You are on page 1of 55
METABOLIT SEKUNDER: MANFAAT DAN PERKEMBANGANNYA DALAM DUNIA FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Diucapkan di hadapan Rapat Majelis Guru Besar Terbuka Universitas Gadjah Mada pada tanggal 12 Oktober 2002 di Yogyakarta Oleh: 7 Prof. Dr. Retno Sunarminingsih Sudibyo, M.Sc, Apt. Bismillahir rahmanir rahiem Yang Terhormat Ketua dan para Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada, Yang Terhormat Bapak Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada, Yang Terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Guru Besar, Universitas Gadjah Mada, Yang Terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas Gadjah Mada, Yang Terhormat segenap Sivitas Akademika, Universitas Gadjah Mada, Yang Terhormat para Tamu Undangan, Teman Sejawat dan Hadirin, Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT' yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada pagi hari yang membahagiakan ini kita dapat hadir di ruangan ini guna mengikuti Rapat Majelis Guru Besar Terbuka Universitas Gadjah Mada. Terima kasih yang sebesar-besamya saya sampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan kehormatan pada diri saya untuk mengucapkan pidato pengukuhan berkaitan. dengan pengangkatan saya sebagai Guru Besar IImu Kimia Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Hadirin yang saya muliakan, Sebelum saya .menyampaikan pidato pengukuhan ini, perlu kiranya saya kemukakan bahwa dahulu pada waktu saya memasuki Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, saya bercita-cita menjadi Sarjana Farmasi yang bekerja di suatu Industri Oat, khususnya industri obat yang mampu mengembangkan sumber daya obat alami Indonesia secara modem. Dorongan meraih cita-cita tersebut ditunjang oleh kegemaran untuk meneliti, yang ditanamkan sejak saya ‘masih Kecil oleh almarhum ayah yang sangat saya Kagumi. Jadi, tidak 2 pernah terbayangkan sebelumnya jika suatu hari saya akan dianu- gerahi gelar yang sangat terhormat ini. Tetapi dalam kenyataannya perjalanan cita-cita mulai berbelok pada saat saya menginjak mahasiswa tingkat akhir, yaitu ketika saya menyadari bahwa tidak satupun, pada waktu itu, industri obat di Indonesia mempunyai Research and Development team yang mampu menghasilkan obat baru asli Indonesia. Sebagian besar Sarjana Farmasi yang ada di Industri Obat pada saat itu bekerja di bidang pemasaran. Oleh sebab itu Keinginan menjadi dosen Fakultas Farmasi UGM kemudian muncul menggantikan cita-cita awal; selain juga hal itu sangat didukung oleh keluarga utamanya almarhum ayah. Namun pada saat menjelang lulus dan saya melamar sebagai dosen, saya terbentur pada suatu prasyarat khusus dalam penerimaan dosen tersebut, yaitu harus dapat memberikan jaminan untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Pada waktu itu saya dalam keadaan belum menikah, sehingga sulit bagi saya _memprediksi untuk tidak pindah dari Yogyakarta, apalagi memberikan jaminan tersebut. Akibatnya cita-cita kedua itupun gugur dan digantikan dengan harapan ketiga, yaitu menjadi Apoteker di suatu Rumah Sakit. Setelah lulus, saya berhasil diusulkan sebagai Apoteker Rumah Sakit Umum di kota kecil Blitar, Jawa Timur. Selain itu saya juga merangkap sebagai Apoteker Penanggung Jawab sebuah ‘Apotik Swasta. Meski sudah berjalan lebih dari satu tahun, akan tetapi Surat Keputusan (SK) pengangkatan saya belum juga datang. Penantian SK akhirnya dihentikan karena adanya panggilan menjadi dosen dari Fakultas Farmasi UGM, yang mengusulkan saya menjadi dosen setelah mengetahui bahwa saya akhimya menikah dengan seo- rang dosen Fakultas Ekonomi UGM. Demikianlah kiranya Allah swt. akhimya mengabulkan harapan saya, dan utamanya bapak saya, yang seorang guru dan selalu mendambakan scmoga ada salah satu dari anaknya dapat menjadi dosen dan syukur-syukur menjadi Guru Besar. Ketua, Sekretaris dan para Anggota Majelis Guru Besar dan Senat Akademik, serta para hadirin yang saya muliakan, Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya, dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah swt, menyampaikan pidato pengukuhan saya yang berjudul: 3 METABOLIT SEKUNDER: MANFAAT DAN PERKEMBANGANNYA DALAM. DUNIA FARMASI Metabolit Primer dan Metabolit Sekunder Semua makhluk agar dapat melangsungkan hidup, tumbuh dan reproduksinya peru melakukan transformasi dan interkonversi sejumlah besar senyawa organik. Proses transformasi dan inter- konversi senyawa organik tersebut dilaksanakan melalui suatu sistem terintegrasi yang terdiri atas reaksi-reaksi kimia beraturan yang dikatalisis dan dikontrol secara ketat oleh sistem enzimatik (yang secara kolektif disebut sebagai metabolisme intermedier) dengan jalur-jalur reaksi yang terlibat (yang disebut sebagai jalur-jalur metabolik). Sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolisme itu disebut sebagai metabolit. Beberapa metabolit penting dalam metabolisme tersebut adalah senyawa- senyawa: karbohidrat, protein, Iemak dan asam nukleat; yang keseruanya (kecuali lemak) berupa senyawa berbentuk polimerik; yaitu senyawa karbohidrat tersusun dari unit-unit gula, protein tersusun dari asam-asam amino, dan asam nukleat terdiri dari nukleotid-nukleotid. Makhluk hidup mempunyai kemampuan yang bervariatif dalam melakukan sintesis dan transformasi senyawa organik tersebut. Misalnya tanaman sangat efektif. menggunakan proses fotosintesis untuk sintesis karbohidrat; sedangkan organisme lain seperti mikroba dan hewan melakukan sintesis dari senyawa anorganik yang dikonsumsinya, Jadi jalur-jalur metabolik secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua macam jalur, yaitu jalur yang bertanggung jawab techadap degradasi material yang dikonsumsi, dan jalur’ yang bertanggung jawab terhadap sintesis senyawa-senyawa organik tertentu (yang dibutuhkan) dari senyawa dasar yang didapatnya, Meskipun karakteristik makhluk hidup sangatlah bervariasi, akan (etapi jalur metabolik yang secara umum mensintesis dan memo- difikasi senyawa-senyawa karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat ternyata secara esensial sama pada semua makhluk (bersifat universal); walaupun ada sedikit penyimpangan, Kesamaan ini 4 menunjukkan adanya keseragaman proses yang fundamental pada semua mahluk hidup, yang secara kolektif disebut sebagai metabolisme primer, dan segala senyawa yang terlibat didalam jalur metabolisme tersebut disebut sebagai metabolit primer (Dewick, 1999, Strohl, 1997). Beberapa contoh proses metabolisme primer adalah (Dewick, 1999): — degradasi senyawa karbohidrat dan gula, biasanya terjadi melalui jalur glikolisis dan siklus Krebs/asam sitrat/trikarboksilat yang, ‘menghasilkan energi via reaksi oksidasi, — degradasi lemak melalui reaksi B-oksidasi yang juga menghasil- kan energi, — optimasi pembentukan energi melalui proses oksidasi fosforilasi pada organisme aerobik , dl. Metabolit dan metabolisme primer dibutuhkan untuk menunjang terjadinya pertumbuhan pada setiap organisme; oleh Karena itu bersifat growth link. Hadirin yang saya hormat, Berlawanan dengan jalur metabolisme primer (yang melak- sanakan sintesis, degradasi, interkonversi senyawa dan terjadi secara universal) terdapat jalur metabolisme lain yang melibatkan senyawa- senyawa organik spesifik dan terjadi sangat terbatas di alam. ‘Metabolisme itu disebut metabolisme sekunder, dan metabolit yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder. Metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik, atau bahkan strain (galur) yang spesifik, dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu (Dewick 1999). Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi lebih dari 100.000 senyawa metabolit sekunder yang. dapat digo- Jongkan ke dalam: a). senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya (seperti golongan terpen, poliketid, saponin, poliasetilen, dll., dan b). senyawa mengandung nitrogen (golongan alkaloid, amina, glikosida sianogenik, asam amino non protein, protein/enzim tertentu, dll.) (Wink, 1999). Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa organik yang secara tegas tidak dapat digolongkan sebagai metabolit primer atau sekunder, contohnya asam-asam lemak dan gula-gula (Dewick, 1999). Meskipun metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, seperti contohnya sebagai pewarna makanan dan Kosmetik (contoh: kurkuminoid, indigo), penyedap makanan (vanillin, kapsaisin, minyak mustard), pengharum (minyak mawar, lavender, jasmin), stimulan (kaffein, nikotin, efedrin), halusinogen (skopolamin, kokain, morfin), insektisid (nikotin, piretrin, piperin), vacun (koniin, strichnin, akonitin), obat-obatan (atropin, kuinin, kui din, kodein) (Wink, 1999), akan tetapi fungsinya di dalam organisme penghasilnya tidak jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith, 1992)(Dewick, 1999). Dugaan bahwa metabolit sekunder merupakan produk samping (waste products) dari proses metabolisme primer, dan tidak ada manfaatnya bagi organisme penghasil banyak ditentang. Alasannya, sebagai waste product metabolit sekunder harus bersifat inert dan tidak dapat lagi dimanfaatkan/dimetabolisir oleh organisme pengha- silnya. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa alkaloid, asam-amino non protein, glikosida sianogen (kesemuanya metabolit sekunder) masih dapat mengalami biodegradasi dan dimanfaatkan pada masa germinasi dari spora organisme penghasil. Selain hal itu, sulit dimengerti bahwa metabolit sekunder yang mempunyai struktur kimia yang besar dan kompleks (Gambar 1), dan tentunya juga melewati proses biosintesis yang kompleks), merupakan waste products. Sekitar seratus tahun yang lalu Stahl menyatakan bahwa metabolit sekunder memang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan, akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu merupakan senyawa yang berguna untuk menangkal serangan dari predator dan untuk bertahan terhadap lingkungan (Wink, 1999). Sistim pertahanan menggunakan metabolit sekunder ini sangat 5 juta macam spesies, atau 52% spesies bumi) yang menjadikannya sumber penting bagi beraneka macam senyawa bioaktif. Pada sekitar tahun 1950-an hutan merupakan 15% dari bagian daratan bumi, Sekarang, sekitar 50 tahun kemudian, luas hutan tinggal 6% dari bagian daratan, atau 2% sekitar dari seluruh permukaan planet bumi (Taylor, 2000). Tidak hanya di Indonesia saja yang mengalami kerusakan hutan melainkan juga Malaysia dan Brazil (dimana_kerusakan hutan terjadi hingga 40%); serta_hutan Amazon, hutan terbesar di dunia (merupakan 54% dari total hutan di bumi) dan yang menyediakan 20% oksigen dunia (sehingga dianggap sebagai “Lungs of our Planet”) juga mengalami keru- sakan diatas 25%. Tahun 1977 dilaporkan bahwa setiap menitnya terjadi kerusakan hutan (baik karena kebakaran, pembakaran dan penebangan) seluas 150 acre, atau sekitar 200.000 acre per hari, atau 78.000 acre (7800 Ha) pertahun. Menurut Edward O. Wilson, seorang biologist pemenang Harvard's Pulitzer Price, per hari diperkirakan sekitar 137 macam spesies tanaman, insekta dan hewan lain (belum termasuk mikrobanya) hilang/punah dari muka bumi; yang berarti