You are on page 1of 17

‫‪JILID I‬‬

‫‪BAB 25: PERINTAH AGAR MENUNAIKAN AMANAH‬‬

‫‪HADITS NO.199‬‬

‫هللا ﷺ قَا َل ‪(( :‬آي َ ُة‬ ‫ول ِ‬ ‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة ‪-‬ريض هللا عنه‪َ ˛-‬أ َّن َر ُس ُ‬
‫الْ ُمنَا ِف ِق ثَ َال ٌث‪َ :‬ذا َحد ََّث َك َذ َب˛ َو َذا َوعَدَ َأ ْخلَ َف˛ َو َذا ْاؤتُ ِم َن خ ََان))‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫)متفق عليه(‬
‫‪ bersabda: “Tanda-‬ﷺ ‪Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-; Bahwa Rasulullah‬‬
‫‪tanda rang munafik ada tiga; jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia tidak menepati, dan‬‬
‫)‪jika diberi amanah dia berkhianat.” (Muttafaq ‘alaih‬‬

‫‪HADITS NO. 200‬‬

‫هللا ﷺ‬ ‫ول ِ‬ ‫َو َع ْن َح َذيْ َف َة ْب ِن الْ َي َم ِان ‪-‬ريض هللا عنه‪˛-‬قَا َل‪َ :‬ح َّدثَنَا َر ُس ُ‬
‫وب ّ ِالر َج ِل˛ مُث َّ‬ ‫َح ِديْثَنْي ِ قَدْ َرَأيْ ُت َأ َحدَ مُه َا َوَأاَن َأنْ َت ِظ ُر اْآلخ ََر‪َ :‬ح َّدثَنَا‪َ(( :‬أ َّن اَأْل َمان َ َة نَ َزل َ ْت يِف ْ َج ْذ ِر قَلُ ِ‬
‫نَ َز َل الْ ُق ْرآ ُن فَ َع ِل ُم ْوا ِم َن الْ ُق ْرآ ِن˛ َوعَ ِل ُم ْوا ِم َن ا ُّلسنَّ ِة))‪ .‬مُث َّ َح َّدثَنَا َع ْن َرفْع ِ اَأْل َمان َ ِة˛فَ َقا َل‪(( :‬يَنَا ُم‬
‫َّالر ُج ُل النَّ ْو َم َة فَ ُت ْق َب ُض اَأْل َمان َ َة ِم ْن قَلْ ِب ِه˛ فَيَ َظ ُّل َأث َُرهَا ِمثْ َل الْ َو ْك ِت˛ مُث َّ يَنَا ُم النَّ ْو َم َة فَ ُت ْق َب ُض اَأْل َمان َ ُة‬
‫ِم ْن قَلْ ِب ِه˛ فَ َي َظ ُّل َأث َُرهَا ِمثْ َل َأثَ ِر الْ َم ْج ِل˛ َك َج ْم ٍر د َْح َر ْجتَ ُه عَىَل ِر ْجكِل َ فَنَ ِفطَ فَرَت َ ا ُه ُمنْ َترِب ً ا َولَيْ َس ِفي ِه‬
‫ون˛ فَ َال يَاَك ُد َأ َح ٌد يُ َؤ ِ ّدي اَأْل َمان َ َة‬ ‫يَش ْ ٌء مُث َّ أ َخ َذ َح َصا ًة فَدَ ْح َرهَج َا عَىَل ِر ْجهِل ِ فَ ُي ْصب ُِح النَّ ُاس يَت َ َباي َ ُع َ‬
‫َحىَّت يُ َقا َل‪َّ :‬ن يِف بَيِن فُ َال ٍن َر ُج ًال َأ ِمينًا˛ َحىَت يُ َقا َل ِل َّلر ُج ِل‪َ :‬ما َأ ْجدَل َ ُه َما َأ ْظ َرفَهُ˛ َما َأ ْع َقهَل ُ! َو َما يِف‬
‫ِإ‬
‫قَلْ ِب ِه ِمثْ َق ُال َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْر َدلٍ ِم ْن يْ َم ٍان‪َ .‬ول َ َقدْ َأىَت عَيَل َّ َز َم ٌان َو َما ُأاَب يِل َأيُّمُك ْ اَب ي َ ْع ُت˛ لَنِئ ْ اَك َن ُم ْسل ًماِ‬
‫ِإ‬
‫لَرَي ُ َّدن َّ ُه عَىَل ِدي ِن ِه˛ َولَنِئ ْ اَك َن نَرْص َ ا ِن ًّيا َأ ْوهَي ُو ِداًّي لَرَي ُ َّدن َّ ُه عَيَل َّ َسا ِعي ِه˛ َوَأ َّما الْ َي ْو َم فَ َما ُك ْن ُت ُأاَب ِي ُع ِمنْمُك ْ الَّ‬
‫ِإ‬
‫فُ َالاًن َوفُ َالاًن ))‪( .‬متفق عليه)‬
‫ﷺ ‪Dari Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu ‘anhu-, ia bercerita; Rasulullah‬‬
‫‪menyampaikan dua hadits kepada kami, yang aku sudah mengetaui salah satu dari keduanya,‬‬
‫‪dan aku menunggu satu hadits lagi. Beliau memberi tahu kami bahwa amanah merasuk ke‬‬
lubuk hati orang-orang, kemudian turunlah ayat Al-Quran sehingga mereka mengetahui
amanah dari Al-Quran dan dari As-Sunnah.

