You are on page 1of 19

ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT

MULTIKULTURAL INDONESIA
(Studi Atas Konsep Multikultural Abdul aziz Sachedina)

Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar


UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta
azizahlutfatul@gmail.com

Abstact
Islam entered in Indonesia is not the cultural void, but rich with cultures ancestors that
ingrained as a basic color of Indonesian state. Then, Religion came into another color on
the Unitary Republic of Indonesia. Therefore, Republic of Indonesian is a country rich in
religion, culture, tradition, language, ethnicity and race. Contiguity between religion and
culture will be the discussion section this time. Abdul aziz Sachedina one of the leaders of
modern Islamic political thinkers who could color the political development of modern
Islamic. Abdul aziz Sachedina invited to browse the existence of the Islamic religion in
the public square level. Debate on whether Islam as a guidance or governance becomes
important glasses to see the reality of social life of religious communities. The conflict in the
name of religion into the wider community unrest. Therefore we are talkative to restore life to
the problems of religion, the conflict would be returned to religion. But, reality of religion can
not answer these problems, not because religion is not able to answer it. Explored further was
not because religion is not able to answer it, but a spokes man for the religious who are not
able to deliver the desired resolution by social reality. As a multicultural social reality is
already there from the time of The Prophet Muhammad SAW, but tolerance of that era are
still not able yet to translate the social conditions of citizen currently.

Keywords: Religion, Islam, Indonesia, Society, Multicultural

Abstrak
Agama Islam masuk ke Indonesia tidak dalam kekosongan budaya, melainkan kaya akan
budaya-budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging seperti warna dasar negara
Indonesia. Agama kemudian datang menjadi warna lain di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karena itu lah Negara Republik Indonesia adalah negara yang kaya akan
agama, budaya, tradisi, bahasa, suku, dan ras. Persentuhan antara agama dan budaya akan
menjadi bahasan seksi kali ini. Abdul aziz Sachedina salah satu tokoh pemikir politik

70|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

Islam modern yang mampu mewarnai perkembangan politik Islam modern. Abdul aziz
Sachedina mengajak untuk menelisik kembali eksistensi agama Islam dalam tataran publik
square. Perdebatan apakah agama Islam sebagai pedoman menjadi kacamata penting untuk
melihat realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat. Konflik yang terjadi atas nama
agama menjadi keresahan bagi masyarakat luas. Oleh karena itukita latah untuk
mengembalikan problematika kehidupan kepada ajaran agama maka konflik pun
dikembalikan kepada ajaran agama. Namun, kenyataannya agama tidak dapat menjawab
problematika tersebut, bukan karena agama tidak mampu menjawab itu. Ditelusuri lebih
jauh ternyata bukan karna agama tidak mampu menjawab hal itu melainkan juru bicara
agama yang tidak mampu menyampaikan resolusi yang diinginkan oleh realitas sosial. Realitas
sosial seperti multikultural sebenarnya sudah ada dari zaman Nabi Muhammad SAW,
akan tetapi sikap toleransi pada zaman itu masih belum mampu untuk diterjemahkan pada
kondisi sosial kemasyarkatan saat ini.

Kata kunci:Agama, Islam, Indonesia, Masyarakat, Multikultural

Pendahuluan agama, suku, maupun bahasa. Bagi


Indonesia terdiri dari ribuan pulau mereka yang memiliki sikap multikultural
dan ratusan suku dengan budaya masing- meyakini bahwa apabila perbedaan tidak
masing. Dengan kemajuan teknologi, dikelola dengan baik maka akan
komunikasi dan administrasi, maka menimbulkan konflik. Begitu juga sebaliknya,
perjumpaan antara suku, agama, budaya, apabila perbedaan ini mampu dikelola
dan bahasa semakin mudah. Di satu sisi dengan baik, maka perbedaan justru akan
kenyataan ini menimbulkan kesadaran memperkaya dan berpotensi lebih
akan perbedaan dalam berbagai aspek produktif (Andre Ata Ujan, 2011: 17).
kehidupan. Oleh karena itu, perbedaan Berangkat dari keresahan hubungan
apabila tidak dikelola dengan baik maka itulah maka tulisan ini mengangkat
akan menimbulkan konflik. Akhir-akhir problem peran agama Islam di dalam
ini maraknya konflik dikarenakan tidak masyarakat multikultural Indonesia
adanya penerimaan secara sadar akan arti sehingga melahirkan pilihan yang cukup
perbedaan.Perbedaan inilah yang berat, yaitu antara menjadikan Indonesia
kemudian meniscayakan kesadaran akan sekuler atau menjadikan Indonesia
perlu dan pentingnya dialog dalam sebagai negara Syari’at Islam. Berdasarkan
kehidupan saat ini. landasan problem yang ditargetkan, yaitu
Dengan demikian, masyarakat Indonesia menjawab The Role of Islam in the Public
harus memiliki sikap multikultural. Sikap Square: Guidance or Governance? maka
multikultural merupakan sikap yang terbuka mungkin yang pertama Islam dalam posisi
terhadap perbedaan, baik perbedaan pilihan apakah Guidance atau Governance.

71|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

Guidance arti harfiah yaitu “mengarahkan” baik menjadi sebuah negara sekuler
bahwa seharusnya untuk melakukan supaya gerakan tersebut tidak
pengarahan Islam bekerjasama dengan mengganggu stabilitas nasional yang
humanisme supaya peran agama Islam plural dan multikultural. Gerakan-gerakan
adalah untuk mengarahkan. Governance tersebut kontra dengan pluralisme dan
secara arti harfiahnya bersifat diktator multikulturalisme, padahal Indonesia
atau mendikte sikap dan tindakan umat adalah negara yang dikenal dunia dengan
dalam segala hal. Memasukkan kedua multikultur yang tinggi. Paper ini juga
pertanyaan tersebut kedalam konteks akan mencoba menguraikan tawaran
keIndonesiaan, maka akan terjadi dua mengenai resolusi terhadap konflik-
dilema apakah Islam di Indonesia sebagai konflik keagamaan yang pernah terjadi
pengarah atau sebagai diktator. Dilema selama beberapa tahun terakhir ini.
ini semakin kuat terbukti dari banyaknya
intervensi negara terhadap kebebasan Pertemuan Islam dan Bangsa Arab
beragama masyarakat Indonesia, padahal Islam turun pertama kali di tengah
dalam konsep kenegaraan memberikan masyarkat Arab, di mana menurut ajaran
kebebasan seluas-luasnya untuk memeluk Islam Allah mengutus Rasulullah SAW
agama dan keyakinan masing-masing. untuk memperbaiki akhlak umat.
Islam sebagai Guidance maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku
seharusnya ajaran Islam yang dipraktikkan diutus untuk menyempurnakan akhlak”
mengandung nilai-nilai humanisme, (Bukhari dan Muslim). Ketika agama
pluralisme dan multikulturalisme, seperti Islam turun kultur masyarakat Arab
esai yang dikemukakan oleh Hasan Hanafi sangatlah rusak sehingga disebut
dalam buku Islam dan Humanisme- masyarakat “jahiliyah” yang artinya “rusak”
Aktualisasi Humanisme Islam Ditengah Krisis atau “bodoh” (Lewis, 1988: 27). Oleh
Humanisme Universal. Sedangkan ketika dia karena itulah, agama Islam diturunkan ke
sebagai Gover nance maka Indonesia dunia dan Nabi Muhammad SAW diutus
mungkin akan dipaksa menjadi negara untuk mengajarkan agama Islam yang
kesatuan Syari’at Islam seperti mimpi mengandung nilai-nilai luhur.
beberapa kelompok yang berkembang di Kondisi sosial-budaya bangsa Arab
negara Indonesia, di antaranya gerakan pra Islam saat itu sangat menggemari
keagamaan Syi’ah, Jama’ah Tabligh, beberapa hal berikut ini:
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Salafi, 1) Syair, dengan syair orang bisa dipuji/
dan Ikhwanul Muslimin. Dengan mulia dan dihina. Syair-syair inilah
munculnya gerakan-gerakan yang akan yang kemudian memberikan
menyeret agama Islam untuk memilih gambaran tentang kehidupan sosial
Governance, maka tulisan ini akan mencoba bangsa Arab (Hitti, 1970: 30-32).
melihat potensi Indonesia apakah lebih 2) Minum khamar, kendati di antara

