You are on page 1of 41
Bab 6 Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan merupakan salah satu masalah sulit yang dihadapi oleh profesi akuntansi. Meskipun akuntansi mempunyai pedoman umum untuk menentukan kapan pendapatan harus diakui, adanya beberapa metode pemasaran dan penjualan produk dan jasa menimbulkan kesulitan untuk mengembangkan pedoman yang dapat diterapkan untuk semua keadaan. PEDOMAN UNTUK PENGAKUAN PENDAPATAN Pendapatan adalah aliran masuk (inflow) atau kenaikan aktiva perusahaan lainnya atau pengurangan kewajiban (atau kombinasi keduanya) akibat pengiriman atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan operasi pokok perusahaan selama periode tertentu, Sebagai salah satu elemen dalam proses pengukuran laba perusahaan, pendapatan dalam suatu periode umumnya ditentukan terpisah dengan biaya. Menurut prinsip pengakuan pendapatan, pendapatan harus diakui ketika (1) telah direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) telah diperoleh. Pendapatan telah direalisasi apabila barang atau jasa telah ditukarkan dengan kas atau Klaim terhadap kas (Piutang). Pendapatan telah diperoleh apabila perusahaan secara subtansial telah menyelesaikan apa yang seharusnya dikerjakan untuk memperoleh pendapatan tersebut, atau dengan kata lain jika proses perolehan telah selesai atau hampir selesai. Sesuai dengan prinsip tersebut: (a) pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, biasanya pada tanggal pengiriman barang kepada pelanggan; (b) pendapatan dari penyerahan jasa diakui pada saat kegiatan penyerahan jasa telah dilaksanakan atau pada saat sudah bisa ditagih; (3) pendapatan aktiva perusahaan yang lain, seperti: bunga, sewa, royalty, diakui setelah waktu berlalu atau saat digunakannya aktiva yang bersangkutan; (d) pendapatan dari penjualan aktiva selain produk, diakui pada saat penjualan. Namun demikian, dalam praktik terdapat penyimpangan dari prinsip-prinsip pengakuan pendapatan. Sebagai contoh, masalah pengakuan pendapatan timbul karena pengumpulan harga penjualan tidak pasti atau Karena sulit untuk menentukan kapan proses perolehan selesai/berakhir. Dalam bab ini pembahasan akan dibedakan kedalam empat transaksi yang mengakibatkan timbulnya pendapatan, yaitu (1) penjualan produk dan (2) penyerahan jasa—keduanya merupakan transaksi penjualan. Akuntansi untuk dua jenis transaksi penjualan lainnya (3) 186 pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan lainnya dan (4) pendapatan dari penjualan aktiva selain produk, akan dibahas dalam topik-topik lainnya. Pembahasan mengenai transaksi penjualan produk dibagi kedalam topik-topik bahasan berikut ini: 1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (pengiriman). 2. Pengakuan pendapatan sebelum pengiriman. 3. Pengakuan pendapatan setelah pengiriman. PENGAKUAN PENDAPATAN PADA SAAT PENJUALAN (PENGIRIMAN) Perusahaan dapat menjual satu atau lebih jenis produk atau jasa. Sebagai imbalan atas produk atau jasa yang dijual, perusahaan menerima kas atau janji membayar kas pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang (penjualan kredit). Setiap transaksi penjualan mempunyai dua sisi; disatu pihak produk atau jasa pada saat diserahkan; dipihak lain kas atau janji kas dimasa datang diterima. Transaksi penjualan selalu mengandung unsur labaatau rugi. Oleh karena itu, perusahaan tidak cukup hanya mencatat kenaikan suatu aktiva dan pengurangan aktiva yang lain, tetapi transaksi tersebut juga menyangkut pengakuan pendapatan dan unsur biaya, dan masing- masing unsur dicatat secara terpisah. Laba bersih diukur dengan mengurangkan biaya-biaya kepada pendapatan. Sesuai dengan FASB Statemen no. 5, dua kondisi untuk pengakuan pendapatan (telah direalisasi atau dapat direalisasi dan telah diperoleh) biasanya terpenuhi pada waktu barang telah dikirim atau jasa telah diserahkan kepada konsumen. Oleh karena itu, pendapatan dari kegiatan pengolahan dan penjualan produk umumnya diakui pada waktu dijual (biasanya pada saat dikirimkan). Penjualan Tunai vs Penjualan Kredit. Penjualan eceran biasanya dilakukan dengan tunai. Kas diterima pada saat barang diserahkan kepada konsumen. Penjualan kredit berbeda dengan penjualan tunai karena transaksi penjualan tunai selesai pada saat itu juga tanpa perlu upaya untuk mengumpulkan kas dari konsumen. Dalam penjualan kredit, penjual menerima sebuah janji dari pembeli untuk membayar kas di masa datang. Imbalan yang diperoleh penjual adalah piutang, bukan kas. Pengakuan Pendapatan Jika Ada Hak Mengembalikan Barang. Baik dalam penjualan kredit atau tunai, masalah timbul apabila pembeli diperbolehkan mengembalikan barang yang telah dibeli kepada penjual. Ada tiga metode yang dapat dipakai apabila penjual menanggung resiko pengembalian barang dari pembeli, yaitu (1) tidak mencatat penjualan sampai dengan hak mengembalikan barang tersebut kedaluwarsa, (2) mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan tersebut dengan taksiran retur di masa yang akan datang; (3) mencatat penjualan dan mencatat retur penjualan pada saat terjadi. Jika perusahaan menjual produk dengan memberikan hak kepada pembeli untuk mengembalikan barangnya, pendapatan dari penjualan tersebut dapat diakui pada waktu penjualan jika memenuhi enam kondisi berikut ini: 1. Harga jual kepada pembeli bersifat tetap atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan. 187 2. Pembeli telah membayar kepada penjual, atau pembeli berkewajiban membayar kepada penjual dan kewajiban tersebut tidak tergantung pada penjualan kembali barang tersebut. 3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak berubah jika terjadi kerusakan terhadap produk. 4. Pembeli mendapatkan produk untuk dijual kembali dengan subtansi ekonomi yang sama dengan yang diberikan oleh penjual. 5. Penjual tidak mempunyai kewajiban yang signifikan dimasa yang akan datang untuk secara langsung menerima penyerahan penjualan kembali produk oleh pembeli. 6. Jumlah pengembalian dimasa yang akan datang dapat ditaksir secara layak. Pendapatan dan biaya penjualan yang tidak dapat diakui pada waktu penjualan karena tidak memenuhi keenam kondisi di atas, diakui apabila hak pengembalian telah kedaluwarsa atau apabila keenam kondisi di atas telah terpenuhi (mana yang lebih dahulu terjadi). Pendapatan dan biaya penjualan dilaporkan dalam laporan rugi-laba setelah dikurangi dengan taksiran retur penjualan. PENGAKUAN PENDAPATAN SEBELUM PENGIRIMAN ‘Untuk kasus tertentu, pendapatan dapat diakui: 1, Sebelum produksi 2. Pada saat selesai diproduksi 3. Selama produksi. Pendapatan Diakui Sebelum Produksi. Dalam jenis pengolahan tertentu, kontrak penjualan barang mendahului pengiriman merupakan praktik umum. Mesin berat merupakan salah satu contoh yang terjual sebelum keberadaannya; barang-barang fashion dan pakaian seringkali terjual sebelum penyelesaian dan pengiriman. Penjualan cara ini mungkin perlu pembayaran uang muka atau bahkan tidak sama sekali, tergantung pada praktik dagang pada industri yang bersangkutan. Akuntansi yang tepat untuk transaksi jenis ini memerlukan evaluasi terhadap fakta dan keadaan. Bentuk-bentuk perjanjian atau Kontrak harus dianalisis untuk digunakan sebagai dasar mencatat transaksi tersebut. Pada umumnya, pendapatan dari penjualan belum diakui sebelum transaksi selesai dan ada perpindahan hak. Dalam kasus kontrak penjualan, akuntan umumnya mencatat hanya setelah transaksi penjualan selesai; pengiriman barang atau jasa yang dijual umumnya merupakan penyelesaian transaksi penjualan. Tidak ada jurnal untuk mencatat transaksi kontrak penjualan, melainkan hanya dalam bentuk catatan memorandom. Pembayaran uang muka oleh pembeli dicatat sebagai utang oleh penjual pada saat diterima. Apabila semua ketentuan kontrak telah terpenuhi, penjualan dicatat sebagai pendapatan oleh penjual. Sebagai contoh, jika uang muka sebesar Rp3.000.000 telah diterima dari pembeli untuk kontrak pembelian mesin dengan harga yang telah disepakati sebesar Rp10.000.000, jurnal yang dibuat untuk mencatat adalah sebagai berikut: 188 ACACIA no Kas 3.000.000 Uang Muka Pembeli 3.000.000 Pada saat mesin telah selasai dibuat kemudian dikirimkan, jurnal yang digunakan untuk mencatat adalah: Piutang Dagang 7.000.000 Uang Muka Pembeli 3.000.000 Penjualan 10.000.000 Rekening Uang Muka Pembeli merupakan kewajiban, saldo rekening tersebut disajikan dalam neraca sebagai utang janga pendek. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penyelesaian Produksi. Dalam kasus tertentu pendapatan diakui pada saat selesai produksi, meskipun belum terjadi penjualan. Contoh situasi tersebut meliputi logam mulia atau produk-produk pertanian dengan harga pasti. Pendapatan diakui pada saat logam ditambang atau produk pertanian dipanen karena harga jual relatif pasti, unit-unit dapat saling dipertukarkan, dan tidak diperlukan pengeluaran biaya yang besar untuk mendistribusikan produk-produk tersebut. Jika penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui saat diperoleh dengan produksi dan pengiriman. Pendapatan Diakui Selama Produksi. Kontrak jangka panjang seperti kontrak pembangunan gedung, kotrak pembuatan kapal militer atau komersial, dan kontrak eksplorasi biasanyamemberikan hak kepada penjual (pihak yang membuat) untuk menagih pembayaran kepada pembeli pada setiap interval tertentu sesuai dengan penyelesaian proyek. Apabila proyek yang dibangun terdiri dari unit-unit yang terpisah, misalnya beberapa unit bangunan atau beberapa kilometer jalan raya, perjanjian pemindahan pemilikan dan penagihan dapat dinyatakan dalam tahap penyelesaian, misalnya untuk setiap penyelesaian satu unit gedung atau 10 km jalan. Perjanjian tersebut mengakibatkan pengiriman produk dilaksanakan secara berangsur. Catatan akuntansi harus melaporkannya dengan mencatat penjualan jikaangsuran telah “dikirimkan”. Presentase penyelesaian versus kontrak selesai. Pengukuran akuntansi mengenai kontrak jangka panjang cukup sulit, karena kejadian-kejadian dan jumlah-jumlah harus ditaksir. Perusahaan kontraktor, sebagai contoh, menginvestasikan modal dan tenaga kerja untuk jangka waktu yang direncanakan. Pengerjaan suatu kontrak atau pekerjaan mungkin meliputi masa dua atau lebih periode akuntansi. Ada dua metode akuntansi yang dapat digunakan untuk kontrak pembangunan jangka panjang, yaitu: 1. Metode Persentase Penyelesaian. Pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode didasarkan kemajuan penyelesaian pembangunan, atau persentase penyelesaian. Biaya pembangunan ditambah dengan laba kotor sampai dengan tanggal tertentu diakumulasi dalam rekening persediaan (Pembangunan Dalam Pelaksanaan) dan penagihan atas penyelesaian dicatat dalam rekening kontra persediaan (Penagihan atas Pembangunan Dalam Pelaksanaan). 