You are on page 1of 10

PROSPEK PENGEMBANGAN BUDIDAYA LEBAH Trigona spp.

DI SEKITAR HUTAN LARANGAN ADAT RUMBIO


KABUPATEN KAMPAR

DEVELOPMENT PROSPECTS CULTIVATION OF BEES Trigona spp.


AT TRADITIONAL FOREST AROUND THE PROHIBITION OF RUMBIO
KAMPAR REGENCY

Fadli Ichwan¹, Defri Yoza², Evi Sri Budiani²


Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau
Address: Bina Widya Street, Pekanbaru, Riau
(Flyharajuku@gmail.com)

ABSTRACT

Indonesia has the potential of natural resources is very high and plentiful. One of them from
forest products, both timber forest products and non timber forest products. Bee Trigona spp.
is one of the non timber forest resources potential products developed as the price of honey
and propolis are high. Cultivation Trigona spp. still a bit of doing at the moment. Around
Indigenous Forests of Rumbio ban is one of the locations that have the potential for
cultivation Trigona spp. because it has abundant natural resources and nature of the support
for the development of the bee. This study aims to determine the prospects for cultivation
development Trigona spp. around Forest Prohibition of Indigenous of Rumbio Kampar
regency. Materials research is a questionnaire sheet. The data have been analyzed by
qualitative analysis. Research showed that the development of cultivation Trigona spp. very
suitable to be developed around the Prohibition of Indigenous Forests of Rumbio because
climatic conditions in accordance with the development of the bee, the land available for
cultivation, as well as the availability of various types of plants produce nectar and pollen as
a food source Trigona spp.

Key words: Prospects for Development, Indigenous Prohibition Forest, Cultivation Trigona
spp.

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi merupakan salah satu sumber daya alam
sumber daya alam yang sangat tinggi dan yang memiliki nilai ekonomis.
berlimpah. Kekayaan yang terkandung di Pembudidayaan lebah madu jika
dalamnya sangat beraneka ragam terutama dikelola secara intensif dan modern akan
dari hasil hutan, baik berupa hasil hutan memberikan manfaat langsung maupun
kayu (HHK) maupun hasil hutan bukan tidak langsung. Manfaat langsung yang
kayu (HHBK). Kekayaan sumber daya dapat diperoleh yaitu dihasilkannya
hutan mempunyai nilai ekonomi tinggi berbagai produk lebah madu seperti madu,
yang dapat menunjang kesejahteraan royal jelly, propolis, tepung sari, lilin,
masyarakat. Hasil hutan bukan kayu perekat dan racun lebah. Manfaat tidak
langsung yang dapat diperoleh dari