72|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

mereka ada pula yang mengharamkan mengenai warisan juga perlu diluruskan
hal ini. oleh agama Islam. Begitulah kurang lebih
3) Adat (tradisi) “mengawini istri bapak” keadaan masyarakat Arab ketika agama
yang telah meninggal dunia, kebiasaan Islam datang melalui seorang utusan yaitu
ini dilakukan masyarakat Arab pada Nabi Muhammad SAW. Agama Islam
masa pra-Islam, padahal di dalam sebenarnya dimaksudkan untuk
Islam istri bapak, baik yang sudah menunjukkan perkara-perkara yang baik
meninggal atau yang masih hidup lagi bermanfaat untuk manusia bukan
tetap tidak boleh dinikahi oleh anak malah menjadi senjata untuk saling
si bapak, karena wanita itu sudah bertikai apalagi sampai menumpahkan
menjadi ibu, baik itu ibu kandung darah masing-masing sesama manusia.
maupun ibu tiri. Ibu tetaplah seorang Menurut perkembangan teori sosial
ibu, karena ibu sudah menjadi hak agama bahwa semua agama itu sama-
milik bapak dan ibu bukan harta yang sama mengajarkan kebaikan dan
bisa diwariskan. kebenaran. Tidak satupun agama
4) Menganggap hina kaum perempuan. mengajarkan tentang kekerasan ataupun
Membeda-bedakan serta membatasi kejahatan. Seperti halnya ajaran agama
hak-hak perempuan dan melimpahkan Islam yang mengajarkan kebaikan,
kewajiban kepada perempuan. kehar monisan, kenyamanan, saling
5) Menguburkan anak perempuan, memberi, saling mengasihi, bukan justru
namun hal ini menurut Sallabi hanya menjadikan ajaran Islam sebagai alat
dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim. untuk membakar amarah masa,
6) Sementara mereka yang pandai mengumpulkan masa untuk saling
membaca saat itu hanyalah sebanyak membunuh, saling membantai dan saling
17 orang. menyakiti.
7) Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi Agama Islam melarang minum-
pada masa Arab pra-Islam. Mereka minuman keras dikarenakan mudaratnya
memelihara dan mempertahankan atau akibat yang ditimbulkan setelah
budaya perbudakan, menganggap seorang dikatakan mabuk karena alkohol
rendah budak dan menyamakan yang terkandung dalam minuman keras.
budak dengan harta milik yang bisa Kerapkali mereka yang minum-minuman
diperjualbelikan. beralkohol hilang kesadaran kemudian
melakukan perbuatan-perbuatan
Kebiasaan lain yang sering dilakukan kejahatan, seperti: memukul orang,
oleh masyarakat Arab yaitu mabuk- melakukan penganiayaan, juga
mabukan, menjual belikan wanita/ menyebabkan kecelakaan bagi peminum
memperlakukan wanita seperti barang yang berkendaraan, melakukan
dagangan, saling menindas, kemudian penyiksaan terhadap istrinya (bagi suami-

73|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

suami yang minum alkohol) dan lain kerukunan. Inilah yang ingin agama coba
sebagainya. Fahmi Idris (2014) bimbing supaya manusia menjadi benar-
menyampaikan: “Korban miras di benar manusia yang rukun, harmoni,
Indonesia, berdasarkan survei internal saling mengasihi, menyayangi, dan
yang telah dilakukan adalah 50 orang per selayaknya hanya berbuah kebaikan-
hari atau sekitar 18.000 per tahun”. Tidak kebaikan yang bertebar di seluruh lapisan
hanya itu korban akibat konsumsi dunia ini. Seperti dalam sebuah ungkapan
minuman keras yang berakibat secara dengan pendidikan dapat memanusiakan
langsung maupun tidak langsung, seperti manusia (Emha Ainun Najib, 2013),
pembunuhan, perkosaan, kecelakaan lalu namun dalam hal ini agama akan
lintas, dan KDRT (Fahmi Idris, 2014). menjadikan manusia selayaknya manusia
Mudarat atau efek yang diakibatkan telah (Faisal Ismail, 2012: 225).
banyak disebutkan sebagai mudarat sosial Jadi, agama hadir sebenarnya untuk
bagi diri si pelaku disamping juga mudarat menciptakan masyarakat yang religius
biologis yang jauh lebih berbahaya. ketika mereka melakukan hubungan
Mudarat bagi peminum perempuan, yaitu sosial dengan sesama maupun makhluk
dapat meng ganggu kehamilan. ciptaan Allah yang lainnya. Seperti di
Sedangkan bagi laki-laki juga dalam ajaran agama Islam sendiri terdapat
mengganggu kesehatan. Itulah sebabnya ajaran tentang hab lmin Allah (hubungan
mengapa agama Islam melarang suatu manusia dengan Tuhan)dan juga hablmin
kebiasan atau budaya yang hidup, tumbuh al-nas (hubungan antara manusia dengan
dan berkembang dikalangan masyarakat manusia). Berangkat dari hubungan inilah
seperti meminum minuman keras. Oleh Islam ingin membimbing kebiasaan-
karena bahaya minuman keras dari sisi kebiasaan atau adat dan budaya bangsa
biologis dan sosialnya sangat tinggi, maka Arab ketika itu menjadi sebuah hubungan
turunlah larangan melestarikan kebiasaan yang baik lagi harmonis.
Arab Jahiliyah yang meminum minuman Banyak pertanyaan yang kemudian
beralkohol. muncul begitu saja, seperti: untuk apakah
Kondisi Sumber daya manusia Arab agama diturunkan kepada manusia? Yang
pra Islam tak ubahnya seperti binatang pasti bukan hanya untuk dibaca,
yang mengadu kekerasan, main dipelajari, dihafal atau bahkan sampai
perempuan dan saling menjarah harta dan diukir, setidaknya orang yang mempelajari
jabatan. Seperti tidak ada kata harmoni agama adalah orang-orang yang bisa
dalam kehidupan masing-masing orang, membuat dirinya bersikap religius. Apa
kota seperti hutan “siapa kuat dia yang yang dimaksud dengan religious? bukankah
menang” (Lewis: 1988). Hubungan yang religiuos adalah hubungan yang baik,
mereka jalin dan bina adalah hubungan hubungan yang harmonis? dan apakah
kompetisi bukan sebuah hubungan orang yang dikatakan religious itu adalah