2. Metode Kontrak Selesai. Pendapatan dan laba kotor diakui hanya setelah suatu kontrak diselesaikan. Biaya pembangunan diakumulasi dalam rekening persediaan (Pembangunan Dalam Pelaksanaan) dan penagihan atas penyelesaian diakumulasi dalam rekening kontra persediaan (Penagihan atas Pembangunan Dalam Pelaksanaan). Penggunaan Metode Persentase Penyelesaian. Alasan penggunaan akuntansi persentase penyelesaian adalah karena dalam kontrak tersebut penjual dan pembeli masing-masing mempunyai hak yang dapat digunakan. Pembeli berhak untuk mendapatkan kinerja tertentu dari kontrak dan penjual berhak untuk mendapatkan pembayaran berkala. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penjualan terjadi secara terus menerus sesuai dengan penyelesaian pekerjaan dan pendapatan harus diakui dengan cara yang sesuai. Metode persentase penyelesaian lebih disarankan untuk diterapkan “apabila taksiran biaya untuk menyelesaikan dan kemajuan penyelesaian kontrak jangka panjang dapat ditentukan secara layak”. Metode persentase penyelesaian dan metode kontrak selesai dapat digunakan dalam keadaan tertentu, dan kedua metode tersebut tidak dapat digunakan dalam keadaan yang sama. Metode persentase penyelesaian harus digunakan apabila taksiran kemajuan penyelesaian, pendapatan-pendapatan, dan biaya-biaya dapat ditentukan secara layak dan kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi: 1. Kontrak menentukan secara jelas hak yang dapat digunakan berkenaan dengan produk atau jasa yang akan diberikan oleh penjual dan diterima oleh pembeli, imbal balik pertukaran, tatacara dan waktu pelunasan/penyelesaian. 2. Pembeli diharapkan dapat memenuhi kewajibannya dalam kontrak Kontraktor diharapkan dapat melaksanakan kewajiban kontraktual. » Penggunaan Metode Kontrak Selesai. Metode kontrak selesai dapat digunakan apabila (1) perusahaan terutama hanya mempunyai kontrak jangka pendek, atau (2) kondisi- Kondisi untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak terpenuhi, atau (3) kontrak mengandung resiko yang tinggi. Ringkasnya, metode persentase penyelesaian merupakan metode yang lebih baik dan metode kontrak selesai akan digunakan kalau metode persentase penyelesaian tidak cocok untuk digunakan. Metode Persentase Penyelesaian Metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan kemajuan penyelesaian kontrak jangka panjang. Untuk dapat menerapkan metode persentase penyelesaian, diperlukan dasar tertentu untuk mengukur kemajuan penyelesaian kontrak pada tanggal tertentu. Pengukuran Kemajuan Penyelesaian. Masalah yang timbul dalam menerapkan metode persentase penyelesaian adalah ketidak mampuan membuat penaksiran yang tepat menganai tingkat penyelesaian dan laba kotor final. 190 Dalam praktik, ada berbagai metode untuk menentukan kemajuan penyelesaian; yang paling umum adalah “cost-to-cost basis”, efforts expended methods”, dan “metode unit pekerjaan yang telah diselesaikan”. Tujuan dari semua metode tersebut adalah untuk mengukur kemajuan penyelesaian dalam bentuk biaya, unit, atau nilai tambah. Berbagai macam ukuran tersebut (biaya yang dikeluarkan, jumlah jam kerja yang dilaksanakan, ton yang dihasilkan, dll) dapat dikelompokkan kedalam ukuran input dan ukuran output. Ukuran input (biaya yang dikeluarkan, jam kerja yang dilaksanakan) mewakili usaha-usaha untuk melaksanakan kontrak. Ukuran output (ton yang dihasilkan, unit bangunan yang diselesaikan, km jarak jalan yang selesai) mewakili hasil, Keduanya dapat diterapkan dalam kontrak jangka panjang; penggunaannya harus disesuaikan dengan keadaan. Salah satu ukuran input yang paling populer digunakan untuk mengukur kemajuan penyelesaian adalah cost-to-cost method. Dalam cost-to-cost method, persentase penyelesaian diukur dengan membandingkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dengan taksiran biaya total untuk menyelesaikan kontrak, yang dapat diformulasikan sebagai berikut: Biaya yang dikeluarkan sampai dengan akhir periode ini = Persentase penyelesaian Taksiran yang paling akhir total biaya Persentase tersebut apabila dikalikan dengan pendapatan total dan taksiran laba kotor kontrak akan diperoleh jumlah pendapatan dan laba kotor yang harus diakui sampai dengan tanggal tersebut. Jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui tiap-tiap tahun dihitung dengan formula berikut ini: Biaya yang di- keluarkan s.d Taksiran Pendapatan total Pendapatan periode sekarang pendapatan (atau laba kotor) (atau laba __ total (atau - yang telahdiakui = _ kotor peri- Taksiran biaya laba kotor) _ pada periode-peri ode seka- total terbaru kontrak ybs ode sebelumnya rang Dalam buku ini, metode cost-to-cost akan digunakan dalam ilustrasi. Tlustrasi Metode Persentase Penyelesaian (Cost-to-cost method). Untuk memberikan contoh penggunaan metode persentase penyelesaian, MisalnyaPT ADHIJAYA mempunyai sebuah kontrak mulai tanggal 1 Juli 1989, untuk membangun jalan dengan harga kontrak Rp4.500.000 yang diperkirakan akan selesai pada bulan Oktober 1992, dengan taksiran biaya Rp4.000.000. Berikut ini data selama periode pembangunan (perlu diperhatikan bahwa pada akhir tahun 1990 taksiran biaya total naik dari Rp4.000.000 menjadi RpRp4.050.000). 191 1989 Biaya yang dikeluarkan s.d. Rp!.000.000 Taksiran biaya penyelesaian 3.000.000 Penagihan atas penyelesaian tahun ybs. 900.000 Kas yang diterima pada tahun ybs. 750,000 Persentase penyelesaian dihitung sebagai berikut: 1989 Harga kontrak Rp4.500.000 Dikurangi taksiran biaya: Biaya s.d. (1.000.000) Taksiran biaya penye- ’ lesaian (3.000.000) Taksiran biaya total Rp(4.000.000) Taksiran laba kotor Rp450.000 Rp 450.000 Persentase penyelesaian 72% 100% (Rp1000.000/ Rp4.000.000) 1990 Rp2.916.000 1.134.000 2.400.000 1.750.000 1990 Rp4.500.000 (2.916.000) 1.134.000 Rp64.050.000) (Rp2.916.000/ Rp4.050.000) 1991 Rp4.050.000 1.200.000 2.000.000 1991 Rp 4.500.000 (4.050.000) Rpt4.050.000 p500,000 25% (Rp4.050.000/ Rp4.050.000) Berdasarkan data di atas, jurnal-jurnal berikut ini perlu dibuat untuk mencatat: (1) biaya pembangunan, (2) penagihan atas kemajuan penyelesaian, (3) penerimaan kas (jurnal ini merupakan ringkasan dari banyak transaksi yang scharusnya dicatat secara individual pada saat terjadinya dalam satu tahun): 1989 Untuk mencatat pengeluaran biaya pembangunan: Pembangunan Dalam Pelaksanaan 1.000.000 Bahan, Kas, Utang dll 1.000.000 Untuk mencatat penagihan atas penyelesaian kontrak: Piutang Dagang 900.000 Penagihan Pembangunan dalam Pelaksanaan 900.000 1990 1.916.000 1.916.000 2.400.000 2.400.000 1991 1.134.000 1.134.000 1.200.000 1.200.000 Untuk mencatat penerimaan kas: Kas 750.000 1.750.000 2.000.000 Piutang Dagang 750.000 1.750.000 2.000.000 Dalam contoh ini, biaya yang dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu sebagai bagian dari total biaya yang akan dikeluarkan untuk proyek tersebut merupakan ukuran mengenai kemajuan penyelesaian. Taksiran pendapatan dan laba kotor yang akan diakui tiap- tiap tahun dihitung sebagai berikut: 1989 1990 1991 Pendapatan yang diakui pada tahun: 1989 Rp4.500,000 x 25% Rpl.125.000 1990 Rp4.500.000 x 72% Rp3.200.000 Dikurangi pendapatan yang diakui th. 1989 1.125.000 Pendapatan tahun 1990 Rp2.115.000 1991 Rp4.500.000 x 100% Rp 4.500.000 Dikurangi pendapatan yang diakui th. 1989 & 1990 3.240.000 Pendapatan tahun 1991 Rp_1.260.000 1989 1990 1991 Laba kotor yang diakui pada tahun: 1989 Rp500.000 x 25% Rp125.000 1990 Rp450.000 x 72% Rp324.000 Dikurangi laba tahun 1989 125,000 Laba kotor tahun 1990 Rp199,000 1991 Rp450.000 x 100% Rp 450.000 Dikurangi laba tahun 1989 & 1990 324.000 Laba kotor tahun 1991 Rp 126.000 Jurnal untuk mengakui pendapatan dan laba kotor untuk setiap tahun dan untuk mencatat penyelesaian serta penyerahan kontrak adalah sebagai berikut: 193 1989 1990 1991 Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor: Pembangunan Dalam Pelaksanaan 125.000 199.000 126.000 Biaya Konstruksi 1.000.000 1.916.000 1.134.000 Pendapatan Kontrak Jangka Panjang 1.125.000 2.115.000 1.260.000 Untuk mencatat penyerahan final atas kontrak: Penagihan atas Pembangunan4 “500.000 Pembagunan Dalam Pelaksanaan 4.500.000 Biaya secara terus menerus diakumulasi dalam rekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan untuk menyelenggarakan catatan biaya total yang dikeluarkan (ditambah laba yang diakui) sampai dengan tanggal tertentu. Meskipun secara teoritis serangkaian “penjualan” dilaksanakan dalam metode persentase penyelesaian, biaya persediaan tidak boleh dihapus sebelum pembangunan selesai dan diserahkan kepada pemilik baru. Rekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan akan menampakkan posting angka-angka berikut ini selama jangka waktu pembangunan proyek: Pembangunan Dalam Pelaksanaan 1989 Biaya pembangunan Rp1.000.000 | 31/12/91 untuk menutup 1989 Laba kotor diakui 125,000 proyek selesai Rp4.5000.000 1990 Biaya pembangunan —_—‘1.196.000 1990 Laba kotor diakui 199.000 1991 Biaya pembangunan 1.134.000 1991 Laba kotor diakui 126.000 Rp4.500.000 Rp4.500,000 PT ADHUJAYA dalam contoh tersebut mengadakan perubahan taksiran pada tahun ke dua (1990), yaitu taksiran biaya dinaikkan dari Rp4.000.000 menjadi Rp4.050.000. Dengan mengadakan penyesuaian persentase penyelesaian terhadap perubahan taksiran biaya total dan pengurangan pada pendapatan dan laba kotor, berarti