You are on page 1of 9

AGROTROP, 2(2): 151-159 (2012) C Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia

Penggunaan Streptomyces sp. Sebagai Biokontrol Penyakit Layu Pada


Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) yang Disebabkan Oleh
Fusarium oxysporum f.sp. capsici

ANINDA OKTAVIA RAHARINI1, RETNO KAWURI1, DAN KHAMDAN KHALIMI2


1
Lab. Mikrobiologi, Jurusan Biologi F.MIPA, Universitas Udayana
2
Lab. Biopestisida, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Email: anindaoctaviabio09@yahoo.co.id. HP: +62-85238010180

ABSTRACTS

The Use of Streptomyces sp. to Control Wilt Desease on Chili Plant (Capsicum annuum L.)
Caused by Fusarium oxysporum f.sp. capsici
A research has been conducted to find out Streptomyces bacteria at Bukit Jimbaran, to inhibition
potency of Streptomyces sp. to pathogenic fungi Fusarium oxysporum f.sp. capsici, and to find out
antifungal activity of Streptomyces filtrate to F.oxysporum f.sp. capsici in chili (Capsicum annuum
L.) plants. Streptomyces sp. isolation was done by platting method with selective media YMA (ISP4).
Identification of Streptomyces sp. used Bergey’s book entitled Manual Determinative Bacteriology.
Test inhibition against F.oxysporum f.sp. capsici and in vivo test used by dying the roots of the chili
(C.annuum L.) plant with F.oxysporum f.sp. capsici and after 30 seconds the roots were dying with
Streptomyces sp. culture, furthermore sterile soil on polybag watered by F.oxysporum f.sp. capsici
spore and Streptomyces sp. culture at the same time. The result found five isolates Streptomyces sp.
with different morphological. The antagonis test showed Streptomyces sp. 4 had ability (82%) against
Fusarium, Streptomyces sp.1 (72%), Streptomyces sp.2 (64%), Streptomyces sp.3 (76%), and
Streptomyces sp. 5 (32%). All Streptomyces suppressed the growth of Fusarium on chili plants in
glass house (p<0,05). Streptomyces sp.4 suppressed Fusarium wilt disease in chili from 80% in control
to 8%.

Key words: Streptomyces sp. , F. oxysporum f.sp. capsici ,C.annuum L., Biocontrol

PENDAHULUAN tanah (Yulipriyanto, 2010). Salah satu penyakit


Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki penting pada tanaman cabai merah adalah layu
nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas Fusarium yang disebabkan Fusarium
dalam negeri yang banyak dikonsumsi masyarakat. oxysporum f.sp.  capsici, dimana menyerang
Produksi tanaman cabai merah selalu meningkat, tanaman muda pada jaringan empulur batang
akan tetapi pengetahuan tentang penanganan dalam melalui akar yang luka dan terinfeksi (Endah,
menangani berbagai hambatan budidaya tanaman 2002). Bagian batang tanaman yang terserang akan
cabai merah masih sedikit, sehingga produksi berubah menjadi kecoklatan dan kehilangan
sangat rendah. Hambatan yang paling sering banyak cairan. Busuk basah pada berkas
ditemui yaitu organisme pengganggu tanaman pembuluh agak berbau amoniak (Pratnanto, 2002).
(Cahyono, 1994) dalam Vauzia (2012). Jamur Fusarium sp. merupakan jamur patogen
Penyakit tanaman yang sering dijumpai adalah tanaman yang sulit dikendalikan (Singh et al.,
penyakit yang disebabkan jamur patogen tular 1999). Pencegahan yang paling sering digunakan

