You are on page 1of 11

TOURETTE’S DISORDER

OLEH:
TANIA GAYLE ROBERT
060100309

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

1
TOURETTE’S DISORDER

Karya Tulis ini dibuat untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik dibagian
PSIKIATRI FK USU.

Oleh: Tania Gayle Robert (060100309)

dr. Vita Camelia, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga ingin
mengucapkan ribuan terima kasih pada dr. Vita Camelia, Sp. KJ atas tunjuk ajar yang
telah diberikan. Saya juga bersyukur atas berkat dan kesehatan yang diberikan kepada
saya sehingga saya dapat mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari berbagai
sumber. Saya telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagai macam bahan
tentang Tourette’s Disorder.
Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya
mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 26 Mei 2010

Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………… iii


Daftar Isi……………………………………………………………. iv

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………….......... 1

BAB 2 PEMBAHASAN.....……………………………………… 2
2.1 Definisi.....................…………………………................. 2
2.2 Etiologi.........………………............................................ 2
2.3 Gejala dan tanda.............................…………………….. 2
2.4 Diagnosis..................................………………………… 3
2.5 Penanganan......................................................................... 5

BAB 3 KESIMPULAN..................................................................…. 6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 7

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1885, Gilles de la Tourette telah menjelaskan suatu sindroma neuropsikiatrik
dengan kumpulan gejala klinis yang unik yaitu ‘tic’ motorik yang multipel, gejala fonik,
kompulsi dan fenomena perilaku yang lain seperti desakan yang tidak dapat dielakkan
untuk mengulang kata-kata atau meniru gerakan orang lain. Sindroma ini lebih
predominan pada kaum pria, usia dini dan gejalanya seumur hidup dan kemungkinan
besar penyebabnya adalah kecenderungan neurologik yang diwariskan 1.
Prevalensi Tourette’s Disorder (TD) ini dihubungkan kepada usia. Lebih ramai
anak-anak (5-30 per 10.000) mengalami sindroma ini berbanding orang dewasa (1-2 per
10.000) 6.
TD boleh mengenai orang dari semua jenis ras dan kumpulan etnik. Kaum pria
lebih rentan 3 hingga 4 kali untuk terkena gangguan ini berbanding kaum wanita.
Diperkirakan bahawa 200.000 orang Amerika Syarikat menderita TD and mungkin
seramai 1 dalam 100 orang menunjukkan manifestasi yang lebih ringan. Di dunia
prevalensi TD adalah sekitar 3.0 ke 8.0 per 1000. Onset dari TD ini lazimnya bermula
sekitar umur 6 hingga 8 tahun. TD menyebabkan penderitanya mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk gangguan dalam pembelajaran, perilaku dan sosial. Terdapat banyak
studi yang telah menghubungkan TD dan gangguan ‘tic’ yang lain dengan kadar
penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Obsessive-Compulsive
Disorder (OCD) yang lebih tinggi 1.

BAB 2

5
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Tourette’s Disorder (TD) adalah gangguan neurologis yang diturunkan yang ditandai
dengan beberapa gerakan tidak sengaja yaitu ‘tic’ motor dan vokalisasi tidak terkontrol
atau disebut ‘tic’ vocal atau fonik. ‘Tic’ adalah pergerakan yang cepat, tiba-tiba,
berulang, non-berirama, stereotipik atau vokalisasi 1, 2, 4.

2.2 Etiologi
Secara genetik, isidensinya adalah 50% pada kembar monozigot dan 8% pada dizigot.
Secara neurokimiawi disebabkan oleh lemahnya pengaturan dopamin di caudate nucleus.
TD dapat juga dipicu oleh stimulan seperti methylphenidate dan dextroamphetamine, di
samping juga adanya ketidakseimbangan atau hipersensitivitas terhadap neurotransmiter,
terutama dopamin dan serotonin. Riset yang dilakukan Cuker A et.al. (2004), berhasil
menemukan candidate locus untuk TD, OCD dan chronic tic disorder, yakni pada lokus 18q22. 3
Anggota keluarga tingkat pertama dari penderita TD lebih sering mengalami
gangguan ‘tic’ dan gangguan obsesif kompulsif atau Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD). Terdapat juga beberapa uji klinis yang mengatakan bahwa terdapat
manifestasi ‘tic’ setelah infeksi streptokokus. Telah diketahui bahwa infeksi streptokokus
boleh menyebabkan suatu gangguan autoimun yang dapat merusak ganglia basalis.
Ganglia basalis merupakan bagian otak yang diasosiasikan dengan control pergerakan 3.

2.3 Gejala dan Tanda

‘Tics’

Gejala yang utama untuk TD dan merupakan penyebab utama orang berkonsultasi ke
dokter. ‘Tic’ merupakan pergerakan motor (‘tic’ motorik) atau vokalisasi (‘tic’ fonik)
yang berulang-ulang, tidak disengajakan, stereotipik dan terjadi secara tiba-tiba. Terdapat
beberapa jenis gejala klinis ‘tic’ yang boleh dilihat pada mana-mana bagian tubuh tetapi
yang lebih sering adalah pada wajah, trunkus dan bahu.