perubahan taksiran telah diperhitungkan secara kumulatif. Penyajian Laporan Keuangan—Persetanse Penyelesaian. Umumnya, jika piutang dari penjualan dicatat, rekening Persediaan dikurangi. Tetapi dalam kasus ini baik piutang maupun persediaan tetap tercatat. Dengan mengurangkan saldo rekening 194 Penagihan dari Pembangunan Dalam Pelaksanaan, penghitungan ganda terhadap per- sediaan dapat dihindari. Selama umur kontrak, perbedaan antara Pembangunan Dalam Pelaksanaan dengan rekening Penagihan Kemajuan Kontrak dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar jika bersaldo debit, dan sebagai utang lancar jika bersaldo kredit. Jika biaya yang dikeluarkan ditambah laba kotor yang diakui sampai dengan tanggal tertentu (saldorekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan) lebih besar dari penagihan, kelebihan tersebut disajikan sebagai aktiva lancar dengan nama “Biaya dan laba Diakui di atas Penagihan.” Pendapatan yang belum ditagih pada tanggal tertentu dapat dihitung pada setiap saat dengan mengurangkan penagihan s.d. tanggal tertentu dengan pendapatan yang diakui s.d. tanggal tertentu seperti dicontohkan berikut ini: Perhitungan Harga Kontrak yang berlum ditagih pada 31/12/89 Pendapatan kontrak yang diakui s.d sekarang Rp4.500.000 x [Rp1.000.000/Rp4.000.000} Rp 1.125.000 Penagihan s.d. sekarang 900.000 Pendapatan yang belum ditagih Rp 225.000 Apabila jumlah penagihan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan laba kotor yang diakui sampai dengan tanggal tertentu, kelebihan tersebut dilaporkan sebagai utang lancar dengan nama “Penagihan di atas Biaya dan Laba Kotor Diakui”.” Jikaperusahaan mempunyai beberapa proyek, mungkin ada proyek yang biayanya yang melebihi penagihan dan ada pula proyek yang penagihannya di atas biaya. Untuk kasus ini, untuk proyek-proyek tersebut penyajiannya haru dipisahkan sehingga aktiva hanya meliputi kontrak-kontrak yang jumlah biaya dan laba kotor diakui lebih besar dari penagihan, dan utang hanya meliputi kontrak- kontrak yang jumlah penagihannya di atas biaya dan laba kotor yang diakui. Dengan menggunakan data contoh sebelumnya, PT ADHIJAYA akan melaporkan posisi dan hasil kegiatan kontrak pembangunan jangka panjang dengan metode persentase penyelesaian sebagai berikut: PT ADHIJAYA PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN-METODE PERSENTASE PENYELESAIAN 1989 1990 1991 Laporan rugi-laba Pendapatan dari kontrak jangka panjang Rp1.125.000 —-Rp2.115.000 Rp 1.260.000 Biaya pembangunan 1.000.000 1.916.000 1.134.000 Laba kotor Rp125.000 Rp199.000 Rp 126.000 195 Neraca (31/12) Aktiva lancar: Piutang Dagang Rp150.000 Rp800.000 Persediaan Pembangunan dalam pelak- sanaan Rp1.125.000 Dikurangi: Penagihan 900.000 Kelebihan biaya dan laba diakui diatas penagihan Rp225.000 Utang lancar: Kelebihan penagihan (Rp3.300.000) di atas biaya dan laba diakui (Rp3.240.000) Rp60.000 Metode Kontrak-Selesai Dalam metode kontrak selesai, pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada saat penjualan, yaitu pada saat kontrak telah selesai, Biaya-biaya kontrak dan penagihan diakumulasi, tetapi tidak ada pembebanan dan pengkreditan rekening-rekening laporan rugi- laba untuk pendapatan, biaya-biaya, dan laba kotor. Kelebihan metode kontrak selesai adalah pendapatan yang dilaporkan didasarkan pada hasil akhir daripada taksiran. Kelemahannya adalah distorsi terhadap laba dapat terjadi, karena tidak mencerminkan kinerja periodik jika periode kontrak melebihi satu periode akuntansi. Meskipun operasi yang sama dilaksanakan selama periode kontrak, pendapatan tidak dilaporkan sampai dengan tahun penyelesaian. Jurnal untuk mencatat biaya pembangunan, penagihan, dan penerimaan kas dari konsumen mirip dengan yang contohkan dalam metode persentase penyelesaian, kecuali untuk pengakuan pendapatan dan laba kotor. Untuk kontrak pembangunan jalan PT ADHIJA YA pada contoh sebelumnya, dengan metode kontrak selesai tahun 1991 dibuat jumal-jurnal berikut ini: Penagihan Pembangunan Dalam Pelaksanaan 4.500.000 Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang 4.500.000 Biaya Pembangunan 4.050.000 Pembangunan Dalam Pelaksanaan 4.050.000 Perbandingan pengakuan laba kotor dengan kedua metode tersebut untuk proyek pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh PT ADHIJAYA adalah sebagai berikut: Persentase Penyelesaian Kontrak Selesai 1989 Rp125.000 — 1990, 199.000 = 1991 126.000 Rp450.000 PT ADHIJAYA akan melaporkan kegiatan kontrak jangka panjang sebagai berikut: PT ADHIJAYA PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN-METODE KONTRAK SELESAI 1989 1990 1991 Laporan rugi-laba Pendapatan dari kontrak jangka panjang _ — _Rp4.500.000 Biaya pembangunan — _ 4.050.000 Laba kotor = = Rp 450.000 Neraca (31/12) Aktiva lancar: Piutang Dagang Rp150.000 Rp800.000 Persediaan Pembangunan dalam pelak- sanaan Rp!,000.000 Dikurangi: Penagihan 900.000 Kelebihan biaya dan aba diakui diatas penagihan Rp100.000 Utang lancar: Kelebihan penagihan (Rp3.300.000) di atas biaya (Rp2.916.000) Rp 384.000 Akuntansi untuk Rugi Kontrak Jangka Panjang ‘Ada dua jenis kerugian yang dapat timbul dari kontrak jangka panjang: 1. Rugi dalam periode sekarang, dari kontrak yang menguntungkan. Kondisi ini timbul apabila selama periode pembangunan ada kenaikan yang besar atas taksiran biaya kontrak, tetapi kenaikan tersebut tidak menghapus semua laba kontrak tersebut. Dengan metode persentase penyelesaian, kenaikan taksiran biaya memerhikan penyesuaian atas kelebihan laba kotor yang diakui dari proyek tersebut dalam periode sebelumnya. 197 2. Kerugian dari kontrak yang tidak menguntungkan, Taksiran biaya terakhir dapat menunjukkan bahwa akan diperoleh kerugian atas penyclesaian suatu kontrak. Baik dengan metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai, semua kerugian yang diperkirakan dari suatu kontrak harus diakui pada periode ybs. Perlakuan untuk kedua jenis kerugian tersebut konsisten dengan konsep konservatif. Rugi pada Periode Sekarang. Untuk memberikan contoh rugi pada periode sekarang dari kontrak yang diharapkan akan menguntungkan pada waktu kontrak selesai, misalnya pada tanggal 31 Desember 1990, PT ADHIJAYA menaksir biaya penyelesaian kontrak pembangunan jalan sebesar Rp1.468.962 (tidak Rp1.134.000 seperti dalam contoh sebelumnya). Dimisalkan semua data sama dengan sebelumnya, PT ADHUJAYA akan menghitung persentase penyelesaian dan mengakui kerugian sebagai berikut: Perhitungan Rugi yang Dapat Diakui METODE PERSENTASE PENYELESAIAN Biaya sampai dengan tanggal (31/12/90) Rp 2.916.000 Taksiran biaya penyelesaian (telah direvisi) 1.268.962 Taksiran total biaya Rp 4.384.962 Persentase penyelesaian (Rp2.916.000 - Rp4.384.962) 66.5% Pendapatan yang diakui tahun 1990: (Rp4.500.000 x 66,5% - Rp1.125.000) Rp 1.867.500 Biaya yang dikeluarkan tahun 1990 1.916.000 Rugi yang diakui tahun 1990 Rp-48.500 Bandingkan perhitungan tersebut dengan contoh sebelumnya. Ada perubahan dalam -persentase penyelesaian dari 72% menjadi 66,5% sebagai akibat adanya kenaikan taksiran biaya dimasa yang akan datang untuk menyelesaikan kontrak tersebut. Pada tahun 1990 rugi sebesar Rp48.500 merupakan penyesuaian kumulatif atas “kelebihan"" laba kotor yang diakui pada tahun 1989. PT ADHIJAYA akan mencatat kerugian tahun 1990 sebagai berikut: Biaya Pembangunan Rp1.916.000 Pembangunan Dalam Pelaksanaan Rp 48.500 Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang 1.867.500 Kerugian sebesar Rp48.500 akan dilaporkan dalam laporan rugi-labatahun 1990 sebesar perbedaan antara pendapatan yang dilaporkan Rp1.867.500 dengan biaya Rp1.916.000. Dengan metode kontrak selesai, tidak ada kerugian yang dicatat pada tahun 1990, karena kontrak tersebut masih diharapkan menghasilkan laba. Kerugian atas Kontrak yang Tidak Menguntungkan. Untuk memberikan contoh akuntansi kontrak jangka panjang yang merugikan, misalnya tanggal 31 Desember 1990, 198 PT ADHUAYA menaksir biaya untuk menyelesaikan kontrak pembuatan jalan sebesar Rp1.640.250 (tidak Rp1.134.000 seperti contoh sebelumnya). Perubahan penaksiran atas kontrak pembuatan jalan nampak sebagai berikut: 1989 1990 Taksiran Taksiran mula-mula baru Harga kontrak Rp4.500.000 —_Rp4.500.000 Taksiran biaya total 4.000.000 4.556.250 Taksiran laba kotor Rp500.000 Taksiran kerugian (Rp 56.250) Dengan metode persentase penyelesaian, laba kotor Rp125.000 telah diakui pada tahun 1989 harus dihapuskan pada tahun 1990 karena sudah diperkirakan tidak akan dapat direalisasi. Begitu juga, kerugian kumulatif sebesar Rp56.250 harus diakui pada tahun 1990 karena kerugian harus diakui segera pada saat dapat ditentukan. Oleh karena itu, kerugian total sebesar Rp181.250 (Rp125.000 + Rp56.250) harus diakui pada tahun 1990. Pendapatan yang diakui pada tahun 1990 dapat dihitung sebagai berikut: Perhitungan Kerugian yang Dapat Diakui—1990 METODE PERSENTASE PENYELESAIAN Pendapatan yang diakui pada tahun 1990 Harga kontrak Rp 4.500.000 Persentase penyelesaian 64%" Pendapatan yang dapat diakui s.d. tanggal ini Rp 2.880.000 Dikurangi pendapatan yang diakui sebelum tahun 1990. 