You are on page 1of 37

 

 
 

MODUL PERENCANAAN KAS 
REVISI I 

 
DISUSUN OLEH 
WIBAWA PRAM SIHOMBING 
IMAN WIDHIYANTO 
SEKSI PERENCANAAN KAS 

DIREKTORAT PENGELOLAAN KAS NEGARA 
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN  


 
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………….. i


BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………… 1
1.2. Tujuan …………………………………………………………………………………… 2
1.3. Dasar Hukum …………………………………………………………………………….. 3
BAB II. PERENCANAAN KAS …………………………………………………………………. 4
2.1. Perencanaan Kas dan Siklus Anggaran ………………………………………………. 4
2.2. Ruang Lingkup Perencanaan Kas ……………………………………………………. 6
2.3. Perkiraan Saldo Akhir Kas ……………………………………………………………… 7
2.4. Kewajiban Membuat Perencanaan Kas ……………………………………………….. 7
BAB III. PELAKSANAAN PERENCANAAN KAS OLEH SATKER ………………………….. 8
3.1. Metode …………………………………………………………………………………….. 8
3.2. Pelaksanaan ……………………………………………………………………………… 10
3.2.1. Belanja Pegawai …………………………………………………………………………. 12
3.2.2. Belanja Barang ………………………………………………………………………….. 16
3.2.3. Belanja Modal ……………………………………………………………………………. 19
3.2.4. Belanja Bunga …………………………………………………………………………… 20
3.2.5. Belanja Subsidi ………………………………………………………………………….. 20
3.2.6. Belanja Bantuan Sosial ………………………………………………………………… 21
3.2.7. Belanja Hibah ……………………………………………………………………………. 21
3.2.8. Belanja Lain-lain …………………………………………………………………………. 21
BAB IV. MEKANISME PENYAMPAIAN LAPORAN ………………………………………… 23
4.1. Format Pelaporan ………………………………………………………………………... 25
4.2. Waktu Pelaporan ……………………………………………………………………….. 25
BAB V. TIDAK LANJUT PERENCANAAN KAS ……………………………………………… 27
5.1. Perencanaan Kas dan Manajemen Likuiditas ………………………………………….. 27
5.2. Penyempurnaan Perencanaan Kas ……………………………………………………… 29
BAB VI. KESIMPULAN …………………………………………………………………………. 31
LAMPIRAN
SE-02/PB/2006

ii 
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sejak Republik Indonesia berdiri 17 Agustus 1945 hingga akhir tahun 2005, dalam
rangka pengelolaan keuangan negara belum dikenal adanya perencanaan kas (cash planning).
Hal tersebut terjadi karena para pengelola keuangan negara belum menyadari arti penting
sebuah perencanaan kas serta tidak pernah dihadapkan pada permasalahan kekurangan kas.
Pada umumnya satker beranggapan bahwa dengan tersedianya DIPA maka otomatis akan
tersedia pula dananya. Untuk memastikan ketersediaan dana tersebut maka pemerintah
menyimpan uang di bank Indonesia dalam rangka antisipasi pengeluaran. Kegiatan tersebut
disadari atau tidak menimbulkan biaya bagi pemerintah dalam bentuk opportunity cost yang
harus ditanggung. Opportunity cost yang dimaksud merupakan biaya bagi pemerintah karena
seharusnya dana tersebut bisa diinvestasikan oleh pemerintah untuk mendapatkan bunga untuk
menambah pendapatan negara.
Pentingnya perencanaan kas mulai disadari pada UU No.1 Tahun 2004. Meskipun
hanya dalam penjelasan, pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara disebutkan bahwa salah satu fungsi perbendaharaan adalah melaksanakan kegiatan
perencanaan kas. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan sumber daya
keuangan pemerintah yang terbatas, sehingga pemanfaatan keuangan negara dapat
dilaksanakan secara efisien dan dapat memberikan nilai tambah. Selain itu, kegiatan
perencanaan kas juga merupakan suatu strategi manajemen kas yang dilaksanakan Bendahara
Umum Negara guna memastikan bahwa negara selalu memiliki kas yang cukup untuk
memenuhi pembayaran kewajiban negara dalam rangka pelaksanaan APBN, serta terhadap
saldo kas yang ada dapat dimanfaatakan secara maksimal sehingga dapat memberikan hasil
yang optimal.
Perencanaan Kas Pemerintah ditingkat pusat dapat didefinisikan sebagai kegiatan
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas pada waktu tertentu untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya cash mismatch sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan
yang sesuai untuk menindaklanjutinya. Perencanaan kas ditingkat pusat merupakan gabungan
dari berbagai unsur penerimaan dan pengeluaran kas yang terdapat dalam rincian APBN
termasuk yang terkait dengan kegiatan pembiayaan.


 
Jika ditinjau secara total pada APBN maka Cash mismatch adalah ketidaksamaan
antara jumlah kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Cash mismatch dapat berupa
kekurangan atau kelebihan kas. Hal tersebut penting untuk diprediksi supaya dapat
direncanakan langkah-langkah mencari sumber pembiayaan untuk menutup kekurangan kas
atau melakukan penempatan, investasi jangka pendek bila pada suatu saat tertentu terjadi
kelebihan kas.
Ditinjau dari aspek penganggaran, perencanaan kas merupakan suatu bagian penting
dalam upaya percepatan penyerapan anggaran karena dengan adanya perencanaan kas yang
baik akan memastikan tersedianya dana untuk membiayai kegiatan pemerintah sehingga dapat
mencegah kemungkinan terhambatnya suatu kegiatan akibat dari tidak tersedianya dana.
Selama ini kegiatan tersebut diabaikan karena berbagai hal.
Pemerintah selama ini berupaya memastikan ketersediaan kas dengan cara
menyimpan uang dalam jumlah besar di Bank Indonesia untuk memenuhi pengeluaran negara
sebagai upaya antisipasi. Hal ini mengakibatkan tingginya cost of money pemerintah karena
pada saat kas pemerintah sebenarnya mencukupi, pemerintah masih membuat utang baru
sebagai tindakan berjaga-jaga, sementara disisi lain pemerintah tidak dapat memanfaatkan
kelebihan kas untuk investasi jangka pendek.
Hal tersebut tidak dapat lagi dilanjutkan karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen kas yang baik dimana pemerintah seharusnya memegang kas dalam jumlah
tertentu dan menginvestasikan sisanya. Perencanaan kas juga semakin penting karena negara
saat ini dalam anggaran yang defisit dengan kata lain sebenarnya pendapatan negara kita tidak
mencukupi untuk menutup belanja nagara sehingga pemerintah perlu meminjam uang dari
dalam dan luar negeri. Selain itu penerapan perencanaan kas perlu untuk merubah pola pikir di
satuan kerja yang beranggapan bahwa kas bukanlah sumber daya ekonomi yang langka dan
selalu tersedia kapan saja diperlukan. Perubahan pola pikir ini menjadi semakin penting ketika
pada suatu saat pemerintah mengalami kekurangan kas, terutama pada akhir-akhir tahun
anggaran dimana pengeluaran sangat besar.

1.2. Tujuan
Secara umum perencanaan kas dibuat dengan tujuan untuk memperkirakan aliran kas
pemerintah pada masa datang. Aliran kas tersebut mencakup penerimaan, pengeluaran dan
pembiayaan, termasuk didalamnya baik yang berasal dari anggaran maupun non anggaran.
Apabila berbagai variabel diatas dapat diperkirakan maka langkah selanjutnya adalah
memperkirakan saldo kas. Jika saldo awal diketahui dan berbagai komponen penerimaan dan


 
pengeluaran dapat diperkirakan dengan perencanaan kas yang baik, maka tentu dapat
diperkirakan saldo akhir kas sehingga dapat dilakukan tindakan yang sesuai.
Perencanaan kas juga diciptakan untuk mendukung berbagai fungsi lain dalam
manajemen kas secara keseluruhan seperti penerapan Treasury Single Account (TSA),
penempatan dan investasi, menentukan besaran kebutuhan pembiayaan jangka pendek dan
lainnya. Kegiatan investasi atas idle cash pemerintah tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya perencanaan kas yang akurat. Selain fungsi utamanya yaitu memperkirakan
kemungkinan terjadi kekurangan atau kelebihan kas.

1.3. Dasar hukum


Peraturan yang mengatur perencanaan kas adalah Peraturan Pemerintah Nomor 39
tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah. Pada pasal pasal 32 ayat (1)
dinyatakan:
“Menteri Keuangan selaku BUN atau Kuasa BUN Pusat bertanggungjawab untuk
membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimal”
dan pada pasal 32 ayat (4) dinyatakan:
“Dalam rangka penyusunan perencanaan kas, kementerian negara/lembaga dan pihak-
pihak lain yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran APBN wajib menyampaikan
proyeksi penerimaan dan pengeluaran secara periodik kepada Bendahara Umum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara”.
Sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 diundangkan, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan telah lebih dahulu menyadari pentingnya arti perencanaan kas.
Melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor-02/PB/2006 tanggal 6 Januari
2006 tentang Penyampaian Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas Instansi/Satuan Kerja
Pemerintah Pusat/Daerah, setiap instansi/satuan kerja yang merupakan mitra kerja KPPN
diharuskan membuat dan menyampaikan laporan rencana penerimaan dan pengeluaran
kasnya.
Untuk lebih mempertajam dan menegaskan tentang pentingnya perencanaan kas, saat
ini sedang disusun rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kas
Pemerintah. Dalam RPMK tersebut diusulkan untuk ditambahkan adanya sanksi bagi satuan
kerja yang tidak menyampaikan laporan perencanaan kasnya kepada KPPN mitra kerjanya
tentunya setelah memberikan pendidikan yang memadai kepada satker. Pada saat PMK
tersebut operasional diharapkan nantinya satker dapat menyampaikan laporan perencanaan
kasnya secara akurat dan tepat waktu.