151
AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

yaitu penggunaan fungisida sintetis, dimana dapat (ISP4). Identifikasi Streptomyces sp.
mengganggu proses biokimiawi yang dilakukan menggunakan buku identifikasi dari Holt et al
mikroorganisme tanah (Yulipriyanto, 2010). (1994) meliputi pewarnaan Gram, pewarnaan
Mengurangi masalah terkait perlu ditemukan dan tahan asam, dan uji biokimia.
dikembangkan cara yang lebih aman untuk Uji daya hambat menggunakan metode
mencegah penyakit tanaman. mengapit jamur patogen dari Montoc (2011)
Pengendalian hayati yang relatif ramah dengan cara koloni jamur F. oxysporum f.sp.
terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan capsici ukuran 5 mm usia 3 hari diletakkan di
menggunakan bakteri antagonis (Agrios, 2005) tengah cawan Petri berisi media Potato Dextrose
dengan mekanisme antibiosis (Kopperl et al., Agar (PDA) dan diletakkan 4 koloni
2002). Genus Streptomyces mampu menghambat Streptomyces sp. yang sama ukuran 5 mm usia 5
pertumbuhan jamur patogen dengan cara hari di ke empat sisi jamur patogen. Biakan
memproduksi zat anti jamur (antibiotika) dan enzim diinkubasi pada temperatur 25ºC.
hidrolitik ekstraseluller seperti kitinase dan selulase Uji in vivo menggunakan bibit cabai merah
yang mampu mendegradasi dinding sel F. (C. annuum L.) usia 4 minggu. Inokulan F.
oxysporum (Prepagdee et al., 2008). oxysporum f.sp.  capsici ditumbuhkan pada
Berdasarkan uraian di atas unt uk media Potato Dextrose Broth (PDB) diinkubasi
mengendalikan layu Fusarium peneliti tertarik pada suhu ruang selama 7 hari dan dipanen.
mengisolasi bakteri antagonis khususnya Kepadatan populasi spora yang diperlukan adalah
Streptomyces sp. dari tanah di Kawasan Bukit 1 x 106 sel/ml dihitung dengan menggunakan
Jimbaran yang dapat digunakan sebagai agen hemasitometer. Persiapan inokulan Streptomyces
biokontrol penyakit layu pada tanaman cabai sp. ditumbuhkan pada media Yeast Malt Broth
merah (C. annuum L.) yang disebabkan oleh F. (YMB/ ISP5) diinkubasi pada temperatur 25ºC
oxysporum f.sp. capsici. selama 7 hari pada shaker digoyang berbalasan
dengan kecepatan 70 rpm (Kawuri, 2012).
BAHAN DAN METODE Perlakuan uji in vivo menggunakan metode
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium pencelupan akar tanaman cabai merah (C.
Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika annuum L.) dengan F. oxysporum f.sp. capsici
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana dan kultur Streptomyces sp. masing-masing 30
dan Rumah Kaca Kelompok Tani Pangan Sari detik, selanjutnya penyiraman spora
Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, F.oxysporum f.sp.  capsici dan kult ur
Denpasar Utara. Kultur jamur patogen F. Streptomyces sp. masing-masing 5 ml pada media
oxysporum f.sp.  capsici adalah koleksi tanah steril 500 gram di polybag secara
Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian bersamaan, sedangkan kontrol tidak menggunakan
Universitas Udayana. Penelitian dilakukan pada Streptomyces sp.
bulan Oktober 2012 – April 2013. Pengambilan Pengamatan dilakukan selama 4 minggu,
sampel tanah diambil pada tanah rizosfer pohon dihitung persentase tanaman mati (Vauzia dkk,
jarak (Jatropa sp.), jati (Tectona grandis), dan 2012), tinggi tanaman dan jumlah daun. Metode
flamboyan (Delonix regia) serta tanah non rizosfer penelitian menggunakan RAK (Rancangan Acak
pada kawasan Bukit Jimbaran. Kelompok) yaitu 5 perlakuan dengan 5 unit
Isolasi bakteri Streptomyces sp. percobaan diulang 5 kali sehingga didapatkan
menggunakan platting method (Pelczar et al., jumlah 125 pot percobaan, data dianalisis
1993) dengan media selektif Yeast Malt Agar menggunakan ANOVA, jika terdapat perbedaan
(YMA)/International Streptomyces Project nyata maka dilakukan uji Duncan taraf 5%.