Lalu beliau memberi tahu kami tentang dicabutnya amanah, beliau bersabda: “Seseorang
sedang tidur sejenak kemudian dicabutlah amanah itu dari dalam hatinya, sehingga bekasnya
tersisa sedikit saja. Lalu dia tidur sejenak lagi, maka dicabutlah amanah dari dalam hatinya
sehingga bekasnya tinggal titik-titik saja, seperti bara api yang digelindingkan di atas kakimu
maka timbullah bengkak (melepuh) yang kamu melihat di dalamnya tidak terdapat apa-apa.
Selanjutnya, beliau mengambil batu-batu kecil dan digelindingkan di atas kaki beliau.

Lalu memasuki pagi hari orang-orang saling berjual beli dan hampir tidak ada satupun yang
menunaikan amanah hingga dikatakan bahwa di suku Fulan ada seseorang yang dapat
dipercaya, sehingga dikatakan kepada orang itu: ‘Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya,
dan alangkah pandainya dia,’ padahal di dalam hatinya tidak terdapat iman walaupun sebesar
biji sawi. Sesungguhnya telah datang kepadaku suatu masa ketika aku tidak peduli dengan
siapakah di antara kalian aku berjual beli: seandainya orang itu muslim, pasti dia akan
menunaikan amanahnya kepadaku karena agamanya; sedangkan jika ia seorang Nashrani atau
Yahudi, pasti dia akan menunaikan amanahnya kepadaku karena usahanya. Adapun sekarang,
aku tidak akan berjual beli kecuali denan Fulan dan Fulan.” (Muttafaq ‘alaih)

HADITS NO. 201

Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhumaa-, keduanya bertutur; Rasulullah
‫ ﷺ‬pernah bersabda: “”Kelak Allah tabaaraka wa ta’aalaa akan mengumpulkan
umat manusia, kemudian orang-orang mukmin berdiri hingga syurga didekatkan kepada
mereka. Selanjutnya, mereka datang kepda Nabi Adam dan berkata: ‘Wahai bapak kami,
mintalah supaya Allah agar membukakan pntu syurga untuk kami.’ Adam menjawab:
‘Bukankah kalian dikeluarkan dari syurga melainkan karena kesalahan bapak kalian. Aku
bukan orang yang mempunyaiwewenang untuk itu. Pergilah kalian kepada putraku, Ibrahim,
kekasih Allah.’”

Rasulullah bersabda lagi: “Kemudian mereka mendatangi Ibrahim (dan meminta hal yang
sama kepadanya), maka Ibrahim pun menjawab: ‘Aku bukan pemegang wewenang itu, teapi
aku hanyalah kekasih yang tidak mencapai derajat setinggi itu. Pergilah kepada Musa yang
pernah diajak bicara secara langsung oleh Allah.’ Kemudian mereka pun mendatangi musa
(dan meminta hal yang sama kepadanya), namun Musa juga menjawab: ‘Aku tidak
berwenang melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada ‘Isa yang merupakan kalimat
Allah dan roh dari sisi-Nya.’”

Akan tetapi, ‘Isa pun menjawab (ketika diminta al yang sama): ‘Aku bukan pemegang
wewenang untuk itu.’ Setelah itu mereka mendatangi Muhammad ‫ﷺ‬. Maka
beliau berdiri, dan diberikanlah izin kepada beliau. Selanjutnya, dilepaskan amanah (sesuatu
yang dipercayakan) dan rahim (tali penyambung kekerabatan), lalu keduanya berada di dua
tepi di sebelah kanan dan kiri shirath (jembatan) di atas Neraka Jahannam. Kemudian orang
pertama diantara kalian melewatinya seperti kilat.’”

Lntas aku bertanya: “Ayah dan ibuku sebagai tebusan (engkau), apakah itu yang melewati
seperti kilat?” Beliau pun menjawab: “Tidakkah kalian menyaksikan bagaimana dia berjalan
dan kembali melainkan secepat kedipan mata. Kemudian (orang berikutnya melewati shirath)
seperti jalannya angin, lalu adap pula yang seperti terbangnya burung. Dan, ada orang yang
melintasinya seperti orang yang berlari sangat kencang. Semua itu tergantung pada amal
perbuatan mereka (manusia), sedangkan Nabi kalian berdiri di atas shirath seraya berdoa:
‘Ya Rabbku, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Hingga pada giliran orang-orang yang amal
kebaikannya amat lemah (yang lambat dalam melewati shirath). Lalu datang seseorang yag
tidak bisa berjalan kecuali dengan cara merangkak. Dan, pada kedua tepi shirath itu
tergantung kalalib (semacam jangkar besi yang dibengkokan ujungnya), yang diperintahkan
padanya untuk mengambil (mengait) orang-orang yang diperintahkan untuk diambil
(dikait)nya. Kemudian ada orang yang terluka tetapi selamat, dan ada pula orang yang
dikaitnya (dicabik-cabik) lalu dilemparkan ke dalam api Neraka.”

(Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- berakata:) “Demi Rabb yang jiwa Abu Hurairah berada di
tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka Jahannam itu sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.”
(HR. Muslim)

HADITS NO. 202

Dari Abu Khubaib, ‘Abdullah bin az-Zubair -radhiallahu ‘anhumaa-, ia bercerita; ketika
terjadi perang Jamal, az-Zubair (ayahnya) berdiri sambil memanggilku, maka akupun
melangkah mendekatinya. Selanjutnya dia berkata (kepadaku): “Hai anakku, sesungguhna
hari ini tidak ada yang terbunuh kecuali seorang yang zhalim atau yang dizhalimi. Dan
sesungguhnya, hari ini aku mendapat firasat akan dibunuh karena dizhalimi. Maka yang
paling menggelisahkanku adalah hutangku. Apakah kamu melihat utang itu akan menyisakan
sesuatu dari harta kita?” Kemudian dia berkata: “Hai anakku, juallah semua kekayaan kita
dan lunasilah hutangku.”

Lantas dia berwasiat dengan sepertiganya, dan sepertiganya dari sepertiganya diperuntukkan
bagi anak-anak, yakni untuk anak-anak ‘Abdullah bin az-Zubair sebanyak sepertiga dari
sepertiga (wasiat tersebut). Lalu dia berkata: “Seandainya masih ada kelebihan harta setelah
utang dilunasi, maka sepertiga dari kelebihan itu untuk anak-anakmu.”

Hisyam menambahkan: “Usia sebagian anak ‘Abdullah sepantar dengan sebagian anak-anak
az-Zubair (paman-paman mereka), seperti Khubaib dan ‘Abbad. Pada saat itu, az-Zubair
memiliki sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan.”

‘Abdullah melanjutkan; Az-Zubair selalu berpesan untuk melunasi utangnya, sampai-sampai


dia berkata: ‘Hai anakku, jika kamu tidak mampu melunasinya maka mohonlah pertolongan
kepada Maula (Pelindungku).’ ‘Abdullah pun berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang
dikehendakinya hingga aku bertanya: ‘Wahai ayahku, siapakah Maula?’ Az-Zubair
menjawab: ‘Allah.’” Terkait hal ini, ‘Abdullah menyatakan: “Demi Allah, tidaklah kau
mengalami kesulitan dalam membayar utangnya melainkan aku selalu berdoa: ‘Wahai Maula
az-Zubair, lunasilah utang az-Zubair.’ Tidak lama kemudian, Dia ‫ ﷻ‬benar-benar
menjadikan utangnya itu lunas.”

‘Abdullah melanjutkan; Maka az-Zubair terbunuh (dalam Perang Jamal pada hari itu), dan
dia tidak meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun kecuali dua bidang tanah. Salah
satunya tanah Ghabah (sebuah lokasi di Madinah), sebelah rumah di Madinah, dua rumah di
Bashrah, satu rumah di Kufah, dan satu lagi di Mesir. Sebenarnya, utang yang menderanya
itu dikarenakan seseorang datang dengan membawa harta dan hendak menitipkan harta itu
kepadanya, kemudian dia (az-Zubair) berkata: ‘Tidak (aku anggap sebagi titipan), tetapi ini
adalah pinjaman. Karena, aku takut kalau harta itu hilang.’ Sesungguhnya Zubair tidak
pernah menjabat sebagai Amir (penguasa suatu daerah) petugas penarik zakat, penagih upeti
maupun lainnya kecuali pada saat perang bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, Abu Bakar,
‘Umar, dan ‘Utsman -radhiallahu ‘anhum-.

‘Abdullah melanjutkan: “Lalu aku menghitung utangnya (az-Zubair) dan ternyata berjumlah
dua juta dua ratus ribu.” Tak berapa lama setelah itu, Hakim bin Hizam, bertemu dengan
‘Abdullah bin az-Zubair dan bertanya: “Hai keponakanku, berapa total hutang saudaraku?”
Tetapi aku (‘Abdullah) merahasiakannya seraya menjawab: “Seratus ribu.” Hakim pun
berkata: “Demi Allah, aku kira harta kalian tidak cukup untuk melunasi hutang itu.”
Kemudian ‘Abdullah berakata: “Bagaimana pendapatmu jika total utangnya dua juta dua
ratus ribu?” Hakim menjawab: “Aku kira kalian tidak sanggup membayarnya. Jika kalian
tidak mampu melunasinya, maka mintalah bantuan kepadaku.”