1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 1
budidaya lebah madu yaitu berkaitan lebah tersebut. Hal ini karena masyarakat
dengan proses pelestarian sumberdaya di sekitar Hutan Larangan Adat sebagian
hutan, peningkatan produktivitas tanaman besar tidak mengetahui cara
dan adanya hubungan simbiosis yang pembudidayaan lebah Trigona spp.
saling menguntungkan (Woo, 1999 dalam Usaha budidaya lebah Trigona spp.
Melissa, 2008). belum banyak dikembangkan oleh
Riau merupakan Provinsi yang masyarakat di sekitar Hutan Larangan Adat
sangat potensial dan cocok dijadikan lokasi Rumbio. Hal ini karena sebagian besar
untuk membudidayakan lebah madu masyarakat belum mengetahui teknik atau
karena Riau memiliki hutan yang masih cara dalam membudidayakan lebah
luas dan areal perkebunan yang tersebut. Hanya sebagian kecil masyarakat
membentang luas sehingga menjadi salah di sekitar Hutan Larangan Adat Rumbio
satu penunjang yang baik untuk yang mengetahui tentang manfaat maupun
membudidayakan lebah madu. Areal teknik budidaya Trigona spp.
perkebunan adalah lahan yang baik untuk Pembudidayaan lebah Trigona spp. juga
perkembangan lebah karena terdapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
banyak sumber pakan bagi lebah. Lahan pendukung. Adapun faktor pendukung
perkebunan seperti perkebunan kopi, karet, antara lain keadaan sosial ekonomi
mangga, randu, kaliandra, lengkeng dan masyarakat, iklim, ketersediaan pakan dan
rambutan menjadi sumber pakan bagi potensi sumber daya alam yang
lebah madu. Jenis pohon tersebut akan mendukung perkembangan lebah Trigona
berbunga banyak dalam waktu yang relatif spp. di Hutan Larangan Adat Rumbio.
lama (Marhiyanto, 1999). Tujuan dari penelitian ini yaitu
Lebah Trigona spp. merupakan untuk mengetahui prospek pengembangan
salah satu sumber daya hutan non kayu budidaya lebah Trigona spp. di sekitar
yang potensial untuk dibudidayakan serta Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten
tersedianya sumber pakan yang berlimpah. Kampar.
Hampir semua tumbuhan yang
menghasilkan bunga dapat dijadikan METODE PENELITIAN
sebagai sumber pakan lebah baik yang Penelitian ini dilakukan di sekitar
berasal dari tanaman hutan, tanaman Hutan Larangan Adat Desa Rumbio
pertanian maupun tanaman perkebunan Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar
(Marhiyanto, 1999). Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan
Usaha budidaya lebah Trigona spp. pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan
merupakan usaha pengembangan dan November 2015.
penjualan produk hasil dari lebah. Usaha Alat yang digunakan dalam
tersebut dilakukan untuk memenuhi penelitian ini adalah tape recorder atau
kebutuhan produk madu yang terus alat perekam suara, alat tulis untuk
meningkat. Besarnya permintaan terhadap mencatat hasil wawancara dan kamera
madu belum dapat diimbangi dengan yang akan digunakan untuk dokumentasi
kemampuan industri perlebahan dalam saat peneliti melakukan wawancara dengan
meningkatkan produksi madu, sehingga masyarakat. Adapun bahan yang dipakai
untuk mengatasi kondisi tersebut maka penulis ketika melakukan wawancara
pengembangan usaha lebah madu perlu adalah kuesioner yang akan diberikan
dilakukan. kepada responden yaitu masyarakat di
Berdasarkan informasi dari sekitar Hutan Larangan Adat Desa Rumbio
masyarakat di sekitar Hutan Larangan Adat Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.
Rumbio lebah Trigona spp. banyak Metode pengambilan sampel yang
dijumpai tetapi belum banyak masyarakat digunakan dalam penelitian ini yaitu
yang melakukan pengembangan budidaya menggunakan purposive sampling.

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 2


Menurut Sugiyono (2007) purposive wilayah administrasi Kecamatan Kampar,
sampling merupakan teknik pengambilan Kabupaten Kampar seluas 1.887 Ha.
sampel dengan pertimbangan tertentu Jumlah penduduk Desa Rumbio sekitar
yakni sumber data dianggap mengetahui 3.293 jiwa dengan mata pencaharian
tentang apa yang menjadi tujuan sebagai petani. Hutan yang dimiliki oleh
penelitian. Responden yang dipilih dalam Desa Rumbio yaitu Hutan Larangan Adat
penelitian ini adalah berjumlah 30 orang Kenegerian Rumbio dengan luas kawasan
terdiri dari masyarakat di sekitar Hutan Hutan 530 Ha. Secara geografis Hutan
Larangan Adat Rumbio 10 orang Larangan Adat Rumbio terletak antara
responden dan masyarakat yang baru 00º18 50 -00º19 05 LU dan
memulai budidaya Trigona spp. 4 orang 101º07 30 -101º08 00 BT. Secara
responden, sebagai sumber data utama administrasi pemerintahan berada di
dalam penelitian. Petani lebah madu 3 Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar.
orang responden, ahli lebah, peneliti
2. Karateristik Responden
Trigona spp. dan Dinas Peternakan 10
Karakteristik responden merupakan
orang responden dan penampung hasil gambaran secara umum tentang keadaan
lebah madu (toke madu) 3 orang responden
dan latar belakang responden. Responden
sebagai data pendukung dalam penelitian. yang dipilih dalam penelitian berjumlah 30
Pengumpulan data dilakukan secara orang terdiri dari masyarakat di sekitar
survei kepada masyarakat di sekitar Hutan Hutan Larangan Adat Rumbio 10 orang,
Larangan Adat Rumbio dengan melihat masyarakat yang baru memulai budidaya
dan mengamati langsung kondisi yang Trigona spp. 4 orang, petani lebah madu 3
dijadikan tempat budidaya Trigona spp. orang, ahli lebah, peneliti lebah Trigona
serta melakukan wawancara dengan
spp. dan Dinas Peternakan 10 orang, serta
masyarakat sekitar Hutan Larangan Adat
penampung hasil produk lebah madu (toke
Rumbio tentang prospek pengembangan
madu) 3 orang
budidaya Trigona spp.
Wawancara dilakukan dengan cara a. Jenis Kelamin Responden
merekam jawaban-jawaban atas pertanyaan Berdasarkan hasil penelitian
yang diberikan kepada responden responden dikelompokkan berdasarkan
(Sugiyono, 2007). Teknik wawancara jenis kelamin terlihat pada Tabel 2.
dipilih agar peneliti bisa lebih mudah Tabel 2. Karakteristik Responden
mendapat informasi yang diinginkan dari Berdasarkan Jenis Kelamin
penelitian ini. Teknik ini dipilih agar Jenis Kelamin
No Responden
Laki-laki Perempuan
responden lebih bisa mendeskripsikan 1 Masyarakat sekitar 10 0
jawaban-jawaban yang mereka berikan Hutan Larangan
dari wawancara yang dilakukan. Adat Rumbio
2 Masyarakat yang 4 0
Analisis yang digunakan dalam baru memulai
penelitian ini adalah analisis deskriptif budidaya lebah
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif 3 Petani lebah madu 3 0
adalah suatu bentuk penelitian yang paling 4 Peneliti , ahli lebah 10 0
dan Dinas
dasar ditujukan untuk mendeskripsikan Peternakan
atau menggambarkan fenomena-fenomena 5 Pengumpul madu 3 0
yang ada, baik fenomena yang bersifat (toke)
Total 30 0
alamiah maupun yang bersifat rekayasa
manusia (Sugiyono, 2013). Tabel 2 menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN responden berjenis kelamin laki-laki
1. Letak dan Luas Kawasan berjumlah 30 orang dan responden dengan
Desa Rumbio terletak di kawasan jenis kelamin perempuan berjumlah 0
pinggir Sungai Kampar yang berada dalam
orang. Hal ini dikarenakan pada saat