152
Aninda et.al: Penggunaan Streptomyces sp. sebagai Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai Merah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ditemukan 5 jenis (3)
Streptomyces sp. di lokasi yang berbeda di
kawasan Bukit Jimbaran yaitu Streptomyces sp.1,
Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3,
Streptomyces sp.4, dan Streptomyces sp.5. (1)
a. Streptomyces sp.1 didapatkan pada tanah A B (2)
rizosfer pohon jarak (Jatropa sp.) dengan ciri- Gambar 2. Koloni Streptomyces sp. 2. A.
ciri koloni berwarna putih, permukaan tidak Koloni Streptomyces sp.2 pada media YMA.
rata, berlekuk, bertepung, dan hifa disekitar B. Struktur mikroskopis Streptomyces sp.2
pada pewarnaan tahan asam perbesaran
tepi halus (Gambar 1.A), tidak tahan asam, 1000x. (1) hifa aerial, (2) sporofor, dan (3)
Gram +, katalase + (aerob). Pengamatan konidia dalam sporofor.
secara mikroskopis Streptomyces sp.1
memiliki hifa bercabang, sporofor c. Streptomyces sp.3 didapatkan pada tanah
bergelombang, dan konidia berantai dalam rizosfer pohon flamboyan (Delonix regia)
sporofor (Gambar 1.B). dengan ciri-ciri permukaan tidak rata,
berlekuk, melekat erat pada media, tepi halus,
berbulu, dan rata (Gambar 3.A), tidak tahan
asam, Gram +, katalase + (aerob).
(1) Pengamatan secara mikroskopis
(2) Streptomyces sp.3 memiliki hifa tidak
(3) bersepta, bercabang, panjang, sporofor
bercabang, dan konidia berderet membentuk
A B rantai (Gambar 3.B).
Gambar 1. Koloni Streptomyces sp.1. A.Koloni
Streptomyces sp.1 pada media YMA.
B.Struktur mikroskopis Streptomyces sp. pada
pewarnaan tahan asam perbesaran 1000x (1) (1)
hifa aerial, (2) sporofor, dan (3) konidia dalam
sporofor.
(2)
A B (3)
b. Streptomyces sp.2 didapatkan pada tanah
non rizosfer belakang Gedung Rektorat, Gambar 3. Koloni Streptomyces sp.3. A.
Universitas Udayana dengan ciri-ciri koloni Koloni Streptomyces sp.3 Pada media YMA.
B. Struktur mikroskopis Streptomyces sp. pada
berbentuk bulat, permukaan rata, tepi pewarnaan tahan asam perbesaran 1000x. (1)
bergelombang, berwarna putih (Gambar 2.A). hifa aerial, (2) sporofor, dan (3) konidia.
Streptomyces sp.2 tidak tahan asam, Gram
+, katalase + (aerob). Pengamatan secara d. Streptomyces sp.4 didapatkan pada tanah
mikroskopis Streptomyces sp.2 memiliki hifa rizosfer pohon jati (Tectona grandis) dengan
aerial tidak bersepta dan bergelombang, ciri-ciri koloni berwarna putih kekuningan,
sporofor bergelombang, konidia lonjong dan melekat erat pada media, permukaan
berantai serta berada di dalam sporofor berlekuk, tidak rata, tepi koloni bergerigi
(Gambar 2.B). (Gambar 4.A), tidak tahan asam, Gram +,
katalase + (aerob). Pengamatan secara

