Professional Documents
Culture Documents
Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa Dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya PDF
Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa Dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya PDF
Abstract
This research aims to determine sound absorption of absorber materials making from coconut
coir composites. Absorber material have been made with different composition from coconut coir
composites.
Twelve samples have been made. One of samples is natural coconut coir and the other are
made from coco fiber and coco peat with certain compositions. From 12 samples, 10 samples have
been tested. Absorption coefficients was measured by impedance tube method with ASTM E-
1050:1990 standardization.
The experiment results show that coconut coir is up to standard for absorber material
according to ISO 11654 , that is with weigthed absorption (αw) over 0,15. Weigthed absorption of
samples are, A:0,30; B:0,44;C:0,27;D:0,44; E:0,51; F:0,44; G :0,47; H:0,49; I:0,31;J:0,41. So
samples A,B,D,E,F,G,H,I and J can be classified in class-D while sample C in class-E. Absorber
materials that have been made are also compatible with marketed products. The best composition for
absorber was mixture of coco dust and coco fiber. Improving amount of coco fiber improve maximum
absorption. Adding air cavity between samples and wall improve absorption. Improving mass density
of sample making with similar total mass of composition and similar glue improve absorption in low
frequency.
Keyword: coconut coir, coco fiber, coco peat, sound absorber, impedance tube, absorption coefficient,
pore.
Intisari
Telah dilakukan penelitian mengenai penyerapan gelombang bunyi oleh peredam suara
berbahan dasar material penyusun sabut kelapa. Peredam suara dibuat dengan komposisi dasar yang
berbeda.
Dibuat 12 sampel yang terdiri dari 1 sampel sabut kelapa alami dan 11 sampel dari serat dan
daging sabut kelapa dengan komposisi tertentu. Dari 12 sampel diambil 10 sampel untuk diuji.
Koefisien penyerapan diukur dengan metode tabung impedansi dua mikrofon dengan standarisasi
ASTM E-1050:1990.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabut kelapa memenuhi persyaratan untuk peredam
suara sesuai ISO 11654, yaitu dengan αw di atas 0,15. αw sampel yang dibuat adalah A:0,30, B:0,44,
C:0,27, D:0,44, E:0,51, F:0,44, G :0,47, H:0,49, I:0,31, J:0,41. Sehingga sampel A,B,D,E,F,G,H,I
dan J dapat diklasifikasikan dalam peredam suara kelas-D sedangkan sampel C dalam kelas-E.
Peredam suara yang dibuat mutunya juga sudah sebanding dengan produk yang ada di pasaran.
Komposisi yang paling baik untuk peredam adalah campuran serat dan daging sabut. Peningkatan
komposisi serat pada campuran dapat meningkatakan puncak penyerapan. Pemberian rongga udara
antara sampel dan dinding meningkatkan penyerapan. Peningkatan massa jenis sampel yang
dihasilkan dari bahan dengan berat komposisi yang sama dan jenis perekat yang sama menyebabkan
kenaikan penyerapan pada frekuensi rendah.
Kata kunci: sabut kelapa, serat sabut, daging sabut, tabung impedansi, koefisien penyerapan, pori-
pori.
15
Ainie Khuriati dkk Disain Peredam Suara Berbahan...
18
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 15-25
pendek yaitu ± 0,5 cm dan ± 1cm. Pengujian koefisien penyerapan
Sedangkan untuk serat halus di biarkaan Peralatan yang digunakan untuk
dengan ukuran aslinya dengan panjang ± 3 mengukur koefisien serap bahan adalah
cm. Di samping pemotongan serat, tabung impedansi dengan standarisasi
dilakukan juga proses pengayakan daging ASTM E1050-1990. Diagram rangkaian
sabut dengan saringan teh. alatnya seperti ditunjukkan gambar 1
Acoustics Material
Penentuan Komposisi Sampel Power Amplifier Testing
Sampel yang dibuat berjumlah 12 2716C 3560C-S29
yang diberi nama urut abjad dari A sampai Komputer
L. Komposisi sampel yang dibuat adalah
seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1 Lem
kanji yang digunakan ada tiga jenis yaitu
P,Q dan R. Dengan perpandingan berat
pati:air pada proses pembuatan berturut-
turut untuk lem kanji P,Q dan R adalah Impedance Tube Kit
1:3, 3:50, 1:1. 4206
15
Ainie Khuriati dkk Disain Peredam Suara Berbahan...
