You are on page 1of 304
Kato Pengontar ede Ves NSIDE “Buku ini penting bagi Anda yang menginginkan kehidupan yang penuh kesuksesan, ketenteraman, dan kebahagiaan lahir batin.” —Merry Riana Motivator Wanita No. 1, Miliarder Muda gobind vashdev heartworker TIDAK WAJIB DIBACA, TETAPI PERLU SEKALI DIKETAHUI Anda sebenarnya tidak perlu membeli buku ini karena sebagian besar artikel yang ada di buku ini bisa Anda dapatkan di akun Facebook Gobind Vashdev atau di website www.gobindvashdev.com. Atau, bila Anda ingin lebih mudah membacanya, Happiness Inside ini tersedia dalam bentuk ebook atau buku digital yang tentu selain lebih murah juga mengurangi pemakaian kertas yang berasal dari pohon. Silakan dapatkan ebook-nya di Google Play Store (Books). Namun, jika Anda seperti saya, yang tetap ingin membacanya dalam bentuk fisik, jangan juga merasa bersalah karena kami akan menanam sebuah pohon untuk setiap buku yang tercetak. Dan, satu hal penting yang perlu Anda ingat, pastikan Anda menyimpan struk pembelian karena buku ini bergaransi uang kembali. Jika Anda merasa tidak mendapatkan nilai yang sebanding dengan uang yang Anda keluarkan atau merasa kecewa dengan isi yang tertera, silakan hubungi penulis dan bila Anda sudah menerima nilai rupiah yang sesuai pembelian, mohon berikan buku ini pada seseorang atau perpustakaan yang Anda tahu. Silakan mendapatkan Happiness Inside sesuai dengan kebijak- sanaan di dalam. “Verba volant scripta manent (yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi). Bacalah dengan hati terbuka, niscaya Anda pun diinspirasi dan dicerahkan.” —Mr. Ethos Jansen H. Sinamo, Penulis DELAPAN ETOS KERJA PROFESIONAL DALAM BISNIS “Ditulis dengan bahasa yang membumi, benar-benar luar biasa. Salam Antusias.” —Johanes Ariffin Wijaya, Life Inspirator, Motivator dan Penulis Buku Bestseller “Bagi Anda yang memegang buku ini, saya ucapkan selamat berlayar ke samudra kebijaksanaan yang tak bertepi.” —Edy Zaqeus, Penulis, Trainer, Pendiri AndaLuarBiasa.com dan BukuKenangan.com “Di tengah hiruk pikuk dunia yang cenderung semakin banal ini, buku ini tampil sebagai angin segar. Oase bagi mereka yang mencari kedalaman hidup.” —Her Suharyanto, Editor dan Ghostwriter “Wow .... LUAR BIASA. Anda akan jauh lebih bahagia, sabar, santun, cerdas, dan waskita setelah membaca buku ini. Pasti.” —lIrwin Sigar, Penulis dan Konsultan Solusi Mencari Solusi (SMS) “Jika Anda baca buku ini, kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya. Sudahkah siap untuk bahagia? Jika belum, jangan pernah menyentuh buku ini.” —Melly Kiong, Penulis Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik? “Buku ini sederhana! Tapi power-nya yang luar biasa.” —Ariesandi S.,CHt., Pendiri SekolahOrangtua.com dan Akademi Hipnoterapi Indonesia akademihipnoterapi.com, Penulis buku Rahasia Mendidik Anak agar Sukses Bahagia dan Hypnoparenting “Yang mencari, akan menemukan. Yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Yang membaca buku ini, hatinya dicerahkan. Sungguh buku yang berbahaya bagi pemburu harta yang tak bahagia. Bacalah!” —Andrias Harefa, Penulis 35 Buku Bestseller, Pendiri www.pembelajar.com “Seseorang yang bahagia akan selalu menjadi sinar bagi jiwa- jiwa yang mengelilinginya. Buku ini adalah penuntun menuju kebahagiaan yang lebih terarah. Selamat menjadi jiwa yang bersinar!” —Ir. Shahnaz Haque-Ramadhan, Presenter “Pembaca dibawa menyusuri pengalaman, pemahaman, dan pemaknaan kebahagiaan dalam setiap tetes air samudra kehidupan. Membaca buku ini dengan semangat belajar tinggi, kerendahan hati, dan ketulusan akan membuka cakrawala pikir yang menghentak kesadaran, membangkitkan ketenangan, dan kebijaksanaan bahwa kebahagiaan hakiki justru terletak di dalam diri.” —Adi W. Gunawan, The Re-Educator & Mind Navigator, Penulis Quantum Life Transformation dan Quitters Can Win “Gobind berhasil membuat saya terdiam dan tiba-tiba ada kegembiraan yang terasa sejuk mengalir dalam hati setelah saya membaca buku ini. Buku ini mampu meruntuhkan dan membongkar batasan-batasan yang selama ini membatasi kita merasa “Bahagia.” —Hindra Gunawan, Penulis Rahasia Mendapatkan Nilai 100, Founder Bimbingan Belajar SINOTIF NI roura NOURA INSPIRASI Mengajak Anda menemukan makna, membuka cakrawala baru, dan menumbuhkan motivasi dari kisah-kisah yang mencerahkan. Happiness Inside Karya: Gobind Vashdev Teks dalam buku dinyatakan oleh penulis sebagai karya copyleft. Hal ini berarti semua inspirasi berupa kalimat dalam buku ini didapatkan penulis secara gratis di mengutip sebagian atau seluruh inspirasi dari buku ini. i alam semesta. Untuk itu, dipersilakan bagi siapa pun yang ingin Bila ada yang merasa bisa mendapatkan keuntungan materiil ataupun nonmateriil dengan mencetak ulang serta menyebarkan buku ini, penulis akan ikut berbahagia karena memang berbagi kebaikan inilah tujuan utamanya. Jangan ragu pula untuk tidak mencantumkan nama penulisnya, silakan saja untuk mengganti nama penul dengan nama Anda. Pesan bijak adalah lebih penting daripada siapa yang menciptakannya. dalah milik Noura Books. © Noura Books, 2012 Adapun desain sampul dan desain isi Hak cipta desain sampul dan desain Penyunting: Edy Sembodo Penyelaras aksara: Nuning Zuni Astuti Desain sampul: Iggrafix Desain isi: elcreative Digitalisasi: Eliza Titin Gumalasari Diterbitkan oleh Penerbit Noura Books (PT Mizan Publika) Anggota IKAPI Jin. Jagakarsa Raya, No. 40 Rt007/Rw04 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620 