153
AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

mikroskopis Streptomyces sp.4 memiliki hifa dan membentuk miselium udara. Menurut Cross
aerial bercabang dan tidak bersepta, sporofor (1982) koloni Streptomyces berdiameter 1 – 10
bergelombang dan panjang, serta terlihat µm,  mula  -  mula  permukaan  koloni  licin  lalu
konidia bergerombol (Gambar 4.B). membentuk miselium udara. Menghasilkan
berbagai macam pigmen yang menimbulkan warna
(3) (1) pada miselium vegetatif dan miselium udara.
Secara mikroskopik bakteri Streptomyces sp.
terlihat seperti jamur karena memiliki hifa dan
konidia, ukuran hifa yang kecil, sebagian besar hifa
(2) bercabang, menghasilkan konidia yang membentuk
A B rantai dan bergerombol yang terletak pada ujung
Gambar 4. Foto Streptomyces sp.4. A. Koloni hifa aerial serta beberapa konidia masih terdapat
Streptomyces sp.4 pada media YMA. B. di dalam sporofor. Madigan dan Martinko (2006)
Struktur mikroskopis Streptomyces sp. pada menyatakan Strepomyces sp. memiliki hifa yang
pewarnaan tahan asam perbesaran 1000x. (1)
ramping, senositik, berdiameter 0,5-2,0 µm, bila
hifa aerial, (2) sporofor, dan (3) konidia.
dewasa miselium udara membentuk rantai yang
e. Streptomyces sp.5 didapatkan pada tanah terdiri dari tiga sampai banyak konidia, bakteri
heterotrof, oksidatif, aerob, dan suhu optimum
non rizosfer di samping Gedung Perpustakaan,
antara 25-35ºC. Struktur Streptomyces sp.
Universitas Udayana, dengan ciri-ciri koloni
menghasilkan konidia yang membentuk rantai dan
berwarna putih, melekat erat pada media,
bergerombol yang terletak pada ujung hifa aerial.
berbentuk bulat, permukaan bergelombang
Perbedaan keempat Streptomyces sp. secara
dan tidak rata, tepi koloni bergelombang
makroskopis terlihat dari bentuk permukaan isolat,
(Gamba 5.A), tidak tahan asam, Gram +,
warna koloni, dan struktur hifa, hal ini dikarenakan
katalase +, dan aerob. Pengamatan secara
Streptomyces sp. ditemukan di lokasi berbeda
mikroskopis Streptomyces sp.5 memiliki hifa
yaitu tanah rizosfer dan non rizosfer yang
aerial tidak bersepta, sporofor pendek dan
memungkinkan memiliki jenis yang berbeda. Rao
agak bergelombang, konidia berbentuk bulat
(1994) menyatakan populasi bakteri, jamur, virus,
dan bergerombol (Gambar 5.B).
dan Actinomycetes lebih banyak terdapat dalam
(3) tanah yang termasuk rizosfer daripada tanah non
rizosfer. Pertumbuhan populasinya diaktivasi oleh
bahan nutrisi yang dilepaskan oleh jaringan tanaman
seperti asam amino, vitamin dan zat hara lainnya.
(1)
Uji daya hambat secara in vitro didapatkan
A B (2) diameter F. oxsporum f.sp. capsici pada kontrol
yang telah diinkubasi selama 4 hari yaitu 5 cm,
Gambar 5. KoloniStreptomyces sp.5. A. Koloni
Streptomyces sp.5 Pada media YMA.B. sedangkan Streptomyces sp. yang memiliki daya
Struktur mikroskopis Streptomyces sp.5 pada hambat terbesar yaitu Streptomyces sp. 4 (82%)
pewarnaan tahan asam perbesaran 1000x. (1) dan yang memiliki daya hambat terkecil yaitu
hifa aerial, (2) sporofor, dan (3) konidia. Streptomyces sp. 5 (32%). Hasil uji antagonis
Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, dan
Sebagian besar koloni Streptomyces sp. yang Streptomyces sp. 3 secara berurutan 72%, 64%,
ditemukan memiliki karateristik makroskopik yaitu dan 76% (Tabel 1).
koloni tidak terlalu besar, melekat erat pada media,

154
Aninda et.al: Penggunaan Streptomyces sp. sebagai Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai Merah

Tabel 1. Persentase daya hambat Streptomyces sp. terhadap F. oxysporum f.sp. capsici
Diameter Koloni Persentase Daya Hambat
No Perlakuan F. oxysporum f.sp. Streptomyces sp. terhadap F.
capsici (cm) oxysporum f.sp. capsici (%)
1 Kontrol 5 -
2 Streptomyces sp. 1 1.4 72
3 Streptomyces sp. 2 1.8 64
4 Streptomyces sp. 3 1.2 76
5 Streptomyces sp. 4 0.9 82
6 Streptomyces sp. 5 3.4 32