 
BAB II
PELAKSANAAN PERENCANAAN KAS

2.1. Perencanaan Kas dan Siklus Anggaran


Perencanaan kas tidak terlepas dari proses pelaksanaan anggaran. Setiap satuan kerja
memiliki rencana kerja masing-masing yang tertuang didalam DIPA. Pada DIPA tersebut tertera
berapa besar anggaran yang disediakan oleh negara untuk saker tersebut dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah direncanakannya setahun sebelumnya.
Seharusnya pada saat mengajukan anggaran satker telah merencanakan apa yang
akan dicapai pada tahun anggaran berikutnya. Dari tujuan yang akan dicapai tersebut satker
merencanakan seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini
yang sering disebut dengan anggaran berbasis kinerja. Sebagai contoh suatu satker bertujuan
untuk melakukan sosialisasi perencanaan kas pemerintah pusat. Dalam mencapai tujuan
tersebut satker membutuhkan dana seperti untuk membayar honor pengajar, pengadaan ATK,
perjalanan dinas, penginapan/akomodasi, sewa ruang rapat dan lainnya. Semua biaya tersebut
akan tercantum didalam DIPA satker yang bersangkutan.
Semakin besar satker maka akan semakin banyak kegiatannya yang berarti akan
semakin besar juga dana dalam DIPA yang dikelola. Semakin besar satker maka semakin
penting bagi satker untuk merencanakan dengan baik pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan
merencanakan menjadi penting untuk memastikan bahwa semua program/kegiatan yang telah
direncanakan pada tahun sebelumnya dapat tercapai. Dengan adanya perencanaan kegiatan
tersebut maka diaharapkan penyerapan dana satker yang bersangkutan juga dapat dilakukan
secara baik disepanjang tahun dan penumpukan kegiatan pada kahir tahun dapat dihindari.
Setelah mendapatkan DIPA satker yang bersangkutan tertunya akan menyusun
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). POK disetujui dan ditandatangani oleh PA atau KPA
pada satker yang bersangkutan. Isi dari POK tersebut merupakan penjabaran kegiatan yang
akan dilaksanakan beserta pendanaannya dan jauh lebih rinci dari DIPA. Pada POK suatu
kegiatan lebih di rinci lagi kedalam berbagai komponen biaya yang terkait dengan kegiatan
tersebut. Dari data tersebut tentunya akan lebih mudah dalam memperkirakan kapan dan
seberapa besar dana tersebut akan terpakai.
DIPA disusun pada tahun anggaran yang sebelumnya (dimulai dari bulan April),
sehingga ada senjang waktu dengan saat pelaksanaanya, maka adalah hal yang wajar jika


 
sering dilakukan perbaikan/penyesuaian yang biasanya disebut dengan revisi DIPA. Pada
dasarnya revisi DIPA harus dipandang sebagai upaya untuk mencapai tujuan/kinerja yang telah
direncanakan sebelumnya atau dalam upaya mencapai kinerja yang baru dengan anggaran
yang sama. Bisa saja dalam melaksanakan kegiatan yang sama satker tidak perlu
menggunakan dana sebesar yang telah direncanakan sebelumnya atau bisa saja memerlukan
dana yang lebih besar. Atau satker dapat saja merubah alokasi pendanaan kegiatannya karena
ada kegiatan lain yang ternyata lebih penting.
Perubahan pada DIPA akan mengakibatkan perubahan pula pada POK. Perubahan
pada POK berarti perubahan pula pada besaran nilai dan saat terjadinya realisasi kegiatan
yang tercantum didalam DIPA karena tentunya revisi memerlukan waktu. Jika terjadi demikian
satker seharusnya melakukan antisipasi pada besaran dana yang akan ditarik dari KPPN
melalui perencanaan kas dalam rangka pelaksanaan kegiatannya.

Diatas adalah contoh halaman III DIPA, yang seharusnya diisi dengan rencana kerja
satker yang bersangkutan yang dikaitkan dengan kebutuhan belanjanya. Saat ini sebagian
besar satker mengisi halaman tersebut dengan membagi pagu masing-masing belanja dengan
angka 12 sehingga didapatkan nilai yang sama setiap bulannya. Hal tersebut tentunya salah,
karena seperti diketahui sangat jarang satker sudah melakukan belanja modal apalagi dengan


 
nilai diatas Rp 50 juta pada awal tahun. Umumnya belanja modal, barang, dan belanja lain-lain
dilakukan mendekati atau melewati bulan Juni. Hal tersebut jika belanja modal didasarkan pada
proses pelelangan yang memakan waktu paling tidak tiga bulan. Sedangkan jika belanja barang
biasanya satker baru memanfaatkannya juga pada pertengahan tahun misalnya untuk
perjalanan dinas, pemeliharaan dan lainnya.
Jika dilihat dari tren pencairan dana setiap tahunnya jelas bahwa pada awal tahun
belanja pemerintah sangat rendah. Peningkatan yang cukup signifikan biasanya mulai terjadi
setelah pertengahan tahun dan sangat tinggi menjelang akhir tahun. Hal tersebut harusnya
tercermin pada sebagian besar DIPA satker.

2.2. Ruanglingkup Perencanaan Kas


Terkait laporan perencanaan kas yang disusun oleh instansi/satker mitra kerja KPPN,
perencanaan kas masing-masing instansi/satker disusun berdasarkan perkiraan atas kegiatan
yang akan berakibat pada Penambahan Uang Negara, Pengurangan Uang Negara, dan Saldo
Uang Negara dalam periode tertentu, berikut penjelasannya :.
1. Penambahan Uang Negara bersumber dari :
a. Pendapatan Negara antara lain penerimaan pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak,
dan hibah;
b. Penerimaan Pembiayaan antara lain penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan
negara yang dipisahkan, dan pelunasan piutang;
c. Penerimaan Negara Lainnya antara lain perhitungan pihak ketiga.

2. Pengurangan Uang Negara diakibatkan oleh :


a. Belanja Negara antara lain belanja pegawai, modal, barang, subsidi dan lain-lain;
b. Pengeluaran Pembiayaan antara lain pembayaran pokok utang, penyertaan modal
negara, dan pemberian pinjaman; dan
c. Pengeluaran Negara Lainnya antara lain perhitungan pihak ketiga.

3. Perkiraan surplus/defisit kas


Surplus/defisit merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Dalam
hubungannya dengan pengelolaan kas, terutama untuk pengelolaan kekurangan/kelebihan
kas (cash mismatch), informasi surplus/defisit kas secara dini dapat membantu tugas
pengelola kas, sehingga dapat segera diambil kebijaksanaan sehubungan keadaan kas


 
dimaksud. Seperti dalam hal terjadi kekurangan kas, Bendahara Umum Negara dapat
melakukan :
a. Pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri
b. Penjualan Surat Utang Negara (SUN) dan/atau surat berharga lainnya
c. Pinjaman melalui penerbitan SUN (surat perbendaharaan dan obligasi)
Dan apabila terjadi kelebihan kas, Bendahara Umum Negara dapat melakukan kegiatan :
a. Menempatkan uang negara pada rekening di bank sentral/bank umum yang dapat
menghasilkan bunga/jasa giro dengan tingkat bunga yang berlaku umum
b. Pembelian kembali (Buy Back) SUN

2.3. Perkiraan saldo akhir kas


Saldo akhir kas menunjukkan jumlah kas yang dimiliki pada setiap akhir hari kerja. Saldo
kas ini diarahkan seminimal mungkin sehingga jumlah kas yang dapat dimanfaatkan untuk
penempatan bisa dimaksimalkan. Pemanfaatan saldo kas dengan baik akan meningkatkan
pendapatan pemerintah.
Perencanaan kas yang meliputi berbagai perkiraan-perkiraan tersebut di atas, tentu saja
harus dilakukan secara cermat dengan melihat berbagai faktor dan indikator kegiatan ekonomi,
baik yang telah lewat, masa kini dan perspektif masa depan, selain sumber-sumber dokumen
yang sudah ada sebagai pedoman kegiatan perkiraan, sehingga akurasi perkiraan dapat
mendekati realisasinya.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara
Pusat bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas
minimal. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.302/KMK.01/2004 tanggal 23 Juni
2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, pada pasal 883 ayat (1)
secara implisit disebutkan bahwa Direktur Jenderal Perbendaharaan up. Direktorat Pengelolaan
Kas Negara adalah instansi yang bertanggungjawab dalam penyusunan rencana penerimaan
dan pengeluaran kas yang mendapatkan pelimpahan sebagian wewenang Menteri Keuangan.

