You are on page 1of 7

Available at: https://ejournal.unib.ac.id/index.

php/JIPI p-ISSN 1411-0067


DOI: https://doi.org/10.31186/jipi.21.1.37-43 e-ISSN 2684-9593

PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN


HASIL KEDELAI DI TANAH PESISIR

Abimanyu Dipo Nusantara1*, Yudhi Harini Bertham1, Ahmad Junedi2, Hesti Pujiwati2,
Hartal3
1
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
2
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
3
Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

* Corresponding Author : abimanyu@unib.ac.id

ABSTRACT

[UTILIZATION OF MICROBE TO INCREASE GROWTH AND YIELDS OF SOYBEAN IN COASTAL LAND].


This study aims to obtain the precise combination of varieties and biofertilizers to increase soybean productivity on
Bengkulu coastal land. The research was conducted from March to July 2017, located at Beringin Raya Village,
Muara Bangkahulu Sub-District, Bengkulu. The study was conducted using a split-plot design which was repeated
three times. The main plot was two soybean varieties (Grobogan and Wilis). The subplots were two types of
biofertilizers, arbuscular mycorrhizal fungi and phosphate solubiulizer fungi. The result showed that the seed weight
of the Grobogan variety (equivalent to 3.38 tons/ha) was significantly higher than the Wilis variety (equivalent to
2.72 tons/ha). However, the increment of the Wilis variety (equivalent to 1.12 tons/ha) was higher than the Grobogan
variety (equivalent to 0.61 tons/ha) according to the description of each variety. The combination of arbuscular
mycorrhizal fungi and phosphate solvent fungi showed superior performance than arbuscular mycorrhizal fungi
fertilizer or phosphate solvent fungi. The interaction of Grobogan varieties with a combination of arbuscular
mycorrhizal fungi and phosphate solvent fungi produced the highest seed weight (equivalent to 3.52 tons/ha) which
was statistically similar to the interaction of Grobogan varieties and arbuscular mycorrhizal fungi (equivalent to 3.45
tons/ha). The economics of resources using arbuscular mycorrhizal fungi are not required to be combined with
phosphate solvent fungi.
—————————————————–—————————————————————————————
Keyword: soybean, microbe, coastal

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi varietas dan pupuk hayati yang tepat untuk meningkatkan
produktivitas kedelai di lahan pesisir Bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2017,
bertempat di Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu. Penelitian dilaksanakan dengan
rancangan petak terbagi (Split Plot) yang diulang tiga kali. Petak utama adalah dua varietas kedelai (Grobogan dan
Wilis). Anak petak adalah dua jenis pupuk hayati yaitu fungi mikoriza arbuskular dan fungi pelarut fosfat. Hasil
penelitian menunjukkan hasil bobot biji kering kedelai varietas Grobogan (setara 3,38 ton/ha) nyata lebih tinggi
dibandingkan varietas Wilis (setara 2,72 ton/ha). Namun demikian, jika dibandingkan dengan deskripsi varietasnya
ternyata varietas Wilis menunjukkan peningkatan bobot biji (setara 1,12 ton/ha) yang lebih tinggi dibanding varietas
Grobogan (setara 0,61 ton/ha). Penggunaan kombinasi fungi mikoriza arbuskula dan fungi pelarut fosfat terbukti
lebih unggul dibandingkan penggunaan fungi mikoriza arbuskula atau fungi pelarut fosfat saja. Interaksi varietas
Grobogan dengan kombinasi fungi mikoriza arbuskula dan fungi pelarut fosfat menghasilkan bobot biji tertinggi
(setara 3,52 ton/ha) yang sama secara statistik dengan interaksi varietas Grobogan dan fungi mikoriza arbuskula
(setara 3,45 ton/ha). Ditinjau dari sisi ekonomi sumber daya menunjukkan penggunaan fungi mikoriza arbuskula
tidak wajib dikombinasikan dengan fungi pelarut fosfat.
—————————————————–————————————————————–—————-———
Kata kunci: kedelai, mikroba, pesisir

JIPI. 21(1), 37-43 (2019) 37


NUSANTARA et al.