Streptomyces, karena banyak menghasilkan


substansi antibiotik yang dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur patogen seperti
F Fusarium sp. Hal ini didukung oleh Prepagdee et
A B C al. (2008) bahwa Streptomyces juga menghasilkan
D senyawa hidrolitik seperti kitinase yang mampu
mendegradasi dinding sel jamur.
B Adanya perbedaan daya hambat yang
D E F dibentuk Streptomyces sp. dalam menghambat F.
ji daya Chambat Streptomyces sp. terhadap F. oxysporum f.sp.oxsporum f.sp. capsici (Gambar 3.6)
Gambar 6. Uji daya hambat Streptomyces sp. dikarenakan senyawa antibiotik yang dihasilkan
terhadap F. oxysporum f.sp.  capsici usia 4 hari berbeda, asal isolat berbeda, dan kondisi
pada media PDA. A.Kontrol. B. Streptomyces sp.1
C. Streptomyces sp.2 D. Streptomyces sp.3 E. lingkungan berbeda. Menurut Aghighi et al.
Streptomyces sp.5. (2004) lebih dari 50 macam antibiotik diisolasi dari
Streptomyces, dan didapatkan antibiotik yang
Uji daya hambat didapatkan Streptomyces sp. berbeda-beda, contohnya streptomisin, neomisin,
4 memiliki daya hambat terbesar yaitu 82% kloramfenikol, dan tetrasiklin. Dalam penelitian ini
(Gambar.6.E). Streptomyces sp. mampu belum diketahui senyawa dan enzim dari
menghasilkan metabolit primer dan metabolit Streptomyces sp. yang berpengaruh dalam
sekunder, dimana metabolit sekunder menghambat F. oxysporum f.sp.  capsici.
menghasilkan antibiotik yang dapat digunakan Penelitian Kawuri (2012) menyatakan bahwa S.
dalam menghambat suatu patogen. Hal ini dapat thermocarboxydus mampu menghambat F.
dilihat dari uji in vitro dimana seluruh oxsporum Fo2010 sebesar 93 %. Mekanisme
Streptomyces sp. memiliki daya hambat dan kerja filtrat S. thermocarboxydus dalam
mempengaruhi pertumbuhan F. oxsporum f.sp. menghambat jamur patogen tersebut adalah
capsici (Gambar 3.6). Menurut Agrios (2005) dengan merusak dinding sel makrokonidia,
antibiosis merupakan sifat antagonisme yang mikrokonidia, dan klamidiospora dari F.
disebabkan kemampuan mikroba untuk oxysporum Fo2010 yang dilihat dengan
menghasilkan metabolit primer berupa enzim yaitu menggunakan TEM (Transmission Electron
selulase, kitinase, dan glukanase serta metabolit Microscope) dan SEM (Scanning Electron
sekunder yaitu antibiotika yang bersifat racun bagi Microscope). Andriani (2007) mengungkapkan
patogen tanaman. Murdiyah (2008) menyatakan Streptomyces sp. dapat menghambat
salah satu anggota Actinomycetes yang dapat Streptococcus mutans dengan zona hambat yang
digunakan sebagai bakteri antagonis yaitu cukup besar yaitu 2,12 ± 0.18 mm. Penelitian

