You are on page 1of 31
ian kata kawin dalam tulisan ini sama dengan kata nikah. kawinan sama dengan pernikahan, Perkawinan dipilih untuk 8) 95 pS lbs SS a kawinilah een anpiced ‘yang kamu senangi menghalalkan pergaulan seorang laki-laki d yang bukan muhrim, Akad itu menimbulkan diantara keduanya untuk hidup bersama dalam suatun dan memiliki keturunan yang dilangsungkan menurut | ketentuan syariat Islam. Pada salah satu hadits Nabi Muhammad SAW dikata perkawinan itu termasuk salah satu sunnah Rasul dan si tidak suka atau benci (ber'azam, bertekad atau berniat untul ‘melakukannya) berarti bukan umatnya. Hadits tersebut berb «stall Efi pals ably « pls mn ... Tetapi aku sembahyang, tidur, puasa, berbuka dat | Barangsiapa yang tidak menyukai sunnabku maka ia b tu, (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). an menyebutkan bahwa pernikahan atau p Ghalizhan” yang beracti perjanjian yang PERKAWINAN MeNunur ISLAM | 43 dengan ma’rif: Mahar, nafkah, dan pergaulan yang baik ini adalah hak istri. Sebaliknya istri berkewajiban mematuhi suami dalam hal- hal yang diridhai Allah dan memelihara kehormatannya di balik pembelakangan suaminya (lihat an-Nisa’, 4:34). Kepatuhan istri dan menjaga kehormatan ini adalah hak suami. Kewajiban suami adalah hak istri dan kewajiban istri adalah hak suami, begitu pula sebaliknya. Pasal 2, BAB Il, Dasar-dasar Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad atau perjanjian yang sangat kuat (mitsagan ghalizban) untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.* Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam perkawinan menurut Islam terdapat nilai-nilai ilahiyah atau makna religius. Setiap perbuatan akan bernilai ibadah jika dilaksanakan dengan tujuan ikhlas, untuk meneari ridha Allah, Oleh karena itu agar perkawinan itu termasuk ke dalam kategori ibadah, melaksanakannya haruslah dalam rangka meneari ridha Allah SWT atau ikhlas karena Allah SWT. Nabi Muhammad menolak pernikahan secara sembunyi- sembunyi dan memerintahkan orang muslim menikah di hadapan 2 (dua) orang saksi laki-laki yang adil, kemudian mengumumkan kepada orang banyak, bahkan menganjurkan untuk mengadakan Perayaan pernikahan yang biasa disebut dengan walimatul ‘ursy. Hal itu dicontohkan sendiri oleh beliau. Dengan demikian, perkawinan menurut Islam bukan hanya memiliki makna religius tetapi juga mengandung makna sosial. Dati perkawinan akan terbentuk sebuah keluarga. Satu-satunya cara yang sah membentuk keluarga dengan perkawinan yang sah. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga sangat terkait erat dengan Perkawinan, Keluarga yang diridhai Allah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang diridhai-Nya, _yakni Perkawinan yang sah menurut hukum perkawinan Islam. Begitu Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Bandung: Humaniora Utama Press,1991/1992, hal. 18. sanakannya termasuk ibadah serta ‘yang tidak kawin juga tak mendapat d sulamabiasanyamemberihukum padaperks n kondisinya. Yunahar Tlyas mengatakan ditentukan oleh beberapa variable, \pabila kelima hal ini ada pada seseorang, 1. Jika semuanya ada kecuali nomor 4, berarti wtuh dalam perzinahan, maka perkawinan b (tau sunnah, Jika nomor 4 dan 5 tidak ada, | fisiky dan mental, dan perempuan yang akan dinikahinya Jka ia tidak kawin dalam waktu dekat maka dikhawatirkan ia akan terjerumus ke dalam perbuatan maksiat, seperti zina Jaarena nafsunya untuk kawin sudah mendesak dan tidak ada jalan Jain untuk mengatasinya kecuali dengan kawin. Siapa saja yang menghalanginya berdosa. 