Telp. 021-78880556, Faks. 021-78880563 E-mail: redaksi@noura.mizan.com www.nourabooks.co.id ISBN 978-602-9498-64-6 E-book ini didistribusikan oleh: Mizan Digital Publishing Ji. Jagakarsa Raya No. 40 Jakarta Selatan - 12620 Phone.: +62-21-7864547 (Hunting) Fax.: +62-21-7864272 email: mizandigitalpublishing@mizan.com Jakarta: Telp.: 021-7874455, Faks.: 021-7864272, Surabaya: Telp.: 031-8281857, 031-60050079, Faks.: 031-8289318, Pekanbaru: Telp.: 0761-20716, 0761-29811, Faks.: 0761-20716, Medan: Telp./Faks.: 061-7360841, Makassar: Telp./Faks.: 0411-440158, Yogyakarta: Teip.: 0274-889249, Faks.: 0274-889250, Banjarmasin: Telp. 0511-3252374, Faks.: 0511-3252178 Layanan SMS: Jakarta: 021-92016229 Bandung: 08888280556 Untuk guruku, Kartika, seseorang yang mendirikan sekolah kebijaksanaan dalam diriku serta menyewa hatiku selamanya Daftar Isi Menggali Sumur Kehidupan: Pengantar Sederhana Gede Prama: | xii Sekapur Sirih dari Psikologi Plus | xv Pendahuluan: Paksaan yang Indah | xvii Reat Dhis First | xxii Bab 1 Mencari Kebahagiaan | 1 Tubuh dan Pikiran Apa yang Anda Inginkan? | 2 Semut dan Ulat | 10 Setiap Waktu adalah Waktu Belajar | 16 Walk the Talk | 26 Sabar Tidak Harus Menunggu Tua | 35 Pria dan Wanita, Berbedakah? | 42 Bunuh Diri Ternyata Menular | 50 Saatnya Belajar dari Wanita | 58 Apa Untungnya Cemas? | 67 Body and Mind | 75 Ngapain Bekerja? | 82 Bab 2 Menggali Kebahagiaan | 93 Pertanyaan Filsafat | 94 Hidup Bukanlah Perlombaan | 101 See on Beauty | 111 Perjalanan Hati | 118 Keyakinan adalah Penjara | 126 Rahasia Tersembunyi pada Air | 134 Sukses Tidak Punya Aturan | 142 No Complain Day | 148 Hidup Anda Ditentukan ke Mana Fokus Anda | 156 Enjoy Your Life | 165 Tiga Obor Dunia | 173 Bab 3 Menemukan Kebahagiaan | 183 Dari Bingung ke Bangun | 184 Orang yang Menyulitkan = Berkah Tak Terhingga | 192 Pelajaran dari Sang Kaya | 200 Ketika Kesadaran Bangkit | 207 Kunci Kebahagiaan | 215 Kebahagiaan Tidak di Luar | 223 Apakah Dunia Ini Adil? | 233 Paradoks Kehidupan Kita | 244 Siapa yang Menentukan Kematian? | 255 Mimpi Buruk yang Indah _ | 263 Keindahan dalam Bencana | 269 Tentang Penulis | 277 xi WUE e FU TT eee (Pengantar Sederhana Gede Prama) Lain Barat, lain Timur. Keduanya bertumbuh indah di tempat tfiasing-masing. Jika orang Barat melihat kehidupan sebagai perjuangan, di Timur (kendati tidak semua setuju) kehidupan dipandang sebagai serangkaian keindahan. Perhatikan pesan para tetua di Jawa: “Kehidupan sesungguhnya hanya pember- hentian sementara untuk meminum teh.” Pertama-tama, kehidupan ini singkat sehingga tidak disarankan untuk mengisinya dengan hal-hal negatif, apalagi destruktif. Kedua, di sini kita beristirahat sebentar untuk meminum teh. Meminum teh menjadi keindahan jika dilakukan perlahan dengan penuh rasa syukur. Ketiga, dalam filsafat Timur, teh adalah simbol kesadaran. Maka itu, di Jepang ada the art of tea (seni meminum teh). Intinya menjalani kehi- dupan dengan penuh kesadaran. Ringkasnya, kehidupan memberikan _ pilihan-pilihan. di antaranya pilihan menentukan ke mana manusia akan pergi setelah mati (we are what we choose). Karena begini keadaannya, banyak guru di Timur menyarankan muridnya untuk hidup penuh kesadaran. Oleh karena itu, ada yang berpendapat happiness is a choice. Bahkan kebahagiaan pun sebuah pilihan. Pilihan lain, ada yang hanya memikirkan kebahagiaan sendiri, dan ini berujung pada banyak penderitaan. Ada yang memikirkan kebahagiaan makhluk lain, kemudian menikmati kebahagiaan paripurna (ultimate happiness). Ini pun sebuah pilihan! xiii Buku ini tampaknya mengambil jalur kedua: berbahagia dengan membuat pihak lain berbahagia. Sebagai hasilnya, permainan di taman kehidupan tidak saja lebih ramai, tetapi juga lebih membawa makna. Terutama karena makna adalah bangunan yang dirangkai bersama. Sayangnya, tidak selalu permainan ditandai oleh kegem- biraan-kegembiraan. Kadang ditandai oleh sejumlah_ hal yang tidak mengenakkan. Oleh karena itu, ada yang pernah berpesan jika kehidupan seperti menggali sumur. Di per- mukaan akan bertemu lumpur. Hanya jika terus menggali dalam-dalam dapat menemukan kejernihan. Untuk itu, silakan menggunakan buku ini untuk menggali dalam-dalam kehidupan. Tatkala baru menggali, siap-siaplah berjumpa lumpur (dicap munafik, dicerca, dihina, sok suci, dan lainnya), tetapi teruslah menggali. Dengan ketekunan dan berkah spiritual yang cukup, suatu waktu kehidupan akan memperlihatkan wajah jernihnya (kebahagiaan, kedamaian, keheningan, dan keikhlasan). Selamat menggali. Semoga semua berjumpa air jernih kehidupan! Deep bow, Gede Prama xiv eT dari Psikologi Plus Medio Juni 2006 majalah Psikologi Plus membutuhkan sum- bangan tulisan yang mengandung muatan psikologi dari berbagai penulis di seluruh Indonesia, menyusul persiapan peluncuran perdana 10 Juli 2006. Waktunya hanya sebulan, sementara bentuk majalah belum mewujud, demikian pula materinya belum tersedia. Maka dibentuklah tim. Ada kawan yang mengembara ke Jawa Timur dan Bali. Sebagian yang lain memburu penulis di Jawa Barat, DKI, dan Sumatera. Sedang saya kebagian Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Seorang kawan merekomendasikan nama Gobind Vashdev, yang kebetulan saat itu sedang menjadi relawan mendampingi anak-anak korban gempa di Bantul. Kami langsung meluncur ke Bantul tanpa secuil pun pengetahuan tentang Gobind kecuali satu hal, yaitu keyakinan bahwa orang ini memiliki kapasitas menjadi penulis hebat. Ternyata setelah