PENDAHULUAN besar yakni 18 g/100 biji dan relatif baik ditanam


pada berbagai berapa kondisi lingkungan tumbuh.
Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan Peningkatan produksi melalui program ekstensifikasi
setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan sumber pertanian dapat dilakukan dengan cara memperluas
protein nabati yang populer bagi masyarakat Indonesia. lahan panen, misalnya menggunakan lahan marjinal
Oleh sebab itu kebutuhan akan kedelai semakin lama seperti tanah pesisir yang kurang kondusif untuk
semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan kedelai. Pesisir laut pada umumnya tidak dimanfaatkan
Penduduk. Data Biro Pusat Statistik (2019) menun- sebagai lahan budidaya tanaman pertanian. Tanah
jukkan produksi kedelai kedelai domestik hanya pesisir termasuk tanah marjinal yang memiliki
mencapai 982.598 ton. Sedangkan untuk memenuhi keterbatasan, pada umumnya berstruktur tanah lepas-
kebutuhan dalam negeri, Indonesia perlu melakukan lepas karena tekstur tanahnya pasir, kesuburan rendah
impor sebanyak 2,6 juta ton biji kedelai. Upaya peningkatan dengan kemasaman sedang sampai tinggi, bahan
produksi kedelai domestik dengan demikian perlu organik rendah, angin kencang bergaram, evaporasi
diprioritaskan untuk menekan impor kedelai dari tinggi, suhu tinggi dan infiltrasi air laut yang tinggi.
negara lain. Upaya yang dapat dilakukan adalah Kondisi tanah yang demikian mengindikasikan rendahnya
melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi daya simpan air dan daya ikat kation hara dari pupuk,
pertanian. evapotranspirasi dan salinitas yang tinggi. (Gunadi,
Program intensifikasi pertanian yang dapat 2002; Yuwono, 2009). Penggunaan pupuk buatan
dilakukan diantaranya adalah perbaikan budidaya, dengan demikian tidak dianjurkan karena memboroskan
khususnya melalui pengggunaan kedelai varietas sumber daya. Penggunaan pupuk organik dan atau
unggul dan pupuk hayati yang ramah lingkungan. pupuk hayati justru lebih efektif dibandingkan pupuk
Varietas unggul yang digunakan adalah varietas- buatan.
varietas kedelai yang telah dilepas oleh Kementeri- Suriadikarta & Simanungkalit (2006) menyatakan
an Pertanian. Jumlah verietas unggul kedelai saat ini bahwa pupuk organik dan pupuk hayati dapat digunakan
telah mencapai kurang lebih 70 buah, di antaranya dalam bentuk padat atau cair yang berfungsi untuk
adalah varietas Wilis dan Grobogan. Varietas Wilis memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
merupakan varietas yang tua karena dilepaskan se- Pemberian pupuk hayati dan pupuk organik ke dalam
menjak tahun 1983. Varietas ini memiliki hasil rata- tanah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