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 3


penelitian semua responden yang berhasil Hasil penelitian yang terlihat pada
dijumpai merupakan responden berjenis Tabel 3 menunjukkan bahwa semua
kelamin laki-laki, untuk masyarakat di responden yang ditemui berada pada
sekitar Hutan Larangan Adat Rumbio tingkat umur produktif sehingga dapat
sendiri masyarakat yang bersedia dikatakan bahwa pada usia produktif
diwawancarai merupakan masyarakat kinerja dalam menghasilkan barang dan
berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian jasa ekonomi semakin tinggi. Hal ini tentu
diketahui bahwa sebagian besar sangat berguna dalam kegiatan
masyarakat yang baru memulai budidaya pembudidayaan lebah, pelestarian
Trigona spp., petani lebah, peneliti, ahli tumbuhan pakan lebah yang memerlukan
lebah dan Dinas Peternakan serta tenaga kerja produktif untuk mendukung
pengumpul madu (toke) yang ditemui pengembangan kegiatan usaha
adalah laki-laki. pembudidayaan lebah maupun tumbuhan
pakan lebah. Menurut Sunartana (2003)
b. Tingkat Umur Responden dalam Muis (2007) manusia pada usia
Berdasarkan hasil penelitian produktif lebih memiliki mobilitas yang
responden dikelompokkan dalam beberapa tinggi serta kegiatan yang lebih aktif dalam
kelompok berdasarkan tingkat umur memenuhi kebutuhan hidupnya.
responden. Karateristik responden
berdasarkan tingkat umur dapat dilihat c. Pendidikan Responden
pada Tabel 3. Responden dikelompokkan dalam
Tabel 3. Karakteristik Responden beberapa kelompok berdasarkan tingkat
Berdasarkan Tingkat Umur Responden pendidikannya. Karakteristik responden
Tingkat Umur berdasarkan tingkat pendidikan dapat
No Responden (Tahun) dilihat pada Tabel 4.
20-54 55-64
Tabel 4. Karakteristik Responden
1 Masyarakat sekitar 10 0
Hutan Larangan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Rumbio Tingkat Pendidikan
No Responden
SD SMP SMA SARJANA
2 Masyarakat yang baru 4 0
1 Masyarakat 0 0 8 2
memulai budidaya sekitar Hutan
lebah Larangan Adat
3 Petani lebah madu 3 0 Rumbio
4 Peneliti, ahli lebah dan 9 1 2 Masyarakat 0 0 1 3
Dinas Peternakan yang baru
memulai
5 Pengumpul madu (toke) 3 0 budidaya lebah
Total 29 1 3 Petani lebah 0 0 1 2
madu
Tabel 3 menunjukkan bahwa 4 Peneliti, ahli 0 0 0 10
lebah dan
responden pada tingkat umur 20-54 tahun Dinas
berjumlah 29 orang, sedangkan responden Peternakan
dengan tingkat umur 55-64 tahun 5 Pengumpul 0 0 2 1
madu (toke)
berjumlah 1 orang. Data hasil penyebaran Total 0 0 12 18
kuesioner menunjukkan sebagian besar Tabel 4 menunjukkan bahwa
responden merupakan penduduk berusia pendidikan responden tertinggi adalah
produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarjana dengan jumlah 18 orang, kemudian
Sleumer (1997) dalam Kasmir (2013) disusul dengan pendidikan SMA dengan
menyatakan bahwa rentang umur 20-54 jumlah responden 12 orang. Hasil
tahun merupakan golongan usia produktif, penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
sementara pada rentang umur 55-64 tahun pendidikan responden tergolong tinggi
merupakan golongan tidak produktif sehingga berpengaruh terhadap
penuh. pemahaman mengenai lebah dan pola pikir