0.9
setebal kurang lebih 22 mm. Padahal
0.8
0.7
klasifikasi kelas peredam suara berdasar
ISO 11654 tidak memperhatikan ketebalan.
Koefisie n Penyerapan
0.6
0.5
0
Company (www.rockfon.com,2004) yang
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000
Sampel A Sampel B
Fr ekuensi (Hz)
Sampel C Sampel D Sampel E
mengklasifikasikan produk peredamnya
Sampel F Sampel G Sampel H Sampel I Sampel J yang berupa Rockwool dengan ketebalan
yang berbeda-beda. Padahal sampel
peredam yang dibuat akan mempunyai
Gambar 2. Grafik Hasil pengujian koefisien
penyerapan frekuensi yang lebih tinggi jika
penyerapan 10 sampel uji
ketebalanya ditambah, terutama pada
frekuensi rendah. Hal ini sesuai dengan
Nilai αw minimum bahan untuk
pernyataan Doelle (1972) yang
dapat dikatagorikan sebagai peredam suara
mengatakan bahwa efisiensi akustik bahan
menurut ISO 11654 adalah 0.15. Nilai
peredam berpori membaik pada jangkauan
koefisien penyerapan dari sampel yang
frekuensi rendah dengan bertambahnya
dibuat (tabel 2) menunjukkan harga yang
ketebalan. Denagn bertambahnya koefisien
memenuhi syarat menurut ISO 11654
serapan pada frekuensi rendah pada sampel
untuk mengklasifikasikan sampel tersebut
maka αw sampel akan bertambah. Apalagi
sebagai peredam suara.
sampel yang dibuat dengan tebal kurang
Hasil perhitungan αw menunjukkan
lebih 22 mm penyerapanya bernilai rendah
bahwa sampel A mempunyai αw sebesar pada frekuensi rendah ( tabel 2)
0,30, sampel B sebesar 0,44, sampel C
Selain dihutung αw, NRC dari
sebesar 0,27, sampel D sebesar 0,44,
sampel uji juga dihitung (tabel 2) dan dari
sampel E sebesar 0,51, sampel F sebesar
perhitungan didapatkan NRC sampel A
0,44, sampel G sebesar 0,47, sampel H
sebesar 0,30, sampel B sebesar 0,41,
sebesar 0,49, sampel I sebesar 0,31, sampel
sampel C sebesar 0,31, sampel D sebesar
J sebesar 0,41. Dengan demikian sampel E
0,43, sampel E sebesar 0,47, sampel F
mempunyai αw paling besar. Berdasarkan sebesar 0,43, sampel G sebesar 0,44,
ISO 11654, sembilan sampel sampel H sebesar 0,45, sampel I sebesar
(A,B,D,E,F,G,H,I dan J) dapat 0,29, sampel B sebesar 0,39.
diklasifikasikan dalam peredam suara kelas Jika dibandingkan dengan produk
D dan satu sampel (C) dapat peredam suara yang telah dipasarkan,
diklasifikasikan dalam kelas E koefisien penyerapan dari sampel uji juga
Pengukuran koefisien penyerapan tidak berbeda jauh. Sebagai contoh adalah
yang direkomendasikan ISO 11654 adalah produk dari INC Corporation
metode ruang gaung dengan standarisasi (www.inccorp.com.au) dengan kode
ISO 354. Sedangkan pengukuran koefisien produk DECI-TEX 3D 25 yang tebalnya
penyerapan bunyi pada sampel dilakukan 25 mm. Jika DECI-TEX 3D 25
dengan metode tabung impedansi. Padahal dibandingkan dengan sampel E dalam
menurut porges (1977) pengukuran bentuk grafik maka perbandinganya
koefisien penyerapan dengan metode ruang ditunjukkan oleh gambar 3
gaung akan memberikan nilai penyerapan
yang lebih besar daripada metode tabung
impedansi. Sehingga penyerapan dari
sampel yang ada seharusnya lebih besar
dari nilai yang terukur. Disisi lain
18
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 15-25
0.9
0.8
Koefisien penyerapan
0.7
0.6
Koefisien penyerapan sampel F
0.5
0.4
(gambar 5) tidak kalah bila dibandingkan
0.3
0.2
0.1
dengan fiberglass (25 mm). Meski pada
0
100 500 900 1300 1700 2100 2500 2900
Frekuensi Hz
3300 3700 4100 4500 4900
frekuensi di bawah 1250 HZ koefisien
sampel E DECI-TEX 3D 25
penyerapan sampel F lebih kecil, namun
untuk frekuensi diatas 1250 koefisien
penyerapan sampel F terus meningkat
Gambar 3. Grafik perbandingan koefisien sampai mencapai nilai 1. Padahal untuk
penyerapan sampel E dan DECI-TEX 3D 25 fiberglass koefisien penyerapannya hanya
mencapai tingkat maksimum 0,8 pada
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa sampel frekuensi sekitar 1 KHz yang kemudian
E dan DECI-TEX 3D 25 mempunyai menurun. Disamping itu fiberglass juga
kemiripan koefisien penyerapan. Pada lebih tebal 3 mm.