155
AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

Papuangan (2009) melaporkan bahwa pengujian Kawuri (2012) melaporkan uji filtrat biakan
antagonis isolat Streptomyces sp. secara in vitro S. thermocarboxydus dapat menekan
mampu menghambat beberapa patogen tular tanah pertumbuhan F. oxysporum pada lidah buaya dari
seperti R. solani dengan persentase daya hambat 86,1 % menjadi 27,5% di rumah kaca. Penelitian
47,8 8,9 % dan pada F.oxysporum sebesar 48,8 El-Abyad et al. (1993) menyatakan aplikasi kultur
- 57,8%. S. pulcher lebih efektif dengan cara pelapisan
Uji efektivitas empat kultur Streptomyces sp. benih dibanding dengan aplikasi penyiraman media
dalam mencegah penyakit layu Fusarium tanam dalam mengendalikan penyakit layu
didapatkan hasil persentase kematian tanaman Fusarium dan layu Verticillium pada kondisi rumah
yaitu Streptomyces sp.4 (8%), Streptomyces kaca. Selain itu Sabaratnam dan James (2002)
sp.1, Streptomyces sp.2, dan Streptomyces sp.3 menyatakan pelapisan bibit tomat dengan bubuk
secara berurutan sebesar 24%, 16%, dan 12% Streptomyces efektif menekan rebah kecambah
dibanding kont rol p<0,05 (Tabel 2). yang disebabkan Rhizoctonia solani setelah 14
Perkembangan patogen layu Fusarium disajikan minggu penyimpanan sebesar 100% dibandingkan
pada Gambar 8 menggunakan alginate setelah 12 minggu
penyimpanan sebesar 90%.
Tabel 2. Persentase kematian tanaman cabai merah Perkembangan patogen layu Fusarium yang
oleh Fusarium yang diberi perlakuan menginfeksi tanaman cabai merah pada minggu
Streptomyces sp. pertama tanaman cabai merah masih terlihat hijau
tapi sudah menunjukkan gejala kelayuan dimana
No Perlakuan Persentase tanaman pangkal batang mulai berwarna kuning dan daun
yang mati (%)1) mulai merunduk. Minggu ke-2 pangkal batang
1 Kontrol 80,00b warna kuning berubah kecokelatan, beberapa
2 S1 24,00a daun mulai berwarna kuning, dan tanaman semakin
3 S2 16,00a layu. Minggu ke-3 warna cokelat merambat di
4 S3 12,00a seluruh bagian tanaman. Minggu ke-4 tanaman
5 S4 8,00a cabai layu dan mati (Gambar 8). Fakamizo et al.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak (1996) menyatakan Fusarium oxysporum yang
berbeda pada uji Duncan taraf 5 % Nilai diperoleh menyerang tanaman menyebabkan busuk rimpang
dari rata-rata 5 kali ulangan. ditandai layu dan menguningnya daun serta
berujung kematian tanaman sebelum panen.
E Menurut Gaumann (1957) dalam Yudiarti (2007)
jamur F. oxysporum memproduksi enzim pektase
A pada jaringan xilem yang menyebabkan jaringan
A B C D E xilem diblokir dengan polisakarida dan pektat.
Gambar 7. Tanaman cabai dengan gejala penyakit layu setelah 4 minggu pe
B Selain itu F. oxysporum memproduksi asam
Gambar 7. Tanaman cabai dengan gejala penyakit fusarat yang merusak metabolisme tanaman inang
layu setelah 4 minggu perlakuan. sehingga menyebabkan hilangnya air dan garam-
A.Kontrol. B.Perlakuan S1 garam yang ada di dalam tanaman yang
(Streptomyces sp.1).C. Perlakuan S2
(Streptomyces sp.2). D.Perlakuan S3 berpengaruh terhadap permeabilitas membran sel
(Streptomyces sp.3). E.Perlakuan S4 sehingga berdampak negatif pada proses
(Streptomyces sp.4). metabolisme tanaman yang menyebabkan layu
pada tanaman.