6
Secara lazimnya, ‘tic’ telah dibagikan kepada 2 kelompok utama yaitu, ‘tic’
motorik dan ‘tic’ vokal. ‘Tic’ motorik boleh disebut sebagai simple motor tics apabila
hanya satu otot yang terlibat atau complex motor tics apabila terdapat beberapa
pergerakan yang terkoordinasi. Contoh simple motor tics adalah pengedipan mata, rotasi
atau elevasi bahu, sentakan kepala, kontraksi bibir, penutupan mata, mengguling bola
mata, tortikolis (penolehan leher ke satu sisi, pembukaan dan penutupan mulut, kontraksi
abdomen dan/atau mengulurkan tangan dan kaki. Contoh complex motor tics pula adalah
melompat, menendang, menyentuh sesuatu objek, pergerakan yang cabul, membungkuk
tubuh, serdawa dan meniru pergerakan orang lain.
‘Tic’ vokal pula boleh disebut simple vocal tics apabila terdapat bunyi yang
sederhana atau boleh disebut sebagai complex vocal tics apabila terdapat kata-kata dan
kalimat yang lebih lengkap. Contoh simple vocal tics adalah seperti mengorok, batuk, dan
mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak bermakna. Contoh complex vocal tics pula adalah
seperti bunyi yang lebih kompleks dan kuat, ucapan atau kata-kata yang cabul
(koprolalia), dan pengulangan kata-kata yang disebutkan orang lain (ekolalia) 3, 4.

2.4 Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk TD berdasarkan (DSM-IV TR) adalah seperti berikut:

 Kedua-dua ‘tic’ motorik dan ‘tic’ vocal terjadi semasa perjalanan penyakit tetapi
boleh pada waktu yang berlainan.
 ‘Tic’ boleh terjadi banyak kali dalam satu hari hampir-hampir setiap hari atau
kadang-kadang dalam waktu lebih dari satu tahun dengan tidak adanya waktu
bebas ‘tic’ lebih dari 3 bulan berturut-turut

 Onset TD bermula sebelum usia 18

 Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari obat-obatan dan zat-zat
lainnya dan bukan disebabkan oleh suatu kondisi medis umum, contohnya,
kejang, penyakit Huntington’s atau ensefalitis.

7
 Pada beberapa kasus penderita TD akan mengucapkan kata-kata cabul
(koprolalia) atau mengulang kata-kata yang disebutkan orang lain (ekolalia) 1,5.

2.5 Penanganan
Pengobatan yang tersedia semuanya mengobati gejalanya saja. Tidak terdapat obat-
obatan yang boleh menyembuhkan TD ini.4

Cara penanganan TD akan didasarkan pada beberapa faktor seperti:


 Umur pasien, kesehatannya secara keseluruhan dan riwayat penyakitnya
 Tingkat gangguan yang terjadi disebabkan oleh ‘tic’
 Toleransi pasien terhadap obat-obatan atau terapi
 Pendapat dan juga pilihan pengobatan dari keluarga
Sebenarnya, efek dari gejala TD pada konsep diri, hubungan interpersonal dan
aktivitas pembelajaran menentukan apa yang harus diobati dalam pengobatan TD.
Kebanyakan kasus TD tidak mencacatkan. Perkembangan anak tersebut akan seperti
biasa and tidak memerlukan pengobatan. Walau bagaimanapun, apabila gejala ‘tic’
mengganggu aktivitas di sekolah atau pembelajaran atau apabila adanya gangguan yang
lain seperti gangguan obsesif kompulsif dan ADHD, beberapa obat dapat berguna. Jika
anak-anak dengan TD mengalami kesulitan belajar, mereka mungkin akan memerlukan
bimbingan yang khusus, psikoterapi dan pengobatan 6.
Penanganan secara farmakologi adalah untuk mengurangi gejala ‘tic’ yaitu
biasanya dengan menggunakan haloperidol. Haloperidol adalah neuroleptik yang tinggi
potensinya yang menghambat reseptor dopamine D2. Untuk haloperidol, dosis sebanyak
0.5 to 2.0 mg/hari sudah mencukupi. Dosis awal adalah rendah 0.25–0.5 mg/hari dengan
penambahan dosis secara perlahan-lahan 0.25–0.5 mg/hari selama 5 hingga 7 hari.
Biasanya obat ini diberikan sebelum tidor tetapi ada sebagian pasien yang memerlukan
dosis dua kali sehari untuk mengontrol ‘tic’. Efek samping dari semua neuroleptik adalah
sedasi, reaksi distonia akut, simptom ekstrapiramidal termasuk akatisia, penambahan
berat badan, penurunan fungsi kognitif dan efek samping antikolinergik yang lain. Untuk
mengurangkan efek samping, dosis obat harus dikurangkan dan penambahan obat-obatan
seperti beztropin sangat berguna untuk mengurangkan simptom ekstrapiramidal.

