You are on page 1of 9

PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

SISTEM EPHEMRIS HISAB RUKYAT

A. Dalil Syar’i

Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an QS An Nisa (4):103, sebagai berikut :

Artinya : ... sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya
bagi orang-orang yang beriman “
Diantara hadits-hadits Rasulullah SAW yang menerangkan tentang waktu-waktu shalat
adalah hadits sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahamad, An Nasay dan At Turmudzi,
yaitu sebagai berikut :

ِ ‫ْـر َحـتَّـى زَ ا لَـ‬


‫ت‬ ُّ ‫ـصـلَّـى‬
َ ‫الـظـه‬ َ َ‫ـصـلّـِـ ِه ف‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ُ‫ـال لَـه‬
‫ْـر يْـ ُل عَـلَـيْـ ِه الـسَّـالَ ُم فَـقَ َـ‬
ِ ‫ َجـا َء هُ ِجـب‬...
ْ ‫ـار ِظـلُّ ُكــِ ّل َش‬
‫ـي‬ َ ‫ص‬ َ ْ‫ـصـلَّـى ْالـ َعـص‬
َ َ‫ـر ِحـ ْيـن‬ َ َ‫ـصـلِّـ ِه ف‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫ال‬ َ ْ‫الـ َّشـ ْمـسُ ثُـ َّم َجـا َء هُ ْالـ َعـص‬
َ َ‫ـر فَـق‬
ِ ‫ب ِحـ ْيـنَ ُو ِجـبَـ‬
‫ت‬ َ ‫ـر‬ ِ ‫ـصـلَّى ْالـ َمـ ْغ‬
َ َ‫ ف‬, ‫ـصــِلّـ ِه‬
َ َ‫ال قُـ ْم ف‬
َ َ‫ب فَـق‬
َ ‫ـر‬ ِ ‫ ثُـ َّم َجـا َء هُ ْالـ َمـ ْغ‬, ُ‫ٍء ِم ْـثـلَـه‬
ُ‫ق ثُـ َّم َجا َء ه‬
ُ ‫َاب ال َّشـفَـ‬
َ ‫ـعـ َشا َء ِحـ ْيـنَ غ‬ ِ ‫ـصـلَّى ْال‬
َ َ‫ـصــِلّـ ِه ف‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫ال‬ ِ ‫ ثُـ َّم َجا َء هُ ْال‬, ُ‫ال َّشـ ْمـس‬
َ َ‫ـعـ َشا َء فَـق‬
‫ ثُـ َّم‬, ‫ال َسـِطـ َع ا ْلـفَـجْ ـ ُـر‬
َ َ‫ق ْالـفَـجْ ـ ُر أَ وْ ق‬ ‫ـصـلَّى ْالـفَـجْ َـ‬
ِ َ‫ـر ِحـ ْيـنَ ب‬
َ ‫ـر‬ َ َ‫ـصــِلّ ِه ف‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫ال‬َ َ‫ـر فَـق‬َ ْ‫ْالـفَـج‬
‫ـي ٍء‬ْ ‫ار ِظـلُّ ُكـِ ّل َش‬ َ ‫ص‬َ َ‫ْـر ِحـ ْيـن‬ َ َ‫ـصــِلّ ِه ف‬
َ ‫ـصـلَّى الـظُـه‬ َ َ‫َجا َء هُ ِمـنَ ْالـغَـ ِّد للظُـ ْهـِر فَـق‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫ال‬
ْ ‫ار ِظلُّ ُكـِ ّل َش‬
‫ـي ٍء‬ َ ‫ص‬ َ ْ‫ـصـلَّى ْالـ َعـص‬
َ َ‫ـر ِحـ ْيـن‬ َ َ‫ـصـِلّ ِه ف‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫قال‬ َ ْ‫ِم ْـثـلَـهُ ثُـ َّم َجا َء هُ ْالـ َعـص‬
َ َ‫ـر ف‬
ُ‫ِم ْـثـلَـيْـ ِه ثُـ َّم َجا َء ه‬
َ َ‫ـف اللَّـ ْيـِل أَوْ ق‬
‫ال‬ ُ ْ‫َـب نِـص‬ َ ‫ـعـ َشا َء ِحـ ْيـنَ َذ ه‬ ِ ‫ب َو ْقـتًا َوا ِحـدًا لَ ْم يَـزَ لْ عَـ ْنـهُ ثُـ َّم َجا َء هُ ْال‬
َ ‫ْالـ َمـ ْغـِر‬
‫ـصـلَّى ْالـفَـجْ َـ‬
, ‫ـر‬ َ َ‫صـِلّـ ِه ف‬ َ َ‫ـعـ َشا َء ثُـ َّم َجا َء هُ َحـ ْيـنَ ا سْـفَـ َّر ِجـ ًّدا فَق‬
َ َ‫ قُـ ْم ف‬: ‫ال‬ ِ ‫ـصلَّى ْال‬
َ َ‫ ف‬, ‫ـث اللَّـ ْيـِل‬
ُ ُ‫ثُـل‬
)‫ الـتـر م زى‬, ‫ الـنـسـأى‬, ‫(رواه أحـمـد‬ ٌ ‫ َمابَـ ْيـنَ هـ َذ ْيـِن ْال َو ْقـتَـيْــِن َو ْق‬: ‫ال‬
. ‫ـت‬ َ َ‫ثُـ َّم ق‬