2.4. Kewajiban Membuat Perencanaan kas


Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara
Pusat bertanggungjawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimal.
Saldo kas minimal ini merupakan buffer cash yaitu suatu cadangan kas yang harus ada di kas
negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran rutin dan pengeluaran yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.


 
Sebagai contoh di Amerika Serikat saldo tersebut ditetapkan sejumlah sekitar US$5
milyar sedangkan di Australia ditetapkan sekitar AUS$750 juta. Jika saldo kas minimal telah
ditetapkan maka saldo kas pemerintah setiap hari diupayakan untuk mendekati patokan
tersebut dan setiap rupiah diatas saldo kas minimal tersebut akan ditempatkan atau
diinvestasikan jangka pendek (sangat likuid). Untuk mampu menerapkan hal yang sama maka
pemerintah perlu melakukan perencanaan yang akurat setiap hari dimana setiap unit terkait
setiap hari menyampaikan perencanaan kas untuk dikonsolidasikan. Perencanaan kas harian
ini dibuat hingga tiga bulan kedepan dan dilakukan update secara terus menerus.
Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan dukungan dari setiap kementerian
negara/lembaga dan pihak terkait untuk menyampaikan proyeksi penerimaan dan pengeluaran
secara periodik kepada Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat/Daerah. Laporan tersebut
kemudian dikompilasi untuk membuat perencanaan kas nasional yang juga merupakan rencana
realisasi anggaran. Tingkat akurasi dari perencanaan kas nasional sangat dipengaruhi oleh
kecermatan dalam pembuatan perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas masing-masing
departemen/lembaga.
Laporan perencanaan kas yang baik seharusnya dilakukan secara harian. Hal tersebut
didasarkan bahwa terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas terjadi secara harian sehingga
kemungkinan terjadi kekurangan atau kelebihan kas juga harian. Jika perencanaan kas dibuat
mingguan atau bulanan maka tidak mungkin diketahui saat hari yang mana sebenarnya terjadi
kekurangan atau kelebihan kas.
Semakin jauh waktu perencanaan dari saat realisasinya maka akurasinya akan
semakin rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan update atas perencanaan secara terus
menerus. Dengan melakukan update ini akurasi dari perencanaan jangka pendek akan tetap
terjaga akurat. Untuk meningkatkan akurasi perencanaan tersebut, perlu dibentuk suatu
jaringan informasi yang baik antara instansi yang menjadi sumber data di dalam maupun diluar
Departemen Keuangan dengan pihak yang mengolah dan melaporkan perencanaan kas (Ditjen
Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara).
Peningkatan akurasi merupakan proses yang membutuhkan waktu cukup lama.
Diperlukan suatu upaya terus-menerus dalam meneliti selisih antara proyeksi dan realisasi dan
kerjasama dari berbagai pihak terkait, sehingga faktor-faktor yang menyebabkan selisih
tersebut dapat diantisipasi. Langkah antisipasi tersebut penting supaya dalam perencanaan kas
selanjutnya kesalahan serupa tidak terulang. Dengan koordinasi yang baik dengan semua pihak
yang memberikan data perencanaan kas diharapkan pemerintah akan mampu membuat suatu
perencanaan kas harian yang baik.


 
BAB III
PELAKSANAAN PERENCANAAN KAS OLEH SATKER

3.1. Metode
Untuk membantu meningkatkan akurasi perencanaan kas ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat perencanaan kas yaitu :
a. Perencanaan kas merupakan dan didasarkan pada rencana penerimaan atau
pengeluaran pada masa yang akan datang. Data dalam perencanaan kas seharusnya
sedapat mungkin dibuat berdasarkan informasi, data, atau bukti-bukti kuat tentang
kemungkinan terjadinya penerimaan atau pengeluaran pada masa yang akan datang.
Perencanaan kas seharusnya sedapat mungkin mengurangi penggunaan metode-
metode statistika yang mengkaitkan masa lalu dengan masa depan karena pola-pola
pengeluaran dan penerimaan dalam APBN tidak pernah sama setiap tahunnya. Hal
tersebut juga diakibatkan karena selalu berubahnya kebijakan dan peraturan yang
diterbitkan oleh pemerintah. Jika terpaksa harus menggunakan metode statistik maka
angka tersebut harus disesuaikan lagi dengan ‘judgement’ pembuat laporan.
b. Telescopic projection. Telescopic Projection dimaksudkan bahwa seharusnya akurasi
perencanaan akan semakin tinggi seiring dengan semakin dekatnya waktu kejadian.
Sebagai contoh jika belanja barang untuk kebutuhan perjalanan dinas akan semakin
akurat diketahui jika sudah semakin dekat hari H-nya. Karena semakin dekat saatnya
maka semua dokumen telah siap sehingga semakin mudah memperkirakan seberapa
besar nantinya biaya yang diperlukan.
c. Melakukan pemutakhiran. Pemutakhiran yang dimaksud adalah menyesuaikan angka
perencanaan kas dengan keadaan yang diperkirakan dapat mempengaruhinya.
Misalnya perencanaan kas untuk belanja modal berupa pembelian sepuluh komputer.
Tentunya karena harganya diatas Rp 50 juta maka harus dilelang. Jika misalkan
sebelum lelang diperkirakan dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 70 juta, jika
direncanakan akan direalisasikan pada bulan Juni minggu keempat maka pada bulan
tersebut harus mencantumkan nilai Rp 70 juta dalam perencanaan kas. Apabila setelah
dilakukan lelang maka ternyata pemenang lelang mengajukan harga Rp 65 juta maka
seharusnya perencanaan kas juga harus diupdate dengan angka tersebut. Seharusnya
nilai tersebut tetap karena nilai lelang akan tidak berubah hingga tanggal realisasinya.
d. Evaluasi. Evaluasi merupakan bagian penting dalam perencanaan kas. Evaluasi adalah
kegiatan membandingkan realisasi dengan perencanaan kas. Perencanaan kas yang


 
dibuat dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah dari realisasi. Dengan melakukan
evaluasi diharapkan dapat diketahui penyebab perbedaan tersebut sehingga dapat
dilakukan tindakan yang sesuai. Kegiatan evaluasi harus dilakukan secara rutin atau jika
diperlukan sehingga diharapkan perencanaan kas dapat semakin akurat.
e. Mengetahui pola atau saat terjadinya pengeluaran. Sebagian jenis pengeluaran atau
penerimaan mempunyai pola tertentu yang selalu berulang atau kemungkinan
berulangnya cukup tinggi. Jika demikian maka untuk membuat perencanaan kasnya
dapat terbantu dengan pola tersebut. Contoh pengeluaran yang mempunyai pola seperti
belanja untuk DAU yang nilainya relatif sama dan tanggal realisasinya juga relatif sama
di awal bulan.

3.2. Pelaksanaan
Perencanaan kas merupakan bagian penting dari manajemen kas. Selama ini satker masih
belum memahami dengan baik tentang pentingnya sebuah perencanaan kas dikarenakan
permintaan dana yang diajukan melalui KPPN sepanjang memenuhi syarat selalu dipenuhi.
Pada negara-negara maju rencana permintaan kas harus sudah dilakukan maksimal sehari
sebelum dilakukan percairannya. Untuk pengeluaran yang mendadak dan dalam jumlah besar
dapat saja ditunda pencairannya karena tidak sesuai dengan perencanaan kas. Hal tersebut
terjadi bukan karena negara tersebut kekurangan kas tetapi karena kas tersebut telah terlanjur
diinvestasikan sehingga jika dipergunakan akan menimbulkan kerugian.
Pada saat ini pemerintah baru memulai untuk menerapkan perencanaan kas yang baik.
Hal ini sangat penting dalam rangka memaksimalkan penggunaan kas yang ada dan mencegah
banyaknya kas yang menganggur. Sebenarnya kita sudah memiliki dokumen yang menampung
perencanaan kas yaitu DIPA hanya saja dalam pelaksanaannya penggunaan halaman III DIPA
yang berisi perencanaan kas masih belum dilakukan dengan baik. Perencanaan kas Halaman
III DIPA tersebut masih dilakukan dengan cara membagi total dana dalam DIPA dengan 12
sesuai dengan jumlah bulan dalam satu tahun, sehingga rencana pengeluarannya rata setiap
bulannya. Hal ini tidak tepat mengingat tidak semua pengeluaran sama nilainya setiap bulan.
Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada halaman III DIPA untuk mendukung perencanaan kas
yang baik.
Pada umumnya pengeluaran dapat dibagi kedalam beberapa kategori besar :
1. Pengeluaran yang telah terjadwal yaitu pengeluaran yang telah pasti jatuh temponya
sehingga bisa diprediksikan dengan baik. Contoh pengeluaran tersebut antara lain

10 
 
pembayaran DAU, pelunasan pinjaman LN dan pembayaran bunga utang. Beberapa
komponen dalam belanja gaji juga dapat dikelompokkan dalam bagian ini.
2. Pengeluaran yang rutin dilakukan setiap bulannya meskipun secara nominal jumlahnya
mungkin berbeda antara bulan yang satu dengan bulan lainnya. Termasuk dalam
pengeluaran yang bersifat rutin adalah belanja barang untuk operasional kantor dan
belanja pemeliharaan.
3. Pengeluaran yang insidental namun nominalnya relatif besar misalnya pengeluaran
untuk belanja modal yang pengadaannya harus menggunakan lelang, kontrak dan
sebagainya.