frekuensi dibawah 500 Hz DECI-TEX 3D
25 koefisien penyerapanya sedikit lebih
Koefisien penyerapan bunyi sampel F
bagus dari sampel E. Tetapi untuk 1
0,9
Koefisien Penyerapan
frekuensi diatas 500 Hz sampai dengan 0,8
0,6
0,4
0,2
0
kecuali pada frekuensi sekitar 3700 Hz. 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Frekuensi (Hz)
Jika pengukuran absorpsi DECI-TEX 3D
25 dilakukan dengan metode tabung
impedansi dan tebalnya disamakan dengan Gambar 5.Grafik kofisien penyerapan sampel
sampel E, tentunya koefisien penyerapan F
yang terukur akan lebih rendah dan Kualitas Penyerapan Komposit Sabut
mungkin sampel E akan mempunyai Kelapa
koefisien penyerapan yang relatif lebih Untuk mengetahui bagian sabut
tinggi. kelapa manakah yang paling efektif
Contoh pembanding lain adalah dimanfaatkan sebagi peredam suara. Maka
penyerap berpori yang berupa selimut dari 10 sampel yang ada di kelompokkan
fiberglass yang ditunjukkan oleh gambar 4. menurut komposisinya. Terdapat 4 sampel
yang dapat dikelompokkan untuk
menentukan kualitas penyerapan komposit
Penyerapan Bunyi sabut kelapa seperti yang di tunjukkan
pada tabel 3 Sampel I merupakan sabut
kelapa yang masih alami dan belum
dipisahkan bagian-bagianya. Sabut kelapa
yang tersedia langsung dipotong dengan
diameter 29 mm dan tebal 22 mm.
Sedangkan keempat sampel yang lain
merupakan bagian penyusun sabut kelapa
yang telah dipisahkan dan direkatkan
dengan lem kayu dan air, dimana berat
Gambar 4. Grafik Penyerapan bunyi selimut komposisi sabut, lem dan air untuk
fiberglas dengan kerpatan 52 kg/m3 dengan keempat sampel adalah sama. Dengan
15
Ainie Khuriati dkk Disain Peredam Suara Berbahan...
demikian kelima sampel yang ada dapat Sampel II-V (sabut dengan
dibandingkan. Grafik hasil perbandingan perlakuan) cenderung lebih bagus
kelima sampel ditunjukkan oleh gambar 6. koefisien penyerapanya daripada sabut
kelapa alami. Hal ini karena setelah sabut
Tabel 4.2. Komposisi sampel untuk dipisahkan dari bagian-bagianya, daging
menentukan kualitas penyerapan komposit sabut diayak sehingga butiran-butiran
sabut kelapa daging sabut yang lembut hilang. Dengan
Komposisi daging serat kasar serat demikian setelah direkatkan kembali akan
No sampel
alami (%) sabut (%) ± 1cm (%) halus (%) terbentuk rongga antar butir yang lebih
1 I(A) 100 - - - banyak. Sedangkan pada serat yang telah
2 II ( B ) - 100 - - direkatkan kembali terbentuknya rongga
3 III ( C ) - - 100 - yang lebih banyak adalah karena proses
4 IV ( D ) - - - 100 penataan seratnya secara acak (non
5 V (H ) - 50 50 - woven).
Dari keempat sampel yang
Dari gambar dapat dilihat mendapat pelakuan sampel II mempunyai
bahwasanya sampel I (sabut alami) koefisien penyerapan yang paling jelek.