‘Abdullah melanjutkan; Az-Zubair pernah membeli tanah Ghabah seharga seratus tujuh puluh
ribu. Kemudian ‘Abdullah menjualnya seharga satu juta enam ratus ribu. Lalu ‘Abdullah
berdiri (di hadapan orang-orang) dan berseru: “Barangsiapa yang mengutangi az-Zubair maka
temui kami di tanah Ghabah.” Lantas ‘Abdullah bin Ja’far datang, dan dia pernah mengutangi
Zubair sebanyak empat ratus ribu. Namun dia berakta kepada ‘Abdullah: “Apabila kalian
berkenan, aku akan membiarkannya untuk kalian.” ‘Abdullah menyahut: “Tidak” ‘Abdullah
binJa’far kembali menawarkannya: “Apabila kalian berkehendak, kalian boleh
menangguhkannya.” Tetapi ‘Abdullah tetap menanggapinya: “Tidak.” Melihat ketegasan
sikapnya, ‘Abdulah bin Ja’far: “Kalau berilah aku sebagian dari areal tanah Ghabah ini.”
Maka ‘Abdullah berkata: “Baguanmu dari sini sampai sini.” Kemudian ‘Abdullah menjual
sebagian areal lainnya untuk melunasi hutang ayahnya, dan hal itu benar-benar
dilaksanakannya hingga yang tersisa (dari tanah itu) hanya empat setengah bagian.

Setelah itu, ‘Abdullah mendatangi Mu’awiyah sementara di sana hadir pula ‘Amr bin
‘Utsman, al-Mundzir bin az-Zubair, dan Ibnu Zam’ah. Lalu Mu’awiyah bertanya: “Berapa
harga tanah Ghabah itu?” ‘Abdullah pun menjawab: “Setiap bagian harganya seratus ribu.”
Mu’awiyah kembali bertanya: “Memangnya masih berapa banyak yang tersisa?” ‘Abdullah
menjawab: “Empat setengah bagian.” Lantas al-Mundzir bin az-Zubair berkata: “Aku
membeli satu bagian dengan harga seratus ribu.” Lalu ‘Amr bin ‘Utsman berkata: “Aku
membeli satu bagian lainnya dengan harga seratus ribu.” Ibnu Zam’ah juga berkata: “Aku
pun membeli satu bagian lainnya dengan harga seratus ribu.” Selanjutnya Mu’awiyah
bertanya lagi: “Berapa lagi bagian yang tersisa?” ‘Abdullah menjawab: “Satu setengah
bagian.” Maka Mu’awiyah berkata: “Kalau begitu, aku membeli semua (sisanya) seharga
seratus lima puluh ribu.”

‘Abdullah melanjutkan; Kemudian ‘Abdullah bin Ja’far menjual bagiannya kepada


Mu’awiyah seharga enam ratus ribu. Setelah ‘Abdullah selesai melunasi hutang ayahnya (az-
Zubair), putra-putri az-Zubair pun berkata: “Bagikanlah warisan untuk kami.” Namun,
‘Abdullah menjawab: “Demi Allah, aku tidak membagikan warisan kepda kalian sebelum
berlalu empat musim, yang pada setiap musim itu aku akan menyiarkan: ‘Barangsiapa yang
pernah mengutangi Zubair, maka dipersilahkan kepadanya datang kepada kami untuk kami
lunasi (utangnya).” Maka setiap tahun, ‘Abdullah mengumumkan hal tersebut pada musim
haji. Sesudah empat tahun berlalu, ‘Abdullah membagikan warisan di antara mereka dan
membayar sepertiga bagiannya (sebagai wasiat az-Zubair). Ketika itu az-Zubair mempunyai
emapt orang istri, sehingga setiap istrinya mendapat satu juta dua ratus ribu. Dan sungguh,
semua harta kekayaan az-Zubair berjumlah lima puluh juta dua ratus ribu. (HR. Al-Bukhari)

BAB 28: MENUTUP AIB KAUM MUSLIMIN DAN LARANGAN


MENYEBARLUASKANNYA TANPA SUATU KEBUTUHAN

HADITS NO. 240

‫ (( َالي َْسرُت ُ َع ْب ٌد‬:‫ َع ِن النَّيِب ِ ّ ﷺ قَا َل‬-‫ريض هللا عنه‬- ‫َو َع ْن َأيِب ْ ه َُر ْي َر َة‬
)‫هللا ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة)) (رواه مسمل‬
ُ ‫َع ْبدً ا يِف ادلُّ نْ َيا الَّ َسرَت َ ُه‬
‫ِإ‬
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda: “Tidaklah
seorang hamba menutupi (aib) hamba yang lain di dunia melainkan Allah akan menutupi
(aib)nya pada hari Kiamat kelak.” (HR. Muslim)

HADITS NO. 241

Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), ia bertutur; aku pernah mendengar Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda: “Setiap umatku akan mendapat ampunan kecuali orang yang
terang-terangan (dalam berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan (dalam berbuat
dosa) adalah seseorang melakukan suatu perbuatan (dosa/kemaksiatan) pada malam hari
kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya
itu, yakni dia berkata: ‘Hai Fulan tadi malam aku berbuat begini dan begitu.’ Padahal pada
malam hari Rabbnya telah menutupi perbuatannya itu tetapi, pada pagi hari dia membuka
sendiri perbuatannya yang telah ditutupi Allah tersebut.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS NO. 242

Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda: “Jika
seorang budak perempuan berbuat zina dan perbuatannya zinanya itu telah nyata (yakni
benar-benar terbukti), maka deralah dia sebagai had (hukuman)-nya dan janganlah ia dicela.
Kemudian jika perempuan itu berbuat zina untuk kedua kalinya, maka deralah dia sebagai
had (hukuman)-nya dan janganlah ia dicela. Lalu jika perempuan itu berbuat zina untuk
ketiga kalinya, maka juallah dia meskipun hanya seharga tali yang terbuat dari bulu unta.”
(Muttafaq ‘alaih)

HADITS NO. 243

Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), ia bercerita: “Pernah dihadapkan kepada Nabi
‫ ﷺ‬seorang yang minum khamer (minuman keras), maka beliau bersabda:
‘Pukullah dia.’” Abu Hurairah melanjutkan: “Maka diantara kami ada yang memukul dengan
tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, dan ada juga yang memukul dengan
pakaiannya. Ketika orang itu akan pergi (selesai dihukum) sebagian orang berkata: ‘Semoga
Allah menghinakanmu.’ Mendengar pernyataan itu, Rasulullah pun berseru: ‘Janganlah
kalian berkata demikian. Janganlah kalian membantu syaitan (untuk mencelakakan)
dirinya.’” (HR. Al-Bukhari)

BAB 35: HAK SUAMI ATAS ISTRI

HADITS NO. 281

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, ia berkata; “Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah


bersabda: “Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu dia tidak mau
memenuhi ajakannya itu sehingga suaminya itu marah kepadanya, maka malaikat akan
melaknatnya sampai pagi hari.” (Muttafaq ‘alaih)

HADITS NO. 282

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- juga; Bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


“Tidak halal (boleh) bagi seorang wanita untuk berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada
bersamanya, kecuali seizinnya. Tidak boleh pula dia memberi izin (kepada orang lain untuk
masuk ke rumah) kecuali seizinnya.” Muttafaq ‘alaih, dan lafadz ini milik Al-Bukhari.

HADITS NO. 283


Dari Ibnu ‘Umar -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda: Setiap
kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.
Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi seluruh
anggota rumah (keluarga), serta seorang wanita (istri) adalah pemimpin bagi rumah suaminya
dan anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap kalian bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)

HADITS NO. 284

Dari Abu ‘Ali Thalaq bin ‘Ali -radhiallahu ‘anhu- ; Bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: “Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi kebutuhan (biologis)nya,
maka hendaklah dia memenuhinya meskipun sedang (menjaga masakan) di atas tungku api.”
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i. At-Tirmidzi menyatakan: “Hadits ini hasan
shahih.”

HADITS NO. 285

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda:
“Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada seseorang niscaya aku
akan menyuruh seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” Diriwayatkan diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi dan dia mengatakan: “Hadits ini hasan shahih.”

HADITS NO. 286

Dari Ummu Salamah -radhiallahu ‘anha-, ia berkata; Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah


bersabda: “Wanita mana pun yang meninggal dunia dengan disertai keridaan suaminya akan
masuk syurga.” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan dia menyatakan: “Hadits ini hasan.”

HADITS NO. 287

Dari Mu'adz bin Jabal -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda:
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya yang berasal dari
kalangan bidadari penghuni syurga berseru: ‘Janganlah kamu menyakitinya, mudah-mudahan
Allah memurkaimu. Sesungguhnya dia bersama kalian sebagai tamu, hanyalah sementara
waktu, dan dia akan berpisah denganmu untuk kembali kepada kami.” Diriwayatkan oleh At-
Tirmidzi, dan dia mengatakan: “Hadits ini hasan.”

HADITS NO. 288


Dari Usamah bin Zaid -radhiallahu ‘anhuma-, dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda:
“Aku tidak meninggalkan suatu fitnah (cobaan) sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi
kaum laki-laki daripada fitnah kaum wanita.” (Muttafaq ‘alaih)

JILID II

BAB 76: TABAH DALAM PENDERITAAN

HADITS NO.648

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, Dia berkata: “Wahai Rasulullah aku memiliki
beberapa orang kerabat, tetapi setiap kali aku menyambung tali silaturahmi, mereka justru
memutuskan hubungan denganku, dan aku juga berbuat baik kepada mereka tetapi mereka
justru berbuat jahat kepadaku, dan aku sabar terhadap mereka tetapi mereka bersikap bodoh
terhadap diriku.” Maka beliau bersabda: “Jika kamu benar-benar seperti yang kamu katakan
itu maka seakan-akan kamu menelan abu yang sangat panas kepada mereka. Dan Allah akan
selalu memberi pertolongan kepadamu atas perbuatan mereka selama kamu tetap berbuat
demikian.” (HR. Muslim)
JILID III