Pada halaman II DIPA, Belanja dibagi kedalam lima kategori besar yaitu :
1. Belanja Pegawai,
a. Gaji dan tunjangan PNS
b. Honorarium
c. Lembur
d. Vakasi
e. Uang Makan/Lauk Pauk
2. Belanja Barang,
a. Belanja barang dan jasa
b. Belanja pemeliharaan
c. Belanja perjalanan dinas
3. Belanja Modal,
a. Belanja Modal Tanah
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
e. Belanja Modal Lainnya
4. Belanja Bunga
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Bantuan Sosial,
7. Belanja Hibah
8. Belanja Lain-lain.
 

11 
 
Masing-masing belanja tersebut dirinci lagi kedalam fungsi, sub fungsi, program,
kegiatan, sub kegiatan dan BKPK. Pada Halaman III DIPA, Belanja tersebut dibuat rencana
penarikan pengeluaran atau perkiraan penerimaan bagi satker yang memiliki penerimaan. Pada
halaman IV DIPA masing-masing belanja tersebut lebih dirinci lagi yang mana dapat
dipergunakan untuk membantu meningkatkatkan akurasi perencanaan kas.
Berikut cara meningkatkan akurasi perencanaan pada halaman III DIPA dan
Perencanaan Kas Bulanan Satker tersebut.

3.2.1. Belanja Pegawai


a. Gaji dan Tunjangan PNS
a. Sifat Belanja
Secara garis besar Gaji bulanan dan Tunjangan PNS adalah belanja yang sifatnya rutin dan
terjadwal, yang dilakukan setiap bulan dengan jumlah yang relatif sama atau dengan sedikit
perubahan setiap bulannya. Pada umumnya komponen dari belanja pegawai adalah belanja
yang sudah diketahui berapa jumlahnya.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA

12 
 
Belanja ini relatif sama setiap bulannya kecuali ada penambahan/pengurangan pegawai,
kenaikan gaji atau tunjangan. Karena belanjanya cukup konstan maka untuk perencanaan
pengeluarannya dalam DIPA dapat dilakukan dengan cara membagi pagu dengan 12 bulan
sehingga didapatkan angka pengeluaran yang sama setiap bulannya.
b.2. Perencanaan Bulanan
Untuk perencanaan pembayaran gaji dan tunjangan PNS yang dibuat setiap bulan
sebenarnya cukup mudah dilaksanakan. Data realisasi pembayaran gaji dan tunjangan
bulan sebelumnya cukup untuk dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan
pengeluaran bulan berikutnya ditambah dengan kemungkinan perubahan-perubahan yang
terjadi seperti: kenaikan pangkat; kenaikan gaji berkala; penambahan dan pengurangan
anggota keluarga yang disebabkan oleh kelahiran anak, pegawai yang baru menikah dll.
Selain itu yang lebih penting untuk diperhatikan adalah bila Satker akan mengajukan rapel
atau kekurangan atas gaji dan tunjangan ini. Mengingat hal tersebut juga akan menambah
pengeluaran belanja pegawai untuk bulan yang akan datang maka rencana pengajuan rapel
atau kekurangan gaji tersebut harus dimasukkan dalam perencanaan pengeluaran kas
satker bersangkutan.
c. Updating/Pemutakhiran
Pemutakhiran data terhadap rencana pencairan belanja pegawai ini relatif tidak perlu
dilakukan sepanjang tidak ada perubahan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan sebagaimana disebutkan di atas dapat diantisipasi dan diperkirakan
sebelumnya. Pemutakhiran data dilakukan apabila setelah laporan perencanaan
pengeluaran kas telah disampaikan ke KPPN oleh Satker, namun disinyalir akan terjadi
perbedaan yang signifikan (sampai puluhan juta rupiah) antara perencanaan dengan
realisasinya.
b. Honorarium
a. Sifat Belanja
Secara garis besar belanja Honorarium adalah belanja yang sifatnya rutin yang dilakukan
setiap bulan dengan jumlah yang relatif sama atau dengan sedikit perubahan setiap
bulannya. Honorarium ini dibayarkan untuk honorarium mengajar guru tidak tetap, kelebihan
jam mengajar dan ujian dinas. Selain itu juga bisa dibayarkan untuk tim-tim yang menyusun
peraturan-peraturan, penugasan dan kegiatan lain yang ditetapkan oleh PA/KPA.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA

13 
 
Perencanaan dalam DIPA untuk honorarium sebaiknya dengan memperhatikan realisasinya
untuk tahun-tahun sebelumnya. Biasanya pola dari pembayaran honorarium ini relatif sama
dari tahun ketahun, sehingga tinggal dilakukan penyesuaian saja dengan pagu yang
diajukan.
b.2. Perencanaan Bulanan
Perencanaan bulanan pengeluaran untuk honorarium dilakukan dengan memperhatikan
rencana kegiatan yang akan dilakukan satker bersangkutan. Setiap honoraium yang akan
dibayarkan seharusnya didasarkan atas Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Perencanaan disusun dengan mempertimbangkan
jumlah biaya satuan dikalikan dengan satuan waktu yang digunakan misalnya jam, hari
dikalikan dengan jumlah orang yang berhak.
c. Updating/Pemutakhiran
Updating atas perencanaan pengeluaran kas atas honorarium dilakukan apabila disinyalir
akan terjadi perubahan yang signifikan (sampai dengan puluhan juta rupiah) atas laporan
rencana pengeluaran yang telah disampaikan kepada KPPN. Perubahan tersebut biasanya
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang mendadak dan/atau penundaan pembayaran
bulan-bulan sebelumnya.
c. Lembur
a. Sifat Belanja
Secara garis besar lembur adalah belanja yang sifatnya rutin yang dilakukan setiap bulan
dengan jumlah yang relatif sama atau dengan sedikit perubahan setiap bulannya. Namun
perlu juga dicermati untuk bulan-bulan tertentu yang volume pekerjaannya tinggi, sehingga
membutuhkan waktu lembur yang lebih panjang.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Belanja ini relatif sama setiap bulannya kecuali untuk bulan-bulan tertentu yang beban
kerjanya cukup meningkat, misal pada akhir tahun. Data realisai lembur tahun-tahun
sebelumnya dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pengeluaran lembur dalam DIPA.
b.2. Perencanaan Bulanan
Umumnya perencanaan pengeluaran kas untuk pembayaran lembur cukup mudah
diperkirakan. Hal ini dikarenakan pembayaran uang lembur dilakukan secara bulanan,
dimana pelaksanaan lembur bulan lalu baru diajukan uang lemburnya pada bulan depan,
meskipun tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan uang lembur pada bulan yang
sama. Perencanaan atas pembayaran uang lembur didasarkan atas Surat Perintah Kerja

14 
 
Lembur yang dikeluarkan oleh kepala Kantor/Satker. Jumlah nominal yang direncanakan
penarikan dananya diperoleh dari pengalian jumlah jam lembur dengan tarif lembur yang
berlaku.
c. Updating/Pemutakhiran
Updating perencanaan pengeluaran kas atas lembur dilakukan apabila disinyalir akan
terjadi perubahan yang signifikan (sampai dengan puluhan juta rupiah) atas laporan
rencana pengeluaran yang telah disampaikan kepada KPPN. Perubahan tersebut biasanya
disebabkan oleh tambahan jam lembur akibat dari pekerjaan yang harus segera
diselesaikan.
d. Vakasi
a. Sifat belanja
Vakasi disediakan untuk imbalan bagi penguji atau pemeriksa kertas/jawaban ujian. Oleh
karena perunukannya tersebut, biasanya vakasi ini hanya terdapat pada DIPA yang
mempunyai fungsi pendidikan. Pengeluaran untuk vakasi tidak setiap bulan dilakukan,
hanya pada bulan-bulan tertentu saja yang biasanya ada banyak dilakukan ujian berkaitan
dengan tupoksi satker bersangkutan.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Untuk perencanaan vakasi dalam DIPA, data realisasi tahun-tahun sebelumnya perlu
dijadikan acuan. Biasanya pola pembayaran vakasi ini juga sama dari tahun ketahun.
b.2. Perencanaan Bulanan
Dikarenakan pembayaran vakasi belum tentu dilakukan secara bulanan, maka pengajuan
rencana pembayaran vakasi disesuaikan dengan pelaksanaan kegiatannya. Besarnya dana
yang diajukan dalam perencanaan pengeluaran kas didasarkan pada perhitungan jumlah
jam dikalikan orangya.
c. Updating/Pemutakhiran
Updating perencanaan pengeluaran kas untuk vakasi dilakukan apabila disinyalir akan
terjadi perubahan yang signifikan (sampai dengan puluhan juta rupiah) atas laporan
rencana pengeluaran yang telah disampaikan kepada KPPN.
e. Uang Makan dan Lauk Pauk
a. Sifat Belanja
Lauk Pauk dibayarkan untuk anggota TNI/Polri, sedangkan uang makan dibayarkan kepada
PNS. Biasanya pengeluaran untuk uang makan dan lauk pauk jumlahnya relatif sama setiap
bulan.