1.125.000 Pendapatan yang diakui tahun 1990 Rp 1,755,000 Biaya s.d. tanggal 31/12/90 Rp2.916.000 Taksiran biaya penyelesaian 1,640,250 Taksiran biaya total Rp4.556,250 Persentase penyelesaian: Rp2.916.000 : Rp4.556.250 = 64% Biaya pembangunan yang dibebankan pada tahun 1990 adalah: biaya yang dikeluarkan s.d. tanggal ybs (taksiran biaya total dikurangi taksiran kerugian total, Rp4.556.250 - Rp56.250, dikalikan persentase penyelesaian, 64%), ditambah taksiran kerugian total, dikurangi biaya yang telah diakui pada tahun sebelumnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Perhitungan Biaya Pembangunan — 1990 Taksiran biaya total dikurangi taksiran kerugian totalRp 4.500.000 Peisentase penyelesaian pada tanggal 31/12/90 364% Biaya s.d. tanggal 31/12/90 sebelum dimasukkannya kerugian total Rp 2.880.000 Ditambah taksiran kerugian total 56.250 Biaya s.d. tanggal 31/12/90 ditambah kerugian Rp 2.936.250 Biaya yang diakui pada tahun sebelumnya (1989) 1.000.000 Biaya pembangunan yang dibebankan pada tahun 1990 Rp 1.936.250 Cara lain untuk menghitung biaya pembangunan yang dibebankan pada tahun 1990 secara sederhana adalah dengan menambahkan kerugian total yang akan diakui pada tahun 1990 (Rp125.000 + Rp56.250) dengan pendapatan yang diakui pada tahun 1990. Perhitungannya nampak sebagai berikut: Alternatif Perhitungan Biaya Pembangunan — 1990 Pendapatan yang diakui pada tahun 1990 (lihat perhitungan sebelumnya) Rp 1.755.000 Kerugian total yang diakui tahun 1990: Penghapusan laba kotor yang diakui tahun 1989 Rp125.000 Taksiran kerugian total atas kontrak 56.250 181,250 Biaya pembangunan yang dibebankan tahun 1990 Rp 1.9362 PT ADHIJAYA pada tahun 1990 akan mencatat pendapatan, biaya, dan kerugian dari kontrak tersebut sebagai berikut: Biaya Pembangunan 1.936.250 Pembangunan Dalam Pelaksanaan 181.250 Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang 1.755.000 Pada akhir tahun 1990 rekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan akan mempunyai saldo sebesar Rp2.859.750 seperti nampak berikut ini: Pembangunan Dalam Pelaksanaan 1989 Biaya pembangunan —_1.000.000 1989 Laba kotor diakui 125.000 1990 Biaya pembangunan —_1.916.000 Saldo, 2.859.750 | 1990 Rugi yang diakui 181,250 Dengan metode kontrak selesai, kerugian kontrak Rp56.250 juga diakui pada tahun saat pertama diketahui yaitu pada tahun 1990 dengan jurnal berikut ini: Kerugian dari Kontrak Jangka Panjang 56.250 Pembangunan Dalam Pelaksanaan 56.250 Dalam keadaan tertentu dimana saldo Pembangunan Dalam Pelaksanaan di atas penagihan, kerugian yang diakui harus dikurangkan pada biaya yang diakumulasi dalam neraca. Artinya, baik dengan metode persentase penyelesaian maupun kontrak selesai, adanya kerugian (kredit) dikombinasikan dengan Pembangunan Dalam Pelaksanaan, sehinggaakan mengurangi saldo persediaan, Namun demikian, dalam keadaan penagihan di atas biaya yang diakumulasi seperti dalam contoh, jumlah taksiran kerugian harus dilaporkan secara terpisah dalam neraca sebagai utang lancar. Artinya, baik dengan metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai, jumlah kerugian RpS6.250 yang ditaksir tahun 1990, harus dikeluarkan dari rekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan dan dilaporkan secara terpisah sebagai utang lancar dengan nama Taksiran Utang dari Kontrak Jangka Panjang. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan kontraktor bisanya memberikan pengungkapan tambahan sebagai pelengkap laporan keuangan. Pengungkapan tersebut biasanya dibuat dalam bentuk catatan atas laporan keuangan. Sebagai contoh, perusahaan kontraktor harus mengungkapkan metode pengakuan pendapatan yang diterapkan, dasar yang digunakan untuk mengklasifikasikan aktiva dan utang, dasar mencatat persediaan, pengaruh revisi taksiran, jumlah kontrak yang belum dikerjakan, dan rincian piutang (telah ditagih dan belum ditaih, jatuh tempo, tingkat bunga, dan jumlah yang ditahan). Dasar Pengakuan Pendapatan Sebelum Pengiriman Lainnya Tiga dasar pengakuan pendapatan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu adalah: (1) dasar penyelesaian produksi, (2) dasarakresi, (3) dasar penemuan. Hanya dasar penyelesaian produksi yang diperbolehkan oleh GAAP. Dua metode lainnya secara konseptual baik, tetapi karena alasan praktis dan ekonomis tidak diterapkan. Penyelesaian Produksi. Dalam keadaan tertentu pendapatan diakui pada saat selesai diproduksi meskipun belum dilakukan penjualan. Contohnya adalah logam mulia dan produk-produk pertanian dengan harga yang terjamin, Pendapatan diakui pada saat logam mulia ditambang dan hasil pertanian dipanen karena harga jualnya cukup terjamin, unit-unitnya saling dapat dipertukarkan, tidak dikeluarkan biaya yang besar untuk menjual produk-produk tersebut. Apabila penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan pengiriman, misalnya pada langganan majalah, pendapatan diakui pada saat diperoleh dengan produksi dan pengiriman. Dasar Akresi. Akresi adalah kenaikan nilai akibat pertumbuhan alamiah atau proses penuaan. Pengalaman petani bertambah dengan banyaknya panenan dan pemeliharaan hewan. Hutan dan kebun bibit akan bertambah nilainya karena pertumbuhan. Anggur akan menjadi lebih baik karena umurnya, Apakah akresi merupakan pendapatan? Haruskah diakui sebagai 201 pendapatan? Pengakuan secara periodik akresi sebagai pendapatan dalam praktik tidak dilaksanakan. PENGAKUAN PENDAPATAN SETELAH PENGIRIMAN Dalam kasus tertentu, pengumpulan harga jual tidak terjamin secaralayak dan pengakuan pendapatannya ditunda. Ada dua metode yang umum digunakan untuk menunda pengakuan pendapatan sampai dengan kas diterima adalah installment method atau cost recovery method. Metode Angsuran (installment method) Metode angsuran menekankan pada pengumpulan daripada penjualan sehingga dengan metode angsuran laba diakui pada periode pengumpulan daripada periode penjualan. Dasar akuntansi penjualan angsuran dibenarkan apabila tidak ada dasar yang layak untuk menaksir tingkat kolektibilitas, pendapatan tidak diakui sampai dengan kas diterima. Istilah angsuran digunaxan akuntan untuk menyebut jenis penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan angsuran periodik selama jangka waktu tertentu. Metode penjualan tersebut biasa digunakan oleh pedagang pengecer untuk alat dapur atau perabotan. Dalam metode akuntansi angsuran, pengakuan laba ditunda sampai dengan kas diterima. Baik pendapatan maupun biaya barang yang terjual diakui pada periode penjualan tetapi laba kotornya ditunda sampai dengan periode kas diterima, Jadi, bukan penjualan dan biaya-biaya barang yang terjual yang ditunda sampai dengan periode penerimaan kas, tetapi labakotornya yang ditunda, yang sebenarnya sama dengan perbedaan antara pendapatan dengan biaya barang yang terjual. Biaya-biaya lain, misalnya biaya penjualan, biaya administrasi dan lain- lain tidak ditunda. Biaya barang yang terjual ditunda secara proporsional dengan pendapatan yang ditunda (dengan penundaan laba kotor), tetapi biaya keuangan dan biaya operasi dibebankan pada periode dikeluarkannya, Hal tersebut karena (1) biaya-biaya tersebut tidak terkait dengan penjualan seperti halnya biaya barang yang terjual, (2) pembagian secara adil diantara periode sangat sulit untuk dilakukan. Prosedur Penundaan Pendapatan dan Biaya Penjualan Barang Dagangan. Penundaan tidak dilakukan terhadap harga penjualan dan biaya, tetapi terhadap laba kotornya. Hal tersebut akan berpengaruh sama dengan penundaan pendapatan dan biaya. Untuk penjualan tahun yang bersangkutan: I. Selama satu tahun, mencatat penjualan dan biaya atas penjualan dengan cara biasa, dengan rekening-rekening yang akan dijelaskan setelah ini, hitunglah tingkat laba kotor transaksi penjualan angsuran. 2, Pada akhir tahun, kalikan tingkat laba kotor dengan kas yang dikumpulkan dalam tahun ybs dari penjualan angsuran untuk mendapatkan laba kotor yang direalisasi. 3. Laba kotor yang belum direalisasi ditunda untuk tahun-tahun yang akan datang. Un-uk penjualan yang dilakukan tahun sebelumnya: 1. Tingkat laba kotor masing-masing tahun dikalikan dengan kas yang diterima dari piutang ang timbul dari penjualan tahun yang sama untuk mendapatkan laba kotor yang realisasi. 202 Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa perlu diselenggarakan rekening-rekening Khusus untuk dapat menghasilkan informasi-informasi yang diperlukan untuk menentukan laba kotor yang direalisasi dan yang belum direalisasi dalam suatu tahun operasi. Informasi- informasi itu adalah sebagai berikut: 1. Transaksi penjualan angsuran harus dicatat terpisah dengan penjualan-penjualan lainnya. 2. Laba kotor dari penjualan angsuran harus dapat ditentukan. 3. Jumlah kas yang diterima dari piutang penjualan angsuran harus diketahui, yang dirinci menurut tahun penjualan. 4. Harus dibuat ketentuan untuk menunda laba kotor yang ditangguhnya untuk masing- masing tahun. Untuk memberikan contoh metode penjualan angsuran untuk mengakuntansikan penjualan parang dagangan, digunakan data-data berikut ini: 1989 1990 1991 Penjualan angsuran Rp200.000 Rp250.000 Rp 240.000 Biaya atas penjualan angsuran 150,000 190.000 168.000 Laba kotor Rp50.000 Bp60.000 Rp 72.000 Tingkat laba kotor penjualan 25% 24% 30% Penerimaan kas: Penjualan 1989 Rp60.000 Rp100.000 Rp 40.000 Penjualan 1990 100.000 125.000 Penjualan 1991 80.000 Untuk menyederhanakan, beban bunga telah dikeluarkan. Ringkasan jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan angsuran tersebut adalah sebagai berikut: 1989 Piutang Angsuran, 1989 200.000 Penjualan Angsuran 200.000 (untuk mencatat penjualan angsuran tahun 1989) Kas 60.000 Piutang Angsuran, 1989 60.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Biaya atas Penjualan Angsuran 150.000 Persediaan Barang 150.000 (untuk mencatat biaya barang yang terjual atas penjualan angsuran tahun 1989) Penjualan Angsuran 200.000 Biaya atas Penjualan Angsuran 150.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 50.000 (untuk menutup penjualan angsuran dan biaya atas penjualan angsuran selama satu tahun) 203 Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 15.000 Laba Kotor Direalisasi Dari Penjualan Angsuran 15.000 (untuk memindahkan laba kotor ditangguhnya yang diralisasi dengan penerimaan kas; Rp60.000 x 25%) Laba Kotor Direalisasi dari Penjualan Angsuran 15.000 Ikhtisar Rugi-laba 15.000 (untuk menutup laba yang direalisasi dengan penerimaan kas) Laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan pada tahun 1989 dihitung sebagai berikut: 1989 Tingkat laba kotor tahun ini 25% Kas yang diterima dari penjualan tahun ini Rp 60.000 Laba kotor yang direalisasi (Rp60.000 x 25%) 15.000 Laba kotor yang ditangguhkan (Rp50.000 - Rp15.000) 35.000 1990 Piutang Angsuran, 1990 250.000 Penjualan Angsuran 25.000 (untuk mencatat penjualan angsuran) Kas 200.000 Piutang Angsuran, 1989 100.000 Piutang Angsuran, 1990 100.