalah 0,1 g/L. Pengaturan pH pada proses ini mempengaruhi
produktivitas enzim dan waktu reaksi, pH optimum untuk proses ini adalah 7,5 dan
diatur dengan penambahan larutan NaOH.
Setelah proses isomerase selesai (telah terbentuk HFS-42) pada reaktor isomerasi
(R-210), produk didrain ke tangki pencampur IV(M-312) dan ditambahkan HCl
untuk menurunkan pH menjadi 4,5. Penurunan pH dimaksudkan agar tidak terjadi
reaksi balik fruktosa menjadi glukosa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat diagram aliran proses pengubahan
Syrup glukosa menjadi Syrup fruktosa menggunakan enzim glukoisomerase adalah
sebagai berikut :
26

Sirup Glukosa

MgSO4
Enzim NaOH Tangki pH = 7,5
glukoisomerase Pencampur III

Glukoisomerisasi T = 600C
enzimatik t = 3,2 jam

Tangki
HCl
Pencampur IV pH = 4,5

HFS-42

Gambar 2.5. Diagram alir pengubahan sirup glukosa menjadi sirup fruktosa

3. Tahap Penyelesaian
Tahap finishing terdiri dari proses filtrasi, pemurnian, dan pemekatan. Filtrasi
bertujuan untuk memisahkan padatan tak larut (seperti protein dan lipid) dari
Syrupfruktosa dengan menggunakan filter press (H-310). Unit pemurnian terdiri dari
kolom karbonasi (M-315)untuk penghilangan warna dan ion exchangeryang terdiri
atas kation exchangerII(D-322A) dananion exchangerII(D-322B) yang bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat mineral dalam Syrup atau zat warna yang mungkin
lolos dari kolom karbonasi (M-315). Selanjutnya proses pemekatan dilakukan di
evaporator II (V-320) untuk mendapatkan produk HFS-42 yang bebas dari
impuritas.

Untuk menghilangkan warna yang terbentuk selama proses pengolahan Syrup


glukosa, Syrup maltosa, HFS, atau turunan-turunan pati lainnya dapat digunakan
arang tulang, karbon aktif, atau penukar ion. Zat-zat warna tersebut dapat timbul
karena perpecahan gula ataupun bukan gula yang terjadi selama proses berlangsung
karena pengaruh pH, suhu, dan waktu. Karbon aktif yangdigunakan adalah yang
bereaksi netral. Banyaknya karbon aktif yang diperlukan adalah 0,1% bahan kering
27

gula di dalam larutan. Karbon aktif yang digunakan dapat berbentuk tepung halus
yang dibubuhkan ke dalam filtrat dan diaduk pada suhu tertentu, atau berbentuk
granuler yang dimasukkan dalam suatu kolom karbon aktif. Jika yang digunakan
adalah karbon aktif yang berbentuk tepung halus, maka filtrat bersama-sama dengan
karbon aktif yang dibubuhkan diaduk rata di dalamnya dan dapat langsung dikirim
ke alat penapisan kedua. Sebaliknya jika digunakan karbon aktif berbentuk granuler,
maka filtrat dipompa menembus butiran-butirankarbon aktif tersebut yang terlebih
dulu telah diisikan ke dalam kolom karbon aktif (Tjokroadikoesoemo, 1986).
Untuk pelunakan larutan atau Syrup digunakan resin penukar ion. Bahan penukar
ion ini memiliki ukuran butiran-butiran yang agak kasar (granular). Umumnya resin
penukar ion tahan terhadap pengaruh suhu tinggi, tahan terhadap korosi atau
pengrusakan oleh asam, basa, ataupun bahan-bahan organik lainnya, serta tahan
terhadap tekanan osmosa.
Reaksi dari resin penukar kation :
2R2SO3- Na + Ca2+ (R2SO3)2Ca + 2Na
Reaksi regenerasi resin penukar kation :
(R2SO3)2Ca + 2NaCl 2 R2SO3- Na + CaCl
Reaksi dari resin penukar anion :
RNR3OH + HCl RNR3Cl + H2O
Reaksi regenerasi resin penukar anion :
RNR3Cl + NaOH RNR3OH + NaCl + H2O
(RNR3OH + NaCl tidak bereaksi)
(Tjokroadikoesoemo, 1986)
Sirup murni hasil perlakuan karbon dan penukaran ion tersebut kemudian dipekatkan
di dalam alat penguap vakum (vacuum evaporator). Untuk keperkuaan penguapan
Syrup glukosa, Syrup maltosa, atau Syrup dekstrosa yang akan diolah lebih lanjut
sebagai HFS dan lain-lain, digunakan sistem penguapan bertingkat yang dilengkapi
pula dengan pemanas pendahuluan, separator sentrifugal di dalamnya, dan
kondensor. Sedangkan untuk pengolahan Syrup dekstrosa atau Syrup maltosa tinggi
menjadi kristal dekstrosa atau kristal maltosa, cukup digunakan alat penguap vakum
tunggal (single effect evaporator) (Tjokroadikoesoemo, 1986).
28

HFS-42

Kolom Karbonasi

Filter Press Karbon aktif

Ion Exchanger II

Steam Evaporation II Condensate

HFS-42

Gambar 2.6. Diagram alir tahap penyelesaian sirup fruktosa


29

Maka berdasarkan uraian diatas dapat dibuat diagram aliran proses pembuatan HFS
dari tepung tapioka adalah sebagai berikut :
Steam Enzim glucoamylase
CaCl2
Enzim α-amylase HCl

Tepung
tapioka Mixing Tank Jet Cooker Likuifikasi Mixing Tank II
30 – 35 %
30 – 40% wb T = 1050C T = 950C
berat pati
t = 5 – 10 menit t = 2 -3 jam
pH = 6 – 6,5

Air Proses
Steam

Evaporation I Ion exchanger I RVF Sakarifikasi

T = 600C
t = 48 - 72 jam
pH = 4,2
Condensate Waste cake

MgSO4.7H2O Enzim
NaOH glukoisomerase HCl

Glukoisomerisasi Kolom
Mixing Tank III Mixing Tank IV Karbonasi
enzimatik
pH = 7,5 pH = 4,5
T = 600C
t = 3,2 jam

Steam

Evaporation II Ion Filter Press


HFS 42
Exchanger II

Condensate Karbon aktif

Gambar 2.7. Diagram alir pembuatan HFS-42 dari tepung tapioka


30

2.4 Perhitungan Ekonomi Kasar


Perbandingan kandungan pati yang terdapat dalam bahan baku untuk menghasilkan
sirup fruktosa adalah sebagai berikut

Tabel 2.2. Perbandingan Kandungan Pati dalam Bahan Baku

No Bahan Baku Kandungan


Pati (%)
1 Jagung 69,3
2 Bulir Jagung 70
3 Tepung Jagung 73
4 Singkong 80
5 Tapioka 86
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kandungan%20pati%20pada%20tepung%20jagung&source=web&cd=7&cad=rj
a&ved=0CEQQFjAG&url=http%3A%2F%2Fbp3m.uksw.edu%2Fuploads%2Fdocuments%2Fcontoh-
2.doc&ei=RmKjULrmL4rsrAeC0YHYCQ&usg=AFQjCNFZmtwrB69JSsImd_aDHOomLf-gag
http://www.djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/22/Pemanfaatan-Pati-Manihot Utilissima-sebagai-Bahan-Baku-Edible-Film/
http://id.scribd.com/doc/60296368/18/Kandungan-Nutrisi-pada-Tepung-Tapioka

Tabel 2.3. Harga Katalis dan Produk

No BM Nama Senyawa Rp/Unit

1 36,47 Asam Klorida HCl 3.801/Kg

2 53.000 α-amilase 26.321/Kg

3 36.000 glukoamilase 36.557/Kg

4 20.000 glukoisomerase 277.837/Kg

5 180,16 Sirup Fruktosa 13.160/Kg

Sumber : www.alibaba.com

a. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis Tapioka menjadi Fruktosa menggunakan


Enzim
Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun
= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
31

Kandungan Pati dalam Tapioka = 86 %


Konversi Pati menjadi Dekstrin = 95,14% (Zusfahair, 2012)
Konversi Dekstrin menjadi Glukosa = 97% (Patent US1988/4780149)
Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 75% (Patent US1988/4199374)
 Jumlah Pati yang dibutuhkan;
Reaksi Likuifikasi

Pati Dekstrin
mA0 -
-mA0.X 100mA0.X
mA0(1-X) 100mA0.X
mA mB

Reaksi Sakarifikasi

Dekstrin Air Glukosa


Mula-mula : mB mC0 -
Reaksi : -mB.X’ -10 mB.X’ +10 mB.X’
Sisa : mB(1-X’) mC0 -10mB.X’ 10mB.X’
mB ’ mC mD

Reaksi Isomerisasi

D-glukosa D-fruktosa
Mula-mula : mD -
Reaksi : -mD.X’’ +mD.X’’
Sisa : mD(1-X’) mD.X’’
mD’ mE
32

Dimana,

Jadi,

 Jumlah Tapioka yang dibutuhkan

 Jumlah Enzim α-amilase (EA) yang dibutuhkan pada proses likuifikasi;


Banyaknya EA yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati
Jumlah Pati yang masuk = kg/jam

 Jumlah Enzim glukoamilase (EG) yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


Banyaknya EG yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati

Jumlah Dekstrin yang masuk = 3390,8 kg/jam

 Jumlah Enzim glukoisomerase (EG’)yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


33

Banyaknya EG’ yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati

Jumlah glukosa yang masuk = 3692,19 kg/jam

Pengeluaran

Komponen Massa Harga (Rp/kg) Biaya


(kg/jam) (Rp/jam)
Tapioka 4144,19 4935,00 20.451.577,65
α-amilase 2,14 26.321,00 56.326,94
Glukoamilase 2,03 36.557,00 74.210,71
Glukoisomerase 2,22 277.837,00 616.798,14
Total 4150,58 345.650,00 21.198.913,44

Pemasukan
Massa Biaya
Komponen Biaya (Rp/kg)
(kg/jam) (Rp/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 - 21.198.913,44
= Rp 28.376.425,24 / Jam

b. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis tapioka menjadi Fruktosa menggunakan


Asam Klorida dan Enzim
Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun
= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
Kandungan Pati dalam Tapioka = 86 %
Konversi Pati menjadi Glukosa = 57% (AOP_3383)
34

Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 98% (Patent US1988/4199374)


 Jumlah Pati yang dibutuhkan;

Pati Air Glukosa


Mula-mula : mA0 mB0 -
Reaksi : -mA0.X’ -1000 mA0.X +1000 mA0.X
Sisa : mA0(1-X’) mB0-1000mA0.X 1000mA0.X
mA mB mC
 Reaksi Isomerisasi

D-glukosa D-fruktosa
Mula-mula : mC -
Reaksi : -mC.X’ +mC.X’
Sisa : mC(1-X’) mC.X’’
mD’ mE

Dimana,

Jadi,

 Jumlah Tapioka yang dibutuhkan

 Jumlah Asam Klorida yang dibutuhkan


Untuk menghidrolisis pati menjadi Maltosa, dibutuhkan:
35

HCl = 0,5M
Kebutuhan = 2 L/Kg Pati

ρ HCl = 1,183 Kg/L


BM HCl = 36,5
Dengan Kadar 37%
M1 = 11,99 M
M2 = 0,5 M
Pengenceran

 Jumlah Enzim glukoisomerase (EG’) yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


Banyaknya EG’ yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati

Jumlah glukosa yang masuk = 3870 kg/jam


36

Pengeluaran

Komponen Massa Harga Biaya


(kg/jam) (Rp/kg) (Rp/jam)
Tapioka 8100 4935,00 39.973.500,00
HCl 4141,09 3.801,00 15.740.283,09
Glukoisomerase 2,32 277.837,00 644.581,84
Total 12.243,41 286.573,00 56.358.364,93

Pemasukan
Massa
Komponen Biaya (Rp/kg) Biaya (Rp/jam)
(kg/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 - 56.358.364,93
= Rp -6783026,25 / Jam

c. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis tapioka menjadi Fruktosa menggunakan


Asam Klorida
Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun
= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
Kandungan Pati dalam Tapioka = 86 %
Konversi Pati menjadi Glukosa = 57% (AOP_3383)
Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 98% (Patent US1988/4199374)
 Jumlah Pati yang dibutuhkan;

Pati Air Fruktosa


Mula-mula : mA0 mB0 -
Reaksi : -mA0.X’ -1000 mA0.X +1000 mA0.X
Sisa : mA0(1-X’) mB0-1000mA0.X 1000mA0.X
mA mB mC
37

 Jumlah Tapioka yang dibutuhkan

 Jumlah Asam Klorida yang dibutuhkan


Untuk menghidrolisis pati menjadi Maltosa, dibutuhkan:
HCl = 0,5M
Kebutuhan = 2 L/Kg Pati

ρ HCl = 1,183 Kg/L


BM HCl = 36,5
Dengan Kadar 37%
M1 = 11,99 M
M2 = 0,5 M
Pengenceran
38

Pengeluaran

Komponen Massa Harga Biaya


(kg/jam) (Rp/kg) (Rp/jam)
Tapioka 3955,8 4935,00 19.521.873
HCl 4141,09 3.801,00 15.740.283,09
Total 12.243,41 286.573,00 35.262.156,09

Pemasukan

Massa
Komponen Biaya (Rp/kg) Biaya (Rp/jam)
(kg/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 – 35.262.156,09
= Rp 14.313.182,59 / Jam

d. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis Singkong menjadi Fruktosa menggunakan


Enzim

Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun


= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
Kandungan Pati dalam Singkong = 80 %
Konversi Pati menjadi Dekstrin = 95,14% (Zusfahair, 2012)
Konversi Dekstrin menjadi Glukosa = 98% (Patent US1988/4780149)
Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 98% (Patent US1988/4199374)
 Jumlah Pati yang dibutuhkan;
Reaksi Likuifikasi
39

Pati Dekstrin

mA0 -

-mA0.X 100mA0.X

mA0(1-X) 100mA0.X

mA mB

Reaksi Sakarifikasi

Dekstrin Air Glukosa


Mula-mula : mB mC0 -
Reaksi : -mB.X’ -10 mB.X’ +10 mB.X’
Sisa : mB(1-X’) mC0 -10mB.X’ 10mB.X’
mB ’ mC mD

Reaksi Isomerisasi

D-glukosa D-fruktosa

Mula-mula : mD -
Reaksi : -mD.X’’ +mD.X’’
Sisa : mD(1-X’) mD.X’’
mD’ mE

Dimana,
40

Jadi,

 Jumlah Singkong yang dibutuhkan

 Jumlah Enzim α-amilase (EA) yang dibutuhkan pada proses likuifikasi;


Banyaknya EA yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati
Jumlah Pati yang masuk = kg/jam

 Jumlah Enzim glukoamilase (EG) yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


Banyaknya EG yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati

Jumlah Dekstrin yang masuk = 3390,8 kg/jam

 Jumlah Enzim glukoisomerase (EG’)yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


Banyaknya EG’ yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati
41

Jumlah glukosa yang masuk = 3692,19 kg/jam

Pengeluaran

Komponen Massa Harga (Rp/kg) Biaya


(kg/jam) (Rp/jam)
Singkong 4455 1500 6.682.500
α-amilase 2,14 26.321,00 56.326,94
Glukoamilase 2,03 36.557,00 74.210,71
Glukoisomerase 2,22 277.837,00 616.798,14
Total 4150,58 345.650,00 7.429.835,79

Pemasukan

Massa Biaya
Komponen Biaya (Rp/kg)
(kg/jam) (Rp/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 - 7.429.835,79
= Rp 42.145.502,89 / Jam

e. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis tapioka menjadi Fruktosa menggunakan


Asam Klorida dan Enzim
Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun
= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
Kandungan Pati dalam Tapioka = 86 %
Konversi Pati menjadi Glukosa = 57% (AOP_3383)
Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 98% (Patent US1988/4199374)
42

 Jumlah Pati yang dibutuhkan;

Pati Air Glukosa


Mula-mula : mA0 mB0 -
Reaksi : -mA0.X’ -1000 mA0.X +1000 mA0.X
Sisa : mA0(1-X’) mB0-1000mA0.X 1000mA0.X
mA mB mC

 Reaksi Isomerisasi

D-glukosa D-fruktosa
Mula-mula : mC -
Reaksi : -mC.X’ +mC.X’
Sisa : mC(1-X’) mC.X’’
mD’ mE

Dimana,

Jadi,

 Jumlah Singkong yang dibutuhkan

 Jumlah Asam Klorida yang dibutuhkan


43

Untuk menghidrolisis pati menjadi Maltosa, dibutuhkan:


HCl = 0,5M
Kebutuhan = 2 L/Kg Pati

ρ HCl = 1,183 Kg/L


BM HCl = 36,5
Dengan Kadar 37%
M1 = 11,99 M
M2 = 0,5 M
Pengenceran

 Jumlah Enzim glukoisomerase (EG’) yang dibutuhkan pada proses sakarifikasi;


Banyaknya EG’ yang dibutuhkan = 0,6 kg/ton pati

Jumlah glukosa yang masuk = 3870 kg/jam


44

Pengeluaran

Komponen Massa Harga Biaya


(kg/jam) (Rp/kg) (Rp/jam)
Singkong 8707,5 1500 13.061.250
HCl 4141,09 3.801,00 15.740.283,09
Glukoisomerase 2,32 277.837,00 644.581,84
Total 12.243,41 286.573,00 29.446.114,93

Pemasukan
Massa
Komponen Biaya (Rp/kg) Biaya (Rp/jam)
(kg/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 - 29.446.114,93
= Rp 20.129.223,75 / Jam

f. Perhitungan ekonomi kasar hidrolisis tapioka menjadi Fruktosa menggunakan


Asam Klorida
Kapasitas Produksi Fruktosa = 33.000 ton/tahun
= 3767,123 kg/jam
= 20,91 kmol/jam
Kandungan Pati dalam Tapioka = 86 %
Konversi Pati menjadi Glukosa = 57% (AOP_3383)
Konversi Glukosa menjadi Fruktosa = 98% (Patent US1988/4199374)
 Jumlah Pati yang dibutuhkan;
45

Pati Air Fruktosa


Mula-mula : mA0 mB0 -
Reaksi : -mA0.X’ -1000 mA0.X +1000 mA0.X
Sisa : mA0(1-X’) mB0-1000mA0.X 1000mA0.X
mA mB mC

 Jumlah Singkong yang dibutuhkan

 Jumlah Asam Klorida yang dibutuhkan


Untuk menghidrolisis pati menjadi Maltosa, dibutuhkan:
HCl = 0,5M
Kebutuhan = 2 L/Kg Pati

ρ HCl = 1,183 Kg/L


BM HCl = 36,5
Dengan Kadar 37%
M1 = 11,99 M
M2 = 0,5 M
Pengenceran
46

Pengeluaran

Komponen Massa Harga Biaya


(kg/jam) (Rp/kg) (Rp/jam)
Singkong 4252,5 1500,00 6.378.750
HCl 4141,09 3.801,00 15.740.283,09
Total 12.243,41 286.573,00 22.119.033,09

Pemasukan
Massa
Komponen Biaya (Rp/kg) Biaya (Rp/jam)
(kg/jam)
Fruktosa 3767,123 13.160,00 49.575.338,68

Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran


= 49.575.338,68 - 22.119.033,09
= Rp 27.456.305,59 / Jam
47

Tabel. 2.4. Perbandingan ekonomi pada bahan baku untuk proses enzim, proses asam enzim, dan asam

Bahan Harga Enzim Asam Enzim Asam


Baku
(Rp) Keuntungan Keuntungan Biaya Keuntungan Keuntungan Biaya Keuntungan Keuntungan Biaya
(Rp/Jam) (per kg) Produksi(Rp) (Rp/Jam) (per kg) Produksi(Rp) (Rp/Jam) (per kg) Produksi(Rp)

Tapioka 4935,00 28.376.425,24 7532,65 5627,34 -6783026,25 -1800,58 14960,58 14.313.182,59 3799,5 9360,5
48

2.5 Perhitungan Panas Reaksi


Jika proses ditinjau dari panas reaksinya, yaitu dengan cara memperhitungkan
nilai energi bebas Gibss (kondisi reaksi) (∆GR) dan panas reaksi pembentukan
(kondisi reaksi) (∆HR).

Bahan baku utama dan produk yang dihasilkan memiliki rumus molekul
panjang dan memiliki beberapa gugus fungsi, sehingga untuk menghitung nilai
energy bebas Gibss standar (∆G0) dan panas reaksi pembentukan standar (∆H0f)
digunakan pendekatan rumus molekul yaitu dengan kontribusi gugus fungsi.
Metode Joback pada Reid 1987 dapat digunakan untuk estimasi nilai ∆G0 dan
∆H0f . Kontribus gugus fungsi yang terdapat pada reaksi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.5. Kontribusi Gugus Fungsi pada Pati (C6H10O5)1000

Gugus ∆H0f (kJ/mol) ∆G0 (kJ/mol) Jumlah (ni)

-CH2- -26,8 -3,68 1000


-CH- 8,67 40,99 5000
-OH -208,04 -189,2 3002
-O- (ring) -138,16 -98,22 1000
-O- (nonring) -132,22 -105 999

(Sumber : Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 155, Tabel 6.1)


49

Tabel 2.6. Kontribusi Gugus Fungsi pada Dextrin (C6H10O5)10

Gugus ∆H0f (kJ/mol) ∆G0 (kJ/mol) Jumlah (ni)

-CH2- -26,8 -3,68 10


-CH- 8,67 40,99 50
-OH -208,04 -189,2 32
-O- (ring) -138,16 -98,22 10
-O- (nonring) -132,22 -105 9

(Sumber : Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 155, Tabel 6.1)

Tabel 2.7. Kontribusi Gugus Fungsi pada Glukosa (C6H12O6)

Gugus ∆H0f (kJ/mol) ∆G0 (kJ/mol) Jumlah (ni)

-CH2- -26,8 -3,68 1


-CH- 8,67 40,99 7
-OH -208,04 -189,2 5
-O- (ring) -138,16 -98,22 1
-O- (nonring) -132,22 -105 0

(Sumber : Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 155, Tabel 6.1)

Tabel 2.8. Kontribusi Gugus Fungsi pada Fruktosa (C6H12O6)

Gugus ∆H0f (kJ/mol) ∆G0 (kJ/mol) Jumlah (ni)

-CH2- -26,8 -3,68 2


-CH- 8,67 40,99 7
-OH -208,04 -189,2 5
-O- (ring) -138,16 -98,22 1
-O- (nonring) -132,22 -105 0

(Sumber : Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 155, Tabel 6.1)


50

Tabel 2.9. Nilai ∆H0f dan ∆G0 pada H2O

Gugus ∆H0f (kJ/kmol) ∆G0 (kJ/kmol)

H2O(l) -285,8 -237,13

(Sumber : Smith, J.M., Ed.6th, 2001, Appx. C4, Tabel C.4)

Kapasitas panas untuk pati, dextrin, dan fruktosa dapat dihitung menggunakan
pendekatan kontribusi gugus fungsional. Reid 1987 memberikan estimasi
perhitungan kapasitas panas berdasarkan jumlah gugus fungsi yang terdapat pada
suatu bahan untuk setiap temperatur dengan Metode Missenard (Reid, C., Ed.4th,
1987, hal. 139, Tabel. 5.11).