sekitar 50,000 spesies per tahun hilang karena kerusakan hutan! Sangat mengherankan bahwa banyak ilmuwan lebih tahu tentang seberapa banyak jumlah bintang yang ada di galaksi daripada menyadari seberapa besar jumlah spesies yang hilang di bumi per harinya. Kerusakan hutan tersebut merupakan hal yang sangat memprihatinkan dari aspek kefarmasian. Menurut the US National Cancer Institute (US-NCI) sekitar 25% obat- obatan yang beredar sekarang berasal dari tanaman hutan (yaitu >3000 tanaman), dan 70%-nya berkhasiat antikanker. Syukurlah sekarang lebih dari 100 industri Farmasi berskala besar (seperti Merck, Abbot, Bristol-Myers, Squibb, Eli Lily, SmithKline Beecham, Monsanto, dil.) dan the US-NCT banyak melakukan riset bersama dalam eksplorasi obat dari tanam-tanaman, khususnya a untuk obat antiinfeksi, antiviral, antikanker dan antiHIV-AIDS. Eksplorasi tanaman obat di hutan ini kemudian lebih dikenal sebagai “bio-prospecting” (Taylor, 2000). Hadirin yang saya hormati, Masih perlukah penemuan dan pengembangan obat-obat anti- infeksi pada saat ini? Penyakit infeksi dianggap tidak membahayakan lagi karena memberikan angka Kematian yang jauh dibawah angka kematian karena sakit kanker dan jantung; serta dianggap bahwa para ilmuwan telah berhasil mengendalikan penyakit infeksi. Hal ini terlihat pada kebijakan pemerintah di beberapa negara maju yang menurunkan dana penelitiannya untuk penemuan dan pengembangan obat antiinfeksi (Lederberg, 1996). Pada waktu yang bersamaan juga terjadi penu- runan kegiatan riset dan pengembangan obat antiinfeksi di beberapa industri farmasi di dunia (Gibbons, 1992). Walaupun demikian hasil penelitian antibiotik baru tetap saja meningkat Sampai dengan tahun 1994 telah ditemukan sckitar 11.900 macam antibiotik. Dari jumlah tersebut sekitar 6600 (55%) adalah berasal dari- spesies Streptomyces, sedangkan sisanya: sekitar 2600 (22%) berasal dari fungi, 1400 (12%) dari bakteri non Actinomycetes, dan 1300 (11%) dari galur non Streptomyces sp. yang tergolong dalam Actinomycetes. Jumlah antibiotik tersebut diprediksikan meningkat menjadi sekitar 16.000 macam pada tahun 2000-an, dengan peningkatan jumlah sekitar 500 macam per tahun. Peningkatan Penemuan ini berlipat dibandingkan dengan pada 20 tahun yang lalu yang hanya sekitar 200 buah per tahun (Berdy, 1995). Jadi apakah memang telah tidak diperlukan lagi pengembangan antibiotik dan penemuan antibjotik baru dengan target dan aktivitas yang berbeda? Walaupun terjadi penurunan dana penelitian, mengapa jumlah penemuan antibiotik baru masih juga meningkat? Terdapat beberapa alasan yang dapat menjelaskan bahwa masih diperlukan penelitian untuk penemuan dan pengembangan antibiotik baru, Alasan tersebut antara lain: a Dibutuhkan antibiotik yang aman. Banyak antibiotik yang sesung- 18 guhnya sangat potensial, namun karena mempunyai toksisitas yang cukup tinggi maka direkomendasikan untuk tidak digunakan (contohnya gentamisin dan antibiotik aminoglikosid lain yang bersifat nefrotoksik dan ototoksik)(Begg dan Barclay, 1995). Jadi eksplorasi mendapatkan antibiotik yang lebih aman, atau penelitian mod:iikasi struktur untuk meningkatkan aktivitas dan menurunkan toksisitas obat masih dibutuhkan. Munculnya bakteri resisten terhadap antibiotik yang ada, Beberapa bakteri patogen yang semula sensitif terhadap beberapa antibiotik tertentu dapat berkembang menjadi resisten terhadap kelompok amibiotik yang ada, Hal ini ditunjukkan dengan makin mening- katnya dosis penggunaan antibiotik yang efektif terhadap penyakit karena bakteri tersebut. Penggunaan antibiotik yang meluas telah menyebabkan percepatan dan perluasan peningkatan multi-drug resistancy (McGowan, 1993). Selain hal itu, juga terdapat mekanisme transfer sifat resistensi terhadap golongan antibiotik tertentu yang mempunyai struktur, aktivitas dan target site yang serupa. Sebagai contoh adalah resistensi tipe MLS, yaitu resistensi tethadap antibiotik golongan. makrolid-linkosamid-streptogramin yang meng-hambat sintesis protein (Pemodet, ef al., 1996). . Evolusi resistensi antibiotik yang tetap berlangsung. Hal yang memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serius dalam terapi infeksi adalah terdapatnya evolusi resistensi antibiotik yang tetap berkembang. Pada mulanya diduga tidak ada bakteri yang tidak sensitif terhadap vankomisin, Karena vankomisin mempunyai target aktivitas yang berbeda dibanding antibiotik tain. Schingga vankomisin dianggap sebagai obat pilihan yang dapat digunakan sebagai pertahanan terakhir setelah antibiotik yang lain tidak efektif; yaitu khususnya terhadap methicillin-resistant staphylo- cocci, serta B-lactame- dan aminoglycoside-resistant enterococci (Rowe, 1996). Anggapan tersebut sima dengan ditemukannya vancomycin-resistant enterococci (Barlett dan Froggatt, 1995). Masih banyak lagi contoh evolusi resistensi terhadap antibiotik seperti: penicillin-resistant Streptococcus pnemoniae (Moreillon dan Wenger, 1996), amino-glycoside-resistant Staphylococcus aureus (Brumfitt dan Hamilon-Miller, 1994), isoniazid. and rifamycin-resistant Mycobacterium tuberculosis (Bloom dan 19 Murray, 1992), meropenem-resistant Pseudomonas aeruginosa (Sumita dan Fukusawa, 1966), dit. ‘Tabel 3. Daftar beberapa mikroba patogen/penyebab penyakit infeksi berbahaya* ‘Aen penyetad ‘Keterangan Bakterial: Enterococeut faecium Resisten tcrhadap hampir seawa antibotik; 10 tahun terakhir smeringkat tas resstentemacap vankomisin, Staphylococcus aureus | Ditemutan peningkata resstens erhadap mets, Acetobacter baxmanni | Bakion nosokomial bare (umomaya di Remah Sakid) dapat smenyebabkan sepsis dan fatal Streptococecus pnemoniae | Terdapat stain yang. resisten erhadap antibiaik golongan aminoglikosid, lceamfenikol, siproftksasin, icrsilin, dan ‘lfonsmid Mycobacterium tuberculosis | Terdapat beberapa. sina yang ressten terhadap: ifamisn, isoniazid, srepumisin, ethambutol dan ethionamid; dengan eninghaiaeLasusseitr 28% sak 1980-20. SsueptococciKelompok A | Strain tertetu penghasl enthrogenic toxin yang meng-akibathan “rare-shockike syedrome, yang dapat fata Evehertchia colt Beterape stain reste terhadap sfalospria geneasi ketign, ‘meal profuksi laktamase dengan spekirum yang eb as. E coll 157-47 ‘New food bome sain peayehab Kaliis hemorrbag Preudomenas aeruginosa | Mulaimunctl strain patogen opportunistic. yang ressten siproflotsisin Legionella pneumophila} Penyeba Legionnaires disease Borrelia burgdorferi Penycbab Lyme disease Helicobacter pylon Penyebab pepe ulcer dan stomach cancer, dapat datasi dengan “ariromisin dan omeprazole Vibrio choterae 0139 ‘Strain bara yang besbabaya, Haemophyius influenzae | Penyeba otis pada anak; 20% ressten terhadap ampisitin, dan 50% (i Spusyol) tehadap Kloramfenikol dan timethoprim- solfametbal ‘Terapi yong menjaujikan: kombinssi AZT, 37C dan HIV-1 proteinase inibiter. Vinss dibawa binatang pengert, peayebab kematan, diterpi dengan brain atagoots. Fiovius (seals vias Marburg) peayehab demam hemorhagi, morals SOX - 75%. “Mikroorganisme eukariatik: Plasmodium filkiparum | Beberapa stain resstn terhadap klorogiin. Candida albicans Beberapa strain ressten teshadap senyawa azole, menye-bablan xandidasslpat 10 X, dan menjaikan funga-infekst tering ke- 4 Invasive pulmonary Peayebab kematian pad pasien transplan sum-sum tuang sspegiois Preumocyts carn Beheraparesisten schadap obat_ golongan: szole,_alblomia, thitarbamat, penyebab kematian pasien AIDS kara preamouia Ceyptococat meningitis | Terapi dengan amfoterisin 8 dan fusion ‘Telenornonas [Behera srai ressten metronidazole Cryptosporidium Peayabit bar (dk Wisconsin, 1994) penyebab diarhea ‘Ringkasun dari woh, 1997. 20 4d, Masih ada bakteri yang tahan antibiotik. Meskipun puluhan antibiotik telah ditemukan, akan tetapi masih ada juga beberapa bakteri yang tetap tahan atau tidak sensitif terhadap antibiotik yang, ada. Scbagai contoh adalah infeksi karena Psedomonas aeruginosa pada pasien cystic fibrosis (Wright, 1996); infeksi karena entero- cocci yang resisten tethadap vankomisin (yang merupakan pilihan terakhir setelah antibiotik lain tidak efektif) (Gin dan Zhanel, 1996), dl, Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kita, tidak hanya telah kalah melawan infeksi, tetapi juga menghadapi Jawan yang lebih tangguh. fe. Munculnya penyakit infeksi baru. Akhir-akhir ini muncul sekitar 30-an penyakit infeksi baru yang sangat membahayakan, seperti: AIDS, Ebola, Cryptococcal meningitis, Hantavirus, Fatal illness disebabkan oleh Escherichia coli O157:H7, dll. (Tabel 3); yang kesemuanya tidak dikenal pada 20-an tahun yang lalu, Fakta ini membuktikan bahwa penelitian penemuan anti-infeksi baru dengan mekanisme aktivitas yang berbeda, atau mempunyai target aktivitas berbeda, masih sangat dibutuhkan, f. Munculnya teknik-teknik baru untuk eksplorasi senyawa baru. Pengembangan dan Produksi Metabolit Sekunder Hadirin yang saya. muliakan, Metabolit sekunder dan turunannya hingga saat ini terbukti masih sangat diperlukan dalam pengobatan. Berbagai macam metoda banyak dikembangkan untuk mendapatkan metabolit baru, termasuk struktur turunannya, Secara garis besar pengembangan tersebut dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu: a). pengembangan melalui eksplo- rasi struktur baru, baik melalui bioprospecting maupun sintesis total, dan/atau b). pengembangan melalui modifikasi struktur metabolit yang telah ada, baik secara bioteknologi maupun kimiawi. Nam- paknya kedua cara pengembangan tersebut berjalan bersama secara seimbang. a. Eksplorasi Struktur Baru Pada masa 1920an — 1970an, metoda eksplorasi senyawa bio- aktif utamanya didasarkan pada disiplin ilmu kimia dan farmakologi 2 dengan percobaan secara in vivo menggunakan binatang percobaan. Penemuan senyawa baru menggunakan proses biologik ini ternyata kemudian aktivitasnya menurun karena biayanya dirasa cukup tinggi, memakan waktu; selain juga terjadi semacam ‘kejenuhan’ karena menggunakan model target yang ‘sama’ sehingga bioaktivitas senya- wa yang dihasilkan serupa, Walaupun demikian metoda ini masih dipertahankan, utamanya untuk pengembangan senyawa aktif melalui rnodifikasi struktur. Dengan modifikasi struktur, bioaktivitas senyawa dapat ditingkatkan dan/atau toksisitasnya diturunkan. Terobosan terjadi untuk mengatasi kejenuhan tersebut, yaitu dengan ditemu- kannya metoda in vitro menggunakan kultur jaringan. Ponggunaan metoda Kultur jaringan ini memungkinkan dilakukan penapisan (screening) senyawa bioaktif baru dalam jumlah besar dengan biaya jauh lebih rendah. Pada akhir 1970-an ditemukan protein enzim dan reseptor yang, berkorelasi dengan gejala penyakit atau kelainan klinis. Penemuan ini mengarah pada penentuan aktivitas inhibitor dari beberapa enzim atau reseptor tersebut. Hal ini menekankan bahwa ilmu biokimia diperlukan untuk menunjang pengembangan metoda ini. Meskipun metoda tersebut memberikan pengertian tentang proses terjadinya sakit, serta memberikan model terapi baru, tetapi keterbatasan dalam mendapatkan enzim-enzim dan reseptor-reseptor baru menghambat perkembangan metoda ini (Devlin, 1997). Awal 1980-an banyak