Terjemahannya:… Telah datang kepada Nabi Muhammad saw Jibril as lalu berkata kepadanya:
bangunlah! lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat Dzuhur di kala matahari
tergelincir, kemudian datang lagi ia di lain waktu kepada Nabi saw di waktu Ashar
lalu berkata: bangunlah lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat Ashar di kala
bayang-bayang sesuatu sama dengan panjang bendanya, kemudian ia datang lagi
diwaktu Maghrib lalu berkata: bangunlah lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat
Maghrib dikala matahari terbenam, kemudian dilain waktu ia datang di waktu
Isya' lalu berkata: bangunlah lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat Isya di kala
mega merah di ufuk Barat telah terbenam, kemudian ia datang lagi diwaktu fajar

1
lalu berkata: bangunlah lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat Fajar (Shubuh) di
kala fajar menyingsing atau diwaktu fajar bersinar, kemudian Jibril as datang lagi
pada hari lain di waktu Dzuhur, lalu berkata kepada Nabi saw: bangunlah lalu
salatlah, kemudian Nabi saw salat Dzuhur di kala bayang-bayang sesuatu benda
sama dengan
panjangnya, kemudian datang lagi diwaktu Ashar dan berkata: bangunlah lalu
salatlah, kemudian Nabi saw salat Ashar di kala bayang-bayang suatu benda dua
kali panjang benda itu, kemudian ia datang lagi diwaktu Maghrib dalam waktu
yang sama dan tidak bergeser dari waktu yang semula sebagaimana sebelumnya,
kemudian ia datang lagi kepada Nabi saw diwaktu Isya' di kala telah berlalu
separuh malam, atau telah hilang sepertiga malam, kemudian Nabi saw salat
Isya', selanjutnya ia datang lagi kepada Nabi saw di kala telah muncul cahaya
benar (terang) di ufuk Timur dari sinar matahari yang sebentar lagi terbit lalu
berkata: bangunlah lalu salatlah, kemudian Nabi saw salat fajar (Shubuh),
kemudian Jibril as berkata kepada Nabi Muhammad saw: bahwa saat atau waktu-
waktu di antara dua waktu tersebut di atas adalah batas awal dan akhir dari
waktu-waktu salat fardhu.