Tabel 2.10. Kontribusi Gugus Metode Missenard

Kapasitas Panas (J/mol K)


Gugus
273 K 298 K 323 K 348 K 373 K

-CH2- 27,6 28,2 29,1 29,9 31,0


-CH- 23,8 24,9 25,7 26,6 28,0
-OH 33,5 43,9 52,3 61,7 71,1
-O- (ring) 29,3 29,7 30,1 30,5 31,0
-O- (non 29,3 29,7 30,1 30,5 31,0
ring)

(Sumber : Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 139, Tabel. 5.11)

Berikut kontribusi gugus fungsi yang terdapat pada pati, dextrin, glukosa dan
fruktosa.
51

Tabel 2.11. Kontribusi Gugus Fungsi pada Pati, Dextrin, Glukosa dan
Fruktosa

Gugus Pati Dextrin Glukosa Fruktosa

-CH2- 1000 10 1 2
-CH- 5000 50 7 7
-OH 3002 32 5 5
-O- (ring) 1000 10 1 1
-O- (non ring) 999 9 0 0

Menghitung nilai ∆H0f untuk pati, dextrin, glukosa dan fruktosa.

∆H0f (C6H10O5)1000 = (68.29 + ∑ ∆H0f ikatan ) kJ/mol

= [68.28 + ((1000 x -26,8) + (5000 x 8,67) + (3002 x -


208,04) + (1000 x -138,16) + (999 x -132,22)]
= -878.166 kJ/mol

∆H0f (C6H10O5)10 = (68.29 + ∑ ∆H0f ikatan ) kJ/mol

= [68.28 + ((10 x -26,8) + (50 x 8,67) + (32 x -208,04)


+ (10 x -138,16) + (9 x -132,22)]
= -8.995,57 kJ/mol

∆H0f (C6H12O6) = (68.29 + ∑ ∆H0f ikatan ) kJ/mol

= [68.28 + ((1 x -26,8) + (7 x 8,67) + (5 x -208,04) + (1


x -138,16)
= -1.076,19 kJ/mol

∆H0f (C6H12O6) = (68.29 + ∑ ∆H0f ikatan ) kJ/mol


52

= [68.28 + ((2 x -26,8) + (7 x 8,67) + (5 x -208,04) + (1


x -138,16)
= -1.1102,99 kJ/mol

Menghitung nilai energi bebas Gibss standar (∆G0) untuk pati, dextrin, dan
maltosa.

∆ G0 (C6H10O5)1000 = (53,88 + ∑ G0 ikatan ) kJ/mol

= [53,88 + ((1000 x -3,68) + (5000 x 40,99) + (3002 x -


189,2) + (1000 x -98,22) + (999 x -105)]
= -569.770 kJ/mol

∆ G0 (C6H10O5)10 = (53,88 + ∑ G0 ikatan ) kJ/mol

= [53,88 + ((10 x -3,68) + (50 x 40,99) + (32 x -189,2)


+ (10 x -98,22) + (9 x -105)]
= -5.915,02 kJ/mol
0
∆ G (C6H12O6) = (53,88 + ∑ G0 ikatan ) kJ/mol
= [53,88 + ((1 x -3,68) + (7x 40-,99) + (5 x -189,2) + (1
x -98,22)]
= -707,09 kJ/mol

∆ G0 (C6H12O6) = (53,88 + ∑ G0 ikatan ) kJ/mol

= [53,88 + ((2 x -3,68) + (7x 40,99) + (5 x -189,2) + (1


x -98,22)]
= -710,77 kJ/mol
a. Reaksi dengan katalis enzim
Reaksi pertama, likuifikasi (temperatur 85

Persamaan ΔH°f
53

ΔH°f = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan

= [100 ΔH°f – [ΔH°f ]

= [100 x (-8.995,57)] - (-878.166)

= -21391 kJ/mol

Cp untuk liquifikasi diperoleh dengan mengurangi jumlah kapasitas panas


gugus fungsi produk terhadap reaktan.

Cp =

Cp = 100[(10x30,34)+ (50x27,16)+(32x65,46) +(10x30,7) + (9x30,7)]

- [(1000x30,34) + (5000x27,16) + (3002x65,46) + (1000x30,7) +


(999x30,7)]
Cp = (100 x 4339,42) – 424020,22
Cp = 9921,78 J/mol K
Sehingga untuk liquifikasi ( 85 atau 358,15 K) adalah

-21.341,43 + (9921,78 x (358,15-293,15))


= 623524,7 J/mol
= 623,5247 kJ/mol

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG°produk - ΔG°reaktan

= [100 ΔG° – [ΔG° ]

= [100 x (-5.915,02)] - (-569.769,52)


54

= -21.732,48 kJ/mol

= (-21.391) – [(358,15/298,15)x(-21.341,43 x -21.732,48)] +


[8,314 x (9921,78/8,314) x (358,15-298,15)] –
[(8,314 x 358,15) x (9921,78/8,314) x (358,15-298,15)/358,15]

= -21801.2 J/mol

= -21,8012 kJ/mol

Dan reaksi kedua, sakarifikasi (temperatur 50

Persamaan ΔHf

ΔHf = ΔHf produk - ΔHf reaktan

= [10 ΔH°f – [Δ ° ] + 10Δ ° (H2O)

= [10 x (-1.076,19)] – [10x (-0,285)) + (-8.995,07)]

= -19754,12 kJ/mol

Cp =

Cp = 10[(1x30,34)+ (7x27,16)+ (5x65,46) + (1x30,7) + (0x30,7)]

- {[(1000x30,34) + (5000x27,16) + (3002x65,46) + (1000x30,7) +


(999x30,7)] + [10x75,3]}
Cp = -247049 J/mol K
Sehingga untuk sakarifikasi ( 50 atau 323,15 K) adalah
55

-19754,12 + (722,5 x (323,15-293,15))


= -7431217,5 J/mol
= -7431,2175 kJ/mol

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG° produk - ΔG° reaktan

= [10 ΔG° –[ Δ ° +ΔG° ]

= [10 x( -707,09)] – [(10 x (-0,237)) + (-5.915,02)]

= -1153,51 kJ/mol

= (-19754,12) – [(323,15/298,15)x(-19754,12 –(-1153,51)] +


[8,314 x (722,5 /8,314) x (323,15-298,15)] –
[(8,314 x 323,15) x (722,5 /8,314) x (323,15-298,15)/323,15]

= 406,1588 J/mol

= 0.406159kJ/mol

Dan reaksi ketiga, isomerisasi (temperatur 75

Persamaan ΔHf

ΔHf = ΔHf produk - ΔHf reaktan

= [ΔH°f - ΔH°f )]
56

= [(-1.1102,99)] –(-1.076,19)]

= -100268 kJ/mo l

Cp =

Cp =[(2x29,9)+ (7x26,6)+ (5x61,7) + (1x30,5) + (0x30,5)]

- {[(1x29,9) + (7x26,6) + (5x61,7) + (1x30,5) + (0x30,5)]


Cp = 299,9 J/mol K
Sehingga untuk isomerisasi ( 75 atau 348,15 K) adalah

-100268 + (299 x (348,15 - 293,15))


= 6467.7 J/mol
= 6,4677 kJ/mol

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG° produk - ΔG° reaktan

= [ΔG° – [ΔG° ]

= [ (-764,65)] – [ (-760,97)]

= 3.68 kJ/mol

= (-116,713) – [(348,15/298,15)x (-116,713 – (-36,8)] +


[8,314 x (299/8,314) x (348,15-298,15)] –
57

[(8,314 x 348,15) x (299/8,314) x (348,15-298,15)/348,15]

= 1677,205 J/mol

= 1,6777205 kJ/mol

b. Reaksi dengan katalis asam dan enzim (temperatur 180 )


Asam

Persamaan ΔH°r

ΔH°f = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan

= [1000ΔH°f – [ΔH°f
Δ ° ]

= [(1000x(-1.076,19)]– [(-878.234) + (1000 x (-0,2858))]

= -197.670 kJ/mol

Cp =

Cp = 1000[(1x34,52)+ (7x32,48)+ (5x101,18) + (1x32,6) + (0x32,6)]

- {[(1000x34,52) + (5000x32,48) + (3002x101,18) + (1000x32,6) +


(999x32,6)] + (1000x76,27)}
Cp = 161380,2 J/mol K = 161,3802 kj/mol K

Sehingga untuk katalis asam ( 180 atau 453,15 K) adalah


58

-198.241,8 + (-470.393,76 x (453,15-293,15))


= -75460672/mol
= -75460.672kJ/mol

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG° produk - ΔG° reaktan

= [1000 ΔG° – [ΔG°


Δ ° ]

= [(1000x(-707,09))]– [(-569823) + (1000 x (-0,2858))]

= -137553 kJ/mol

= (-197670)–[(453,15/298,15)x( -197670- -108964,1)] +[8,314 x


(161380,2/8,314) x (453,15-298,15)] – [(8,314 x 453,15) x
(161380,2/8,314) x (453,15-298,15)/453,15]

= -62848.2 J/mol

= -62,8482 kJ/mol

Dan reaksi ketiga, isomerisasi (temperatur 75

Persamaan ΔHf

ΔHf = ΔHf produk - ΔHf reaktan


59

= [ΔH°f - ΔH°f )]

= [(-1.1102,99)] –(-1.076,19)]

= -100268 kJ/mo l

Cp =

Cp =[(2x29,9)+ (7x26,6)+ (5x61,7) + (1x30,5) + (0x30,5)]

- {[(1x29,9) + (7x26,6) + (5x61,7) + (1x30,5) + (0x30,5)]


Cp = 299,9 J/mol K
Sehingga untuk isomerisasi ( 75 atau 348,15 K) adalah

-100268 + (299 x (348,15 - 293,15))


= 6467.7 J/mol
= 6,4677 kJ/mol

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG° produk - ΔG° reaktan

= [ΔG° – [ΔG° ]

= [ (-764,65)] – [ (-760,97)]

= 3.68 kJ/mol

= (-116,713) – [(348,15/298,15)x (-116,713 – (-36,8)] +


[8,314 x (299/8,314) x (348,15-298,15)] –
60

[(8,314 x 348,15) x (299/8,314) x (348,15-298,15)/348,15]

= 1677,205 J/mol

= 1,6777205 kJ/mol

c. Reaksi dengan katalis asam (temperatur 180 )

Persamaan ΔH°r

ΔH°f = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan

= [1000ΔH°f – [ΔH°f
Δ ° ]

= [(1000x(-1.076,19)]– [(-878.234) + (1000 x (-0,2858))]

= -197.670 kJ/mol

Cp =

Cp = 1000[(1x34,52)+ (7x32,48)+ (5x101,18) + (1x32,6) + (0x32,6)]

- {[(1000x34,52) + (5000x32,48) + (3002x101,18) + (1000x32,6) +


(999x32,6)] + (1000x76,27)}
Cp = 161380,2 J/mol K = 161,3802 kj/mol K
Sehingga untuk katalis asam ( 180 atau 453,15 K) adalah

-198.241,8 + (-470.393,76 x (453,15-293,15))


= -75460672/mol
= -75460,672 kJ/mol
61

Persamaan ΔG°

ΔG° = ΔG° produk - ΔG° reaktan

= [1000 ΔG° – [ΔG°


Δ ° ]

= [(1000x(-707,09))]– [(-569823) + (1000 x (-0,2858))]

= -137553 kJ/mol

= (-197670)–[(453,15/298,15)x( -197670- -108964,1)] +[8,314 x


(161380,2/8,314) x (453,15-298,15)] – [(8,314 x 453,15) x
(161380,2/8,314) x (453,15-298,15)/453,15]

= -62848.2 J/mol

= -62,8482 kJ/mol
Tabel 2.12. Perbandingan Kondisi Operasi Proses Enzim dan Asam

Metode
Metode Katalis Asam- Metode
Parameter Katalis
Enzim Katalis Enzim
Asam
Katalis
Likuifikasi Sakarifikasi Isomerisasi
Asam
Faktor Termodinamika
Temperatur
180 180 60 95 60 60
(oC)
Tekanan
3 1-3 4
(kg/cm2)
pH 2,3 1,8-2 6,5 4,2 4,2
∆H(kJ/mol) -75460,672 -75460,672 6,4677 ∆H -89.590,90 -89.590,90
∆G(kJ/mol) -137553 -137553 3.68 ∆G -99.401,77 -99.401,77
BAB III
SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

3.1 Spesifikasi Bahan Baku


1. Tepung Tapioka
Tepung Tapioka yang digunakan berasal dari PT. Sinar Labuhan Jl. Jend.
Gatot Subroto Teluk Betung Bandar Lampung
Dengan sifat-sifat fisika antara lain adalah:
a. Tepung tapioca berbentuk serbuk halus dengan warna putih khas
tepung
b. Serbuk halusnya berbentuk granular oval dengan 5-35 µm
c. Baunya khas tepung
d. Dapat larut dalam air
e. Mempunyai kemampuan untuk merekatkan yang tinggi karena tapioca
sebgai bahan restrukturisasi yang menentukan kemampuan saling
mengikat
f. Tidak mudah menggumpal
g. Tidak mudah pecah atau rusak (mempunyai suhu gelatinasi relative
rendah 52-64 0C)
h. Mudah mengembang dalam air panas

2. Sifat Kimia
a. Kadar air 12 %
b. pH 5-7
64

c. Abu 0,162 %
d. Kadar Pati 86,9 %
e. Kadar Amilosa 17,41 %
f. Kadar Amilopektin 82,13 %

3.2 Spesifikasi Bahan Baku Pendukung


1. Enzim α-amilase
a. Fase : Padat
b. Densitas : 1,25 kg/liter
c. Titik didih : 118 0C pada 1 atm
d. Titik leleh : 1,67 0C pada 1 atm
e. Viskositas : 1,22 cp
f. Suhu optimal : 96,5 – 97,5 0C
g. Lama operasi : 2-3 Jam
h. pH operasi : 6,3 -6,5
i. Dosis : 0,5 – 0,8 L/ton pati
(Uhlig, 1998)
2. Enzim Glukoamilase
a. Fase : Padat
b. Dosis : 1,5 – 5 ml/kg pati
c. Densitas : 1,25 gr/ml
d. Suhu optimal : 60 0C
e. Lama operasi : 24 – 48 jam
f. pH operasi : 4,0 – 4,5

(Uhlig, 1998)
65

3. Enzim Glukoisomerase
a. Suhu optimal : 60 - 62 0C
b. Lama operasi : 15 Menit
c. pH operasi : 7,4 – 7,6
d. Dosis : 0,3 L/kg glukosa
e. Densitas : 0,33 kg/L

(Uhlig, 1998)
4. Karbon aktif
a. Luas permukaan 500 m2 – 1500 m2
b. Diperoleh dari proses fisika yaitu melalui proses pembakaran
c. Tidak dapat mengikat dengan baik senyawa kimia seperti alcohol,
ammonia, asam kuat, logam, basa, dan senyawa anorganik
d. Bilangan iodinnya 2 nm
e. Bilangan molekulnya 95 – 600
f. Memiliki daya adsorptivitas yang tinggi
g. Densitas berkisar antara 0,08 – 0,5 g/cm3

5. HCL
a. Tidak berwarna
b. Tidak berbau
c. Titik leleh : -74 0 C
d. Titik didih : 53 0C
e. Berat Molekul : 36,46 g/mol
f. Specific gravity : 1,18
66

6. NaOH

1. Sifat Kimia
a. berwarna putih atau praktis putih
b. berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain
c. Sangat basa dan mudah terionisasi membentuk ion natrium dan
hidroksida
d. keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur
e. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab
f. mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter
g. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air
2. Sifat Fisik
a. Massa molar 39,9971 g/mol
b. Densitas 2,1 g/cm³
c. Titik lebur 318 °C (591 K)
d. Titik didih 1390 °C (1663 K)
e. Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 °C)
f. Kebasaan (pKb) -2,43

3.3 Spesifikasi Produk Utama


1. Sirup Fruktosa
a. Rumus Molekul : C6H12O6
b. Berat Molekul : 180,16 g/mol
c. Densitas : 1,694 g/cm3
d. Melting point : 102 – 103 0C
e. Fase : cair
f. Kadar Fruktosa : minimal 42 %
(SNI 01 – 2985 – 1992)
IV. NERACA MASSA DAN ENERGI

Kapasitas Produksi = 33.000 ton/tahun

Waktu Operasi = 330 hari/tahun

Bahan Baku = Tepung Tapioka

Produk = Sirup Fruktosa

Perhitungan neraca massa pada perancangan pabrik Fruktosa dari Tepung Tapioka

seperti di bawah ini:

Basis perhitungan = 1 Jam

Satuan = Kilogram

Waktu Operasi = 330 hari/tahun

Kapasitas Produksi = 33.000 ton/tahun

= 4.166,667 kg/jam

Untuk memproduksi Maltosa sejumlah 4.166,667 kg/jam, maka kebutuhan

Tepung tapioka yang harus disediakan sebanyak 4.166,667 kg/jam.

Secara umum, persamaan neraca massa adalah sebagai berikut :

{Massa masuk} – {Massa keluar} + {Massa tergenerasi} – {Massa terkonsumsi}

= {Akumulasi massa}

(Himmelblau, 1996 : 144)


68

4.1 Neraca Massa

1. Mixing Tank (MT-101)

Tabel 4.1. Neraca Massa pada Mixing Tank (MT-101)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F1 F2 F3
Pati (C6H10O5)1000 11.072,434 - 11.072,434
Air Proses - 9.676,144 9.676,144
Massa Total 20.921,848 20.921,848

2. Gelatination Tank (GT-101)

Tabel 4.2. Neraca Massa pada Gelatination Tank (GT-101)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F3 F4 F5
Pati (C6H10O5)1000 9.627,763 - 9.627,763
Air 11.017,071 1.101,707 9.915,364
Massa Total 20,644.834 20,644.834
69

3. Reaktor Likuifikasi (RE-201)

Tabel 4.3. Neraca Massa pada Reaktor Likuifikasi (RE-201)

Massa
Massa Masuk
Keluar
Komponen
(Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F5 F6 F7
Pati, (C6H10O5)1000 9.627,763 - 4.821,006
Air, H2O 9.915,364 - 9.915,364
Dekstrin, (C6H10O5)10 - - 4.806,757
a-amylase - 5,777 5,777
Massa Total 19,548.904 19,548.904

4. Reaktor Likuifikasi (RE-202)

Tabel 4.4. Neraca Massa pada Reaktor Likuifikasi (RE-202)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F7 F8
Pati, (C6H10O5)1000 4.821,006 234,301
Air, H2O 9.915,364 9.915,364
Dekstrin, (C6H10O5)10 4.806,757 9.393,46
a-amylase 5,777 5,777
Massa Total 19.548,904 19.548,904
70

5. Centrifuge (CF-201)

Tabel 4.5. Neraca Massa pada Centrifuge (CE-201)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F8 F9 F10
Pati (C6H10O5)1000 234,301 234,301 -
Air 9.915,364 198,307 9.717,057
Dekstrin, (C6H10O5)10 9.393,46 96,135 9.205,593
a-amilase 5,777 0,116 5,661
Massa Total 19,548.904 19,548.904

6. Reaktor Sakarifikasi (RE-301)

Tabel 4.6. Neraca Massa pada Reaktor Sakarifikasi (RE-301)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F10 F11 F12 F13
Dekstrin, (C6H10O5)10 8.976,656 - - 3.927,934
Air, H2O 9.825,672 - - 9.130,650
Glukosa, C6H12O6 - - - 5.864,065
a-amylase 5,661 - - 5,661
HCl - 0,052 - 0,0525
Glukoamylase - - 6,194 6,352
Jumlah 18.934,715 18.934,715
71

7. Reaktor Sakarifikasi (RE-302)

Tabel 4.7 Neraca Massa pada Reaktor Sakarifikasi (RE-302)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F13 F14
Dekstrin, (C6H10O5)10 3.927,934 117,838
Air, H2O 9.130,650 8.707,306
Glukosa, C6H12O6 5.864,065 10.097,505
a-amylase 5,661 5,661
HCl 0,052 0,052
Glukoamylase 6,352 6,352
Jumlah 18.934,715 18.934,715

8. Reaktor Isomerisasi (RE-401)

Tabel 4.8. Neraca Massa pada Reaktor Isomerisasi (RE-401)

Komponen Massa Masuk Massa Keluar


(Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F14 F15 F16 F17
Dekstrin,(C6H10O5)10 117,838 - - 117,838
Air, H2O 8.707,306 - - 8.707,306
glukosa, C6H12O6 10.097,55 - - 4.856,900
a-amylase 5,661 - - 5,661
HCl 0,052 - - 0,052
Glukoamylase 6,352 - 6,352
Glukoisomerase - - 1,999306 1,999306
NaOH - 0,0112 - 0,011212604
HFS - - - 5.240,605
Jumlah 18.936,726 18.936,726
72

9. Reaktor Isomerisasi (RE-402)

Tabel 4.9. Neraca Massa pada Reaktor Isomerisasi (RE-402)