8
Guanfacine (0,5–2 mg/hari) merupakan agonist baru yang disukai oleh banyak
dokter karena dosisnya hanya sekali dalam sehari. Neuroleptik atipikal (risperidone 0,25–
16 mg/hari, olanzapine 2,5–15 mg/hari, ziprasidone 20–200 mg/hari) dipilih karena
berhubungan dengan penurunan resiko dari efek samping ekstrapiramidal. Jika ini tidak
efektif, neuroleptik klasik seperti: fluphenazine, atau pimozide dapat diberikan. Suntikan
toksin botulinum efektif untuk mengendalikan ‘tic’ vokal yang melibatkan kumpulan otot
kecil. Dapat juga diberikan psikoterapi suportif dan farmakoterapi, misalnya golongan
neuroleptik, benzodiazepine, dan lainnya. Neuroleptik adalah seperti haloperidol dan
risperidone. Benzodiazepine adalah seperti clonazepam dan diazepam. Lainnya seperti:
clonidine dan pimozide 3, 4, 8.
‘Tic’ juga boleh disupresikan secara non farmakologi dengan menggunakan
teknik habit reversal. Pada TD, habit reversal adalah melatih penggunaan otot yang
berlawanan untuk melawan pergerakan ‘tic’. Cara ini biasanya digunakan bersama
pelatihan relaksasi, pengendalian diri dan pelatihan kesadaran. Penanganan dengan cara
ini berlansung selama 8 hingga 11 bulan dan sebanyak 20 sesi pelatihan. Pengurangan
pada gejala ‘tic’ berlaku pada bulan ke tiga hingga empat pelatihan tersebut.
Penanganan secara psikososial juga boleh diterapkan yaitu dengan edukasi kepada
pasien dan juga keluarganya. Pasien diperkenalkan kepada Tourette Syndrome
Association dan juga kelompok-kelompok support yang lainnya. Ini akan menjadi tempat
untuk suport dan edukasi untuk pasien dan juga keluarganya. Selain itu, terapi psikososial
secara individu juga boleh digunakan untuk mengatasi masalah personal dan
interpersonal secara efektif. Terapi keluarga boleh diberikan apabila terjadi masalah
adaptasi dan komunikasi. Ini adalah karena ada sebagian keluarga yang tidak mengerti
gejala-gejala TD sehingga menghukum anaknya7.

9
BAB 3
KESIMPULAN

Tourette Disorder (TD) adalah gangguan neurologis yang diturunkan yang


ditandai dengan beberapa gerakan tidak sengaja yaitu “tic” motor dan vokalisasi tidak
terkontrol atau disebut “tic” vocal atau fonik. TD didiagnosis berdasarkan kriteria
diagnostik (DSM-IV TR) seperti yang tercatat di atas. Penanganan untuk TD dapat
berupa farmakologik dan non farmakologik. Penanganan secara farmakologi hanya
dianjurkan untuk diberikan apabila gejala-gejala pada pasien menimbulkan kesulitan
dalam aktivitas sehariannya atau menimbulkan gangguan pada emosi pasien. Secara
farmakologik adalah dengan pemberian neuroleptik haloperidol atau pilihan-pilihan
yang lainnya. Non farmakologik adalah dengan edukasi pada pasien dan juga keluarga
pasien. Masalah-masalah personal dan interpersonal dapat diselesaikan dan juga
keluarga pasien dapat lebih mengerti TD ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Jagger, J., Prusoff, B.A., Cohen, D.J., Kldd, K.K., Carbonari, C.M., John, K.,
2002. The Epidemiology of Tourette's Syndrome: A Pilot Study. Oxford Journals.
Vol.8, No.2.
Available from:
http://schizophreniabulletin.oxfordjournals.org [Accessed 13th May 2010]
2. Center for Disease Control and Prevention (CDC)
http://www.cdc.gov/Features/TouretteSyndrome/
3. Emedicine-Tourette’s Syndrome
http://www.emedicinehealth.com/tourettes_syndrome/page2_em.htm
4. National Institute of Neurological Disorders and Stroke – Tourette’s Syndrome
http://www.ninds.nih.gov/disorders/tourette/
5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text
Revision (DSM-IV-TR); Tourette’s Disorder; 2000; American Psychiatric
Association; United States.
6. Kay, J., Tasman, A.; Childhood Disorders: Tic Disorders; Essentials of
Psychiatry; John Wiley & Sons Ltd; United States of America; 2006; 347.
7. Sadock. B.J., Sadock, V.A.; Tic Disorders; Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry; Lippincott Williams & Wilkins Publications; United States of
America; 2007; 1234-1241.

11

You might also like