BAB 85 : MENJAGA RAHASIA

HADITS NO. 685

: ‫هللا ﷺ‬ ِ ‫ول‬ ُ ”‫ قَ””ا َل َر ُس‬: ‫ قَ””ا َل‬-‫ريض هللا عن””ه‬- ‫َع ْن َأيِب َس ِعي ٍد الْ ُخدْ ِر ِ ّي‬
.‫هللا َمزْن ِ ةَل ً ي َ” ْ”و َم الْ ِق َيا َم” ِة َّالر ُج” َل يُ ْفيِض ىَل الْ َم” ْ”رَأ ِة َوتُ ْفىِض لَي” ِه مُث َّ يَنْرُش ُ رِس َّ هَا‬
ِ َ‫َّن َأرَش َّ النَّ ِاس ِع ْن””د‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
)‫(رواه مسمل‬
Dari Abu Sa’id Al-Khudri -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: “Sesungguhnya seburuk-buruk keburukan di sisi Allah pada hari Kiamat kelak
adalah seorang suami mencampuri isterinya atau seorang isteri yang berhubungan badan
dengan suaminya, lalu dia menyebarluaskan rahasianya.” (HR. Muslim)

HADITS NO. 686

Dan dari ‘Abdullah bin ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma-, bahwa ‘Umar pada saat peterinya,
Hafshah menjadi janda, dia -radhiallahu ‘anhu- berkata: “Aku berjumpa dengan ‘Utsman bin
‘Affan -radhiallahu ‘anhu-, maka kutawarkan Hafshah kepadanya, dan aku katakan: ‘Jika
engkau mau, aku akan menikahkan dirimu dengan Hafshah binti ‘Umar.’ ‘Aku akan pikir-
pikir dulu,’ jawab ‘Utsman.

Setelah beberapa hari berlalu, dia menemuiku dan berkata: ‘Sepertinya saya tidak menikah
saat ini.’ Kemudian aku bertemu Abu Bakar Ash-Shidiq -radhiallahu ‘anhu-, dan kukatakan:
‘Jika mau, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah, puteri ‘Umar.’ Maka Abu Bakar
-radhiallahu ‘anhu- terdiam dan tidak memberi jawaban apa-apa kepadaku, sehingga aku
lebih marah kepadanya daripada kepada ‘Utsman.

Setelah beberapa hari berlalu, Nabi ‫ ﷺ‬melamar Hafshah dan kemudian saya
nikahkan Hafshah dengna beliau. Setelah itu, Abu Bakar menemuiku dan berkata: Mungkin
dulu kamu marah kepadaku pada saat kamu menawarkan Hafshah kepadaku, tetapi aku tidak
memberi jawaban apa pun kepadamu. ‘Ya,’ jawabku.

Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk menerima tawaran
itu, hanya saja aku telah mengetahui bahwa Nabi ‫ ﷺ‬pernah menyebutnya, tetapi
aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah ‫ﷺ‬. Seandainya Nabi
‫ ﷺ‬tidak jadi menikahinya, niscaya aku akan menerimanya.’” (HR. Bukhari)

BAB 94 : MEMULIAKAN TAMU

HADITS NO. 706


Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia menghormati tamunya. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia menyambung
tali silaturahmi. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah dia
berkata baik atau diam saja.” (Muttafaq ‘alaih)

BAB 97 : ISTIKHARAH DAN MUSYAWARAH

HADITS NO. 718

Dari Jabir -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata: “Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajarkan


istikharah kepada kami dalam segala urusan, sebagaimana beliau mengajarkan salah satu
surat Al Quran. Beliau bersabda: ‘Jika salah seorang diantara kalian berkeinginan keras untuk
melakukan sesuatu, maka hendaklah dia mengerjakan shalat dua rakaat di luar shalat wajib,
dan hendaklah dia mengucapkan:

‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk kepada-Mu dengan ilmu-Mu, memohon
ketetapan dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon karunia-Mu yang sangat agung, karena
sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak kuasa sama sekali, Engkau mengetahui
sedang aku tidak, dan Engkau Maha Mengetahui yang ghaib

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagi diriku untuk agama,
kehidupan, dan akhir urusanku, atau mengucapkan: Baik dalam waktu dekat maupun yang
akan datang, maka tetapkanlah ia bagiku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berikan
berkah kepadaku dalam menjalankannya.

Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku untuk agama, kehidupan, dan
akhir urusanku, atau mengatakan: Baik dalam waktu dekat maupun yang akan datang, maka
jauhkanlah urusan itu dariku dan jauhkanlah aku darinya, serta tetapkanlah yang baik itu
bagiku dimanapun kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku orang yang ridha dengan
ketetapan tersebut.

Beliau bersabda: “Hendaklah dia menyebutkan keperluannya.” (HR Al-Bukhari)

BAB 120 : DISUNNAHKAN UNTUK TIDAK BERMEWAH-MEWAH DALAM


BERPAKAIAN KARENA TAWADHU’

HADITS NO. 802

Dari Mu’adz bin Anas -radhiallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


“Barangsiapa meninggalkan pakaian mewah karena tawadhu’ kepada Allah, padahal
sebenarnya dia mampu membelinya, maka Allah akan memanggilnya kelak pada hari kiamat
di hadapan semua makhluk sampai dia disilahkan untuk memilih pakaian iman yang mana
saja yang dia inginkan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia mengatakan: “Hadtis itu
hasan.”)