Ketentuan waktu shalat yang diterangkan atau ditunjukkan oleh Rasulullah SAW
sebagaimana hadits di atas hanyalah fenomena alam, itu dijadikan sebagai dasar dari
penentuan waktu-waktu shalat fardhu. Akan tetapi persoalan muncul bagi kita adalah ketika
langit mendung dan matahari tidak memantulkan sinarnya atau langit saat itu tidak
bersahabat dengan kita sehingga sulit mendeteksi posisi matahari untuk dijadikan dasar
penentuan awal dan akhir waktu shalat. Maka kaidah-kaidah matematika sebagaimana
prinsip ilmu ukur segitiga bola adalah sebagai kunci untuk memecahkan persoalan dimaksud.
Keseluruhan metode dan sistem tentang astronomi moderen yang berdasarkan kajian hisab
syar'i dalam menentukan waktu-waktu shalat fardhu tersebut sangatlah dibutuhkan jika tidak
dikatakan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat muslim.
Berdasarkan hadits di atas, maka dapat diketahui batas-batas waktu shalat sebagai berikut
:
 Shalat dzuhur dimulai sejak matahari tergelincir sampai bayAng sesuatu sama atau
dua kali panjangnya.
 Shalat ashar dimulai sejak bayag-bayang sesuatu sama panjangnya atau dua kali
panjangnya sampai matahari menguning.
 Shalat maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai hilang mega merah.
 Shalat isya’ dimulai sejak hilangnya mega merah sampai tengah malam atau terbit
fajar.
 Shalat subuh sejak terbit fajar sampai terbit matahari.
 Waktu syuruq adalah waktu saat matahari terbit sebagai batas akhir waktu subuh.

2
B. Kedudukan Matahari Pada awal Waktu Shalat

Kedudukan matahari pada awal-awal waktu shalat tersebut menurut ilmu hisab adalah
sebagai berikut :
1). Waktu dzuhur
Waktu dzuhur dimulai sesaat seluruh bundaran matahari terlepas dari titik kulminasi atas,
atau seluruh bundaran matahari terlepas dari meridian langit.
Mengingat sudut waktu itu dihitung dari meridian, maka ketika matahari di meridian
tentunya mempunyai sudut waktu 00 dan pada saat itu waktu menunjukkan jam 12
menurut waktu hakiki. Pada saat itu waktu pertengahan belum tentu menunjukkan jam
12, melainkan kadang masih kurang atau bahkan sudah lebih dari jam 12 tergantung nilai
equation of time (e).
Oleh karenanya, waktu pertengahan pada saat matahari berada di meridian (Meridian
Pass) dirumuskan MP= 12 – e. Sesaat setelah waktu inilah sebagai permulaan waktu
dzuhur dan waktu ini pula sebagai pangkal hitungan untuk awl waktu-waktu shalat
lainnya,
2). Waktu ashar
Pada awal waktu shalat ashar dimulai ketika bayangan matahari sama dengan benda
tegaknya, artinya pada saat matahri berkulminasi atas membuat bayangan senilai 0 ( tidak
ada bayangan) maka awal waktu shalat ashar dimulai sejak bayangan matahari sama
panjangnya dengan benda tegaknya. Tetapi apabila pada saat matahri berkulminasi sudah
mempunyai bayangan sepanjang benda tegaknya maka awal waktu shalat di mulai sejak
panjang bayangan matahari itu dua kali panjang benda tegaknya.
Oleh karena itu, kedudukan matahari atau tinggi matahari pada posisi waktu ashar ini
dihitung dari ufuk sepanjag lingkaran vertikal ( has ) dirumuskan :

[…] = harga mutlak


cotan has = tan [φ – δ ] + 1 φ = lintang tempat
δ = deklinasi matahri

3). Waktu maghrib


Waktu maghrib adalah waktu matahari terbenam. Dikatakan matahari terbenam apabila menurut
pandangan mata piringan atas matahari bersinggungan degan ufuk.