rata sebesar 1,6 ton/ha, umur berbunga 39 hari, kan- produksi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
dungan protein 37%, tahan rebah, dan tahan penya- meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
kit karat. Varietas Grobogan dilepas tahun 2008, Penggunaan pupuk organik dilaporkan dapat
memiliki hasil rata-rata sebesar 2,77 ton/ha, umur meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman ja-
berbunga 31 hari, kandungan protein 43,9%, adaptif gung pada tanah pesisir yang setara dengan jika
terhadap lingkungan, dan polong masak tidak mu- ditumbuhkan pada pada tanah sawah atau tanah
dah pecah. kebun (Sapareng et al., 2017). Penggunaan pupuk
Program ekstensifikasi pertanian untuk tana- kompos atau pupuk kandang yang dikombinasikan
man kedelai yang dapat dilakukan adalah melalui dengan pupuk NPK dilaporkan dapat meningkatkan
pemanfaatan tanah-tanah bermasalah seperti tanah pertumbuhan cabai pada tanah pesisir Bengkulu
pesisir yang tidak kondusif untuk tanaman kedelai. (Bertham et al., 2013). Selanjutnya dilaporkan pula
Pada umumnya kedelai tumbuh baik pada tanah yang bahwa penggunaan pupuk organik dapat mening-
bertekstur gembur, lembab, tidak tergenang air, dan katkan kolonisasi fungi mikoriza arbuskula pada
memiliki pH 6 – 6,8. Pada pH < 5 kedelai masih tanaman cabai tersebut. Hal tersebut menunjukkan
dapat berproduksi, meskipun tidak sebaik pada pH 6 – bahwa penggunaan pupuk organik dapat mening-
6,8 (Suprapto, 2001). Namun demikian, Indonesia katkan aktivitas mikroba dalam tanah pesisir.
sebagai negara kepulauan memiliki lahan pantai yang Pupuk hayati adalah isolat mikroba yang diberikan
sangat luas. ke dalam tanah untuk meningkatkan ketersediaan
Penggunaan benih kedelai varietas unggul meru- unsur hara bagi tanaman. Pupuk hayati yang cukup
pakan salah satu upaya intensifikasi untuk mening- populer diantaranya adalah bakteri penambat nitro-
katkan produksi kedelai. Varietas unggul memiliki gen hayati, fungi mikoriza arbuskula, dan mikroba
arti sebagai varietas, baik varietas baru ataupun lokal pelarut fosfat. Fungi mikoriza arbuskula diketahui
yang memiliki kelebihan, yang telah dilepas oleh berinteraksi positif dengan bahan organik didalam
pemerintah. Jumlah varietas unggul kedelai saat ini telah tanah, termasuk pada lahan-lahan bermasalah seperti
mencapai 70 buah, dua di antaranya adalah varietas Wilis lahan yang mengalami cekaman kekeringan (Nurbaity
dan Grobogan. Varietas Wilis memiliki kelebihan mampu et al., 2007). Aplikasi fungi pelarut fosfat dan bahan
beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan se- organik dilaporkan dapat meningkatkan serapan P
hingga memiliki tingkat kegagalan panen yang rendah. dan pertumbuhan tanaman kentang (Marbun et al.,
Varietas Grobogan memiliki ukuran polong yang 2015).