Komponen Massa Masuk Massa Keluar


(Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F17 F18
Dekstrin,(C6H10O5)10 117,838 117,838
Air, H2O 8,707.306 8,707.306
glukosa, C6H12O6 10,097.55 1,214.225
a-amylase 5,661 5,661
HCl 0,052 0,052
Glukoamylase 6,352 6,352
Glukoisomerase 1,999306 1,999306
NaOH 0,0112 0,0112
HFS 5.240,605 8.883,280
Jumlah 18.936,726 18.936,726
73

10. Adsorber (AD-501)

Tabel 4.10. Neraca Massa pada Adsorber (AD-501)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F18 Teradsorp F19
Dekstrin,
117,838 - 117,838
(C6H10O5)10
Air, H2O 8.707,306 - 8.707,306
Glukosa, C6H12O6 1.214,225 - 1.214,225
a-amylase 5,661 5,661 -
HCl 0,052 - 0,052
Glukoamylase 29,114 29,114 -
Glukoisomerase 1,999306 1,999306 -
NaOH 0,01121260 - 0,01121260
HFS 8.883,280 - 8.883,280
Massa Total 18.936,726 18.936,726

11. Adsorber Kation Exchanger (AD-502)

Tabel 4.11. Neraca Massa pada Adsorber Kation Exchanger (AD-502)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F19 Teradsorp F20
Dekstrin,(C6H10O5)10 117,838 - 117,838
Air, H2O 8.707,306 - 8.707,306
Glukosa, C6H12O6 1.767,06340441 - 1.767,063
NaOH 001121257 0,01121257 0,01121257
HCl 0,052 - 0,052
HFS 8.330,442 - 8.330,442
Massa Total 18.922,713 18.922,713
74

12. Adsorber Anion Axchanger (AD-503)

Tabel 4.12. Neraca Massa pada Adsorber Anion Axchanger (AD-503)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F20 Teradsorp F21
Dekstrin,(C6H10O5)10 117,838 - 117,838
Air, H2O 8.707,306 - 8.707,306
Glukosa, C6H12O6 1.767,06340441 - 1.767,063
HCl - 0,052 -
HFS 8.330,442 - 8.330,442
Massa Total 18.922,702 18.922,702

13. Evaporator (EV-501)

Tabel 4.13. Neraca Massa pada Evaporator (EV-501)

Massa Masuk Massa Keluar


Komponen (Kg/ Jam) (Kg/ Jam)
F21 F22 F23
Dekstrin,(C6H10O5)10 117,838 - 117,838
Air, H2O 8.707,306 7.227,064 1.480,242
Glukosa, C6H12O6 1.214,225 - 1.214,225
HFS 8.883,280 - 8.883,280
Massa Total 18.922,650 18.922,650
75

4.2 Neraca Energi

Perhitungan neraca energi pada prarancangan pabrik fruktosa dari Tepung

tapioka seperti di bawah ini:

Basis perhitungan : 1 jam

Satuan : kJ/jam

Waktu operasi : 330 hari/tahun

Temperatur referensi : 25oC (298,15 K)

Tekanan referensi : 1 atm

Neraca Energi:

{(Energi masuk ) – (Energi keluar) + (Generasi energi) – (Konsumsi energi)}

= {Akumulasi energi}

(Himmelblau,ed.6,1996)

Entalpi bahan pada temperatur dan tekanan tertentu adalah :

∆H = ∆HT – ∆Hf

(Himmelblau,ed.6,199)

Keterangan:

∆H = Perubahan entalpi

∆HT = Entalpi bahan pada suhu T

∆Hf = Entalpi bahan pada suhu referensi (25 oC)


76

Enthalpi bahan untuk campuran dapat di rumuskan sebagai berikut :

∆H = Σn Cp dT

(Himmelblau,ed.6,1996)

Keterangan :

∆H = Perubahan entalpi

n = mol

Cp = Kapasitas panas, kJ/mol.K

dT = Perbedaan termperatur (K)

Kapasitas panas

Kapasitas panas
a. Pati, Dekstrin, Glukosa, dan Fruktosa
 2

 A  B T   D T   dT
T T

T Cp dT  T   100K   100K  
ref ref 

T
B D
 Cp dT  A(T  Tret )  (T 2  Tref ) (T 3  Tref
2 3
)
Tref
200 30.000

b. Air, HCl, NaOH


T T

 Cp dT   (A  BT  CT  DT 3  ET 4 ) dT
2

Tref Tref

T
B 2 C D
 Cp dT  A(T  T ) (T  Tref )  (T 3  Tref )  (T 4  Tref
2 3 4
ret )
Tref
2 3 4

Keterangan :
Cp = Kapasitas panas (kJ/mol K)
A,B,C,D,E = Konstanta
Tref = Temperatur referensi = 298,15 K
T = Temperatur operasi (K)
77

Tabel 4.14. Data Konstanta Cp (kJ/mol.K)


Komponen A B C D
Pati1 12.538,269 5.418,272 - 42,821
Dekstrin1 120,402 55,739 - -0,055
Dekstrosa1 6,516 3,398 - 1,238
H2O(l)2 8,712 0,001 -0,0000002 -
HCl (l) 2 3,156 0,001 - 15.100,000
H2O(g)2 3,470 0,001 12.100,000
NaOH 0,121 0,016316 - 0,967
Fruktosa 7,976 4,86330 - 0,967
Sumber: (1. Perry’s, Ed.8th, Hal:2-496, 2. Smith, J. M., Ed.6th,App. C, Table
C.3)

1. Gelatination Tank (GT-101)

Tabel 4.15. Neraca energi Gelatination Tank (GT-101)


Panas Masuk Panas Keluar
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q3 Steam Q4 Q5 Steam
Pati
72.180,111 - - 1.156.588,997 -
(C6H10O5)1000
Air 230.818,419 - 146,861.553 3.129.670,825 -
Steam - 5,074,745.684 - - 944.622,838
Panas Total 5,377,744.214 5,377,744.214
78

2. Cooler (CL-101)

Tabel 4.16. Neraca Energi Cooler (CL-101)


Panas Masuk Panas Keluar
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q5 CW Q6 CW
Pati (C6H10O5)1000 1,156,588.997 - 993,201.670 -
Air 3,129,670.825 - 2,710,705.544 -
CW - 145.133,424 - 727.486,033
Panas Total 4.431.393,247 4.431.393,247

3. Reaktor Likuifikasi (RE-201)

Tabel 4.17. Neraca energi Reaktor Likuifikasi (RE-201)


Panas
Panas Masuk
Reaksi
Komponen
(kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q6 Q7 CW Qgen
Pati (C6H10O5)1000 993.201,670 - -
491.076,81
Air 2.710.705,544 - -
0
a-amilase - 1,927 -
Dekstrin,(C6H10O5)10 - - -
93.360,08
CW - -
6
Panas Total 4.319.422,821

Panas Keluar
(kJ/ Jam)
Q8 CW
497.335,804 -
2.710.705,544 -
1,927 -
487.635,666 -
623.743,880
4.319.422,821
79

4. Reaktor Likuifikasi (RE-202)

Tabel 4.18. Neraca energi Reaktor Likuifikasi (RE-202)


Panas
Panas Masuk Panas Keluar
Reaksi
Komponen
(kJ/ Jam) (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q8 CW Qgen Q9 CW
Pati (C6H10O5)1000 497.335,804 24.170,520
Air 2.710.705,544 2.710.705,544
a-amilase 11.927 1,927
468.595,470

Dekstrin,(C6H10O5)10 487.635.666 952.947,526


CW 118.740,190 595.189,084
Panas Total 4.283.014,601 4.283.014,601

5. Cooler (CL-201)

Tabel 4.19. Neraca Energi Cooler (CL-201)


Panas Masuk Panas Keluar
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q10 CW Q11 CW
Pati (C6H10O5)1000 24.170,520 12.654,911
Air 2.710.705,544 1.456.892,014
α-amilase 1,927 1.037

Dekstrin,(C6H10O5)10 952.947,526 4999.109,801


CW 428.449,532 2.147.617,286
Panas Total 4.116.275,049 4.116.275,049
80

6. Reaktor Sakarifikasi (RE-301)

Tabel 4.20. Neraca Energi Reaktor Sakarifikasi (RE-301)


Panas Masuk Panas Reaksi
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q11 Q12 Q13 CW Qgen
Dekstrin,(C6H10O5)10 489.127,605 - - -
261.008,861
Air 1.427.754.174 - - -
-
a-amilase 1.017 - - -
HCl - 1,338 - -
-
Glukoamilase - - 1,046 -
-
Glukosa (C6H12O6) - - - -
-
CW 86.503,261
Panas Total 2.264.397,301

Panas Keluar
(kJ/ Jam)
Q14 CW
208.705,858 -
1.341.591,840 -
1,017 -
1,338 -
1,046 -
280.495,780 -
- 433.600,424
2.264.397,301
81

7. Reaktor Sakarifikasi (RE-302)

Tabel 4.21. Neraca Energi Reaktor Sakarifikasi (RE-302)


Panas
Panas Masuk Panas Keluar
Reaksi
Komponen
(kJ/ Jam) (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q14 CW Qgen Q15 CW
Dekstrin,(C6H10O5)10 208.705,858 - 6.261.176 -
Air 1.341.591,840 - 1.351.833,640 -
a-amilase 1,017 - 1,017 -
188.429,951
HCl 1,338 - 1,338 -
Glukoamilase 1.046 - 1,046 -
Glukosa (C6H12O6) 280.496,780 - 482.993,908 -
CW - 44.394.580 - 222.529,284
Panas Total 2.063.621,408 2.063.621,408

8. Reaktor Isomerisasii (RE-401)

Tabel 4.22. Neraca Energi Isomerisasi (RE-401)


Panas Masuk Panas Reaksi
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q15 Q16 Q17 CW Qgen
Dekstrin,(C6H10O5)10 6.261,176 - - -
277.056,876
Air 1.279.3888,725 - - -
a-amilase 1.017 - - -
HCl 1,338 - - -
Glukoamilase 1,046 - - -
-
Glukosa (C6H12O6) 338.095,735 - -
-
NaOH - 0,00000045 -
- - 0,0001315 -
Glukoisomerisasi
-
CW 25.508,414
Panas Total 2.071.213,544
82

Panas Keluar
(kJ/ Jam)
Q18 CW
6.261,176
1.279.3888,725
1,017
1,338
1,046
280.495,780
174.703,532
- 127.861,758
2.071.213,544

9. Reaktor Isomerisasi (RE-402)

Tabel 4.23. Neraca Energi Reaktor Isomerisasi (RE-402)


Komponen Panas Masuk Panas Panas Keluar
Reaksi
(kJ/ Jam) (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q18 CW Qgen Q19 CW
Dekstrin,(C6H10O5)10 6.261,175 - 484.849,534 6.261.176 -
Air 1.279.3888,725 - - 1.351.833,640 -
a-amilase 1,017 - 1,017 -
HCl 1,338 - 1,338 -
Glukoamilase 1.046 - 1,046 -
Glukosa (C6H12O6) 388.095,735 - 482.993,908 -
NaOH 0,00000045 - - -
Glukoisomerisasi 0,0001315 - - -
HFS 480.434,714 - - -
CW - 1.100,258 - 5.515,007
Panas Total 2.109.699,873 2.109.699,873
83

8. Evaporator (EV-501)

Tabel 4.24. Neraca energi Evaporator (EV-501)


Panas Masuk
Aliran Panas Panas Keluar (Kj/jam)
(Kj/jam)
Qf 1.378.504,28 0,000

Qs in 11.254.888,53 0,000

QV - 9.122.497

QL - 3.510.895

Total 12.633.392,80 12.633.392,80

9. Cooler (CL-303)

Tabel 4.25. Neraca Energi Cooler (CL-501)


Panas Masuk Panas Keluar
Komponen (kJ/ Jam) (kJ/ Jam)
Q20 CW Q21 CW
Dekstrin,(C6H10O5)10 13.919,125 1.708,836
Air 467.221,414 63.075,650
Glukosa (C6H12O6) 195.431,386 129.002,899
HFS 480.434,714 158.889,407
CW - 220.5777,948 - 1.105.654,176
Panas Total 1.377.584,587 1.377.584,587
BAB V
SPESIFIKASI ALAT

5.1 Peralatan Proses


Peralatan proses Pabrik Sirup Fruktosa dengan kapasitas 33.000 ton/tahun terdiri
dari :

1. Solid Storage (SS-106)


Tabel. 5.1. Spesifikasi Solid Storage (SS-106)
Alat : Solid Storage (Bin)
Kode : ST-106
Fungsi : Untuk menyimpan bahan baku tapioka selama30 hari.
Bahan : Stainless Steel Tipe-316
Konstruksi
Kondisi
Temperatur : 30C
Tekanan : 1 atm
Laju Alir : 4.166,666 kg/jam
Kapasitas : 37.835,762 ft3 (1071,43 m3)
Dimensi
Tebal Atap : 1/2 in
Diameter Shell : 45ft = 15 m = 590,552 in
Tinggi Shell : 48 ft = 18 m = 708,662 in
Tebal Shell : 1/2in
85

Diameter Konis : 11,250 ft = 3,750 m = 147,638 in


Tinggi Konis : 9,737 ft = 2,968 m = 116,843 in
Tebal Konis : 2 in

2. Tangki Enzim α-amilase (ST-101)


Tabel. 5.2. Spesifikasi Tangki Enzim α-amilase (ST-101)
Alat Tangki Penyimpanan Enzim α-amilase
Kode ST-101
Fungsi Menyimpan produk sebanyak 4.159,1935 kg
Bentuk Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical.
Kapasitas 3,466 m3
Dimensi Diameter shell (D) = 5,7979 ft
Tinggi shell (Hs) = 5,7979 ft
Tebal shell (ts) = 0,1875 in
Tinggi atap = 1,2374 ft
Tinggi total = 7,0354 ft
Tekanan Desain 16,9389 psi
Bahan Carbon Steel SA-283 Grade C
86

3. Tangki Enzim Glukoamilase (ST-102)


Tabel. 5.3. Spesifikasi Tangki Enzim Glukoamilase (ST-102)
Alat Tangki Penyimpanan Enzim Glukoamilase
Kode ST-102
Fungsi Menyimpan produksebanyak 4.573,338 kg
Bentuk Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical.
Kapasitas 4,9710 m3
Dimensi Diameter shell (D) = 6,0698 ft
Tinggi shell (Hs) = 6,069 ft
Tebal shell (ts) = 0,188 in
Tinggi atap = 1,308 ft
Tinggi total = 7,378 ft
Tekanan Desain 18,678 psi
Bahan Carbon Steel SA-283 Grade C

4. Storage Tank HCl (ST-104)


Tabel. 5.4. Spesifikasi Storage Tank HCl (ST-104)
Alat Tangki Penyimpanan HCl
Kode ST-104
Fungsi Menyimpan produksebanyak 37,785 kg
Bentuk Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical.
Kapasitas 0,0336 m3
Dimensi Diameter shell (D) = 1,2357 ft
Tinggi shell (Hs) = 1,2356 ft
Tebal shell (ts) = 0,1365 in
Tinggi atap = 0,3953 ft
Tinggi total = 1,6310 ft
87

Tekanan Desain 16,6265 psi


Bahan Carbon Steel SA-283 Grade C

5. Storage Tank NaOH (ST-105)


Tabel. 5.5. Spesifikasi Storage Tank NaOH (ST-105)
Alat Tangki Penyimpanan NaOH
Kode ST-105
Fungsi Menyimpan produk sebanyak 8,0730 kg
Bentuk Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical.
Kapasitas 0,0038
Dimensi Diameter shell (D) = 0,5973 ft
Tinggi shell (Hs) = 0,5973 ft
Tebal shell (ts) = 0,1304 in
Tinggi atap = 0,2857 ft
Tinggi total = 0,8830 ft
Tekanan Desain 16,0909 psi
Bahan Carbon Steel SA-283 Grade C
88

6. Storage Tank Produk (ST-601)


Tabel. 5.6. Spesifikasi Storage Tank Produk (ST-106)
Alat Tangki Penyimpanan Produk
Kode ST-601
Fungsi Menyimpan produksebanyak 1.052.602,6763 kg
Bentuk Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical.
Kapasitas 660,3951 m3
Dimensi Diameter shell (D) = 35 ft
Tinggi shell (Hs) = 24 ft
Tebal shell (ts) = 0,93 in
Tinggi atap = 6,26 ft
Tinggi total = 30,2601 ft
Tekanan Desain 34,5990 psi
Bahan Carbon Steel SA-283 Grade C

7. Tangki Pencampuran (TP-101)


Tabel.5.7. Spesifikasi Tangki Pencampuran (TP-101)
Alat :Tangki Pencampuran
Kode : TP-101
Fungsi : Mencampurkan hasil keluaran Roller Crusher
(RC-101) yang telah hancur dengan air.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 30°C
89

Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 21.299,7533
Dimensi Shell
Diameter : 10 ft (3,048 m)
Tinggi : 6 ft (1,828 m)
Tebal : 1/4in
Dimensi Head
Atas : 1,9268 ft (0,587m)
Bawah : 1,9268 ft (0,587m)
Tebal :¼ in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 3,4251 ft (1,0440 m)
Lebar : 0,6850 ft (0,2088 m)
Tinggi : 3,4251 ft (1,0440 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 34,8320 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,8563 ft (0,2610 m)
Tinggi : 10,2754 ft (3,1320 m)
Jumlah : 1 Buah
90

8. Tangki Gelatinasi (TG-101)


Tabel.5.8. Spesifikasi Tangki Gelatinasi (TG-101)
Alat :Tangki Gelatinasi
Kode : TG-101
Fungsi : Memanaskan pati hingga menjadi gel.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 100°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 1.766,1045 L
Dimensi Shell
Diameter : 6,247 ft (1,9041 m)
Tinggi : 6,247 ft (1,9041 m)
Tebal : 3/16 in
Dimensi Head
Atas : 4,4408 (1,3535 m)
Bawah : 4,4408 (1,3535m)
Tebal :3/16 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 2,0823 ft (0,6347m)
Lebar : 0,4165 ft (0,1269 m)
Tinggi : 2,0823 ft (0,6347 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 2,8686 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,5206ft (0,1587 m)
91

Tinggi : 6,2468 ft ft (1,9041 m)


Dimensi Coil
IPS : 0,5 ft (0,152 m)
OD : 0,552 ft (0,154 m)
ID : 0,505 ft (0,154 m)
Pitch : 1,5 ft (0,4572 m)
Panjang : 378,330 ft (115,315 m)
Jumlah lilitan : 3 buah lilitan
Jumlah : 1 Buah

9. COOLER (CL-101)
Tabel.5.9. Spesifikasi COOLER (CL-101)
Fungsi : Mendinginkan hasil keluaran Tangki Gelatinasi
(TG-101) dari suhu 100 oC menjadi 90 oC.
Kode Alat : CL-101
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Bahan Konstruksi : Stainless Steel Tipe-321
Dimensi
InnerPipe
IPS : 1 1/4 in
Sch. No. : 40
ID : 0,364 in
OD : 0,540 in
a" : 0,435 ft2/ft
Annulus
IPS : 2 in
Sch. No. : 40
ID : 2,067 in
OD : 2,380 in
92

a” : 0,622 ft2/ft
Surface area : 24,795 ft2
Pressure drop Inner pipe (ΔPp) : 0,006 psi
Annulus (ΔPa) : 4,217 psi
Fouling factor : 0,003 (hr)(ft2)(oF)/Btu
Jumlah Hairpins : 4 buah

10. Reaktor Likuifikasi (RE-201)


Tabel.5.10. Spesifikasi Reaktor Likuifikasi (RE-201)
Alat :Reaktor Likuifikasi
Kode :RE- 201
Fungsi : Menguraikan Pati menjadi dekstrin.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 90°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 760,5450 L
Dimensi Shell
Diameter : 5,4758 ft (1,669 m)
Tinggi : 5,4758 ft (1,669 m)
Tebal : 3/16 in
Dimensi Head
Atas : 1,0710 (0,3264m)
Bawah : 1,0710 (0,3264m)
Tebal :3/16 in (Atas dan Bawah)
93

Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 1,8253ft (0,5564 m)
Lebar : 0,4563ft (0,1391 m)
Tinggi : 1,8253ft (0,5564 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 1,4962 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,4563 ft (0,1391 m)
Tinggi : 5,4756ft (1,6691 m)
Dimensi Jaket
Diameter : 8,136 ft (2,479 m)
Tebal : 3/8 in
Lebar : 1,314 ft (0,401 m)
Jumlah : 1 Buah
94

11. Reaktor Likuifikasi (RE-202)


Tabel.5.11. Spesifikasi Reaktor Likuifikasi (RE-202)
Alat :Reaktor Likuifikasi
Kode : RL-202
Fungsi : Menguraikan Pati menjadi dekstrin.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 90°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 3.679,027 L
Dimensi Shell
Diameter : 5,4758 ft (1,669 m)
Tinggi : 5,4758 ft (1,669 m)
Tebal : 3/16 in
Dimensi Head
Atas : 1,0710 (0,3264m)
Bawah : 1,0710 (0,3264m)
Tebal :3/16 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 1,8253ft (0,5564 m)
Lebar : 0,4563ft (0,1391 m)
Tinggi : 1,8253ft (0,5564 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 1,4962 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,4563 ft (0,1391 m)
95

Tinggi : 5,4756ft (1,6691 m)


Dimensi Jaket
Diameter
Tebal
Lebar
: 8,034 ft (2,4487 m)
: 3/8 in
: 1,263 ft (0,385 m)
Jumlah : 1 Buah

12. Cooler (CL – 201)


Tabel.5.12. Cooler (CL – 201)
Alat Cooler
Kode CL – 202
Fungsi Mendinginkan produk keluaran Reaktor Likuifikasi (RL-
101) sehingga memiliki temperatur yang sesuai sebelum
dialirkan ke Sentrifuse (CE-101).
Bentuk Shell and Tube Heat Exchanger
Dimensi pipa Luas Perpindahan panas = 211,915 ft2
OD tube = 0,75 in
ID shell = 10 in
Baffle space = 2 ft
L = 16 ft
Rd diperlukan = 0,023S
Jumlah pipa = 52 buah
∆P, tube = 6,271 psi
∆P, shell = 0,528 psi
Jumlah 1 buah
96