15 
 
b. Metode Perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Perencanaan Lauk Pauk dan uang makan dalam DIPA dilakukan dengan membagi pagu
menjadi 12. Hal ini dimungkinkan karena pengeluaran untuk belanja ini relatif sama setiap
bulanya.
b.2. Perencanaan Bulanan
Perencanaan pembayaran bulanan untuk lauk pauk dan uang makan dilakukan dengan
mengalikan jumlah anggota TNI/Polri dalam kesatuan tersebut atau pegawai dalam kantor
yang bersangkutan dengan hari kerja dalam satu bulan berkenaan. Perencanaan relatif
mudah dilakukan karena pembayaran atas pengeluaran ini dibayarkan pada bulan
berikutnya.
c. Updating/Pemutakhiran
Updating perencanaan pengeluaran kas untuk lauk pauk dan uang makan dilakukan apabila
disinyalir akan terjadi perubahan yang signifikan (sampai dengan puluhan juta rupiah) atas
laporan rencana pengeluaran yang telah disampaikan kepada KPPN.
 
3.2.2. Belanja Barang
1. Barang dan Jasa
a. Sifat Belanja
Secara garis besar belanja barang dan jasa digunakan untuk membiayai keperluan kantor
sehari-hari baik fisik maupun non fisik yang secara langsung menunjang tugas pokok dan
fungsi kementrian lembaga. Belanja ini sifatnya rutin dan hampir setiap hari diperlukan.
Misalnya untuk pengadaan ATK, langganan daya dan jasa, inventaris kantor dll.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Perencanaan dalam DIPA untuk belanja barang dan jasa ini menggunakan standard biaya
yang telah ditetapkan, sedangkan untuk kegiatan yang tidak ada standarnya digunakan
Rincian Anggaran Biaya (RAB).
b.2. Perencanaan Bulanan
Belanja ini cukup berfluktuasi setiap bulannya sesuai dengan volume kegiatan kantor dan
waktu pelaksanaan belanja. Untuk belanja keperluan sehari-hari kantor seperti ATK
mungkin belanja tidak dilakukan setiap bulan tetapi setiap dua bulan atau tiga bulanan
dengan volume disesuaikan dengan sisa persediaan ATK. Demikian juga untuk inventaris

16 
 
kantor harus diperhatikan saat pelaksanaan pengadaan inventaris tersebut. Belanja barang
lain yang nilai dan waktu pelaksanaannya biasanya tidak sama setiap bulannya seperti :
a. Pengadaan makanan/minuman penambah daya tahan tubuh
b. Pengadaan pakaian kerja supir/pesuruh/satpam dan lainnya
Sedangkan untuk belanja barang yang nilainya sama setiap bulannya biasanya untuk sewa
jaringan komunikasi (satelit) dan belanja untuk jasa pengiriman dokumen dapat dibagi rata
setiap bulannya. Untuk keperluan mendadak yang jumlahnya relatif kecil dan belum
direncanakan sebelumnya maka untuk keperluan penyusunan laporan perencanaan kas
perlu ditambahkan dalam penyediaan dananya sebesar 1%-3% perbulan dari pagu belanja
berkenaan.
c. Updating/pemutakhiran
Angka perencanaan kas harus dilakukan update sesuai dengan nilai saat pelaksanaanya.
Misalnya jika pelaksanaan pengadaan inventaris yang direncanakan dilakukan pada bulan
Maret tetapi karena ATK masih cukup kemudian diubah menjadi bulan April atau jumlah
belanjanya dikurangi maka perencanaan kas juga harus disesuaikan. Bila diperkirakan akan
terjadi pengeluaran yang cukup besar ( diatas 10 juta) yang tidak diperkirakan sebelumnya,
maka Satker harus menyampaikan laporan pemutakhiran perencanaan kasnya paling
lambat 1 minggu sebelum tanggal pembayaran kepada KPPN.
2. Belanja Pemeliharaan
a. Sifat Belanja
Pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang
sudah ada ke dalam kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain
pemeliharaan gedung dan bangunan,taman, jalan lingkungan kantor, rumah dinas,
kendaraan dinas dan sarana lainnya yang berhubungan dengan dengan penyelenggaraan
pemerintahan. Secara garis besar belanja pemeliharaan sifatnya rutin dilakukan setiap
tahunnya. Untuk belanja pemeliharaan peralatan dan mesin mungkin dilakukan pada saat-
saat tertentu (insidental), namun demikian ada juga belanja pemeliharaan yang sudah pasti
terjadwal, misalnya untuk pemeliharaan peralatan dan mesin yang dilakukan secara
berkala.
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Perencanaan dalam DIPA untuk belanja pemeliharaan ini menggunakan standar biaya yang
telah ditetapkan, sedangkan untuk kegiatan yang tidak ada standarnya digunakan Rincian
Anggaran Biaya (RAB).

17 
 
b.2. Perencanaan Bulanan
Untuk belanja pemeliharaan gedung dan bangunan yang dilakukan dengan kontrak relatif
mudah untuk memperkirakan kapan saat kas akan keluar, yaitu sesuai dengan kontrak yang
talah ditandatangani. Untuk pemeliharaan gedung dan bangunan yang tidak dilakukan
dengan kontrak biasanya nilainya relatif kecil (di bawah 10 juta), dapat terjadi sewaktu-
waktu, misal untuk penggantian kaca jendela kantor yang pecah. Arus kas keluar untuk
kejadian yang tidak terduga tersebut dananya perlu direncanakan juga misalnya 1% - 5%
dari total pagu pemeliharaan gedung dan bangunan per bulannya. Untuk pemeliharaan
lainnya, seperti peralatan dan mesin, perencanaan arus kas keluar juga sama seperti pada
saat merencanakan arus kas keluar pemeliharaan gedung dan bangunan.
c. Updating/pemutakhiran
Angka perencanaan kas harus dilakukan update sesuai dengan nilai dan saat
pelaksanaanya. Misalnya jika pelaksanaan pemeliharaan yang direncanakan dilakukan
pada bulan Agustus tetapi karena suatu hal kemudian diubah menjadi bulan September
maka perencanaan kas juga harus disesuaikan. Hal sebaliknya berlaku jika pada bulan
Agustus terjadi pengeluaran yang tidak direncanakan sebelumnya yang nilainya relatif besar
(di atas 10 juta), maka atas laporan perencanaan kas yang telah dibuat oleh satker harus di
mutakhirkan yaitu dengan cara mengirimkan laporan pemutakhiran ke KPPN paling lambat
satu minggu sebelum pelaksanaan pembayaran.
3. Belanja Perjalanan Dinas
a. Sifat Belanja
Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai
perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatan. Belanja ini dapat
bersifat tetap artinya dilakukan rutin secara bulanan maupun insidental.
b. Motode perencanaan
b.1.Perencanaan dalam DIPA
Perencanaan dalam DIPA untuk belanja perjalanan ini menggunakan standard biaya yang
telah ditetapkan.
b.2. Perencanaan bulanan
Perencanaan kas untuk belanja perjalanan dilakukan dengan memperkirakan perjalanan
yang akan dilakukan oleh pegawai/pejabat/bukan pegawai yang ditunjuk dalam satu bulan
kedepan dikalikan dengan tarif perjalanannya. Misalkan seorang pegawai Satker di Jakarta
akan melakukan perjalanan at cost ke Bali selama tiga hari, maka perencanaan kasnya
adalah ongkos tranportasi ditambah dengan uang harian 3 x 400.000. Data-data ongkos

18 
 
transport yang pernah dilaksanakan dapat dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan
arus kas keluar. Sebagai contoh, untuk ongkos transport Jakarta-Pekanbaru yang sudah
pernah dilakukan besarnya kurang lebih 2 juta rupiah.
c. Updating/pemutakhiran
Bila diperkirakan akan terjadi pengeluaran yang cukup besar (diatas 10 juta) yang tidak
direncanakan sebelumnya, maka Satker harus menyampaikan laporan pemutakhiran
perencanaan kasnya paling lambat 1 minggu sebelum tanggal pembayaran kepada KPPN.
3.2.3. Belanja Modal
a. Sifat Belanja
Belanja Modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal
yang akan menambah aset kementrian/lembaga dengan kewajiban untuk menyediakan
biaya pemeliharaannya. Penambahan aset dimaksudkan di sini bisa merupakan aset tetap
maupun aset lainnya. Aset tetap mempunyai karakteristik berwujud, masa manfaat lebih
dari satu tahun, menambah aset pemerintah dan nilainya relatif material (di atas Rp300.000
per unit).Sedangkan batasan kapitalisasi untuk gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan sebesar Rp10.000.000. Sedangkan karakteristik aset lainnya adalah aset yang
tidak masuk dalam karakteristik aset tetap lainnya. Secara garis besar pengeluaran kas
untuk belanja modal bersifat insidental dengan demikian belanja ini hanya dilakukan pada
saat-saat tertentu dan belum tentu dilaksanakan setiap bulannya. Yang termasuk dalam
belanja modal adalah:
a. Belanja Modal Tanah
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
e. Belanja Modal Lainnya
b. Motode perencanaan
b.1. Perencanaan dalam DIPA
Perhitungan dan penilaian belanja modal dilkukan sesuai dengan stabdar biaya yang telah
ditetapkan, sedangkan untuk belanja modal yang tidak ada standar biayanya dilakukan atas
RAB yang disusun oleh pejabat yang berwenang dengan memperhatikan harga pasar yang
berlaku dan jenis serta spesifikasi yang diperlukan.
b.2. Perencanaan Bulanan
Perencanaan arus kas keluar untuk belanja modal relatif mudah untuk dilaksanakan karena
belanja ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kontak melalui proses pelelangan.