3. Sunnah melaksanakan perkawinan bagi seseorang yang nafsunya ‘telah mendesak dan ia sudah mampu untuk kawin, tetapi ia masih bisa mengatasi gejolak nafsunya dengan menahan diri atau mengalihkan nafsunya ke hal-hal yang positif lain yang diridhai Allah SWT. 4, Haram melakasanakan perkawinan bagi sescorang seperti laki- Taki yang tidak mampu memenuhi nafkah materi untuk istri dan keluarganya, atau seseorang yang tidak mampu memberi | fa batin dan nafsunya tidak mendesak atau seseorang ikah tanpa tanggung jawab, atau s h esorey maksud untuk sara, 46 | ‘AenrRasip yang tidak berkei akan perkawinan, mi nnya kepada Allah, — seperti kaya, bagi seseorang kawin. Atau, jika ia melaksan: Jalai dalam menunaikan kewajiba tuk setiap perkawinan tidak harus melihat keadaan dan’ kawinan secara perkasu: Jadi, penetapan hukum unt dan tidak dapat dijeneralisir. Kita pelaku yang akan melaksanakan per menetapkan apa dan bagaimana hukumnya. Tujuan Perkawinan Perkawinan dalam Islam mempunyai beberapa tujuan. satu tujuan itv adalah untuk menyalurkan atau memenuhi kebu seksual (biologis) manusia. Perhatikan ayat ini: Sli ta I yell Ue 9 OSL terbadap istr-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesunggubnya mereka dalam hal ini tiada tere” (QS. al-Ma‘arij [70]: 29-30). 7 Al-Qur’an mengibaratkan para istri sebagai kebun atau tempat bercocok tanam bagi suaminya, dan suaminya adalah sebaga petani penggarap, sebagaimana tertera dalam surat al-Baqarah ini: ond Iph8Ss Ga ST ASS igh AI Gs SSL sal og ool ST ately a ial Artinya: stri-istrihamuadalab (seperti) ladang (tempat tanam) untukmu, maka datangilah sebagaimana saja kamu pea fee (2]:22 ‘merawat tanah ‘garapannya (istrinya), benih yang sampai tumbuh, besar dan bermanfaat.° Lebih bahwa tidaklah bijaksana jika seorang (petani) menanam benih di tanah yang tidak bagus. Oleh sebab itu, petani harus pandai memilih dan menentukan tanah garapannya. Kiasan ini berarti bahwa seseorang harus pintar memilih pasangan hidupnya. Petani harus pandai mengatur kapan menanam dan memanen. waktu ini tetap berlaku sekalipun terhadap tanah yang subur. Ta tidak boleh dipaksa berproduksi setiap saat. Kiasan ini berarti bahwa suami harus pandai mengatur masa kehamilan. Semua petani selalu berusaha untuk menghasilkan panen yang berkualitas. Kiasan ini menunjukkan bahwa suami harus berusaha menghasilkan anak yang berkualitas, yakni anak sehat, beriman dan bertakwa, dan ‘mampu menghadapi segala tantangan.” Jadi, ayat tersebut bukan hanya sekedar membicarakan persoalan hubungan seks dan suruhan melakukannya dengan istri saja, tetapi juga para suami harus bertekad untuk menjadi “Pak Tani yang berkualitas dan sukses.” Karena itu, ia harus menguasai ilmu pengetahuan dan wawasan tentang “tanah garapannya,” dan “bibit lunggul,” bagaimana agar lahan dan tanamannya “suci dari hama”, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Tujuannya adalah agar hasil panen yang akan diproduksinya berkualitas tinggi. Sungguh sangat tepat dan indah kiasan yang dipakai Allah dalam firman-Nya itu, Tslam memandang bahwa hubungan seksual antara suami dan ist adalah hubungan yang suci dan halal Islam menuntun umatnya hubungan seks itu dengan cara dan suasana yang , dan tidak boleh melakukannya dalam keadaan atau tempat ‘umaian Permata buat Anakku, Bandung: A-Bayan, 1998 Nm. 93. | Untaian..., him, 109- Repadamu tentang haid. Katakanl tad Ketoran oleh sebab itu bendable kama dari anita di waktu haid, dan janganlah kamu “sebelum mercka suc. Apabila mereka telah suc jereka di tempat yang diperitahkan Allah al-Bagarah [2]: 222). (Bismillabi, Allabumma Janibnasy aaa wa janibisy syaithina ma razagtana) atau membaca taa’wux dan ee _ ketika hendak melakukan hubungan seksual. < lwp _ Tyjuan lain perkawinan adalah memperoleh keturunan untuk menjagacksitensi manusia atau melestarikan spesies manusia di muka bumi, supaya umat Islam dapat bangkit melaksanakan kewajiban- Kewajibannya dan tolong-menolong dalam merealisasikan apa yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepadanya.? Berkenaan dengan ini Allah berfirman: ae oe chosen aie ee 2a (GEG lg i Us el S35 135! Gold SG ; Haig aS VE, Leite Ey G55 Le Hai sekalian manusia, bertagwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah kembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak — S. An-Ni 31) aera coke hud aati Arn Rasvip 50) Jslam, ketika umat Islam: i musuh yang jauh lebih bes Nabi Muhammad SAW menyuruh umatnya untuk mel perkawinan dengan perempuan yang berbakat punya sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Ahmad: ~ 4 Kawinlah dengan perempuan pecinta lagi bisa banyak ani agar aku nanti dapat membanggakan jumlabrnu yang bar hadapan para Nabi di hari kiamat. (Hadits Riwayat Al Pada masa permulaan mereka harus m¢ Walaupun hadits di atas dapat dipahami bahwa per adalah sarana untuk mencapai target menjadi umat yang ‘namun yang disuruh melaksanakan perkawinan itu adalah yang mampu untuk melaksanakan perkawinan, yakni m memikul tanggung jawab atau beban keluarga. Berkenaan de hal ini Allah SWT berfirman dalam surat an-Nur berikut: 5 me, Piess 8-195 1 ’ ery Oe DW pe BS EI G5) Y Gad! Dan orang-orang yang. tidak mampu melaksanakan Aawinan, hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga | memampukan mereka dengan karunia-Nya ... (QS. an-Nut “[241:33). 1 PERKAWINAN MENURUT ISLAM |51 les Ma I S49. ill Sadly es J Sb Hai, golongan pemuda! Jika di antara kamu ada yang mampu kawin hendaklah ia kawin, harena nanti matanya akan lebih terjaga dan kemaluannya akan lebih terpelihara. Dan bilamana ia belum mampu kawin, hendaklah ia berpuasa karena berpuasa itu dapat melemahkan nafsu syahwat, (adits Riwayat Jamaah) Hadits di atas menjelaskan bahwa kawin adalah salah satu cara untuk menjaga kesucian mata dan kemaluan dari perbuatan dosa atau cara yang diridhai Allah untuk menyalurkan nafsu syahwat (libido). Bagi orang yang belum mampu, berpuasa adalah solusi untuk mengendalikan hawa nafsu. Nabi juga berpesan kepada suami yang tergoda untuk berzina dengan perempuan lain supaya pulang menemui istrinya untuk menyalurkan nafsunya. Sabda Rasul SAW: Jika seseorang di antaramu tertarik Repada seorang perempuan, hendaklab ia datangi istrinya, agar nafsunya dapat tersalurkan, (Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud dan Tirmizi). Oleh sebab itu, perkawinan (hidup berumah tangga) adalah salah Satu sarana untuk menjaga kesucian, kemurnian, dan menjauhkan Seseorang dan keturunannya dari perbuatan zina. Selain itu, perkawinan juga bertujuan untuk memperoleh ke- tentraman jiwa, cinta dan kasih sayang."” Mengenai tujuan ini Allah SWT berfirman: 1, Perkawinan..., him. 2. Yang. demikian itu adalab lebih dekat kepada tidak — a. (QS. an-Nisa’, [4]: 3). sin eto fran junta et lak aks ee banyak sampai empat orang, Seorang yang sudah Iebih dari empat orang harus menceraikan istrinya jstri yang terikat nikah dengannya dalam wakeu iya empat orang. yang dipahami masyarakat Indonesia selama i ini, d dan ang sama juga terdapat dalam Kamus Umum Bal poligami adalah seorang laki-laki beristeri lebil n waktu bersamaan. Istilah yang tepat "menurut ah polygyny bukan polygamy karena kepada laki-laki yang beristert 54| ‘Apwi Rasvip dengan istilah monogamy. Hal ini dapat dipahami dari ungleay berikut: i. Anthropologists commonly distinguish three forms of marriage monogamy, the marriage of one man fo one woman; polygyny, the marriage of one man to two or more eran a (polyandry, the marriage of one women to two or more men. Tradisi poligami sudah ada selama berabad-abad, terutama dlipraktikdkan oleh laki-laki terpandang, seperti para raja, orang-orang Dangsawan, termasuk para nabi. Contohnya, nabi Ibrahim dan nabi Sulaiman, Nabi Muhammad SAW memiliki i pula para sahabat, seperti Abu Bakar pernah memiliki istri 4 orang, dan Umar bin Khaththab pernah memiliki istri 7 orang ri 9 orang. Begitu Kebolehan berpoligami pada ayat di atas sifatnya kasuistis sangat terkait dengan kekhawatiran berlaku