13. Centrifuse (CE-201)


Tabel. 5.13. Spesifikasi Centrifuse (CE-201)
Kode CE- 101
Fungsi Memisahkan pati yang tidak bereaksi
Tipe Disk Nozzle Discharge Centrifuge
Kapasitas 588,91434ft3/jam
Diameter 27 in
Kecepatan putar 4200 rpm
Kecepatan endap 11,9998 m/jam
Daya motor 29,071 hp
Bahan konstruksi Carbon steel SA-516 70
Jumlah 1 unit

14. Reaktor Sakarifikasi (RE-301)


Tabel.5.14. Spesifikasi Reaktor Sakarifikasi (RE-301)
Alat :Reaktor Sakarifikasi
Kode : RE-301
Fungsi : Menguraikan dekstrin menjadi dekstrosa.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 60°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 13.576,9324 L
Dimensi Shell
Diameter : 10 ft (3,04 m)
97

Tinggi : 6 ft (1,829 m)
Tebal : 1/4 in
Dimensi Head
Atas : 1,9439ft (0.592 m)
Bawah : 1,9439ft (0.592 m)
Tebal :1/4 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 3,3472ft (1,0202 m)
Lebar : 0,8368ft (0,2551 m)
Tinggi : 3,3472ft (1,0202 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 25,22 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,8368 ft (0,2551 m)
Tinggi : 10ft (3,04 m)
Dimensi Jaket
Diameter : 11,354 ft (3,4607 m)
Tebal : 3/8 in
Lebar : 0,656 ft (0,200 m)
Jumlah : 1 Buah
98

15. Reaktor Sakarifikasi (RE-302)


Tabel.5.15. Spesifikasi Reaktor Sakarifikasi (RE-302)
Alat :Reaktor Sakarifikasi
Kode : RL-202
Fungsi : Menguraikan dekstrin menjadi dekstrosa.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 60°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 13.576,9324 L
Dimensi Shell
Diameter : 10 ft (3,04 m)
Tinggi : 6 ft (1,829 m)
Tebal : 1/4 in
Dimensi Head
Atas : 1,9439ft (0.592 m)
Bawah : 1,9439ft (0.592 m)
Tebal :1/4 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 3,3472ft (1,0202 m)
Lebar : 0,8368ft (0,2551 m)
Tinggi : 3,3472ft (1,0202 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 25,22 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,8368 ft (0,2551 m)
99

Tinggi : 10ft (3,04 m)


Dimensi Jaket
Diameter : 11,3005 ft (3,444 m)
Tebal : 3/8 in
Lebar : 0,482 ft (0,147 m)
Jumlah : 1 Buah

16. Reaktor Isomerisasi (RE-401)


Tabel.5.16 Spesifikasi Reaktor Isomerisasi (RE-401)
Alat : Reaktor Sakarifikasi
Kode : RL-401
Fungsi : Menguraikan Glukosa menjadi Fruktosa.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 60°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 89,2780 L
Dimensi Shell
Diameter : 10 ft (3,04 m)
Tinggi : 12 ft (3,6576 m)
Tebal : 1/4 in
Dimensi Head
Tinggi : 1,6353 ft (0.592 m)
Tebal :1/4 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
100

Diameter : 3,3472ft (0,498 m)


Lebar : 0,8368ft (0,2551 m)
Tinggi : 3,3472ft (1,0202 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 53,7309 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,8368 ft (0,2551 m)
Tinggi : 10,0417 ft (3,06 m)
Dimensi Jaket
Diameter : 10,362 ft (3,158 m)
Tebal : 3/8 in
Lebar : 0,656 ft (0,200 m)
Jumlah : 1 Buah

17. Reaktor Isomerisasi (RE-402)


Tabel.5.17. Spesifikasi Reaktor Isomerisasi (RE-402)
Alat : Reaktor Sakarifikasi
Kode : RE-402
Fungsi : Menguraikan Glukosa menjadi Fruktosa.
Jenis : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar
(flat bottom) dan atap (head) serta bottom
berbentuk torispherical dished head.
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi
Temperatur : 60°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 89,2780 L
Dimensi Shell
101

Diameter : 10 ft (3,04 m)
Tinggi : 12 ft (3,6576 m)
Tebal : 1/4 in
Dimensi Head
Tinggi : 1,6353 ft (0.592 m)
Tebal :1/4 in (Atas dan Bawah)
Dimensi Pengaduk
Jenis :Marine Propeller
Diameter : 3,3472ft (0,498 m)
Lebar : 0,8368ft (0,2551 m)
Tinggi : 3,3472ft (1,0202 m)
Jumlah : 2 buah
Power : 53,7309 hp
Dimensi Baffle
Lebar : 0,8368 ft (0,2551 m)
Tinggi : 10,0417 ft (3,06 m)
Dimensi Jaket
Diameter : 10,362 ft (3,158 m)
Tebal : 3/8 in
Lebar : 0,656 ft (0,200 m)
Jumlah : 1 Buah
102

18. Adsorber Enzim(AD – 501)


Tabel.5.18. .Adsorber Enzim(AD – 501)
Alat Adsorber Enzim
Kode AD-501
Fungsi Menghilangkan enzim α-amilase dan glukoamilase dari
keluaran Reaktor Sakarifikasi (RS-102)
Jenis Fixed Bed
Kondisi P = 3,906Psi = 0,26 atm
Tinggi menara 12 ft (3,657m)
ID menara 15 ft (4,572 m)
Bahan Stainless Steel SA-167 Grade 11
Jumlah 2 buah

19. Adsorber Ion Na(AD – 502 A/B)


Tabel 5.19. Adsorber Ion Na (AD – 302 A/B)
Alat Adsorber Ion Na
Kode AD-302A/B
Fungsi Menghilangkan ion Ca
Jenis Fixed Bed
Tinggi menara 2,133 m
ID menara 4,5 m
Bahan Stainless Steel SA-167 Grade 11
Jumlah 2 buah
103

20. Adsorber Ion Cl (AD – 503 A/B)


Tabel 5.20. Adsorber Ion Cl (AD – 503 A/B)
Alat Adsorber Ion Cl
Kode AD-303 A/B
Fungsi Menghilangkan ion klorida
Jenis Fixed Bed
Tinggi menara 2,13 m
ID menara 4,572 m
Bahan Stainless Steel SA-167 Grade 11
Jumlah 2 buah

21. Evaporator (EV-501)


Tabel.5.21. Spesifikasi Evaporator (EV-501)
Alat : Evaporator
Kode : EV – 501
: Menguapkan sejumlah air yang terkandung pada
Fungsi
produk keluaran Reaktor.
Tipe : Shell and Tube Short Vertical Evaporator
Kapasitas : 18.922 kg/jam
Dimensi Tinggi total evaporator = 1,04 m
Shell :
Diameter shell (ID) = 21,1673 ft= 0,53 m
Tebal shell (ts) = 0,14 in = 0,34 cm
Tebal head (th) = 0,25 in
Tube :
OD tube = 0,08 in
Panjang tube = 32 ft =9,75 m
Jumlah tube = 260 tubes
Pressure Drop ΔPs = 0,0000384 psi
104

Dirt factor : 0,12 jam.ft2F/btu


Bahan
: Stainless Steel Tipe 316
konstruksi
Jumlah : 1 buah

22. Pompa (PO-106)


Tabel.5.22. Spesifikasi Pompa (PO– 106)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan Pati dan air dari Rotary Drum
Vaccum Filter (RDV-101) menuju ke Tangki
Gelatinasi (TG-101)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 82,9234 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 3 hp
NPSHA 7,8741 m
NPSHR 1,5800 m
105

23. Pompa (PO-107)

Tabel.5.23 Spesifikasi Pompa (PO– 107)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan Pati dan air dari Tangki Gelatinasi
(TG-101) menuju Cooler (CL-101).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 78,5214 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 3 hp
NPSHA 7,965031 m
NPSHR 1,41674 m

24. Pompa (PO-201)


Tabel.5.24. Spesifikasi Pompa (PO– 201)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan Pati dan air Cooler (CL-101)
menuju Reaktor Likuifikasi (RE-201)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 82,9234 gpm
Efisiensi Pompa 60%
106

Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 7,8741 m
NPSHR 1,5800 m

25. Pompa (PO-202)


Tabel.5.25. Spesifikasi Pompa (PO– 202)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Reaktor Likuifikasi (RE-
202) menuju Reaktor Likuifikasi (RE-202).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 78,5214 gpm
Efisiensi Pompa 65%2
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 7,9650 m
NPSHR 1,41674 m

26. Pompa (PO-203)


Tabel.5.26. Spesifikasi Pompa (PO– 203)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkankeluaran Reaktor Likuifikasi (RE-
202) menuju Cooler (CL-201).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
107

Bahan Konstruksi
Kapasitas 78,5214 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 7,9650 m
NPSHR 1,41674 m

27. Pompa (PO-204)


Tabel.5.27. Spesifikasi Pompa (PO– 204)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Cooler (CL-201) menuju
Centrifuge (CE-201).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 78,5214 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 7,9650 m
NPSHR 1,4167 m
108

28. Pompa (PO-205)


Tabel.5.28. Spesifikasi Pompa (PO– 205)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Centrifuge (CE-201)
menuju Reaktor Sakarifikasi (RE-301).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 78,5214 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 7,9650 m
NPSHR 1,4167 m

29. Pompa (PO-206)


Tabel.5.29 Spesifikasi Pompa (PO– 206)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Reaktor Sakarifikasi (RE-
301) menuju Reaktor Sakarifikasi (RE-302).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,0544 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,0137 m
NPSHR 1,3291 m
109

30. Pompa (PO-207)


Tabel.5.30. Spesifikasi Pompa (PO– 207)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Reaktor Sakarifikasi (RE-
302) menuju Reaktor Isomerisasi (RE-401).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,0625 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,0136 m
NPSHR 1,3293 m

31. Pompa (PO-401)

Tabel.5.30. Spesifikasi Pompa (PO– 401)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Reaktor Isomerisasi (RE-
401) menuju Reaktor Isomerisasi (RE-402).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,0625 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in

Power motor 2 hp
110

NPSHA 8,0136 m
NPSHR 1,3293 m

32. Pompa (PO-402)


Tabel.5.32. Spesifikasi Pompa (PO– 402)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Reaktor Isomerisasi (RE-
402) menuju Adsorben Enzim (AD-501)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,0625 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,0136 m
NPSHR 1,3293 m

33. Pompa (PO-501)


Tabel.5.33. Spesifikasi Pompa (PO– 501)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Adsorben Enzim (AD-
501) menuju Kation Exchange (KE-502).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,1046 gpm
Efisiensi Pompa 65%
111

Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,0127 m
NPSHR 1,3308 m

34. Pompa (PO-502)


Tabel.5.34.Spesifikasi Pompa (PO– 502)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Kation Exchange (KE-
502) menuju Anion Exchange (AE-503).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 42,0723 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,5268 m
NPSHR 0,4067 m
112

35. Pompa (PO-503)


Tabel.5.35. Spesifikasi Pompa (PO– 503)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkankeluaran Anion Exchange (AE-503)
menuju EV-501.
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 42,0723 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,5268 m
NPSHR 0,4067 m
113

36. Pompa (PO-601)


Tabel.5.36. Spesifikasi Pompa (PO– 601)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran EV-501 emnuju Storage
Tank (ST-601).
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 76,0060 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,0147 m
NPSHR 1,3274 m

37. Pompa (PO-101)


Tabel.5.37. Spesifikasi Pompa (PO– 101)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan keluaran Ezim Alpha amylase
menuju Reaktor Likuifikasi (RE-201) dan
Reaktor Likuifikasi (RE-202)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 60,9376 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
114

Power motor 2 hp
NPSHA 8,1428 m
NPSHR 1,097 m

38. Pompa (PO-102)


Tabel.5.38. Spesifikasi Pompa (PO– 102)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan Ezim Glukoamilase menuju
Reaktor Sakarifikasi (RE-301) dan Reaktor
Sakarifikasi (RE-302)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 60,9376 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,1428 m
NPSHR 1,097 m
115

39. Pompa Proses (PO-103)


Tabel.5.39. Spesifikasi Pompa (PO– 103)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan Glukoisomerase menuju Reaktor
Isomerisasi (RE-401) dan Reaktor Isomerisasi
(RE-402)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 60,9376 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,1428 m
NPSHR 1,097 m
116

40. Pompa Proses (PO-104)


Tabel.5.40.Spesifikasi Pompa (PO– 104)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan HCL menuju Reaktor Sakarifikasi
(RE-301) dan Reaktor Sakarifikasi (RE-302)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 60,9376 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,1428 m
NPSHR 1,097 m
117

41. Pompa Proses (PO-105)


Tabel.5.41. Spesifikasi Pompa (PO– 105)

Alat Pompa
Fungsi Mengalirkan NaOH menuju Reaktor Isomerisasi
(RE-401) dan Reaktor Isomerisasi (RE-402)
Jenis Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Kapasitas 60,9376 gpm
Efisiensi Pompa 65%
Dimensi NPS = 2 in
Sch = 40 in
Power motor 2 hp
NPSHA 8,1428 m
NPSHR 1,097 m

5.2 Alat Utilitas

1. Bak Sedimentasi (BS-401)


Tabel.5.42. Bak Sedimentasi (BS– 401)
Alat : Bak Sedimentasi
Kode : BS-410
Fungsi : Mengendapkan lumpur dan kotoran di air sungai
sebanyak 47,794 m3/jam dengan waktu tinggal 2 jam
Bentuk : Bak Rectangular
Dimensi Panjang : 8,907 m
Lebar : 2,227 m
Kedalaman : 3,658 m
Jumlah : 1 Buah
118

2. Bak Penggumpal (BP-401)


Tabel.5.42. Bak penggumpal (BP– 401)
Alat : Bak Penggumpal

Kode : BP-401

Fungsi : Menggumpalkan kotoran yang tidak mengendap di


bak sedimentasi dengan menambahkan alum
Al2(SO4)3, soda kaustik, dan kaporit.

Bentuk : Silinder Tegak

Kapasitas : 86,181 m3

Dimensi Bak Diameter : 5,332 m

Tinggi : 5,332m

Kedalaman : 6 m

Dimensi Jenis : Marine Propeller 3 Blades


Pengaduk Diameter : 1,777 m

Power : 25 hp

Jumlah : 1 Buah
119

3. Storage Tank (ST-401)


Tabel.5.43. Storage Tank (ST– 401)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-401

Fungsi : Menyimpan larutan alum 26% v/v selama 30 hari

untuk diinjeksikan ke dalam BP-401.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas : 47,121 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572m)

Tinggi : 18 ft (35,486 m)

Tebal : 1/3 in

Dimensi Head Tinggi : 0,625 ft (0,205 m)

Tebal : 1/3 inchi

Tinggi Tangki : 18,938 ft (6,213 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283

Jumlah : 1 Buah
120

4. Storage Tank (ST-402)


Tabel.5.44. Storage Tank (ST– 402)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-402

Fungsi : Menyimpan larutan soda kaustik 48% v/v selama

30 hari untuk diinjeksikan ke dalam BP-401.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas : 35,697 m3

Dimensi Shell Diameter : 19 ft (5,801 m)

Tinggi : 12 ft (3,657 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head Tinggi : 5,576 ft (1,829 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 12,625 ft (4,142 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283

Jumlah : 1 Buah
121

5. Storage Tank (ST-403)


Tabel.5.46. Storage Tank (ST– 403)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-403

Fungsi : Menyimpan larutan kaporit 30% v/v selama

14 hari untuk diinjeksikan ke dalam BP-401.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas : 347,483 m3

Dimensi Shell Diameter : 25 ft (7,620 m)

Tinggi : 30 ft (9,144 m)

Tebal : 1/2 in

Dimensi Head Tinggi : 4,075 ft (1,337 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 34,075 ft (11,180 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283

Jumlah : 1 Buah
122

6. Klarifier (CL-401)
Tabel.5.47. Klarifier (CL– 401)
Alat : Klarifier

Kode : CL-401

Fungsi : Mengendapkan gumpalan-gumpalan kotoran

dari BP-401.

: Bak berbentuk bottom kerucut


Bentuk
terpancung

Kapasitas : 475,966 m3

Dimensi Klarifier Diameter : 10 ft (3,048 m)

Tinggi : 12 ft (3,658 m)

Walkways : 3 ft (1 m)

Platforms : 8 x 8 ft (2,4 x 2,4 m)

Dimensi Rake Tipe : Beam rabble arms

Diameter : 10,45 ft (3,185 m)

Power : 0,5 hp

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283

Jumlah : 1 Buah
123

7. Sand Filter (SF-401)


Tabel.5.48. Sand Filter (SF– 401)
Alat : Sand Filter

Kode : SF-401

Fungsi : Menyaring kotoran-kotoran yang terbawa air.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan head dan


bottom

berbentuk torisperical dengan multi media


filter.

Kapasitas tangki : 118,992 m3

Dimensi Shell Diameter : 10 ft (3,048 m)

Tinggi : 8,617 ft (2,626 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head & Tebal : 3/8 in


Bottom
Tinggi : 1,913 ft (0,583 m)

Tinggi tangki : 12,063ft (3,677 m)

Tekanan Desain : 18,883 psi

Waktu Backwash : 9,621 menit

Bahan Konstruksi : Carbon steel SA 283

Jumlah : 2 buah
124

8. Filter Water Tank (FWT-401)


Tabel.5.49. Filter Water Tank (FWT– 401)
Alat : Filter Water Tank

Kode : FWT-401

Fungsi : Menampung air keluaran sand filter sebanyak

86,181 m3/jam selama 12 jam.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas tangki : 1.308,711 m3

Dimensi Shell Diameter : 35 ft (10,668 m)

Tinggi : 36 ft (10,973 m)

Tebal : 3/4 in

Dimensi Head Tinggi : 4,708 ft (1,544 m)

Tebal : 5/16 in

Tinggi Tangki : 40,708 ft (13,355 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan : Carbon Steel SA 283


Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
125

9. Domestic Water Tank (DOWT-401)


Tabel.5.50. Domestic Water Tank (DOWT– 401)
Alat : Domestic Water Tank

Kode : DOWT-401

: Menyimpan bahan baku air untuk keperluan umum


Fungsi
dan

sanitasi selama 1 hari.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas tangki : 41,844 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)

Tinggi : 18 ft (5,486 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head Tinggi : 0,848 ft (0,278 m)

Tebal : 5/16 in

Tinggi Tangki : 18,848 ft (6,183 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan
: Carbon Steel SA 283
Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
126

10. Hydran Water Tank (HWT-401)


Tabel.5.51. Hydran Water Tank (HWT-401)
Alat : Hydran Water Tank

Kode : HWT-401

: Menyimpan bahan baku air untuk keperluan


Fungsi
pemadam kebakaran selama 2 hari.

Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan flat bottom

dan head berbentuk conical.

Kapasitas tangki : 52,800 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)

Tinggi : 18 ft (5,486 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head Tinggi : 0,848 ft (0,278 m)

Tebal : 5/16 in

Tinggi Tangki : 18,848 ft (6,183 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan
: Carbon Steel SA 283
Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
127

11. Hot Basin (HB-401)


Tabel.5.52. Hot Basin (HB-401)
Alat : Hot Basin

Kode : HB-401

Fungsi : Menampung air yang akan didinginkan di


Cooling Tower

Bentuk : Bak rectangular

Kapasitas : 87,263 m3

Dimensi Panjang : 12,274 ft (3,741 m)

Lebar : 12,274 ft (3,741 m)

Tinggi : 21,337 ft (6,503 m)

Jumlah : 1 Buah

12. Cooling Tower (CT-401)


Tabel.5.53. Cooling Tower (CT-401)
Alat : Cooling Tower

Kode : CT-401

Fungsi : Mendinginkan air pendingin yang telah digunakan

oleh peralatan proses dari temperatur 45oC

menjadi 30oC dengan menggunakan media

pendingin udara.