BAB 122 : DIHARAMKAN PAKAIAN SUTERA BAGI KAUM LAKI-LAKI DAN


DIHARAMKAN BAGI MEREKA DUDUK DAN BERSANDAR PADANYA NAMUN
DIBOLEHKAN MEMAKAINYA BAGI KAUM WANITA

HADITS NO. 808

Dari Abu Musa al-Asy'ari -radhiallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


“Diharamkan memakai kain sutera dan emas bagi umatku yang laki-laki, dan dihalalkan bagi
kaum wanitanya.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia mengatakan: “Hadtis ini hasan
shahih.”)

BAB 137 : SALAM SEORANG SUAMI KEPADA ISTERINYA DAN SEORANG


WANITA DARI MAHRAMNYA MAUPUN BUKAN MAHRAMNYA YANG TIDAK
DIKHAWATIRKAN TIMBULNYA FITNAH

HADITS NO. 863

Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia bercerita, di antara kami terdapat seorang wanita
-dan dalam sebuah riwayat disebutkan di antara kami terdapat seorang wanita tua- yang biasa
mengambil sayuran kemudian dimasak di dalam kuali serta dicampur dengan tepung gandum.
Jika kami telah selesai mengerjakan salat Jum’at maka kami kembali dan mengucapkan
salam kepadanya, lalu dia menghidangkan masakan itu kepada kami. (HR Al-Bukhari)

BAB 140 : ADAB MEMINTA IZIN

HADITS NO. 871

Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Sesungguhnya permintaan izin itu dibuat dalam rangka menjaga pandangan mata.”
(Muttafaq ‘alaih)

BAB 179 : HARAM SAFAR SENDIRIAN BAGI WANITA

HADITS NO. 990

Dari Ibnu ‘Abbas -radhiallahu ‘anhu- bahwa ia mendengar Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:


“Tidak boleh seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali bersama
mahram-nya, dan tidak boleh seorang wanita pergi safar kecuali bersama mahram-nya.” Ada
seseorang berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah , isteriku pergi haji sementara aku
terkena kewajiban jihad dalam perang ini?” Beliau bersabda: “Pergilah dan berhajilah
bersama isterimu.” (Muttafaq ‘alaih)
JILID IV

BAB 251 : KEUTAMAAN MENDOAKAN SAUDARA TANPA


SEPENGETAHUANNYA

HADITS NO. 1494

Dari Abu Darda -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya dia mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: “Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya,
melainkan Malaikat berkata: “Untukmu seperti itu juga.” (HR. Muslim)
JILID V

BAB 254 : HARAMNYA GHIBAH DAN PERINTAH MENJAGA LISAN

HADITS NO. 1513

Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: “Barangsiapa menjamin kepadaku apa yang ada diantara kedua rahangnya (lidah)
dan apa yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin baginya surga.”
(Muttafaq ‘alaihi)

BAB 257 : LARANGAN NAMIMAH (MENYEBARLUASKAN PEMBICARAAN


ANTAR SESAMA DENGAN TUJUAN MERUSAK)

HADITS NO. 1536

Dari Hudzaifah -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


“Tidak masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi)

BAB 260 : LARANGAN BERDUSTA

HADITS NO. 1544

Dari Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda:


“Barangsiapa yang mengaku bermimpi dengan sesuatu yang tidak pernah dimimpikannya
saya dia akan dibebani untuk mengikat di antara dua buah biji gandum, sedang dia tidak akan
mampu melakukannya. Barangsiapa yang mendengarkan pembicaraan ghibah tentang suatu
kaum padahal mereka membencinya, niscaya akan dituangkan cairan timah mendidih ke
dalam kedua telinganya pada hari Kiamat kelak. Barang siapa yang menggambar suatu
gambar (makhluk hidup) niscaya dia akan disiksa dan diperintahkan untuk meniupkan roh ke
dalamnya, padahal dia bukanlah peniup roh.” (HR Al-Bukhari)

BAB 262 : ANJURAN BERSIKAP SELEKTIF TERHADAP APA YANG AKAN


DIUCAPKAN

HADITS NO. 1549

Dari Asma’ -radhiallahu ‘anha-, bahwasanya seorang perempuan pernah berkata: “Wahai,
Rasulullah! Sesungguhnya suamiku mempunyai istri selainku. Berdosakah jika aku berpura-
pura memperoleh sesuatu dari suamiku, padahal dia tidak memberinya kepadaku?” Nabi
‫ ﷺ‬menjawab: ‘Orang yang berpura-pura memperoleh sesuatu yang tidak
diperolehnya seperti orang yang memakai pakaian (kehormatan) palsu.” (Muttafaq ‘alaihi)
BAB 291: LARANGAN BERKHALWAT BERSAMA WANITA BUKAN MAHRAM