aniaya atau tidak berlaku adil tethadap perempuan yatim. Agar tidak berlaku aniaya atau tidak adil terhadap seorang perempuan yatim yang dikawini, maka Allah memberikan solusi pada kasus tersebut dengan membolehkan lak Jaki yang bersangkutan melakukan poligami dengan perempuat- Perempuan yang bukan yatim sampai empat orang. Kebolehan itt pun dengan syarat harus berlaku adil kepada keempat istri tersebut Jika tidak sanggup berlaku adil terhadap keempat istri itu mala cukup kawin dengan seorang perempuan saja (monogami). Ayit tersebut diakhiti dengan dzdlika adna alld ta°iti, (“Yang demikial Peaiciuane ee tidak berbuat aniaya”). Pemahamal bahwa pilihan pesreits Hikes, ic I Monogami akan mendekatkan seseorane untuk tidak berlaku zalim atau ani r rentan terh: aya. Perkawinan poligami mem! adap prilaku tidak adil dan tindakan kezaliman terh: d “* Ralp Beals, An Introductio Ine, 1977, him. 391" {2 Anthropology, New York: Macmillan Publishiné © Faqihuddin Abdul Kodir, ‘ ‘Memilih Mon igi Caen orang yang belum memiliki pasangan (laki-laki atau ). Oleh karena itu, ayat al-Qur'an itu justru menganjurkan monogami." Sejalan dengan itu, dalam A/-Qur'an mabnya, kata \g>S3lg diartikan dengan “kawinkanlah”. tnya dijelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah lah laki-laki_yang belum kawin atau perempuan yang tidak ii, dibantu agar mereka dapat kawin."* a surat an-Nisa’ [4]: 129 Allah menegaskan bahwa para ‘yang berpoligami tidak akan sanggup berlaku adil terhadap ya walaupun sudah berusaha untuk melakukannya. geupan suami yang berpoligami untuk berlaku adil ulullah SAW, pelaku poligami pun mek enenantunya) memadu oa Fatimah empuanku adalah darah dagingku. Kalau ia dibuat — berarti aku pun dibuat tidak senang, dan kalau ia berarti aku disakiti. (Riayat Bukhari dan Muslim). bs > ‘i _ Pemyataan Rasul melarang Alimemadu Fatimah itu merupakan gambaran bahwa perempuan yang dimadu itu tidak senang dan cenderung disakiti serta tidak seorang pun dari orang tua yang relajika puterinya dimadu termasuk Rasul sendiri. Hadits di atas terdapat di dalam beberapa kitab Hadits, kitabu al-sittah, yakni Shabih Bukhari dalam bab nikah, yakni hadits ke 4829; Shahih Muslim bab Fadhail Ashhabah, yakni hadits ke 4482; Sunan Abu Dawud dalam bab al- Nikah,yakni hadits ke 1773. dan Sunan Ibn. Majah dalam bab nikah, yakni hadits ke 1988; Suan Atturmizi, dalam bab Al-Manakib, ke 3804, dan Musnad Abmad bin Hanbal, yakni hadits 38 salah seorang tokoh pembaharu, sahabat dan duh, pejuang nasib perempuan, abli hukum c riral-mar'ah, meng: bahv ami bahwa Islam pada dasarny, mi dalam hal perkawinan, 58| Apt Rasvip alasan bagi orang yang memahi menganut asas atau prinsip monoga! : Titan Unde Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut asas monogami (Pasal 3:1), tetapi membuka peluang untuk poligami. Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk berpoligami (Pasal 3:2). Pengadilan akan mengizinkan suami tersebut berpoligami apabila istri yang ada tidak dapat menjalankan Kewajiban sebagai istri, mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat melahirkan keturunan (lihat Pasal 4). Pasal 5:1 mengatur bahwa untuk mengajukan permohonan poligami kepada Pengadilan, suami harus melengkapi syarat, yaitu persetujuan istri atau istri-istri, kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istr dan anak-anak mereka, adanya jaminan bahwa suami akan berlakw adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Pada pasal 5:2 dinyatakan bahwa persetujuan istri tidak diperlukan jika istri tidak mungkin dimintai persetujuannya. Pasal 5:2 tersebut memberikan pemahaman bahwa Pengadilan (Majelis Hakim) memiliki otoritas untuk mengizinkan suami berpoligami. Pasal 4 menunjukkan bahwa istri dituntut melakukan pelayanan sempurna kepada suami, dan fungsi reproduksi istri tidak boleh terganggu. Jika