terjadi penemuan-penemuan baru yang berpengaruh pada penemuan senyawa bioaktif (obat) baru, misainya: pengembangan teknik hibridoma dan aplikasinya untuk produksi antibodi monoklonal, rekayasa genetik (yang merupakan salah satu revolusi teknologi) tidak hanya mampu menghasilkan mutan penghasil senyawa bioaktif dengan kadar tinggi, akan tetapi juga mutan penghasil senyawa bioaktif baru. Schingga pengcmbangan eksplorasi senyawa baru melibatkan multi-disiplin ilmu yang menghasilkan metoda-metoda dengan sedikit cuplikan (sample) dan pereaksi, melalui analisis secara otomatis-simultan (robotik) dan dengan waktu yang lebih cepat; yaitu melalui metoda High Throughput Screening (HTS)(Kolb, 1997). HTS melibatkan lebih banyak lagi disiplin ilmu, yaitu: kimia, biokimia, biologi, rekayasa genetik, teknologi robotik, tcknologi komputer dan manajemen data. 2 Dengan menggunakan HTS, tidak hanya produktifitas senyawa baru meningkat akan tetapi juga efisiensi sumber daya manusia, waktu dan biaya; sehingga metoda ini banyak dilaksanakan dalam industri. HTS mampu mengevaluasi puluhan ribu senyawa per minggu dengan multiple target aktivitas. Metoda ini merupakan metoda mutakhir untuk eksplorasi uenyawa bioaktif baru; walaupun demikian hasil evaluasi metoda ini belum dapat menjelaskan struktur kima atau golongan dari senyawa baru (Devlin, 1997), b. Modifikasi Struktur Metabolit Pengembangan senyawa bioaktif melalui modifikasi struktur sesungguhnya merupakan cara klasik. Pengembangan ini kemudian disempurnakan pada 1970-an melalui desain dengan pendekatan QSAR (quantitative structural-activity relationship), yaitu pendekatan matematik hubungan antara_ kuantitatif-struktur obat dengan Khasiatnya. Pada awal 1990-an pemakaian teknik Artificial Neural Network (ANN) pada QSAR memungkinkan pelaksanaan analisis kompleks senyawa dengan banyak sifat (Devillers, 1996). Dengan berkembangnya rekayasa genetik dan juga teknologi fermentasi, memungkinkan dilakukan biomodifikasi struktur (Donadio, et al. 1991; Sudibyo et al. 1999b, 1999¢; Jenieand Sudibyo, 1999, Arianingrum, 2002). Penelitian biomodifikasi tersebut di atas telah menghasilkan turunan A°-anhidro-eritromisin yang lebih tahan asam daripada eritromisin, sehingga diharapkan dapat diberikan dengan dosis yang Iebih kecil. Dengan ditemukannya proses sintesis dalam fase padat oleh Merrifield pada 1965, maka pada 1980-an berkembanglah metoda- metoda sintesis dalam fase padat senyawa polipeptid, oligonukleotid dan oligosakarid secara otomatis (ung, 1996). Cara sintesis total secara otomatik-robotik ini digunakan untuk mendapatkan suatu seri ribuan senyawa bioaktif, dan disebut sebagai sintesis organik kom- binatorial; adapun seri senyawa yang dihasilkan tergabung di dalam pustaka kombinatorial, Pustaka kombinatorial adalah suatu koleksi yang mengandung atau berisi jutaan, miliaran babkan triliunan struktur senyawa berbeda yang dibangun melalui kombinasi secara hati-hati dan sistematik dari semua Klas senyawa sebagai sub unit dari pustaka kombinatorial tersebut (Houghten ef al., 1991; Lam et al., 23 1991; Geysen and Mason., 1993; Pinilla et al., 1995). Istilah pustaka dipakai untuk menyebutkan suatu koleksi senyawa dengan seri analog yang umumnya berjumlah antara dibawah 10 hingga ratusan (Dorner, et al., 1996). Pustaka senyawa yang menyerupai peptida organik, disebut peptidomimetic organic combinatorial libraries, telah dibangun dengan panjang rantai peptida mulai dari 3 hingga 10 asam- amino (tripeptida — dekapeptida) dan mengandung senyawa kombinasi mulai dengan jumlah dari ribuan hingga milyaran. Makin panjang rantai peptida makin banyak senyawa kombinasi yang dihasilkan, ‘Manfaat pustaka tersebut adalah untuk pengidentifikasian suatu senyawa yang sama-sekali baru dan mempunyai sifat bioaktif tertentu (anti-mikrobial, antifungal, inhibitor enzim, determinan antigenik,, dil.); atau memperbaiki struktur suatu senyawa hingga bersifat bioaktif lebih baik melalui suatu proses penapisan (screening) dengan tanpa menganalisa hubungan struktur dan aktivitas (QSAR) dari masing-masing senyawa tersebut terlebih dahulu (Dorner er al., 1996). Dasar dan strategi pembuatan pustaka kombinatorial ber- ‘macam-macam sesuai dengan fungsi pustaka yang diinginkan. Con- tohnya: pustaka-pustaka heksapeptida yang dibangun melalui proses iteratif (Houghten et al., 1992; Blondelle et al., 1995) dan positional scanning (Pinilla et al., 1991; Pinilla et al., 1994a; Dooley and Houghten, 1993). Masing-masing pustaka tersebut mengandung seki- tar 64.000.000 kombinasi senyawa peptida berbeda yang tersusun dari 20 macam asam-amino natural bentuk L (leuvo). Kedua pustaka tersebut digunakan untuk mengidentifikasi secara _sistematik sekuen/urutan asam-amino yang bersifat bioaktif. Pembuatan pustaka heksapeptida dan tetrapeptida melalui proses iteratif dan meng- gunakan asam-amino bentuk D (dextro) atau asam amino non natural, juga dilakukan (Blondelle ef al., 1994). Penggantian D-asam amino ini ‘memungkinkan untuk mengetahui secara langsung asam-asam amino yang mana paling menentukan aktivitas senyawa. Selain hal itu dengan cara ini dapat diidentifikasi peptida atau oligopeptida yang agonis dan yang antagonis (Dooley et al., 1994). 4 Ketua, Sekretaris dan para anggota Majelis Guru Besar, serta para Hadirin yang terhormat, Sebelum saya mengakhiri pidato ini, sekali lagi saya meman- jatkan puji syukur yang sebesar-besamya ke hadirat Allah swt. yang telah mengkaruniti kemampuan, kekuatan, kesempatan, bimbingan dan petunjuk kepada saya untuk menghadapi cobaan dan tantangan sejak lepas dari tanggungan orang-tua dan selama bekerja hingga saat ini; dan hanya Karena ridho-Nya-lah saya berkesempatan meraih jabatan Guru Besar di Universitas Gadjah Mada ini. Sebagai penutup dari pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih pertama-tama kepada Peme- rintah Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberi kepercayaan dan mengangkat saya sebagai Guru Besar dibidang IImu Farmasi di Universitas Gadjah Mada. Ucapan tcrima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sofian Effendi selaku Rektor Universitas Gadjah Mada, serta Bapak Prof. Dr. Achmad Mursyidi selaku Ketua Senat Akademik UGM dan mantan Ketua Tim Penilai Golongan IV UGM beserta seluruh anggota Senat UGM, yang telah merapatkan dan menyetujui diri saya untuk menduduki jabatan Guru Besar dan mene- rima saya sebagai anggota Senat Universitas Gadjah Mada. Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada Prof. Dr. Soekanto Reksohadiprodjo, M.Com. selaku Ketua Majelis Guru Besar yang dibantu oleh Prof. Dr.-Ir. Endang Baliarti, yang telah dengan teliti melakukan koreksi format naskah pidato ini, Rasa terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Gholib Ganjar selaku Dekan/Ketua Senat Fakultas Farmasi UGM beserta Sekretaris dan para anggota Senat Fakultas Farmasi UGM, yang telah menyetujui dan mengusulkan pengangkatan saya untuk menduduki jabatan ini Dalam kesempatan ini pula perlu saya haturkan rasa terima ka- sih yang tulus kepada para guru saya sejak SR hingga SMA, utamanya Bapak Soemardi guru SR Ungaran Yogyakarta, bapak Soetjipto guru SMP Negeri I Temanggung dan Ibu Sri Soebijanto guru SMA Negeri I Temanggung yang telah memberi dasar ilmu yang kuat pada diri sa- ya schingga memudahkan bagi saya untuk mengarahkan cita-cita yang, 25 ingin saya capai. Semoga jasa Bapak dan Tbu guru mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien. Ucapan terima Kasih juga saya haturkan kepada para dosen senior Fakultas Farmasi UGM, utamanya almarhum Prof. Sardjoko Apt. dan Drs. Soekartono Apt., yang telah mendidik, membimbing dan memberi dasar ilmu-ilmu kefarmasian kepada saya schingga saya lulus sebagai Sarjana Farmasi. Ucapan terima kasih secara khusus saya haturkan kepada Bapak Drs, Soerais Soediromargoso Apt. yang pada waktu itu selaku Ketua Bagian Kimia Farmasi sccara tegas menolak lamaran saya sebagai dosen di Fakultas Farmasi UGM dikarenakan saya tidak dapat memberikan jaminan untuk tetap tinggal di Yogyakarta; akan tetapi kemudian setelah lebih dari 3 tahun secara Konsekuen memanggil saya untuk melamar kembali setelah beliau berkeyakinan bahwa saya tidak akan pindah dari Yogyakarta. Saya kira Karena pertimbangan dan keputusan beliaulah maka kemudian saya dapat dirapatkan kembali untuk diangkat sebagai dosen Fakultas Farmasi UGM. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Abby ‘Marlatt, Prof. Dr. Chen dan Dr. Newberg yang telah mendidik, membimbing dan membuka wawasan saya sehingga saya berhasil mendapatkan gelar Master Nutrition and Food Science dari University of Kentucky, USA. Terima kasih juga saya ucapkan untuk teman- teman Laboratorium: Jennifer, Cynthia, Hanna, Christine, Nancy dan Lela yang selalu saling membantu dalam belajar dan praktikum bersama, ‘Ucapan terima kasih yang sebesar-besamya saya haturkan pula kepada Prof. Dr. RM Mochammad Samhoedi Reksohadiprodjo Apt., Prof. Dr. Ir. Joedoro Soedarsono dan Prof. Dr. Umar Anggara Jenie M.Sc. Apt. yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dorongan dan semangat selama saya melaksanakan program sandwich S-3 dengan University of Iowa, USA. Ujian berat yang saya alami sejak dan selama program S-3 bukanlah hanya masalah akademik, akan tetapi juga masalah keluarga, yaitu perjalanan panjang pengobatan anak kami beberapa kali ke Belanda dan Australia, yang masa lakunya hampir sama dengan program S-3 saya, yaitu antara tahun 1992-1997. Dalam masa tersebut tidak hanya bimbingan akademik yang saya dapatkan, lebih dari itu adalah dorongan dan semangat dari Bapak- 26 bapak promotor agar saya tetap tegar melaksanakan penelitian disela- sela hati yang sedih sclama program pengobatan tersebut. Semoga perhatian, pengertian dan jasa Bapak mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien. ‘Ucapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Lacy Daniels, former Dean Departement of Microbiology, University of lowa, USA, yang telah bersedia menjadi ko-promotor saya dan telah mengijinkan dan membantu saya melaksanakan fermentasi produksi antibiotik dilaboratoriumnya. Terima kasih juga saya ucapkan untuk teman-teman bekerja di Laboratorium: John Kremmer, Endang Purwan-tini, Bishwarrup Mukhopadhayay, Kim, Bokang, Boopathi, Mohhammed dan Negash yang selalu saling membantu dalam bekerja di laboratorium hingga larut malam. Terima kasih juga saya sampaikan untuk teman saya diluar kampus: Yukari ‘Ushuda, Makinu dan Megawati yang telah memberikan bantuan dan pengertian kepada saya selama tinggal di Iowa City. ‘Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Tadao Kondo (dari Chemical Instrument Centre, Department of Che- mistry Nagoya University, Japan), Prof. Dr. Timmerman, Dr. Henk van der Goot dan Dr. Ben van Baar (dari Departement of Phar- macochemistry, Vrije Universiteit, Amsterdam, the Netherland) yang telah _membantu me-running senyawa hasil penelitian saya untuk penyelesian program S-3. Terima kasih juga saya sampaikan kepada saudara Drs, ArRy Yanuar M.Si dan Drs. Abdul Mun’im M.Si dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia (mantan anak bimbing S-2) yang telah membantu saya dalam pengetikan disertasi saya. Kepada semua teman sejawat di Fakultas Farmasi UGM dan Pusat Studi Bioteknologi UGM, utamanya Kelompok Penelitian Kunyit Putih, saya ucapkan banyak terima kasih atas kerjasamanya selama ini. Kepada anak-anak bimbing, utamanya program S-2 dan S- 3, saya ucapkan terima kasih atas kerja-kerasnya melaksanakan ide- ide penelitian yang saya berikan, sehingga banyak menunjang publi- kasi saya. Tidak lupa pula terima kasih saya ucapkan kepada PT Indo- farma (Persero) Tok. yang telah mendanai beberapa penelitian saya. Selanjutnya saya haturkan rasa terima kasih dengan penuh rasa hormat dan tulus yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua 27 saya, almarhum ayahnda R. Soenarto dan almarhumah ibunda Hj. Siti Aminah Soenarto. Dasar-dasar budi-pekerti dan Kecintaan meneliti yang ayahnda berikan ternyata telah mampu membimbing ananda untuk menjalani kehidupan dengan baik dan meraih segala kesuksesan hingga saat ini. Do’a dan restu ibunda kepada kami sekeluarga yang selalu dipanjatkan pada setiap akhir shalatnya pada masa dahulu, sangat memberikan perlindungan untuk kebahagiaan kami sekeluarga. ‘Sekali lagi terima kasih yang tak terhingga kami haturkan, semoga Allah swt memberikan balasan yang berlebih kepada ayahnda dan ibunda. Amien ya Rabbal ‘alamien. Kepada almarhum ayah mertua R. Soemamo dan ibu mertua Hj. Mubiyatun Soemarno saya ucapkan terimakasih atas doa dan restu yang selalu diberikan kepada keluarga kami. Kepada saudara-saudara saya, Dr. Ir. Bambang Hendro Sunar- minto, SU, Ir. Bambang Suryo Armono, Ir. Bambang Wisnu Handono MSc., dan Dra. Reino Peni Sancayaningsih M.Sc. saya ucapkan banyak terima kasih atas pethatian, pengertian dan dorongan moril yang selalu diberikan kepada saya dalam meniti karir akademik ini. Dengan penuh ketulusan hati dan rasa hormat yang dalam, saya haturkan penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga kepada suami tersayang Prof. Dr. Bambang Sudibyo M.B.A., yang dengan penuh kesabaran telah memberikan pengertian, _perlindungan, wawasan, pandangan, bimbingan, dorongan, dan bantuan baik moril maupun finansiil sejak saya menempuh kehidupan berkeluarga dan selama saya meniti karir akademik. Kepada anakku sayang Dananta ‘Adi Nugraha, Mama ucapkan terima Kasih atas segala pengertian, kesabaran dan kelembutan dalam membantu dan menemani Mama menyclesaikan segala tugas baik masalah keluarga maupun akademik. Juga kepada anakku sayang Harinto Budhi Wibowo, Mama ucapkan banyak terima kasih atas segala pengertian, kesabaran dan ketabahan yang telah diberikan; karena tanpa kesabaran dan ketabahanmu mungkin Mama tidak bisa tetap tegar menyelesaikan disertasinya. Scmoga jabatan Guru Besar yang Mama terima saat ini dapat memberikan kebahagiaan tersendiri buat Papa, Danang dan Ari. ‘Sesungguhnya masih banyak pihak yang berhak menerima ucap- an terima Kasih. Namun karena keterbatasan waktu tidak mungkin saya menyebutkannya satu-persatu. Untuk hal itu saya mohon maaf. 28 Ketua, Sekretaris dan para anggota Majelis Guru Besar, serta para Hadirin yang terhormat, Akhimya saya ucapkan banyak terima Kasih untuk segenap hadirin yang dengan penuh Kesabaran telah mendengarkan dan memperhatikan pi.lato ini hingga selesai. Disertai permohonan maf sekiranya ada hal-hal yang Kurang berkenan saya akhiri pidato ini. Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum wa rahmatulLahi wa barakatuh. 29 DAFTAR PUSTAKA ‘Amor, S., 1998, The Use of Peptides in the Treatment of Neurological Disease, op. ‘cit Brooks, G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Biopharmaceuticals, Pharmaceutical Press, London. Arianingrum, R., 2002, Biosintesis A*”-Anhidro-critromisin Melalui Penghambatan Reduksi Enoil oleh Isoniazid pada Fermentasi Saccharopolyspora erythraca ATCC 11635, Tesis Program Studi Bioteknologi, Universitas Gadjah Mada. Bartlet, J.G. and Froggatt, J.W.IIl, 1995, Antibiotic Resistance. Arch. Otolaryngol Head Neck Surgery, (121), 392-396. Begg, E.J. and Barclay, M.L., 1995, Aminoglycosides: 50 years. British J. Clinical Pharmacology, (39), 597-603. Berdy, J, 1995, Are Actinomycetes Exhausted as 2 Source of Secondary Metabolites? Debabov.V.G.,. Dudnik.¥.V., Danilenko.V.N.Eds., Proceed: ings of the Ninth International Symposium on the Biology of Actinomycetes. Moscow, All-Russian Scientific Research Insitute of Genetics and Selection of Industrial Microorganisms, 13-34. Blondelic, S.E., Takashi, E., Weber, P.A. and Houghten, R.A., 1994, Identification ‘of Antimicrobial Peptides using Combinatorial Libraries Made Up_of Unnatural Amino Acids. Antimicrobial Agents and Chemothreapy, (38), 2280-2286. Blondelle, S.E., Perez-Paya, E., Dooley, C:T. Pinilla, C. and Houghten, R.A., 1998, ‘Chemical Combinatorial Libraries, Peptidomimetics and Peptide Diversity. ‘Trends of Analytical Chemistry (14), 83-92. Bloom, BR. and Murray. C.J... 1992, Tuberculosis: Commentary on a Reemergent Killer. Science, 257, 1055-1064 Brooks, G. and Vile, R.G., 1998, Gene Therapy for the Treatment of Disease, op. cit. Brooks, G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Bio- pharmaceuticals, Pharmaceutical Press, London. Brumfit, W. and Hamilton-Miller, JM.T., 1994, The Challlenge of Methycllin resistant Staphylococcus aureus, Drug Exp. Clinical Research, (20), 215- 224, Cavalier-Smith, T, 1992, Origins of Secondary Metabolism, op cit. Chadwick, DJ. and Whelan, J. Secondary Metabolites: Their Function and Evolution. Ciba Foundation Symposium 171, John Wiley & Sons, New York, 64-87. Deville, J., 1996, Neural network in QAR and Drug Design, Academic Press, New York. Devlin, J.P., 1997, High Throughput Screening. The Discovery of Bioactive ‘Substances. Marcel Dekker. Inc., New York. Dewick, PM. 1999, Medicinal Natural Products. A Biosynthetic Approach. John Wiley & Sons Ltd. England. Donadio, S., Stafer, M.J., McAlpine, J.B., Swanson, S.J. and Katz, L, 1991, Modular Organization of Genes Required for Complex Polyketide Biosynthesis, 30 Science Vol. 252, 675.679. Dooley, C.T. and Houghten, R.A., 1993, The Use of Positional Scanning Synthetic Peptide Combinatorial Libraries for the rapid Determination of Opioid Receptor Ligands. Life Sciences (52), 1509-1517. Dooley, C-T., Chung, NIN., Schiller, P.W., and Houghten, R.A, 1993, Acetalins: New Opiod Receptor Antagonists Determined through the Use of Synthetic Peptide Cobinr rial Libraries. Proc. Natl. Acad. Sei. (90), 10811-10815. Dorner ef al., 1996, Synthetic Peptide Libraries, op. cit. Cortese, R., Combinatorial Libraries. Synthesis, Screening and Application Potential. Walter de Gruyter, Bertin. Geysen, HM. and Mason, T.J, 1993, Screening Chemically Synthesized Peptide ibraries for Biological-relevant Molecules, Biomedical Chemistry Letters, @), 397-404, Gibbons, A. 1992, Exploring New Startegies to Fight Drug-resistant Microbes, Science, (257), 1036-1038. Gibson, 1. 1998, Potensial of Antisense Oligonucleotides as Drugs, op. cit Brooks, G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Biopharmaceuticals Pharmaceutical Press, London. AS. and Zhanel G.G. 1996, Vancomycin-resistant Enterococci, Annual Pharmacology, (30), 615-624. Glasner, V., 1999, US Biopharmaceutical Firms Lose $ 13 billion. Bio/Technology, 13, 422-425. Houghten, R.A, Pinilla, C., Blondelle, SE., Appel, J.R., Dooley, C.T., and Cuervo, IHL, 1991, Generation and Use of Synthetic Peptide Combinatorial Libraries for Basic Research and Drug Discovery. Nature, (354), 84-86. Houghten, R.A.. Appel. R.. Blondelle, SE. Cuervo, LH, Dooley. C:T., and Pinilla, C., 1992, The Use of Synthetic Peptide Combinatorial Libraries for the Identification of Bioactive Peptids. Biotechniques, (13), 412-421 Tsada, C.M., 1996, Protease Inhibitors: Promising New Weapons against HIV. Clev. Clin. J. Med.,(63), 204-208. Jenie, U.A. and Sudibyo, RS., 1999, Structural Redetcrmination of New Erythromycin Derivative: 2°.4"-O-Dimethylerythromycin A using 2D("°C- 'H)-NMR Spec-trometric Analysis, Majalah Farmasi Indonesia, 10(4), 175-181, Jung, G, 1996, Combinatorial Peptide and Nonpeptide Libraries, VCH Verlagsgesellschaft mbH, New York Kate and Laird, 1998. The Commercial Use of Biodeversity. Acess to Genetic Resources and Benefit Sharing. Earthscan Publications Lid., London. Kolb, A., 1997, Automtion and Robotics, op cit. Devlin, J.P., High Throughput Screening. The Discovery of Bioactive Substances. Marcel Dekker, Ine., New York. Lam, KS. and Salmon, S.E., Hersh, E.M., Hruby, VJ., Kazmicrski, W-M., and Knapp. R.J., 1991, A New Type of Synthetic Peptide Library for Identifying Ligand-binding Activity. Nature, (354), 82-84 Lederberg, J., 1996, Infection Emergent, J. American Medical Association, (275), 31 243-245, Lewis, K., 1994, Multidrug Resistance Pumps on Bacteria: Variations on a Theme. ‘Trends of Biochemical Science, (19), 119-123. Mahmoudian, M. and Dawson, M.J., 1997, Chemoenzymatic Production of the Anti-viral Agent Epivir GTC), op.cit. Strohl W.R., Biotechnology of Antibiotics. 2" Ka., Marcel Dekker, New york McGowan, J-E., 1993, Antimicrobial Resistance in Hospital Organisms and Its Relation to Antibiotic Use, Review of Infection Diseases, (5), 1050-1055. Moreillon, P. and Wenger, A., 1996, Antibiotic-esistant Preumococci. Schhweiz. Mediz. Wochensch, (126), 255-263. Pernodet, J.L., Fish, S., Rousult-Blondelet, M.H., and Cundliffe, E., 1996, The Macrolide-lincosamide-streptogramin. B —_Resistance "Phenotypes Characterized by Using a Specifically Deleted, Antibiotic-sensitive Strain of Streptomyces lividans. Antimicrobial Agents and Chemotherapy (40), 581-585, Preiffer, N., 1996, New Antimicrobial Therapies Described. Genetic Engineering ‘News, 16(1), 18-19. Pinilla,C., Appel, J.R., Blondelle, S.E..Dooley. C.T., Eicher, J., OstreshJ.M., and Houghien, R.A., 1994a, Versatility of Positional Scanning Synthetic Combinatorial Libraries for the Identiofication of Individual Compounds, Drug Development Research (33), 133-145, la.C., Appel. JR.. and Houghten, R.A., 1994b, Investigation of Antigen- “antibody Interaction using ASoluble Nonsupport-bound Synthetic Decapetide Library Composed of Four Trillion Sequences. Biochemistry Journal (301), 847-853, Pinilla .C., Appel, J. . Blondelle, S.E., Dooley, C.T., Dorner, B., Ostresh, JM., and Houghten, R.A., 1995, A review of the Utility of Peptide Combinatorial Libraries. Biopolymers, Peptide Science, (37), 221-140. Potter, V., and Woll, P.J., 1998, Cytokines in Cancer Treatment. op. eit Brooks, Ge, Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Biopharmaceuticals. Pharmaceutical Press, London Queener, S.W. and Day, L.D. 1986, The bacteria VoLIX: Antibiotic-Producing ‘Streptomyces, Academic Press Inc., New York. Rowe, P.IM., 1996, Preparing for Battle Against Vancomycin Resistance. Lancet, (340), 252. SCRIP’s, 1995, SCRIP's Yearbook, PharmaBooks Ltd, New York ‘Strohl, WR., 1997, Biotechnology of Antibiotics. Second Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc., New York. Sudibyo, RS. dan Jenie,U.A. 1996, induksi Minyak Sawit untuk meningkatkan Toleransi Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635 terhadap Minyak Sawit sebagai Pra-prekursor Biosintesis Eritromisin, Majalah Farmasi Indonesia, 7 ), E10. Sudibyo, R.S., Wahyudi, A and Jenie,U.A.. 1997, Increasing the Tolerance of Saccharopolyspora erythraea CCRC 11513 to Palm Oil as the Precursor of Erythromyein Production, Proceedings of the Indonesian Biotechnology 32 Conference Vol. I, 265-274. Sudibyo, RS., 199%, A Secondary Metabolism Inducer of Saccharopolyspora cerythraca ATCC 11635, Berkala Iimiah Biologi, 2(8), 411-618. Sudibyo, R.S., Jenie, U.A. and Haryadi,W., 1999, Biosynthesis of A*”-Anhydro- erythromycin via Enoyl Reductase Inhibition by Isonicotinic Hydrazide AINE), Indonesian Journal of Biotechnology, December, 317-320. ‘Sudibyo, R.S.. Jenie, U.A. and Haryadi,W.. 1999, Analysis of Acid Resistance of A®7-Anhydro-erythromycin D using FT-IR Spectrometric Approach and ‘Microbial Test, Indonesian Journal of Biotechnology, December, 321-325. Sumita, Y. and Fukusawa, M., 1996, Meropenem Resistance in. Pseudomonas ‘aeruginosa. Chemotherapy, (42), 47-56. ‘Taylor, L., 2000, Herbal Secret of the Rainforest, http/www.rain-tree.com Wallace, G.R., 1998, Monoclonal antibodies as Therapeutic Agents. op. cit. Brooks,G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Biopharmaceutical. Pharmaceutical Press, London. .. 