bertatap langsung, Gobind nyaris tidak punya banyak waktu, hari-harinya padat memikirkan orang ba- nyak. Dan celakanya, dia mengaku tidak terbiasa menulis. Meski begitu, keterbatasan informasi tentang Gobind tidak me- ngurangi minat saya, dan saya berharap kesanggupannya me- nyumbang artikel. Tak banyak informasi yang saya sampaikan kecuali selembar dummy edisi perdana majalah Psikologi Plus dan permintaan dikirimi artikel. Kepadanya saya juga sampaikan ketentuan batas akhir pengiriman artikel ke kantor redaksi di Semarang. Di luar dugaan, edisi perdana majalah Psikologi Plus melun- cur ke pasar sesuai rencana 10 Juli 2006. Tidak ada satu kali- mat pun dari tulisannya yang tidak bermakna atau salah. xvi Sekarang sudah memasuki tahun ketiga. Begitu juga karya Gobind. Artikelnya nikmat dibaca, sekaligus menjadi ikon penting majalah Psikologi Plus hingga detik ini. Jarang sekali ditemui orang dapat mereduksi kehidupan yang keras menjadi sedemikian halus lewat tulisan, apalagi dilakukan oleh orang yang tidak dapat menulis. Saya tak habis berhenti memuji kapasitas empatinya yang luar biasa, dan dengan keingintahuan untuk membedah dunia yang tak tertahankan. Bagaimana Gobind dapat menyajikan artikel inspiratif yang menenteramkan dan memberi harapan? Segera pikiran saya melayang jauh membuka cerita lama tentang seekor kelinci yang tertembak peluru kakinya, tetapi berhasil meloloskan diri dari buruan anjing pelacak milik sang pemburu. Si kelinci dengan luka kaki tertembak berhasil meloloskan diri pulang ke rumahnya. Saudara-saudaranya segera menghampiri dan mengelilingi dirinya seraya bertanya dengan takjub, “Anjing pemburu itu sangat galak sekali, sedangkan kamu sendiri terluka, bagaimana dirimu bisa lolos dari kejaran?” Kelinci itu menjawab, “Dia berusaha dengan sekuat tenaga, sedangkan saya berjuang dengan mati-matian! Jika tidak dapat mengejar saya, paling-paling anjing akan dicaci maki oleh majikannya, sedangkan jika tidak berjuang untuk berlari secara mati-matian, nyawa saya yang akan melayang”. Sama seperti kelinci, Gobind berusaha tidak dengan sekuat tenaga, melainkan secara mati-matian. Dia tidak sekadar ingin berbagi kebaikan dengan sesama, tetapi memberikan sepenuh empati miliknya kepada orang lain, lebih karena semangat sederhana, bahwa hidup selayaknya saling berbagi. (Petrus Widijantoro, Pimpinan Redaksi majalah Psikologi Plus) xvii Pendahuluan: Paksaan yang indah Saya belum mau percaya jika buku ini belum benar-benar hadir di tangan saya. Masih terekam dengan jelas, tiga tahun yang lalu, hanya untuk membalas sebuah email, berjam-jam waktu saya perlukan, tangan terasa kaku, perasaan ragu ditambah riuh dengungan dalam kepala yang bernada “saya tidak dapat menulis”. Suara ini berakhir tepat seminggu setelah saya bertemu dengan Mas Petrus dari majalah Psikologi Plus yang memberi paksaan yang ber-deadline tujuh hari kepada saya setelah “gagalnya” ia mewawancarai saya di Bantul. “Keindahan dalam Bencana” adalah tulisan pertama. Setiap bulan setelahnya, teman-teman dari majalah Psikologi Plus memaksa saya lewat telepon atau sms untuk mengirim naskah yang mengingatkan saya pada masa-masa sekolah ketika guru mengingatkan anak muridnya mengumpulkan tugas keesokan harinya. Dua tahun kemudian, Pak Deden dari Hikmah (sekarang Noura Books) menelepon sesaat setelah saya mengaktifkan handphone sehabis siaran dengan Mbak Ida Arimurti di Delta FM. la meminta saya untuk menulis apa yang baru saya ceritakan dengan mengirim artikel yang pernah saya tulis. Tak lama kemudian “teror” datang dari Mas Iqbal, yang menanyakan tulisan-tulisan selanjutnya agar dapat menjadi buku dengan ketebalan yang pas. Merasa ilmu masih jauh dari standar penulis saya pun lagi-lagi didorong alam untuk ditemukan oleh tiga guru dari Writer Schoolen, Pak Andrias Harefa, Mas Edy Zaqeus dan Pak Her Suharyanto. Jika gaya xix bahasa tulisan buku ini dalam beberapa judul berubah menjadi lebih indah dan enak dibaca, ketiga orang di atas ini ditambah Mbak Melati sebagai editor yang selayaknya bertanggung jawab. Saya percaya ini semua adalah cara alam “memaksa” saya untuk berbagi lewat tulisan, melalui paksaan para sahabat di atas. Terima kasih sahabat, semua itu adalah paksaan yang indah, beginilah cara alam membuat apa yang seharusnya terjadi, seperti saat Happiness Inside ini ada di tangan Anda sekarang, tentu peran paksaan semesta muncul di sana. Happiness Inside ditulis dalam kurun waktu yang cukup panjang, dan mungkin sekali pembaca akan menemui tulisan dengan tingkat pemikiran yang berubah di setiap judulnya, saya membiarkan untuk tidak mengedit ulang dengan tingkat kesadaran detik ini. Melihat buku ini mirip seperti mengintip album foto diri sendiri, rasa geli dan suara tawa hadir ketika melihat gaya jadul dari gambar yang tercetak. Menerima kehadiran mereka ibarat menerima perjalanan bertumbuhnya raga dan jiwa ini, pertumbuhan ini tidak mungkin terjadi tanpa limpahan air kasih sayang dari kedua orangtua dan keluarga tercinta, serta juga peran guru-guru kehidupan, Bapak Gede Prama, Bapak Anand Krishna, Ariesandi Setyono, Adi W.Gunawan, Jansen Mr. Etos” Sinamo, Sapta Dwikardana, Tung Desem Waringin. Terima kasih tak terhingga atas izin untuk menguras ilmu dan kebijaksanaannya. Sahabat Yopie, Yudi, Soesanto, Hindra, Agus, Dandan, Mbak Ida Arimurti, Santi “Mami” Sastra, terima kasih untuk XX selalu menemani dan menguatkan. Komunitas pengabdian yang menempa makna dalam diri saya, Rotary & Rotaract Club D3400, Capacitar Indonesia, KKS Melati, Reading Bugs, teman-teman Volunteer Ubud Writer & Reader Festival, dan Milis Money Magnet. Untuk para pembaca Psikologi Plus, pendengar dan saha- bat di Delta FM, Duta FM Bali, pembaca buku Happiness Inside dan semua pihak yang saya kenal langsung atau tidak, terima kasih telah menyediakan waktu dan perhatian untuk saya belajar dan berbagi. Di atas segalanya, tak terhingga rasa syukur dan terima kasih saya tujukan pada Dalang yang “memaksa” saya ber- peran sebagai penulis pada layar semesta ini. Sungguh sebuah paksaan yang indah. Ubud, Salam Bahagia gobind vashdev xxi Reat Dhis First Sebuah warung makan siap saji berbendera “all you can reat”. Anda datang, dan menu langsung berada di depan etalase yang memuat berjenis-jenis makanan ada, seperti itulah buku ini. Sang Pemilik yang siap melayani Anda memilih menu yang tersedia. Mulai dari Kesehatan, Mindset, Pendidikan hingga Spiritual. Anda boleh memilih satu, sebagian atau langsung semuanya, boleh berurutan atau tidak (loncat-loncat). Silakan imbuh jenis yang sama atau berbeda berulang-ulang dan jangan juga merasa bersalah jika harus disisakan. Anda pun tidak dilarang untuk menambahkan bumbu catatan atau kecap bermerk garis bawah di dalamnya, semua terserah Anda. Semua sesuai selera hati dan pikiran Anda. Nikmati di mana saja dan kapan saja, di keheningan malam atau hingar-bingar- nya bookcourt, sendiri atau satu untuk ramai-ramai. Mau se- karang juga dilahap atau lain waktu saja, jangan cemas, santapan untuk menyehatkan leher ke atas ini tidak tertera tanggal kedaluwarsanya. Semuanya seenaknya Anda, semau-maunya Anda, terserah Anda, karena saya bukanlah juru masak, apalagi pemilik, saya hanyalah sebuah sendok yang digunakan oleh Pemilik untuk mengambil makanan dan meletakkan pada piring Anda. Selamat menikmati. xxii Tubuh dan Pikiran Apa yang Anda Inginkan? uara seorang wanita yang terdengar di ujung telepon bertanya dalam acara talkshow interaktif di sebuah radio swasta di Bali, setelah mengucap salam, ibu ini bertanya kepada saya, “Bila saya mendengar acara tentang kejernihan pikiran, membaca buku- buku motivasi atau seminar-seminar pencerahan semuanya terasa benar dan baik, tetapi mengapa ya itu terasa susah sekali untuk dilakukan?” Pernahkah Anda mengalami hal yang sama? Jika ya, itu berarti Anda tidak sendirian, sebagian besar hal ini terjadi di masyarakat dunia. Terasa betul sekali apa yang dikatakan ibu tersebut bahwa sering kali apa yang kita dengar, baca atau ikuti dalam pela- tihan itu semuanya indah, tetapi hanya dapat dijalankan dalam tataran pikiran atau filosofis. Dalam tataran praktis sehari-hari apalagi dalam kehidupan bermasyarakat ketika kita dituntut berhubungan dengan orang lain semua itu susah sekali dilakukan. “Contohnya berpikir positif dan sabar”, ibu pendengar radio yang di ujung telepon itu melanjutkan, “Bagaimana kita dapat berpikir positif, sementara orang lain menuduh saya melakukan yang bukan-bukan, atau bagaimana kita dapat sabar jika saya sudah beri tahu staf saya berkali-kali dengan berbagai cara dia masih melakukan kesalahan juga.” Lagi-lagi, sangatlah mudah untuk setuju pada apa yang dikatakan ibu tersebut. Kita mengiyakannya karena itu juga terjadi dengan diri kita. Di sini kita bukan mencari cara apa yang seharusnya dilakukan, tetapi melakukan pembenaran- pembenaran dalam kelemahan diri, dan bahkan mengklaim jika apa yang ada di buku atau di seminar bukan hanya susah, tetapi tidak mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari- hari. Tidak sedikit yang mempunyai kesimpulan bahwa yang namanya sabar, tekun, percaya diri, pemarah, pemalu, dan sifat-sifat lain yang positif atau negatif itu adalah turunan atau bawaan orok, bahwa semua itu sudah ada dalam jaringan DNA/RNA kita dan tidak mungkin dapat diubah. Pertanyaan selanjutnya, apakah sifat dapat diubah? Ya dan tidak, [ho kok jawabannya ambigu begitu? Ya semuanya tergantung, tergantung dari keyakinan atau sistem kepercaya- an kita. Henry Ford pernah berkata “Whether you think you can or you can’t, you are right”, jika Anda ber- pikir Anda bisa atau Anda tidak bisa, dua-duanya Anda benar”. 2 ce = a Ss 3 = Fs & Es Ea cy Ey 9 =a s = B @ Ba Jika semua tergantung keyakinan, apakah dengan kita yakin bisa sabar, kita akan menjadi orang sabar? No, tunggu dulu, mempunyai keyakinan bahwa kita dapat berubah ke arah yang lebih baik adalah suatu fondasi yang bagus, tetapi jika kita berhenti sampai fondasi saja dan tidak memba- ngun rumah, kita tetap kehujanan dan kepanasan. Manusia adalah makhluk kebiasaan, dan semua sistem kepercayaan (belief system), nilai (value), aturan (rules) atau mudahnya sifat yang ada dalam diri kita semuanya terben- tuk dari pengalaman atau kebiasaan masa lalu kita. Kita mem- punyai pohon dalam pikiran kita, ada pohon kesabaran, cin- ta kasih, kepedulian, melayani atau sering disebut sifat positif dan juga pohon yang tidak menguntungkan seperti ketakut- an, keserakahan, egoisme, dan lainnya. Perlu diketahui bah- wa semua ini sebenarnya tidak ada yang buruk, semuanya mempunyai maksud yang baik, mereka ada pada dasarnya untuk melindungi diri kita. Misalnya orang yang serakah, jika mau dilihat, orang ini pada dasarnya takut akan masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu, untuk melindungi dirinya dari kesengsaraan, dia mengamankan dirinya dengan ingin memiliki lebih pada semua hal. Kita dapat menyimpulkan di sini dengan satu kata yang berkonotasi tidak baik, yaitu se- rakah. Sekali lagi semua aturan, kepercayaan, value dalam diri seseorang pada dasarnya baik, tetapi ada yang mengun- tungkan, ada yang tidak menguntungkan dirinya. Kembali pada analogi pohon, sama seperti pohon yang ada di dunia ini, pohon dalam pikiran kita juga akan berkembang jika kita “Manusia adalah makhluk kebiasaan, dan semua sistem kepercayaan (belief system), nilai (value), aturan (rules) atau mudahnya sifat yang ada dalam diri kita semuanya terbentuk dari pengalaman atau kebiasaan masa lalu kita.” 9 =a s = B @ Ba merawat atau memberikan makanan. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita menyirami pohon kemarahan, pohon ini akan berkembang dan mempunyai akar yang sangat kuat, tarikan- nya akan begitu kuat sehingga jika ada sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, alangkah mudahnya kita terseret pada kemarahan dibandingkan kesabaran yang pohonnya tidak pernah diberi makan. Saringan Pikiran Bad news is good news, itulah semboyan yang sering kita dengar dari media massa, jika kita mau perhatikan bahwa dalam era komunikasi ini sangatlah sulit kita terlepas dari media. Boleh dikatakan kita ini adalah generasi pertama yang dikepung media. Dan tak terbantahkan jika berita buruk seperti perkosaan, pencurian, korupsi lebih mendominasi media massa yang ada di sekeliling kita. Seorang sahabat yang sangat kreatif, Mas lwang, begitu biasanya dia dipanggil, dengan keisengan kreatifnya pernah menutup semua berita “negatif” pada sebuah eksemplar surat kabar nasional terbitan ibukota dengan kertas warna hitam, dan membiarkan berita “positif” begitu saja, alhasil lebih dari 70% dari koran tersebut berwarna hitam. Belum lagi jika kita sering melihat tontonan seperti berita kriminal mungkin dari 10 berita ada 12 yang buruk. Di saat kita memperhatikan sesuatu, apa pun itu, sebenar- nya kita memberikan energi kepada apa yang kita perhatikan tersebut, ketika kita melihat tayangan atau bacaan atau mendengar berita buruk yang membuat kita takut, cemas atau marah, itu sama saja kita memberi energi (baca: air) pada pohon ketakutan, kecemasan, dan kemarahan dalam diri kita. Fokus kepada berita yang menguntungkan dan menghindari berita yang merugikan adalah kuncinya. Sebuah email yang saya terima beberapa tahun lalu, masih tersimpan tentang saringan tiga lapis, sangat membantu saya untuk menyaring berita yang perlu saya ambil atau tidak. Izinkan saya membagi tulisan itu di sini. Pada zaman Yunani kuno, Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanaannya yang tinggi. Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, “Tahukah Anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?” “Tanggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum memberitahu- kan saya sesuatu, saya ingin Anda melewati sebuah ujian kecil. Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Lapis.” “Saringan Tiga Lapis?” tanya pria tersebut. “Betul,” lanjut Socrates, “sebelum Anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Lapis.” “Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. Sudah pasti- kah Anda bahwa apa yang akan Anda katakan kepada saya benar?” = a Ss = Fs & Es Ea cy Ey 9 =a s S B @ Bs “Tidak,” kata pria tersebut, “Sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada Anda.” “Baiklah,” kata Socrates. “Jadi Anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.” “Sekarang mari kita coba saringan kedua, yaitu KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk.” “Jadi,” lanjut Socrates, “Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi Anda tidak yakin jika itu benar. Anda mungkin masih dapat lulus ujian selanjutnya, yaitu KEGUNAAN. Apakab cerita yang Anda ingin beri tahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?” P yi g yi 4 yi “Tidak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut. “Jika begitu,” simpul Socrates, “Jika apa yang Anda ingin beri tahukan kepada saya tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, mengapa Anda ingin menceritakannya kepada saya?” Tubuh dan pikiran adalah suatu kesatuan yang keduanya saling berinteraksi, dan keduanya adalah hasil dari apa yang di- lakukan dan dipikirkan terhadapnya di masa sebelumnya. Jika kita melihat tubuh ini dan memperhatikan pikiran kita semua- nya terbentuk seperti sekarang ini karena ini adalah hasil dari apa yang telah Anda lakukan dan pikirkan. Jika sulit bagi diri 8 kita untuk berpikir positif itu tidak lain karena pohon “posi- tif’ dalam pikiran kita jarang diberi makan, ketika perasaan iri dengki dominan dalam diri kita, itu bukan karena kejadi- an di luar atau orang lain yang menyebabkannya, semua adalah peran kita dalam memupuk kesuburannya. Karena itulah apa yang disampaikan dalam buku, seminar atau radio yang kita dengar sangatlah sulit untuk diterapkan sehari-hari, karena pohon-pohon “positif” itu belum mengakar dalam diri kita. Perlu ekstra kerja keras dalam membuat perubahan yang seketika jika keadaannya seperti ini, tetapi tidak perlu berkecil hati, selama ada kemauan pasti ada jalan. Bukan bisa atau ti- dak melainkan yang penting adalah mau atau tidak. Sekali lagi, tubuh dan pikiran kita hari ini terjadi karena apa yang kita lakukan dan pikirkan pada masa lalu, tubuh dan pikiran apa yang ingin Anda lihat pada masa depan, tergantung pada apa yang akan Anda lakukan dan pikirkan mulai saat ini dan ke depannya. 