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Biaya atas Penjualan Angsuran 190.000 Persediaan Barang 190.000 (untuk mencatat biaya barang yang terjual atas penjualan’angsuran) Penjualan Angsuran 250.000 Biaya atas Penjualan Angsuran 190.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1990 60.000 (untuk menutup penjualan angsuran dan biaya atas penjualan angsuran tahun ini) Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 25.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1990 24.000 Laba Kotor Direalisasi dari Penjualan Angsuran 49.000 (untuk menghapus laba kotor ditunda untuk laba yang telah direalisasi dari penerimaan kas) Laba Kotor Direalisasi dari Penjualan Angsuran 49.000 5 Ikhtisar Rugi-laba 49.000 (untuk menutup laba yang direalisasi dengan pengumpulan kas) 204 Laba kotor yang direalisasi dan ditanggungkan pada tahun 1990 dihitung sebagai berikut: 1990 Penjualan tahun ini Tingkat laba kotor 24% Kas yang diterima dari penjualan tahun ini Rp 100.000 Laba kotor yang direalisasi (24% x Rp100.000) 24,000 Laba kotor yang ditangguhkan (Rp60.000 - Rp24.000) 26.000 Penjualan tahun sebelumnya Tingkat laba kotor—1989 23% Kas yang diterima dari penjualan tahun 1989 Rp 100.000 Laba kotor yang direalisasi pada tahun 1990 dari penjualan 1990 (25% x Rp100.000) 25.000 Laba kotor yang direalisasi tahun 1990 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1989 Rp 25.000 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1990 24,000 Jumtah Rp 49,000 Jurnal-jurnal pada tahun 1991 sama dengan y." g dibuat pada tahun 1990, dengan jumlah laba kotor yang direalisasi sebesar Rp64,000, seperti yang ditunjukkan dalam perhitungan berikut ini: 1991 Penjualan tahun ini Tingkat laba kotor 30% Kas yang diterima dari penjualan tahun ini Rp 80.000 Laba kotor yang direalisasi (30% x Rp80.000) 24.000 Laba kotor yang ditangguhkan (Rp72.000 - Rp24.000) 48.000 Penjualan tahun sebelumnya Penjualan 1989 Tingkat laba kotor—1989 23% Kas yang diterima dari penjualan tahun 1989 Rp 40.000 Laba kotor yang direalisasi pada tahun 1991 dari penjualan 1989 (25% x Rp40.000) 10.000 Penjuatan 1990 Tingkat laba kotor 24% Penerimaan kas Rp 125.000 Laba kotor yang direalisasi pada tahun 1991 dari penjualan tahun 1990 (24% x Rp125.000) 30.000 205, Jumlah laba kotor yang direalisasi tahun 1991 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1989 Rp 10.000 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1990 Rp 30.000 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1991 24,000 Jumlah Rp 64.000 Masalah-masalah lainnya akuntansi penjualan angsuran. Disamping perhitungan laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan, ada masalah-masalah lain mengenai transaksi penjualan angsuran. Masalah-masalah tersebut meliputi: 1. Bunga dalam kontrak angsuran 2. Piutang yang tidak tertagih 3. Kegagalan pelunasan dan penarikan kembali barang yang dijual. Bunga dalam kontrak Angsuran. Karena pembayaran angsuran diterima dalam jangka waktu yang lama, merupakan kebiasaan apabila pembeli dibebani bunga atas saldo yang belum dibayar. Beban bunga umumnyatelah diperhitungkan dalam menentukan jumlah angsuran dalam kontrak penjualan, oleh Karena itu setiap pembayaran angsuran terdiri dari pokok dan bunga. Biasanya pembayaran angsuran untuk setiap periode sama jumlahnya. Meskipun demikian, sebagian kecil dari pembayaran tersebut merupakan bungadan sebagian besar lainnya merupakan pokok, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini (dalam contoh ini diasumsikan aktiva dengan harga pokok Rp2.400 dijual dengan harga Rp3.000 dengan beban bunga 8% sudah termasuk dalam tiga kali angsuran sebesar Rp1.164,10): DAFTAR PEMBAYARAN ANGSURAN Rp184,82" 1.07787 199,61 -0- 215.57 Rp600,00 Rp1.164,10° 1.164,10 1.164,10 2n9 * Pembayaran periodik = Saldo belum dibayar mula-mua ; PV anuitas Rp! selama 3 tahun dengan tingkat bunga 8% = Rp3.000 ; 2,57710 = Rp1.164,10 5 Rp3,000,00 x 0,08 = Rp240. © Rp1.164,10 - Rp240,00 = Rp924,10. 4 Rp3.000,00 - Rp924,10 = Rp2.075,90. © Rp924,10 x 0,20 = Rp 184,82. PARI ae o Jika ada unsur bunga dalam penjualan angsuran, maka harus dicatat secara terpisah sebagai pendapatan bunga dibedakan dengan laba kotor yang diakui dari pengumpulan penjualan angsuran selama satu periode. Bunga tersebut diakui sebagai pendapatan bunga pada waktu kas diterima. Begitu juga, bunga yang diperoleh harus diakui dengan jurnal penyesuaian apabila angsuran tidak bertepatan dengan akhir periode akuntansi. Piutang Tidak Tertagih. Piutang tidak tertagih dari penjualan angsuran agak berbeda dengan penjualan biasa, karena pada penjualan angsuran biasanya dalam kontrak ditentukan bahwa penjual akan menarik kembali barangnya apabila pembeli tidak bisa melunasi angsurannya. Dengan hak untuk menarik kembali barang tersebut akan memberi kesempatan kepada penjual untuk memperoleh saldo piutang yang tidak tertagih dengan menjual kembali barang tersebut. Jika menurut pengalaman perusahaan penarikan kembali barang tidak biasa terjadi, perlakuan terhadap piutang tidak tertagih sama dengan penghapusan piutang yang timbul dari penjualan kredit biasa. Kegagalan dan Penarikan Kembali Barang. Tergantung pada perjanjian kontrak penjualan dan kebijakan departemen kredit, penjual dapat menarik kembali barang yang dijual apabila pembeli gagal melanjutkan pembayaran angsurannya. Barang yang ditarik kembali mungkin memerlukan perbaikan sebelum dijual kembali, baik dengan tunai atau dijual secara angsuran lagi. Penarikan kembali barang yang dijual menunjukkan bahwa piutang angsuran yang berhubungan dengan barang tersebut tidak bisa diterima, oleh karena itu harus dihapuskan. Bersamaan dengan penghapusan piutang, laba kotor yang ditunda atas penjualan tersebut juga harus dihilangkan dari buku besar dengan jurnal sebagai berikut: Persediaan Barang som Laba Kotor Ditunda xxx Piutang Angsuran xox Jurnal diatas mengasumsikan bahwa barang yang ditarik kembali dicatat dengan jumlah sama dengan piutang yang belum diterima dikurangi laba kotor yang ditunda untuk piutang tersebut. Asumsi ini mungkin sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Kondisi barang yang ditarik kembali, perbaikan, dan harga barang bekas harus dipertimbangkan. Nilai obyektif aktiva yang diperoleh akan dicatat dalam buku sebesar harga wajarnya, apabila harga wajarnya sulit ditentukan, dicatat sebesar taksiran harga wajarnya. Jika nilai aktiva yang ditarik kembali kurang dari saldo piutang yang belum dibayar dikurangi dengan laba kotornya, “Rugi Penarikan Kembali” harus dicatat pada tanggal penarikan. Sebagai contoh misalnya sebuah barang telah terjual dengan harga RpS00 pada tanggal | September 1989. Dalam perjanjian ditentukan pembayaran uang muka sebesar Rp200 dan pembayaran angsuran Rp20 dibayar setiap bulan mulai bulan pertama selama 15 bulan, Barang tersebut berharga pokok Rp300 sehingga menghasilkan tingkat laba kotor 40% dari harga jual. Sampai dengan akhir tahun pembayaran angsuran sebesar Rp60 telah diterima. Pembayaran pada tahun 1990 untuk angsuran bulan Januari dan Februari telah diterima, setelah itu pembeli tidak bisa melanjutkan angsurannya. Saldo-saldo berkenaan dengan penjualan tersebut adalah: Piutang Angsuran 200 (K) Laba Kotor Ditunda 96 (D) Laba kotor yang ditunda berkenaan dengan piutang kepada pembeli tersebut masih tetap ada pada tanggal 31 Desember 1990 karena belum dibuat jurnal untuk mencatat laba kotor yang direalisasi dengan penerimaan tahun 1990. Meskipun demikian, jurnal yang dibuat pada akhir tahun akan membuat laba kotor direalisasi dari semua pengumpulan kas yang meliputi yang diterima dari pembeli tersebut. Karenanya, saldo laba kotor ditangguhkan untuk pembeli tersebut dapat dihitung dengan mengalikan tingkat laba kotor tahun penjualan dengan saldo piutang kepada pembeli tersebut (40% x Rp200) atau sama dengan Rp80. Setelah hal tersebut dipertimbangkan, saldo-saldo rekeningnya adalah sebagai berikut: Piutang Angsuran 200 (K) Laba Kotor Ditunda (setelah memperhitungkan penerimaan Januari dan Februari) 80 (D) Jika taksiran nilai wajar aktiva yang ditarik kembali sebesar Rp70, jurnal berikut dibuat untuk mencatat penarikan kembali tersebut: Laba Kotor Ditunda 80 Persediaan Barang (Bekas) 70 Rugi Penarikan Kembali 50 Piutang Angsuran 200 Jumlah kerugian dihitung sebagai berikut: Saldo piutang angsuran Rp200 Dikurangi laba kotor ditanda 80 Biaya yang belum tertutup 120 Dikurangi harga wajar aktiva yang ditarik kembali a) Rugi (laba) dari penarikan kembali Rps0 Penyajian Laporan Keuangan atas Transaksi Penjualan Angsuran. Jika penjualan angsuran merupakan bagian yang material dari penjualan total, diperlukan pengungkapan penuh atas penjualan angsuran, biaya penjualan angsuran, dan berbagai macam biaya yang dapat dialokasikan pada penjualan angsuran. Tetapi jika penjualan angsuran merupakan bagian yang tidak signifikan dari keluruhan penjualan, cukup hanya memasukkan laba kotor yang direalisasi dalam laporan rugi-laba seperti dibawah ini: Perusahaan Alat-alat Kesehatan LAPORAN RUGI-LABA Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 1990 Penjualan Rp 620.000 Biaya barang yang terjual 490,000 Laba kotor dari penjualan Rp130.000 Laba kotor yang direalisasi dari penjualan angsuran 51.000 Jumlah laba kotor dari penjualan Rpi8l. Jika pengungkapan yang lebih lengkap mengenai penjualan angsuran diperlukan, maka dibuat sebagai berikut: Perusahaan Alat-alat Kesehatan LAPORAN RUGE-LABA Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 1990 Penjualan Penjualan ‘Angsuran Lainnya Jumlah Penjualan Rp248,000 Rp620.000 Rp 868.000 Biaya barang yang terjual 182.000 490,000 672,000 Laba kotor dari penjualan Rp66.000 Rp130. Rp 196. Laba kotor yang ditunda dari penjualan angsuran tahun ini 47,000 —— 47.000 Laba kotor yang direaliasi dari penjualan tahun iniRp 19.000 Rp130.000 Rp 149,000 Ditambah: laba kotor yang direalisasi dari penjualan angsuran tahun sebelumnya 32,000 —— -32.000 Laba kotor yang direalisasi tahun ini Rp51.000 Rp130.000 Rp 181.000 Di dalam neraca umumnya, jika penjualan angsuran merupakan operasi normal, piutang