alat reproduksinya terganggu, akan menjadi alasan suami untuk kawin lagi. Bila dicermati dengan cerdas, izin Pengadilan dan dua alasan terakhir adalah yang berada di luar kemampuan istti Tidak ada istri yang menginginkan dirinya cacat, sakit, atau mandul. Semua itu adalah takdir dari Allah SW'T. Hal ini perlu direnungkas, ditinjau ulang, dan dikritisi. Apakah aturan tersebut sudah memenuhi hak istri rasa kemanusiaan dan syarat keadilan? Bagaimana denge? rumusan mitsigan gholidzan? (yang terdapat dalam BAB II, Pasal 3 KEI) dan apa yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan labit athin? (terdapat dalam BAB 1, Pasal 1 UURI No. 1/1974 tentang Perkawinan), wi PERKAWINAN MeNURUT Io BAB IX, Pasal 55-59, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHD juga mengatur poligami, yang isinya hampir sama dengan Undang-Undang Perkawinan, Hanya di akhir Pasal 59 dinyatakan bahwa terhadap penetapan Pengadilan Agama, mengajukan banding atau kasasi, Meskipun de: kembali karena dalam prakteknya tidak efektif: Berkaitan dengan poligami [59 istri atau suami dapat mikian perlu ditinjau dan efisien. KH. Mas Mansyur, seorang ulama yang berwawasan Tuas, tokoh nasional “Empat Serangkai” dan mantan Ketua PP Muhammadiyah, jauh sebelum Undang- undang Perkawinan dibuat, menyatakan bahwa poligami hanya boleh dilaksanakan jika keadaan memaksa. Apabila seorang laki- laki hendak berpoligami, maka ia harus bermusyawarah terlebih dabulu dengan istrinya yang pertama atau istrinya yang lain, Jika ini tidak dilakukannya berarti ia melanggar hak istri. Jika istrinya itu memperkenankannya, ia harus membagi (secara adil) segala- galanya untuk kedua istrinya itu.!? Walupun Mas Mansyur tidak menjelaskan seperti apa keadaan memaksa, pandangan beliau lebih manusiawi dengan memperhatikan hak istri, dan lebih berhati-hati, atau mungkin lebih mendekati keadilan, dalam membahas poligami ini bila dibandingkan dengan Undang-undang RI no. 1 Tahun 1974. Sifat Perkawinan Sifat perkawinan dalam Islam pada dasarnya adalah abadi atau lestari sampai akhir hayat,artinya tak terceraikan. Akan tetapi, dalam keadaan yang “sangat mendesak dan tidak ada jalan lain serta dengan alasan yang tepat” perceraian dibolehkan, Rasul memperingatkan bahwa meskipun dibolehkan, cerai adalah perbuatan halal yang paling dibenci Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: Pemikiran tentang , Hak Suami Istri dalam KH Mas Mansyur ee = ale ‘ed. Amir Hamzah. Yogyakarta: Hanindita, Islam dan Muhammadiyah, 33, dan tidaknya suatu pekerjaan te teta pe dan meminang adalah syarat si Herve Lipgyond-ap n pengantin. Calon pengantin atau mempelai terdiri atas lon pengantin laki-laki yang akan menjadi suami atau calon ‘Stami, dan calon pengantin perempuan yang akan menjadi © Sa atau calon ists. Keduanya harus memenuhi syarat setuju ~~ (tidak terpaksa) untuk dinikahkan dan tidak terdapat halangan ty perkawinan di antara mereka, 2 2, Akad nikah. Akad nikah (shigha?) nikah adalah serah terima. __Shighat ini terdiri atas ijab (pernyataan kehendak menyerahkan engantin perempuan dati pihak walinya) dan qabul (pemnyataan Kkehendak menerima dari pibak pengantin laki-laki). Jad, tab Be TRebal adalah Bernyatuah atin ucapan Setah Weise nah pihak wali pengantin perempuan dan pengantin Jaki-laki, 3. Wali pengantin perempuan, Wali pengantin perempuan 4 "atau wali nikah adalah seorang laki-laki yang bertindak untuk _ menikahkan pengantin perempuan itu. Wali nikah adalah salah j ang dari 4 (empat) kelompok. Pertama, kelompok kerabat ‘garis lurus ke atas,yakni ayah, kakek dari pihak 62 | Agni Ras¥iD mereka. Yang paling berhak di antara mereka adalah kelompok pertama. Laki-laki yang: paling dekat hubungan atau derajay kekerabatannya dengan calon mempelai perempuan lebih didahulukan dari yang lain. Kerabat kandung lebih didahulukan, daripada