koefisien penyerapanya lebih bagus pada Koefisien penyerapan sampel II berada di
frekuensi di bawah 500 HZ daripada bawah koefisien penyerapan sampel V
keempat sampel yang lain dan cenderung pada seluruh selang frekuensi. Hal ini
lebih buruk pada frekuensi diatas 500 HZ menunjukkan bahwasanya pemakaian
jika dibandingkan dengan sampel yang daging sabut kelapa sebagai komposisi
sudah mendapat perlakuan. Meskipun peredam tanpa campuran serat kurang
sampel I bagus untuk penyerapan frekuensi efektif. Jika dilihat dari bentuk fisiknya
rendah, pemakaian sampel tersebut sebagai sampel II (B) mepunyai pori-pori relatif
peredam tidak begitu realistis. Hal ini sedikit dibandingkan dengan sampel III,IV
karena bentuk sabut kelapa yang dan V. Disamping itu sambungan rongga
melengkung (gambar 1 lampiran 1) dan antar pori juga sedikit. Karena sedikit
ketebalan yang tidak sama pada tiap bagian sambungan antar pori maka efek redaman
akibat viskositas kecil. Untuk
K o e f i si e n P e n y e r a p a n U n t u k T i a p J e n i s K o m p o si t
S a but K e l a pa
sampel III, IV dan V, masing-masing
mempunyai keunggulan penyerapan pada
1
0.9
0.8
frekuensi tertentu. Sampel V unggul pada
0.7
0.6
0.5
penyerapan pada frekuensi di bawah 1600
0.4
0.3
0.2
Hz dan mempunyai penyerapn maksimum
0.1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000
0,89 pada frekuensi 1600 Hz. Sedangkan
Sampel I
Fr e k ue ns i ( H z )
Sampel I I Sampel I I I
untuk sampel IV meski penyerapan pada
Sampel I V Sampel V frekuensi rendah kalah dengan sampel V,
sampel IV mempunyai penyerapan yang
bagus pada selang 1400 Hz dan 1900 Hz
Gambar 6. Grafik koefisien penyerapan
komposit sabut kelapa
dibanding sampel III dan V. Sampel IV
juga mempunyai penyerapan yang sangat
Sehingga pemotongan dan penyusunan bagus, yaitu lebih dari 0.9 pada selang
kembali dalam bentuk makro akan frekuensi 4700 Hz sampai 6100 Hz, jauh
mengalami kesulitan. Di samping itu diatas penyerapan sampel II dan IV.
sedikit sekali bagian sabut yang dapat Bahkan penyerapanya bernilai 1 pada
langsung di potong dan dipakai langsung frekuensi 5256 HZ. Sampel III
sebagai peredam. mempunyai keunggulan penyerapan pada
frekuensi 2100 Hz sampai 3800 Hz. Dan
18
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 15-25
mempunyai koefisien penyerapan dengan dan tanpa lapisan udara
maksimum pada frekuensi 2552 Hz menunjukkan adanya peningkatan
dengan nilai 0,95. koefisien penyerapan pada frekuensi
Dengan merujuk pada keumuman rendah. Hal ini sesuai dengan yang
bahwa peredam suara sering dipakai untuk dinyatakan Doelle (1993) bahwa bahan-
frekuensi rendah, maka komposisi bahan berpori yang diberi jarak dari
gabungan serat dan daging sabut (sampel lapisan penunjangnya yang padat juga
V) memberikan kualitas terbaik sebagai berfungsi sebagai penyerap panel yang
peredam suara. Tetapi dengan sedikit bergetar, terutama pada frekuensi rendah.
manipulasi, peredam dengan komposisi Dari sepuluh sampel yang ada
serat (sampel III dan IV) akan bagus sampel F mempunyai koefisien yang
digunakan untuk frekuensi rendah. paling bagus bila dipakai menggunakan
Manipulasi dapat dilakukan dengan cara lapisan udara. Gambar 8 menunjukkan
melapisi peredam suara bagian luar dengan bahwa pada frekuensi rendah sampel F
logam yang sangat tipis. Atau memberikan dengan lapisan udara memiliki koefisien
rongga udara antara peredam dan dinding. penyeraan yang bagus. Pada frekuensi 500
Dengan manipulasi ini koefisien Hz penyerapanya mencapai 0,75 dan
penyerapan pada frekuensi rendah akan mencapai 1 pada frekuensi 700-800 Hz.
meningkat. Gambar 4.7 menunjukkan Meski pada frekuensi sekitar 2000Hz
bahwa pelapisan alumunium foil pada busa koefisien penyerapanya menurun, namun
peredam dapat meningkatkan koefisien masih diatas 0,4. Sedangkan pada
penyerapan pada frekuensi rendah frekuensi diatas 2500 Hz koefisien
penyerapanya selalu diatas 0,6 Hz
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000
Frekuensi (Hz)
15
Ainie Khuriati dkk Disain Peredam Suara Berbahan...