yang timbul diklasifikasi sebagai aktiva lancar apabila dapat dikumpulkan dalam satu siklus operasi perusahaan. Kejelasan penyajian diperoleh apabila pengungkapan meliputi juga saat jatuh temponya seperti dicontohkan berikut ini: Aktiva Lancar Piutang Wesel dan Dagang Rp78.800 Cadangan Piutang Tidak Tertaguh 3.700 Rp75.100 Piutang Angsuran yang Dapat Diterima tahun 1987 22,600 Piutang Angsuran yang Dapat Diterima tahun 1988 47.200 Rp 144,900 aarti Po moepentatie, ec Dilain pihak apabila piutang angsuran timbul dari transaksi yang tidak berhubungan dengan operasi normal harus dilaporkan sebagai “Aktiva Lain-lain” jika jatuh tempo lebih dari satu siklus operasi normal. Penyajian dalam laporan keuangan atas barang yang ditarik kembali dan Laba atau rugi Penarikan Barang didasarkan pada sifat masing-masing. Barang yang ditarik kembali merupakan bagian dari persediaan dan harus dimasukkan sebagai bagian aktiva lancar dalam neraca; laba atau rugi penarikan kembali dimasukkan dalam laporan rugi-laba dalam bagian “Pendapatan dan laba lain-lain” atau “Biaya dan rugi lain-lain.” Laba kotor ditangguhkan dari penjualan angsuran umumnya diperlakukan sebagai pendapatan yang belum diperoleh dan diperlakukan sebagai utang lancar. Secara teroritis, aba kotor ditangguhkan terdiri dari tiga unsur: (1) utang pajak penghasilan yang harus dibayar apabila penjualan tersebut dilaporkan sebagai pendapatan yang direalisasi (utang Tancar); (2) cadangan biaya piutang tidak tertagih dan kerugian penarikan kembali (pengurang rekening piutang angsuran; dan (3) lababersih (labaditahan). Karena sulitnya mengalokasikan aba kotor ditangguhkan kedalam tiga elemen tersebut maka seluruhnya diperlakukan sebagai pendapatan diterima dimuka (unearned revenue). Metode Penutupan Biaya (Cost Recovery Method) Dalam metode penutupan biaya tidak ada laba yang diakui sebelum penerimaanpembayaran kas dari pembeli melebihi harga pokok barang yang terjual. Setelah semua biaya tertutup, setiap tambahan penerimaan kas diakui sebagai laba. Metode ini digunakan karena tidak dapat diperoleh dasar yang layak untuk menaksir kolektibilitasnya. Dengan kata lain, metode tersebut digunakan apabila ada ketidakpastian yang tinggi mengenai kolektibilitas piutang. Contoh: Pada awal tahun 1986 PT FM menjual persediaan dengan biaya Rp25.000kepadaPTHC dengan harga Rp36.000 dengan pembayaran sebagai berikut: 1986 Rp18.000 1987 Rp12.000 1988 Rp6.000 Apabila metode penutupan biaya digunakan dan pembayaran sesuai dengan jadual yang telah ditentukan, penerimaan kas, pendapatan, biaya, dan laba kotor diakui sebagai berikut: 1986 1987 1988 Kas yang diterima Rp18.000 Rp12.000 Bp 6.000 Pendapatan yang diakui Rp36.000 0 0 Biaya barang yang terjual 25.000 0 Q Laba kotor yang ditangguhkan Rp11.000 Rp11.000 Rp 6.000 Laba kotor yang diakui o 5,000 6.000 Saldo laba kotor ditangguhkan Rpl1.000 Rp6.000 Rpo 210 Seperti ditunjukkan di atas, dalam metode penutupan biaya, pendapatan dan biaya barang yang terjual dicatat pada periode yang sama dengan metode penjualan angsuran. Akan tetapi, tidak seperti halnya metode penjualan angsuran yang mengakui laba menurut kas yang diterima, metode penutupan biaya mengakui laba hanya apabila penerimaan kas telah melebihi jumlah biaya barang yang terjual. Jural untuk mencatat transaksi tersebut pada tahun 1986 adalah sebagai berikut: 1986 Pada saat penjualan: Piutang Angsuran 36.000 Penjualan Angsuran 36.000 (untuk mencatat hasil penjualan angsuran) Biaya Barang yang Terjual 25.000 Persediaan Barang 25.000 (untuk mencatat biaya barang yang terjual) Kas 18.000 Piutang Angsuran 18.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Pada akhir tahun: Penjualan 36.000 Biaya Barang yang Terjual 25.000 Laba Kotor Ditangguhkan 11.000 (untuk menutup penjualan dan biaya barang yang terjual serta mencatat laba kotor yang ditanggukan dengan metode penutupan biaya) Pada tahun 1987 dan 1988, laba kotor ditangguhkan akan direalisasi setelah penerimaan kas melebihi jumlah biaya dengan jumnal sebagai berikut: 1987 Kas 12.000 Piutang Angsuran 12,000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) -Laba Kotor Ditangguhkan 5.000 Laba Kotor Direalisasi 5.000 (untuk mengakui laba kotor karena penerimaan kas pada tahun 1987 telah melebihi biaya) 1988 Kas : 6.000 Piutang Angsuran 6.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) an Laba Kotor Ditangguhkan 6.000 Laba Kotor Direalisasi 6.000 (untuk mengakui laba kotor karena penerimaan kas pada tahun 1988 telah melebihi biaya) Metode penutupan biaya dapat diterapkan pada penjualan angsuran yang dibebani dengan bunga, yang biasanya digunakan pada penjualan real estate. Sebagai contoh, misalnya PT IR pada awal tahun 1986 menjual sebidang tanah dengan biaya Rp200.000 dengan harga Rp300.000, yang dibayar dengan wesel tingkat bunga 12%. Wesel tersebut akan dibayar dengan tiga kali angsuran sebesar Rp100.000 ditambah bunga dari saldo akhir tahun. Kas yang diterima pada setiap tahun adalah sebagai berikut: Pokok Utang Bunga 1986 Rp100.000 Rp36.000 1987 100.000 24.000 1988 100.000 12.000 Pada kasus ini laba kotor ditangguhkan sebesar Rp100.000 (Rp300.000 - Rp200.000), di dalam neraca dikurangkan dari piutang angsuran Rp300.000. Penerimaan pembayaran pokok pinjaman mungurangi piutang angsuran, dan penerimaan pembayaran bunga dari piutang tersebut menambah laba kotor ditangguhkan dalam neraca. Tidak ada laba yang diakui sebelum kas yang diterima dari pembeli, yang meliputi pokok dan bunga pinjaman, melebihi biaya tanah yang terjual. Dengan metode penutupan biaya, PT IR pada tahun 1986 mengakui laba sebagai berikut: 1986 Biaya yang belum tertutup (awal tahun) Rp 200.000 Penerimaan kas (pokok dan bunga) 136.000 Biaya yang belum tertutup (akhir tahun) Rp 64.000 Laba Kotor yang diakui -0- Pada tahun 1987 perhitungannya adalah sebagai berikut: 1987 Biaya yang belum tertutup (awal tahun) Rp 64.000 Penerimaan kas (pokok dan bunga) 124.000 Laba kotor yang diakui (penerimaan di atas biaya) Rp60.000 Pada tahun 1988 perhitungannya adalah sebagai berikut: 1988 Biaya yang belum tertutup (awal tahun) Rpd Penerimaan kas (pokok dan bunga) 112.000 Laba kotor yang diakui (penerimaan di atas biaya) Rp1i2.000 212 conse tot Jurnal-jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut: 1986 Piutang Angsuran 300.000 Penjualan Angsuran (untuk mencatat hasil penjualan angsuran) Biaya Barang yang Terjual 200.000 Persediaan Barang (untuk mencatat biaya barang yang terjual secara angsuran) Kas 136.000 Piutang Angsuran Laba Kotor Ditangguhkan (untuk mencatat penerimaan pembayaran pokok dan bunga piutang angsuran) Penjualan Angsuran 300.000 Biaya Barang yang Terjual Laba Kotor Ditangguhkan 300.000 200.000 100.000 36.000 200.000 100.000 (untuk menutup hasil penjualan dan biaya barang yang terjual serta mencatat laba kotor ditangguhkan) 1988 Kas 124.000 Piutang Angsuran Laba Kotor Ditangguhkan (untuk mencatat penerimaan pembayaran pokok dan bunga piutang angsuran) Laba Kotor Ditangguhkan 60.000 Laba Kotor Direalisasi (untuk mengakui iaba kotor karena penerimaan kas melebihi biaya) 1989 Kas 112.000 Piutang Angsuran Laba Kotor Ditangguhkan (untuk mencatat penerimaan pembayaran pokok dan bunga piutang angsuran) Laba Kotor Ditangguhkan 112.000 Laba Kotor Direalisasi (untuk mengakui laba kotor karena penerimaan kas melebihi biaya) 100.000 24.000 60.000 100.000 12.000 112.000 213 Poi OE SN) EME rs a MeeRRR ERE SOAL-SOAL L 4. 214 Yang dimaksud dengan istilah “pengakuan pendapatan” adalah a, Proses mengidentifikasi transaksi untuk dicatat sebagai pendapatan dalam suatu periode akuntansi b. roses pengukuran dan menghubungkan pendapatan dengan biaya dalam suatu periode akuntansi ¢. Proses perolehan yang menimbulkan realisasi pendapatan d. roses mengidentifikasi transaksi yang mengakibatkan aliran masuk aktiva dari konsumen Jawab: a Pengakuan adalah proses pencatatan secara formal dan menyertakan suatu pos dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Pada tanggal 31 Desember 1981, PT Ilusi mendatangani kontrak sewa gudang dengan PT Nyata untuk jangka waktu sepuluh tahun dengan uang sewa Rp12.000 per tahun. Pada waktu sewa dimulai, PT Nyata membayar Rp24.000 kepada PT Tlusi untuk uang sewa selama dua tahun. PT Tlusi menutup buku pada tanggal 31 Desember. Berapakah pendapatan sewa yang seharusnya dilaporkan PT Tlusi tahun 1981? a. Rp0 b. Rpl.000 c. Rp12.000 d. Rp24.000 Jawab: a Dengan metode akuntansi akrual, kas yang diterima dimuka dari penyerahan jasa atau barang harus ditangguhkan dan dicatat sebagai utang. Pengakuan pendapatan ditangguhkan sampai dengan jasa atau barang diserahkan. PT Ilusi mengakui pendapatan Rp0 pada tahun 1981 karena gudang belum digunakan oleh PT Nyata pada tahun tersebut. Penerimaan Rp24.000 harus dicatat sebagai utang dan diakui sebagai pendapatan selama dua tahun berikutnya setelah PT Nyata menggunakan gudang tersebut. Umumnya pendapatan diakui pada saat a. Jika manajemen menentukan untuk diakui b. Produk tersedia untuk dijual kepada konsumen cc. Pertukaran telah terjadi dan proses perolehan telah selesai d. Pesanan pengiriman sejumlah barang tertentu telah diterima dengan syarat FOB destination Jawab: ¢ Pendapatan umumnya diakui pada saat kedua kondisi berikut terpenuhi: (1) peroses perolehan telah selesai atau hampir selesai, dan (2) pertukaran telah dilaksanakan, Pendapatan sewa diterima dimuka harus dicatat sebagai a. Pendapatan pada periode diterimanya ATR NA TTT CT Go a RAO A eA ReD HN, T ON b. Utang lancar c. Pos terpisah dalam modal pemegang saham d. Terutang Jawab: b Penjelasannya sama dengan soal no. 1. 5. Dalam kondisi apa pengakuan pendapatan sebelum penjualan dapat diterima? a. Jika konsp konsistensi internal harus dipatuhi b. Jika pendapatan diakui dengan penjualan angsuran c. Jika harga jual barang terjamin d. _ Jika manajemen mentapkan kebijakan jangka panjang untuk itu Jawab: ¢ Contoh produk yang pendapatannya diakui pada saat diproduksi adalah logam mulia dan peroduk-produk pertanian yang harga jualnya terjamin. 