HADITS NO. 1629

Dari Ibnu ‘Abbas -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :


“Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang perempuan,
kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaq ‘alaih)

BAB 292: LARANGAN LAKI-LAKI MENYERUPAI PEREMPUAN DAN


PEREMPUAN MENYERUPAI LAKI-LAKI DALAM BERPAKAIAN, GERAKAN,
DAN HAL-HAL LAINNYA

HADITS NO. 1632

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata : “Rasulullah ‫ ﷺ‬melaknati


laki-laki yang berpakaian dengan pakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian
dengan pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih)

BAB 294: LARANGAN MENYEMIR RAMBUT DENGAN WARNA HITAM BAGI


LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

HADITS NO. 1637

Dari Jabir -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata : “Abu Quhafah, ayah Abu Bakar Ash-Shidiq
-radhiallahu ‘anhu-, dibawa menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬pada hari Fat-hu
Makkah, sedang (warna) kepala dan jenggotnya seperti tanaman yang bunga dan buahnya
berwarna putih.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda “Ubahlah ini, namun jangan
menggunakan warna hitam.” (HR Muslim)

BAB 296: LARANGAN MENYAMBUNG RAMBUT, BERTATO, DAN WASYR


(MERAPIKAN GIGI)

HADITS NO. 1644

Dari Ibnu ‘Umar -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬melaknati


wanita yang menyambung rambutnya (memasang rambut palsu) dan wanita yang meminta
agar rambutnya disambungkan (dipasangkan rambut palsu). Demikian juga wanita yang
bertato dan wanita yang minta ditato. (Muttafaq ‘alaih).

BAB 302: LARANGAN MERATAPI MAYAT, MEMUKUL-MUKUL PIPI,


MENYOBEK-NYOBEK KERAH BAJU, MENCABUTI DAN MENCUKUR
RAMBUT, SERTA MENDOAKAN KECELAKAAN DAN KEBINASAAN.
HADITS NO. 1664

Dari Abu Malik Al-Asy'ari, dia berkata bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : “Wanita
yang meratapi mayat, apabila dia mati sebelum bertaubat, pada hari kiamat kelak akan
dibangkitkan dengan memakai jubah yang terbuat dari ter dan memakai baju besi yang
berkarat.” (HR. Muslim)

BAB 335: LARANGAN BAGI ISTERI MENOLAK AJAKAN SUAMI UNTUK


BERHUBUNGAN INTIM TANPA ADA UDZUR SYAR’I

HADITS NO. 1749

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata : Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :


“Jika seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur (untuk berhubungan intim), tetapi dia
enggan memenuhinya, sehingga membuat suaminya marah, maka para Malaikat akan
melaknatnya (isteri) sampai pagi hari.” (Muttafaq ‘alaih)

BAB 336: LARANGAN BAGI ISTERI BERPUASA SUNNAH KETIKA SUAMIYA


BERADA DI RUMAH KECUALI SUAMI MENGIZINKANNYA

HADITS NO. 1750

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah bersabda : “Tidak halal bagi
seorang wanita berpuasa (sunnah ) sedang suaminya ada bersamanya, kecuali dengan
seizinnya. Dia pun tidak boleh memberi (kepada orang lain) kecuali dengan seizinnya pula.”
(Muttafaq ‘alaih)

BAB 354: LARANGAN SEORANG PEREMPUAN BERKABUNG LEBIH DARI


TIGA HARI , KECUALI UNTUK SUAMINYA, YAITU SELAMA EMPAT BULAN
SEPULUH HARI

HADITS NO. 1774

Dari Zainab binti Abi Salamah -radhiallahu ‘anha-, Dia berkata :”Aku pernah mendatangi
Ummu Habibah -radhiallahu ‘anha- -- isteri Nabi ‫ ﷺ‬-- ketika Ayahnya, Abu
Sufyan bin Harb -radhiallahu ‘anhu-, wafat. Ummu Habibah meminta minyak wangi dengan
campuran berwarna kuning ; dari jenis khaluq atau lainnya, lalu mengoleskannya ke tubuh
seorang budak perempuan. Kemudian Ia (Ummu Habibah) mengusapkan (sisanya) ke kedua
pelipisnya.

Setelah itu, Dia berkata : ‘Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak memerlukan minyak wangi,
hanya saja aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda diatas mimbar: ‘Tidak halal
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung karna
kematian lebih dari tiga malam, kecuali (berkabung) karna kematian suaminya, maka dia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari.’

Zainab berkata :’Aku pun mendatangi Zaunab binti Jahsy -radhiallahu ‘anha-. Ketika
saudara laki-lakinya meninggal, maka dia meminta minyak wangi, lalu dipakainya sendiri.
Setelah itu, dia berkata:”Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak membutuhkan minyak wangi,
hanya saja aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda diatas mimbar:’ Tidak halal
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung karna
kematian lebih dari tiga malam, kecuali (berkabung) karna kematian suaminya, maka dia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari.’ “(Muttafaq ‘alaih)

You might also like