Professional Documents
Culture Documents
Pieces of Hadits
Pieces of Hadits
HADITS NO.199
هللا ﷺ قَا َل (( :آي َ ُة ول ِ َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة -ريض هللا عنهَ ˛-أ َّن َر ُس ُ
الْ ُمنَا ِف ِق ثَ َال ٌثَ :ذا َحد ََّث َك َذ َب˛ َو َذا َوعَدَ َأ ْخلَ َف˛ َو َذا ْاؤتُ ِم َن خ ََان))
ِإ ِإ ِإ
)متفق عليه(
bersabda: “Tanda-ﷺ Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-; Bahwa Rasulullah
tanda rang munafik ada tiga; jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia tidak menepati, dan
)jika diberi amanah dia berkhianat.” (Muttafaq ‘alaih
هللا ﷺ ول ِ َو َع ْن َح َذيْ َف َة ْب ِن الْ َي َم ِان -ريض هللا عنه˛-قَا َلَ :ح َّدثَنَا َر ُس ُ
وب ّ ِالر َج ِل˛ مُث َّ َح ِديْثَنْي ِ قَدْ َرَأيْ ُت َأ َحدَ مُه َا َوَأاَن َأنْ َت ِظ ُر اْآلخ ََرَ :ح َّدثَنَاَ(( :أ َّن اَأْل َمان َ َة نَ َزل َ ْت يِف ْ َج ْذ ِر قَلُ ِ
نَ َز َل الْ ُق ْرآ ُن فَ َع ِل ُم ْوا ِم َن الْ ُق ْرآ ِن˛ َوعَ ِل ُم ْوا ِم َن ا ُّلسنَّ ِة)) .مُث َّ َح َّدثَنَا َع ْن َرفْع ِ اَأْل َمان َ ِة˛فَ َقا َل(( :يَنَا ُم
َّالر ُج ُل النَّ ْو َم َة فَ ُت ْق َب ُض اَأْل َمان َ َة ِم ْن قَلْ ِب ِه˛ فَيَ َظ ُّل َأث َُرهَا ِمثْ َل الْ َو ْك ِت˛ مُث َّ يَنَا ُم النَّ ْو َم َة فَ ُت ْق َب ُض اَأْل َمان َ ُة
ِم ْن قَلْ ِب ِه˛ فَ َي َظ ُّل َأث َُرهَا ِمثْ َل َأثَ ِر الْ َم ْج ِل˛ َك َج ْم ٍر د َْح َر ْجتَ ُه عَىَل ِر ْجكِل َ فَنَ ِفطَ فَرَت َ ا ُه ُمنْ َترِب ً ا َولَيْ َس ِفي ِه
ون˛ فَ َال يَاَك ُد َأ َح ٌد يُ َؤ ِ ّدي اَأْل َمان َ َة يَش ْ ٌء مُث َّ أ َخ َذ َح َصا ًة فَدَ ْح َرهَج َا عَىَل ِر ْجهِل ِ فَ ُي ْصب ُِح النَّ ُاس يَت َ َباي َ ُع َ
َحىَّت يُ َقا َلَّ :ن يِف بَيِن فُ َال ٍن َر ُج ًال َأ ِمينًا˛ َحىَت يُ َقا َل ِل َّلر ُج ِلَ :ما َأ ْجدَل َ ُه َما َأ ْظ َرفَهُ˛ َما َأ ْع َقهَل ُ! َو َما يِف
ِإ
قَلْ ِب ِه ِمثْ َق ُال َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْر َدلٍ ِم ْن يْ َم ٍانَ .ول َ َقدْ َأىَت عَيَل َّ َز َم ٌان َو َما ُأاَب يِل َأيُّمُك ْ اَب ي َ ْع ُت˛ لَنِئ ْ اَك َن ُم ْسل ًماِ
ِإ
لَرَي ُ َّدن َّ ُه عَىَل ِدي ِن ِه˛ َولَنِئ ْ اَك َن نَرْص َ ا ِن ًّيا َأ ْوهَي ُو ِداًّي لَرَي ُ َّدن َّ ُه عَيَل َّ َسا ِعي ِه˛ َوَأ َّما الْ َي ْو َم فَ َما ُك ْن ُت ُأاَب ِي ُع ِمنْمُك ْ الَّ
ِإ
فُ َالاًن َوفُ َالاًن ))( .متفق عليه)
ﷺ Dari Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu ‘anhu-, ia bercerita; Rasulullah
menyampaikan dua hadits kepada kami, yang aku sudah mengetaui salah satu dari keduanya,
dan aku menunggu satu hadits lagi. Beliau memberi tahu kami bahwa amanah merasuk ke
lubuk hati orang-orang, kemudian turunlah ayat Al-Quran sehingga mereka mengetahui
amanah dari Al-Quran dan dari As-Sunnah.