3
Perhitungan tentang kedudukan maupun posisi benda-benda langit, termasuk matahari, pada
mulanya adalah perhitungan kedudukan posisi titik pusat matahari diukur atau dipandang dari titk
pusat bumi, sehingga dalam melakukan perhitungan tentang kedudukan matahri terbenan kiranya
perlu memasukkan koreksi-koreksi berupa kerendahan ufuk atau Dip (D’), refraksi cahaya dan
semidiameter. Atas dasar itu, kedudukan matahari atau tinggi matahari pada posisi awal waktu
maghrib dihitung dari ufuk sepanjang lingkaran vertikal ( h mg ) dirumuskan dengan :
hmg = 00 - SD - Refraksi - Dip
Perhitungan harga tinggi matahari pada awal waktu maghrib dengan rumus di atas sangat
dianjurkan apabila untuk perhitungan awal bulan dan pembuatan jadwal Imsakiyah
Ramadhan . Tetapi apabila untuk perhitungan awal waktu shalat cukup dengan hmg = -10
4). Waktu isya’
Begitu matahari terbenam di ufuk barat, permukaan bumi tidak otomatis langsung
menjadi gelap. Hal ini terjadi karena ada partikel-partikel berada diangkasa yang
membiaskan sinar matahari, sehingga walaupun sinar matahari sudah tidak mengenai
bumi namun masih ada bias cahaya dari partikel-partikel itu. Dalam ilmu falak dikenal
dengan cahaya senja atau twilight.
Ketika posissi matahari berada antara -120 sampai -180 dibawah ufuk permukaan bumi
menjadi gelap, sehingga benda-benda di lapangan terbuka sudah tidak dapat dilihat batas
bentuknya dan pada waktu itu semua bintang, baik yag bersinar terang maupun yang
bersinar lemah sudah tampak. Mulai saat itulah para astronom memulai kegiatannya
meneliti benda-benda langit. Keadaan seperti ini dalam astronomi dikenal astronomical
twilight.
Oleh karena pada posisi matahari -180 di bawah ufuk malam sudah gelap karena telah
hilang bias partikel, maka dietetapkan awal waktu isya apabila tinggi matahari berada
pada posisi -180. Oleh sebab itu his = -180
5). Waktu subuh
Demikian pula keaadaan sebelum waktu subuh pun ada bias cahaya partikel, yag disebut
cahaya fajar. Pada saat cahaya fajar inilah posisi matahari -200 dibawah ufuk timur
dimana bintang-bintang sudah mulai redup karena kuatnya cahaya fajar. Oleh karenanya
ditetapkan bahw atinggi matahari pada waktu subuh (hsb ) adalah -200 hsb = -200
6). Waktu syuruq
Terbitnya matahari ditandai dengan piringan atas matahari bersinggungan dengan ufuk
sebelah timur, sehingga ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk waktu maghrib berlaku

4
pula untuk waktu syuruq. Oleh karena itu tinggi matahari pada waktu syuruq adalah
htb = -10

C. PROSES PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT


Perhitungan awal waktu-waktu shalat pada hakekatnya adalah perhitungan untuk
menentukan kapan (jam berapa) matahari mencapai kedudukan atau ketinggian tertentu
sesuai dengan kedudukannya pada awal waktu-waktu shalat tersebut.
Untuk melakukan perhitungan diperlukan penyediaan data dan rumus-rumus,
pemprosesan data dengan rumus yang tersedia dan penarikan kesimpulan.
1). Data dan rumus yang diperlukan :
a. lintang tempat (φ)
b. bujur tempat ()
c. deklinasi matahari (δ☼)
data deklinasi diambil dari table Ephemeris sebagai berikut :
δ☼ untuk shalat subuh jam 04:00 WITA, lihat pada jam 20:00 GMT di hari
sebelumnya (kemarin)
 δ☼ untuk syuruq atau terbit matahari jam 06:00 WITA, lihat pada jam 22:00
GMT di hari sebelumnya (kemarin)
δ☼ untuk shalat ashar jam 15:00 WITA, lihat pada jam 07:00 GMT
 δ☼ untuk shalat maghrib jam18:00 WITA, lihat pada jam 10:00 GMT

 δ☼ untuk shalat isya’ jam 19:00 WITA, lihat pada jam 11:00 GMT
d. equation of time (e)
data equation of time diambil sebagaimana pengambilan data deklinasi matahari
e. tinggi matahari ( h☼ ) :
 maghrib = -1º
 isya = -18º
 subuh = -20º
 syuruq = -1º
 Khusus ashar tinggi matahari dihitung dengan rumus : cotan has = tan [φ – δ ] + 1
f. rumus-rumus yang digunakan :
disamping rumus untuk menghitung tinggi matahari waktu shalat ashar sebagaimana
di atas, juga dibutuhkan rumus-rumus sebagai berikut :