38 JIPI. 21(1), 37-43 (2019)


PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN

Provinsi Bengkulu terletak pada 101o01’ – selain itu diambil contoh tanah rizosfer dari masing –
103 46’ bujur timur serta 2o16’ – 3o31’ lintang selatan
o
masing perlakuan. Pemanenan kedua dilakukan
dan terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan pada fase generatif untuk mengukur peubah-peubah
panjang garis pantai + 525 km (Pemprov Bengkulu, hasil tanaman. Jumlah tanaman contoh sebanyak 18
2015). Pesisir Bengkulu termasuk wilayah dengan buah yang diambil secara acak. Pada pemanenan
ketinggian tempat 0 – 250 m di bawah permukaan ini dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
laut, meliputi dataran alluvium seluas 976.624 ha kehilangan biji.
yang menyebar di sepanjang pantai dari utara sampai Peubah tanaman yang diukur meliputi tinggi
bagian selatan. Luasan tersebut pada umumnya tidak tanaman, jumlah biji, bobot biji, bobot brangkasan
dimanfaatkan untuk budidaya pertanian sehingga kering. Peubah tanaman lainnya yang diamati adalah
potensinya sebagai penghasil kedelai masih perlu kadar N dan P jaringan tanaman. Sedangkan peu-
diuji. bah tanah yang diukur meliputi pH H2O, pH KCl,
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan kadar C-Organik tanah menggunakan metoda
kombinasi varietas kedelai dan pupuk hayati terbaik yang umum digunakan pada Pusat Penelitian Tanah
untuk meningkatkan produktivitas kedelai di lahan dan Agroklimat (Prasetyo et al., 2009).
pesisir Bengkulu. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik
ragam (ANAVA) dan uji Beda Nyata Terkecil pada
METODE PENELITIAN taraf nyata 5% untuk membandingkan pengaruh
antar perlakuan (Gomez & Gomez, 1984).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan Juli 2017, bertempat di Kelurahan Beringin HASIL DAN PEMBAHASAN
Raya, Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Pada percobaan ini tampak bahwa : (a) perlakuan
Petak Terbagi (Split Plot) dengan tiga ulangan. Petak varietas tanaman berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap
utama adalah dua varietas kedelai yaitu Grobogan tinggi tanaman dan bobot biji/tanaman, (b) perlakuan
dan Wilis. Anak petak adalah dua jenis pupuk hayati pupuk hayati berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap
yaitu fungi mikoriza arbuskular (FMA), dan fungi bobot biji/tanaman dan kadar P-jaringan, dan (c) interaksi
pelarut fosfat (FPF). Sehingga kombinasi perlakuan keduanya hanya berpengaruh nyata (P ≤ 0,05)
yaitu sebagai berikut : (1) Varietas Grobogan + terhadap bobot biji/tanaman (Tabel 1)
FMA; (2) Varietas Grobogan + FPF; (3) Varietas
Grobogan + FMA+FPF; (4) Varietas Wilis + FMA; Tabel 1. Rangkuman sidik ragam untuk tinggi tanaman,
(5) Varietas Wilis + FPF; (6) Varietas Wilis + jumlah biji/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot brangkasan
FMA+FPF. kering, kadar N-jaringan, kadar P-jaringan, pH H2O,
Inokulan yang digunakan pada penelitian ini adalah pH KCl, dan C-organik tanah.
FMA dan FPF yang diproduksi di Laboratorium
Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
FMA diinokulasikan dengan cara memasukkan
sebanyak 2,5 g inokulan ke dalam lubang tanam. FPF
diinokulasikan dengan cara mencampurkannya dengan
benih kedelai dengan bahan pelekat Gum Powder
40% (Bertham, 2002).
Pengolahan tanah berupa pembersihan tanah
dari gulma secara manual, pengolahan tanah
menggunakan cangkul. Petak percobaan dibuat dengan
ukuran 1,5 m x 3,3 m dengan jarak antar petakan
50 cm dan antar blok 1 m. Pemberian pupuk dasar yaitu :
pupuk organik (kompos kulit kopi) 10 ton/ha, kapur Lahan pesisir yang menjadi lokasi penelitian memiliki
pertanian 200 kg/ha, Urea 25 kg/ha, SP – 36 50 tanah dengan tekstur berpasir, tanah dengan tekstur
kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Penanaman dilakukan 1 ini memiliki permeabilitas yang tinggi, serta kemampuan
minggu setelah pupuk dasar diaplikasikan. Lubang tanam air dan KTK yang rendah (Pratiwi et al., 2012). Pada
dibuat dengan ditugal sedalam 3 – 5 cm. Benih awal pertumbuhan tampaknya tanaman muda belum
kedelai ditanam 2 butir pada tiap lubang tanam, jarak mampu beradaptasi dengan baik karena tanahnya cepat
tanam antar baris 30 cm x 30 cm. mengering setelah disiram. Oleh karena itu penyiraman
Pemanenan dilakukan sebanyak dua kali yaitu tanaman perlu dijaga dengan baik.Penggunaan kompos
pada saat fase vegetatif untuk mengukur peubah- kulit kopi sebagai pupuk dasar yang diberikan pada
peubah pertumbuhan tanaman. Pemanenan dilakukan semua perlakuan dapat membantu pertumbuhan
ketika lebih dari 10% tanaman sudah berbunga. Tanaman tanaman pada saat kekurangan air. Penggunaan
yang dipanen berjumlah 18 buah tanaman dan limbah kulit kopi telah terbukti dapat memperbaiki