74|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

orang yang mampu menghafal aturan- penyalahgunaan dakwah, yaitu kasus


aturan agama secara baik dan detail. penyerangan Ahmadiyah di Dusun
Seorang Rasul utusan Allah, suri tauladan Ketapang, Lombok Barat Provinsi NTB
yang diutus supaya manusia belajar (Lutfatul Azizah, 2015: 79, 83).
terhadapnya bagaimana beliau bersosial, Agama seharusnya juga menjadi
bagaimana beliau berhubungan dengan sebuah budaya, tradisi, dan adat istiadat
masyarakat disekitarnya. Sunnah-sunnah yang harus terus dipertahankan dan
Rasul, baik itu berbentuk perkataan dilestarikan. Seperti halnya kehidupan
perbuatan, dan ketetapan seharusnya nenek moyang sebelum agama datang
diteliti dari sisi sosiologis bukan hanya untuk memberikan mereka pengetahuan
sekedar teologisnya. Sisi sosial dan teologi yang baru. Mereka yang menyembah batu,
inilah yang seharusnya menjadi hewan, matahari, dan berhala menjadikan
mempelajari dan mengamalkan ajaran kebiasaan itu sebagai sebuah agama dan
Islam. Mempelajari dan mengamalkan kepercayaan. Mengapa justru menjaga
ajaran Islam tidak hanya cukup dari kitab- keharmonisan, keamanan, toleransi, dan
kitab yang menceritakan apa saja yang perdamaian tidak diinterpretasikan
Rasulullah penah katakan kepada orang menjadi agama, menjadi sebuah keyakinan,
lain (umat), melainkan sosio kultural menjadi sebuah keimanan yang akan
(asbabul wurud) juga penting untuk senantiasa mereka jaga, baik di hadapan
mendapatkan pemahaman yang utuh dari umum maupun pribadi. Islam
sebuah hadits. mengajarkan, “bertakwalah dimanapun
Rasulullah adalah seorang manusia engkau berada”. “Takwa” bahasa Arab yang
biasa yang struktur biologisnya sama artinya takut, akan tetapi justru
dengan manusia pada umumnya. Namun, diinterpretasikan hanya takut kepada Allah,
beliau diberikan kelebihan yang takut akan azab Allah, takut juga akan
membedakannya dengan manusia biasa. kemurkaan Allah. Padahal takwa tidak
Rasulullah menjalin hubungan seperti hanya takut akan azab dan kemurkaan
halnya manusia biasa, yaitu habl min Allah Allah, melainkan juga takut melukai
dan habl min al-nas. Metode dakwah sesama manusia, menyakiti hati orang lain,
Rasulullah juga seharusnya dibaca secara mengganggu ketertiban umum. Rasulullah
utuh, tidak mengambil apa yang menjadi SAW bersabda: Ridhallah fi ridha al-walidain,
kepentingan. Banyak sekarang para artinya “Ridha’ kedua orang tua adalah
pendakwah-pendakwah sudah bergeser ridha’ dari Allah juga. Hadits ini
kepentingan dari mengajak kebaikan membuktikan bahwa murkanya orang tua
menuju money oriented. Tidak sedikit juga juga adalah murka dari Allah, maka dari
yang menggunakan ajang berdakwah mana interpretasi yang begitu sempit
sebagai forum untuk berkampanye dan mengartikan ketakwaan itu hanya pada
memprovokasi. Salah satu contoh fatal dataran hablumminallah saja. Sedangkan

75|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

dari hablumminannas terdekat seorang sudah jauh dari tujuan diturunkannya


individu seperti orang tua dan keluarga agama Islam. Misi Islamisasi adalah upaya
saja murkanya sama dengan murka Allah. politis Rasululullah untuk membuka jalan
Agama yang hadir di tengah harmoni dan kerukunan antar umat
masyarakat adalah agama yang menuntun manusia. Misi Islamisasi bukan sebagai
dan membimbing manusia menempuh jalan utama Rasullullah diutus membawa
harmonisasi kehidupan dunia maupun agama Islam. Tidak diketahui bagaimana
akhirat bagi yang mempercayai adanya cita-cita Rasulullah yang sebenarnya,
akhirat. Akan tetapi dalam perjalanan apakah Rasulullah ingin melihat semua
dinamika agama menjadi tergeser fungsi umat manusia “beragama Islam” atau
dengan munculnya yang disebut sebagai Rasulullah ingin melihat umat manusia
ahli-ahli agama, tokoh-tokoh agama, “Islam” (selamat). Islam atau dalam
ulama-ulama masyhur yang mahir dalam bahasa Arab yang artinya “selamat”, multi
ilmu agama. Mereka adalah kategori interpretasi karena keselamatan adalah
orang-orang yang membaca banyak hak milik masing-masing individu dan
literatur agama yang kemudian sudah menjadi fitrah masing-masing
mengajarkannya. Jika pada masa individu. Setiap agama memiliki konsep
Rasulullah agama Islam disebarluaskan keselamatan, tidak ada pembenaran yang
oleh beliau dengan program-program paten terhadap ungkapan kebenaran
“pengislaman” di mana seharusnya hanya ada pada agama Islam. Truth claim
“pengislaman” pada masa Rasulullah banyak orang menyebutnya, adalah sikap
berbeda dengan “pengislaman” pada masa fanatik yang dapat menimbulkan konflik
sekarang ini. Islamisasi salah satunya di antara banyak orang. Tahun-tahun
program yang menggerus semangat- sebelumnya pernah terjadi adu truth claim
semangat harmoni beragama. Ideologi- di Indonesia dan terjadi banyak konflik
ideologi fanatik yang menjadi landasan didaerah-daerah. Namun, semakin ke sini
Islamisasi tidak sesuai dengan nilai-nilai sosialisasi pluralisme dan multikultural
luhur yang diajarkan oleh Rasulullah semasa memperlihatkan kemajuan yang cukup
beliau hidup. Di samping itu, membaca pesat dengan banyaknya kajian-kajian
realitas sosial ideologi-ideologi fanatik sudah tentang pluralitas dan multikultural.
tidak relevan dengan fakta sosial terutama Suksesnya promosi pluralisme dan
di Indonesia. Kemajemukan agama, budaya, multikulturalisme juga terlihat dari
suku, bahasa, dan ras tidak menerima menurunnya konflik-konflik antar agama
ideologi fanatik dari agama manapun. yang terjadi di Indonesia (Lihat laporan
Pada masa Rasulullah misi Islamisasi tahunan CRCS UGM).
adalah fokus misi, maka seharusnya kita Kembali kepada cita-cita dakwah
tidak memahami bahwa misi Islamisasi Islamiah Rasulullah SAW, yang dicitrakan
adalah misi paten agama Islam, karena itu bahwa semua manusia di dunia ini dapat