1999, Biopharmaceuticals: Biochemistry and Biotechnology. John ‘Wiiy & Sons, New York ‘Wink, M., 1999, Functions of Plant Secondary Metabolites and Their Exploitation in Biotechnology Annual Plant Review, Vol.3., htp//www.amazon.com Wright, K.C,, 1996, Cystic fibrosis and the Pscudomonads. British J. Biomedical ‘Selences, (53), 140-145, Walsh, 7 33 BIODATA 1. Nama Iengkap _: Reino Sunarminingsih Sudibyo 2. Tempattgl. lahir: Yogyakarta, 22 September 1951 3. Agama Islam 4.NIP 130812370 5. Riwayat Keluarga ‘a. Menikah —: 11 Agustus 1979 di Yogyakarta b. Suami + Prof.Dr. Bambang Su- ibyo, M.B.A., Akt. (Temanggung, 8 Oktober 1952) ©. Anak 1 Dananta Adi Nugraha (Yogyakarta, 20 Desember 1981) 2. Harinto Budhi Wibowo (Yogyakarta 10 Maret, 1986) Sekolah Dasar, tahun 1963, SD Negeri I. Ungaran, Yogyakarta Sekolah Menengah Pertama, tahun 1967, SMP Negeri IV Yogyakarta, ‘SMP Negeri Il Purwokerto dan SMP Negeri I Temanggung, Jawa Tengah ¢. Sekolah Menengah Atas, tahun 1970, SMA negeri I Temanggung, Jawa Tengah. 4. Sarjana Farmasi, tahun 1976, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. ¢. Apoteker, tahun 1977, Fakultas Farmssi UGM, Yogyakerta. f. Master of Science in Nutrition and Food Science, tahun 1985, Department of Natrtion and Food Science, University of Kentucky. USA. Training dibidang Teknologi Fermentation, tahun 1990, Department of Microbiology, University of lows, USA. 1h. Workshop dibidang Molecular Biology, tahun 1992, Industrial and Tesh nology Research Institute (ITRI) in collaboration with Xin-Hua University Hsinchu, Taiwan. L Doktor dibidang timu Farmasi, tahun 1998, Universitas Gadjan Meda sandwhich dengan University of lowa, USA. ivayat Kepangkatan: a. Pangkat/Golongan/Jabatan sekarang: Pembina/GoLIVa/Guru Besar b. Riayat Kepanghatan dan Sabatan Calon Pegawai Negeri, Gol. Ia, tanggal 1-3-1980, SK No 21236C/2/80) 2. Penata Muda, Gol. IVa, dengan jabatan Asiston Abli Madya, tanggal 1-3 1981, SK No. UGM//PN/IUC/81 3. Penata Muda Tk. I, Gol. Ili/, dengan jabatan Asisten Ahi, tanggal L- 1983, SK No. UGM/733/KP/V/cI83. 4, Penata, Gol. l/c, dengan jabatan Lekior Muda, tanggal 1-10-1986, SK No. UGM/43/ KP/0S/02. 34 5, Penata Tk. I, Gol. IV, dengan jabatan Lektor Madya, tanggal 1-4-1992, SK No. UGM/S8/KP/05/02. (6. Guru Besar, nggal 1-10-2001, SK No, 6672/A2.II1.1/KP/2001 7. Pembina, Gol. IV/a, tanggal 1-10-2001, SK No. 4313/A2IIL 1/2002. 8, Penghargean: a. Penyaji Makalah Terbaik bidang MIPA, Kedokteran dan Psikologi pada ‘Seminar Nasion:] Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. tahun 1992. b. Peneliti Terbaik bidang Bioteknologi Kedokteran, pada HUT X Dewan Riset ‘Nasional (DRN), tahun 1994, 9. Riwayat Pekerjaan: A. Sebagai Tenaga Praktisi: = Scbagai Apotcker Penanggung Jawab LOVI, Blitar, Jawa Timur, tahun 1977 - 1980. ~ Scbagai Apoteker Rumah Sakit Umum Mardi Waluyo, Blitar, Jawa Timur, tahun 1979 ~ 1980. aS eee es nee Co + Tapas meng: embed! Kuliah dan membimbing Praktkum S-1,Fakutas Farmasi UGM: i. Kimia Analisis Kualitatif Anorganik, tahun 1981 ~ 1982. |. Kitnia Analisis Obat, tahun 1982 ~ 1983. iii, Kimia Analisis Obat dan Makanan 1986 — 1995. iv. Kimia Analisis Makanan, tahun 1983 ~ sckarang Kimia Bahan Pangan tahun 1995 ~ sekarang Tim Gizi 1999 - sekarang. vii. Teknologi Fermentasi, tahun 1996 — sekarang, 2, Memberi Kuliah S-2, Fakultas Farmasi, UGM: ‘Teknologi Fermentasi, tahun 1995 — sckarang ii, Bioteknologi Farmasi, tahun 2000 sekarang. 3, Memberi Kuliah dan Praktikum 5-2, Pusat Studi Biotcknologi, UGM: i. Teknologi Fermentasi, tahtin 1996 — sekarang, fi, Siesis Metabolit Sekunder 2001 — sekarang. 4, Memberi Kuliah S-2, Program Magister Manajemen, UGM: Business Environment: Technology Development, tahun 2002 — sekarang. 5. Memberi Kuliah S-1 di Fakultas Farmasi UTI dan UAD, Yogyakarta: i, Bioteknologi Farmasi, tahun 1999 — 2000 ii, Kimia Farmasi Il, tahun 1999 — sekarang. 6. Memberi Kuliah dan membimbing Praktikum pada Lokakarya Fermentasi Produksi Antibiotik I, Desember 1990 — Januari 1991 Teknologi Fermentasi Produksi Antibiotik. 7. Memberi Kuliah dan membimbing Praktikum pada Lokakarya Fermentasi Produksi Antibiotik I, Januari — Februari, 1993: i, Teknologi Fermentasi Produksi Metabolit Sekunder. fi. Studi Genetik Metabolit Sekunder. 35 1. Tuas pembimbingan mahasowa: |. Pembimbingan Skips (sjak tahun 1990): ‘Wahyu Prasetiati, Pengaruh Penambahan Asam Nikotinat terhadap Produksi Eritomisin pada Media Produksi Biakan Streptomyces cerythreus, ulus 15 Juni 1990. — Ening_Listyanti, Pengaruh Penambahan Glukosa dan Asam Nikotinat terhadap Produksi Eritromisin oleh Biakan Streptomyces ‘erythreus pada Fase Pertumbuhan, lulus 10 Juli, 1990. — Hilda Ismail, Pengaruh Penambahan Suksinat dan VitB-12 terhadap BiosintesisEritromisin pada Kultur Biakan Saccharopolyspora erythred, ulus 25 uli, 1991. = Dioni, Pengaruh Penambahan Natrium Propionat dan Biotin terhadap Produksi Eritromisin pada Kultur Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338, lulusl Agustus, 1991 — Zullies_Ikawati, Pengaruh Penambehan Suksinat pada Fase Eksponensial dan pada Fase Stasioner terhadap Peningkatan Produksi Eritromisin pada Biakan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338, lulus 16 Juli, 1992. — ‘Sumeri, Profil Optimasi Produksi Eritromisin dari Biakan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 dengan Penambahan Propionat pada Fase Eksponensial dan Suksinat pada Fase stasioner,luhus 16 Juli, 1992, ~ Budi Rahardio, Menentukan pH Optimal untuk Isolasi Eritromisin dari Media Fermentasi Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338, {ulus 6 September, 1992. = Benjamin A_Christo, Pengaruh Penambahan Natrium Propionat dan Biotin Dosis Rendsh terhadap Produksi Eritromisin pada Fermentasi Saccharopolyspora.erythrea NRRL 2338, lulus 16 September, 1992. ~ Noer_Khasanah, Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Sawit terhadap Peningkatan Produksi Ertitromisin dari Binkan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338, lulus 19 April, 1993, — Selly Wirianata, Mutagenesis Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338 Menggunakan N-Methyl-N’-nitro-N-nitrosoguanidia untuk Mendapatkan Mutan dengan Titer Eritromisin Lebih Tinggi, lulus16 September, 1993. ~ Gunawan Wibisono, Studi Eksplorasi Pengaruh pH dan Waktu Inkubasi pada Mutagenesis Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635 menggun:kan _N-MethyL-N'-nitro-N-nitroso-guanidin (NTG), lulus 16 September, 1993. = Endang_ Yuniarti, Pengaruh Kloramfenikol techadap Persen Mutan pada Muta-genesis Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635 menggunakan N-Methyl-N'-nitro-N-nitroso-guanidin (NG), lulus 17 September, 1993, ~ Agung Eru Wibowo, Studi Bksplorasi Pengaruh pH dan Kadar N- 2 36 Methyl-N’-nitro-N-nitrosoguanidin dalam Mutagenesis Acak Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635, lulus 17 September, 1993. = Sigit_Trawoco, Pembuatan Mutan Saccharopolyspora erythrea Resisten techadap Valin Hidroksamat, lulus 27 Juli, 1994. = Ellyas. Pembuatan Mutan Saccharopolyspora erythrea Resisten ‘Anea DL-o-Amino-n-butirat, ulus 28 Juli, 194. — Eka_Permana, Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang tethadap Produksi Eritromisin oleh Saccharopoly-spora erythrea CCRC 11513, lulus 2 Agustus, 1994, — Indah Purwantini, Seleksi Mutan Saccharopotyspora erythrea Titer Eritromisin Tinggi dengan Uji Resistensi terhadap Isoleusin idroksamat, ulus 2 Agustus, 1996. ~ Evita Chrisnayant, Ekplorasi Peningkatan Produksi Eritromisin pada Mutan Saccharo-polyspora erythraea RS-19-iBHx" karcna Penambahan Protein, Karbo-hidrat maupun Lemak, ulus 4 September, 1996. — Tri Susanti, Optimasi Kondisi Penetapan Spiramisin Secara Hayat lus 23 November, 1996, — Sabtanti Harimurti, Pengaruh Penambahn L-Valin pada Fermentasi Mutan Saccharo-polysporaerythrea RS-19-iBHx' terhadap prodoksi Britromisin, Iulus 11 Desember, 1997, — Ika_Larasati, Penambahan, Minyak Sawit Kadar Tinggi pada Biakan Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635 yang Telah Diinduksi, lulus 19 Februari, 1998. —_ Irma Risdiana, Profil Oksigen Terlarut Biakan Saccharopolyspora enthrea ATCC 11635 sebagai Indikator Waktu Terbentuknya Induktor Biosintesis Eritro-misin, ulus 19 Februari, 1998. — Bambang Yuniarto, Analisis Kualitatif' dan Kuantitatif Kandungan Protein Kasar Keong Emas (Pomacea sp.), lulus 9 September 2000. — Broto_Santosa, Pengaruh Penambahan Natrium Butirat pada Produksi Spiramisisn Biakan Streptomyces ambofaciens ATCC 15154, lulus Agustus 2001. ~ Muhammad Hatta Prabowo, Pengaruh Penambahan Minyak sawit pada Produksi Spiramisin Biakan Streptomyces ambofaciens ATCC 15154, lulus 3 September 2001 ~ Indarti Dian Porwani, Pengaruh Penambahan Natrium Asetat pada Produksi Spiramisin’ Biakan Strepiomyces ambofaciens ATCC 15154, lus 3 September 2001 Penbimbingan Tesis(sjak tahun 1990): » Mutagenesis Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635. Seleksi dan Fermentasi Mutan Resisten Analog Valin, lulus 18 Januari 1995. ~ Ahmad Wahyudi, Peningkatan Toleransi Saccharopolyspora ¢. Publikasi (sejak 1990): 1 37 ‘erythrea CCRC 11513 tethadap Minyak Sawit sebagai Pra- prekursor Eritromisin dengan cara Induksi, lulas 22 Agustus 1996. — Etry Yanuar, Pembuatan Turunan Eritromisin Baru dengan Teknik Biosintesis Hibrid, lalus 30 November 1996. — Abdul Munim, Sintesis Turunan O-Meti-eritomisin A dan O- Matil-eritromisin A-oksim. Investigasi Reaksi Regiosclektif, Flusidasi Struktur dan Uji Potensi Produk Sintesisnya, lulus 27 Desember 1997. Retno Wulandari, Pembuatan dan Elusidasi Struktur Aniibjotik Hibrid Hasil Teknik Biosintesis Hibrid, lus 30 April 1998. — Winarto_Haryadi, Biosintesis A°”-Dehidroeritromisin melalui Penghambatan Reduksi Enoil oleh Isoniazid, Tulusl8 Oktober 1999. — Endang Astut, Efek Sitotoksik Protein Rimpang Curcuma ‘manga Val. dengan Aktivitas. Ribosome-inactivating Protein terhadap Cell-lines Raji dan HeLa-S3, hulus 23 April 2001. — Hendra_Budiman, Uji Sitotoksisitas Kandungan Metabolit Sekunder Rimpang Curcuma mangga Val. pada Sel Hel.2-$3, Tulus 23 Agustus 2001. — Nurkhasanah, Analisa GC-MS Minyak Atsiti Curcuma mange Val. dan Uji Sitotoksiknye terhadap Sel Kanker Raji dan HeL#-S3, lulus 27 Februari 2002. ~ Retno_Arianingrum, Biosimesis Turunan Eritromisin (A*?