19 
 
Perencanaan pengeluaran didasarkan pada dokumen kontrak yang telah disusun yang
biasanya sudah pasti kapan jatuh tempo pembayarannya. Misalnya untuk jasa konstruksi
seperti pembangunan gedung maka pembayaran tergantung termin yang terdapat dalam
kontrak pengerjaan. Sedangkan untuk pengadaan seperti komputer, AC dan sejenisnya
biasanya pembayaran dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima ditandatangani.
c. Updating/pemutakhiran
Angka perencanaan kas harus dilakukan bila diperkirakan akan terjadi pengeluaran yang
cukup besar (diatas 10 juta) yang tidak direncanakan sebelumnya. Satker harus
menyampaikan laporan pemutakhiran perencanaan kasnya paling lambat 1 minggu
sebelum tanggal pembayaran kepada KPPN.

3.2.4. Belanja Bunga


Belanja Bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang,
baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri. Untuk pembayaran bunga biasanya
sudah terjadwal dan besarnya juga telah diketahui sebelumnya. Perencanaan arus kas
keluar bulanan/mingguan/harian pembayaran belanja bunga dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang dengan memperhatikan jatuh tempo pelaksanaan
pembayarannya. Updating/pemutakhiran atas perencanaan arus kas keluarnya dilakukan
apabila diperkirakan akan terjadi pengeluaran yang tidak direncanakan sebelumnya.
Misalnya ketika dilaksanakan kebijakan percepatan pembayaran bunga. Laporan updating
tersebut harus sudah diterima oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara tiga hari sebelum
pelaksanaan pembayaran.
3.2.5. Belanja Subsidi
Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi
hajat hidup orang banyak sedemikian sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.
Perencanaan arus kas keluar bulanan/mingguan/harian dilakukan oleh institusi yang
bersangkutan (Pertamina, PLN dll.)dengan mempertimbangkan pelaksanaan kegiatannya.
Updating/pemutakhiran atas perencanaan arus kas keluarnya dilakukan apabila
diperkirakan akan terjadi pengeluaran yang tidak direncanakan sebelumnya. Laporan
updating tersebut harus sudah diterima oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara tiga hari
sebelum pelaksanaan pembayaran.

3.2.6. Belanja Bantuan Sosial

20 
 
Bantuan sosial biasanya berupa transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan ini dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan
termasuk bantuan untuk lembaga non pemerintah. Yang termasuk dalam kategori belanja
bantuan sosial antara lain:
a. Bantuan Kompensasi sosial, misalnya BLT dari kenaikan BBM
b. Bantuan kepada lembaga pendidikan dan peribadatan
c. Bantuan kepada lembaga sosial lainnya.
Perencanaan arus kas keluar untuk belanja ini dilakukan oleh instansi terkait dengan
memperkirakan kapan saat terjadinya pembayaran. Misalnya untuk pembayaran BLT
kompensasi kenaikan BBM, diajukan oleh Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Pelaksanaan pembayarannya dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang telah disusun.
Updating/pemutakhiran atas pelaksanaan pembayaran belanja ini dilakukan apabila
pelaksanaan pembayarannya tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Laporan
updating perencanaan kas disampaikan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling
lambat tiga hari sebelum pelaksanaan pembayaran.

3.2.7. Belanja Hibah


Hibah merupakan transfer barang/jasa/uang yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain
atau organisasi internasional. Pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian/lembaga terkait.
Namun demikian belanja ini sangat jarang dilakukan. Perencanaan arus kas keluar untuk
belanja ini dilakukan oleh instansi terkait dengan memperkirakan kapan saat terjadinya
pembayaran. Updating/pemutakhiran atas pelaksanaan pembayaran belanja ini dilakukan
apabila pelaksanaan pembayarannya tidak sesuai dengan yang telah direncanakan.
Laporan updating perencanaan kas disampaikan kepada Direktorat Pengelolaan Kas
Negara paling lambat tiga hari sebelum pelaksanaan pembayaran.

3.2.8. Belanja Lain-lain


Belanja lain-lain yaitu pengeluaran pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan
kedalam jenis belanja pada poin-poin yang telah dibahas di atas. Perencanaan arus kas
keluar untuk belanja ini dilakukan oleh instansi terkait dengan memperkirakan kapan saat
terjadinya pembayaran. Updating/pemutakhiran atas pelaksanaan pembayaran belanja ini
dilakukan apabila pelaksanaan pembayarannya tidak sesuai dengan yang telah

21 
 
direncanakan. Laporan updating perencanaan kas disampaikan kepada Direktorat
Pengelolaan Kas Negara paling lambat tiga hari sebelum pelaksanaan pembayaran.
 
Secara umum ada dua hal penting yang mempengaruhi akurasi perencanaan kas :
 Saat melakukan perencanaan kas
Pada umumnya perencanaan kas akan semakin akurat jika semakin dekat dengan
waktu kejadian. Perencanaan kas yang dibuat sehari sebelum terjadi akan jauh lebih
akurat dibandingkan dengan yang dibuat sebulan sebelum saat kejadian.
 Update
Updating dalam perencanaan kas adalah sangat penting dalam meningkatkan akurasi
karena berbagai hal dapat terjadi sehingga mempengaruhi akurasi perencanaan.
Perencanaan kas yang baik harus selalu di-update sehingga selalu mencerminkan
keadaan terakhir.

22 
 
BAB IV
MEKANISME PENYAMPAIAN LAPORAN

Kecepatan penyampaian laporan dan akurasi laporan merupakan salah satu faktor
penting dari perencanaan kas yang baik. Untuk itu mekanisme pelaporan yang dipergunakan
sangat tepat jika menggunakan internet, telepon dan faximile. Mekanisme pelaporan dengan
menggunakan surat sangat tidak mendukung perencanaan kas yang baik karena membutuhkan
waktu berminggu-minggu. Sementara itu sangat perlu dipahami bahwa semakin jauh waktu
pelaporan dan saat melakukan perencanaan maka semakin tidak “reliable” perencanaan kas
yang disajikan.
Perencanaan bukanlah pelaporan atas kegiatan yang telah terjadi tetapi kegiatan yang
akan terjadi. Selain itu, perlu juga penyederhanaan laporan sehingga laporan dapat dibuat dan
dikompilasi dengan cepat di pusat. Proses pembuatan dan pelaporan perencanaan harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga tidak membebani satker sehingga menurunkan
kualitas laporan. Idealnya laporan perencanaan kas hanya satu lembar kertas faximile saja atau
beberapa baris kalimat dalam e-mail.
Penting untuk dipahami bahwa perencanaan kas sangat berbeda dengan perencanaan
anggaran, sehingga ”sifat” laporan perencanaan kas juga sangat berbeda dengan laporan
pelaksanaan anggaran atau laporan keuangan. Laporan keuangan atau realisasi anggaran
adalah melaporkan transaksi keuangan yang telah terjadi berdasarkan bukti-bukti transaksi,
setiap angka yang dilaporkan dapat di validasi karena memang benar-benar terjadi. Dalam
laporan perencanaan kas, yang dilaporkan adalah recana pengeluaran atau penerimaan kas,
karena belum terjadi maka angka-angka tersebut tidak bisa divalidasi ke dokumen sumber.
Oleh karena itu, ”judgement” untuk menentukan angka dalam perencanaan kas sangat
berperan.
Mengingat laporan perencanaan kas adalah melaporkan sesuatu yang akan terjadi,
kecepatan penyampaian data untuk membuat perencanaan kas menjadi sangat penting, sebab
ketika kejadian tersebut telah menjadi kenyataan (direalisasikan) maka laporan perencanaan
kas tersebut tidak lagi berguna. Fungsinya telah berubah menjadi laporan realisasi anggaran
yaitu melaporkan transaksi ekonomi yang telah terjadi. Skema dibawah ini menunjukkan
bagaimana akurasi perencanaan kas dan kegunaan laporan meningkat seiring dengan semakin
dekat saat kejadian.