76|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

memeluk agama Islam, hafal al-Qur’an, tentunya seperti yang kita ketahui sudah
hafal hadits-hadits Nabi, membaca kitab- money oriented. Padahal dakwah atau
kitab klasik karangan ulama-ulama ceramah-ceramah keIslaman tidak
terdahulu. Seolah-olah dakwah Islamiah seharusnya mengharapkan materi seperti
Rasulullah hanya berfokus pada bagaimana itu, bahkan ceramah saat ini diukur
manusia meningkatkan keimanan dan berdasarkan ketebalan amplop yang panitia
ketakwaan teologinya saja. Mereka penyelenggara berikan. Kapitalisasi cita-
senantiasa membaca al-Qur’an, hafal cita Islamiah inilah yang kemudian
sampai huruf per huruf al-Qur’an cekatan menjadi trend keberagamaan saat ini.
dan cerdas ketika akan diuji dari bagian Istilah Islam adalah sebuah istilah
manapun al-Qur’an akan mulai dibacakan, yang arti harfiahnya selamat. Selamat itu
namun hubungan sosialnya dengan orang seharusnya selamat dari dosa, selamat dari
lain, dengan sahabat, kerabat bahkan kekerasan, selamat dari perbuatan aniaya,
saudara menjadikan dirinya terisolasi dari selamat dari perbuatan-perbuatan keji
pergaulan dan hubungan sosial. Seperti baik hati maupun aksi. Islam dimaknai
al-Qur’an itu adalah sebuah mahkota, sebagai agama yang menyelamatkan diri
sebuah piala keberhasilan yang harus maupun orang lain. Bukan justru agama
diraih dengan segala daya dan upaya. yang menyelamatkan diri dan membunuh
Contoh lain penyalahgunaan spirit orang lain. Jika bisa hidup bersama dan
Islamiah di antaranya; golongan yang berdampingan dengan rasa aman nyaman
begitu sangat bangga bahwa dia sudah dan damai mengapa tidak diwujudkan
membaca beribu-ribu kitab klasik, bahkan suasana seperti demikian, bukan malah
menimbun berlemari-lemari kitab klasik melindungi diri sendiri kemudian
untuk dibaca oleh dirinya. Namun, di luar membolehkan untuk menyakiti yang lain
sana dia tidak melihat anak istrinya (outsider). Misi Islamisasi Rasulullah
menangis kelaparan, bahkan dia dan berhijrah untuk menyebarkan nilai-nilai
keluarganya dihidupi oleh orang tuanya. harmoni agama Islam bukan menyebarkan
Ini adalah fenomena sosial yang sudah agama Islam sendiri. Ajaran Rasulullah
menjadi trend di kampung-kampung saat bahwa manusia harus menyembah Allah
ini. Di pulau Lombok misalnya, tuan guru1 tidak memerintahkan untuk membunuh
kerapkali menjadi profesi seseorang bukan yang tidak menyembah Allah.
menjadi tujuan hidup. Istilah profesi Menurut bahasa, kata Islam berarti
tunduk, patuh, berserah diri, dan damai.
Jadi, karakteristik dan watak dasar Islam
1
Tuan guru adalah ahli agama yang dipercaya sebenarnya adalah gagasan komprehensif
masyarakat untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama tentang perlunya perdamaian dalam
Islam di pulau Lombok. Jika di pulau jawa ada istilah
kiyai maka di pulau Lombok kiyai sama dengan istilah
hidup dan kehidupan manusia.Islam,
tuan guru. sebagai agama, diturunkan untuk tujuan

77|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

mewujudkan salam (keselamatan), bahwa motif Rasul ingin menyebarkan


kedamaian dan perdamaian (Faisal Ismail, kebaikan, bukan menyebarkan spirit
2012: 3). Artinya, agama Islam adalah pembantaian.
agama yang menyelamatkan umat
manusia tidak hanya orang-orang Islam, Dinamika Pertemuan Agama Islam
akan tetapi juga orang-orang yang tidak dan Budaya di Masyarakat Indonesia
mau mengakuinya sebagai agama. Indonesia adalah bangsa yang cukup
Keselamatan tersebut tidak datang dari kaya akan bahasa, budaya, suku, ras, dan
agama itu sendiri melainkan dari diri agama. Sebuah negara dengan kekayaan
masing-masing pemeluknya. Mereka yang kultur baik impor maupun lokal. Sehingga
percaya agama Islam adalah agama potensi konflik di Indonesia sangatlah
penyelamat, maka mereka juga seharusnya tinggi, semakin tinggi tingkat
menyelamatkan orang lain. Menyelamatkan multikulturalnya maka semakin besar pula
yaitu “mengislamkannya” dalam arti tidak potensi konflik yang ditimbulkan. Konflik
memaksanya untuk mengakui agama menjadi tolak ukur sebarapa tinggi tingkat
Islam. Kembali kepada kebebasan hati multikulturnya suatu masyarakat. Oleh
nurani dan keyakinan, prinsip memberikan karena itu, keniscayaan yang muncul saat
kebebasan kepada orang lain seperti Islam bersentuhan dengan masyarakat
memberikan kebebasan kepada diri sendiri. yang memang dari sejarah masuknya di
Mengislamkan atau menyelamatkan artinya Indonesia tidak dalam keadaan budaya
membuat orang lain juga merasa selamat, dan agama yang kosong. Adapun
bukan justru mencelakai fisik mereka. kosekuensi realitas yang dihadapi oleh
“Mengislamkan” atau menyelamatkan, agama Islam yaitu; pertama, Islam dengan
yaitu menjaga kemanan dan kenyamanan pemahaman atau interpretasi yang
orang lain seperti menjaga keamanan dan berbeda, maka akan muncul mayoritas
kenyamanan diri sendiri. Dengan begitu dan minoritas. Setelah munculnya
Islam rahmah li al-‘alamien dan Islam li kulli mayoritas dan minoritas potensi konflik
zaman wa al-makan akan benar-benar terhadap mayoritas sangat besar. Kedua,
sebagai identitas agama Islam. Islam dengan budaya masyarakat yang
Pada zaman Rasulullah, Rasul sudah ada sebelum kedatangan agama
memerangi orang kafir dikarenakan Islam kerapkali bergesekan karena
orang-orang kafir mengganggu dan budaya, sama halnya saat Islam pertama
mengancam keselamatan orang-orang kali masuk kedalam masyarakat Arab.
beriman. Bukan malah Rasulullah Pertemuan antara agama dan budaya
mengangkat senjata semata-mata ingin sebagian besar diwarnai dengan konflik.
membunuh mereka yang tidak taat dan Konflik menjadi warna-warni pertemuan
patuh kepada Islam. Serangan Rasulullah agama yang muncul di permukaan publik.
juga memberikan pelajaran bagi mereka Tapi di sini tidak akan menggeneralisir