- ‘Anhidroeritro-misin) melalui Penghambatan Reduksi Enoil oleh Isoniazid (INH) pada Saccharopolyspora erythraea ATCC 11635, Tulus Agustus 2002, — Ima Verlianara, Pengeruh Minyak Atsiri Curcuma manga Val terhadap Proses Sitotoksistas dan Apoptosis pada Raji Cell Lines dan Myeloma Cell Lines, sedang berjalan. — Nurrokhman, Pengaruh Minyak Atsiri Curcuma mangga Val. pada Induksi Apoptosis Sel HeLa-S3 dan Sel Siha, sedang berjalan. — Estu Retnaningtyas N, Pemanfaatan Bekatul untuk Peningkatan ProduksiA*”-Anhidroeritromisin A dari Biakan Saccharopoly- spora erythraea ATCC 11635, sedang berjalan. — Khairan, Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Peningkatan Produksi A*”Anhidroeritromisin A dari Biakan Saccharopolyspora erythraea ATCC 11635, sedang berjalan. Umar A. Jenie, Retno S. Sudibyo dan Benjamin A. Christo, Pengaruh Penambahan Natrium Propionat dan Biotin Dosis Rendah teshadap produksi Eritromisin pada Saccharopolyspora erythrea NRRI. 2338, Majalah Farmasi Indonesia 4(4), 1993, 190-200. Umar A. Jenie, Reto S. Sudibyo dan Edy Meiyanto, Mutagenesis Saccharopotyspora erthrea ATCC 11635, sera Seleksi Mutan 38 Resisten Analog Valin, Jural Biosain, 1(2), 1998, 24-29. 3.Retno_S._Sudibyo, Ratna Asmah Susidarti dan Edy Meiyanto, Penetapan Kadar Vitamin C dan Sinar Tampak pada beberapa Tablet dan Sirup Antiflu, Buletin ISFI DIY, 2(5),9-18. 4.Umar A. Jenic dan Retno S. Sudibyo, Profil Produksi Eritromisin Mutan RS-19/-BHx' dan Uji Stabilitasnya, Jumal Biosains, 1996 1(3), 24.21. 5.Reino $. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Induksi Saccharopolyspora erythraea ATCC 11635 untuk Meningkatkan Toleransinya terhadap Tepung Kepala Udang Winda sebagai Pra-prekursor Biosintesis Eritromisin, Jurnal Biosains, 1996, 1 (3). 19-23. 6.Reino $. Sudiyo dan Umar A. Jenie, Induksi Minyak Sawit untuk ‘meningkatkan Toleransi Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635 terhadap Minyak Sawit sebagai Pra-prekursor Biosintesis Eritromisin, Majalah Farmasi Indonesia, 1996, 7 (I, 1-10. 7.Remo_S. Sudibyo dan Umar A. Jenic, Proposed Structure for 5- Deazaflavin Coenzyme Obtained from Saccharopolyspora erythraea, ‘Mass-spectrometric Approach, Indonesian Journal of Bio-technology, June 1996, 1-18. 8. Reino $. Sudibyo dan Umar A. Ienie, Structural Confirmation for 5- Deazaflavin Coenzyme Obtained from Saccharopolyspora erythrea using NMR-spectroscopic Analysis, Indonesian Journal of Biotechnology, December, 1996, 49-58. 9. Reino S. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Unusual Fatty Acid Moiety the Side Chain of S-Deazaflavin’ Coenzyme Isolated from Saccharopolyspora erythrea, Indonesian Journal of Biotechnology, June 1997, 91-97. 10.Reino S. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Biomimetic Experiment of Enoyl-reduction Process by F420-Dependent Enzyme Obiained from Saccharopolyspora erythraea and the Biosynthetic Implication, Indonesian Journal of Biotechnology, December 1997, 133-139. 11.Retno S$. Sudibyo, The Structure of 5-Deazaflavin Coenzyme Obtained from Saccharopolyspora erythraea as Indicated by 2D- NMR-spectroscopic Analysis, Indonesian Journal of Biotechnology, December 1997, 140-147 12.Retno_S. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Identification and Co- currence Study of the Erythromycin and 5-Deazaflavin Productions in Saccharopolyspora erythraea ATCC 11635, Jural Biosains, Juni 1998, 3(1), 1-6. 13,Umar A. Jenie, Retno S$. Sudibyo dan Arry Yanuar, Development of New Erythromycin Derivative using Hybrid Biosynthetic Technique, Majalah Farmasi Indonesia, 1998, 9(2), 50-67, 14.Umar A. Jenie, Retno $. Sudibyo dan Retno Wulandari, Elusidasi ‘Struktur Tiga Antibiotik Turunan Baru Eritromisin: MFE, MME dan MMFE, Majalah Farmasi Indonesia, 1998, 93), 103-109. 39 15.Retno_S. Sudibyo, Mutant Confirmation of Saccharopolyspora ‘erythraea RS-iBHX' and Its Valine-content Analysis using Pyrolysis Mass Spectra, Berkala limiah Biologi, 2(6), 1998, 289-304. 16.Umar A. Jenie, and Retno S. Sudibyo, The Investigation of the Specific Fragments of Valine and Erythromycin in the Pyrolysis Mass Spectra, Indonesian Journal of Biotecnology, December 1998, 205- 212. 17.Reto S. Sudibyo, Multivariate Analysis for Determination of Valine and Erythromycin Contents of Mutant Saccharopolyspora erythraea RS-iBHX', Indonesian Journal of Biotecnology, December 1998, 213- 2. 18.Remo_S._Sudibyo, Mutant Confirmation of Saccharopolyspora ‘erythraca RS-iBHx' and Its Valine-content Analysis using Pyrolysis Mass Spectrometry, Berkala lmiah Biologi, 1998, 2(6), 289-304 19. Retno S. Sudibyo and Umar A. Jenic, Quantitative Analysis of Valine in Saccharopolyspora erythraea RS-19-4BHx" Using Pyrolysis Mass Spectrometric-Antficial Neural Networks, Indonesian Journal of Biotechnology, Desemiber 1998, 223-228, 20.Retno $. Sudibyo, Umar A. Jenie, and Winarto Haryadi, Biosynthesis ‘of A®’-Anhydro-erythromycin via Enoyl Reductase Inhibition by Isonicotinie Hydrazide (INH), Indonesian Journal of Biotechnology, December 1999, 311-316. 21.Umar A. Jenie, Retno S. Sudibyo. and Winarto Haryadi, Structural Elucidation of A*”-Anhydro-erythromycin D using 'H-NMR-Spectro- meter, Indonesian Journal of Biotechnology, December 1999, 317- 320. 22. Retno S. Sudibyo, Umar A. Jenie, and Winarto Haryadi, Analysis of ‘Acid Resistance of A*’-Anhydroerythromycin D using FT-IR Spectrometric Approach and Microbial Test, Indonesian Journal of Biotechnology, December 1999, 321-325. 23. Umar A. Jenie and Reino S. Sudibyo, Structural Redetermination of a New Erythromycin Derivative: 2',4"-O-Dimethylerythromycin A Using 2D(°C-'H)-NMR Spectrometric Analysis, Majalah Farmasi Indonesia, 1999, 10(4), 175-181. 24. Reino S. Sudibyo, Umar A. Jenie, and Abdul Mun’im, Methylation of 9-Dexo-9-oxime-erythromycin A Using Etherial Solution of Diazome- thane, Berkala Ilmiah MIPA (Journal Mathematics and Natural Sciences), 1999, IX(2), 32-40. 25.Retmo _S._Sudibyo, A Secondary Metabolism Inducer of Saccharopolyspora erythraea ATCC 11635, Berkala UImiah Biologi, 1999, 2(8), 411-418, 26.Reino_S.__Sudibyo, Gas Chromatographic-Mass Spectrometric Analysis of the Main Component of Volatile Oil Isolated from ‘Curcuma Zedoaria Rosc, Majalah Farmasi indonesia 2000, 11 (1), 39- 44, 40 27.Reino $. Sudibyo, Analysis of Turmerone derivatives in Volatile oil Isolated from Curcuma longa. A Gas Chromatographic-Mass Spectrometric Approach, Majalah Farmasi Indonesia 2000, 11 (2). 28.Umar A. Jenie dan Reino $_Sudibvo, 4-Butylmenthol A New Sesquiterpene found in the Volatile Oil Isolated from Kaempferia galanga Rhizomes, and Its Biosynthetic Consideration, Majalah Farmazi Indonesia, 2000, 11(3). 29.Retno_$. Sudibyo, The Content of Volatile Oil Isolated from Kaempferia galanga Rhizomes. Mass Spectrometric Approach, Majalah Farmasi Indonesia, 2000, 11(3). 30.Retno $,_Sudibyo, Gas Chromatographic-Mass Spectrometric ‘Analysis. of the Main Component of Volatile Oil Isolated from Curcuma mangea, BerkalaIimish MIPA (Journal of Mathematics and Natural Sciences), 2000,No.2, Tahun X, 55-62. 31.Retno S. Sudibyo, Cyclohexene Turmerone: An Isomer of Turmerone Detected in Curcuma longa Volatile Oil, Sigma, 2001, 4(1), 1-4 Hasil Penelitian yang belum dipublikasikan 1. Retno $. Sudibyo, Sismindari dan Endang Astuti, Aktivitas Sitotoksik dan RIP Kandungan Protein Curcuma mangga Val. pada Cell-lines Raji dan HeL.a-S3, 2002. 2. Reto S. Sudibyo.. Umar A. Jenie dan Hendra Budiman, Aktivitas Sitotoksik Kandungan Metabolit Sekunder Curcuma mangea Val pada Cell-ines Raji dan Hel a-S3, 2002 3. Retno S. Sudibyo, Sofia Mubarika H. dan Wiryatun Lestariana B, Studi Toksisitas, Teratogenik dan Histopatologi Pemberian Tepung Curcuina mangga Val. pada Tikus, 2002. + Seminar ek 1990): Reino S. Sudibyo, Umar A. Jenie, Supardi W. dan Mulyadi, Optimasi Produksi Eritromisin dari Biakan Streptomyces erytraeus menggu- nakan Pra-prekursor Asam Amino. Suatu Pemikiran, Seminar Nasi- onal Bioteknologi Industri, 11-13 januari, 1990, PAU-Bioteknologi TTB, Bandung, 2. Umar A. Jenie, Reino S$. Sudibyo dan Wahyu Prasctiati, Pengaruh Penambahan Asam Nikotinat terhadap Produksi Eritromisin dari Biakan Streptomyces erythaeus DSM 40517, Seminar Bioteknologi Pelayanan Kesehatan, 30 Juli ~ 1 Agustus, 1990, PAU-Bioteknologi- UGM, Yosyakarta. 3. Reto $. Sudibvo, Lacy Daniels dan Umar A. Jenie, Identifikasi Kandungan Turunan 5-Deazaflavin dan Studi Korelasinya dengan Produkst Eritromisin dari Biakan Saccharopolyspora erythrea ATCC 11635, Seminar Tujuh PAU Biossins, 27-29 November 1990, PAU- Biotcknologi-ITB, Bandung. 4, Reino §. Sudibyo, Umar A. Jenie dan Hilda Ismail, Pengaruh Penambahan Asam Suksinat pada Fase Stasioner terhadap Produksi Eriromisin dari Kultur Biakan Saccharoplyspora erythrea NRRL AL 2338, Kongres Iimiah ISFI, 2-4 November 1991, Jakarta S.Umar A. Jenie, Reino S, Sudibyo dan Djoni, Pengaruh Penambahan atrium Propionat dan Biotin Dosis Tinggi terhadap Produksi Eritromisin pada Kultur Saccharoplyspora erythrea NRRL 2338, Seminar Nasional Teknologi Bioproses, 27-29 Januari 1992, PAU- Bioteknologi-ITB, Bandung. 6.Retno S. Sudibyo, Umar A. Jenie, Zallies Ikawati dan Sumesi, Profil Produksi Ertromisin pada Kultur Biakan Saccharopolyspora erythraea NRRL 2338, dengan Penambahan Suksinat pada Fase yang Berbeds, serta Penambahan Propionat, Seminar Bioteknologi Ill, 8-9 Mei 1992, PAU-Bioteknologi-UGM, Yogyakarta. 7.Remo_S. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Peningkatan Produksi Enitomisin, Pertemuan Forum Komunikasi Bioteknologi, 15-18 November 1993, Cisarua, Bogor 8.Retno $. Sudibyo, Umar A. Jenie dan Ahmad Wahyudi, Optimasi Medium dengan. Penambahan Tapioka pada Biakan Saccharopoly- spora erythraea NRRL 2338 untuk Meningkatkan Produksi Eritromisin, Seminar Nasional XII Perhimpunan Biokimia dan Biologi Molekuler Indonesia, 17-18 November 1995, Denpasar, Bali. 9. Reino S. Sudibyo, Umar A. Jenie dan Arry Yanuar, Usaha Pembuatan Turunan Baru Eritromisin yang Tahan Asam: Suatu Pendekatan Biosintesis Hibrid, Kongres llmiah Nasional ke-XI ISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang. 10.Umar A. Jenie, Reino S. Sudibyo dan Abdul Mun'im, Metilasi Regioselektif Eritromisin A-oksim dengan Diazometan Usaha Pembuatan Klavtromisin (6-Metoksi Eritromisin A), Kongres Imiah Nasional ke-XI ISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang, 11. Noer Khasanah, Retno S. Sudibyo dan Umar A. Jenie, Pengaruh Penambahan Minyak Sawit terhadap —Peningkatan_ Produkst Eritromisin dari Biakan Saccharopolyspora erythrea NRRL 2338, Kongres llmiah Nasional ke-XI ISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang. 12.Retno S. Sudibyo, Umar A. Jenie dan ArRy Yanuar, Usaha Pembvatan Turunan baru Eritromisin yang Tahan Asam. Suatu Pendekatan Biosintesis Hibrid, Kongres limiah Nasional ke-X1 ISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang. 13. Ahmad Wahyudi, Reino S. Sudibyo, dan Umar A. Jenie, Peningkatan “Toleransi Saccharopoly-spora erythraca terbadap Minyak Sawit dan Pengaruhnya pada Produksi Eritromisin, Kongres Ihmiah Nasional ke~ XIISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang. 14,Abdul Mun'im, Umar A. Jenie dan Retno S. Sudibyo, Metilasi Regioselektif Eritromisin A-oksim dengan Diazometan. Usaha Pembuatan Klaritromisin (6-Metoksi-eritromisin), Kongres IImiah Nasional ke-XI ISFI, 3-6 Juli 1996, Semarang. 