5
 sudut waktu matahari (t☼ )
cos t ☼ = - tan φ . tan δ + sec φ . sec δ . sin h atau
cos t ☼ = - tan φ . tan δ + sin h : cos φ : cos δ atau
cos t ☼ = sin h : cos φ : cos δ - tan φ . tan δ
untuk shalat dzuhur t☼ = 0 , dengan demikian untuk shalat dzuhur h ☼ = 0 dan δ☼
tidak diperlukan karena tidak dibutuhkan
 Meridian Pass MP = 12 - e
 Koreksi Waktu Daerah (KWD) = bujur standard – bujur tempat
15
Untuk bujur standar berdasarkan Kepres No. 41 Tahun 1987 Republik Indonesia
dibagi dalam tiga daerah waktu, masing-masing seluruh propinsi di Sumatera,
Jawa dan Madura serta propinsi Kalbar dan Kalteng masuk daerah WIB dengan
bujur standard = 105 º Bujur Timur, seluruh propinsi di Sulawesi, propinsi
Kaltim dan Kalsel serta NTB, NTT dan Bali masuk daerah WITA dengan bujur
standard = 120 º Bujur Timur, kemudian propinsi Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Irian Jaya Barat masuk daerah WIT dengan bujur standar = 135
º Bujur Timur

2). Pemprosesan data


Langkah-langkah yang ditempuh :
a. menghitung sudut waktu matahari (t☼)
b. menghitung Meridian Pass
c. menghitung Koreksi Waktu Daerah
Langkah-langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil hitungan di atas pada rumus-
rumus awal waktu shalat yang bersangkutan. Rumus-rumus tersebut sebagai berikut :
a. untuk awal waktu shalat ashar, maghrib dan isya digunakan rumus :
MP + t ☼ + KWD
15
b. untuk awal waktu dzuhur digunakan rumus
0 + MP + KWD atau MP + KWD
c. untu awal waktu subuh dan syuruq digunakan rumus
MP - t ☼ + KWD
15

3) Pengambilan kesimpulan
Terhadap hasil hitungan di atas, untuk awal waktu shalat ashar, maghrib, isya dan subuh
perlu penambahan ikhtiyat sebesar 1 sampai 2 menit. Sedangkan untuk waktu syuruq

6
perlu dikurangi ikhtiyat sebesar 1 sampai 2 menit dan waktu imsak dikurangi dari awal
waktu shalat subuh sebesar 10 menit. Dan inilah sebagai kesimpulan awal waktu shalat
yang dicari/dihitung.

CONTOH PERHITUNGAN :

Awal waktu shalat untuk kota Manado


Pada tanggal 04Agustus 2008
( Markas Balai Diklat Keagamaan Manado )

Data :
1. Lintang tempat (φ) = 1º 30' LU
2. Bujur tempat () = 124º 54' BT
3. Deklinasi matahari :
a. ashar jam 07 GMT = 17º 07' 05"
b. maghrib jam 10 GMT = 17º 05' 04"
c. isya’ jam 11 GMT = 17º 04' 24"
d. subuh jam 20 GMT (hari sebelumnya) = 17º 14' 26" (tanggal 3 Agustus 2008)
e. syuruq jam 22 GMT (hari sebelumnya) = 17º 13' 06" (tanggal 3 Agustus 2008)

4. Equation of time :
a. ashar jam 07 GMT = -0º 6' 04"
b. maghrib jam 10 GMT = -0º 6' 04"
c. isya’ jam 11 GMT = -0º 6' 03"
d. subuh jam 20 GMT (hari sebelumnya) = -0º 6' 07"
e. syuruq jam 22 GMT (hari sebelumnya) = -0º 6' 07"
d. dzuhur jam 04 GMT = -0º 6' 05"