78|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

bahwa pertemuan agama dan budaya Di dalam masyarakat tertentu seperti di


hanya dalam dimensi konflik, ada juga daerah perkotaan, pluralisme sebenarnya
dimensi-dimensi lain yang mewarnai sudah menjadi feeling atau semangat yang
pertemuan tersebut seperti terbentuknya muncul secara natural. Potensi
local wisdom atau kearifan lokal yang multikultur di masyarakat perkotaan lebih
terbentuk dari ajaran agama. Adapun local tinggi daripada pedesaan. Maka spirit
wisdom yang dimaksud adalah kerukunan, pluralisme akan lebih cepat masuk
gotong royong, toleransi, dan agama. Untuk didaerah perkotaan karena kondisi sosial
lebih jauh membahas tentang local wisdom masyarakat yang juga mendukung dengan
mungkin lebih spesifik lagi masyarakat tingginya tingkat multikultural. Berbeda
dibagi dalam dua bagian, yaitu masyarakat dengan daerah pedesaan, kemungkinan
desa dan masyarakat kota yang identik kecil didaerah pedesaan mengandung
dengan modern. Di dalam masyarakat desa masyarakat yang majemuk. Daerah
local wisdom masih sangat kuat, seperti pedesaan biasanya oleh tokoh-tokoh
gotong royong, masih menjadi tradisi dan agama maupun masyarakat cenderung
budaya yang terus dilestarikan; gotong diseragamkan. Tidak banyak yang bisa
royong membersihkan sampah-sampah hidup sebagai minoritas di daerah
sembarang di jalanan desa, gotong royong pedesaan. Tokoh agama dan tokoh
membersihkan dan merapikan kuburan dari masyarakat sebagai pemegang otoritas
rumput-rumput liar dan bentuk-bentuk terting gi biasanya ber upaya untuk
gotong royong antara individu masyarakat. menyeragamkan masyarakat. Misalnya
Dalam dimensi keagamaan, adanya tradisi perbedaan agama, tokoh agama, dan
zikiran keliling dari rumah ke rumah, masyarakat melakukan pendekatan kepada
hiziban2 keliling dari rumah ke rumah, meraka yang berbeda agama. Jika salah
kelompok layatan, dan lain sebagainya. seorang warga berbeda agama kemudian
Adapun tradisi lokal pada jenis dibujuk untuk berpindah agama kepada
masyarakat kota atau identik dengan agama mayoritas yang dipeluk oleh
modern, yaitu ketika di sebuah masyarakat tersebut. Alasan yang digunakan
masyarakat terdapat pemeluk agama yang di antaranya untuk mempermudah
berbeda-beda, mereka membuat program administrasi kependudukan dan melancarkan
gotong royong dalam membangun rumah acara-acara tradisi dan budaya setempat.
ibadah untuk pemeluk agama lain. Bagi Menurut Suparlan, secara konseptual
mereka itu adalah hal yang biasa karena diskursus masyarakat multikultural
mereka sadar nilai kerukunan dan sebenarnya relatif baru. Sekitar tahun
toleransi yang harus mereka ke depankan. 1970-an, dan gerakan multikultural itu
muncul pertama kali di Kanada. Kemudian
2
Tradisi masyarakat ormas Nahdlatul Wathan yang
menyebar ke Australia, Amerika Serikat,
berada di daerah Lombok. Inggris, Jerman, dan negara-negara lainnya

79|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

juga termasuk Indonesia. Kanada pada Realitas Peran Agama Islam dalam
waktu itu didera konflik yang berkepanjangan Masyarakat Multikultural di
dan disebabkan masalah hubungan Indonesia
antarwaga negara. Masalah itu meliputi Agama pada dasarnya adalah mediasi
hubungan antar suku bangsa, agama, ras, utama untuk meredam konflik, bukan
dan aliran politik yang terkungkung dalam justru menjadi pemicu konflik. Agama
dominasi dan hegemoni. Berakhirnya pada umumnya mengajarkan kebaikan
konflik itu dengan digagasnya konsep dan perdamaian. Dalam doktrin agama
masyarakat multikultural yang mengusung semuanya mengajarkan tentang kebaikan.
kesetaraan, menghargai hak budaya Semakin dikatakan mahir dalam agama
komunitas dan demokrasi. Gagasan itu atau menjadi tokoh agama seharusnya
ternyata efektif dan bahkan menjadi akan semakin membuat orang tersebut
produk global (Andy Dermawan, 2009: berjiwa damai. Begitu juga dengan agama
68). Islam, dari namanya saja adalah agama
Begitu juga dengan Indonesia, yang “menyelamatkan”, agama yang
masyarakat Indonesia terdiri dari suku, selamat. Maka disini akan mencoba
ras, bahasa, agama, dan budaya yang mengekstraksi agama Islam sebagai sebuah
berbeda. Maka seharusnya konsep mediasi diantara mediasi-mediasi yang
masyarakat multikultural juga mampu ditawarkan oleh tokoh-tokoh konflik.
meredam potensi konflik di Indonesia. Sebenarnya semangat-semangat mediasi
Menurut Laporan Tahuanan Kehidupan perdamaian sudah ada dalam masing-
Beragama 2012 oleh CRCS UGM tercatat masing agama. Namun dalam buku Islam
sebanyak 22 kasus konflik terkait dengan dan Humanisme mencoba untuk
perbedaan pemahaman atau praktik menggunakan bidang keilmuan humanisme
keagamaan yang di dalam UU disebut sebagai alat bantu untuk membongkar
penodaan agama. Mereka dianggap semangat perdamaian tersebut.
sebagai umat beragama yang sesat Mencoba untuk menganalisis macam-
dikarenakan praktik-praktik keagamaan macam konflik agama menurut pelaku
yang dilakukan berbeda dengan praktik konflik. Jenis konflik yang sering terjadi
keagamaan mayoritas umat agama baru-baru ini adalah konflik agama dan
tersebut. Praktik keagamaan mayoritas memang sangat menarik. Adapun konflik
sudah diklaim menjadi identitas publik berdasarkan pelakunya yaitu:
agama, maka ketika ada yang berbeda dua 1. Konflik atas nama individual
kemungkinan yang muncul, yaitu ketika 2. Konflik atas nama kelompok agama
masyarakat langsung mengadili dan ada 3. Konflik lintas agama atau atas nama agama.
juga yang menempuh jalur hukum
dengan mengikut sertakan negara andil Berdasarkan banyaknya jenis konflik
dalam urusan tersebut. tersebut beberapa tawaran menarik

80|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

muncul untuk memposisikan agama dianut Islam Syiah. Dia melakukan riset
Islam sebagai mediasi untuk meredam di Iran.
potensi konflik yang begitu sangat tinggi. Sementara Sachedina pernah
Disinilah akan diupayalan eksplorasi mengajar di Universitas Virginia sejak
mengenai pandangan Abdul aziz tahun 1976, ia telah memegang berbagai
Sachedina tentang multikulturalisme. jabatan guru besar tamu di Wilfrid Laurier
di Waterloo dan universitas McGill
Biografi dan Pemikiran Multikultural (semua di Kanada), Haverford College
Abdul aziz Sachedina (Pennsylvania), University of Jordan
Abdulaziz Sachedina salah satu tokoh (Amman), dan Firdausi Universitas
pemikir politik Islam modern yang Masyhad (Iran). Profesor Sachedina telah
mampu mewarnai perkembangan politik mengajar secara luas di Timur Tengah,
Islam modern. Abdul aziz Sachedina lahir Afrika Timur, India, Pakistan dan Eropa.
di keluarga muslim India di Tanzania pada Dia adalah anggota inti dari Akar Islam
1942.Dia menerima gelar BA dari Proyek Pluralisme Demokrat di CSIS
Universitas Muslim Aligarh (Studi Islam) (Pusat Studi Strategis dan Internasional)
di Aligarh, India, dan Universitas Program Diplomasi Pencegahan dan
Ferdowsi (dalam bahasa Persia dan kontributor kunci bagi upaya program
Literatur) di Mashhad, Iran. Sebagai untuk menghubungkan agama dengan
tambahan, dia mempelajari Jurisprudensi kebutuhan manusia yang universal dan
Islam di Madrasa Ayatollah Milani di nilai-nilai dalam pelayanan perdamaian
Mashhad. Dia menerima gelar MA dan bangunan. Dia melayani di dewan dari
Ph.D di Islamic dan Studi Timur Tengah Pusat Studi Islam dan Demokrasi. Saat
dari Universitas Toronto (Sachedina, ini, Dr Sachedina adalah Frances Myers
2006: 153). Dia mengajar di Afrika Timur, Bola Profesor Studi Agama di Universitas
India, Pakistan, Eropa, dan Timur Virginia.
Tengah. Profesor Sachedina adalah Menurut Abdul aziz Sachedina agama
anggota inti dari “Akar Islam Pluralisme Islam adalah agama publik, agama yang
Demokrasi,” proyek dari CSIS program tidak terbatas oleh tempat, ruang dan
diplomasi pencegahan dan sebagai waktu. Yang menjadi problem
kontributor utama untuk program upaya keberagamaan umat menurut Sachedina
untuk hubungan keagamaan kebutuhan apakah suatu komunitas mengakui bahwa
universal manusia dan nilai dalam selain dari diri mereka (outsider) juga
pelayanan membangun kedamaian. mempunayai otoritas yang sama tentang
Sachedina adalah seorang guru besar dari self-governing existence. Nabi Muhammad
studi keagamaan di Universitas SAW yang diutus oleh Allah SWT adalah
Virginia. Dari pendidikan inilah seorang yang menyampaikan hukum dan
Sachedina membidik keyakinan yang menuntun masyarakat menjadi warga