2 3, = ® Ss 3 - Fy & Es Ea cy ey Semut dan Ulat uah campur adalah menu tetap di setiap sarapan pagi saya, tetapi hari ini ada yang istimewa, sewaktu asyik menikmatinya, seekor ulat kecil berwarna merah yang lucu keluar dari timbunan buah yang tersusun tidak rapi di piring bundar. Tak lama lagi seekor yang lain muncul. Terus terang, saya terkejut melihat reaksi saya yang tidak kaget melihat ulat yang tiba- tiba muncul tersebut. Saya ingat sekali beberapa tahun yang lalu kejadian yang hampir sama pernah saya alami dan waktu itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan makan buah itu lagi. Sama sekali tidak terlintas perasaan jijik, malah sebuah perasaan senang bahwa sarapan pagi ini saya nikmati beramai-ramai. Saya merasakan suatu perasaan yang sulit digambarkan. Saya melihat bahwa ulat tersebut dan saya diciptakan oleh pencipta yang sama, dan kita sama- sama sedang mengambil energi dari buah yang sama untuk 10 kelangsungan hidup masing-masing. Ini mengingatkan saya ketika baru saja saya pindah ke Ubud, kamar yang saya tempati sering dilalui banyak semut. Semut dengan berbagai ukuran itu muncul dengan tiba-tiba. Awalnya saya jengkel dengan kehadirannya, saya merasa terganggu, mulai dari cairan hingga kapur pengusir serangga sudah saya gunakan untuk mengusirnya. Sampai suatu saat, ketika saya ingin mengusirnya ada sesuatu yang berbicara dalam diri saya, mungkin itu yang dinamakan suara hati dan berkata, “Tunggu dulu, mengapa kamu marah?” diri saya yang lainnya menjawab, “ya dia sangat menggangguku.” Kemudian yang pertama langsung mendebat, “Siapa mengganggu siapa? bukankah semut-semut itu sudah ada sebelum kamu di sini atau bahkan sebelum kamar ini dibangun? Lagi pula semut- semut itu kan hanya mencari makanan.” “Dia bukan mencari, tetapi mencuri,” kata yang kedua. “Bukankah kita manusia juga mencuri? Kita mengambil buah dari pohonnya, bahkan kita mengambil nyawa dari hewan untuk memenuhi kepuasan lidah kita, jangan karena mereka tidak mengenal uang kau katakan mereka mencuri, semut juga bekerja, mereka pasti mempunyai fungsi di alam semesta ini, sama seperti ulat yang menggemburkan tanah dan untuknya mereka mendapat upah makanan berupa buah dari pohon.” Sering sekali hal ini terjadi, pergumulan saya dan diri saya yang lain ini awalnya sering membuat saya frustrasi. Mereka sama-sama mempunyai alasan yang kuat, mereka sama-sama pintar memberikan argumennya. Namun, di sisi lain pergumulan ini sangatlah mencerahkan, membuat saya 11 = ® Ss 3 - Fy & Es Ea cy ey ay Ss = s ra Gy Sa melihat segala sesuatunya dari perspektif yang lain, sisi yang beda, yang lebih terang dan lebih luas. Sewaktu di sekolah kita pasti pernah belajar tentang evolusi, evolusi dari satu bentuk kera ke bentuk kera yang lain juga hewan-hewan yang lain. Evolusi yang kita pelajari di sekolah adalah evolusi fisik. Selain evolusi fisik ada juga evolusi pikiran, yaitu sebuah perubahan secara bertahap dalam tingkat pemikiran kita. Perubahan ini bukan dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi lebih dari sekadar tahu, lebih juga daripada mengerti atau paham, tetapi sadar. Jika seseorang tahu dan mengerti, tetapi belum melakukan apa yang dia pahami, saya menyebutnya belumlah sadar. Saya tidak mengetahui mekanisme secara teperinci dalam diri seseorang bagaimana evolusi pikiran ini dapat tumbuh. Yang saya tahu adalah evolusi ini tumbuh dari dalam bukan dari luar, walau sering kita mendengar bahwa banyak faktor luar yang dapat mengubah seseorang. Ada yang mengatakan kita bisa mendapat tingkat berpikir yang lebih baik dengan cara belajar dari buku atau guru yang luar biasa. Ada juga yang berpendapat bahwa pengalaman yang besar atau mengejutkan akan mengubah seseorang. Seperti berdampingan dengan kematian, misalnya seseorang langsung tersadar dan berubah, kemudian orang tersebut melihat hidup dengan cara yang lain, melihat begitu berharganya setiap tarikan napas. Ya, benar sekali, kejadian eksternal akan meningkatkan cara berpikir seseorang jika ditambahkan sebuah syarat, dan syarat penting itu adalah jika orang yang mengalami sebuah 12 “Kejadian eksternal akan meningkatkan cara berpikir seseorang jika ditambahkan sebuah syarat, dan syarat penting itu adalah jika orang yang mengalami sebuah kejadian mengambil pelajaran darinya.” ay Ss = s ra Gy Sa kejadian mengambil pelajaran darinya. Bukan kejadian yang mengubah seseorang, tetapi orang tersebut yang mengubah dirinya sendiri dengan mengambil pelajaran dari kejadian itu. Begitu pula bukan buku atau orang lain yang mengubah seseorang, tetapi pelajaran yang diambil dari buku yang dibaca atau orang lain yang dikenalinyalah yang mengubahnya. Peran seseorang dalam mengambil pelajaran inilah yang terpenting dalam mengubah dirinya, dan inilah yang menjadikan kita mempunyai tingkatan berpikir lebih tinggi lagi. Dan dengan cara inilah evolusi pikiran terjadi. Jika terjadi evolusi dalam tingkat pikiran, pastilah kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda. Sesuatu yang dulu dianggap sebagai masalah, sekarang mungkin sebagai kesenangan, seperti contoh ulat dalam buah tersebut. Albert Einstein seorang ilmuwan yang dinobatkan sebagai man of the century versi majalah Time pernah menulis “Masalah penting yang kita hadapi tidak dapat kita pecahkan pada tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan masalah tersebut.” Tingkat berpikir yang lebih tinggi adalah hal yang wajib diperlukan untuk memecahkan masalah. Contoh sederhananya adalah sewaktu kita duduk di bangku sekolah dasar