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 4


terhadap pengembangbiakan lebah Trigona Hutan Larangan Adat Rumbio
spp.. Hal ini sependapat dengan Sitorus merupakan salah satu tempat yang cocok
(2010) menyatakan bahwa pendidikan untuk budidaya dan pengembangan lebah
pada umumnya akan mempengaruhi karena suhunya berkisar antara 26ºC-30ºC
tingkat pemikiran seseorang. Umumnya (Badan Meteorologi Klimatologi dan
tingkat pendidikan akan mempengaruhi Geofisika, 2015). Hal ini didukung oleh
seseorang, artinya dengan adanya pendapat Febriani (2010) bahwa suhu ideal
pendidikan dapat mempengaruhi orang yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26ºC,
dalam setiap keadaan atau perubahan yang pada suhu ini lebah dapat beraktifitas
ada. dengan normal.

3. Identifikasi Aspek dalam c. Kelembaban Udara


Pengembangan Budidaya Trigona Salah satu hal utama yang perlu
spp. diperhatikan apabila kita beternak lebah
adalah kelembaban. Kelembaban udara
Kehidupan dan perkembangan Trigona merupakan banyaknya uap air yang
spp. sangat dipengaruhi oleh faktor terkandung dalam massa udara pada saat
lingkungan seperti iklim meliputi suhu, dan waktu tertentu (Yoza, 2009).
kelembaban udara dan curah hujan sangat Kelembaban udara rata-rata di Kabuputen
menentukan perkembangan lebah. Selain Kampar khususnya di sekitar Hutan
itu terdapat beberapa aspek yang perlu Larangan Adat diketahui berkisar antara
diperhatikan dalam pengembangan 60%-90% (Badan Meteorologi Klimatologi
budidaya lebah Trigona spp. meliputi dan Geofisika, 2015). Kelembaban udara
lahan untuk budidaya, potensi pakan, pada areal ini masih sesuai untuk
pembudidayaan dan pemasaran agar proses perkembangbiakan lebah. Diketahui bahwa
pembudidayaan lebah dapat berlangsung kelembaban yang sesuai yaitu berkisar
dengan baik. antara 70%-80% (Sutrisno, 2009 dalam
Purnomo, 2015).
Iklim
a. Curah Hujan Lahan untuk Budidaya Trigona spp.
Curah hujan merupakan jumlah air Hasil wawancara dengan
hujan yang turun pada suatu daerah dalam masyarakat di sekitar Hutan Larangan Adat
waktu tertentu. Provinsi Riau khususnya Rumbio tentang lahan budidaya dapat
daerah Kabupaten Kampar memiliki dilihat pada Tabel 5.
tingkat curah hujan dengan intensitas Tabel 5. Data Luasan Lahan Masyarakat
sedang antara 2000-3000 mm/tahun Sekitar Hutan untuk Budidaya
(Badan Meteorologi Klimatologi dan Trigona spp.
Geofisika, 2015). Curah hujan diukur Luas Lahan yang Tersedia
dalam harian, bulanan dan tahunan (Yoza, Nama Lahan di
No
2009). Curah hujan berpengaruh terhadap Responden Pekarangan sekitar
perkembangan Trigona spp. ini terutama Hutan
pada pakan yang tersedia apabila curah 1 Syahrul 24 x 15 m 20 x 15 m
2 Hendra 22 x 11 m 23 x 12 m
hujan terlalu tinggi maka lebah akan sulit 3 Budi Arya 25 x 10 m 25 x 10 m
untuk mencari pakan selain itu juga akan 4 Bahrijal 26 x 15 m 25 x 16 m
menyebabkan nektar dan pollen pada 5 Apri 27 x 17 m -
tanaman pakan lebah berkurang seiring 6 Khairul Amali 26 x 18 m 25 x 18 m
dengan tingginya curah hujan pada suatu 7 Firman 23 x 10 m -
8 Septian 21 x 20 m
tempat (Marhiyanto, 1999). Daraditia
-
9 Eko 20 x 15 m
b. Suhu Udara -
Hendrasmara
10 Tri Nopril S 20 x 11 m -