JIPI. 21(1), 37-43 (2019) 39


NUSANTARA et al.

sifat tanah (Simanjuntak et.al., 2013). Selama masa kondisi lingkungan pesisir dibandingkan varietas
pertumbuhan, tanaman diserang oleh pengganggu beru- Grobogan (Sumarno, 2011).
pa kepik cokelat dan belalang, sehingga dilakukan Bobot biji/tanaman pada varietas Grobogan
penanggulangan berupa penyemprotan pestisida lebih berat dibandingkan varietas Wilis. Varietas
berbahan aktif profenofos 1 ml/L. Grobogan mampu menghasilkan bobot biji setara
Varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap 3,38 ton/ha yang nyata lebih tinggi dibandingkan
tinggi tanaman dan bobot biji pertanaman (Tabel 2). varietas Wilis (setara 2,72 ton/ha). Deskripsi
Tanaman kedelai varietas Grobogan menunjukkan varietas menunjukkan varietas Grobogan memiliki
pertumbuhan dan hasil lebih baik dibandingkan varietas bobot 100 biji sebesar 18 g yang lebih tinggi
Wilis. dibandingkan varietas Wilis yang hanya mencapai
10 g. Potensi hasil varietas Grobogan (2,77 ton/ha)
Tabel 2. Pengaruh varietas kedelai terhadap tinggi juga lebih tinggi dibandingkan varietas Wilis (1,66
tanaman, jumlah biji/tanaman, bobot biji /tanaman ton/ha) (Tabel 3). Tampak bahwa faktor genetika
(g), bobot brangkasan kering (g), kadar N-jaringan menentukan bobot biji per tanaman. Widiastuti &
(%), kadar P-jaringan (%), pH H2O, pH KCl, dan C- Latifah (2016) menyebutkan bahwa ukuran biji
organik (%) tanaman lebih ditentukan oleh faktor genetik dari
pada oleh perlakuan yang diberikan. Namun demikian,
peningkatan bobot biji varietas Wilis (1,12 ton/ha)
lebih tinggi dibandingkan varietas Grobogan (0,61
ton/ha) (Tabel 3). Hal tersebut mengindikasikan
bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap
kinerja genetika kedua varietas yang diuji (Fatimah
& Saputroh, 2016). Pengisian polong kedelai akan
terjadi secara optimal pada suhu antara 23 oC – 30 oC
(Adisarwanto, 2008). . Fakta di lapangan menun-
jukkan suhu udara selama pertumbuhan mencapai
kurang lebih 27 oC. Hal ini mengindikasikan pula
Kedua varietas yang diuji, yaitu Grobogan dan bahwa varietas Wilis lebih adaptif terhadap lingkungan
Wilis, merupakan tipe determinat, yang bermakna pesisir Bengkulu dibandingkan Grobogan.
bahwa keduanya tidak akan mengalami pertambahan
tinggi setelah tanaman berbunga. Rata-rata tinggi Tabel 3. Perbandingan deskripsi varietas dengan
antar varietas kedelai yang berbeda nyata, varietas hasil penelitian terhadap tinggi tanaman dan bobot
Grobogan memiliki postur yang nyata lebih tinggi biji
(57,47 cm) dibandingkan Wilis (50,97 cm). Pertumbuhan
tinggi tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi tinggi tanaman diantaranya
adalah cahaya,suhu udara, dan ketersediaan unsur
hara (Elpawati et al., 2015). Sebagai mana diketahui
cahaya menentukan fotosintesis yang penting artinya Pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot
untuk pembentukan dan perkembangan sel tanaman. biji/tanaman dan kadar P-jaringan tanaman. FPF
Jika penerimaan matahari tidak optimal maka menghasilkan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan tanaman akan terganggu (Adisarwanto, 2008). FMA terhadap bobot biji/tanaman dan kadar P
Tanaman kedelai membutuhkan suhu antara 23 ° jaringan tanaman kedelai (Tabel 4). Pengaruh kombinasi
C-30 °C, sedangkan saat di lapangan suhu udara FMA+FPF lebih tinggi jika dibandingkan pengaruh
mencapai >30°C.. Namun demikian, berdasarkan tunggal FPF akan tetapi sama dengan FMA. Inokulasi
deskripsi varietasnya, Grobogan sejatinya memang FMA saja menghasilkan bobot kering biji/tanaman
lebih tinggi dibandingkan Wilis (Tabel 3). Pertum- yang lebih tinggi 5% dibandingkan dengan inokulasi
buhan varietas Grobogan justru mengalami ham- FPF saja akan tetapi peningkatannya menjadi 16%
batan sehingga tingginya tidak mencapai tinggi jika diinokulasi FMA+FPF. Inokulasi FMA menghasilkan
sejatinya (60 – 80 cm). Sebaliknya varietas Wilis kadar P jaringan yang lebih tinggi 2,4x lipat dibandingkan
mampu mencapai tinggi tanaman sesuai dengan inokulasi FPF, inokulasi FMA+FPF menghasilkan
deskripsinya, yaitu + 50 cm (Tabel 3). Hal ini kadar P-jaringan 3x lipat dibandingkan yang dihasilkan
mengindikasikan bahwa tinggi tanaman kedua varietas oleh inokulasi FPF saja. Hal ini menunjukkan
yang diuji juga dipengaruhi oleh faktor genetik. bahwa sebaiknya FMA dikombinasikan dengan
Selain itu, hal tersebut juga mengindikasikan bahwa FPF jika ingin meningkatkan kadar P jaringan
varietas Wilis lebih mampu beradaptasi dengan tanaman.

40 JIPI. 21(1), 37-43 (2019)


PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN

Tabel 4. Pengaruh pupuk hayati terhadap tinggi tanaman, jumlah biji/tanaman, bobot biji/ tanaman, bobot
brangkasan kering, kadar N-jaringan, kadar P-jaringan, pH H2O, pH KCl, dan C-organik