Lalu beliau memberi tahu kami tentang dicabutnya amanah, beliau bersabda: “Seseorang
sedang tidur sejenak kemudian dicabutlah amanah itu dari dalam hatinya, sehingga bekasnya
tersisa sedikit saja. Lalu dia tidur sejenak lagi, maka dicabutlah amanah dari dalam hatinya
sehingga bekasnya tinggal titik-titik saja, seperti bara api yang digelindingkan di atas kakimu
maka timbullah bengkak (melepuh) yang kamu melihat di dalamnya tidak terdapat apa-apa.
Selanjutnya, beliau mengambil batu-batu kecil dan digelindingkan di atas kaki beliau.
Lalu memasuki pagi hari orang-orang saling berjual beli dan hampir tidak ada satupun yang
menunaikan amanah hingga dikatakan bahwa di suku Fulan ada seseorang yang dapat
dipercaya, sehingga dikatakan kepada orang itu: ‘Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya,
dan alangkah pandainya dia,’ padahal di dalam hatinya tidak terdapat iman walaupun sebesar
biji sawi. Sesungguhnya telah datang kepadaku suatu masa ketika aku tidak peduli dengan
siapakah di antara kalian aku berjual beli: seandainya orang itu muslim, pasti dia akan
menunaikan amanahnya kepadaku karena agamanya; sedangkan jika ia seorang Nashrani atau
Yahudi, pasti dia akan menunaikan amanahnya kepadaku karena usahanya. Adapun sekarang,
aku tidak akan berjual beli kecuali denan Fulan dan Fulan.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhumaa-, keduanya bertutur; Rasulullah
ﷺpernah bersabda: “”Kelak Allah tabaaraka wa ta’aalaa akan mengumpulkan
umat manusia, kemudian orang-orang mukmin berdiri hingga syurga didekatkan kepada
mereka. Selanjutnya, mereka datang kepda Nabi Adam dan berkata: ‘Wahai bapak kami,
mintalah supaya Allah agar membukakan pntu syurga untuk kami.’ Adam menjawab:
‘Bukankah kalian dikeluarkan dari syurga melainkan karena kesalahan bapak kalian. Aku
bukan orang yang mempunyaiwewenang untuk itu. Pergilah kalian kepada putraku, Ibrahim,
kekasih Allah.’”
Rasulullah bersabda lagi: “Kemudian mereka mendatangi Ibrahim (dan meminta hal yang
sama kepadanya), maka Ibrahim pun menjawab: ‘Aku bukan pemegang wewenang itu, teapi
aku hanyalah kekasih yang tidak mencapai derajat setinggi itu. Pergilah kepada Musa yang
pernah diajak bicara secara langsung oleh Allah.’ Kemudian mereka pun mendatangi musa
(dan meminta hal yang sama kepadanya), namun Musa juga menjawab: ‘Aku tidak
berwenang melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada ‘Isa yang merupakan kalimat
Allah dan roh dari sisi-Nya.’”
Akan tetapi, ‘Isa pun menjawab (ketika diminta al yang sama): ‘Aku bukan pemegang
wewenang untuk itu.’ Setelah itu mereka mendatangi Muhammad ﷺ. Maka
beliau berdiri, dan diberikanlah izin kepada beliau. Selanjutnya, dilepaskan amanah (sesuatu
yang dipercayakan) dan rahim (tali penyambung kekerabatan), lalu keduanya berada di dua
tepi di sebelah kanan dan kiri shirath (jembatan) di atas Neraka Jahannam. Kemudian orang
pertama diantara kalian melewatinya seperti kilat.’”