5. Tinggi matahari :
a. ashar cotan has = tan [φ – δ ] + 1
= tan (1º 30' - 17º 07' 05") + 1
= tan 15,61805556 + 1
= 1,279544741
has = 38º 0' 31,04"

b. maghrib = -1º
c. isya = -18º
d. subuh = -20º
e. syuruq = -1 º

6. Koreksi Waktu Daerah KWD = 120 – 124º 54'


15
= -0º 19' 36"
 awal waktu ashar

cos t ☼ = - tan φ . tan δ ☼ + sin h ☼ / coc φ / cos δ ☼


= - tan 1º 30' x tan 17º 07' 05" + sin 38º 0' 31,04" / cos 1º 30' / cos 17º 07' 05"
= 0,636479375

7
t ☼ = 50º 28' 12",74
12 - (-0º 6' 04") = 12 j 6 m 04 d
50º 28' 12",74 : 15 = 3 j 21 m 52 d,85
koreksi bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 15j 08m 20d,85
ikhtiyati 01m 39d,15 +
15 : 10 : 00
 awal waktu maghrib

cos t ☼ = - tan φ . tan δ ☼ + sin h ☼ / coc φ / cos δ ☼


= - tan 1º 30' x tan 17º 05' 04" + sin -1º / cos 1º 30' / cos 17º 05' 04"
= - 0,026312402
t ☼ = 91º 30' 27",95
12 - (-0º 6' 04") = 12 j 6 m 04d
91º 30' 27",95 : 15 = 6 j 06 m 1 d,86
koreksi bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 17j 52m 29d,86
ikhtiyati 01m 30d,14 +
17 : 54 : 00
 awal waktu isya’

cos t ☼ = - tan φ . tan δ ☼ + sin h ☼ / coc φ / cos δ ☼


= - tan 1º 30' x tan 17º 04' 24"+ sin -18º / cos 1º 30' / cos 17º 04' 24"
= - 0,331416598
t ☼ = 109º 21' 1",72
12 - (-0º 6' 03") = 12 j 6 m 03 d
109º 21' 1",72 : 15 = 7 j 17 m 25 d,15
koreksi bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 19j 03m 52d,15
ikhtiyati 01m 06d,85 +
19 : 05 : 00
 awal waktu subuh

cos t ☼ = - tan φ . tan δ ☼ + sin h ☼ / coc φ / cos δ ☼


= - tan 1º 30' x tan 17º 14' 26" + sin -20º / cos 1º 30' / cos 17º 14' 26"
= - 0,366359442
t ☼ = 111º 29' 28",5
12 - (-0º 6' 07") = 12 j 6 m 07 d
111º 29' 28",5 : 15 = 7 j 25 m 57 d,9 -
= 04j 40m 9d,1
koreksi bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 04j 20m 33d,1
ikhtiyati 01m 26d,9 +
04 : 22 : 00
 waktu syuruq

8
cos t ☼ = - tan φ . tan δ ☼ + sin h ☼ / coc φ / cos δ ☼
= - tan 1º 30' x tan 17º 13' 06" + sin -1º / cos 1º 30' / cos 17º 13' 06"
= - 0,026392599
t ☼ = 91º 30' 44",5
12 - (-0º 6' 07") = 12 j 6 m 07 d
91º 30' 44",5 : 15 = 6 j 06 m 2 d,97 -
= 06j 00m 4d,03
koreksi bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 05j 40m 28d,03
ikhtiyati 01m 28d,03 -
05 : 39 : 00
 awal waktu dzuhur

0 + MP + KWD atau MP + KWD

12 - (-0º 6' 05") = 12 j 6 m 05 d


koreski bujur = -0 j 19 m 36 d +
= 11j 46m 29d
ikhtiyati 01m 31d, +
11 : 48 : 00

Hasil perhitungan awal waktu shalat untuk kota Manado pada tanggal 04 Agustus 2008
( Markas Balai Diklat Keagamaan Manado )

Ashar Maghrib Isya Imsak Subuh Syuruq Dzuhur


15 : 10 17 : 54 19 : 05 04 : 12 04 : 22 05 : 39 11 : 48

You might also like