Lahan pesisir merupakan suatu lahan dengan pertumbuhan evapotranspirasi cukup rendah, kemudian
berbagai sifat yang membuat tanaman sulit hidup dengan meningkat pada masa perkembangan, lalu memuncak
optimal. Lahan pesisir rata – rata masih memiliki pada periode pemasakan dan menurun saat siap panen.
tekstur tanah berpasir, dengan tekstur yang demikian Perbedaan daya serap air oleh tanaman walau air
maka tingkat porositas tanah menjadi sangat besar. yang diberikan dalam jumlah yang sama menunjukkan
Pemberian bahan organik pada lahan dengan tekstur adanya perberdaan pada tanaman. Perbedaan ini
berpasir sangat diperlukan guna membantu memperbaiki muncul karena adanya simbiosis yang baik antara
sifat tanah serta meningkatkan kemampuan tanah tanaman kedelai dan mikroba tanah. Simbiosis
dalam mengikat air (Simanjuntak et al., 2013). Pem- antara tanaman kedelai dengan mikroba memberikan
berian kompos kulit kopi di lahan pesisir diperlukan banyak keuntungan pada tanaman di antaranya : (1)
guna mendapatkan perumbuhan tanaman kedelai permukaan akar bertambah efektif dalam penyera-
yang baik (Sumarno, 2011). Pemberian kompos dan FMA pan nutrien dan air, (2) fungsi akar menjadi lebih
pada lahan dengan tekstur berpasir akan memperbaiki luas, (3) toleransi terhadap kekeringan dan panas
agregat tanah dan meningkatkan KTK tanah (Nurida bertambah, (4) sumbangan nutrien tanah lebih terse-
et al., 2012). Selain itu tanah yang memiliki kadar dia dan (5) terhambatnya infeksi oleh organisme
bahan organik tinggi memiliki populasi dan aktivitas penyakit. Fungi mikoriza dapat dijadikan sebagai
mikroorganisme yang tinggi. salah satu alternatif teknologi untuk membantu per-
Pada variabel bobot biji/tanaman kombinasi tumbuhan, meningkatkan produktivitas, dan kualitas
FMA+FPF menunjukkan kinerja lebih unggul dibandingkan tanaman terutama yang ditanam pada lahan–lahan marjinal
FMA atau FPF saja. Bobot biji terbesar setara 3,30 ton/ha yang kurang subur (Hajoeningtijas, 2009).
dihasilkan oleh pemberian kombinasi FMA+FPF. Proses Analisis kadar P memperlihatkan hasil yang sama
untuk menghasilkan polong bernas dipengaruhi berbagai tinggi pada pemberian FMA (0,95%) dan FMA+FPF
hal, salah satunya air. Simbiosis pupuk hayati dengan tanaman (1,19%). Sedangkan pemberian FPF saja memperlihatkan
yang membentuk hifa dan menyelubungi akar akan membantu hasil bobot biji (setara 2,84 ton/ha) dan kadar P
meningkatkan persetase polong bernas. Hifa yang (0,39%) terendah. Menurut Astuti et al. (2013) pupuk
mampu membantu menyerap air di tempat yang jauh hayati mampu meningkatkan kadar hara terutama
dan dalam ukuran yang lebih kecil dari pada yang bisa fosfat. Fungi mikoriza arbuskula dan fungi pelarut
diserap oleh akar. fosfat memiliki banyak perbedaan karakter. Kesamaan
Ketersediaan air pada masa pembentukan bunga, keduanya adalah kemampuannya dalam membantu
pembentukan dan pengisian polong akan menentukan penyerapan unsur hara P oleh tanaman kedelai. Namun
peroduksi kedelai. Kebutuhan tanaman kedelai akan demikian, FMA memiliki banyak kelebihan, di antaranya
air tidak sama setiap waktunya, evapotranspirasi yang adalah kemampuan meningkatkan daya serap air, kebubagaran
terjadi pada tanaman kedelai akan berubah sesuai tanaman, perbaikan struktur tanah, dekomposisi bahan
dengan pertumbuhan dan perkembanganya. Hal ini organik dan sebagainya. Karakter demikian sama sekali
dijelaskan Oktaviani et al. (2013) bahwa pada awal tidak dimiliki oleh FPF.

JIPI. 21(1), 37-43 (2019) 41


NUSANTARA et al.

Tabel 5. Interaksi varietas kedelai dengan pupuk hayati terhadap bobot biji/tanaman (g).