Lntas aku bertanya: “Ayah dan ibuku sebagai tebusan (engkau), apakah itu yang melewati
seperti kilat?” Beliau pun menjawab: “Tidakkah kalian menyaksikan bagaimana dia berjalan
dan kembali melainkan secepat kedipan mata. Kemudian (orang berikutnya melewati shirath)
seperti jalannya angin, lalu adap pula yang seperti terbangnya burung. Dan, ada orang yang
melintasinya seperti orang yang berlari sangat kencang. Semua itu tergantung pada amal
perbuatan mereka (manusia), sedangkan Nabi kalian berdiri di atas shirath seraya berdoa:
‘Ya Rabbku, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Hingga pada giliran orang-orang yang amal
kebaikannya amat lemah (yang lambat dalam melewati shirath). Lalu datang seseorang yag
tidak bisa berjalan kecuali dengan cara merangkak. Dan, pada kedua tepi shirath itu
tergantung kalalib (semacam jangkar besi yang dibengkokan ujungnya), yang diperintahkan
padanya untuk mengambil (mengait) orang-orang yang diperintahkan untuk diambil
(dikait)nya. Kemudian ada orang yang terluka tetapi selamat, dan ada pula orang yang
dikaitnya (dicabik-cabik) lalu dilemparkan ke dalam api Neraka.”
(Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- berakata:) “Demi Rabb yang jiwa Abu Hurairah berada di
tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka Jahannam itu sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.”
(HR. Muslim)
Dari Abu Khubaib, ‘Abdullah bin az-Zubair -radhiallahu ‘anhumaa-, ia bercerita; ketika
terjadi perang Jamal, az-Zubair (ayahnya) berdiri sambil memanggilku, maka akupun
melangkah mendekatinya. Selanjutnya dia berkata (kepadaku): “Hai anakku, sesungguhna
hari ini tidak ada yang terbunuh kecuali seorang yang zhalim atau yang dizhalimi. Dan
sesungguhnya, hari ini aku mendapat firasat akan dibunuh karena dizhalimi. Maka yang
paling menggelisahkanku adalah hutangku. Apakah kamu melihat utang itu akan menyisakan
sesuatu dari harta kita?” Kemudian dia berkata: “Hai anakku, juallah semua kekayaan kita
dan lunasilah hutangku.”
Lantas dia berwasiat dengan sepertiganya, dan sepertiganya dari sepertiganya diperuntukkan
bagi anak-anak, yakni untuk anak-anak ‘Abdullah bin az-Zubair sebanyak sepertiga dari
sepertiga (wasiat tersebut). Lalu dia berkata: “Seandainya masih ada kelebihan harta setelah
utang dilunasi, maka sepertiga dari kelebihan itu untuk anak-anakmu.”
Hisyam menambahkan: “Usia sebagian anak ‘Abdullah sepantar dengan sebagian anak-anak
az-Zubair (paman-paman mereka), seperti Khubaib dan ‘Abbad. Pada saat itu, az-Zubair
memiliki sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan.”
‘Abdullah melanjutkan; Maka az-Zubair terbunuh (dalam Perang Jamal pada hari itu), dan
dia tidak meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun kecuali dua bidang tanah. Salah
satunya tanah Ghabah (sebuah lokasi di Madinah), sebelah rumah di Madinah, dua rumah di
Bashrah, satu rumah di Kufah, dan satu lagi di Mesir. Sebenarnya, utang yang menderanya
itu dikarenakan seseorang datang dengan membawa harta dan hendak menitipkan harta itu
kepadanya, kemudian dia (az-Zubair) berkata: ‘Tidak (aku anggap sebagi titipan), tetapi ini
adalah pinjaman. Karena, aku takut kalau harta itu hilang.’ Sesungguhnya Zubair tidak
pernah menjabat sebagai Amir (penguasa suatu daerah) petugas penarik zakat, penagih upeti
maupun lainnya kecuali pada saat perang bersama Rasulullah ﷺ, Abu Bakar,
‘Umar, dan ‘Utsman -radhiallahu ‘anhum-.