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 5


Tabel 5 menunjukkan luasan lahan 2 Hendra Rambutan (9), karet (2), Rumput
bunga-bungaan (9) dan perdu
yang digunakan oleh masyarakat dalam 3 Budi Arya Rambutan(3),mangga(1), Rumput-
membudidayakan lebah. Penggunaan lahan manggis(2), bunga- rumputan
bungaan (10)
pekarangan rumah rata-rata memiliki luas 4 Bahrijal Mangga (1), pepaya (2), Rumput
220 m2-459 m2 dan untuk lahan di sekitar manggis (1), bunga- dan perdu
bungaan (10)
hutan luas rata-rata yaitu antara 300 m2-
5 Apri Jambu air (2), belimbing Rumput-
450 m2. Alex (2012) menyatakan bahwa (1), pisang (5), bunga- rumputan
budidaya Trigona spp. tidak membutuhkan bungaan (7)

lahan yang luas yang terpenting lahan 6 Khairul Sawit (6), jambu biji (2), Rumput
Amali manggis (1), matoa (1), dan perdu
ditanami dengan tumbuhan atau tanaman bunga-bungaan (11)
penghasil nektar dan pollen sebagai pakan 7 Firman Kuini (1),matoa (3), Rumput
sawit (1), rambai (1), dan perdu
bagi Trigona spp. Diketahui bahwa bunga-bungaan (12)
jangkauan terbang lebah Trigona spp. 8 Septian Matoa (2), jeruk (3), Rumput
mencapai 200-300 m dari sarang, sehingga Daraditia jambu air (2), bunga- dan perdu
bungaan (8)
dengan luasan tersebut tidak akan 9 Eko Manggis (1), pisang (5), Rumput
kekurangan sumber pakan dari pepohonan Hendrasmara kelapa (2), jambu biji dan perdu
(1), bunga-bungaan (9)
sekitar areal peternakan/pembudidayaan.
10 Tri Nopril Kelapa (3), rambutan Rumput
Peletakan koloni di sekitar pohon menjadi Ashari (1), duku (1), pepaya (2), dan perdu
aspek teknis yang perlu diperhatikan agar karet (3), bunga-bungaan
(9)
lebah tidak mengalami kesulitan dalam
mencari pakan. Tabel 7 terlihat bahwa semua
Kondisi tanah sekitar hutan juga masyarakat atau responden memiliki lahan
menjadi faktor dalam perkembangbiakan yang ditumbuhi tanaman dan tumbuhan
lebah. Keadaan tanah di sekitar Hutan penghasil nektar dan pollen di sekitar
Larangan Adat Rumbio pada umumnya pekarangan rumah yang berpotensi sebagai
berjenis tanah podsolik dimana tanah ini pakan lebah Trigona spp.. Sesuai dengan
memiliki karateristik tekstur lempung pernyataan Febriani (2010) bahwa
berpasir dengan status nutrisi yang rendah ketersediaan pakan merupakan faktor
oleh karena itu pengolahan tanah yang baik penting dalam pembudidayaan lebah serta
perlu dilakukakan baik secara manual lokasi yang dipilih hendaknya
ataupun mekanis. Akan tetapi tanah di menyediakan pakan supaya perkembangan
sekitar hutan dapat dikelola oleh lebah dapat berjalan dengan baik.
masyarakat dengan menanam tumbuhan Dengan potensi tersebut sebagian
semusim ataupun tahunan. besar masyarakat mendukung adanya
kegiatan budidaya Trigona spp. ini karena
Potensi Pakan untuk Budidaya Trigona memberikan dampak positif bagi
spp. kehidupan masyarakat. Dengan adanya
Berdasarkan hasil wawancara budidaya Trigona spp. ini diharapkan
dengan responden masyarakat sekitar dapat meningkatkan kesejahteraan
Hutan Larangan Rumbio terdapat masyarakat sekitar Hutan baik dari segi
tumbuhan atau tanaman yang tumbuh di ekonomi maupun sosial. Penggunaan lahan
sekitar pekarangan dan halaman rumah budidaya yang dilakukan di dalam ataupun
masyarakat yang berpotensi menjadi pakan di sekitar Hutan Larangan Adat Rumbio
Trigona spp. dapat dilihat pada Tabel 7. diharapkan dapat menjaga hutan tetap
Tabel 7. Potensi Pakan yang Tersedia terpelihara dan lestari.
Potensi Pakan yang Tersedia
Nama
No Tanaman atau pohon
Responden Tumbuhan
(Jumlah) Pembudidayaan Trigona spp.
1 Syahrul Karet (5), matoa (1), Rumput Terdapat beberapa hal penting yang
rambutan (1), mangga dan perdu
(1) bunga-bungaan (10) perlu diperhatikan dalam pembudidayaan
lebah diantaranya ketersediaan bibit,