Dari 10 sampel yang ada, diambil 4 frekuensi diatas 750 Hz. Sampel VII
sampel untuk dikelompokkan. Sampel mempunyai koefisien penyerapan
tersebut adalah sampel F ,G, I dan J. maksimum sebesar 0,83 pada frekuensi
Keempat sampel tersebut menggunakan 1360 Hz.
perekat lem kanji yang banyaknya kurang Sampel VIII (G) dengan
lebih 2 kali total berat daging dan serat ( komoposisi serat 37,5 % koefisien
tabel 3.2). Persentase campuran daging dan penyerapanya juga meningkat drastis
serat dari keempat sampel ditunjukkan oleh dibandingkan sampel V(i) pada frekuensi
tabel 4.3. Sedangkan grafik koefisien diatas 750 Hz. Dengan koefisien
penyerapan dari keempat sampel penyerapan maksimum sebesar 0.88 pada
ditunjukkan oleh gambar 9. frekuensi 1272 Hz. Sementara sampel IX
(F) dengan komosisi serat 100% koefisen
Tabel 4.3. Persentase serat pada campuran penyerapanya di atas 1300 Hz meningkat
serat dan daging sabut pada sampel. dibandingkan dengan sampel VIII (G).
daging serat kasar Tetapi koefisien penyerapanya lebih
No sampel
sabut (% berat) ± 0,5cm (% berat) rendah dari sampel VIII (G) untuk
1 VI ( i ) 100 0 frekuensi dibawah 1300 Hz. Koefisien
2 VII ( J ) 75 25 penyerapan sampel IX (F) mencapai
3 VIII ( G ) 62,5 37,5 maksimum pada frekuensi1648 HZ
4 IX ( F ) 0 100 Sebesar 0,99.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa penambahan
Pengaruh Kenaikan Jumlah Serat pada Campuran
Daging dan Serat Sabut Kelapa Pada Koefisien komposisi serat meningkatkan besarnya
Penyerapan
koefisien penyerapan maksimum (nilai
1
0,9
puncak penyerapan) dari sampel. Hal ini
Koefisien penyerapan
0,8
0,7
serupa dengan hasil penelitian yang
0,6
0,5
dilakukan Neithalath (2005), yaitu dengan
0,4
0,3
menambahkan serat polypropylene pada
0,2
0,1
campuran pasir batu gamping dan semen
0
0 500 1000 1500 2000
yang menghasilkan koefisien penyerapan
2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000
Frekuensi (Hz)
Sampel VI
seperti pada gambar 10
Sampel VII Sampel VIII Sampel IX
18
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 15-25
Pengaruh Tekanan Pada Proses bergeser ke frekuensi rendah dan koefisien
Pembuatan Sampel Terhadap Koefisien serapanya menurun.
Penyerapan. Pengaruh Massa Jenis Sampel
Gambar 11 Menunjukkan Terhadap Penyerapan.
perbandingan antara dua sampel yang Massa jenis sampel dihitung
dibuat dengan tekanan yang berbeda tetapi dengan mengukur tinggi dan diameter
komposisi utamanya sama, yaitu 100% sampel serta menimbang massanya. Hasil
daging sabut kelapa. Sampel B dengan perhitungan dan pengukuran massa jenis
lama penekanan 559 menit dan sampel I ditunnjukkan pada lapiran 6. Untuk
dengan lama penekanan 951menit (tabel mengetahui pengaruh massa jenis terhadap
3.3.).Meskipun sampel I tersusun dari koefisien penyerapan diambil sampel B, C,
100% daging sabut seperti halnya sampel D dan H yang dikelompokkan menjadi
B, sampel I koefisien penyerapanya jaiuh satu. Keempat sampel ini mempunyai
dibawah sampel B. untuk frekuensi diatas komposisi yang seragam yaitu 100gr lem
700 HZ.Hal ini disebabkan karena faktor kayu, 84 gr air dan 30 gr komposit sabut
pemberian tekanan pada sampel I yang kelapa, sehingga dapat dibandingkan. Data
lebih lama massa jenis keempat sampel yang telah
diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar ditunjukkan pada tabel 4.4. Pada
Koefisien penyerapan sam pel II dan
VI gambar 4.12 ditunjukkan perbandingan
1 koefisien penyerapan sampel yang
0.8 dipotong hanya sampai frekuensi 2000 Hz
0.6 untuk memperjelas grafik.