D
156
Aninda et.al: Penggunaan Streptomyces sp. sebagai Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai Merah

Rata-rata tinggi tanaman cabai merah umur 4


C minggu setelah perlakuan Streptomyces sp.1,
Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3,dan
B Streptomyces sp.4 lebih tinggi dan berbeda nyata
(p<0.05) dibandingkan kontrol (Tabel 3). Hal ini
AA B C D menunjukkan Streptomyces sp. dapat
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman.
Perkembangan penyakit layu Fusarium pada tanaman kontrol. A.
Gambar 8. Perkembangan penyakit layu Fusarium Pengamatan rata-rata jumlah daun pada tanaman
pada tanaman kontrol. A. Minggu ke-1, cabai merah umur 4 minggu setelah perlakuan
B. Minggu ke-2, C. Minggu ke-3, dan
D. Minggu ke-4. didapatkan hasil seluruh perlakuan dengan
Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2,
Tabel 3. Tinggi tanaman cabai merah umur 4 minggu Streptomyces sp.3, dan Streptomyces sp.4
setelah perlakuan memberikan perbedaan nyat a (p<0.05)
dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4). Dalam hal
Rank Perlakuan Rata-rata Tinggi ini menunjukkan Streptomyces sp. dapat memicu
Tanaman Cabai pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai merah.
(cm) 1) Menurut Lehr et al. (2008) endophytic
Streptomyces sp. dapat menghasilkan suatu
1 Kontrol 2,372 b
2 Streptomyces sp.1 4,74 a senyawa yang bersifat sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman yaitu auksin, giberelin, dan
3 Streptomyces sp.2 5,236 a
4 Streptomyces sp.3 5,876 a sitokinin.
5 Streptomyces sp.4 6,048 a
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 isolat
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda pada uji Duncan taraf 5 % Nilai diperoleh Streptomyces sp. dari Kawasan Bukit Jimbaran.
Streptomyces sp.4 memiliki persentase daya
dari rata-rata 5 kali ulangan.
hambat tertinggi yaitu (82%) dan mampu menekan
Tabel 4. Jumlah daun tanaman cabai merah umur penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai merah
4 minggu setelah perakuan sebesar 80%.

Rank Perlakuan Rata-rata Jumlah Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Daun Tanaman
Cabai 1) Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas
Pertanian Unud yang telah menyediakan isolat
1 Kontrol 2,4 b
2 Streptomyces sp.1 5,24 a Fusarium oxysporum f.sp. capsici. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kelompok tani
3 Streptomyces sp.2 5,6 a
4 Streptomyces sp.3 6,28 a Pangan Sari Dusun Cengkilung, Peguyangan-
Denpasar yang telah meminjamkan fasilitas rumah
5 Streptomyces sp.4 6,84 a
kaca.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda pada uji Duncan taraf 5 % Nilai diperoleh DAFTAR PUSTAKA
dari rata-rata 5 kali ulangan. Aghighi, S., G. H Bonjar., S. Rawashdeh, R.
Batayneh, S. I. Saadom.2004. First report
of antifungal spectra of activity of

157
AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

I r a nia n  A c t in o myc e t e s   s t r a i ns Edition. Lippincott Williams and Wilkins.