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 6


persiapan kotak atau stup, pemeliharaan Tabel 9. Rincian Biaya dalam Pembuatan
dan pemanenan dapat dijelaskan sebagai Kotak/Stup
berikut: No Nama Barang Jumlah Harga
1 Triplek 4 mili Rp 17.000
ukuran 120 x 60 cm
1. Ketersediaan Bibit atau Koloni
2 Papan 20 x 2 cm Rp 9.000
Hasil wawancara dengan ukuran 20 x 100 cm
masyarakat yang baru memulai budidaya 3 Papan 10 x 2 cm Rp 13.000
tentang cara mendapatkan bibit dapat ukuran 10 x 250 cm
dilihat pada Tabel 8. 4 Paku 1 inc 1 ons Rp 1.500
5 Paku triplek 1 ons Rp 1.500
Tabel 8. Cara Mendapatkan Bibit atau
6 Paku payung 1 kotak Rp 3.000
Koloni Trigona spp. 7 Paku 1,5 inc 1 ons Rp 1.500
Cara Mendapatkan Bibit 8 Plastik bening Rp 2.500
Nama atau Koloni ukuran 100 x 25 cm
No
Responden Mencari 9 Tikar plastik Rp 3.750
Dibeli
Sendiri ukuran 100 x 25 cm
1 Zulnasri √ - 10 Papan 20 x 1 inc Rp 11.000
2 Septian √ - ukuran 20 x 100 cm
Daraditia 11 Upah tukang Rp 15.000
3 Rahmat √ - Total Rp 78.750
Fadillah
4 Tri Nopril √ -
Ashari
Tabel 9 menunjukkan harga dalam
pembuatan kotak lebah yang digunakan
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua sebagai sarang lebah dengan jumlah total
responden yang mengembangkan budidaya Rp 78.750. Harga tersebut merupakan total
Trigona spp. ini mendapatkan bibit atau harga per satu kotak lebah yang dibuat oleh
koloni lebah yaitu dengan mencari sendiri masyarakat yang membudidayakan lebah.
baik di dalam kawasan Hutan Larangan Hasil wawancara dengan Tri Nopril dan
Adat maupun di sekitar kebun masyarakat. Zulnasri menyatakan bahwa kotak yang
Hal ini akan memudahkan masyarakat dibuat harus sesuai dengan ukuran dan
dalam menemukan bibit lebah sehingga besarnya koloni yang ada dikayu lapuk
akan mengurangi pengeluaran masyarakat. tempat sarang Trigona spp. semakin basar
Ketersediaan bibit yang cukup koloni semakin besar kotak yang dibuat.
banyak di sekitar Hutan Larangan Adat
baik di dalam kawasan hutan maupun di 3. Pemeliharaan
luar kawasan hutan akan memudahkan Pada pemeliharaan ini
masyarakat dalam mendapatkan bibit lebah pembudidaya melakukan beberapa teknik
dan secara tidak langsung dapat dapat dilihat pada Tabel 10
meningkatkan produktifitas madu serta Tabel 10. Teknik Pemeliharaan Trigona
propolis yang dihasilkan oleh lebah. Hal spp.
ini sependapat dengan Alex (2012) Teknik yang dilakukan
Nama
No Teknik Panduan
menyatakan bahwa ketersediaan bibit perlu Responden
Uji Coba Dari Ahli
diperhatikan karena semakin banyak bibit 1 Zulnasri √ -
yang dibudidayakan semakin banyak pula 2 Septian √ -
hasil madu yang didapatkan. Daraditia
2. Persiapan Kotak atau Stup 3 Rahmat √ -
Budidaya Trigona spp. Fadillah
memerlukan kotak lebah sebagai tempat 4 Tri Nopril √ -
untuk koloni lebah. Rincian biaya dalam Ashari
pembuatan kotak letak berdasarkan hasil
wawancara dengan Zulnasri dapat dilihat Tabel 10 menunjukkan hasil
pada Tabel 9. wawancara dengan bebarapa responden