‘Abdullah melanjutkan: “Lalu aku menghitung utangnya (az-Zubair) dan ternyata berjumlah
dua juta dua ratus ribu.” Tak berapa lama setelah itu, Hakim bin Hizam, bertemu dengan
‘Abdullah bin az-Zubair dan bertanya: “Hai keponakanku, berapa total hutang saudaraku?”
Tetapi aku (‘Abdullah) merahasiakannya seraya menjawab: “Seratus ribu.” Hakim pun
berkata: “Demi Allah, aku kira harta kalian tidak cukup untuk melunasi hutang itu.”
Kemudian ‘Abdullah berakata: “Bagaimana pendapatmu jika total utangnya dua juta dua
ratus ribu?” Hakim menjawab: “Aku kira kalian tidak sanggup membayarnya. Jika kalian
tidak mampu melunasinya, maka mintalah bantuan kepadaku.”
‘Abdullah melanjutkan; Az-Zubair pernah membeli tanah Ghabah seharga seratus tujuh puluh
ribu. Kemudian ‘Abdullah menjualnya seharga satu juta enam ratus ribu. Lalu ‘Abdullah
berdiri (di hadapan orang-orang) dan berseru: “Barangsiapa yang mengutangi az-Zubair maka
temui kami di tanah Ghabah.” Lantas ‘Abdullah bin Ja’far datang, dan dia pernah mengutangi
Zubair sebanyak empat ratus ribu. Namun dia berakta kepada ‘Abdullah: “Apabila kalian
berkenan, aku akan membiarkannya untuk kalian.” ‘Abdullah menyahut: “Tidak” ‘Abdullah
binJa’far kembali menawarkannya: “Apabila kalian berkehendak, kalian boleh
menangguhkannya.” Tetapi ‘Abdullah tetap menanggapinya: “Tidak.” Melihat ketegasan
sikapnya, ‘Abdulah bin Ja’far: “Kalau berilah aku sebagian dari areal tanah Ghabah ini.”
Maka ‘Abdullah berkata: “Baguanmu dari sini sampai sini.” Kemudian ‘Abdullah menjual
sebagian areal lainnya untuk melunasi hutang ayahnya, dan hal itu benar-benar
dilaksanakannya hingga yang tersisa (dari tanah itu) hanya empat setengah bagian.
Setelah itu, ‘Abdullah mendatangi Mu’awiyah sementara di sana hadir pula ‘Amr bin
‘Utsman, al-Mundzir bin az-Zubair, dan Ibnu Zam’ah. Lalu Mu’awiyah bertanya: “Berapa
harga tanah Ghabah itu?” ‘Abdullah pun menjawab: “Setiap bagian harganya seratus ribu.”
Mu’awiyah kembali bertanya: “Memangnya masih berapa banyak yang tersisa?” ‘Abdullah
menjawab: “Empat setengah bagian.” Lantas al-Mundzir bin az-Zubair berkata: “Aku
membeli satu bagian dengan harga seratus ribu.” Lalu ‘Amr bin ‘Utsman berkata: “Aku
membeli satu bagian lainnya dengan harga seratus ribu.” Ibnu Zam’ah juga berkata: “Aku
pun membeli satu bagian lainnya dengan harga seratus ribu.” Selanjutnya Mu’awiyah
bertanya lagi: “Berapa lagi bagian yang tersisa?” ‘Abdullah menjawab: “Satu setengah
bagian.” Maka Mu’awiyah berkata: “Kalau begitu, aku membeli semua (sisanya) seharga
seratus lima puluh ribu.”