against Alternaria solani, Alternaria New York.
alternate, Fusarium solani, Kawuri R. 2012. Pemanfaatan Streptomyces
Phytopthora megasperma, Verticillium thermocarboxydus untuk mengendalikan
dahliae and Saccharomyces cerevisiae. penyebab penyakit busuk daun pada lidah
Asian Journal of Plant Sciences 3 (4): buaya (Aloe barbadensis Mill) di
463-471. Bali.Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu
Agrios G.N.2005. Plant Pathology.5 th Ed. Pertanian. Universitas Udayana. Bali.
Academic Press. New York. 332 – 334. Kopperl, M.L.S., T.E. Hewlett, L.P. Norris. 2002.
Andriani A.2007. Penapisan Streptomyces spp. Streptomyces for biological control of
penghasil senyawa penghambat pathogenic fungi and nematodes. http://
pertumbuhan Streptococcus mutans yang www.bssp.org.uk/icpp98/5.2/76.html.
diisolasi dari plak gigi. Skripsi Sarjana. Lehr, N.A., S.D.Schrey., R.Hamp., and M.T.
IPB. Bogor Tarkka. 2008. Root inoculation with a
Cross, T. 1982. Actinomycetes: A Continuing forest soil Streptomycetes leads to locally
sources of new metabolites. Dev Ind and systemically increase resistance
Microbiol. 23: 1-18. against phytopathogen in Norwey spruce.
El-Abyad M.S, M.A El-Sayed, A.R El-Shanshour, New Phytol. 177: 965-976.
M.S El-Sabbagh.1993. Towards the Madigan M.T, J.M. Martinko, J. Parker. 2006.
biological control of fungal and bacterial Brock: Biology of Microorganims. New
diseases of tomato using antagonistic Jersey American: Prentice Hall.
Streptomyces spp. Journal Plant of Soil Montoc , H.S. 2011. Uji antagonisme
149:185-195 Saccharomyces sp. dan Pseudomonas
Endah, H.J. 2002. Mengendalikan Hama dan aeruginosa terhadap sembilan jamur
Penyakit Tanaman. Agro Media patogen tanaman. Jurusan Hama dan
Pustaka. Jakarta. Penyakit Tumbuhan. Skripsi Sarjana.
Fakamizo, T., Y. Honda, H. Toyoda, S. Ouchi, S. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana.
Goto.1996. Chitinous component of cell Bali.
wall of Fusarium oxysporum, its Murdiyah S. 2008. Daya hambat Streptomyces
structure deduced from chitosanase sp. terhadap pertumbuhan jamur patogen
digestion. Biosci Biotech Biochem. 60: tumbuhan Fusarium sp. dan Rhizoctonia
1705-1708. sp. http://www.digilib.unej.ac.id
Ferniah R.S, S. Pujiyanto, S. Purwantisari., Papuangan N. 2009. Aktivitas penghambatan
Supriyadi.2011. Interaksi kapang patogen senyawa antimikroba Streptomyces
Fusarium oxysporum dengan bakteri terhadap mikroba patogen tular tanah
kitinolitik rizosfer tanaman jahe dan pisang. secara in vitro dan in planta. Tesis
Universitas Diponegoro Semarang. Magister. IPB.Bogor
Jurnal Nature Indonesia, 14 (1): 56-60. Pelczar Jr., M.J., E.C.S. Chan and N.R. Krieg.
Goodfellow M., S.T. Wiliam. 1983. Ecology of 1993. Microbiology Concepts and
Actinomycetes. Ann. Rev. Microbiology Applications. McGraw-Hill Higher
37:189-216. Education. New York.
Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staley Pratnanto, F. 2002. Kiat Sukses Bertanam Cabai
and S.T. Williams. 1994. Bergey’s Manual di Musim Hujan. Penebar Swadaya.
of Determinative Bacteriology 9th Jakarta.

158
Aninda et.al: Penggunaan Streptomyces sp. sebagai Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai Merah

ht tp://caplumbungmas.com/pencegahan- Singh, P.P., Y.C. Shin, C.S Park, Y.R Chung.


pembenahan-layu-tanaman-cabe/ 1999. Biological control of Fusarium wilt
Prepagdee B., C. Kuekulvong, and S. of cucumber by chitinolitic bacteria.
Mongkolsuk. 2008. Antifungal potential Phytopathology 89: 92-99.
of extracellular metabolites produced by Vauzia, M.Chatri, R., Eldisa. 2012. Pengaruh
Strepomyces hygroscopycus against Trichoderma harzianum terhadap
Phytophatogenic fungi. International serangan penyakit layu pada tanaman
Jurnal of Biological Sciences 4:330- cabai merah (Capsicum annuum)
337. http://fmipa.unp.ac.id/artikel-133-pengaruh-
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan trichoderma-harzianum-terhadap-
Pertumbuhan Tanaman. UI-Press. serangan-penyakit-layu-fusarium-
Jakarta. oxysporum-fsp-capsici—pada.html
Sabaratnam S, A.T. James. 2002. Formulation of Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
a Streptomyces biocontrol agent for the Graha Ilmu. Yogyakarta. 53 – 54.
suppression of Rhizoctonia damping-off Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan
in tomato transplants. Biology Control Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.
23:245-253. Yogyakarta. 106, 203 – 208.

159

You might also like