81|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

yang baik dan taat dalam menjaga diterapkan di Indonesia? dengan begitu
hubungan interpersonal yang baik. Pada apakah semua elemen kehidupan
hakikatnya agama Islam sudah masyarakat akan baik-baik saja? apakah
mempunyai bibit visi untuk membentuk kemudian ide “Negara Kesatuan Syari’at
umatnya sebagai umat yang suka bersosial Islam” lebih baik untuk menjaga
dan menjaga nilai-nilai humanis. Seperti perdamaian diantara masyarakat?
inilah identitas muslim yang diinginkan pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang
oleh agama Islam yang sebenarnya. kemudian muncul dikarenakan fakta-
Dengan maraknya konflik-konflik fakta publik memperlihatkan justru aktor
yang berkembang atas nama agama, maka konflik mayoritas adalah orang Islam.
hal tersebut sudah menyimpang jauh dari Kemudian apakah ide “Negara Kesatuan
visi-visi perdamaian dan kebaikan yang Syari’at Islam itu tepat? Akan tetapi
diinginkan seperti telah dijelaskan pertanyaan ini tidak akan kemudian
sebelumnya. Terjadi pembunuhan secara menginginkan sekularisasi.
besar-besaran, pemboman, aksi kekerasan Pemeluk agama yang benar-benar
dan merusak ketertiban umum atas nama dikatakan religious adalah mereka yang
agama. Saling mengkafirkan satu dengan tidak menganggap dirinya yang paling
yang lainnya, mengklaim komunitasnya benar kemudian yang lain salah.
yang paling benar adalah peradaban yang Menghargai agama dan keprcayaan orang
rusak. Sebagian kelompok menyatakan lain, tidak mengganggu atau menggugat
hal tersebut atas nama agama. apalagi memaksakan agama kepada orang
Pembunuhan terhadap jama’ah lain. Biarkan mereka beribadah sesuai
Ahmadiyah, pemboman tempat-tempat dengan agama dan kepercayaannya
ibadah, bom bunuh diri, isolasi masing-masing dan silakan masing-
pendidikan terhadap kaum-kaum masing beribadah sekhusyuk mungkin
minoritas, semua itu bertentangan dengan terhadap kepercayaannya tersebut. Ketika
nilai-nilai humanitas dan hak asasi bertemu dalam lingkup sosial maka
manusia. bersikaplah selayaknya seorang warga
Sachedina kemudian menawarkan negara atau teman, sahabat, saudara yang
untuk menegakkan agama Islam sebagai baik. Mau membantu, memberikan
mediator untuk mencegah semua realitas pertolongan, menghidupkan harmonisasi
konflik tersebut dengan mencoba yang menjadi tujuan bersama.
mendemokratisasi nilai-nilai agama yang Sikap eksklusivisme pemeluk agama
mengandung doktrin perdamaian. juga merupakan faktor pemicu
Sebagian kelompok muslim garis keras meningkatnya potensi konflik (Sachedina,
menganggap bahwa suatu negara 2006: 7). Bahan bacaan agama yang hanya
selayaknya berbentuk “Negara Kesatuan berisi tentang monoreligious (hubungan
Syari’at Islam”. Apakah hal demikian bisa sesama pemeluk agama) yang tidak dapat

82|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

melintasi hubungan lintas agama. Bahan- Tawaran lain yang diajukan oleh
bahan bacaan seperti fikih yang hanya seorang Abdul aziz Sachedina yaitu
mengajarkan tentang bab Thaharah, bab kebebasan untuk memilih keyakinan dan
Zakat, bab Haji, bab nikah. Tidak ada memilih agama yang akan menjadi
dalam kitab fiqih yang menjelaskan identitas publik bagi dirinya. Terlepas dari
khusus bab habl min al-nas lintas agama masalah agama sebagai identitas publik,
dan budaya. Tidak ada juga pelajaran al-Qur’an menyatakan bahwa manusia
aqidah dan akhlak tasawuf lintas agama dibimbing oleh wahyu Allah dengan dua
dan budaya. Kurangnya pemahaman bentuk yaitu bimbingan moral spiritual
wacana universal al-Qur’an juga menjadi universal yang menyentuh semua manusia
pemicu potensi konflik (Sachedina, 2006: dan bimbingan wahyu yang diberikan
7). Mungkin dengan menjadikan iman kepada komunitas agama tertentu
adalah sebuah alat keadilan dimana iman (Sachedina, 2006: 14). Artinya, Islam
tidak hanya dalam dataran teologi juga memberikan kebebasan untuk meyakini
menjadi dataran bidang sosio kultural atau untuk mengikuti hati nuraninya
(Sachedina, 2006: 8). Ada juga umat yang masing-masing individu. Karena masalah
sudah menyadari bahwa inklusivisme itu keimanan adalah masalah hati yang tidak
penting akan tetapi mereka takut untuk dipaksakan. Berdasarkan sifat manusia
mengungkapkannya karena mereka takut sendiri terdapat sifat berontak ketika ada
diklaim sebagai murtadin. sesuatu yang tidak sesuai dengan hati
Adapun resolusi konflik yang nurani.
ditawarkan oleh golongan liberal sekular Jadi sebenarnya dengan perangkat-
adalah peran serta negara untuk perangkat positif yang terdapat dalam
menyatukan masyarakat dalam prinsip tubuh agama Islam maka agama Islam
pluralisme agama dengan sistem sebenarnya adalah sebagai guidance bukan
pemerintahan. Dan hal ini akan membuat sebagai governance. Agama khususnya
agama harus terpisah dari ruang publik Islam membimbing pemeluknya untuk
sebagaimana misi sekularisasi. Semua menjalani kehidupan yang lebih
masyarakat terikat secara hukum untuk bermakna, lebih memiliki manfaat bagi
menjaga hubungan sosial yang damai. yang lainnya. Silakan anda menjadi
Resolusi bukan lagi mainstream harus ada seorang fanatisan terhadap iman anda
penegakan keyakinan tertentu melainkan masing-masing selama iman tersebut
visi komunitas masa depan adalah membimbing anda dalam kesadaran
keyakinan yang dapat melampaui moral dan spiritual yang mengarah
hubungan lintas beragama (Sachedina, kepada perilaku yang bertanggung jawab
2006: 8). Tidak ada klaim agama mana lagi menciptakan rasa hormat terhadap
yang paling benar dan akan digunakan semua manusia dan dapat berbagi
sebagai resolusi ketika munculnya konflik. martabat.