15. Abdul Mun'im, Umar A. Jenie dan Reino S. Sudibyo, Oksimasi Eritromisin, Kongres Tmiah Nasional ke-XI ISFI, 3-6 Juli 1996, £ 2 Semarang. 16, Retno $. Sudibyo, Ahmad Wahyudi dan Umar A. Jenie, Increasing the Tolerance of Saccharopolyspora eryihraea CCRC 11513 to Palm Oil as the Precursor of Erythromycin Production, Indonesian Biotechnology Conference, 17-19 Juni 1997, Jakarta Convention Center. Indonesian Biotechnology Consortium, Jakarta, Indonesia (see Procecdings of the Indonesian Biotechnology Conference Vol. I, 265- 214), 17. Umar A. Jenic, Retno S. Sudibyo dan Arry Yanuar, Development of New Erythromycin Derivatives Using Hybrid Biosynthetic Technique, Indonesian Biotechnology Conference, 17-19 Juni 1997, Indonesian Biotechnology Consortium, Jakarta, Indonesia 18,Reino_S. Sudibyo, Mutagenesis ‘of Saccharopolyspora erythraca ATCC 11635 and Selection of Valine-analogue Resistant Mutant, ‘Accelerator Technology and Its Application in Japan and Indonesia, Oktober 1998, JAIF-BATAN, Youyakarta 19.Retno_S. Sudibyo, Production of a Valine-resistant Mutant of Saccharopotyspora erythraea and Determination of lis Valine Content using Pyrolysis-Mass Spectrometry and Amino Acid Analysis, 2 Indonesian Biotechnology Conference, 23-26 Oktober 2001, Sheraton Mustika Hotet Yogyakarta, Indonesian Biotechnology Consortium, Jakarta, Indonesia Penelitian jak 1990: Supardi W., Mulyadi, Umar A. Jenie dan Retno Sunarminingsih, Optimasi Produksi Eritromisin dari Biakan Streptomyces erythracus dan Streptomyces griseoplanus, Laporan Penelitian PAU- Biotcknologi-UGM Th. 1990. 2. Umar A. Jenie, Reino S.Sudibyo dan Ibnu G. Gandjar, Profil Optimasi Produksi Erisomisin dari Biakan Strepromyces eryrracus dengan Zat Penginduksi Asam Suksinat dan Asim propionat-Biotin, Laporan Penelitian LP-UGM Th.1991, dengan kontrak No 612/P4M/DPPM/ BD.XXI/ 1990. 3. Retno S: Sudibyo, Pemurnian dan Elusidasi Struktur Turunan 5- Deazaflavin dari Biakan Saccharopolyspora erythraca, Laporan Penelitian PAU-Bioteknologi-UGM, 1993. 4, Umar A. Jenie dan Remo S. Sudibyo, Perbandingan Penggunakan Propionat dan Soksinat untuk Meningkatkan Produksi Antibiotik Fritromisin pada Fermentasi Saccharoplyspora erythrea, serta Cara Pengunduhannya, Laporan Penelitian LP-UGM h.1993, dengan kontrak No.370/P4M /DPPM/L-3311/BBU/ 1992. 5. Umar A. Jenie, Retno S. Sudibyo dan Chairil Anwar, Usaha Menaikkan Produksi Eritromisin dari Biakan Saccharoplyspora enythrea, Mutagenesis Saccharoplyspora erythrea untuk Mendapatkan Mutan yang Resisten terhadap Valin Hidroksamat, Laporan Penelitian PAU-Bioteknologi-UGM Th.1993, dengan kontrak No.006/PAMI 43 DPPM/L-3311/PAU/1993. ‘6.Umar A, Jenie, Reino S. Sudibyo dan Chairil Anwar, Mutagenesis ‘Saccharoplyspora erythrea untuk Mendapatkan Mutan dengan Titer Eritromisin, Laporan Penelitian Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Proyek PUSPIPTEK Th.1994, dengan kontrak —No.O1USP- KD/PPIT/V/93, tanggal 28 Mei 1993, Riset Unggulan Terpadu [tahun 1 RUT. 7,Retno S. Sudibyo dan Umar A. Jenic, Pemanfaatan Minyak Sawit dan Kepala Udang Windu sebagai Pra-prekursor dalam Fermentasi Produksi Eritromisin menggunakan Saccharopolyspora eruthrea ATCC 11635, Laporan Perelitian LP-UGM Th. 1998, dengan kontrak No.040/P4M/ DPPM/L-3311/94/ BBU/1994. 8.Umar A, Jenie dan Retno_S. Sudibyo, Mendapatkan Mutan Saccharoplyspora ervthrea Resisten Analog Valin dengan Titer Eritromisin Tinggi. dan Uji Stabilitasnya, Laporan Penelitian Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Proyek PUSPIPTEK Th. 1995 dengan kontrak No.044/SP-KDIPPIT/1994, tanggal 20 April 1994, Riset Unggulan Terpadu Ftahun 2 (RUT-L2), 9.Umar A. Tenic dan Retno S. Sudibyo, Orientasi Kondisi Biosintesis Hybrid Pembuatan Eritro-misin Turunan Baru, Laporan Penelitian Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Proyek PUSPIPTEK Th. 1996, dengan kontrak No.1006/ST-KDIPPIT/IV/95, tanggal 17 April 1995, Riset Unggulan Terpadu L-tahun 3 (RUT-L.3). 10.Umar A. Jenie dan Retno $ Sudibyo, Fermentasi $. ambofaciens ATCC 15154 dengan Perlakuan Antimetabolit Serulenin, serta Eksperimen Biosintesis Hibrid, Laporan Penelitian Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Proyek LIPI Th. 1997, dengan kontrak No.1G0/KPK/1996 tanggal 6 Sepiember 1996, Riset Unggulan ‘Terpadu I-tahun 4 (RUT-L4). 11.Retno_S._Sudibyo, Sismindari, Sofia Mubarika H., Wiryatun Lestariana B., Bambang H. Sunar-minto dan Roblan Rogomulyo, Investigation of Kunir Putih as an Antitumor, and the Development of Its Cultivation in Yogyakarta, Laporan Akhir Krgiatan Semi-QUE (Kesepadanan Manajemen ‘Tri Dharma) dengan dana Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Program semi QUE No.002/KN/J.01/581372/2000, Dit- Jend. Pendidikan Tinggi, Dep Dik Nas, Oktober, 2000. 12,Retno_$. Sudibyo, Sismindari, Sofia Mubarika H., Wiryatun Lestariana B. dan Umar A. Jenie, Pengembangan Curcuma manga Val. (Kunit Putih) sebagai Fito-Farmaka: Uji Sitotoksisitas Kandungan Kunir Putih serta Uji Teratogenik, Toksisitas dan Histopatologi Tepung Kunir Putih, Laporan Penelitian Hasil Kerja ‘Sama antara PS-Bioteknologi UGM dan PT INDOFARMA, 2000 — 2001 13.Retno_S._Sudibvo, Sismindari, Sofia Mubarika H., Wiryatun 44 Lestariana B., Umar a. Jenie, Pengembangan Curcuma mangea Val. (Kunir Putih) sebagai Fito-Farmaka: Pembuatan dan Standardisasi Ekstrak, Uji Selektivitas dan Studi Mekanisme Antikanker, Kerja ‘Sama antara PS-Bioteknologi UGM dan PT INDOFARMA, 2002 — 2004. £. Kepanitiaan dan Iain-lain (sejak 1990): |. Secretary of Organizing Committee pada International Symposium on ‘Curcumine Pharmaco-chemistry (ISCP) tahun 1994 ~ 1995. 2.Sekretaris Riset dan Publikasi PAU-Bioteknologi-UGM, tahun 1997 — 2000. 3.Anggota Panitia Ad Hoc Apotik Pendidikan UGM, tahun 1999 - 2000. 4-Anggota Dewan Pengawas Apotik Pendidikan UGM, tahun 2000 — sekarang. S.Koordinator Laborstriam Pusat Sti Bioteknolog-UGM, tan 2000 - 2001. 6. Anggota PS-Bioteknologi-UGM Officer, tahun 2003 ~ sekarang. 7-Anggota Evaluator dan Fasilitator’ Program TPSDP, Proyek Kerjasama Bank Dunia dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tings, Dep-Dik-Nas tahun 2000 - 2001. 8.Anggota Evaluator ProgramDUE-Like Proyek Kerjasama ADB ‘dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Dep-Dik-Nas tahun 2000 - 2001 9. Anggota Evaluator Program U-HaKI, Direktorat Jenderal Pendidikan ‘Tinggi Dep-Dik-Nas tahun 2002. irektur Bidang Akademik QUE Project-Fakultas Farmasi-UGM, tahun 2000 ~ 2004. 11. Koordinator Tim Evaluasi Teaching Grants dan Lecture Note Awards, ‘QUE Project Fakultas Fermasi-UGM, tahun 2000 - 2004. 12, Anggota Tim Evaluasi Project Grants dan Policy Study, QUE Project- ‘Fakultas Farmasi-UGM, tahun 2000 - 2004. 13.Ketua Tim Pengembangan Kurikulum Fakultas Farmasi-UGM, tahun 2000 — sekarang. 14,Anggota Panitia Nasional penyusunan Kodeks Makanan Indonesia, Badan Penngawasan Obat Dan Makanan, tahun 2000 — sekarang. 10. 45 LAMPIRAN* > Produk bial peotiog yang ering digunlan pada masa Kal ‘Cara produ ‘Nama seayuns Bloaksivias Keerangan | Sopra Rebeioagae k [rate PRarcan Anat, —}7 iti oleh Swepomyeesglews Reylonr ‘Aalog Naked iF |" ‘Guan _itomaae Riornesbeaamsd ca ‘Amaniadise Amino sirnan Fe ‘Arikan ste Ante amo: iF ikon Rnensiia slog Api io “Amoksisilin/klavulanat [F-Laktam + Inhibitor B- taxemaee Aaphotece Poker antiga | enasinan eh 5 dona "pha, ano Folie dns pao, — tperomal snt-eaga wt spews sistemik on co FR 6Aao- IF pexistin Teapilatbaca | Rbionk Laka +r 8 v7 lukanace ap Kaiioaat(Vaing) | Torsten pina Fz ‘tela aE ‘ities i serine Tawa oa Turan Natokinon, F 0 pocumorie at esistenoimetopin. fetkaazl Tea Taiiioak Wace) | Maks isitian S| vermis Aaiopine Tac ik menahan eS 7 eran, ran prods scat 1904 Raion AsO Mack iz ‘Aneesh Ani, Broad —| Antic aka = specrum Taonga [Ambion Proagsgin a Baca Ani ‘Attic wpikal |= Bamber ‘Anbit ‘Torunan Amigos | Bip ebiid ‘am efogtarst. sain Bison lle | Ano atin | GHkopepi an 7 snr dan inf radian stage | Anvil Prin att Fomaviras Carbo Kotaiioaat Veiaiag) | Tuweaa Kainotalin g ‘-*PA = prodak alam; ST = sintesis total; 8S = semisintess. 46 ‘Lanjutan 1 Produk bicaktif pening yang sering digunakan pada masa Kini ‘Cara produlsi® ‘Nama abaiitas senyawa Bio. Keterangan eS ‘Carbarsone “Anthiamin(Veteriae) | Tanssan Asse y arbamoiiina Carbeaieina aden —P Ana Batam, pode y Karbemsin [Caibophn ‘Anikanker vais | Kompieks pian Ie Carminomycin ‘Antitumor “Antasktin dias leh Actinomadara Cefaclor ‘AatnoGK br spectrum | Sefslosporin genera TL IZ Cefsarox Antbiok br. spectun_| Sefalsporingenerast a ‘Cefamandokeatiate | Anhibiotk parenteral Ir Selalosporin generasi, m ‘Ceca socio TARDE Br pect Sefalsporin poe Cetepime "Anbiook br spectrum | Sefalosporin generast Iv v Cetin TAaibiouk br spectrum | Setalowporin generasd Fr om (Cefmtanste seu | Raion Br apecrnen | Seflosporin genet T F Cefonicid sodium | Antibionk dr spectrum_| Sefalospvia generat I ia ‘Cefoperazone sem Aatibiouk Br spectrum | Sealosporin generst ly a Cefoanime| "Rnibiodi Br. spectrum | ScFilospvin grant IF Mi ‘Cefoiian dada | Anion br spectra Sefatospvin generat Iz Cefosite sodium ‘Antbionk Br. spectrum “Turunansefamisn ias-kan oleh S. sintetk laciamdurans Cefpaorine Proxeat | Anibiouk Br. specram | Sealospoin geaerst iv im Ceiproat "RnUbionK Br. spectrum | Seflospona Bemeraat i om Cefanaine “Rnibiol br. spectrum | Scalosporia generat a it Cefbbaten “RauhionK Br spectrum | SeTtosponn panes iF i ‘Ceftzaxime sodium | Ratbiouk br Sefalopora pooch = Spectrum, pasentera_| Cetin ‘Antitilik br. spectrum | Sealer genet lv uw Cera nib: spectrum | Sefaospora genet I IZ Cephalexia Antibitk br. spectrum | Sefalosporia generasi a Cephalon sedis | Anvtiotk Br. spectrum: | Sefalosponn genera a [Cephaprin sodium | Aaibiotk br. spectrum | Sefalorpovin genera = Cephradine [Aabtiotk br spectrum | Sefalosporin generasi Ie [Chlorambucit Antnenplati hrforna ali im [Chloramphenicol | Bakteriosaik Da 5. venecidlae wa P) Produk lami sitess total; SS = semisintsis 47 [Lanjutan 2 Produk bali pentng yang serig digunakan pada masa Kini ‘Cara predate eee Beret Pa_[ st | 38 Caiorgaiae ‘Katmai, amebiia i [Chlonetseyie Anbiouk opal | Turunas Tevasiti ‘Cidotowir ‘Antvial Ute. stomepsiovires iv Cis sodium aibnor Anti DehidropepidaseT IZ ebidropepidase 1 Chow -RniTioe Grae wesait nbibitr DNA ginse Gprofioxacia Anibodk,Ihibitor nse DNA, Cpa Anutumer ovarian | Romie logam bea iy Gada ‘Aninamor,anieukenia iv Ciaran Aabioa [6-0 Mesleriromiin, F ‘aban asam, dipasar kan Giavlanie aad Tohibior Flakiam | Klavam dasa och Cinder Anbiou Analog Linki iz Clotzimie Baktenosid Antena IF Clopido Koksidosat (Veerine?) ie Clotrimazole Kandidiais vaginal lz ‘Gloxailin oaiara —[Anibione i Colistimethate sodiam | Aatibjoak parental —) Dibssilan oleh Borax [7 ‘uk bakter Gram {neg Coie sta Antbica pial lophorphamide | Antitumor stots IZ Cyeloseine| ‘ADLbOAK br. Speci | Koalog san amano, Cyloapare Tmoncnupresaa PFarunan Pepi ik, | Tofypoctadtum inasun ine Aatiamor stots = Dactinomye ‘Amit pacnteral Daasonibicn Cl | Aatieakenin “Anwaskia, dasa [7 noninfosisk leh Spencers & Baanarsbics, "an sao ‘Aowaskln dim Eposons liposomal Demeclocyine HCI | Bactevostaik, br | Analog Khlordewe speciram i ‘PA = produk alan ST = siatesis total SS = semisinuesis 48 Lanjuian 3 ‘roduk bialtif pnlog yong seingGiguntan pda wo Kl ‘Cara produit Nama enya Bloat Ketcrangan oe va [st | icon saa — | acc Dio | oma pein * {ett tatan sam dan resisten Buakamase ataeoaaae Analog Teka 7 sit br ipectron ‘ec iasitan 5 I lactamdurons Aatiar nisin fz ‘an Makroid difaian [7 oh Secharopobypora| fenftiraca ‘iiambwiol HG) Toherbaiesmak’ ——] Hdroksmetipropietic F edanin Eonanide “oeiaiawi [Tannen Nikon iz Fioposide Atoka iG Fameicionr ‘ania 7 Homotex Roa Fisorokclalosponi Cl Pesci ‘Ant O GANGA | Pore olin > fein pein oconarbie oat | Aatibouk, antifugal | Bis waa) iz lysine ‘anion 5-ierosica Fe Floduabinephophate| Ant iateniamiSsiak| uomeotd Fe Piorounet ‘Aaoeopsi, Boorpiimdin F Samet Fantom Anouk Semin | Maawos, Fo F siuomisia Fastin sam [abit Redakase TMG Kos _Antolesteolem Toscan saaiun ——[antivit [am Ferma Ie Fesfornycn Antico Dr peetaan_| Asam Fosfonat I Feraeaane Anibiok brspecrron [Niet z esi ac ‘te Seid FZ [Gapciciovic adi | Anistomegatovins | Anabog Ruiiaeid ir [Gemciabine ‘haiog Nablersid | Analog Nuss I Geatamycia slate [Antiook -Aivgikosa Gs asian Micromoospora purpurea [Goren acaaie | Rag agi Pepidasinco = Lanting hormon rleae factor Gracie ‘ate Tepadi Sanaa bres Tatcgane Vir | Kaisa (Veena | Troan Kao z a Antimiouk (Vetrinen | Taroman Anvghkosd "PA = produk alam: ST = sintesis total; SS = vemisiness 49 ‘Lanjutan 4 ‘Produk bloaktf peating yang string digunakan pada masa Kinl Cara produksiee ‘Nam senyavn Bir ahtivitas Keterangan nla ls aratieia HCY Aamo Fananaa Antes iz Taoxuraine “Anvil topical ‘oxourcin y ofa esfamie Anttomor Tnipenem ‘Antbiok, br spetirum iz indinavir ‘Aa HIV (bite peo rv ine Dinka beredar 19. 7 eoniazid onikotik hia a Trsconazoie Tiazot Is osamyein ‘Mairold, aarlkan [7 oleh S.narbonensis Kinane sae ‘Amiuogiiosital [7 ditasilan S. Rananyeeticns Reoconaaaie "Tarvean iazoF iv Taidiomycin propionate Tenor Four, 7 diasilan oleh Sireptomyees sp. Tamivadine GTC Analog Noklecesd iz Tomefloracin HCI | Ambion Taber) Diluorokuinolon iv giase DNA. Taming ‘Antineoplasia, Akltor | Nizosourea ie DNA dan RNA Tarscatber AnUbltk, Brspectnan | Karbsefem, BlaRam F sintek Toate “aiiperoiescrolemt >) ihibuor MGR A]? redaktae Madaramyeie Roksiosat Teaoforpolier i Mebendazoie ae Faranaa Bemriidaeat iF ‘Mechlorethamine HCI | Antineoplastic ‘Nivogen mustard ie Mefloguine HCT ‘Antimalira Turussn Kinolin a smetanol MerapeRe “ARUBIOGK,auavens —Turunan hans o Sarbamenem: dicdarkan 1996, Meticnanine Ta ast aren F mandelt Meticili “aan ‘Golongan f-takia Z Metiouexa ‘Antneopistk. ‘Antimewbit F Tabor redukiase as ihidroflat ‘ernie “Antiamochians ta | Nvoimidaa F Ahomanisis Mercia sella | Anubiot, brapecinan | Gologan ak dg “PA = produk alam; ST = sintess total; SS = semisiatesis 50 Lanjutan 5 ‘Produk bon peating yang sering digunakan peda mass Mink aura sensu Sern rome ‘Nama seaye Blo-aktivitas Kernen |S eones Miconanoie Aaiiangal Ranga eit ~ Midecanyeia ‘Abo Mako, asia | 7 ol 5 mearfaciens Mineman Anparsiak Maksoi,ctasitkan S| > diygros-copicus ssp. aeralacrmnces iTbenyine ipa ‘Mart, asian S| 7 Ingres copteus sbep. areolacinasus Minoqaine “Abe ‘Turan Teast = Miccamyein Aaiiboie ‘Acteste midekariin = Mitomycin © anion ibis och eaeypons Minoane Kite = Mitoxanoge HC) [Anima stnosik —[ Turvean Ancasendion = Moneasn dium ——[ Koksidiosiat(Veeriac)[lonfocplister = Maiocn “Anibiaik tpikal ~~ Acam prevodomonat, —] —¥ inasikan Pseudomonas | fuorescens Rati Anieatiobokae Gobngaa flake = Naftifine HCI Aatfangt, pital [Atami z Nalidisic acid Inhibitor grase ONA | Turan oorciainotoe 7 Narasin. Koksdiotat (Vetere) lonofrpoicter, 7 alas oleh. Ra ‘Raton yeast | Potitetaee. 7 ‘Neomyem suave Antibionk Gol Aminogitesd, | dias oleh. Rein Aeon Gol Anfuogitoni = ‘Nevirapine ‘Antiviral Tahibitorrevene > 7 sranskptace scmnvtesid Riartane Raisidionat (Weise | Piiidinol daw ¥ inirokarbenia Neloamide Ralsidioaat (Vetsined | Khlbronivoteiiional 7 silamd i nba Tanibiouk, basta Lactococcus lacs Rivotiasola ‘Rai inf ala wis | Toro 7 Iidaroindion Tivoaratone Baeviondopiia’ | Turanan 7 Fwaldehisen- Latbazon Risomiae Koksionat Varsina) | Dinivoberad z Norfloxac| ‘Anibiot br specinen, | Puorosuinolon 7 Inhibitor giase DNA. produc lami; ST = sintesie total; SS = semisintesi. SL ‘Produk bloat peating yang serng digunaan pada masa Kal ‘Cara prods” Bio aktivitae Keterigan OT aaioak, Romain, dtasiaa [> snsufilokokus oleh $.spheroides Honor: polieter z "ARbIGaK, br sperm | Oksaefam,Sefsespore 7 senerasi Anaibica, Gram post | Ditasitian & 7 tncolnenss ‘aang Br, spectrom | Potien z “niibiotk, Br spectrum, 7 Iahitice grase DNA Antibiot Matsa, dasiian [> ole 5. anbioicus Takibar wansferaular | Bata dikombioas 7 proton Klarvoisie “AnubiouK parenteral, [Uk lnfeksi reasten fe . , Iakam Saflokokas penghasil pent silnase) ‘Antfanga,opital | Senyava Azle Zz “ABBA speci | Taranaa Tetras, — [> inasitan §: rimosas “Anikanker ovarian] Tats ditasitkan Tass | sp. ‘Ant aia renatasd | 3 Mertapio Divan z ‘Anibiouk, Gram posta | Gol. Pens, 7 inasitan oleh Penicitiwn hoysogenuin Pein V Abie 7 ‘Peiamldine thine | Ant protonon Peatesaaia “Aatneoplasak, br] Analog Nakleosid, ¥ [deaminase adesccin | dhasibaa oh 5 anabiotcus Phospinothicie etbse, btor Asam Fosinogiotimat, | 7 sineuseglotamin | dita kan olen S bridochromogenes Pipers sodiam | Anubiow parte br: Turan Laktam 7 spectrum TFipenclliwaaabacam | anubiotié+ nbior | BLakiam > f- 7 f-Lakamse Lakumase Picamycn ‘Anttumor Dihasian ich v laceus ‘PA = produk alam; = sntesis otal; SS = serisntsts 52 Lanjatan 7 Produk bioaktif peatng yong sering igunalian peda masa Kink Cara produsi® ‘Nama senyawra Bio-aksvitas Keterangan, Pa | st | 58 PoiyayaieB sole | Anibioui Pepi aici inact | + oleh B. polyyxa Reon X Kaiba [Natleosid,dibasitan | oleh 5. cxraceot Paani ‘Ratkolesiewienl, | Produk: Pavachot 7 Inhibitor reduase HMG-KoA Paiananpeie Antbioak [Campari nation, [> cihas-ean ole S. pristinaespiralis Pyrantl areaie ena Furucan prima = Pyrazinamide Autcaberkulass Analog Nikotnamid = Quinine sulfa Animalia AlaloidCinchona sp] * Quinupisn/dalfopiin | Aa enserococe? [Campuren tars ¥ Strepgramin diasian ole Surepuo-myces sp. Ribavice ‘Analog oukleosid v Wiabate Farasaa Rinna S 7 apa "Faruran Rania B- 7 hasan och 5 polimerase RNA, Imediterrane! Saimsomyeie ‘Koksiiastat Velerine | lovaforpoieler 7 sinssilan oe albus Sequin Inhibitor protease FIV | Produk lavrase 7 lijinkan ber eda 1995 Seniaramyan aksdiasat(Veterine | lnofor poets 7 asian Sireptomees 9. Silver sulfadagine | Beltenond Turanan sla z Simvastatin Inhibitor reduase | Torunan rode 7 HMG-KoA, Aspergillus terreus anskolesteroieni Spectinomycia ACT | Antbiouk aminoglikosd | Aruinoaniol, 7 iacilan oleh S tobilis Spieamyeie ‘aon ‘Makrold asian cieh] 7 S.ambofasciens Savadine Toho evens Analog Nokleosid 7 ankrptse (Tomidin) ‘Saepiomyers wulaie | Antibiouk asinogiixosd | Dikasikan aS ¥ Bae Aniikanker ower | Analog Gatos, 7 sintesis DNA asian S achromogenes ‘YA = produk alam; ST'= sntests total; $9 = semisintesis 53 Lanjotan 8 ‘Produk bialtifpeating yang scring dguoakan peda masa Kil ‘Cara produksi® Nama senyara Blo-ativtes Keering Sabecam Tnhibnr f-lakanase | Asam Saopesisiinat z Suiconazok ite | Ancifungal wpikal __— | Turunanlmbazot 7 Sufacetamide sodium | Anubakteria, topiial | Gol. Suifoamid ¥ Suifadiazine Balai [Gol Sa¥ooamid = [Solfadimetoxine | Batericemtit, [Got Sutfosamid ¥ Koksiiosat Vetesner Suifamethouaie | Dakteriostaii Gol, Saoamand ¥ Sulfasilamide Bakiencettk [Got Suifoessad ¥ Sulfaitan Batserostaik, Got: Sutfocamid 7 Koksiicstat Veteriner) Saifaacote Bakienosatk (Gok Sufonamid z Saltamiciin ‘Aatibiobk + Inibitor fi | Kombinasi go. PEasiia ¥ fnktamase dan thibiter aktarase Tacomas Tmanosupresen Makrobd Gasiian os] 7 S.tuduboenai Taxabacam haber Pa = FTeichoplanin| ‘Antibiot (Gtikopepia Ghasizan | 7 olen Aciinoplanes tichomyeetcas "Tenipoclde (M25) | Soaks, Aniammer, | Turunan Podofilickia 7 Inhibitor Topoisomerase W -reiaatine HCL Astiiingal apiial [Allama = "Teancyline HCI Batteriosmik Dinasikan S 7 "Tiabendasale aieiiane Tarun Bensmidaol 7 [Thioguanine Antieoplasic “Analog Pura = PThitepa Sitotosk, ages TES_[ Gol. Eulenimin = Priamulin H-Tomaraie | Aaubaktiat FFurunan ester 7 Ficaclia disodium [Aaibiouk porenieal, Br 7 FFicarcinCavelanae —[ Anubiotk + lnibitor 7 Inkiamase PTobramyein slate | Anibionk "Tarunan Anogikesd. | 7 ka sian § tenebraris Folate ‘Anfang 7 z PFopesecan ‘Anicancer, ibior” | Analog saint 7 DNA Tepoisomeras _kamio-tesi Frmeaoprim “Anitakten Gram | Draminomimtcesiena 7 nega, nkbitor piimidio redukase dio folat ‘SPA = prodok alam; ST = sintens total; SS = semisintesis 54 Lanjutan 9 ‘Produk bioaiifpentiog yang sering digunalan pada masa Kini ‘Cara produksi®™ ‘Nama senyaves Ri o-aktvitas Keteringan | "Wimeree “Ratbaker, oniiior —| Diamokuioazobe 7 glucurenate redukas Sido at Ck Profilakik vires fa | Toronan Amana 7 Bitenavie Tnhobitor protease HIV- | Dignkan beredar jak 7 1 1986, Robenidine HET ‘Kaksidionar Veta) | Turusan 7 Shlorfestidrarid Rokianpete ‘Anibiodk Teukomisia-propioail y ester, Makzolid nasil ele S a siasavensis Texarione Bakiresiat (Veiering) | Asam Nivofeaobison z Roxivomycia Anson Tunsean Enisomisie 7 ahi do euaeana scam Troendoaya -AniioaeSaiT Glam | Tururan Ase dav v siasana asm makrolidcitasian oleh |S. vibiticus Fivlocia phosphare | Aaibiouk [Veterinas) | Makrokd dhasiltan ich | > S.fradiae Une masa ‘Anteaters Nitrogen mustard 7 Valacyclovir HG Anuivirl Estes Lali asikiovr v bentuk Pro-drvg) Vancomycin HG Antibiok | Gikopeptida dnasiian | 7 oleh S orientale ‘Vidarabene (ara) | Antivil Topika [Analog Nukleosd 7 Puin ‘Vinbbistine slate | Antincoplasaie Alealoid Vine 7 parenteral ‘ibasian oleh (Catharanthes roseus ‘Vineiaine sare | Anincopiasaie “Abaloid Vinca. 7 ‘asian oleh Catharanthusroseus ‘Vinortbne tanrate | Anvineopaaic ‘Analaog Vines, 7 semisintesis Vinca Virgiiamycin Aaibioak eamparan 7 peptid siklk) Si. M; an Sueptogramin. Zalekabine (a0) [Aa ‘Analog Nukleosid z Zidovudine (AZT) [Antiviral Analog Nubieosid z 4 Disarikan dari Strobl, 1997 PA produk alam; ST =sintesis total; SS= semisintsi,

You might also like