(( َالي َْسرُت ُ َع ْب ٌد: َع ِن النَّيِب ِ ّ ﷺ قَا َل-ريض هللا عنه- َو َع ْن َأيِب ْ ه َُر ْي َر َة
)هللا ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة)) (رواه مسمل
ُ َع ْبدً ا يِف ادلُّ نْ َيا الَّ َسرَت َ ُه
ِإ
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ﷺbeliau bersabda: “Tidaklah
seorang hamba menutupi (aib) hamba yang lain di dunia melainkan Allah akan menutupi
(aib)nya pada hari Kiamat kelak.” (HR. Muslim)
Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), ia bertutur; aku pernah mendengar Rasulullah
ﷺbersabda: “Setiap umatku akan mendapat ampunan kecuali orang yang
terang-terangan (dalam berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan (dalam berbuat
dosa) adalah seseorang melakukan suatu perbuatan (dosa/kemaksiatan) pada malam hari
kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya
itu, yakni dia berkata: ‘Hai Fulan tadi malam aku berbuat begini dan begitu.’ Padahal pada
malam hari Rabbnya telah menutupi perbuatannya itu tetapi, pada pagi hari dia membuka
sendiri perbuatannya yang telah ditutupi Allah tersebut.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS NO. 242
Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), dari Nabi ﷺbeliau bersabda: “Jika
seorang budak perempuan berbuat zina dan perbuatannya zinanya itu telah nyata (yakni
benar-benar terbukti), maka deralah dia sebagai had (hukuman)-nya dan janganlah ia dicela.
Kemudian jika perempuan itu berbuat zina untuk kedua kalinya, maka deralah dia sebagai
had (hukuman)-nya dan janganlah ia dicela. Lalu jika perempuan itu berbuat zina untuk
ketiga kalinya, maka juallah dia meskipun hanya seharga tali yang terbuat dari bulu unta.”
(Muttafaq ‘alaih)
Darinya (Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-), ia bercerita: “Pernah dihadapkan kepada Nabi
ﷺseorang yang minum khamer (minuman keras), maka beliau bersabda:
‘Pukullah dia.’” Abu Hurairah melanjutkan: “Maka diantara kami ada yang memukul dengan
tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, dan ada juga yang memukul dengan
pakaiannya. Ketika orang itu akan pergi (selesai dihukum) sebagian orang berkata: ‘Semoga
Allah menghinakanmu.’ Mendengar pernyataan itu, Rasulullah pun berseru: ‘Janganlah
kalian berkata demikian. Janganlah kalian membantu syaitan (untuk mencelakakan)
dirinya.’” (HR. Al-Bukhari)
Dari Abu ‘Ali Thalaq bin ‘Ali -radhiallahu ‘anhu- ; Bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda: “Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi kebutuhan (biologis)nya,
maka hendaklah dia memenuhinya meskipun sedang (menjaga masakan) di atas tungku api.”
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i. At-Tirmidzi menyatakan: “Hadits ini hasan
shahih.”
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
“Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada seseorang niscaya aku
akan menyuruh seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” Diriwayatkan diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi dan dia mengatakan: “Hadits ini hasan shahih.”
Dari Mu'adz bin Jabal -radhiallahu ‘anhu-, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya yang berasal dari
kalangan bidadari penghuni syurga berseru: ‘Janganlah kamu menyakitinya, mudah-mudahan
Allah memurkaimu. Sesungguhnya dia bersama kalian sebagai tamu, hanyalah sementara
waktu, dan dia akan berpisah denganmu untuk kembali kepada kami.” Diriwayatkan oleh At-
Tirmidzi, dan dia mengatakan: “Hadits ini hasan.”