Tipe : Inducted Draft Counterflow Tower

Kapasitas : 57.191 m3/jam

Dimensi Panjang : 15,9991 ft (4,874 m)


128

Lebar : 7,996 ft (2,437 m)

Tinggi : 19,685 ft (6 m)

Power Motor : 6,553 hp

Bahan Konstruksi : Beton

Jumlah : 1 Buah

13. Storage Tank (ST-404)


Tabel.5.54. Storage Tank (ST-404)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-404

Fungsi : Menyimpan larutan H2SO4 konsentrasi 4% v/v

selama 30 hari sebagai regeneran resin penukar


kation dan injeksi ke Cooling Tower.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 3,516 m3

Dimensi Shell Diameter : 10 ft (3,048 m)

Tinggi : 12 ft (3,657 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head Tinggi : 0,625 ft (0,205 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 12,625 ft (4,142 m)

Tebal Lantai : 1/2 in


129

Bahan :Stainless Steels Tipe 316


Konstruksi
Jumlah : 1 Buah

14. Storage Tank (ST-405)


Tabel.5.55. Storage tank (ST-405)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-405

Fungsi : Menyimpan dispersant selama 7 hari untuk

diinjeksikan ke Cooling Tower.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 88,166 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)

Tinggi : 18 ft (5,486 m)

Tebal : 3/8 in

Dimensi Head Tinggi : 0,848 ft (0,278 m)

Tebal : 5/16 in

Tinggi Tangki : 18,848 ft (6,183 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan
Konstruksi : Stainless Steels Tipe 316

Jumlah : 1 Buah
130

15. Storage Tank (ST-406)


Tabel.5.56. Storage Tank (ST-406)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-406

Fungsi : Menyimpan inhibitor selama 30 hari untuk

diinjeksikan ke Cooling Tower.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 29,787 m3

Dimensi Shell Diameter : 10 ft (3,048 m)

Tinggi : 12 ft (3,658 m)

Tebal : 5/16 in

Dimensi Head Tinggi : 0,625 ft (0,205 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 12,625 ft (4,142 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan
Konstruksi : Stainless Steels Tipe 316

Jumlah : 1 Buah
131

16. Cation Exchanger (CE-401)


Tabel.5.57. Cation Exchanger (CF-401)
Alat : Cation Exchanger

Kode : CE-401

Fungsi : Menghilangkan ion-ion positif yang terlarut

dan menghilangkan kesadahan air

Bentuk : Silinder tegak dengan head dan bottom

berbentuk torisperical

Kapasitas : 17,404 m3/jam

Dimensi Shell Diameter : 2,892 ft (0,882m)

Tinggi : 11,655 ft (3,553 m)

Tebal : 3/16 in

Dimensi Head Tebal : 3/16 in


dan Bottom Tinggi : 0,503 ft (0,153 m)

Tinggi Tangki : 13,359 ft (4,072 m)

Bahan
: Stainless Steels Tipe 316
Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
132

17. Anion Exchanger (AE-401)


Tabel.5.58. Anion Exchanger (AE-401)
Alat : Anion Exchanger

Kode : AE-401

Fungsi : Menghilangkan ion-ion negatif yang terlarut

dan menghilangkan kesadahan air

Bentuk : Silinder tegak dengan head dan bottom

berbentuk torisperical

Kapasitas : 17,404 m3/jam

Dimensi Shell Diameter : 2,023 ft (0,617 m)

Tinggi : 11,862 ft (3,616 m)

Tebal : 3/16 in

Dimensi Head Tebal : 3/16 in


dan Bottom Tinggi : 0,400 ft (0,122 m)

Tinggi Tangki : 13,096 ft (3,992 m)

Bahan
: Stainless Steels Tipe 316
Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
133

18. Demin Water Treatment (DWT-401)


Tabel.5.59. Demin Water Treatment (DWT-401)
Alat : Storage Tank
Kode : DWT-401
: Menyimpan air demin dari keluaran anion
Fungsi exchanger
pada suhu 30C selama 10 jam.
Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head
berbentuk conical.
Kapasitas : 17,404 m3
Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)
Tinggi : 18 ft (5,486 m)
Tebal : 1/2 in
Dimensi Head Tinggi : 1,418 ft (0,465 m)
Tebal : 3/16 in
Tinggi Tangki : 19,418 ft (6,370 m)
Tebal Lantai : 1/2 in
Bahan
Konstruksi : Stainless Steels Tipe 316
Jumlah : 1 Buah
134

19. Pompa Utilitas (PU-401)


Tabel.5.60. Pompa Utilitas (PU-401)
Alat : Pompa Utilitas
Kode : PU – 401
Fungsi : Memompa air sungai ke Bak Sedimentasi (BS-
401)
Jenis : Centrifugal pump, single suction, single stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C
Kapasitas : 52,951 m3/ jam
Efisiesi : 78 %
Dimensi NPS = 4 in
Sch = 40
Power motor : 10 hp
NPSH : 3,8996 m
Jumlah : 2 buah (1 cadangan)

20. Pompa Utilitas (PU-402)


Tabel.5.61. Pompa Utilitas (PU-402)
Alat : Pompa Utilitas
Kode : PU-402
Fungsi : Memompa air keluaran dari bak sedimentasi
(BS-401) menuju ke bak penggumpal (BP-
401).
Jenis : Centrifugal pump, single-suction, single
stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C
Kapasitas : 52,949 m3/ jam
Efisiensi : 70 %
Dimensi NPS = 4 in
Sch = 40
Power : 2 hp
NPSH : 3,899 m
Jumlah : 2 buah (1 cadangan)
135

21. Pompa Utilitas (PU-403)


Tabel.5.62. Pompa Utilitas (PU-403)
Alat : Pompa Utilitas
Kode : PU-403
Fungsi : Memompa air keluaran bak penggumpal (BP-401)
menuju ke Clarifier (CL-401)
Jenis : Centrifugal pump, single-suction, single stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C
Kapasitas : 233,137 gal/min
Efisiensi : 60 %
Dimensi NPS = 4 in
Sch = 40
Power : 2 hp
NPSH : 3,899 m
Jumlah : 2 buah (1 cadangan)

22. Pompa Utilitas (PU-404)


Tabel.5.63. Pompa Utilitas (PU-404)
Alat : Pompa Utilitas
Kode : PU-404
Fungsi : Memompa air keluaran CL-401 ke sand
filter
(SF-01)
Jenis : Centrifugal pump, single-suction, single
stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C
Kapasitas : 233,137 gal/ jam
Efisiensi : 60 %
Dimensi NPS = 4 in
Sch = 40 in
Power : 1 hp
NPSH : 3,899 m
Jumlah : 2 buah (1 cadangan)
136

23. Pompa Utilitas (PU-405)


Tabel.5.64. Pompa Utilitas (PU-405)
Alat : Pompa Utilitas

Kode : PU-405

Fungsi : Memompa air keluaran sand filter ke tangki


air Filter (FWT-401)

Jenis :Centrifugal pump, single-suction, single stage

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C

Kapasitas : 233,137 gal/min

Efisiensi : 40 %

Dimensi NPS = 2 in

Sch = 40 in

Power : 20 hp

NPSH : 3,899 m

Jumlah : 2 buah (1 cadangan)


137

24. Pompa Utilitas (PU-406)


Tabel.5.65. Pompa Utilitas (PU-406)
Alat : Pompa Utilitas

Kode : PU-406

Fungsi : Memompa air dari tangki air filter ke


DOWT-401 dan HWT-401

Jenis :Centrifugal pump, single-suction, single stage

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C

Kapasitas : 210,397 gal/min

Efisiensi : 78 %

Dimensi NPS =12 in

Sch = 40 in

Power : 5 hp

NPSH : 1,355 m

Jumlah : 2 buah (1 cadangan)


138

25. Pompa Utilitas (PU-407)


Tabel.5.66. Pompa Utilitas (PU-407)
Alat : Pompa Utilitas
Kode : PU-406
Fungsi : Memompa air dari tangki air filter ke
DOWT-401 dan HWT-401
Jenis :Centrifugal pump, single-suction, single stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C
Kapasitas : 210,397 gal/min
Efisiensi : 78 %
Dimensi NPS =12 in
Sch = 40 in
Power : 5 hp
NPSH : 1,355 m
Jumlah : 2 buah (1 cadangan)

26. Pompa Utilitas (PU-408)


Tabel.5.67. Pompa Utilitas (PU-408)
Alat : Pompa Utilitas

Kode : PU-408

Fungsi : Memompa air dari tangki Hot Basin ke


Cooling Tower (CT-401)

Jenis :Centrifugal pump, single-suction,single


stage
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C

Kapasitas : 48,903 gal/min

Efisiensi : 70 %
139

Dimensi NPS = 4 in

Sch = 40 in

Power : 2 hp

NPSH : 1,637 m

Jumlah : 2 buah (1 cadangan)

27. Pompa Utilitas (PU-409)


Tabel.5.68. Pompa Utilitas (PU-409)

Alat : Pompa Utilitas

Kode : PU-409

Fungsi : Memompa air dari tangki air filter ke


DOWT-

401 dan HWT-401

Jenis :Centrifugal pump, single-suction, single stage

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade C

Kapasitas : 210,397 gal/min

Efisiensi : 78 %

Dimensi NPS =12 in

Sch = 40 in

Power : 5 hp

NPSH : 1,355 m

Jumlah : 2 buah (1 cadangan)


140

28. Daerator (DE-401)


Tabel.5.69. Daerator (DE-401)
Alat : Deaerator

Kode : DE-401

Fungsi : Menghilangkan gas-gas terlarut dalam air, seperti:

O2 dan CO2, agar korosif dan kerak tidak terjadi,

diinjeksikan hydrazine (O2 scavanger)

Bentuk : Tangki horizontal dengan head berbentuk torrispherical

dilengkapi sparger

Bahan Isian Jenis : Raschig Ring


Metal

Diameter packing : 1 in

Tinggi bed : 3,281 ft (1 m)

Dimensi Shell Diameter : 10 ft (3,048 m)

Tinggi : 12 ft (3,657 m)

Tebal : 5/16 in

Dimensi Head & Tebal : 3/8 in


Bottom
Tinggi : 1,913 ft (0,583 m)

Tinggi Tangki : 15,825 ft (4,824 m)

Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA 283

Jumlah : 1 Buah
141

29. Storage Tank (ST-407)


Tabel.5.70. Storage Tank (ST-407)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-407

Fungsi : Menyimpan hidrazin selama 30 hari untuk

diinjeksikan ke Deaerator.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 55,391 m3

Dimensi Shell Diameter : 14 ft (4,267 m)

Tinggi : 12 ft (4,572 m)

Tebal : 1/4 in

Dimensi Head Tinggi : 0,625 ft (0,205 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 12,625 ft (4,142 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan
Konstruksi : Stainless Steels Tipe 316

Jumlah : 1 Buah
142

30. Boiler Feed Water Treatment (BFWT-401)


Tabel.5.71. Boiler Feed W ater Treatment (BFWT-401)
Alat : Storage Tank

Kode : BFWT-401

Fungsi : Menyimpan air untuk keperluan umpan boiler

selama 12 jam.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 112,078 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)

Tinggi : 12 ft (3,658 m)

Tebal : 5/16 in

Dimensi Head Tinggi : 0,938 ft (0,308 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 12,938 ft (4,245 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan : Stainless Steels Tipe 316


Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
143

31. Boiler (B-401)


Tabel.5.60. Boiler (B-401)
Alat : Boiler

Kode : B–401

Fungsi : Tempat menghasilkan Saturated Steam

dengan temperatur 150°C dan tekanan

476 kPa.

Jenis : Fire Tube

Kapasitas Boiler : 15.489,020 Btu/jam (16.340,916 kJ/jam)

Jumlah Bahan Bakar : 17039,9 lb/jam (7727,594 kg/jam)

Jumlah Steam : 7.727,594 kg/jam

Daya Boiler : 24 hp

Bahan Konstruksi : Cast Iron

Jumlah : 1 buah
144

32. Storage Tank (ST-408)


Tabel.5.73. Storage Tank (ST-408)
Alat : Storage Tank

Kode : ST-408

Fungsi : Menyimpan bahan bakar untuk keperluan boiler

selama 10 hari.

Bentuk : Silinder tegak dengan flat bottom dan head

berbentuk conical.

Kapasitas : 21,438 m3

Dimensi Shell Diameter : 15 ft (4,572 m)

Tinggi : 18 ft (5,486 m)

Tebal : 3/8 in

Dimensi Head Tinggi : 1,418 ft (0,465 m)

Tebal : 3/16 in

Tinggi Tangki : 19,418 ft (6,370 m)

Tebal Lantai : 1/2 in

Bahan : Stainless Steels Tipe 316


Konstruksi

Jumlah : 1 Buah
145

33. Generator (GS-401)


Tabel.5.74. Generator (GE-401)
Nama Alat : Generator

Kode : GE-401

Fungsi : Sebagai pembangkit tenaga listrik

Kapasitas : 0,907 MW

Efisiensi : 80 %

Bahan Bakar : Solar

Kebutuhan Bahan Bakar :85,962 L/jam

Jumlah : 1 Buah
VI. UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

6.1 Unit Pendukung Proses

Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan

sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat berjalan dengan

baik. Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi air, kukus

(steam), dan listrik. Penyediaan utilitas dapat dilakukan secara langsung

dimana utilitas diproduksi di dalam pabrik tersebut, atau secara tidak

langsung yang diperoleh dari pembelian ke perusahaan-perusahaan yang

menjualnya.

Unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik Sirup Fruktosa antara lain:

1. Unit Penyediaan Air

Unit ini bertugas menyediakan dan mengolah air untuk memenuhi

kebutuhan air sebagai berikut :

a. Air untuk penyediaan sarana umum dan sanitasi

Air untuk keperluan umum adalah air yang dibutuhkan untuk sarana

dalam pemenuhan kebutuhan pegawai seperti untuk mandi, cuci, kakus

(MCK) dan untuk kebutuhan kantor lainnya, serta kebutuhan rumah

tangga. Air sanitasi diperlukan untuk pencucian atau pembersihan

peralatan pabrik, utilitas, laboratorium dan lainnya.


147

Beberapa persyaratan untuk air sanitasi adalah sebagai berikut :

 Syarat fisis; di bawah suhu kamar, tidak berwarna, tidak berasa, dan

tidak berbau, tingkat kekeruhan < 1 mg SiO2/Liter.

 Syarat kimia; tidak mengandung zat organik dan anorganik yang

terlarut dalam air, logam-logam berat lainnya yang beracun.

 Syarat biologis (bakteriologis); tidak mengandung kuman/bakteri

terutama bakteri patogen.

Tabel 6.1. Kebutuhan Air Umum


No Kebutuhan Jumlah
1. Air untuk karyawan & kantor untuk 50 L/orang/hari 9,10 m3/hari
Jadi, untuk 182 orang diperlukan air sejumlah
2. Air untuk Keperluan Umum (kebersihan, 23,45m3/hari
pertamanan, masjid, dll)
3. Air untuk Laboratorium 15,00 m3/hari
Total Kebutuhan Air Bersih 47,55 m3/hari
1,981m3/jam
1967,097kg/jam

b. Air Umpan Boiler

Air ini digunakan sebagai umpan boiler yang akan memproduksi steam.

Steam jenuh yang dihasilkan boiler merupakan steam memiliki suhu

115ºC dengan tekanan 388,15 kPa.

Adapun peralatan-peralatan yang membutuhkan steam dapat dilihat pada

Tabel 6.2.berikut ini :


148

Tabel 6.2 Kebutuhan Air untuk Pembangkit Steam


No Kebutuhan Jumlah (kg/jam)
1 Tangki Gelatinasi 1875,368
2 Evaporator 5114,956
3 Reaktor Isomerisasi 1 12,6408
4 Reaktor Isomerisasi 2 22,12
Total Kebutuhan Air 7025,086
Over Design 10% 7727,594
Make up 702,509

Persyaratan umum air umpan boiler adalah :

 Kandungan silika = 0,01 ppm maksimum

 Konduktivitas = 1 ( s/cm )

 O2 terlarut kurang dari 10 ppm

 pH : 8,8 – 9,2

Proses pengolahan air umpan boiler

 Air demin sebelum menjadi air umpan boiler harus dihilangkan dulu

gas-gas terlarutnya terutama oksigen dan CO2 melalui proses deaerasi.

 Oksigen dan CO2 dapat menyebabkan korosi pada perpipaan dan tube-

tube boiler.

 Proses deaerasi dilakukan dalam daerator dalam 2 tahap

Mekanis : proses stripping dengan steam LS

dapat menghilangkan Oksigen sampai 0.007 ppm

Kimia : reaksi dengan N2H4 (hydrazine) dapat

menghilangkan sisa oksigen

N2H4 + O2  N2 + H2O

N2H4 juga bereaksi dengan besi:


149

N2H4 + 6 Fe2O3  4 Fe3O4 + 2 H2O + N2

 Proses Deaerasi

 Air demin + kondensat dihilangkan kandungan O2 dan gas-gas

terlarut (CO2) melalui proses stripping dengan LS dan reaksi

dengan Hydrazine (N2H4)

 pH dinaikkan menjadi 9.0 dengan injeksi NH3

 Keluaran deaerator disebut Boiler Feed Water (BFW)

kondensat Stripping Section

Air Demin
Steam LS

N2H4 pH : 8.9 – 9.2


N2H4 : 0.05 ppm
NH3
WHB

PB
Pompa BFW

Gambar. 6.1. Daerator

c. Air Pendingin

Air pendingin yang digunakan adalah air sungai yang diperoleh dari

Sungai Way Sekampung yang letaknya cukup dekat dengan pabrik. Air

pendingin merupakan air yang diperlukan untuk proses-proses

pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger dengan tujuan

untuk memindahkan panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air.


150

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air pendingin adalah:

 Kesadahan air yang dapat menyebabkan terjadinya scale (kerak) pada

sistem perpipaan.

 Mikroorganisme seperti bakteri, plankton yang tinggal dalam air

sungai, berkembang dan tumbuh, sehingga menyebabkan fouling alat

heat exchanger .

 Besi, yang dapat menimbulkan korosi

 Minyak, yang merupakan penyebab terganggunya film corossion

inhibitor, menurunkan heat transfer coefficient, dapat menjadi

makanan mikroba sehingga menimbulkan endapan.

Kualitas standar air pendingin yaitu :

 Ca hardness sebagai CaCO3 :  150 ppm


 Mg hardness sebagai MgCO3 :  100 ppm
 Silika sebagai SiO2 :  200 ppm
 Turbiditas :  10
 Cl- dan SO42- :  1000 ppm
 pH :6–8
 Ca2+ : max. 300 ppm
 Silika : max. 150 ppm
 TDS : max 2500 ppm
151

Total air pendingin yang diperlukan sebesar 71973,577 kg/jam.

kg/jam. Peralatan yang menggunakan air pendingin tersebut dapat dilihat

pada Tabel. 6.3 berikut :

Tabel 6.3. Kebutuhan Air Pendingin


No Kebutuhan
Jumlah (kg/jam)
1 Reaktor Liquifikasi 1 5937,562
2 Reaktor Liquifikasi 2 5665,743
3 Reaktor Sakarifikasi 1 4127,543
4 Reaktor Sakarifikasi 2 2118,308
5 Cooler 1 6925,103
6 Cooler 2 20443,666
7 Cooler 3 10524,978
Total 71973,577
Over Design 10% 79170,935
Water Make Up 7917,093

Air pendingin diproduksi oleh menara pendingin (cooling tower). Unit

air pendingin ini mengolah air dengan proses pendinginan dari suhu 45oC

menjadi 30oC, untuk dapat digunakan lagi sebagai air untuk proses

pendinginan pada alat pertukaran panas dari alat yang membutuhkan

pendinginan.

Air pendingin yang keluar dari media-media perpindahan panas di area

proses akan disirkulasikan dan didinginkan kembali seluruhnya di dalam

cooling tower. Penguapan dan kebocoran air akan terjadi di dalam

cooling tower ini. Oleh karena itu, untuk menjaga jumlah air pendingin

harus ditambah air make up yang jumlahnya sesuai dengan jumlah air

yang hilang. Maka water make up untuk cooling tower sebesar

7917,093kg/jam.
152

Sistem air pendingin terutama terdiri dari cooling tower dan basin,

pompa air pendingin untuk peralatan proses, sistem injeksi bahan kimia,

dan induce draft fan. Sistem injeksi bahan kimia disediakan untuk

mengolah air pendingin untuk mencegah korosi, mencegah terbentuknya

kerak dan pembentukan lumpur diperalatan proses, karena akan

menghambat atau menurunkan kapasitas perpindahan panas.

Pengolahan air pada cooling tower dilakukan dengan menginjeksikan zat

kimia, yaitu:

 Scale inhibitor, berupa dispersant yang berfungsi untuk mencegah

pembentukan kerak pada peralatan yang disebabkan oleh senyawa-

senyawa terlarut.

 Corrosion inhibitor, berupa natrium posfat yang berfungsi untuk

mencegah korosi pada peralatan.

Sistem resirkulasi yang dipergunakan bagi air pendingin ini adalah

sistem terbuka. Sistem ini akan memungkinkan berbagai penghematan

dalam hal biaya penyediaan utilitas khususnya untuk air pendingin.

Udara bebas akan digunakan sebagai pendingin dari air panas yang

terbentuk sebagai produk dari proses perpindahan panas.


153

Proses pendinginan di cooling tower :

 Cooling Water yang telah menyerap panas proses pabrik dialirkan

kembali ke Cooling Tower untuk didinginkan.

 Air dialirkan ke bagian atas Cooling Tower kemudian dijatuhkan ke

bawah dan akan kontak dengan aliran udara yang dihisap oleh Induce

Draft (ID) Fan.

 Akibat kontak dengan aliran udara terjadi proses pengambilan panas

dari air oleh udara dan juga terjadi proses penguapan sebagian air

dengan melepas panas laten yang akan mendinginkan air yang jatuh

ke bawah.

 Air yang telah menjadi dingin tersebut dapat ditampung di Basin dan

dapat dipergunakan kembali sebagai cooling water

 Air dingin dari Basin dikirim kembali untuk mendinginkan proses di

pabrik menggunakan pompa sirkulasi Cooling water.

 Pada proses pendinginan di cooling tower sebagian air akan menguap

dengan mengambil panas laten, oleh karena itu harus ditambahkan air

make-up dari Water Treatment Plant.


154

Evaporasi
Hot Water, T= 45 oC

COOLING COOLER

TOWER PROSES
Mak
e Up
T = 30oC

Blow Down

Gambar. 6.2. Diagram Cooling Water System

d. Air Proses

Tabel 6.4 Kebutuhan Air Proses


No Kebutuhan Jumlah
2. Mixing Tank 101 9.676,144 kg/jam
3. Storage Tank 201 250,00 kg/jam
Total Kebutuhan Air 9.920,144 kg/jam
Over Design 10% 10.643,758 kg/jam

Secara keseluruhan, total kebutuhan air adalah sebanyak 25.301,510 kg/jam,

dengan rincian sebagai berikut:


155

Tabel 6.5 Kebutuhan Air Total


Penggunaan Jumlah (kg/jam)
Air Keperluan Umum 1967,097
Air Umpan Boiler 702,509
Air Pendingin 12.955,244
Air Proses 10.643,758
Hydrant 1000,000
Total 25.301,510

Air yang digunakan dalam pabrik ini, seperti air proses, air umpan boiler, air

pendingin dan lainnya diperoleh dari air sungai. Untuk mendapatkan

spesifikasi air sesuai dengan kebutuhan dilakukan pengolahan dengan

beberapa tahap. Pengolahan yang dilakukan setelah pemompaan dari sungai

adalah penjernihan, penyaringan, desinfektasi, demineralisasi, dan deaerasi.

a. Penjernihan (Clarification)

Bahan baku air diambil dari air sungai. Air sungai dialirkan dari daerah

terbuka ke water intake system yang terdiri dari screen dan pompa.

Screen dipakai untuk memisahkan kotoran dan benda-benda asing pada

aliran suction pompa. Air yang tersaring oleh screen masuk ke suction

pompa dan dialirkan melalui pipa masuk ke unit pengolahan air.

Air masuk ke dalam bak sedimentasi untuk mengendapkan dan

memisahkan lumpur yang mungkin terbawa, yang dapat menyebabkan

gangguan fouling di dalam proses penyediaan air bebas mineral. Partikel

yang besar dihilangkan dengan penyaringan, tetapi koloidal yang ada

dilepas melalui proses klarifikasi dalam penetralan dan penggumpalan

(coagulation) dan sebelum dikeluarkan dilakukan injeksi larutan alum,


156

soda kaustik, dan klorin. Jumlah aliran bahan kimia yang masuk

dikontrol secara otomatis sebanding dengan jumlah air yang masuk.