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 7


yang merupakan masyarakat yang baru 4 Tri Nopril - √
mengembangkan budidaya lebah Trigona Ashari
spp. menjelaskan teknik budidaya yang
selama ini dilakukan. Zulnasri dan Rahmat Tabel 11 menunjukkan bahwa
menjelaskan teknik yang dilakukan selama responden menyatakan hasil produksi
ini merupakan teknik uji coba dalam budidaya lebah mereka pasarkan dengan
pemindahan koloni dari kayu lapuk ke cara dijual langsung kepada konsumen
kotak lebah Trigona spp. karena panduan yang datang ke tempat pembudidaya. Hasil
untuk budidaya lebah jenis ini masih wawancara Zulnasri mengatakan bahwa
terbilang cukup sedikit serta masih hasil madu Trigona spp. masih belum
minimnya informasi tentang cara banyak dipasarkan karena masih sedikitnya
pemeliharaan yang baik untuk lebah produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu
Trigona spp ini. pembudidaya belum memasarkan hasil
madu kepada agen/toke melain dijual
4. Pemanenan Madu langsung kepada konsumen yang langsung
Pemanenan madu dilakukan dengan datang ketempat budidaya.
cara yang cukup sederhana oleh
masyarakat yang membudidayakan. Hasil
wawancara dengan pembudidaya Trigona 4. Faktor Penghambat Pengembangan
spp. Zulnasri dan Tri Nopril mengatakan Budidaya Trigona spp. di Sekitar
cara pemanenan madu dilakukan dengan Hutan Larangan Adat Rumbio
cara sederhana sebagai berikut : Kabupaten Kampar
1. Buka stup madu secara berlahan hal
ini bertujuan supaya koloni tidak stres. 1. Keterbatasan Modal
2. Lihat apakah sarang madu telah terisi Hasil penelitian diperoleh informasi
atau masih kosong. bahwa untuk modal, semua responden
3. Kemudian sedot sarang yang berisi menggunakan modal pribadi dalam
madu dengan menggunakan alat sedot pembuatan kotak lebah. Permasalahan
khusus atau dengan menggunakan keterbatasan modal ini yang menyebabkan
suntik khusus penyedot madu. terhambatnya pengembangan budidaya
4. Setelah itu masukkan madu yang telah Trigona spp. di sekitar Hutan Larangan
diambil kedalam botol tempat madu. Adat Rumbio. Zulnasri dan Aditia
5. Kemudian tutup kembali stup dengan mengatakan keterbatasan modal
rapi seperti semula. merupakan kendala yang paling besar yang
dihadapi oleh pembudidaya yang baru
Pemasaran memulai mengembangkan dimana
Dari hasil penelitian diperoleh menyebabkan sedikitnya masyarakat yang
informasi berbagai cara pemasaran hasil mengembangkan budidaya Trigona spp.
produksi budidaya lebah yang dilakukan Jika modal tersedia, akan lebih banyak
oleh pembudidaya di Kabupaten Kampar masyarakat yang mengembangkan dan
dapat dilihat pada Tabel 11. membudidayakan lebah jenis Trigona spp.
Tabel 11. Tujuan Pemasaran Madu ini.
Tujuan pemasaran
Nama Dijual ke 2. Musim hujan
No Dijual Cuaca adalah keadaan atmosfir
Responden konsumen
ke agen
langsung pada waktu tertentu yang sifatnya berubah
1 Zulnasri - √ ubah setiap waktu. Indonesia termasuk
2 Septian - √ wilayah yang memiliki udara tropis, sangat
Daraditia ideal untuk mengembangbiakkan dan
3 Rahmat - √ membudidayakan lebah karena rata-rata
Fadillah