Hal tersebut menjelaskan lebih baiknya pengaruh sampai 1,49 ton/ha dibandingkan deskripsi varietasnya
FMA dibandingkan FPF terhadap pertumbuhan dan sedangkan Grobogan hanya meningkat 0,75 ton/ha.
hasil tanaman kedelai yang diuji. Pada varietas Wilis kombinasi FMA + FPF
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa menunjukkan kinerja lebih unggul dibandingkan FMA
terjadi interaksi antara perlakuan varietas kedelai dengan atau FPF saja. Sebaliknya, pada varietas Grobogan kom-
pupuk hayati pada variabel bobot biji/tanaman binasi FMA + FPF menghasilkan kinerja yang sama
(Tabel 1). Kombinasi Grobogan + FMA + FPF dengan FMA saja. Varietas Grobogan yang diinokulasi
menghasilkan bobot biji tertinggi (3,52 ton/ha) sama dengan kombinasi FMA + FPF mampu menghasilkan
dengan kombinasi Grobogan + FMA (3,45 ton/ha) 3,52 ton/ha sedangkan jika hanya dengan FMA saja
(Tabel 5), sehingga FMA tidak wajib dikombinasikan menghasilkan (setara 3,45 ton/ha). Ditinjau dari ekonomi
dengan FPF. Varietas Wilis secara kuantitatif memiliki sumber daya penggunaan FMA pada varietas Gro-
hasil yang lebih rendah dibandingkan varietas Grobogan bogan tidak wajib dikombinasikan dengan FPF.
namun memiliki respon yang lebih tinggi terhadap pupuk
yang diberikan. Kombinasi Wilis + FMA + FPF UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan rata–rata peningkatan bobot biji tertinggi
(1,49 ton/ha) dibandingkan dengan deskripsi varietasnya. Penelitian ini merupakan bagian tak terpisahkan dari
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan penelitian mengenai upaya meningkatkan produktivitas
respon terhadap inokulasi pupuk hayati antara varie- kedelai pada tanah pesisir menggunakan pupuk
tas Wilis dan Grobogan. Pengaruh positif pupuk hayati. Penelitian tersebut diketuai oleh Prof. Dr.
hayati terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai Rr. Yudhy Harini Bertham, M.P. dan dibiayai me-
telah dilaporkan sebelumnya (Purwaningsih, 2001). lalui skim Penelitian Hibah Kompetensi Direktorat
Pupuk hayati juga dilaporkan akan menghasilkan Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemen-
hasil maksimal jika kompatibel atau cocok dengan ristekdikti. Oleh karena itu penulis menyampaikan
tanaman inangnya (Bertham et al., 2010). Hal tersebut ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
menunjukkan bahwa produksi tanaman kedelai yang -tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Rr. Yudhy Harini
dibudidayakan di lahan pesisir dapat ditingkatkan hasil- Bertham, M.P yang telah melibatkan penulis pada
nya dengan menggunakan pupuk hayati yang tepat. kegiatan penelitian tersebut.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata Adisarwanto. (2008). Budidaya Kedelai Tropika. Penebar
hasil varietas Grobogan (3,38 ton/ha) lebih tinggi Swadaya, Jakarta.
dibanding varietas Wilis (2,72 ton/ha). Hasil Astuti Y.W., Widodo L.U. & Budisantosa, I. (2013).
tertinggi pada varietas Grobogan (3,52 ton/ha) di- Pengaruh bakteri pelarut fosfat dan bakteri penambat
peroleh jika diinokulasi dengan kombinasi FMA + nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman tomat
FPF. Namun demikian, varietas Wilis lebih adaptif pada tanah masam. Skripsi Fakultas Biologi
dibandingkan Grobogan jika diberi pupuk hayati Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
yang tepat. Varietas Wilis jika diinokulasi dengan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
kombinasi FMA + FPF mampu meningkatkan hasil (2015). Deskripsi Varietas Unggul Aneka Ka-