Semua air mengandung bermacam-macam jenis dan jumlah pengotor.

Kotoran ini dapat digolongkan sebagai :

 Padatan yang terlarut

Zat-zat padat yang terlarut terdiri dari bermacam-macam komposisi

mineral-mineral seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat,

kalsium sulfat, magnesium sulfat, silika, sodium klorida, sodium

sulfat dan sejumlah kecil besi, mangan, florida, aluminium, dan lain-

lain.

 Gas-gas yang terlarut

Gas-gas yang terlarut biasanya adalah komponen dari udara walaupun

biasanya jarang, seperti hidrogen sulfida, metana, oksigen dan CO2.

 Zat yang tersuspensi

Dapat berupa kekeruhan (turbidity) yang terjadi dari bahan organik,

mikro organik, tanah liat dan endapan lumpur, warna yang disebabkan

oleh pembusukan tumbuh-tumbuhan, dan lapisan endapan mineral

seperti minyak

Untuk menyempurnakan proses flokulasi dan penjernihan, digunakan

bahan kimia koagulasi yaitu :

 Larutan Alum (aluminium sulfat)

Berupa tepung berwarna putih, dapat larut dalam air, stabil dalam

udara, tidak mudah terbakar, tidak dapat larut dalam alkohol dan dapat
157

dengan cepat membentuk gumpalan. Alum berfungsi sebagai bahan

penggumpal (floculant) untuk menjernihkan air. Pembentukan flok

terbaik pada PH 6,5 – 7,5. Jumlah alum yang diinjeksikan sebanyak

0,06% dari air umpan dengan konsentrasi 17% volum.

 Soda kaustik (NaOH)

Diinjeksikan untuk mengatur pH atau memberikan kondisi basa pada

air sungai sehingga mempermudah pembentukan flok oleh alum

karena air sungai cenderung bersifat asam. Jumlah soda abu yang

diinjeksikan sebanyak 0,05% dari air umpan dengan konsentrasi 11%

volum.

 Kaporit

Berfungsi untuk membunuh bakteri, jamur, dan mikroorganisme.

Jumlah kaporit yang diinjeksikan sebanyak 1,2 % dari umpan dengan

konsentrasi 33 % volum.

Reaksi yang terjadi :

Al2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2


Al2(SO4)3 + 6 NaOH 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4

Proses koagulasi , flokulasi, dan penjernihan :

 Zat-zat pengotor dalam bentuk senyawa suspensi koloidal tersusun

dari ion-ion bermuatan negatif yang saling tolak-menolak.

 Aluminium Sulfat dalam air akan larut membentuk ion Al3+ dan OH-

serta menghasilkan asam sulfat sebagai berikut:

Al2(SO4)3 + 6 H2O  2 Al3+ + 6 OH- + 3 H2SO4


158

 Ketika ion yang bermuatan positif dalam koagulan (Alum, Al3+)

bertemu / kontak dengan ion negatif tersebut pada kondisi pH tertentu

maka akan terbentuk floc (butiran gelatin).

 Butiran partikel floc ini akan terus bertambah besar dan berat sehingga

cenderung akan mengendap ke bawah.

 Pada proses pembentukan floc, pH cenderung turun (asam) karena

terbentuk juga H2SO4. Untuk mengontrol pH, diinjeksikan NaOH.

 Untuk menjamin koagulasi yang efisien pada dosis bahan kimia yang

minimal maka koagulant harus dicampur secara cepat dengan air.

 Tahap selanjutnya adalah menjaga pembentukan floc (flokulasi) dan

mengendapkan partikel floc sambil memperhatikan pembentukan

lapisan lumpur (sludge blanket) dengan pengadukan pelan, sehingga

air yang jernih akan terpisah dari endapan floc. Proses ini terjadi di

Clarifier / Floctreator.

 Lapisan lumpur juga berfungsi menahan floc yang baru terbentuk, oleh

karena itu harus dijaga tetap ada.

 Untuk menjaga supaya lumpur merata dan tidak terlalu padat

dilakukan pengadukan lambat.

 Level lapisan lumpur dijaga dengan melakukan blowdown

b. Penyaringan (Filtration)

 Air yang dipersiapkan sebagai bahan baku untuk proses pertukaran

ion (ion exchanger) harus disaring untuk mencegah fouling di penukar

ion yang disebabkan oleh kotoran yang terbawa. Sejumlah kotoran


159

yang terbawa dikoagulasikan pada proses penjernihan. Bahan akan

dihilangkan termasuk bahan organik, warna dan bakteri. Selama

operasi dari filter, kotoran yang masih terbawa pada air setelah

mengalami proses penjernihan akan terlepas oleh filter dan terkumpul

pada permukaan bed.

 Penyaringan ini menggunakan media pasir atau sand filter berbentuk

silinder vertikal yang terdiri dari antrasit, coarse sand, fine sand, dan

activated carbon. Activated carbon digunakan untuk menghilangkan

klorin, bau dan warna. Bila sand filter ini telah jenuh maka perlu

dilakukan regenerasi, dengan cara cuci aliran balik (backwash) dengan

aliran yang lebih tinggi dari aliran filtrasi, hal ini dilakukan untuk

melepaskan kotoran (suspended matters) dari permukaan filter dan

untuk memperluas bidang penyaringan. Setelah di-backwash dan filter

dioperasikan kembali, air hasil saringan untuk beberapa menit pertama

dikirim ke pembuangan, hal ini dilakukan untuk membersihkan sistem

dari benda-benda padat yang masih terbawa dan setelah itu dibuang.

 Backwash filter secara otomatis terjadi bila hilang tekan tinggi (high

pressure drop) tercapai atau waktu operasi (duration time) tercapai.

c. Demineralisasi

 Fungsi dari demineralisasi adalah mengambil semua ion yang

terkandung di dalam air. Air yang telah mengalami proses ini disebut

air demin (deionized water). Sistem demineralisasi disiapkan untuk

mengolah air filter dengan penukar ion (ion exchanger) untuk


160

menghilangkan padatan yang terlarut dalam air dan menghasilkan air

demin sebagai air umpan ketel (boiler feed water) untuk

membangkitkan steam tekanan 338,15 kPa dan temperatur 115 oC.

 Untuk keperluan air umpan boiler, tidak cukup hanya air bersih, oleh

karenanya air tersebut masih perlu diperlakukan lebih lanjut yaitu

penghilangan kandungan mineral yang berupa garam-garam terlarut.

 Garam terlarut di dalam air berikatan dalam bentuk ion positif (cation)

dan negatif (anion). Ion-ion tersebut dihilangkan dengan cara

pertukaran ion di alat Penukar Ion (Ion Exchanger).

 Mula-mula air bersih (Filtered Water) dialirkan ke Cation Exchanger

yang diisi resin cation yang akan mengikat cation dan melepaskan ion

H+. Selanjutnya air mengalir ke Anion Exchanger dimana anion dalam

air bertukar dengan ion OH- dari resin anion.

 Air keluar dari Anion Exchanger hampir seluruh garam terlarutnya

telah diikat. Air demin yang dihasilkan kemudian disimpan di tanki

penyimpanan (Demin Water Storage).

 Setiap periode tertentu, resin yang dioperasikan untuk pelayanan akan

mengalami kejenuhan dan tidak mampu mengikat cation/ anion secara

optimal. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran/ pengaktifan kembali

dengan cara regenerasi.

 Regenerasi resin dilakukan dengan proses kebalikan dari operasi

service. Resin cation diregenerasi menggunakan larutan H2SO4,

sedangkan resin anion menggunakan larutan NaOH.


161

2. Unit Penyediaan Steam

Sistem penyedian steam terdiri dari deaerator dan boiler Proses deaerasi

terjadi dalam deaerator berfungsi untuk membebaskan air bebas mineral

(demin water) dari komponen udara melalui spray, sparger yang berkontak

secara couenter current dengan steam. Demin water yang sudah bebas dari

komponen udara ditampung dalam drum dari deaerator. Deaerator memiliki

waktu tinggal 15 menit. Larutan hidrazin diinjeksikan ke dalam deaerator

untuk menghilangkan oksigen terlarut dalam air bebas mineral dengan

reaksi:

N2H4 + O2 N2 + 2 H2O

Kandungan oksigen keluar dari deaerator didesain tidak lebih besar dari

0,007 ppm.

Pembentukan steam terjadi di dalam boiler. Untuk pabrik Sirup Fruktosa

dibutuhkan steam dengan 338,15 kPa dan temperatur 115 oC. Jenis boiler

yang digunakan adalah fire tube boiler . dengan air umpan boiler melalui

tube dan terjadi pembentuan steam pada tube. Fire tube boiler digunakan

untuk membangkitkan steam dengan tekanan maksimal 18 bar dan

temperatur 210 oC.

3. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh generator yang digerakkan oleh

turbin uap, dimana menggunakan steam yang dihasilkan dari boiler, hal ini

bertujuan agar tidak diperlukan aliran listrik dari PLN, dan hal ini membuat
162

keefisienan energi pabrik ini menjadi lebih baik. Generator yang digunakan

adalah generator bolak balik atas dasar pertimbangan sebagai berikut :

 Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar

 Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan

dengan menggunakan transformator.

Kebutuhan listrik total sebesar 473,448 kW

4. Unit Penyediaan Bahan Bakar

Unit pengadaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan

bakar pada generator dan boiler. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan

bakar cair yaitu solar (untuk generator) dan fuel oil (untuk boiler) yang

diperoleh dari PERTAMINA atau distribusinya.

Pemilihan didasarkan pada pertimbangan bahan bakar cair:

 mudah didapat

 tersedia secara kontinyu

 mudah dalam penyimpanannya

Kebutuhan bahan bakar :

Solar = 84,116 liter/jam

5. Unit Penyediaan Udara Tekan

Unit penyediaan udara tekan digunakan untuk menjalankan instrumentasi

seperti untuk menggerakkan control valve serta untuk pembersihan

peralatan pabrik. Udara instrumen bersumber dari udara di lingkungan


163

pabrik, hanya saja udara tersebut harus dinaikkan tekanannya dengan

menggunakan compressor. Untuk memenuhi kebutuhan digunakan

compressor dan didistribusikan melalui pipa-pipa.

6.2 Unit Pengolahan Limbah

Beberapa limbah yang dihasilkan dari pabrik Sirup Fruktosa sebagai berikut

1. Air buangan sanitasi

Air buangan sanitasi yang berasal dari seluruh toilet di kawasan pabrik,

pencucian, dan dapur dapat langsung dibuang ke pembuangan umum,

sedangkan kotoran yang berasal dari toilet dibuang ke tempat pembuangan

khusus septic tank.

2. Air buangan dari peralatan proses

Air buangan ini mengandung bahan organik yang mungkin disebabkan oleh:

 Kebocoran dari suatu peralatan.

 Kebocoran karena tumpah pada saat pengisian.

 Pencucian atau perbaikan peralatan.

Air buangan yang mengandung bahan organik dilakukan pemisahan

berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Larutan organik di bagian atas

dialirkan ke tungku pembakaran, sedangkan air di bagian bawah dialirkan

ke penampungan akhir, yang kemudian dapat dibuang ke pembuangan

umum.

3. Sisa Pati
Sisa pati yang tidak bereaksi dalam proses, dapat diberikan untuk pakan
ternak.
164

6.3 Laboratorium

Laboratorium merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang

kelancaran proses produksi dan menjaga mutu produksi. Dengan data yang

diperoleh dari laboratorium maka proses produksi akan selalu dapat

dikendalikan dan kualitas produk dapat dijaga sesuai dengan spesifikasi yang

diharapkan. Disamping itu juga berperan dalam pengendali pencemaran

lingkungan.

Laboratorium mempunyai tugas pokok antara lain :

1. Sebagai pengendali kualitas bahan baku dan pengendali kualitas produk.

2. Sebagai pengendali terhadap proses produksi dengan melakukan analisis

terhadap pencemaran lingkungan yang meliputi polusi udara, limbah cair

dan limbah padat yang dihasilkan unit-unit produksi.

3. Sebagai pengendali terhadap mutu air proses, air pendingin, air umpan

Boiler, Steam, dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan proses

produksi.

Laboratorium melaksanakan tugas selama 24 jam sehari dalam kelompok kerja

shift dan non-shift.

1. Kelompok Non–Shift

Kelompok ini bertugas melakukan analisis khusus, yaitu Analisis yang

sifatnya tidak rutin dan menyediakan reagen kimia yang diperlukan oleh

laboratorium. Dalam membantu kelancaran kinerja kelompok shift,

kelompok ini melaksanakan tugasnya di laboratorium utama dengan tugas-

tugas antara lain :


165

 Menyediakan reagen kimia untuk analisis laboratorium.

 Melakukan Analisis bahan buangan penyebab polusi.

 Melakukan penelitian/percobaan untuk membantu kelancaran produksi.

2. Kelompok Shift

Kelompok ini melaksanakan tugas pemantauan dan analisis-analisis rutin

terhadap proses produksi. Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok ini

menggunakan sistem bergilir yaitu kerja shift selama 24 jam dengan

masing-masing shift bekerja selama 8 jam.

Dalam pelaksanaan tugasnya, seksi laboratorium dikelompokkan menjadi :

a. Laboratorium Fisika

Bagian ini mengadakan pemeriksaan atau pengamatan terhadap sifat-sifat

fisis bahan baku dan produk. Pengamatan yang dilakukan antara lain :

spesifik grafity, viskositas kinematik dan kandungan air

b. Laboratorium Analitik

Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap bahan baku dan produk

mengenai sifat-sifat kimianya.

Analisis yang dilakukan antara lain :

 Kadar impuritis pada bahan baku

 Kandungan logam berat

 Kandungan metal

c. Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya :

 Diversifikasi produk
166

 Pemeliharaan lingkungan (pembersihan air buangan).

Disamping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga

mengadakan penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya saja penelitian

terhadap produk di unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan penelitian,

guna mendapatkan alternatif lain tentang penggunaan bahan baku.

d. Laboratorium Analisis Air

Pada laboratorium Analisis air ini yang di analisis antara lain :

 Bahan baku air

 Air demineralisasi

 Air pendingin

 Air umpan boiler

Parameter yang diuji antara lain warna, pH, kandungan klorin, tingkat

kekeruhan, total kesadahan, jumlah padatan, total alkalinitas, kadar

minyak, sulfat, silika dan konduktivitas air.

 Alat- alat yang digunakan dalam laboratorium Analisis air adalah :

 pH meter, digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman / kebasaan.

 Spektrometer, untuk menentukan konsenterasi suatu senyawa terlarut

dalam air dengan syarat larutan harus berwarna.

 Spectroscopy, untuk menentukan kadar sulfat.

 Gravimetric, untuk mengetahui jumlah kandungan padatan dalam air.

 Peralatan titrasi , untuk mengetahui kandungan klorida, kasadahan dan

alkalinitas.

 Conductivity meter , untuk mengetahui konduktivitas suatu zat yang

terlarut dalam air.


167

Air terdeminerasasi yang dihasilkan unit terdemineralizer juga diuji

oleh departemen ini. Parameter yang diuji antara lain pH, konduktivitas

dan kandungan silikat (SiO2). Sedangkan parameter air umpan boiler

yang dianalisis antara lain kadar hidrazin, amonia dan ion fosfat.

e. Alat Analisis

Alat Analisis yang digunakan :

 Water Content Tester, untuk menganalisis kadar air dalam produk.

 Viskometer Bath, untuk mengukur viskositas produk keluar reaktor.

 Hydrometer, untuk mengukur spesific gravity.

6.4 Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Dalam pengoperasian dan pengendalian alat-alat proses, diperlukan sistem

instrumentasi yang dapat mengukur, mengindikasikan, dan mencatat variabel-

variabel proses. Variabel proses itu antara lain temperatur, tekanan, laju alir,

dan ketinggian. Pengendalian alat-alat proses dipusatkan di ruang kendali,

walaupun dapat pula dilakukan langsung di lapangan. Pengendalian terhadap

kualitas bahan baku dan produk dilakukan di laboratorium pabrik.

Sistem pengendalian di pabrik caprolactam ini menggunakan Distributed

Control System (DCS). Sistem ini mempergunakan komputer mikroprosesor

yang membagi aplikasi besar menjadi sub-sub yang lebih kecil. Data yang

diperoleh dari elemen-elemen sensor diolah dan disimpan. Pengendalian

dilakukan dalam Programmable Logic Controller dengan cara mengubah data-


168

data tersebut menjadi sinyal elektrik untuk pembukaan atau penutupan valve-

valve. Untuk melakukan perhitungan matematis yang rumit dan kompleks

dibutuhkan Supervisor Control System (SCS).

Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh SCS adalah :

1. Kalkulasi termodinamik.

2. Prediksi sifat/komposisi produk dan kontrol.

3. Menyimpan data dalam jangka waktu yang panjang.

Keempat tingkatan ini diperlihatkan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6.Tingkatan Kebutuhan Informasi dan Sistem Pengendalian.

Tingkatan Fungsi
1. Regulatory and Sequential Memantau, mengendalikan, dan
Control mengatur berbagai aktuator dan
perangkat lapangan yang berhubungan
langsung dengan proses.
2. Supervisory Control System - Mengkoordinasikan kegiatan satu atau
lebih DCS
- Menyediakan plantwide summary dan
plantwide process overview.
4. Sistem informasi yang Pengaturan operasi hari ke hari, seperti
dibutuhkan oleh Local Plant penjadwalan produk, pemantauan
Management operasi, laboratorium jaminan kualitas,
akumulasi data produksi – biaya, dan
tracking shipment.
4. Management Information Mengkoordinasikan informasi
System keuangan, penjualan, dan
pengembangan produk pada tingkat
perusahaan.
169

Pengendalian terhadap variabel proses dilakukan dengan sistem pengendali

elektronik. Variabel-variabel yang dikendalikan berupa temperatur, tekanan,

laju alir dan level cairan.


VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

7.1 Lokasi Pabrik

Lokasi perusahaan merupakan hal yang penting dalam menentukan kelancaran

usaha. Kesalahan pemilihan lokasi pabrik dapat menyebabkan biaya produksi

menjadi mahal sehingga tidak ekonomis. Hal- hal yang menjadi pertimbangan

dalam menentukan lokasi suatu pabrik meliputi biaya operasional, ketersediaan

bahan baku dan penunjang, sarana dan prasarana, dampak sosial, dan studi

lingkungan. Lokasi yang dipilih untuk pendirian Pabrik Fruktosa adalah di

Provinsi Lampung, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pertimbangan alasan

pemilihan lokasi ini antara lain :

1. Bahan Baku

Jumlah produksi singkong di Provinsi Lampung sejumlah 261.237 ton/ha.

Ini menunjukan pasokan singkong dapat memenuhi dari jumlah kebutuhan

bahan baku yang diperlukan. Pasokan ini berasal dari beberapa daerah di

Propinsi Lampung, seperti: Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat, dan

lain-lain.

2. Persediaan air

Kebutuhan air di Pabrik Fruktosa disuplai dari air sungai yang terlebih

dahulu diproses di unit pengolahan air agar layak pakai. Air sungai tersebut
171

digunakan sebagai air proses, air pendingin, dan air sanitasi. Sungai yang

mengalir di daerah ini adalah Sungai Tulang Bawang, yang memiliki debit

aliran sebesar 216 m3/s (Atlas Lampung, 1999) dengan panjang 256 km dan

daerah aliran sungai 1.270 km2.

3. Tenaga Kerja

Sama halnya dengan pabrik gula pada umumnya, Pabrik Fruktosa ini

membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Tenaga kerja dapat direkrut

dari penduduk sekitar.

4. Fasilitas Transportasi

Lampung merupakan wilayah yang strategis karena terletak di Sumatera

bagian paling selatan dan merupakan wilayah pelabuhan (berbatasan dengan

Selat Sunda). Sehingga berdekatan dengan kawasan industri Jabodetabek,

yang merupakan pusat pengembangan industri nasional. Hal ini merupakan

peluang yang menjanjikan bagi Lampung untuk memperluas jaringan

pemasaran dan perdagangan antar-pulau/kota. Lokasi pabrik direncanakan

pula dekat dengan jalan raya. Hal ini memudahkan dalam proses distribusi

bahan baku maupun produk.

7.2 Tata Letak Pabrik

Dalam menempatkan peralatan pabrik, tata letak alat proses, penyimpanan

bahan baku dan produk atau gudang, transportasi, laboratorium, kantor harus di

susun sedemikian rupa sehingga diperoleh koordinasi kerja yang efisien.

Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam menata pabrik agar efisien antara

lain :
172

a. Pemilihan lokasi memungkinkan untuk melakukan perluasan pabrik di masa

yang akan datang.

b. Distribusi utilitas yang tepat dan efisien

c. Tata letak alat-alat pabrik disusun secara sistematis sehingga pengoperasian,

pengawasan dan perbaikan mudah dilakukan.

d. Buangan proses tidak mengganggu operasi pabrik dan masyarakat

sekitarnya.

e. Aspek keselamatan kerja yang lebih terjamin.

f. Aspek estetika yang disesuaikan dengan lingkungan yang ada.