23 
 
belum terjadi Sudah terjadi
Saat

Fungsi forecasting
Tingkat akurasi forecasting

0% 50% 100% 0%

Hari Hari

10 5 1 1 5 10
(sebelum)
100% 50% 0%
Tingkat kegunaan forecasting Tingkat kegunaan laporan

Fungsi perencanaan Fungsi pelaporan/realisasi

Kualitas/akurasi laporan perencanaan kas akan semakin meningkat jika jarak


pembuatan laporan dan waktu kejadian yang direncanakan semakin dekat. Sebagai contoh, jika
satu bulan dari sekarang direncanakan akan melakukan pembelian senilai Rp.10 juta maka
kemungkinan bahwa pengeluaran tersebut benar-benar Rp.10 juta mungkin hanya 50%. Hal ini
disebabkan karena banyaknya variabel yang mempengaruhi rencana pengeluaran tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu maka seharusnya tingkat kepastian pengeluaran tersebut
semakin tinggi dan angka yang disajikan akurasinya juga semakin meningkat. Contoh, sehari
sebelum dilakukan pengeluaran dapat dipastikan dengan tingkat akurasi 97% (perkiraan)
bahwa pengeluaran yang akan terjadi adalah Rp. 11,5 juta bukan Rp. 10 juta. Prediksi yang
hampir mencapai 100% dimungkinkan karena variable yang mempengaruhi sudah semakin
sedikit. Sehari sebelum pengeluaran pasti kontrak-kontrak jual beli sudah selesai, harga jual
beli juga sudah disepakati dan bisa dikatakan tidak ada lagi ”judgement” dalam angka tersebut.
Kenaikan tingkat akurasi angka yang dilaporkan seiring dengan semakin dekatnya
waktu pelaporan dengan waktu kejadian sebenarnya adalah berlaku umum untuk setiap angka
yang dilaporkan dalam perencanaan kas. Oleh karena itu membuat suatu rencana yang terinci
dalam jangka waktu yang terlalu jauh dari waktu kejadian adalah tidak efektif dan efisien.
Ilustrasi diatas juga menggambarkan pentingnya melakukan pemutakhiran secara terus
menerus atas rencana tersebut untuk meningkatkan akurasinya.
Mekanisme penyampaian laporan perencanaan kas dilakukan secara berjenjang.
Pertama-tama laporan perencanaan kas dibuat oleh satker kementerian/lembaga yang
mempunyai bagian anggaran yang pengeluarannya akan menyebabkan uang negara keluar
dari Rekening Kas Umum Negara. Satker menyampaikan kepada KPPN mitra kerjanya,

24 
 
sedangkan pengeluaran melalui Subdit Kas Umum Negara menyampaikan laporan
perencanaan kasnya kepada Subdit Perencanaan dan Pengendalian Kas. KPPN
mengkompilasi seluruh laporan perencanaan kas satker-satker diwilayah kerjanya dan
menyampaikan kompilasi laporan tersebut kepada Direktorat PKN. Selanjutnya Direktorat PKN
melakukan kompilasi perencanaan kas secara nasional atas dasar laporan kompilasi
perencanaan kas oleh KPPN dan satker-satker yang pengeluaranya melalui Direktorat PKN.

4.1. Format Pelaporan


Format pelaporan untuk tingkat Satuan Kerja dan KPPN saat ini diatur dalam SE-02/PB/2006
sebagaimana terdapat dalam lampiran modul ini. Tata cara pengisian juga telah diatur dalam
SE tersebut. Pada prinsipnya pelaporan pada KPPN dan satker sama. KPPN hanya bertugas
untuk melakukan rekap atas semua satker yang menjadi mitra kerjanya.

4.2. Waktu Pelaporan (Menurut SE-O2/PB/06)


Penyampaian laporan oleh satker seharusnya dilaksanakan pada setiap minggu
pertama pada setiap awal bulannya. Laporan yang dibuat oleh satker sesuai dengan format
yang ditentukan pada SE-02/PB/06. Karena satker menyampaikan laporan jauh sebelum saat
terjadinya pengeluaran maka akan lebih baik jika satker memberikan update kepada KPPN jika
terjadi perubahan pada perencanaan kas. Selain itu untuk mempersingkat waktu pelaporan jika
memungkinkan satker dapat mengirimkan pelaporan melalui emai atau fax atau disampaikan
secara langsung kepada KPPN.
Setelah menyampaikan laporan kepada KPPN, satker masih dapat melakukan ralat
atas perencanaan kasnya. Ralat tersebut pada prinsipnya masih dapat disampaikan hingga
saat sebelum KPPN menyampaikan laporan kepada Direktorat PKN. Setiap kali satker
melakukan updating atas perencanaan kasnya maka KPPN harus kembali melakukan rekap
ulang atas perencanaan kas yang dikirimkan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
Penyampaian laporan oleh KPPN seharusnya dilaksanakan paling lambat pada akhir
minggu kedua setiap bulannya. KPPN diberikan waktu sekitar satu minggu untuk melakukan
rekapitulasi atas semua satker yang menjadi mitra kerjanya. Untuk meningkatkan jumlah satker
yang mengirimkan laporan kepada KPPN sebaiknya KPPN memberikan penyuluhan mengenai
cara membuat perencanaan kas.
Selain itu KPPN sebaiknya lebih memfokuskan untuk mendapatkan pelaporan
perencanaan kas dari satker dengan nilai DIPA besar. Hal ini tidak berarti ada pengecualian
pelaporan anatara satker besar dan kecil. Hal tersebut lebih kepada prioritas kerja karena

25 
 
satker kecil sering berada pada lokasi yang cukup terpencil sehingga sering menjadi tidak
efektif dan efisien jika harus menunggu satker kecil untuk melaporkan perencanaan kas.Satker-
satker besar jika dijumlahkan maka jumlahnya sangat signifikan jika dibandingkan dengan
satker-satker kecil. KPPN sebaiknya menggunakan media internet untuk mengirimkan
laporannya karena akan menghemat waktu dan lebih efisien.
Laporan dari KPPN-KPPN akan direkap oleh Direktorat PKN. Laporan yang
disampaikan oleh KPPN paling lambat tanggal 15 setiap bulannya. Jika ada updating maka
laporan tersebut dapat tetap disampaikan. Direktorat PKN membuat perencanaan kas nasional
yang hasilnya disampaikan kepada Menteri Keuangan pada tanggal 25 setiap bulannya. Jika
terdapat update maka masih tetap dapat dilakukan hingga akhir bulan.
Semua proses perencanaan kas tersebut akan diulang pada setiap bulannya. Proses
tersebut secara sederhana disajikan pada gambar dibawah ini :

26 
 
BAB V
TINDAK LANJUT PERENCANAAN KAS

5.1. Perencanaan kas dan manajemen likuiditas


Salah satu sasaran penting dari penerapan manajemen kas adalah untuk memastikan
negara memiliki kas yang cukup untuk menyelesaikan semua kewajiban yang jatuh tempo.
Untuk itu diperlukan manajemen likuiditas. Manajemen likuiditas sangat penting mengingat
terjadinya cash mismatch dimana kegiatan pemerintah antara lain pembayaran gaji dan DAU
dan penyediaan dana untuk kegiatan semua unit organisasi (uang persediaan) sudah dimulai
sejak awal tahun sementara itu penerimaan negara seperti pajak dan penerimaan lainnya
belum mencukupi.
Untuk mendukung percepatan penyerapan anggaran terutama sejak awal tahun,
pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk mengelola kas sehingga pada awal tahun
pemerintah tetap memiliki dana yang cukup dalam membiayai kegiatannya. Pada awal tahun
biasanya dana yang dimiliki pemerintah yang berasal dari pendapatan negara tidak mencukupi
untuk menutupi pengeluaran oleh karena itu pemerintah harus mampu mencari alternatif
pembiayaan yang paling efisien untuk menutup kekurangan dana tersebut. Untuk manajemen
likuiditas yang baik diperlukan perencanaan kas yang baik. Perencanaan kas diperlukan untuk
mengetahui saat terjadinya kekurangan dan kelebihan kas dan melakukan tindakan untuk
mengatasi hal tersebut.
Perencanaan kas bisa dikatakan akurat jika berhasil menekan perbedaan antara
realisasi dan perencanaan tidak lebih dari 5%. Jika hal ini berhasil dicapai maka perencanaan
kas yang dilakukan dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan manajerial berupa
keputusan untuk melakukan investasi jangka pendek atau pinjaman sesuai dengan hasil
perencanaan kas. Tindakan untuk melakukan investasi atau pinjaman tersebut merupakan
upaya untuk mempertahankan agar saldo kas selalu mendekati patokan buffer cash yang
merupakan cadangan kas untuk kebutuhan tak terduga.