83|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

Jika Abdul aziz Sachedina menggunakan justru menjadi governance. Sebenarnya teori
kata martabat dan kehormatan maka di sini di atas merupakan penyangkalan terhadap
menggunakan kata harmoni. Agama image jelek atas nama agama tersebut.
membimbing masing-masing pemeluknya Sebagaimana dengan pemaparan teori
untuk dapat memegang teguh nilai-nilai perdamaian yang sebelumnya telah
humanisme. Nilai-nilai humanisme dijelaskan bahwa tindak-tinduk
dijadikan sebagai alat bantu untuk pelanggaran ketertiban umum atas nama
mencapai harmoni bersama agama. agama yang terjadi dalam realitas manusia
Prinsip-prinsip harmoni bersama agama dapat diminimalisir. Jika konteksnya sama
umat manusia dapat mencapai level dengan konsep yang ditawarkan oleh
perdamaian dan harmoni di antara Abdulaziz Sachedina. Seperti halnya
hubungan sesama manusia. Adapun tawaran-tawaran mediasi perdamaian
prinsip-prinsip humanis yang ditawarkan yang diberikan oleh Abdulaziz Sachedina
oleh Hasan Hanafi, yaitu, saling yang akan dibawa kedalam konteks
menghargai hak-hak dan kewajiban masyarakat multikultural Indonesia.
masing-masing individu, menghilangkan Abdulaziz Sachedina dalam papernya
religious egoism, tetap menghargai semua hanya memberikan penjelasan mengenai
manusia adalah ciptaan Allah baik yang Islam dalam konteks problem-problem
percaya ataupun tidak percaya kepada lintas agama belum masuk kepada Islam
Allah sendiri (Hasan Hanafi, 2007: 1). yang bersentuhan dengan agama lokal
Hasan Hanafi juga menyebut humanis dan natural.
atau pembimbingan agama terhadap Di samping konflik lintas agama juga
umat supaya umat menjaga hubungan terdapat konflik antar agama dan budaya.
baik antar sesama dan juga mengakui Berbeda dengan ketika agama
martabat kita sebagai sesama dengan bersentuhan dengan agama lain tidak bisa
sebutan etika global. Ketika Hasan Hanafi kemudian menggunakan taori-teori
menyebutnya sebagai etika global Abdul humanis. Akan tetapi ketika agama
aziz Sachedina justru menyebutnya bersentuhan dengan kultur, adat, dan
sebagai rasa hormat terhadap manusia tradisi agama ada yang bisa masuk dan
sebagai sesama yang mempunyai ada juga yang sepenuhnya ditolak. Seperti
kesamaan martabat dan kehormatan. kultur “baju adat” di Lombok, tidak ada
ketentuan apakah agama dapat melebur
Islam dalam Konteks Indonesia dalam tradisi nyongkolan. Baju adat khas
Banyak sekali konflik atas nama Lombok adalah “Lambung” “songket”
agama, seperti yang baru-baru ini terjadi dan juga “konde” yang berbentuk
per usakan dan pembunuhan serta kerucut. Benturan antara agama dan
pengeboman atas nama agama. Sehingga budaya begitu sangat memikat dalam
agama tidak lagi menjadi pembimbing tradisi ini. Akan tetapi ada juga yang

84|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

menyatukan antara tradisi lokal dengan patuh terhadap agama, kemudian pihak
nilai-nilai agama. Misalnya, ada yang pesantren perlu memberikannya
menggunakan “lambung” tapi peringatan. Inilah yang pada materi awal
meng gunakan hijab, akhirnya nilai disebut sebagai eksklusif. Agamawan-
keaslian pakaian adat menghilang. agamawan Lombok dapat dikategorikan
Problem-problem yang baru-baru sebagai agamawan yang eksklusif, karena
muncul hanya selintas wacana kiyai-kiyai sosio-kultur yang berkembang tidak
pondok pesantren yang memberikan cukup banyak mendukung akan adanya
pelarangan terhadap santri-santrinya pluralisme, multikultural dan teori-teori
untuk ikut serta dalam acara adat seperti humanis. Alasannya yaitu kebanyakan
itu. agamawan Lombok belajar agama Islam
Banyak dari kalangan ustazd atau ke Timur Tengah khususnya Makkah,
santri-santri yang menikah mereka tetap Mesir, dan Iran. Oleh karena nyongkolan
menggunakan jilbab dan kerudung ketika bukan tradisi Islam atau tradisi orang
melakukan ritual keagamaan. Sedangkan Arab maka pelarangan keras utnuk
dari kalangan yang biasa saja bahkan basic mengikuti budaya tersebut. Jadi
keilmuannya umum atau tidak berstatus mainstream keagamaan Islam yang
(pernah nyantri) mereka tetap mereka terapkan dan amalkan adalah
menggunakan pakaian adat sesuai dengan agama Islam Timur Tengah. Didukung
warisan leluhur. Ada juga yang dengan bacaan-bacaan yang menjadi
menjadikan jilbab atau tidaknya dalam rujukan utama adalah refrensi-refrensi
acara adat adalah sebagai fashion. Ketika Timur Tengah.
misalnya panitia penyelenggara Jadi dalam problem persentuhan
Nyongkolan menyatakan acaranya adalah agama Islam dan budaya di Lombok
sepenuhnya acara adat maka semua sebenarnya berperan sebagai governance.
peserta yang mengikuti acara adat harus Namun tidak berhasil karena ternyata local
menggunakan baju adat Lambung. Akan wisdom lebih kuat daripada governance
tetapi jika panitia tidak menentukan tersebut. Terlihat dari acara-acara adat
sepenuhnya adat maka banyak yang yang masih tetap berlangsung sesuai
meng gunakan jilbab, banyak yang dengan warisan nenek moyang. Agama
menggunakan kebaya tertutup maupun belum bisa sepenuhnya masuk ke dalam
terbuka. acara-acara adat. Simbol-simbol agama
Agama atau simbol agama tidak juga belum dapat sepenuhnya masuk
berperan sebagai guidance atau governance, kedalam adat Lombok.
melainkan simbol tersebut bisa saja Dalam masyarakat multikultural
benilai fashion. Ada juga santri yang agama bersaing dengan kearifan lokal,
mengikuti acara adat seperti itu akan namun tidak sedikit juga agama menjadi
tetapi mereka sudah dapat label tidak kearifan lokal masyarakat. Memang ada