misalnya, semua pelajaran kelas 1 SD pada saat kita di kelas 1 SD terasa sangat sulit. Namun, ketika kita naik ke kelas 2, kesulitan di kelas 1 sudah tidak terasa lagi, apalagi ketika kita naik ke kelas yang lebih tinggi lagi. Atau pernahkah Anda membaca sebuah buku dan Anda tidak mengerti apa yang Anda baca, dan setelah beberapa waktu Anda membaca lagi Anda mengerti apa yang 14 dimaksud oleh buku tersebut. Jika ya, itu artinya bahwa ketika kedua kali Anda membaca, cara atau tingkat pemikiran Anda sudah berubah. Begitu juga di kehidupan, masalah hanya terjadi ketika tingkat kemampuan seseorang tidak lebih tinggi daripada masalah tersebut. Di saat tingkat pemikiran sudah di atas masalah maka semuanya terlihat bukan sebagai masalah. Nah, ketika sebuah atau beberapa masalah datang ber- ulang-ulang dalam hidup, kita mempunyai pilihan untuk mengeluh, menyalahkan orang lain, atau menghindarinya, atau kita ambil pendekatan yang lain, yaitu kita mencoba be- lajar untuk meningkatkan pengetahuan dan level berpikir kita sehingga yang kemarin menjadi masalah hari ini menjadi se- buah kesenangan. Ingatlah di saat kemampuan kita kecil, masalah terlihat sangat besar dan begitu kemampuan kita besar masalah-masalah tersebut menjadi pernak-pernik kecil yang membuat kehidupan tampak berkilau. 15 2 3, = ® Ss 3 - Fy & Es Ea cy ey Setiap Waktu adalah Waktu Belajar elajar’, itulah jawaban pelatih sukses dunia Anthony Robbins ketika ditanya mengenai rahasia kesuksesan dirinya dari seorang pembersih toilet berpenghasilan puluhan dolar hingga menjadi seorang multimiliarder. Mendengar kata belajar, pastilah membawa ingatan kita ke masa-masa sekolah, hampir tiada hari tanpa membaca buku, menyimak guru mengajar dan mengerjakan tugas. Semua itu serasa tidak pernah ada habisnya. Berkebalikan dengan sahabat-sahabat yang meninggalkan buku selepas sekolah, saya mulai membaca setelah tidak menyandang status murid. Tanpa ingin menyombongkan diri, dulu di masa sekolah saya adalah murid yang paling rajin membolos, jawara dalam tidak mengerjakan PR dan selalu menduduki peringkat 3 besar dari bawah. 16 Sadar tertinggal jauh dari teman-teman yang lain, disertai keinginan kuat untuk bisa berguna bagi dunia ini, mata saya mulai terbuka. Pentingnya arti belajar tertanam dalam di benak ini dan di waktu itulah perubahan seketika terjadi. Saya mulai belajar dua kali lebih keras dan berpikir dua kali lebih kuat. Dan saat ini tanpa maksud menggurui pembaca, izinkan saya berbagi tulisan mengenai “belajar.” Bukan belajar seperti membaca dan mengetahui teori saja. Menurut Anthony Robbins, belajar itu seperti mengendarai mobil. Jika kita mengetahui di mana pedal gas, rem, dan kopling serta cara memindahkan gigi, itu berarti kita belum belajar. Belajar artinya melakukan tindakan baru, sebuah tindakan yang konsisten dan berkesinambungan sehingga yang kita pelajari menjadi sebuah kebiasaan. Hal yang sama juga dikatakan oleh Konfusius, “To know but not to do is not yet to know,” mengetahui, tetapi tidak melakukan sama artinya dengan tidak mengetahui. Melakukan atau mengambil tindakan dari apa yang diketahui itulah inti dari belajar. Dan jika tindakan ini diulang dan diulang terus maka keterampilan akan muncul. Dengan keterampilan inilah keunggulan seseorang diakui orang lain. Pandangan serupa juga diungkap oleh filsuf terkenal Yunani Aristoteles, “Kita adalah apa yang kita lakukan berulang- ulang ... maka keunggulan bukanlah suatu per- buatan, melainkan hasil dari kebiasaan.” Seseorang dapat meraih juara dalam turnamen bulu tangkis karena dia belajar terus. Kita semua pada awalnya sama, kita tidak punya 17 2 3, = ® Ss 3 - Fy & Es Ea cy ey ay Ss = s ra Gy Sa kemampuan apa-apa. Kita belajar berjalan, belajar berbicara dan belajar bagaimana untuk makan dengan sendok dan garpu. Apa pun yang kita mampu lakukan saat ini semuanya diawali dengan belajar, bukan? Sikap Mental Jika ditanya, pada masa apakah manusia belajar paling banyak? Pada saat dewasa, remaja, atau pada saat kita anak-anak? Ya, jawabannya pastilah saat anak-anak. Sewaktu masih anak- anak, manusia belajar lebih banyak dibandingkan masa mana pun dalam pertumbuhannya. Sampai-sampai Robert Fulghum, seorang pendeta unitarian menulis buku All | Really Need to Know | Learned in Kindergarten (Semua yang Perlu Saya Ketahui Telah Saya Pelajari di Taman Kanak-Kanak). Anak-anak mempunyai sikap mental yang luar biasa. Mereka melihat segala sesuatu dengan apa adanya. Anak-anak mempertanyakan segala sesuatunya, tidak ada kata "tidak mungkin” dalam benaknya. Fantasi mereka jauh melampaui logikanya. Dari sisi inilah kita sebaiknya belajar pada anak- anak, tentang belajar itu sendiri. Paling tidak ada tiga sikap mental dari anak-anak yang harus kita lakukan. Secara sederhana, sikap ini bisa dianalogi- kan seperti menuang air dari botol ke sebuah gelas. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah gelas agar dapat terisi air. 18 “Kejadian eksiernal akan Ineningkatkan cara berpikir seseerang jika ditambahkan sebuah syarat, dan syarat wenting itu adalah jika erang yang mengalami sebuah kejadian mengambil pelajaran darinya.” 