6. Pada tanggal 30 April 1983, PT Putih menjual tanah dengan nilai buku Rp600.000 kepada PT Hitam pada harga pasarnya sebesar Rp800.000. PT Hitam menyerahkan wesel 12%, nominal Rp800.000 yang dijamin dengan tanah tersebut. Pada tanggal penjualan, posisi keuangan PT Hitam sangat jelek dan kemampuannya untuk terus hidup dipertanyakan. PT Putih harus a. Menggunakan cost recovery method accounting b. Mencatat wesel dengan nilai tunainya c. Mencatat laba Rp200.000 dari penjualan tanah tersebut d. Sepenuhnya mencadangkan wesel tersebut Jawab: a Jika pengumpulan hasil penjualan tidak terjamin, metode penutupan biaya atau angsuran untuk mengakui laba harus digunakan. 7. Metode persentase penyelesaian untuk akuntansi kontrak pembangunan jangka panjang lebih disarakan jika a. Taksiran biaya penyelesaian dan tingkat penyelesaian dapat ditentukan secara layak b. Kolektibilitas penagihan atas penyelesaian dari konsumen terjamin secara layak c. Kontraktor mengerjakan berbagai macam proyek d. Kontrak memakan waktu relatif pendek Jawab: a Umumnya jika taksiran biaya penyelesaian dan kemajuan penyelesaian dapat ditentukan secara layak, metode persentase penyelesaian lebih baik. 8. Kapankah indikasi kerugian suatu kontrak jangka pajang diakui dalam metode kontrak selesai dan persentase penyelesaian? 215 10. 216 Persentase Kontrak Sele: Penyelesaian a. Secepatnya Secepatnya b. Secepatnya Selama umur proyek c. Selesainya kontrak Selama umur proyek dd. Selesainya kontrak Secepatnya Jawab: a Segera setelah diketahui, kerugian kontrak jangka panjang harus diakui baik dicatat dengan metode persentae penyelesaian atau kontrak selesai. . Bagaimanakah pendapatan yang telah diperoleh tetapi belum ditagih dari kontrak jangka pajang pada tanggal neraca ditutup jika digunakan pengakuan pendapatan dengan metode persentase penyelesaian? a. Di neraca sebagai “pembangunan dalam pelaksanaan” dalam kelompok aktiva lancar b. Di neraca sebagai “pembangunan dalam pelaksanaan” kelompok aktiva jangka panjang c. Dineraca sebagai “Piutang” dalam kelompok aktiva jangka panjang d. Dalam footnote laporan keuangan sampai dengan konsumen secara formal ditagih atas bagian pekerjaan yang telah selesai Jawab: a Dalam metode persentase penyelesaian untuk kontrak pembangunan jangka panjang, pendapatan, biaya, dan laba kotor diakui sesuai dengan kemajuan penyelesaian. Rekening Pembangunan Dalam Pelaksanaan” digunakan untuk mencatat biaya-biaya dan laba kotor yang diperoleh dari suatu proyek. Rekening tersebut sama dengan rekening persediaan karena mencerminkan nilai produk pada saat dibuat. Perusahaan yang melaksanakan kontrak jangka panjang akan mengklasifikasikan pos tersebut sebagai aktiva lancar karena dapat dikonversi menjadi kas dalam satu tahun atau satu siklus operasi. Contoh jurnal untuk mengakui pendapatan yang telah diperoleh dengan metode persentase penyelesaian adalah: Pembangunan Dalam Pelaksanaan (aba kotor) XXX Biaya Pembangunan XXX Pendapatan dari Proyek Pembangunan Jangka Panjang XXX Bagimanakah saldo “penagihan atas penyelesaian” dan “pembangunan dalam pelaksanaan” disajikan pada tanggal pelaporan sebelum kontrak pembangunan jangka panjang selesai? a. Penagihan atas penyelesaian sebagai laba ditangguhkan, pembangunan dalam pelaksanaan sebagai biaya ditangguhkan b. Penagihanatas penyelesaian sebagai laba, pembangunan dalam pelaksanaan sebagai persediaan c. Saldo bersihnya sebagai aktiva lancar jika bersaldo debit, dan sebagai utang lancar jika bersaldo kredit d. Saldo bersihnya sebagai laba dari pembangunan jika bersaldo kredit, dan sebagai agi jika bersaldo debit Jawab: ¢ Rekening “Pembangunan Dalam Pelaksanaan” digunakan untuk mencatat biaya-biaya dan laba kotor suatu kontrak. Rekening tersebut sama dengan rekening persediaan, hanya saja pada saat pendapatan diakui rekening tersebut tidak dikurangi. Untuk menghindari pencatatan ganda atas persediaan, rekening “Penagihan Penyelesaian” dikurangkan pada “Pembangunan Dalam Pelaksanaan” dan jumlah bersihnya disajikan sebagai aktiva lancar (jika bersaldo debit) atau sebagai utang lancar (jika bersaldi kredit). . Manakah dari berikut ini yang digunakan untuk menghitung laba diakui pada tahun ketiga dan tahun terakhir atas suatu kontrak pembangunan jangka panjang yang dicatat dengan metode persentase penyelesaian? Harga Jumlah biaya Laba yang diakui Kontrak sesungguhnya sebelumnya a. Ya Ya Tidak b. Ya Ya Ya ce. Ya Tidak Ya d. Tidak Tidak Ya Jawab: b Laba yang diakui pada tahun terakhir suatu kontrak pembangunan yang dicatat dengan persentase penyelesaian dihitung sebagai berikut: Harga kontrak dikurangi biaya sesungguhnya total sama dengan laba kontrak total; dikurangi laba yang sebelumnya telah diakui mendapatkan laba yang diakui pada tahun terakhir. Harga kontrak, biaya sesungguhnya total, dan laba yang telah diakui sebelumnya semuanya digunakan untuk menghitung laba yang diakui pada tahun terakhir. . PT Mery mengakui laba dengan metode persentase penyelesaian untuk melaporkan laba dari kontrak jangka panjang. Pada tahun 1988 PT Mery mendatangani kontrak pembuatan jalan dengan harga kontrak tetap Rp15.000.000. Biaya kontrak yang dikeluarkan dan taksiran biaya penyelesaian kontrak pembuatan jalan adalah sebagai berikut: Biaya kontrakTaksiran dikeluarkan kumulatif biaya penyelesaian Tanggal 31/12/88Rp 1.000.000 —_Rp8.000.000 Tanggal 31/12/89 5.500.000 5.500.000 Tanggal 31/12/90 1.000.000 2.000.000 217 13. 218 Berapakan laba yang diakui oleh PT Mery dari kontrak tersebut pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 1990? a. Rp500.000 b. Rp833.333 c. Rp1.350.000 d. Rp2.500.000 Jawab: a 31/12/89 31/12/90 Harga kontrak 15.000.000 15.000.000 Biaya yang dikeluar- kan s.d tanggal Taksiran biaya penye- 5.500.000 lesaian 5.500.000 Taksiran biaya penye- 1.000.000 12,000,000 lesaian total 4.000.000 3,000,000 Taksiran laba total Penyelesaian diukur berdarkan ratio total biaya yang dikeluar- kan s.d. tanggal ter- tentu dengan taksi- =12 ran total biaya 5,500,000 10,000,000 =5/6 11.000.000 12,000,000 Laba yang diakui sampai dengan tanggal 31/12/90 (5/6 x Rp3.000.000) Rp 2.500.000 Laba yang sebelumnya telah diakui s.d. 31/12/89 (1/2 x Rp4.000.000) 2,000,000 Laba yang diakui dalam tahun 1990 Rp.500,000 PT Walang secara konsisten menggunakan metode persentase penyelesaian untuk mengakui laba. Pada tahun 1980, PT Walang memulai mengerjakan kontrak yang berharga Rp6.000.000 dan selesai pada tahun 1981. Dari catatan akuntansi diperoleh data berikut ini: 1981 1980 Penagihan penyelesaianRp 3.800.000 Rp2.200.000 Biaya yang dikeluarkan 3.600.000 1.800.000 Penerimaan kas 4.600.000 1.400.000 Taksiran biaya penyelesaian 3.600.000 Berapakah laba yang harus diakui PT Walang pada tahun 1980? a. Rp200.000 b. Rp220.000 c. Rp300.000 d. Rp400.000 Jawab: a 14, Laba tahun 1980 dihitung sebagai berikut: 1980 Harga kontrak Rp 6.000.000 Biaya yang telah dikeluarkan Rp1.800.000 Taksiran biaya penyelesaian 3,600,000 Taksiran biaya total 5.400.000 Taksiran laba total Rp.600,000 Penyelesaian diukur berdasar perbandingan biaya yang telah di keluarkan dengan taksiran biaya total Rp1.800.000=1/3 Rp5.400.000 Laba yang diakui tahun 1980 (1/3 x Rp600.000) Rp 200.000 PT Timun menggunakan akuntansi metode persentase penyelesaian, Pada tahun 1990, PT Timun mulai mengerjakan kontrak no # 1348 yang berharga kontrak Rp2.000.000. Informasi lebih rinci mengenai kontrak tersebut adalah sebagai berikut: 1990 1991 Biaya yang dikeluarkan selama satu tahun Rp300.000 —_—Rp 1.575.000 Taksiran biaya penyelesaian pada tanggal 31 Desember 1.200.000 0 Penagihan selama satu tahun 360.000 1.540.000 Penerimaan kas selama satu tahun 250.000 1.550.000 Bagian dari harga kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada tahun 1990 adalah a. Rp320.000 b. Rp360.000 c. Rp250.000 d. Rp400.000 e. Tidak ada jawaban yang benar Jawab: d Jumlah pendapatan yang diakui dengan cara menentukan persentase penyelesaian kontrak sampai dengan akhir tahun 1990 dan mengalikannya dengan harga kontrak. Persentase penyelesian dihitung dengan cara membagi biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dengan taksiran biaya total proyek. Biaya yang telah dikeluarkan Rp 300.000 Taksiran biaya untuk menyelesaikan 1.200.000 Taksiran biaya proyek total . Persentase penyelesaian Rp300.000 =15 Rp1.500.000 Pendapatan yang diakui (1/5 x Rp2.000.000)Rp 400.000 219 15, Dengan data sama dengan soal no. 14, bila PT Timun menggunakan akuntansi metode kontrak selesai, bagian dari harga kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada tahun 1991 adalah a. Rp1.540,000 b. Rp2.000.000 c. Rp1.900.000 d. _Rp1.800.000 e. Tidak ada jawaban yang benar Jawab: b Jika metode kontrak selesai digunakan untuk kontrak jangka panjang, pendapatan dan laba diakui pada waktu kontrak telah selesai dikerjakan. PT Timun seluruh harga kontrak sebagai pendapatan tahun 1991. Jurnal yang dibuat pada saat penyelesaian proyek untuk mencatat pendapatan proyek dan membebankan pendapatan tersebut dengan biaya- biaya pembangunan adalah sebagai berikut: Pembangunan Kontrak Pembangunan 2.000.000 Biaya Pembangunan 1.575.000 Pendapatan dari Kontrak Pembangunan 2.000.000 Pembangunan Dalam Pelaksanaan 1.575.000 Laporan rugi-laba PT Timun pada tahun 1991 akan nampak sebagai berikut: Pembangunan dari kontrak pembangunan Rp 2.000.000 Biaya pembangunan 1,575,000 Laba kotor pembangunan Rp-425,000 Data untuk menjawab soal no. 16 dan 17, Pada tahun 1984, PT Panjang mulai mengerjakan suatu kontrak yang berjangka tiga tahun. Harga kontrak tersebut Rp800.000. PT Panjang menggunakan metode persentase penyelesaian untuk tujuan akuntansi keuangannya. Laba akan diakui setiap tahun berdasarkan proporsi biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran biaya total untuk menyelesaikan kontrak tersebut. Penyajian dalam laporan keuangan untuk kontrak tersebut pada tanggal 31 Desember 1984 adalah: Neraca Piutang dagang-penagihan kontrak pembangunan Rp15.000 Pembangunan dalam pelaksanaan Rp50.000 Dikurangi penagihan kontrak 47.000 Biaya kontrak belum selesai di atas penagihan 3.000 Laporan rugi-laba Laba (sebelum pajak) atas kontrak yang diakui pada tahun 1984 Rp 10.000 16. Berapa jumlah kas yang telah diterima dari kontrak tersebut selama tahun 1984? a. Rp15.000 b. _Rp32.000 c. Rp35.000 4. Rp47.000 Jawab: b PT Panjang membuat jurnal berikut ini untuk mencatat penagihan penyelesaian proyek: Piutang Dagang-Penagihan Kontrak Pembangunan 47.000 Penagihan Kontrak Pembangunan 47.000 Karena saldo rekening Piutang Dagang-Penagihan kontrak pembangunan bersaldo Rp15.000 sedangkan penagihan selama tahun tersebut Rp47.000, kas yang diterima selama tahun 1984 adalah Rp32.000 (Rp47.000 - Rp15.000). 