85|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

saat-saat di mana agama bisa masuk yang tidak segaris atau semisi dengan
kedalam culture masyarakat juga ada mereka tetap saja local wisdom akan
ruang-ruang dimensi yang tidak dapat dipertahankan. Local wisdom adalah bagian
ditembus oleh agama. Seperti halnya yang sudah mendarah daging didalam
Islam di Jawa, menurut Zuli Qodir (2011: masyarakat.
153-166) bahwa Islam jawa adalah Islam Kearifan lokal tidak harus dikonversi
Sufisme atau Islam Esoterik (mistik). menjadi publik, karena kearifan lokal
Terlepas dari konteks apakah dalam esai adalah identitas unik yang dimiliki oleh
tersebut pak Zuli Qodir bermaksud untuk suatu kelompok bahkan suatu negara.
menyatakan bahwa agama bersifat Begitu juga dengan Indonesia. Jika keong-
guidance atau governance. Akan tetapi keong besar yang terus mempertahankan
benang merah yang ingin ditawarkan visi misionarisnyamaka artinya mereka
adalah dengan mengklasifikasikan Islam menginginkan Indonesia menjadi Negara
ada yang Islam Syari’at seperti Islam yang Kesatuan Syari’at Islam. Berdasarkan
di Timur Tengah dan Islam Sufisme fakta empiris yang muncul justru hal itu
seperti Islam yang diajarkan para menjadi konflik, dari pertimbangan
walisongo. apakah Negara Sekuler akan lebih baik.
Benturan agama dan budaya memang Jika Indonesia menjadi Negara Kesatuan
sangatlah serius karena konteks daerah Syari’at identitas kekayaan kultur menjadi
yang berbeda-beda juga menjadi faktor hilang, padahal itu adalah harta negara
besar yang mempengaruhi bisa atau dan komponen visi perdamaian. Namun
tidaknya Islam masuk kedalam tataran jika Indonesia memilih negara sekuler
tersebut. Untuk mengukur hal tersebut maka tetap saja identitas plural dan
tidak bisa menggunakan barometer tentunya Bhineka Tunggal Ika akan
konflik, seperti jumlah kuantitas terhapus.
keberagaman dalam suatu daerah atau
kelompok, tingkat pemahaman agama, Kesimpulan
atau bahkan peran pemerintah. Di dalam Pertemuan agama dengan budaya
urusan budaya, pemerintah juga kerapkali adalah salah satu akar konflik yang terjadi
tidak dapat masuk kedalam area tersebut. di tengah masyarakat. Realitas masyarakat
Hal itu dikarenakan mungkin mereka yang yang majemuk menginginkan manajemen
diatas tersebut masih menggunakan konflik yang lebih canggih daripada hanya
“keong-keong” dan “baju-baju kebesaran”. mengembalikan penyelesaian masalah
Local wisdom tidak dapat luntur dengan kepada ajaran agama. Semua agama
menggunakan keong-keong tersebut, itu memang mangajarkan kebaikan dan
sudah menjadi fakta dalam masyarakat. kedamaian akan tetapi aktor-aktor agama
Sekuat apapun para misionaris agama inilah yang justru harus dipertanyakan
mencoba untuk membunuh local wisdom kembali peran mereka. Ajaran agama

86|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

yang sudah pas pada porsinya untuk dapat memediasi nilai-nilai agama tersebut,
menebarkan kebaikan dan kedamaian tidak harus dengan akulturasi atau
justru diselewengkan menjadi perilaku- konversi.
perilaku keberagamaan berdasarkan Fakta bahwa masyarakat Indonesia
kepentingan. Problem utama tidak adalah masyarakat yang majemuk
sampainya nilai-nilai perdamaian dan bervariasi agama, budaya, tradisi, bangsa,
kebersamaan kepada masyarakat adalah bahasa, dan ras tidak begitu mudah
ajaran kebaikan itu tidak disampaikan menjawab problema yang muncul. Konsep
secara utuh. Maksud utama atau misalnya dan prinsip pluralisme dan multikulutural
dalam Islam dikenal dengan istilah diharapkan dapat menjawab problematika
maqasyidus syari’ah tidak disampaikan perbedaan tersebut. Akan tetapi, tidak
secara utuh oleh mereka para juru bicara banyak masyarakat yang dapat menerima
agama. Keutuhan penyampaian ajaran konsep tersebut dikarenakan konsep
agama yang dimaksudkan adalah pluralisme dan multikultural mengandung
bagaimana ajaran tersebut dapat label barat. Banyak yang mengatakan
disampaikan dan dipahami oleh dirinya anti barat padahal banyak dari
audiennya supaya mereka mengetahui fasilitas hidup yang mereka gunakan sehari-
bagaimana dan kapan mereka akan hari berasal dari barat.
menggunakan ajaran agama itu. Sampai saat ini, juru bicara agama
Studi terhadap spirit dan cita-cita Islam atau juru-juru penyampai cita-cita
dakwah Islamiah Rasulullah SAW dakwah Islamiah masih belum berhasil
beratus-ratus tahun yang lalu masih mensosialisasikan agama Islam sebagai
minim, karena pengajaran-pengajaran guidance. Fatalnya agama Islam justru
tentang itu masih terkungkung didalam dicitrakan sebagai governance yang radikal
idealisme masing-masing. Studi terhadap lagi anarkhis. Abdulaziz Sachedina dalam
cita-cita dakwah Islamiah Rasulullah The Role Of Islam In Public Square: Guidance
seharusnya dibuka seluas-luas mungkin or Governance? Ingin merefresh kembali
karena inti dari cita-cita dakwah itulah yang eksistensi agama Islam bagi kelangsungan
akan menyelamatkan umat dari maraknya kehidupan sosial masyarakat.
konflik yang akan terjadi. realitas serta fakta Mempertanyakan apakah guidance or
sosial justru memperlihatkan citra buruk governance merupakan pilihan yang tepat
dengan bergesernya orientasi dakwah dari karna memang di dataran grass roots hal
dakwah Islamiah yang humanistik menjadi ini harus dipertanyakan. Cita-cita dakwah
money oriented. Berdasarkan cita-cita dakwah Islamiah yang mengharapkan ajaran
Islamiahnya Islam seharusnya dapat agama Islam sebagai guidance namun
menjadi guidance bagi tataran masyarakat dalam kenyataannya akhir-akhir ini
umum. Salah satunya dalam persentuhan menjadi governance.
agama dengan budaya. Islam seharusnya

87|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Lutfatul Azizah dan Purjatian Azhar: Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia

Daftar Kepustakaan Hanafi, Hasan. (2007). Islam dan


Humanism. Yogyakarta: Pustaka
Andy Dermawan. (2009). Dialektika Islam Pelajar.
dan Multikulturalisme di Indonesia: Hitti, PhilipK. (1970). Dunia Arab-Sejarah
Ikhtiar Mengurai Akar Konflik. Ringkas. Terj. Usuludin Hutagalung
Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam dan O.D.P. Sihombing. Bandung:
Semesta. Sumur Bandung.
Emha Ainun Najib. (2013). Markesot Lewis, Bernard. (1988). Bangsa Arab dalam
Bertutur Lagi. Bandung: Mizan. Lintasan Sejarah: dari Segi Geografi
Fahmi Idris. “Muslimdaily.net” dalam Sosial, Budaya dan Peranan Islam,
www.voa-islam.com diakses Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
tanggal 5 januari 2014. Sachedina, Abdulaziz. (2006). The Role of
Faisal Ismail. (2012). Republik Bhinneka Islam In Public Square: Guidance or
Tunggal Ika: Mengurai Isu-isu Konflik, Governance. Amsterdam: Amsterdam
Multikulturalisme, Agama dan Budaya, University Press.
Jakarta: Puslitbang Kehidupan Zuli Qodir. (2011). Sosiologi Agama: Esai-
Keagamaan-Badan Litbang dan esai Agama di Ruang Publik.
Diklat Kementerian Agama RI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

88|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015

You might also like