9 =a s S B @ Bs Syarat pertama adalah terbuka, hanya dengan gelas yang terbukalah air dapat masuk. Hanya dengan berpikiran terbuka (open mind) suatu ilmu dapat mengalir ke dalam diri keingintahuan lebih banyak. Dalam bahasa lain, kita menyebut i. Seseorang dapat bersikap terbuka karena memiliki rasa ingin tahu yang besar layaknya seorang bocah ini sebagai rasa penasaran. Penasaran ternyata adalah suatu elemen yang utama dalam menimba ilmu. Bahkan, manusia terjenius sepanjang sejarah, Leonardo da Vinci, menempatkan curiosita atau rasa ingin tahu ini sebagai prinsip pertama dari tujuh prinsip da Vinci, seperti yang ditulis oleh Michael J. Gelb dalam buku apiknya Menjadi Jenius Seperti Leonardo da Vinci. Hampir serupa dengan Leonardo da Vinci, Albert Einstein pernah berkata jika dia bukanlah orang yang punya bakat khusus, melainkan orang yang punya rasa penasaran yang hebat. Terbuka, terutama terhadap sesuatu yang baru dan rasa ingin tahu yang besar, adalah syarat pertama. Yang kedua adalah kosong. “Kosongkan gelasmu”, sebuah istilah populer yang mungkin sering kita dengar. Sesuatu yang penuh tidak akan dapat menampung apa-apa. Hanya keko- songanlah yang mempunyai nilai untuk sesuatu yang baru. Pikiran yang penuh dengan persepsi yang ada sebelumnya, walau tidak selalu, sering menjadi penghalang dalam proses belajar. Berbeda dengan anak kecil yang melihat apa ada- nya, jauh dari sikap menghakimi. Seperti inilah sikap mental 20 yang harus kita miliki jika ingin belajar lebih banyak dan lebih dalam tentang sesuatu yang baru. Yang ketiga, dan tak kalah penting, gelas tersebut harus- lah lebih rendah daripada botol yang mengisinya. Bagaimana pun terbuka dan kosongnya gelas, tetap tidak akan terisi jika posisi gelas itu lebih tinggi daripada botol yang akan mengisi- nya. Bersikap rendah hati, menyadari bahwa masih banyak kekurangan adalah satu syarat penting lainnya dalam belajar. Anak-anak menyadari jika dirinya jauh dari pengalaman, anak- anak selalu menganggap orang tua lebih tahu dari dirinya. Teringat saya pada seseorang berjiwa jernih, Lao Tze, seorang filsuf yang juga pencipta ajaran Taoisme. Dia pernah berkata, “Mengetahui bahwa kita tidak tahu apa- apa adalah awal dari kebijaksanaan.” Jika kita mera- sa sudah tahu semuanya, kita akan merasa cukup. Ini bisa diibaratkan sebuah buah yang sudah matang, dan kita semua tahu buah yang matang tak lama akan menjadi busuk. Merasa diri kurang, merasa kita masih jauh dari pencapaian membuat kita terus belajar. Guru Di atas kita berbicara tentang “gelas” (murid), lalu bagaimana dengan “botol’nya, yaitu guru. Mengapa saya menyebut dan menempatkan sosok guru sebagai sesuatu yang agung? Dalam bahasa Sanskerta, Gu artinya kegelapan dan Ru 21 2 3, = ® Ss 3 - Fy & Es Ea cy ey ay Ss = s ra Gy Sa artinya menghilangkan, jadi guru adalah dia yang meng- hilangkan kegelapan. Seseorang yang membawa cahaya, seseorang yang membawa terang pada hidup kita. Siapakah dia? Apakah dia bapak dan ibu guru yang ada di sekolah? Ya, tetapi bukan itu saja. Orangtua, kakak? Ya, tetapi itu baru sebagian kecil. Lalu siapa lagi? Setiap orang, ya setiap orang adalah guru kita. Mungkin muncul di benak pembaca, apakah perampok, pencuri dan tukang tipu adalah guru kita? Saya akan langsung menjawabnya dengan YA. Karena merekalah sebenarnya yang mengajari kita lebih banyak tentang arti sebuah kejujuran dan keadilan. Kahlil Gibran, seorang penyair besar dari Lebanon, dengan indahnya menulis: “Aku belajar diam dari yang cerewet, toleransi dari yang tidak toleran dan kebaikan dari yang jahat. Namun anehnya, aku tidak pernah merasa berterima kasih kepada guru-guruku ini.” Apa yang ditulis oleh Gibran di atas buat saya adalah se- buah resep istimewa dalam menghadapi “orang-orang me- nyulitkan” yang sebenarnya adalah guru-guru kita. Sejenak melayang pikiran saya pada 2.000 tahun yang lalu, mungkin inilah yang ingin Yesus Kristus sampaikan dengan berkata, “Kasihilah musuhmu.” Seolah-olah kita diajak untuk tidak melihat musuh sebagai sesuatu yang harus dihindari. Musuh mengajarkan kita begitu banyak tentang kehidupan. Musuh adalah guru sejati kita, untuk itulah kita harus mengasihinya. 22 “Aku belajar diam dari yang cerewet, elmer Uremic lene limerla kebaikan dari yang jahat. Namun anehnya, aku tidak pernah merasa berterima kasih kepada guru-guruku ini.” ay Ss = s ra Gy Sa Dari sudut pandang yang serupa secara praktis dalam sebuah subjudul Richard Carlson menulis: “Anggaplah setiap orang yang berjalan di bumi ini sudah tercerahkan kecuali Anda sendiri. Apa yang ingin dikatakan oleh Richard dalam buku pertama dari seri bukunya yang berjudul Don’t Sweat the Small Stuff QUangan Meributkan Masalah-masalah Kecil) adalah jika Anda bertemu dengan orang yang membuat hati Anda mendidih, jangan marah, tetapi ubahlah cara berpikir Anda bahwa orang di depan Anda adalah orang yang telah tercerahkan. Dia diki- rim kepada Anda oleh Pencipta supaya Anda belajar untuk bersabar. Bukankah orang-orang yang menyulitkan kita adalah orang-orang yang membuat kita pintar? Siddhartha “Sang Buddha” Gautama juga pernah berkata, “Pada akhirnya kita akan sangat-sangat berterima kasih kepada Orang-orang yang membuat diri ini sulit.” Jika orang yang cerewet mengajari kita mendengar, yang kaku mengajarkan kita pentingnya bersikap fleksibel, pembohong mengajarkan kita besarnya arti kejujuran, dan mereka yang berselingkuh mengajarkan arti sebuah kesetiaan, maka di akhir tulisan ini saya ingin mengajak pembaca untuk mengingat-ingat orang-orang yang selama ini kita benci. Orang yang selama ini kita hindari dan ingin membalas perbuatannya yang tidak menyenangkan kepada kita. Setelah mengingatnya, kemudian tanyakan pada diri sendiri, apakah pelajaran yang ingin mereka berikan kepada diri ini? 24

You might also like