17. Berapakah taksiran laba sebelum pajak mula-mula kontrak tersebut? a. Rp10.000 b. Rp30.000 c. Rp160,000 d. Rp200.000 Jawab: ¢ Analisis untuk menghitung jumlah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Harga kontrak Rp800.000 harus sama dengan taksiran biaya total proyek ditambah taksiran laba total proyek. 2. Rekening Kontrak Pembangunan Dalam Pelaksanaan bersaldo Rp50.000 termasuk di dalamnya biaya total yang dikeluarkan sampai dengan tanggal tersebut ditambah laba yang diakui sampai dengan tanggal yang bersangkutan. Jika laba yang diakui pada tahun 1984 sebesar Rp10.000, maka persentase penyelesaiannya adalah 20% (Rp10.000/Rp50.000). 3. Oleh karena itu, 20% dari harga kontrak adalah merupakan laba mula-mula proyek tersebut, yaitu sebesar Rp160.000 (20% x Rp800.000). 18. Pada tanggal 31 Desember 1989, PT Budidaya menyepakati kontrak jangka panjang dengan harga tetap Rp1.000.000 untuk membangun gedung pabrik. PT Budidaya mencatat kontrak ini dengan metode persentase penyelesaian. Taksiran persentase penyelesaian dan taksiran biaya penyelesaian pada setiap akhir kuartal tahun 1989 adalah sebagai berikut: Taksiran Persentase Taksiran Biaya Kuartal Penyelesaian Penyelesaian 1 10% Rp 750.000 2 10% Rp 750.000 3 25% Rp 960.000 4* 25% Rp 960.000 * Proyek tidak dikerjakan pada kuartal 2 dan 4. 19. Soar aes Fo crested Berapakah jumlah yang akan dilaporkan oleh PT Budidaya sebagai “Laba dari Kontrak Pembangunan” dalam laporan rugi-laba kuartalan berdasarkan informasi di atas? Laba (rugi) selama tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31-3-1989 30-6-1989 a. RpO Rp 0 b. Rp25.000 Rp 0 cc. Rp25.000 Rp 0 d. Rp25.000 Rp 0 Jawab: b Laba kuartalan dihitung sebagai berikut: 31/3/89 Harga kontrak 1.000.000 Taksiran biaya total 750.000 Taksiran laba total 250.000 Taksiran persentase penye- lesaian 10% Laba yang diakui s.d. tanggal yang tersebut 25.000 Laba yang diakui sebelumnya . -0- Laba (rugi) kuartlan yang diakui 25.000 * Laba yang diakui pada kuartal pertama Rugi yang diakui pada kuartal ketiga 30-9-1989 31-12-1989 Rp 0 Rp10.000 Rp(15.000) Rp 0 Roy 2 0 Bp 0 Rp6.000 Rp 0 30/6/89 30/9/89 31/12/89 1.000.000 1.000.000 1.000.000 750.000 960.000 960.000 250.000 40.000 40.0000 10% 28% 25% 25.000 10.000 10.000 (25.000) (25.000) ——_(25.000)* 0- (15.000) -0- Rp 25.000 15.000) Rp 10.000 Laba yang diakui samapi dengan 30/9/1989 Manakah dari penyataan berikut ini yang tidak benar untuk mengungkapkan (disclosure) piutang dagang di neraca? a. Piutang dagang harus diidentifikasikan “dijaminkan” dalam neraca jika digunakan untuk jaminan suatu pinjaman yang juga disajikan sebagai utang lancar dalam neraca b. Bagian piutang angsuran kepada konsumen yang jatuh tempo lebih dari dua belas bulan sejak tanggal neraca biasanya disajikan dikeluarkan dari aktiva lancar ° Sejumlah cadangan harus dikurangkan dari piutang dagang untuk potongan, retur d. Piutang dagang paling baik disajikan secara terpisah dengan piutang non-dagang jika jumlahnya material Jawab: b 21. Jika penjualan angsuran merupakan bagian dari operasi normal perusahaan, piutang penjualan angsuran harus diklasifikasikan sebagai aktiva lancar karena dapat diterima dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Akan lebih baik jika diungkapkan juga tanggal jatuh tempo piutang angsuran untuk menghindari salah interpretasi. |. PT Telly memulai usahanya pada tanggal 1 Januari 1981 cocok menggunakan metode akuntansi penjualan angsuran. Berikut ini data tahun 1981: Piutang penjualan angsuran, 31 Desember 1981 Rp200.000 Laba kotor ditangguhkan, 31 Desember 1981 Rp140.000 Laba kotor dari penjualan 40% Jumlah penerimaan kas dan laba kotor direalisasi dari penjualan angsuran untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 adalah Penerimaan Kas Laba Kotor Direalisasi a. Rp100.000 Rp80.000 b. Rp100.000 Rp60.000 c. Rp150,000 Rp80.000 d. Rp150.000 Rp60.000 Jawab: d Perhitungannya adalah sebagai berikut: Penerimaan kas: Jika laba kotor ditangguhkan tahun 1981 sebesar Rp140.000 dan laba kotor dari penjualan 40%, maka penjualan angsuran selama tahun 1981 harus sebesar Rp350.000 (Rp140.000/40%). Jika saldo rekening piutang penjualan angsuran tanggal 31 Desember 1981 sebesar Rp200.000, maka jumlah kas yang diterimaadalah Rp150.000 (Rp350.000 - Rp200.000). Laba kotor yang direalisasi: Laba kotor yang direalisasi dihitung dengan mengalikan jumlah kas yang diterima selama tahun 1981 (Rp150.000) dengan persentase laba kotor (40%) atau sebesar Rp60.000. PT Selamat menjual beberapa buah mesin kepada PT Bahagia pada tanggal 1 Januari 1986. Harga jual tunai barang tersebut Rp379.100. PT Bahagia menyetujui kontrak penjualan angsuran dengan jumlah angsuran Rp100.000 per tahun termasuk di dalamnya bunga 10% selama lima tahun. Angsuran pertama jatuh tempo tanggal 31 Januari 1986. Berapakah pendapatan bunga yang dimasukkan dalam laporan rugi-laba PT Selamat tahun 1988 (tiga tahun setelah penjualan)? a, Rp24.180 b. Rp24.871 c. Rp37.910 d. Rp50,000 Jawab: b Jumlah tersebut ditentukan sebagai berikut: Harga jual adalah Rp379.100 akan diterima secara angsuran selama lima tahun sebesar Rp100.000 pada setiap akhir tahun. Dalam setiap angsuran Rp100.000 termasuk didalamnya pembayaran pokok dan bunga 10% dari saldo yang belum dibayar pada awal tahun. Tabel perhitungan pembayaran angsuran adalah sebagai berikut: 22. 1/1/86 p379.100 31/12/86 Rp37.910 Rp62.090 317.010 31/12/87 31.701 68.299 | 248,711 31/1288 24.871 75,129 173.582 * 10% dikalikan saldo yang belum dibayar PT Benggol Mebel cocok menggunakan metode akuntansi penjualan angsuran untuk penjualan angsuran yang dilaksanakan. Selama tahun 1985 PT Benggol Mebel menjual sebuah mebel kepada seseorang dengan harga Rp3.000 pada laba kotor Rp1.200. Pada tanggal 1 Juni 1986, rekening piutang penjualan angsuran bersaldo Rp2.200 dan sudah dapat ditentukan bahwa jumlah tersebut tidak dapat angsurannya. Oleh karena itu PT Benggol menarik barangnya kembali. Pada saat penarikan, barang dinilai sebagai barang bekas dengan harga Rp1.100. Untuk memperbaiki barang tersebut sehingga dapat dijual PT Benggol mengeluarkan biaya Rp100. Berapakah kerugian dari penarikan barang tersebut? a. Rp220 b. Rp320 c. Rp880 d. Rpl.100 Jawab: a Penarikan kembali barang yang telah dijual perlu penghapusan saldo rekening Piutang Angsuran Rp2.200 dan Laba Kotor Ditangguhkan Rp880 (Rp2.200 x 40%) dan mencatat barang yang ditarik kembali pada nilai pasarnya Rp1.100. Perbedaan antara nilai pasar barang yang ditarik kembali dengan biaya yang belum tertutup (piutang angsuran - laba kotor ditangguhkan) harus dicatat sebagai rugi (laba) penarikan kembali. Berikut ini jurnal yang dibuat PT Benggol untuk mencatat penarikan kembali dan perbaikannya: Persediaan Barang 1.100 Rugi Penarikan Kembali (Rp2.200 - Rp880 = Rol.320 - Rp1.100 = Rp220) 220 Laba Kotor Ditangguhkan Penjualan Angsuran th 1985 (Rp2.200 x 40%)880 Piutang Penjualan Angsuran 2.200 Persediaan Barang 100 Kas 100 23. Catatan: Nilai pasar barang yang ditarik Rp1.100 pada saat ditarik. Biaya perbaikan Rp100 bukan merupakan biaya yang digunakan untuk menentukan nilai pasar barang pada saat penarikan. Biaya perbaikan harus diperlakukan sebagai penambah nilai barang setelah penarikan. Informasi untuk mencatat soal no. 23 dan 24. PT Centil yang memulai usahanya pada tanggal 1 Januari 1992, cocok menggunakan metode akuntansi penjualan angsuran. Berikut ini data yang diperoleh untuk tahun 1992 dan 1993: 1992 1993 Penjualan angsuran Rp350.000 Rp420.000 Biaya penjualan angsuran 280.000 315.000 Biaya penjualan, umum & administrasi 35,000 42.000 Penerimaan kas dari penjualan angsuran 1992 150.000 125.000 1993 i 200.000 Berapakah saldo rekening laba kotor ditangguhkan pada tanggal 31 Desember 1993? a. Rp53.000 b. Rp70.000 c. Rpl05.000 d. PT Centil tidak dapat menggunakan metode penjualan angsuran karena penerimaan kasnya setiap tahun melebihi 30% dari penjualan. Jawab: b, dihitung sebagai berikut: 1992 1993 Penjualan angsuran Rp350.000 Rp420.000 Biaya penjualan angsuran 315.000 Laba kotor ditangguhkan Rp105.000 Persentase laba kotor dari penjualan20%25% Laba kotor yang diakui dari penjualan angsuran = Penerimaan kas x Persentase laba kotor 1992: (Rp150.000 + Rp125.000) = Rp275.000 x 20% Rp55.000 1993: Rp200.000 x 25% Rp50.000 Saldo laba kotor ditangguhkan dari penjualan angsuran: 1992: (Rp70.000 - Rp55.000) Rp15.000 1993: (Rp105.000 - Rp50.000) 55.000 Jumlah Rp70.000 225 24, 226 Sebuah penjualan yang dilakukan pada tahun 1992 gagal diangsur pada awal tahun 1994, saldo piutang angsuran atas penjualan tersebut Rp6.000 dan barang yang ditarikkembali mempunyai nilai wajar Rp4.100. Jika barang yang ditarik kembali dicatat sebesar nilai pasar, laba atau rugi penarikan kembali berjumlah a. Rp0 b. p70 rugi c. Rp4.100 laba dd. Rp4.800 rugi Jawab: b Perbedaan antara nilai pasar barang yang ditarik kembali dengan biaya yang belum tertutup (piutang angsuran - laba kotor ditangguhkan) harus dicatat sebagai rugi (laba) penarikan kembali. Tingkat laba kotor tahun 1992 adalah 20% (Rp350.000 - Rp280,000 = Rp70.000; Rp70.000/350.000 = 20%). Saldo piutang angsuran Rp6.000 Laba kotor ditangguhkan (Rp6.000 x 20%0 1.200 Biaya yang belum ditutup Rp4.800 Nilai pasar barang yang ditarik kembali 4.100 Rugi penarikan kembali Rp(700)

You might also like