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 8


suhu udaranya antara 26ºC-35ºC (Febriani, tersedianya berbagai jenis tanaman
2010). Akan tetapi untuk saat-saat tertentu penghasil nektar, resin dan pollen di
cuaca menjadi salah satu faktor sekitar hutan yang berguna sebagai
penghambat pembudidayaan Trigona spp. sumber pakan Trigona spp.
disekitar Hutan Larangan Adat Rumbio.
Hasil penelitian diperoleh data bahwa Saran
cuaca sangat mempengaruhi terhadap Pengembangan budidaya lebah
madu yang dihasilkan ketika panen. Trigona spp. harus memperhatikan
Kondisi ini disebabkan karena ketika berbagai aspek yang mendukung hal
musim hujan, banyak tumbuhan yang tersebut. Diharapkan dilakukan penelitian
biasanya dijadikan sebagai sumber pakan lebih lanjut tentang teknik yang tepat
yang menghasilkan nektar dan pollen terhadap pengembangan budidaya lebah
menjadi gugur atau tidak berkembang. Trigona spp. dan ketersediaan modal
dalam mengembangkan budidaya lebah
3. Pemecahan Koloni secara alami Trigona spp. di sekitar Hutan Larangan
Hasil wawancara Zulnasri dan Adat Rumbio.
Rahmat menyatakan bahwa teknik yang
dipakai untuk pemecahan koloni ini masih DAFTAR PUSTAKA
teknik uji coba yang belum tentu tingkat Adalina, Y. 2008. Analisis Finansial
keberhasilannya. Keterbatasan panduan Usaha Lebah Madu. Jurnal
cara pemecahan koloni akan menyulitkan Penelitian Hutan dan Konservasi
pembudidaya dalam pengembangan Alam. Vol.V No. 3. hal. 217-237.
budidaya lebah Trigona spp. Pemecahan
koloni secara alami akan berdampak positif Alex. 2012. Keajaiban Propolis Dalam
bagi kelangsungan koloni yang ada di alam Pengobatan Penyakit. Pustaka
artinya pembudidaya tidak perlu lagi Baru Press. Yogyakarta.
mengambil dari alam melainkan membuat
koloni baru dengan teknik pemecahan Badan Meteorologi Klimatologi dan
koloni sacara alami tanpa harus mengambil Geofisika. 2016. Keadaan Cuaca
koloni lebah dari dalam hutan. dan Iklim Kampar hhtp:// www.
Meteo.bmkg.go.id/prakiraa/propins
KESIMPULAN DAN SARAN i/kampar/06. Diakses pada tanggal
Kesimpulan 10 Maret 2016.
1. Pengembangan budidaya lebah Trigona
spp. di sekitar Hutan Larangan Adat Febriani, W. 2010. Prospek
Rumbio sangat berpotensi untuk Pengembangan Budidaya Lebah
dikembangkan, karena usaha budidaya Madu Di Kelurahan Gunung
Trigona spp. memiliki prospek yang Gede Kecamatan Kawalu Kota
sangat baik seiring dengan Tasikmalaya. Skripsi Sarjana
meningkatnya kebutuhan akan hasil Fakultas Keguruan dan Ilmu
produk dari Trigona spp. yang berupa Pendidikan Universitas Siliwangi.
madu dan propolis. Jawa Barat.
2. Iklim di sekitar Hutan Larangan Adat
Rumbio merupakan salah satu daerah Kasmir, J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.
yang cocok untuk budidaya Trigona Prenada Media Group. Jakarta.
spp. karena suhu, curah hujan dan
kelembabannya dalam kondisi yang
Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis
sesuai.
Beternak Lebah. Gitamedia Press.
3. Tersedianya lahan masyarakat yang
Surabaya.
cukup untuk budidaya Trigona spp. dan

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 9


Melissa. 2008. Studi Pengembangan Balai Penelitian Teknologi Serat
Hasil Hutan Bukan Kayu. Tanaman Hutan. Pekanbaru.
Rajawali Press. Jakarta.
Trubus. 2010. Propolis Dari Lebah
Muis, H. 2007. Pengembangan Tanpa Sengat. PT Trubus
Partisipasi Masyarakat dalam swadaya. Bogor.
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan: Kasus di Kelurahan Yoza, D. 2009. Klimatologi Hutan,
Layana Kecamatan Palu Timur Kaitan Cuaca dan Iklim
dan Kelurahan Lambara Terhadap Hutan dan Kehutanan.
Kecamatan Palu Utara Pusat Pengembangan Pendidikan
Kotamadya Palu, Sulawesi Universitas Riau. Pekanbaru.
Tengah. Tesis Program
Pascasarjana Institut Pertanian Yoza D., Pareng R dan Usman M.T. 2013.
Bogor. Bogor. Identifikasi Jenis Lebah Trigona
dan Sebarannya Sebarannya di
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Taman Nasional Tesso Nilo dan
Alfabeta. Bandung. Sekitarnya. UR Press. Pekanbaru.

Purnomo. 2015. Makalah Tentang


Peluang Usaha Lebah Lokal.

Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016. 10

You might also like