0.4
0.2
Tabel 4.4. Massa jenis sampel dengan perekat
0 lem kayu
0 500 1000 1500 200 250 300 350 400 450 500 550 600
0 F r0e k u e
0 n si 0( H z )0 0 0 0 0 SampelMassa jenis (Kg/m3)
II ( B) VI ( I)
C 0,1791
D 0,1951
Gambar 11. Grafik koefisien absorbsi sampel B 0,2214
dengan lama pemberian tekanan berbeda pada H 0,2266
proses pembuatannya
Pemberian tekanan yang lebih lama Ko ef isien Penyer ap an Samp el D eng an M assa
Jeni s B er b ed a
menyebabkan rongga udara alamiah yang 1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.2
Fr e k ue ns i ( H z )
koefisien penyerapan sampel I lebih bagus Sampel C Sampel D Sampel B Sampel H
15
Ainie Khuriati dkk Disain Peredam Suara Berbahan...
18
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 15-25
Press, [17]. Worthing Borough Council. 2003.
http://library.witpress.com/pdfs/abstra Sound Insulation Performance
cts/HPS02/HPS02016AU.pdf, di Standards.
akses 08-08-2005, 10:18. http://www.worthing.gov.uk/Planning/
[10]. Lee, Y and Changwhan Joo. 2003. BuildingControl/TechnicalGuidanceN
Sound Absorption Properties of otes/28SoundInsulationPerformanceSt
Recycled Polyester Fibrous Assembly andards.htm, diakses 15-05-2005,
Absorbers ( AUTEX Research 10:25.
Journal, Vol. 3, No2, June 2003). [18]. www.acoustics.salford.ac.uk . 2004.
www.autexrj.org/No2-2003/0047.pdf, Absorption for room treatment.
diakses 26-12-2004, 06:00. University of
[11]. Neithalath, N. Jason Weiss, Jan Salford.http://www.acoustics.salford.a
Olek. 2004. Improving the acoustic c.uk/student_area/bsc3/room_acoustic
absorption of enhanced Porosity s/absorption.pdf , diakses 28-05-
concrete with fiber reinforcement 2005, 11:12.
(jurnal universitas Purdue). USA. [19]. www.answers.com. Equal Loudness
http://bridge.ecn.purdue.edu/~concrete Coutour,
/weiss/publications/o_conference/OC- http://www.answers.com/topic/equal-
022.pdf, diakses 24-03-2005, 22:54. loudness-contour.htm , diakses 10-05-
[12]. Porges, G. 1977. Applied Acoustic. 2005, 00:17.
London. Edward Arnold (publisher). [20]. www.bksv.com. 2003. Product Data.
[13]. Prodi, N, F Pompoli. 2003. A New www.bksv.com/pdf/Bp1039.pdf,
Apparatus For Measuring The diakses 15-07-2005, 10:16.
Absorption Coefficient For Normal [21]. www.incorp.com. 2003. Data Sheet
Incidence (jurnal universitas di absorption.
Ferrara). Italia. http://www.inccorp.com.au/upload/De
http://acustica.ing.unife.it/staff/nicola/ ci-Tex_3D.pdf , diakases 18-06-2005,
articoli%20NP/IOA%202003%20Pro 23:50.
di%20Pompoli%20Bonfiglio.pdf , [22]. www.microflown.com. 2001. The
diakses 08-08-2005, 10:14. Acoustics Impendance Apllication..
[14]. Prout, J.H..Gordon R., 1990. www.microflown.com/rd/books/book/
Acoustic For You. Florida. Robert E. c.pdf , diakses 25-05-2005, 00:03.
Krieger publishing Co., Inc. [23]. Yang, H, Dae-Jun Kim , Young-Kyu
[15]. Sasongko, D. P., Hadiyarto Lee, Hyun-Joong Kim, Jin-Yong Jeon,
,A.,Subagyo, A., Hadi, S.P., Chun-Won Kang. 2003. Possibility of
Asmorohadi, N., 2000. Kebisingan using waste tire composites reinforced
Lingkungan. Semarang. Badan with rice straw as construction
Penerbit Universitas Diponegoro materials (jurnal Bioresearch
[16]. Shinha, D.N .2002. Multi purpose Technology). Korea.
Acoustics Sensor (jurnal). Loss http://plaza.snu.ac.kr/~fpbk21/pdf/200
Alamos, 4/1-1-5.pdf diakses 08-08-2005,
http://www.netl.doe.gov/publications/ 10:31.
proceedings/02/naturalgas/5-3.pdf,
diakses 08-07-2005, 09:45.
15