JILID II
HADITS NO.648
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, Dia berkata: “Wahai Rasulullah aku memiliki
beberapa orang kerabat, tetapi setiap kali aku menyambung tali silaturahmi, mereka justru
memutuskan hubungan denganku, dan aku juga berbuat baik kepada mereka tetapi mereka
justru berbuat jahat kepadaku, dan aku sabar terhadap mereka tetapi mereka bersikap bodoh
terhadap diriku.” Maka beliau bersabda: “Jika kamu benar-benar seperti yang kamu katakan
itu maka seakan-akan kamu menelan abu yang sangat panas kepada mereka. Dan Allah akan
selalu memberi pertolongan kepadamu atas perbuatan mereka selama kamu tetap berbuat
demikian.” (HR. Muslim)
JILID III
: هللا ﷺ ِ ول ُ ” قَ””ا َل َر ُس: قَ””ا َل-ريض هللا عن””ه- َع ْن َأيِب َس ِعي ٍد الْ ُخدْ ِر ِ ّي
.هللا َمزْن ِ ةَل ً ي َ” ْ”و َم الْ ِق َيا َم” ِة َّالر ُج” َل يُ ْفيِض ىَل الْ َم” ْ”رَأ ِة َوتُ ْفىِض لَي” ِه مُث َّ يَنْرُش ُ رِس َّ هَا
ِ ََّن َأرَش َّ النَّ ِاس ِع ْن””د
ِإ ِإ ِإ
)(رواه مسمل
Dari Abu Sa’id Al-Khudri -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya seburuk-buruk keburukan di sisi Allah pada hari Kiamat kelak
adalah seorang suami mencampuri isterinya atau seorang isteri yang berhubungan badan
dengan suaminya, lalu dia menyebarluaskan rahasianya.” (HR. Muslim)
Dan dari ‘Abdullah bin ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma-, bahwa ‘Umar pada saat peterinya,
Hafshah menjadi janda, dia -radhiallahu ‘anhu- berkata: “Aku berjumpa dengan ‘Utsman bin
‘Affan -radhiallahu ‘anhu-, maka kutawarkan Hafshah kepadanya, dan aku katakan: ‘Jika
engkau mau, aku akan menikahkan dirimu dengan Hafshah binti ‘Umar.’ ‘Aku akan pikir-
pikir dulu,’ jawab ‘Utsman.
Setelah beberapa hari berlalu, dia menemuiku dan berkata: ‘Sepertinya saya tidak menikah
saat ini.’ Kemudian aku bertemu Abu Bakar Ash-Shidiq -radhiallahu ‘anhu-, dan kukatakan:
‘Jika mau, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah, puteri ‘Umar.’ Maka Abu Bakar
-radhiallahu ‘anhu- terdiam dan tidak memberi jawaban apa-apa kepadaku, sehingga aku
lebih marah kepadanya daripada kepada ‘Utsman.
Setelah beberapa hari berlalu, Nabi ﷺmelamar Hafshah dan kemudian saya
nikahkan Hafshah dengna beliau. Setelah itu, Abu Bakar menemuiku dan berkata: Mungkin
dulu kamu marah kepadaku pada saat kamu menawarkan Hafshah kepadaku, tetapi aku tidak
memberi jawaban apa pun kepadamu. ‘Ya,’ jawabku.
Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk menerima tawaran
itu, hanya saja aku telah mengetahui bahwa Nabi ﷺpernah menyebutnya, tetapi
aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah ﷺ. Seandainya Nabi
ﷺtidak jadi menikahinya, niscaya aku akan menerimanya.’” (HR. Bukhari)
‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk kepada-Mu dengan ilmu-Mu, memohon
ketetapan dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon karunia-Mu yang sangat agung, karena
sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak kuasa sama sekali, Engkau mengetahui
sedang aku tidak, dan Engkau Maha Mengetahui yang ghaib
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagi diriku untuk agama,
kehidupan, dan akhir urusanku, atau mengucapkan: Baik dalam waktu dekat maupun yang
akan datang, maka tetapkanlah ia bagiku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berikan
berkah kepadaku dalam menjalankannya.
Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku untuk agama, kehidupan, dan
akhir urusanku, atau mengatakan: Baik dalam waktu dekat maupun yang akan datang, maka
jauhkanlah urusan itu dariku dan jauhkanlah aku darinya, serta tetapkanlah yang baik itu
bagiku dimanapun kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku orang yang ridha dengan
ketetapan tersebut.
Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia bercerita, di antara kami terdapat seorang wanita
-dan dalam sebuah riwayat disebutkan di antara kami terdapat seorang wanita tua- yang biasa
mengambil sayuran kemudian dimasak di dalam kuali serta dicampur dengan tepung gandum.