7.3 Prakiraan Area Lingkungan

Berdasarkan faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, maka

direncanakan luas pabrik yang akan didirikan memerlukan luas lahan sebagai

berikut :

a. Area pabrik 3,0 ha

b. Area tanah untuk fasilitas penunjang 0,5 ha

c. Area tanah untuk perluasan pabrik 0,5 ha

Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi dan tata letak pabrik serta peralatan

dapat di lihat pada gambar 7.1, 7.2, dan 7.3 sebagai berikut :
173

Lokasi Pabrik

(Sumber: http://www.maps.google.com, diakses 5 Mei 2015)

Gambar 7.1. Lokasi Pabrik Sirup Fruktosa


174

Gambar 7.2. Tata Letak Pabrik

Keterangan:

= Hydrant
175

Gambar 7.3. Tata Letak Alat Proses

Keterangan:

1. Tangki Penyimpanan E.A.Amilase (ST-101)

2. Tangki Penyimpanan E.Glukoamilase (ST-102)

3. Tangki Penyimpanan E.Glukoisomerase (ST-103)

4. Tangki Penyimpanan HCL (ST-104)

5. Tangki Penyimpanan NaOH (ST-105)

6. Tangki Penyimpanan Tapioka (ST-106)

7. Tangki Pencampuran (TP-101)

8. Tangki Gelatinasi (TG-101)

9. Cooler (CL-101)

10. Reaktor Likuifikasi (RE-201)


176

11. Cooler (CL-201)

12. Reaktor Sakarifikasi (RE-301)

13. Centrifuge (CE-301)

14. Reaktor Isomerisasi (RE-401)

15. Adsorber (AD-501)

16. Evaporator (EV-501)

17. Cooler (CO-501)

18. Storage Tank (ST-601)


VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

8.1 Bentuk Perusahaan

Perusahaan adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisasikan dan

dioperasikan untuk menyediakan barang dan jasa bagi konsumen agar

memperoleh keuntungan. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi

perusahaan bertugas untuk mengatur, merencanakan, melaksanakan dan

mengendalikan perusahaan dengan efektif dan efisien. Selain itu, untuk

mendapatkan profit yang optimal juga harus didukung oleh pembagian tugas

dan wewenang yang jelas dari setiap personil yang terlibat dalam perusahaan.

Oleh karena itu untuk kelancaran jalannya perusahaan diperlukan pemilihan

bentuk dan sistem manajemen organisasi yang sesuai dengan kapasitas dan

tujuan perusahaan.

1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan Perseorangan yaitu badan usaha yang didirikan, dimiliki, dan

dimodali oleh satu orang. Pemilik juga bertindak sebagai pemimpin. Pemilik

bertanggung jawab penuh atas segala hutang/kewajiban perusahaan dengan

seluruh hartanya, baik yang ditanamkan pada perusahaan maupun harta

pribadinya.
178

2. Perusahaan Firma

Perusahaan Firma yaitu badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh

beberapa orang dengan memakai satu nama (salah satu anggota atau nama

lain) untuk kepentingan bersama. Semua anggota firma bertindak sebagai

pemimpin perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas segala

kewajiban/hutang firma dengan seluruh hartanya, baik harta yang

ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya.

3. Perusahaan Komanditer

Perusahaan Komanditer yaitu badan usaha yang didirikan oleh dua orang

atau lebih dimana sebagian anggotanya duduk sebagai anggota aktif dan

sebagian yang lain sebagai anggota pasif. Anggota aktif yaitu anggota yang

bertugas mengurus, mengelola, dan bertanggung jawab atas maju

mundurnya perusahaan. Anggota aktif bertanggung jawab penuh atas

kewajiban perusahaan dengan seluruh harta bendanya, baik yang

ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya. Sedangkan anggota

pasif yaitu anggota yang hanya berperan memasukkan modalnya ke

perusahaan.

4. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas yaitu badan usaha yang modalnya didapatkan dari

penjualan saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh

perusahaan atau PT. Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab pada

sejumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan dan setiap pemegang


179

saham adalah pemilik perusahaan. Bentuk usaha ini memiliki kapabilitas

untuk dapat memiliki, mengatur dan mengolah kekayaannya sendiri serta

dapat mengumpulkan modal secara efektif.

Bentuk perusahaan yang direncanakan pada prarancangan Pabrik Sirup

Fruktosa ini adalah Perseroan Terbatas (PT), dengan bidang usahanya adalah

produksi Sirup Fruktosa dan berlokasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

 Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas (PT)

 Lapangan Usaha : Industri Sirup Fruktosa

 Lokasi Perusahaan : Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung

Alasan dipilihnya bentuk Perseroan Terbatas berdasarkan atas beberapa faktor :

1. Mudah mendapatkan modal dengan menjual saham perusahaan.

2. Tanggung jawab pemegang saham terbatas sehingga kelancaran produksi

hanya dipegang oleh pimpinan perusahaan.

3. Pemilik dan pengurus perusahaan terpisah satu sama lain. Pemilik

perusahaan adalah para pemegang saham dan pengurus perusahaan adalah

direksi beserta stafnya yang diawasi oleh dewan komisaris.

4. Lapangan usaha lebih luas karena suatu PT dapat menarik modal yang

sangat besar dari masyarakat sehingga dengan modal ini PT dapat

memperluas usaha sehingga kelangsungan hidup perusahan lebih terjamin,

karena tidak terpengaruh dengan berhentinya pemegang saham, manajer

beserta staff-nya dan karyawan perusahaan.

5. Kepemilikan dapat berganti-ganti dengan jalan memindahkan hak milik

dengan cara menjual saham kepada orang lain.


180

6. Efisiensi dari manajemen. Para pemegang saham dapat memilih orang yang

ahli sebagai Dewan Komisaris dan Direktur Utama yang cakap dan

berpengalaman.

8.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Salah satu faktor yang menunjang kemajuan perusahaan adalah struktur

organisasi yang terdapat dan dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Struktur

organisasi yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan ini adalah sistem line

and staff, mengingat pabrik ini merupakan perusahaan besar yang mempunyai

ruang lingkup serta karyawan yang banyak sehingga membutuhkan staf ahli

sebagai pemberi saran dalam bidangnya kepada pemimpin perusahaan.

Pada sistem ini, masing-masing jabatan mempunyai tugas dan wewenang yang

berbeda sesuai dengan bidangnya. Ada dua kelompok orang yang berpengaruh

dalam menjalankan organisasi garis dan staff ini, yaitu :

1. Sebagai staff yaitu orang-orang yang melakukan tugas sesuai dengan

keahliannya, dalam hal ini berfungsi untuk memberi saran-saran kepada unit

operasional.

2. Sebagai garis atau line yaitu orang-orang yang menjalankan tugas pokok

organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

Sistem organisasi ini mempunyai kelebihan antara lain:


181

1. Dapat digunakan dalam organisasi skala besar dengan susunan organisasi

yang kompleks dan pembagian tugas yang beragam.

2. Dapat menghasilkan keputusan yang logis dan sehat karena adanya pegawai

yang ahli.

3. Lebih mudah dalam pelaksanaan pengawasan dan pertanggungjawaban.

4. Cocok untuk perubahan yang cepat (rasionalisasi dan promosi).

5. Memungkinkan konsentrasi dan loyalitas tinggi terhadap pekerjaan.

Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada gambar berikut.


182

Gambar 8.1 Struktur Organisasi Perusahaan

(Sumber : elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar...umum/Bab_5.pdf)
183

Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dalam pelaksanaan tugas sehari-

harinya diwakili oleh dewan komisaris yang dipimpin oleh presiden komisaris,

sedangkan tugas untuk menjalankan perusahaan dilaksanakan direktur utama

dibantu oleh direktur produksi serta direktur keuangan dan umum, dimana

direktur produksi membawahi bagian teknik dan produksi. Sedangkan direktur

keuangan dan umum membawahi bagian pemasaran, keuangan dan umum.

Masing-masing kepala bagian akan membawahi beberapa seksi yang dikepalai

oleh kepala seksi dan masing-masing seksi akan membawahi dan mengawasi

para karyawan perusahaan pada masing-masing bidangnya. Karyawan

perusahaan akan dibagi dalam beberapa kelompok regu yang dipimpin oleh

masing-masing kepala regu, dan masing-masing kepala regu akan bertanggung

jawab kepada kepala pengawas pada masing-masing seksi.

8.3 Tugas dan Wewenang

Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif

berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Adapun tugas dan wewenang dari

organ-organ PT adalah :

1. Pemegang Saham

Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk

kepentingan pendirian dan berjalannya operasi perusahaan tersebut.

Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai bentuk Perseroan

Terbatas (PT) adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS

tersebut para pemegang saham berwenang :


184

a. Mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris.

b. Mengangkat dan memberhentikan dewan direksi.

c. Mengesahkan hasil-hasil serta neraca perhitungan untung-rugi tahunan

dari perusahaan.

2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan pelaksana tugas sehari-hari dari pemilik

saham, sehingga dewan komisaris akan bertanggung jawab terhadap pemilik

saham. Tugas-tugas dewan komisaris meliputi :

a. Menilai dan menyetujui rencana direksi tentang kebijaksanaan umum,

target perusahaan, alokasi sumber-sumber dana dan pengarahan

pemasaran.

b. Mengawasi tugas-tugas direktur.

c. Membantu direktur utama dalam tugas-tugas yang penting.

3. Dewan Direksi

a. Direktur Utama

Direktur utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan

bertanggung jawab sepenuhnya terhadap maju mundurnya perusahaan.

Direktur utama bertanggung jawab kepada dewan komisaris atas segala

tindakan dan kebijaksanaan yang diambil sebagai pimpinan perusahaan.

Direktur utama membawahi direktur produksi dan direktur keuangan dan

umum. Tugas direktur utama antara lain :


185

1) Melaksanakan kebijakan perusahaan dan mempertanggungjawabkan

pekerjaannya pada pemegang saham pada akhir masa jabatannya.

2) Menjaga stabilitas organisasi perusahaan dan membuat kontinuitas

hubungan yang baik antara pemilik saham, pimpinan, konsumen dan

karyawan.

3) Mengangkat dan memberhentikan kepala bagian dengan persetujuan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

4) Mengkoordinir kerjasama dengan direktur produksi serta direktur

keuangan dan umum.

b. Direktur

Secara umum tugas direktur adalah mengkoordinir, mengatur dan

mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai

dengan garis-garis yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Direktur

yang terdiri dari direktur teknik dan produksi, serta direktur keuangan

dan umum bertanggung jawab kepada direktur utama. Tugas direktur

teknik dan produksi antara lain :

1) Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang produksi

dan teknik

2) Mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

kepala-kepala bagian yang menjadi bawahannya.


186

Tugas direktur keuangan dan umum antara lain :

1) Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang keuangan,

pemasaran dan pelayanan umum.

2) Mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

kepala-kepala bagian yang menjadi bawahannya.

c. Staff Ahli

Staff ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu direktur

dalam menjalankan tugasnya baik yang berhubungan dengan teknik

maupun administrasi. Staff ahli bertanggung jawab kepada direktur

utama. Tugas dan wewenang staff ahli meliputi :

1) Memberikan nasehat dan saran dalam perencanaan pengembangan

perusahaan.

2) Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan.

3) Memberikan saran-saran dalam bidang hukum.

d. Kepala Bagian

Secara umum tugas kepala bagian adalah mengkoordinir, mengatur dan

mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai

dengan garis-garis yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Kepala

bagian bertanggung jawab kepada direktur sesuai dengan bagiannya

masing-masing. Kepala bagian terdiri dari :


187

1) Kepala Bagian Produksi

Bertanggung jawab kepada direktur teknik dan produksi dalam bidang

mutu dan kelancaran produksi. Kepala bagian produksi membawahi :

a) Seksi Proses

Tugas seksi proses meliputi :

 Menjalankan tindakan seperlunya pada peralatan produksi yang

mengalami kerusakan, sebelum diperbaiki oleh seksi yang

berwenang.

 Mengawasi jalannya proses dan produksi.

b) Seksi Laboratorium & Pengendalian Proses (PP)

Tugas seksi laboratorium & pengendalian proses yaitu :

 Menangani hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan

kerja

 Mengurangi potensi bahaya yang ada.

 Mengawasi dan menganalisis mutu bahan baku dan bahan

pembantu.

 Mengawasi dan menganalisis produk.

 Mengawasi kualitas buangan pabrik.

c) Seksi Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Tugas dan wewenang litbang adalah :

 Mempertinggi mutu suatu produk dan mengadakan pemilihan

pemasaran produk ke suatu tempat.


188

 Memperbaiki proses dari pabrik/perencanaan alat untuk

pengembangan produksi.

 Mempertinggi efisiensi kerja.

2) Kepala Bagian Teknik

Tugas kepala bagian teknik antara lain :

a) Bertanggung jawab kepada direktur teknik dan produksi dalam

bidang peralatan, proses dan utilitas.

b) Mengkoordinir kepala-kepala seksi yang menjadi bawahannya.

Kepala bagian teknik membawahi :

a) Seksi Pemeliharaan

Tugas Seksi Pemeliharaan meliputi :

 Melaksanakan pemeliharaan fasilitas gedung dan peralatan

pabrik.

 Memperbaiki peralatan pabrik.

b) Seksi Utilitas

Tugas seksi utilitas adalah melaksanakan dan mengatur sarana

utilitas untuk memenuhi kebutuhan proses, air, udara dan tenaga

listrik.
189

3) Kepala Bagian Pemasaran

Kepala bagian pemasaran bertanggung jawab kepada direktur

keuangan dan Umum dalam bidang pengadaan bahan baku dan

pemasaran hasil produksi. Kepala bagian pemasaran membawahi :

a) Seksi Pembelian

Tugas seksi pembelian antara lain :

 Melaksanakan pembelian barang dan peralatan yang dibutuhkan

perusahaan

 Mengetahui harga pemasaran dan mutu bahan baku serta

mangatur keluar masuknya bahan dan alat dari gudang.

b) Seksi Pemasaran

Tugas seksi pemasaran antara lain :

 Merencanakan strategi penjualan hasil produksi

 Mengatur distribusi hasil produksi dari gudang

4) Kepala Bagian Keuangan

Kepala bagian keuangan bertanggung jawab kepada direktur keuangan

dan umum dalam bidang administrasi dan keuangan. Kepala Bagian

Keuangan membawahi :

a) Seksi Administrasi

Tugas seksi administrasi adalah menyelenggarakan pencatatan

hutang piutang, administrasi persediaan kantor dan pembukuan

serta masalah pajak.


190

b) Seksi Kas

Tugas Seksi Kas antara lain :

 Mengadakan perhitungan tentang gaji dan insentif karyawan.

 Menghitung penggunaan uang perusahaan, mengamankan uang

dan membuat prediksi keuangan masa depan.

5) Kepala Bagian Umum

Kepala bagian umum bertanggung jawab kepada direktur keuangan

dan umum dalam bidang personalia, hubungan masyarakat dan

keamanan. Kepala bagian umum membawahi :

a) Seksi Personalia

Tugas Seksi Personalia antara lain :

 Membina tenaga kerja dan menciptakan suasana kerja yang

sebaik mungkin antara pekerja dan pekerjaannya serta

lingkungannya supaya tidak terjadi pemborosan waktu dan

biaya.

 Mengusahakan disiplin kerja yang tinggi dalam menciptakan

kondisi kerja yang dinamis.

 Melaksanakan hal-hal yang berhubungan dalam kesejahteraan

karyawan.

b) Seksi Humas

Tugas Seksi Humas adalah mengatur hubungan perusahaan dengan

masyarakat luar.
191

c) Seksi Keamanan

Tugas Seksi Keamanan antara lain :

 Menjaga semua bangunan pabrik dan fasilitas yang ada di

perusahaan.

 Mengawasi keluar masuknya orang-orang baik karyawan

maupun bukan karyawan ke dalam lingkungan perusahaan.

 Menjaga dan memelihara kerahasiaan yang berhubungan dengan

intern perusahaan.

6) Kepala Seksi

Kepala seksi adalah pelaksana pekerjaan dalam lingkungan bidangnya

sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh kepala bagian masing-

masing agar diperoleh hasil maksimum dan efektif selama

berlangsungnya proses produksi. Setiap kepala seksi bertanggung

jawab terhadap kepala bagiannya masing-masing sesuai dengan

seksinya.

Karena bahan-bahan yang ada di pabrik diproses secara kimia, maka

perusahaan menetapkan dasar bagi rekrutmen operator pabrik dengan modal

pendidikan minimum adalah SMA. Karena masing-masing operator harus

sudah memiliki bekal pengetahuan ilmu kimia yang baru diajarkan oleh

sekolah kepada siswa SMA. Diharapkan dengan bekal ilmu pengetahuan yang

sesuai, para karyawan mulai dari tingkat operator mempunyai kesadaran yang
192

tinggi tentang keselamatan kerja dan mengatahui bahaya dari bahan kimia yang

dikelola oleh unit kerjanya.

Status Karyawan dan Sistem Penggajian

Pada pabrik Sirup Maltosa ini sistem penggajian karyawan berbeda-beda

tergantung pada status karyawan, kedudukan, tanggung jawab dan keahlian.

Menurut status karyawan dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut:

a. Karyawan Tetap

Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan Surat Keputusan

(SK) Direksi dan mendapat gaji bulanan sesuai dengan kedudukan, keahlian

dan masa kerja.

b. Karyawan Harian

Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan direksi tanpa Surat

Keputusan (SK) Direksi dan mendapat upah harian yang dibayar tiap akhir

pekan.

c. Karyawan Borongan

Yaitu karyawan yang digunakan oleh pabrik bila diperlukan saja. Karyawan

ini menerima upah borongan untuk suatu perusahaan.

8.4 Pembagian Jam Kerja Karyawan

Pabrik Sirup Maltosa direncanakan beroperasi 330 hari selama satu tahun dan

24 jam perhari. Sisa hari yang bukan hari libur digunakan untuk perbaikan atau

perawatan dan shutdown. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan

digolongkan dalam 2 golongan, yaitu :


193

1) Karyawan Reguler

Karyawan reguler adalah para karyawan yang tidak menangani proses

produksi secara langsung. Yang termasuk karyawan reguler yaitu direktur,

staff ahli, kepala bagian, kepala seksi serta bawahan yang berada di kantor.

Karyawan reguler dalam satu minggu akan bekerja selama 5 hari dan libur

pada hari Sabtu, Minggu dan hari besar, dengan pembagian jam kerja

sebagai berikut :

Jam kerja :

 Hari Senin – Jumat : jam 07.00 - 16.00

Jam istirahat :

 Hari Senin – Kamis : jam 12.00 – 12.30

 Hari Jumat : jam 11.30 – 13.00

2) Karyawan Shift

Karyawan shift adalah karyawan yang secara langsung menangani proses

produksi atau mengatur bagian-bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai

hubungan dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi. Yang

termasuk karyawan shift antara lain karyawan unit proses, utilitas,

laboratorium, sebagian dari bagian teknis, bagian gudang dan bagian-bagian

yang harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik.

Para karyawan shift akan bekerja bergantian sehari semalam, dengan

pengaturan sebagai berikut :

Karyawan Produksi dan Teknik :

 Shift pagi : jam 07.00 – 16.00

 Shift siang : jam 16.00 – 23.00


194

 Shift malam : jam 23.00 – 07.00

Karyawan Keamanan :

 Shift pagi : jam 07.00 – 16.00

 Shift siang : jam 16.00 – 23.00

 Shift malam : jam 23.00 – 07.00

Karyawan shift terbagi dalam 4 regu dan dalam sehari terdapat 3 regu

bekerja dan 1 regu libur dan dikenakan secara bergantian. Tiap regu akan

mendapat giliran 3 hari kerja dan 1 hari libur tiap-tiap shift dan masuk lagi

untuk shift berikutnya. Jadwal kerja masing-masing regu ditunjukkan pada

tabel berikut.

Tabel 8.1. Jadwal Kerja Masing-Masing Regu


Hari/
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Regu
1 P P P L M M M L S S S L P P
2 S S L P P P L M M M L S S S
3 M L S S S L P P P L M M M L
4 L M M M L S S S L P P P L M

Keterangan :

P = Pagi M = Malam

S = Siang L = Libur

Jadi untuk kelompok kerja shift pada hari ke 13, jam kerja shift kembali

seperti hari pertama, maka waktu siklus selama 13 hari.


195

Kelancaran produksi dari suatu pabrik sangat dipengaruhi oleh faktor

kedisplinan karyawannya. Untuk itu kepada seluruh karyawan diberlakukan

absensi dan masalah absensi ini akan digunakan pimpinan perusahaan

sebagai dasar dalam mengembangkan karir para karyawan dalam

perusahaan.

8.5 Penggolongan Karyawan dan Jumlah Karyawan

1. Penggolongan Jabatan

Rincian jabatan dan prasyarat yang harus dipenuhi terdapat pada tabel

berikut.