42 JIPI. 21(1), 37-43 (2019)


PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN

cang dan Umbi. Agro Inovasi, Balitkabi, Ma- pada typic kanhapludults Lampung. J. Buana
lang. Sains, 12(1), 69-74.
Badan Pusat Statistik. (2016). Produktivitas Kedelai Oktaviani, S., Triyono. & Haryono, N. (2013). Analisis
Menurut Provinsi (kuintal/ha), 1993-2015. neraca air budidaya tanaman kedelai (Glycine
https://www.bps.go.id max [L.] Merr.) pada lahan kering. J. Teknik
Bertham, Y.H. (2002). Potensi pupuk hayati dalam Pertanian Lampung, 2(1), 7-16.
peningkatan produktivitas kacang tanah dan Pemprov Bengkulu. (2015). Geologi. http://
kacang kedelai pada tanah seri Kandanglimun bengkuluprov.go.id/profil/geografi/. Diakses 2
Bengkulu. JIPI. 4(1), 18-26. Februari 2017 [Online].
Bertham Y.H., Pabianto J. & Nusantara, A.D. Prasetyo, B.H., Santoso D. & Retno, L. (2009).
(2010). Aplikasi Rhizobium dan fungi pelarut Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk
fosfat dalam rangka meningkatkan serapan hara Petunjuk Teknis Edisi 2. Balai Penelitian Tanah,
N dan P pada beberapa genotipe kedelai di Ultisol. Bogor.
Prosiding Semirata Bidang Ilmu–Ilmu Pertanian Pratiwi, E., Santoso. & Turjaman, M. (2012). Penentuan
Tahun 2010. BKS PTN Wilayah Barat. dosis bahan pembenah tanah (Amelioran) untuk
Bertham, Y.H., Handajaningsih, M. & Ganefianti, perbaikan tanah dan tailing pasir kuarsa sebagai
D.W. (2013) Ujicoba budidaya cabai organik di media tumbuh tanaman hutan. J. Penelitian
lahan pesisir Bengkulu. Prosiding Semirata Bi- Hutan dan Konservasi Alam, 9(2), 163-174.
dang Ilmu – Ilmu Pertanian Tahun 2013. BKS Purwaningsih, S. (2001). Pengaruh mikroba tanah
PTN Wilayah Barat. terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai
Elpawati S.D., Stephani, & Dasumiati. (2015). Opti- (Glycine max L.). Berita Biologi, 5(4), 373-378.
malisasi penggunaan pupuk kompos dengan penam- Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2015).
bahan Effective Microorganism 10 (EM10) pada Keragaman Kedelai Indonesia : Perkembangan Ekspor
produktivitas tanaman jagung (Zea mays [L.]). dan Impor Kedelai di Indonesia. Kementerian
J. Al-Kauniyah 8(2), 77-87. Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
Fatimah, V.S. & Saputroh, T.B. (2016). Respon karakter Sapareng, S., Idris, M.Y., Akbar, T.W. & Arzam,
fisiologis kedelai (Glycine max [L]) varietas T.S.A. (2017). Pengaruh pedia tanah dan bebera-
Grobogan terhadap cekaman genangan. J. Sains pa jenis pupupk organik terhadap pertumbuhan
dan Seni ITS, 5(2), 71-77. dan produksi tanaman jagung. J. Agrosains dan
Gomez, K.A. & Gomez, A.A. (1984). Statistical Procedures Teknologi, (2(1), 44-60.
for Agricultural Research. John Wiley & Sons., Simanjuntak, A., Rosanty, R. & Purba, E. (2013).
Singapore. Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah
Gunadi, S. (2002). Teknologi pemanfaatan lahan marginal (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian
kawasan pesisir. J. Teknologi Lingkungan, 3(3), pupuk NPK dan kompos kulit kopi. J. Online
232-236. Agroekoteknol., 1(3), 362-373.
Hajoeningtijas, D.O. (2009). Ketergantungan tanaman Sumarno. (2011). Perkembangan Teknologi Budi
terhadap mikoriza sebagai kajian potensi pupuk Daya Kedelai di Lahan Sawah. J. Iptek Tanaman
hayati mikoriza pada budidaya berkelanjutan. J. Pangan, 6(2), 139-151.
Agritech, 9(2), 125-136. Suprapto, H.S.(2001). Bertanam Kedelai. Penebar
Marbun, S., Sembiring, M. & Bintang. (2015). Swadaya, Jakarta.
Aplikasi pelarut fosfat dan bahan organik untuk Suriadikarta, D. & Simanungkalit. (2006). Pupuk
meningkatkan serapan P dan pertumbuhan kentang Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang
pada Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung. Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian
J. Agroekoteknol., 4(1), 1651-1658. dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Nurbaity, A., Herdiyantoro, D. & Setiawan, A. (2007). Widiastuti, E. & Latifah, E. (2016). Keragaan pertumbuhan
Aplikasi fungi mikoriza arbuskula dan bahan organik dan biomassa varietas kedelai (Glycine max [L])
untuk meningkatkan ketahanan tanaman jagung di lahan sawah dengan aplikasi pupuk organik
terhadap kekeringan. Prosiding Seminar dan cair. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(2), 90-
Kongres Nasional MKTI VI. Bogor. 97.
Nurida, N.L., Rachman, A. & Sutono. (2012). Potensi Yuwono, W.N. (2009). Membangun kesuburan tanah
pembenah tanah Biochar dalam pemuliaan sifat di lahan marginal. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan,
tanah terdegradasi dan peningkatan hasil jagung 9(2), 137-141.

JIPI. 21(1), 37-43 (2019) 43

You might also like