Jika kami telah selesai mengerjakan salat Jum’at maka kami kembali dan mengucapkan
salam kepadanya, lalu dia menghidangkan masakan itu kepada kami. (HR Al-Bukhari)
Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata, Rasulullah ﷺbersabda:
“Sesungguhnya permintaan izin itu dibuat dalam rangka menjaga pandangan mata.”
(Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Darda -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya dia mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda: “Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya,
melainkan Malaikat berkata: “Untukmu seperti itu juga.” (HR. Muslim)
JILID V
Dari Sahl bin Sa’ad -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda: “Barangsiapa menjamin kepadaku apa yang ada diantara kedua rahangnya (lidah)
dan apa yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin baginya surga.”
(Muttafaq ‘alaihi)
Dari Asma’ -radhiallahu ‘anha-, bahwasanya seorang perempuan pernah berkata: “Wahai,
Rasulullah! Sesungguhnya suamiku mempunyai istri selainku. Berdosakah jika aku berpura-
pura memperoleh sesuatu dari suamiku, padahal dia tidak memberinya kepadaku?” Nabi
ﷺmenjawab: ‘Orang yang berpura-pura memperoleh sesuatu yang tidak
diperolehnya seperti orang yang memakai pakaian (kehormatan) palsu.” (Muttafaq ‘alaihi)
BAB 291: LARANGAN BERKHALWAT BERSAMA WANITA BUKAN MAHRAM
Dari Jabir -radhiallahu ‘anhu-, dia berkata : “Abu Quhafah, ayah Abu Bakar Ash-Shidiq
-radhiallahu ‘anhu-, dibawa menghadap Rasulullah ﷺpada hari Fat-hu
Makkah, sedang (warna) kepala dan jenggotnya seperti tanaman yang bunga dan buahnya
berwarna putih.” Rasulullah ﷺbersabda “Ubahlah ini, namun jangan
menggunakan warna hitam.” (HR Muslim)
Dari Abu Malik Al-Asy'ari, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺbersabda : “Wanita
yang meratapi mayat, apabila dia mati sebelum bertaubat, pada hari kiamat kelak akan
dibangkitkan dengan memakai jubah yang terbuat dari ter dan memakai baju besi yang
berkarat.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah bersabda : “Tidak halal bagi
seorang wanita berpuasa (sunnah ) sedang suaminya ada bersamanya, kecuali dengan
seizinnya. Dia pun tidak boleh memberi (kepada orang lain) kecuali dengan seizinnya pula.”
(Muttafaq ‘alaih)
Dari Zainab binti Abi Salamah -radhiallahu ‘anha-, Dia berkata :”Aku pernah mendatangi
Ummu Habibah -radhiallahu ‘anha- -- isteri Nabi ﷺ-- ketika Ayahnya, Abu
Sufyan bin Harb -radhiallahu ‘anhu-, wafat. Ummu Habibah meminta minyak wangi dengan
campuran berwarna kuning ; dari jenis khaluq atau lainnya, lalu mengoleskannya ke tubuh
seorang budak perempuan. Kemudian Ia (Ummu Habibah) mengusapkan (sisanya) ke kedua
pelipisnya.
Setelah itu, Dia berkata : ‘Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak memerlukan minyak wangi,
hanya saja aku mendengar Rasulullah ﷺbersabda diatas mimbar: ‘Tidak halal
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung karna
kematian lebih dari tiga malam, kecuali (berkabung) karna kematian suaminya, maka dia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari.’
Zainab berkata :’Aku pun mendatangi Zaunab binti Jahsy -radhiallahu ‘anha-. Ketika
saudara laki-lakinya meninggal, maka dia meminta minyak wangi, lalu dipakainya sendiri.
Setelah itu, dia berkata:”Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak membutuhkan minyak wangi,
hanya saja aku mendengar Rasulullah ﷺbersabda diatas mimbar:’ Tidak halal
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung karna
kematian lebih dari tiga malam, kecuali (berkabung) karna kematian suaminya, maka dia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari.’ “(Muttafaq ‘alaih)