Tabel 8.2. Perincian Tingkat Pendidikan


No. Jabatan Prasyarat
1. Direktur Utama Sarjana Semua Jurusan
2. Direktur Teknik dan Produksi Sarjana Teknik Kimia
3. Direktur Keuangan dan Umum Sarjana Ekonomi Akuntansi
4. Staff Ahli Sarjana Teknik/Ekonomi
5. Sekretaris Sarjana Muda Sekretaris
6. Kepala Bagian Umum Sarjana Ekonomi
7. Kepala Bagian Pemasaran Sarjana Ekonomi Manajemen
8. Kepala Bagian Keuangan Sarjana Ekonomi Akuntansi
9. Kepala Bagian Teknik Sarjana Teknik Mesin/Elektro
10. Kepala Bagian Produksi Sarjana Teknik Kimia
11. Kepala Seksi Personalia Sarjana Hukum
12. Kepala Seksi Humas Sarjana Fisip
13. Kepala Seksi Keamanan SMU/Sederajat
14. Kepala Seksi Pembelian Sarjana Ekonomi Manajemen
15. Kepala Seksi Lab & Sarjana Teknik Kimia
Pengendalian Proses
16. Kepala Seksi Litbang Sarjana Teknik Kimia/Kimia
Murni
196

17. Kepala Seksi Pemasaran Sarjana Ekonomi Manajemen


18. Kepala Seksi Administrasi Sarjana Ekonomi Manajemen
19. Kepala Seksi Kas Sarjana Ekonomi Akuntansi
20. Kepala Seksi Proses Sarjana Teknik Kimia
21. Kepala Seksi Pemeliharaan Sarjana Teknik Mesin
22. Kepala Seksi Utilitas Sarjana Teknik Mesin/Elektro
23. Karyawan Personalia & Humas SMU/SMEA/Sederajat
24. Karyawan Keamanan SMU/SMP/Sederajat
25. Karyawan Bagian Pemasaran SMU/SMEA/Sederajat
26. Karyawan Bagian Keuangan SMU/SMEA/Sederajat
27. Karyawan Bagian Produksi SMU/STM/Sederajat
28. Karyawan Bagian Teknik SMU/STM/Sederajat
Sopir, Pesuruh, Cleaning
29. Service SMP/Sederajat

2. Perincian Jumlah Karyawan

Perhitungan jumlah karyawan shift (operator) dilakukan berdasarkan jumlah

dan jenis alat. Perhitungannya ditetapkan menurut operator requirements

for various types of process equipment (Timmerhaus, 2003). Rincian jumlah

karyawan yang bekerja di pabrik Maltosa di tabel berikut:


197

Tabel 8.3. Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat Proses


Jumlah operator
Alat Proses Jumlah alat Koefisien Operator
4 shift
Solid Storage 1 0,0 0 0
Storage 5 0,1 1 5
Mixing Tank 1 0,3 1 4
Gelatination Tank 1 0,2 1 4
Heat Exchanger 3 0,1 1 4
Reactor 6 0,5 1 4
Centrifuge 1 0,5 1 4
Adsorber 3 0,2 1 4
Evaporator 1 0,3 1 4
Pompa Proses 16 0 0 0
Total 8 33

Tabel 8.4. Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat Utilitas


Jumlah operator
Alat Utilitas Jumlah alat Koefisien Operator
4 shift
Cooling Tower 1 1 1 4
Water Treatment 1 2 2 8
Boiler 1 1 1 4
Electricity 1 3 3 12
Water Demin 1 0,5 1 4
Storage Vessel 8 0,2 2 8
Pompa Utilitas 23 0 0 0
Total 10 40
Jumlah Total Operator Alat Proses dan Utilitas = 33 + 40 = 73 orang
198

Tabel 8.5. Perincian Jumlah Karyawan Berdasarkan Jabatan


No. Jabatan Jumlah
1. Direktur Utama 1
2. Direktur Teknik dan Produksi 1
3. Direktur Keuangan dan Umum 1
4 Staff Ahli 2
5. Sekretaris 8
6. Kepala Bagian Umum 1
7. Kepala Bagian Pemasaran 1
8. Kepala Bagian Keuangan 1
9. Kepala Bagian Teknik 1
10. Kepala Bagian Produksi 1
11. Kepala Seksi Personalia 1
12. Kepala Seksi Humas 1
13. Kepala Seksi Keamanan 1
14. Kepala Seksi Pembelian 1
15. Kepala Seksi Lab & Pengendalian Proses 1
16. Kepala Seksi Litbang 1
17. Kepala Seksi Pemasaran 1
18. Kepala Seksi Administrasi 1
19. Kepala Seksi Kas 1
20. Kepala Seksi Proses 1
21. Kepala Seksi Pemeliharaan 1
22. Kepala Seksi Utilitas 1
23. Karyawan Personalia 3
24. Karyawan Humas 3
25. Karyawan Pembelian 3
26. Karyawan Pemasaran 3
27. Karyawan Administrasi 3
28. Karyawan Keamanan 10
29. Karyawan Kas 3
30. Karyawan Proses 52
199

31. Karyawan Lab & Pengendalian proses 10


32. Karyawan Pemeliharaan 3
33. Karyawan Utilitas 40
34. Karyawan Litbang 3
36. Sopir 4
37. Pesuruh 4
38. Cleaning Service 6
39. Dokter 2
40. Paramedis 4
Total 186

3. Penggolongan dan Gaji

Sistem gaji pada perusahaan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Gaji bulanan

Gaji ini diberikan kepada pegawai tetap. Besarnya gaji sesuai dengan

peraturan perusahaan.

b. Gaji harian

Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap atau buruh harian.

c. Gaji lembur

Gaji ini diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja

yang telah ditetapkan. Besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan.


200

8.6 Kesejahteraan Karyawan

Salah satu faktor dalam meningkatkan efektifitas kerja pada perusahaan ini

adalah kesejahteraan bagi karyawan. Kesejahteraan karyawan yang diberikan

oleh perusahaan pada karyawan antara lain berupa :

1. Gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan karyawan yang

bersangkutan.

2. Tunjangan

a. Tunjangan jabatan yang diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang

karyawan.

b. Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang bekerja diluar

jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja.

c. Cuti

1) Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja

dalam 1 tahun.

2) Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit

berdasarkan keterangan dokter.

d. Pakaian Kerja

Pakaian kerja diberikan kepada setiap karyawan sejumlah 3 pasang untuk

setiap tahunnya.

e. Pengobatan

1) Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang

diakibatkan oleh kerja ditanggung perusahaan sesuai dengan undang-

undang yang berlaku.


201

2) Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit tidak

disebabkan oleh kecelakaan kerja diatur berdasarkan kebijaksanaan

perusahaan.

f. Jaminan Sosial Tenaga Kerja BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial)

Asuransi tenaga kerja diberikan oleh perusahaan bila karyawannya

lebih dari 10 orang atau dengan gaji karyawan Rp. 1.000.000,00 per

bulan.

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam prarencanaan suatu pabrik, keselamatan kerja harus diperhatikan.

Kesinambungan suatu perusahaan dipengaruhi oleh keadaan karyawannya.

Dengan adanya keselamatan kerja dari suatu perusahaan berarti adanya

suatu usaha untuk menciptakan unjuk kerja yang aman, bebas dari

kecelakaan, kebakaran, dan hal lain yang membahayakan. Ruang lingkup

bagian keselamatan kerja secara umum meliputi:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, kebakaran, bahaya bahan kimia,

dan penyakit yang timbul akibat kerja.

b. Mengamankan alat-alat instalasi, alat-alat produksi, dan bahan-bahan

produksi.

c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

Jika kecelakaan kerja terjadi, maka hal ini dapat menimbulkan banyak

kerugian, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Usaha-usaha yang

dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja para karyawan dan pabrik itu

sendiri antara lain:


202

a. Membina dan memberikan keterampilan serta latihan keselamatan kerja

bagi karyawan.

b. Mengadakan pengawasan yang ketat bagi proses.

c. Memberikan sangsi bagi yang melanggar ketertiban.

Pencegahan yang disebabkan oleh kondisi yang berbahaya, diprioritaskan

sesuai dengan tingkatan bahaya yang terjadi, menghilangkan sumber

bahaya, mengendalikan bahaya, dan memakai pelindung diri. Bahaya

kecelakaan yang dapat terjadi pada pabrik metil isobutil keton ini adalah

bahaya dari bahan kimia dan bahaya mekanis. Usaha-usaha dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya tindakan ataupun kondisi yang membahayakan,

namun tentunya harus disertai kesadaran dan disiplin yang tinggi dalam

upaya menciptakan keselamatan kerja.


BAB IX
INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain

keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

merupakan dana atau modal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pabrik

yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

didirikan tidak hanya berorientasi pada perolehan profit, tapi juga berorientasi

pada pengembalian modal yang dapat diketahui dengan melakukan uji kelayakan

ekonomi pabrik.

9.1 Investasi

Investasi total pabrik merupakan jumlah dari fixed capital investment, working

capital investment, manufacturing cost dan general expenses.

1. Fixed Capital Investment (Modal Tetap)

Fixed Capital Investment merupakan biaya yang diperlukan untuk

mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik secara fisik. FCI terdiri dari biaya

langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Fixed

capital investment pada prarancangan pabrik Sirup Fruktosa ditunjukkan

pada Tabel 9.1.


204

Tabel 9.1. Fixed Capital Investment

Jenis Pengeluaran Biaya


1. Direct Cost
-Purchased equipment-
delivered Rp 44.613.220.707,41
-Purchased equpment
installation Rp 11.153.305.176,85
- Instrumentation dan controls Rp 6.691.983.106,11
- Piping Rp 17.845.288.282,96
- Electrical (installed) Rp 8.922.644.141,48
- Buildings Rp 22.306.610.353,70
- Yard improvement Rp 4.461.322.070,74
- Service facilities Rp 13.383.966.212,22
- Land Rp 6.800.000.000,00
Rp
Total Direct Cost 136.178.340.051,48
2. Indirect Cost
- Engineering and supervision Rp 6.808.917.002,57
- Construction expenses Rp 13.617.834.005,15
- Contractor Fee Rp 2.723.566.801,03
- Contingencies Rp 24.512.101.209,27
- Plant start up Rp 20.426.751.007,72
Rp
Total Indirect Cost 68.089.170.025,74
Fixed Capital Investment (FCI) Rp 204.267.510.077,22
Working Capital Investment
(WCI) Rp 68.089.170.025,74
Total Cost Invesment (TCI) Rp 272.356.680.102,96

2. Working Capital Investment (Modal Kerja)

WCI industri terdiri dari jumlah total uang yang diinvestasikan untuk stock

bahan baku dan persediaan; stock produk akhir dan produk semi akhir dalam

proses yang sedang dibuat; uang diterima (account receivable); uang tunai

untuk pembayaran bulanan biaya operasi, seperti gaji, dan upah; uang

terbayar (account payable); dan pajak terbayar (taxes payable). WCI untuk

prarancangan pabrik Sirup Fruktosa adalah Rp. 68.089.170.025,74.


205

3. Manufacturing Cost (Biaya Produksi)

Modal digunakan untuk biaya produksi, yang terbagi menjadi tiga macam

yaitu biaya produksi langsung, biaya tetap dan biaya tidak langsung. Biaya

produksi langsung adalah biaya yang digunakan untuk pembiayaan

langsung suatu proses, seperti bahan baku, buruh dan supervisor, perawatan

dan lain-lain. Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan baik pada saat

pabrik berproduksi maupun tidak, biaya ini meliputi depresiasi, pajak dan

asuransi. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk

mendanai hal-hal yang secara tidak langsung membantu proses produksi.

Biaya produksi untuk pabrik Sirup Fruktosa ditunjukkan pada Tabel 9.2.

Tabel 9.2. Manufacturing Cost

MANUFACTURING COST
1. Direct manufacturing cost
- Raw Material Rp.170.299.672.875,33
- Utilitas Rp.33.558.193.550,64
Maintenance and repair
- cost Rp.16.341.400.806,18
- Operating labor Rp.125.605.943.381,40
- Direct Supervisory Rp.18.840.891.507,21
- Operating supplies Rp.2.451.210.120,93
- Laboratory charges Rp.12.560.594.338,14
Total Direct manufacturing
cost Rp.379.657.906.579,82
2. Fixed Charges
- Depreciation Rp.41.522.700.326,06
- Local Taxes Rp.4.085.350.201,54
- Insurance Rp.1.225.605.060,46
Total Fixed Charges Rp.46.833.655.588,06
3. Plant Overhead Cost (POC) Rp.31.806.359.166,02
Total Manufacturing cost Rp.458.297.921.333,90
206

4. General Expenses (Biaya Umum)

Selain biaya produksi, ada juga biaya umum yang meliputi administrasi,

sales expenses, penelitian dan finance. Besarnya general expenses pabrik

Sirup Fruktosa ditunjukkan pada Tabel 9.3.

Tabel 9.3. General Expenses

General Expenses:
Rp.12.172.000.000,00
Administrative Cost
Rp.94.204.457.536,05
Roi Distribution and Selling Cost
Rp.18.840.891.507,21
Research and Development Cost
Rp.13.617.834.005,15
Financing (interest)

Total General Expenses Rp.138.835.183.048,41

5. Total Production Cost (TPC)

TPC = manufacturing cost + general expenses

= Rp.597.133.104.382,31

9.2 Evaluasi Ekonomi

Evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik Sirup Fruktosa dilakukan dengan

menghitung return on investment (ROI), payout time (POT), break even point

(BEP), shut down point (SDP), dan cash flow pabrik yang dihitung dengan

menggunakan metode discounted cash flow (DCF).

1. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan perkiraan keuntungan yang dapat

diperoleh per tahun didasarkan pada kecepatan pengembalian modal tetap


207

yang diinvestasikan (Peters&Timmerhaus, 1991 : 298). Laba pabrik

sebelum pajak adalah Rp. 271125515405,80 Laba pabrik setelah pajak

adalah Rp. 216900412324,64 Pada perhitungan ROI, laba yang diperoleh

adalah laba sebelum pajak. Nilai ROIb adalah 39,82 % dan ROIa adalah

31,85 %.

2. Pay Out Time (POT)

Pay out time merupakan waktu minimum teoritis yang dibutuhkan untuk

pengembalian modal tetap yang diinvestasikan atas dasar keuntungan setiap

tahun setelah ditambah dengan penyusutan dan dihitung dengan

menggunakan metode linier (Timmerhaus, hal 309). Waktu pengembalian

modal Pabrik Sirup Fruktosa adalah 0,86 tahun. Angka 0,86 tahun

menunjukkan lamanya pabrik dapat mengembalikan modal dimulai sejak

pabrik beroperasi.

3. Break Even Point (BEP)

BEP adalah titik yang menunjukkan jumlah biaya produksi sama dengan

jumlah pendapatan. Nilai BEP pada prarancangan pabrik Sirup Fruktosa ini

adalah 39,99%. Nilai BEP tersebut menunjukkan pada saat pabrik

beroperasi 39,99% dari kapasitas maksimum pabrik 100 %, maka

pendapatan perusahaan yang masuk sama dengan biaya produksi yang

digunakan untuk menghasilkan produk sebesar 39,99 % tersebut.

4. Shut Down Point (SDP)

Shut down point adalah suatu titik dimana pada kondisi tersebut jika proses

dijalankan maka perusahaan akan mengalami kerugian sebesar fixed cost

sehingga pabrik lebih baik tutup daripada beroperasi. Nilai SDP pada
208

prarancangan pabrik Sirup Fruktosa ini adalah 28,29 %, jadi pabrik Sirup

Fruktosa akan mengalami kerugian jika beroperasi di bawah 28,29 %dari

kapasitas produksi total. Grafik BEP, SDP ditunjukkan pada Gambar 9.1.

Grafikn SDP dan BEP


5E+11
4.5E+11
4E+11
3.5E+11
3E+11
sale
2.5E+11
Rp

BEP
2E+11
total cost
1.5E+11
1E+11 SDP
fixed cost
50000000000
0
0.00 10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00100.00
Kapasitas Produksi (%)

Gambar 9.1. Kurva Break Even Point dan Shut Down Point

9.3 Angsuran Pinjaman

Angsuran pembayaran pinjaman tiap tahun ditunjukkan pada Tabel Discounted

Cash Flow (Lampiran E).

9.4 Discounted Cash Flow (DCF)

Metode discounted cash flow merupakan analisis kelayakan ekonomi yang

berdasarkan aliran uang masuk selama masa usia ekonomi pabrik. Periode

pengembalian modal secara discounted cash flow ditunjukkan pada Tabel E.10.

dan Gambar E.2. Payout time pabrik Sirup Fruktosa adalah 0,86 tahun dan

internal rate of return pabrik Sirup Fruktosa adalah 87%.


209

Cumulative Cash Flow Chart


2,500,000,000,000

2,000,000,000,000

Cumulative Cash Flow


1,500,000,000,000

1,000,000,000,000

500,000,000,000

-
-3-2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
(500,000,000,000)
Umur Pabrik

Gambar 9.2. Kurva Cummulative Cash Flow metode DCF

(Referensi : Biegler Lorenz T,1997)

Hasil evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik Sirup Fruktosa disajikan

dalam Tabel 9.4.

Tabel 9.4. Hasil uji kelayakan ekonomi

No. Analisa Kelayakan Persentase (%) Batasan Keterangan


1. ROI 31,85 % Min. 15 % Layak
2. POT 0,86 Maks. 5 tahun Layak
3. BEP 39,99 % Maks. 60% Layak
4. SDP 28,29 % Maks. 30% Layak
5. DCF 87 % Min. 15 % Layak
X. SIMPULAN DAN SARAN

10.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan

Pabrik Fruktosa dari Tapioka dengan kapasitas 33.000 ton/tahun dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 39,82 %.

2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak 0,86 tahun.

3. Break Even Point (BEP) sebesar 39,99 % dan Shut Down Point (SDP) sebesar

28,29 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti

berproduksi karena merugi.

4. Interest Rate of Return (IRR) sebesar 87 %, lebih besar dari suku bunga bank

saat ini, sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan modalnya ke

pabrik ini daripada ke bank.

10.2 Saran

Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Prarancangan Pabrik Fruktosa dari Tepung Tapioka dengan

kapasitas 33.000 ton/tahun layak untuk dikaji lebih lanjut dari segi proses

maupun ekonominya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2015, Statistic Indonesia, www.bps.go.id, Indonesia.

Badger, P.C., 2002, Ethanol from Cellulose: A General Review in Trends in New
Crops and New Uses, ASHS Press, Alexandria.

Brown.G.George., 1950, Unit Operation 6ed, Wiley&Sons, USA.

Brownell.L.E. and Young.E.H., 1959, Process Equipment Design 3ed, John Wiley
& Sons, New York.

Chemical Engineering Magazine, Ed. February 2015.

Coulson.J.M. and Ricardson.J.F., 1983, Chemical Engineering vol 6, Pergamon


Press Inc, New York.

Fogler.A.H.Scott, 1999, Elements of Chemical Reaction Engineering, Prentice


Hall International Inc, New Jersey.
ed
Geankoplis.Christie.J., 1993, Transport Processes and unit Operation 3th ,
Allyn & Bacon Inc, New Jersey.

Himmeblau.David., 1996, Basic Principles and Calculation in Chemical


Engineering, Prentice Hall Inc, New Jersey.

Jayanti, R.T., 2011, Pengaruh pH, Suhu Hidrolisis Enzim Α-Amilase dan
Konsentrasi Ragi Roti untuk Produksi Etanol Menggunakan Pati Bekatul,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Judoamidjojo, M., 1992, Teknologi Fermentasi, Rajawali Perss Jakarta, Jakarta.

Kern.D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw-Hill Book Company, New


York.

Kimball, John W., 1983, Biology, Addison-Wesley, Reading.

Kirk, R.E and Othmer, D.F., 2006, Encyclopedia of Chemical Technologi. 4nd ed.,
vol. 17., John Wiley and Sons Inc., New York.

Levenspiel.O., 1972, Chemical Reaction Engineering 2nd edition, John Wiley and
Sons Inc, New York.
Lestari, P., Darwis, A.A., Syamsu, K., Richana, N., dan Damardjati, D.S., 2001,
Analisis Gula Reduksi Hasil Hidrolisis Enzimatik Pati Ubi Kayu oleh
Enzim Amilase Dari Bacillus Stearothermophilus TII-12, Mikrobiologi
Indonesia. Indonesia.

Lugraha, A., 2008, Pemanfaatan Sukun ( Artocarpus Altiris ) sebagai Bahan Baku
Pembuatan Gula Rendah Kalori Secara Enzimatis Menggunakan Enzim ß-
Amilase dari Kecambah Kacang Hiju, Undip, Semarang.

Manurung, A., 1996, Profil Aktivitas dan Stabilitas Enzim Alpha-amilase yang
Dihasilkan oleh Asperfillus Oryzae, Universitas Sinta UKDW, Jogjakarta.

McCabe.W.L. and Smith.J.C., 1985, Operasi Teknik Kimia, Erlangga, Jakarta.

Megyesy.E.F., 1983, Pressure Vessel Handbook, Pressure Vessel Handbook


Publishing Inc, USA.

Perry.R.H. and Green.D., 1997, Perry’s Chemical Engineer Handbook 7th ed


,
McGraw-Hill Book Company, New York.

Peter.M.S. and Timmerhause.K.D., 1991, Plant Design an Economic for


Chemical Engineering 3ed, McGraww-Hill Book Company, New York.

Powell, S.T., 1954, Water Conditioning for Industry, Mc Graw Hill Book
Company, New York.

Reid, C., Ed.4th, 1987, hal. 155, Tabel 6.1 Handbook of Physical-Chemical
Properties and Environmental

Scheper, T. and Kamnerdpetch, C., 2007, An Improvement of Potato Pulp


Protein Hydrolyzation Process by The Combination of Protease Enzyme
Systems, Enzyme Microb Technol, USA.

Shi, Y., Wang, D., Bean, S., McLaren, J., Seib, P., Madl, R., Tuinstra, M., Lenz,
M., Wu, X., and Zhao, R., 2008, Grain Sorghum Is A Viable Feedstock for
Ethanol Production. J Ind Microbiol Biotechnol. China.

Smith, J.M. and Van Ness, H.C., 1975, Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics 3ed, McGraww-Hill Inc, New York.

Taherzadeh, M. J., and Karimi, K., 2007, Process for Ethanol from
Lignocellulosic Materials: Acid-Based Hydrolysis Process. BioResources,
USA.

Tjokroadikoesoemo, P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT


Gramedia, Jakarta.
Treyball.R.E., 1983, Mass Transfer Operation 3ed, McGraw-Hill Book Company,
New York.

Triyono, A., 2008, Mempelajari Pengaruh Katalis Asam dan Enzim dalam Proses
Hidrolisi Pati, Universitas Diponogoro, Semarang.

Uhlig, 1998, Enzymes in Food and Beverage Processing, New York

Ulmann, 2007. Ulmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, VCH


Verlagsgesell Scahft, Wanheim, Germany.

Ulrich.G.D., 1984, A Guide to Chemical Engineering Process Design and


Economics. John Wiley & Sons Inc, New York.

US Patent No. 4780149 A. Treating gelatinized starch with beta-amylase, then


alpha-amylase. United States Pantent Office, USA.

Wahyu, 2010, Proses Pengolahan Air, www.zeofilt.wordpress.com, Indonesia

Wallas. S.M., 1988, Chemical Process Equipment, Butterworth Publishers,


Stoneham USA.

Yaws, C.L., 1999, Chemical Properties Handbook, Mc Graw Hill Book Co., New
York.

http://www.alibaba.com/Fruit-Vegetable-Processing-Machines_pid100006961,
5 Maret 2015.

http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx, 4 Maret
2015.

https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/343

http://www.djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/22/Pemanfaatan-Pati-Manihot
Utilissima-sebagai-Bahan-Baku- Edible-Film/

http://www.indotara.co.id/product/416/cg-wheel-loader, 4 Maret 2015.

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/NK%20RAPBN%202015%20web.pdf,
4 Maret 2016.

http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/104/, 8 Agustus 2015.

http://www.matche.com/equipcost/EquipmentIndex.html, 5 Maret 2015.

http://produk.halal.or.id/?p=189
http:// www.purolie.com

http://www.scribd.com/doc/60296368/18/Kandungan-Nutrisi-pada-Tepung-Tapioka

https://www.scribd.com/doc/201120646/Perusahaan-Pengolahan-Ubikayu

www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0168165600003540

http://sisni.bsn.go.id/

You might also like