27 
 
Skema diatas menunjukkan bagaimana perencanaan kas berperan dalam menstabilkan
saldo kas pemerintah dengan menggunakan satu instrumen yaitu SUN sebagai stabilisator
likuiditas. Ada dua skenario pada diagram tersebut yaitu pada saat kelebihan kas dan
kekurangan kas. Mungkin penggunaan SUN sebagai alat stabilisasi likuiditas kurang tepat
karena SUN tergolong investasi jangka panjang (tidak likuid) pada negara maju ada berbagai
surat berharga jangka pendek pemerintah yang dipergunakan untuk hal tersebut.
a. Pengelolaan kekurangan kas
Dalam hal pemenuhan kekurangan kas pemerintah (defisit kas) perlu perhatian khusus
karena tidak mungkin dilakukan dengan cepat terutama jika pemenuhan tersebut berasal dari
luar negeri. Untuk itu perlu antisipasi lebih awal untuk kekurangan kas, jika berdasarkan
perencanaan kas diperkirakan akan terjadi kekurangan kas pada saat tertentu maka BUN harus
melakukan pencarian pinjaman atau menjual investasi jangka pendek sehingga saldo kas
kembali mendekati jumlah buffer cash.
Pada masa yang akan datang diharapkan pemerintah akan memiliki surat hutang jangka
pendek (harian atau mingguan) yang bisa dengan segera menutupi kekurangan kas jangka
pendek. Dalam hal terjadi kekurangan kas, BUN dapat melakukan :
a. Mencairkan penempatan di bank umum atau di Bank Indonesia;
b. Menjual surat utang negara yang dimiliki;
c. Melakukan repo

28 
 
Sesuai dengan prinsip pengelolaan kas yang baik, pencairan pinjaman dalam rangka menutup
kekurangan kas harus sedekat mungkin dengan saat terjadinya kekurangan kas untuk
menghindari kerugian atas pembayaran bunga. Selain itu jika masih memungkinkan
kekurangan kas tersebut ditutupi dengan menjual investasi jangka pendek yang dimiliki
daripada mengeluarkan surat utang.
b. Pengelolaan kelebihan kas
Sebaliknya untuk investasi jangka pendek atas kelebihan kas perlu dilakukan secara
hati-hati dan harus memperhatikan prisip keamanan dan likuiditas. Dalam hal terjadi kelebihan
kas, Bendahara Umum Negara dapat melakukan :
a. Menempatkan uang negara pada rekening di bank sentral/bank umum yang
menghasilkan bunga/jasa giro dengan tingkat bunga yang berlaku umum.
b. Pembelian Surat Utang Negara;
c. Melakukan reverse repo.
Kelebihan kas adalah setiap rupiah diatas buffer cash. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk
investasi jangka pendek dengan memperhatikan prinsip keamanan dan kehati-hatian dalam
penempatan uang negara. Jika pada saat tertentu terjadi kekuarangan kas maka investasi
jangka pendek yang berasal dari kelebihan kas merupakan prioritas utama untuk dicairkan
kecuali ada sumber pembiayaan lain yang terbukti lebih menguntungkan.
Secara umum prinsip keamanan ini diperlukan untuk mencegah kegagalan penarikan
investasi pemerintah pada pihak ketiga yang dapat mengakibatkan terhambatnya realisasi
anggaran karena kesalahan jumlah/waktu dalam penempatan uang negara.

5.2. Menyempurnakan Perencanaan Kas


Dalam membuat perencanaan kas yang baik ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam hal membuat perencanaan kas yang baik yaitu:
a. Kualitas data/laporan
Dalam membuat perencanaan kas ada istilah “garbage in – garbage out” artinya adalah
jika perencanaan kas yang awal kualitas data sudah tidak baik maka kualitas laporan
yang dihasilkan pasti tidak akan baik. Demikian pula apabila perencanaan kas yang
disampaikan oleh satker tidak baik maka tentunya laporan yang dihasilkan oleh KPPN
tidak akan baik. Oleh karena itu sangat penting bagi KPPN untuk membina satker dalam
mebuat perencanaan kas.
b. Pengumpulan data secara efektif

29 
 
Setelah membuat perencanaan kas dengan baik sebagaimana yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya hal penting dilakukan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan
data dari seluruh penyedia informasi secara efektif. Sebagai contoh pengumpulan data
dari Direktorat Pengelolaan Kas negara atas perencanaan kas yang disampaikan oleh
KPPN sebaiknya adalah dengan media internet. Hal ini menjadi sangat penting karena
perencanaan kas harus mengejar waktu pelaporan, apabila laporan perencanaan kas
disampaikan ketika realisasi telah terjadi maka nilai perencanaan kas tersebut menjadi
hilang atau tidak berguna lagi.
c. Metodologi perencanaan kas
Cara membuat perencanaan kas dapat diubah jika diperlukan dalam upaya
meningkatkan akurasi perencanaan kas. Cotoh format pelaporan dapat saja dirubah jika
memang tidak lagi sesuai dengan kebutuhan. Cara mendapatkan angka perencanaan
kas juga dapat dirubah misalnya dengan merubah variabel yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan kas.
d. Pelaporan
Pelaporan dalam perencanaan kas seharusnya dibuat sederhana, ringkas tanpa
mengurangi kualitas informasi yang disampaikan. Hal ini penting karena semakin
banyak informasi yang dimuat maka akan semakin lama laporan tersebut dalam
persiapannya. Selain itu banyaknya data yang dilaporkan juga akan memberatkan pihak
yang diminta menyediakan data dalam hal ini satker atau unit-unit eselon I terkait.

30 
 
KESIMPULAN

Perencanaan kas merupakan suatu perencanaan yang relatif sederhana, mudah untuk
dimengerti tetapi sulit untuk di implementasikan dengan baik, terlebih lagi untuk membuat suatu
perencanaan yang akurat yang bisa dipergunakan untuk kepentingan pengambilan keputusan
oleh manajemen. Untuk mendapatkan suatu perencanaan kas yang baik diperlukan suatu
usaha yang konsisten dari instansi yang memberikan data dan pihak yang mengolah data untuk
meningkatkan akurasi perencanaan. Peningkatan kualitas/akurasi perencanaan kas sendiri
adalah suatu proses belajar terus menerus yang diharapkan akan semakin baik dalam waktu
yang lama.
Sebagai tindak lanjut perencanaan kas, penting untuk menempatkan dana yang belum
dipergunakan pada investasi yang menguntungkan. Walaupun demikian perlu dipahami bahwa
dana pemerintah berbeda dengan dana swasta sehingga metode investasinya juga berbeda.
Faktor keamanan merupakan pertimbangan utama, investasi pemerintah harus dijamin
sepenuhnya. Koordinasi dengan Bank Indonesia sangat diperlukan dalam menentukan
instrumen investasi atas kelebihan kas pe merintah.
Selain itu perencanaan kas akan sangat tergantung pada kemampuan sumber daya
manusia di setiap instansi dalam membuat perencanaan kas yang baik. Untuk itu sosialisasi
dan pendidikan untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya perencanaan kas dan
bagaimana membuat perencanaan kas yang baik sangat diperlukan. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia tersebut juga perlu didukung dengan tersedianya sarana komunikasi
yang memadai.
Pada masa yang akan datang diharapkan dengan seiring meningkatnya kemampuan
perencanaan kas, meningkat pula kemampuan pemerintah dalam mengelola kelebihan maupun
kekurangan kas. Instrumen yang dapat dipergunakan pemerintah dalam mengelola dana yang
dimiliki juga diharapkan bertambah. Walaupun hal tersebut masih jauh dari kenyataan
diharapkan dengan upaya serius dan dukungan semua pihak yang terkait, suatu saat nanti
pemerintah akan mampu melakukan perencanaan kas sebagaimana yang dilakukan dinegara-
negara maju.

31 
 
Proses Penyampaian Laporan Perencanaan Kas 

Penyampaian Perencanaan Kas Bulan Proyeksi Evaluasi Proyeksi


Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V-VIII Minggu IX Minggu X

Perencanaan Kas Paling lambat 1 minggu sebelum


Satker
Pembuatan/Penyampaian
Laporan Evaluasi
  Laporan oleh Satker ke KPPN
Realisasi
Perencanaan Kas Paling lambat 3 hari sebelum
KPPN

  Pembuatan/Penyampaian
Laporan Evaluasi

Realisasi
Laporan oleh KPPN ke Dit. PKN

Perencanaan Kas
Dit. PKN

Pembuatan/Penyampaian Laporan Evaluasi

Laporan oleh Dit. PKN Realisasi

Penjelasan skema:
1. Satker membuat perencanaan kas dan menyampaikan laporannya kepada KPPN
selambat-lambatnya satu minggu sebelum bulan proyeksi penggunaan kas.
2. KPPN menghimpun data perencanaan kas dari satker dalam lingkup kerjanya dan
membuat laporan perencanaan kas tingkat KPPN untuk disampaikan kepada Dit. PKN
selampat-lambatnya tiga hari sebelum bulan penggunaan kas.
3. Dit. PKN membuat menghimpun data perencanaan kas nasional berdasarkan laporan
yang disampaikan KPPN.
4. Setelah bulan penggunaan kas berakhir, baik satker, KPPN, dan Dit PKN membuat
laporan realisasi penggunaan kas bulan sebelumnya, kemudian diadakan evaluasi.

32 
 
Berdasarkan RPMK tentang Perencanaan Kas, format perencanaan kas dibagi ke dalam tiga
bentuk, yaitu:
1. Format perencanaan kas tingkat satuan kerja (satker),
2. Format perencanaan kas tingkat KPPN,
3. Format perencanaan kas tingkat nasional di Dit. PKN.

Format perencanaan kas tingkat satker:

33 
 
Format perencanaan kas tingkat KPPN:

34 
 
Format perencanaan kas tingkat pusat (Dit. PKN):

35 
 

You might also like