kerabat yang seayah. Kerabat Jaki-laki yang lebih tug lebih didahulukan dari kerabat laki-laki yang muda. Jika wali nikah yang paling berhak urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah atau oleh Karena wal nikah itu menderita qu atau wzur, maka hak menjadi wal h menurut derajat berikutnya. Wal Talam bars dapat bertindak sebagai wali nikah apabila val masab (walt hubungan darah) tidak ada atau tidak munglin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atan gaib. Jika wali nasab menolak maka wali hakim dapat bertindak seb: putusan Pengadilan Agama. Ini berarti hakim menjadi wali nikah dalam hal ini harus melalui proses Pengadilan Agama terlebih dahulu. tuna wicara, tuna run) Dergeser kepada wali nikal atau enggan atau tidak mau, agai wali nikah setelah ada bahwa penetapan wali 4, Duaorang saksi. Setiap perkawinan harus disaksikan oleh du orang saksi laki-laki Muslim, adil, akil baligh, tidak tergangev ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli. Kedua saksi tersebut harus hadir dan langsung menyaksikan akad nikah seta menandatangani Akta Nikah pada waktu dan di tempat akad nikah berlangsung.” Perkawinan yang Diharamkan __Perkawinan yang haram dalam Islam adalah perkawinan yang tidak sah, dan perkawinan tersebut dilarang dan dianggap tidak ada. Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam a indonesia, Bandung: Humatia Utama Press,1991/1992, him. 20-21, PeRKawiNAN MenuRUt [stam |63 Selain perkawinan yang tidak cukup rukun dan syaratnya, ada lagi perkawinan yang dilarang, dan hukum melaksanakannya haram. Al- Qur'an menegaskan bahwa ada beberapa perempuan yang terhalang atau haram dikawini, yaitu yang bersifat mutlak dan selamanya, dan yangbersifatsementara, Perkawinan yang diharamkan selamanyaatau bersifat mutlak ada 3 (tiga) macam, yaitu haram karena keturunan atau hubungan darah; haram karena persusuan dan haram karena perkawinan. Halangan karena keturunan atau hubungan darah, yakni mengawini, ibu, nenek, dan seterusnya ke atas; anak kandung, cucu, dan seterusnya ke bawah, saudara perempuan (baik sekandung, seibu maupun seayah), bibi atau saudari bapak, kakek atau ibu atau nenek, dan seterusnya ke atas, keponakan perempuan atau anak perempuan dari saudara atau saudari, dan seterusnya ke bawah; karena hubungan sepersusuan yakni ibu susu, saudari sepersusuan, anak dari mereka dan orang-orang yang diharamkan oleh sebab keturunan, diberlakukan haram pula pada sepersusuan; karena hubungan perkawinan (semenda), yakni ibu tiri atau istri dari bapak termasuk janda dari bapak walaupun bapak belum menyetubuhinya, mantan istri yang dicerai karena /i’an, mertua perempuan atau mantan mertua dan seterusnya sampai ke atas, anak tiri yang ibunya telah disetububi atau anak perempuan dari istri yang dibawah tanggungan dan seterusnya sampai ke bawah, menantu atau mantan menantu dan seterusnya sampai ke bawah. Ketentuan ini terdapat dalam al-Qur’an sebagai berikut: oo Led G3 Sills SS ba Igo Yo Janganlah kamu kawini perempuan yang telah dikawini oleh bapakmu ... (QS. an-Nisa'[4): 22). pRiles Stssy pBilgbls pls ated ae Sah pBigsls pbsaces Sl pbitls 2541 Sts ei S Pencavanay Menon Ista 163 Selain perkawinan yang tidak cukup rukun dan syaratnya, ada lagi perkawinan yang dilarang,dan hukum melaksanakannya haram, Al- Qur'an menegaskan bahwa ada beberapa perempuan yang terhalang atau haram dikawini, yaitu yang bersifat mutlak dan selamanya, dan yangbersifatsementara, Perkawinan yang diharamkan selamanyaatau bersifat mutlak ada 3 (tiga) macam, yaitu haram karena keturunan atau hubungan darah; haram karena persusuan dan haram karena perkawinan. Halangan karena defurunan atau bubungan darab, yakni mengawini, ibu, nenek, dan seterusnya ke atas; anak kandung, cucu, dan seterusnya ke bawah, saudara perempuan (baik sekandung, seibu maupun seayah), bibi atau saudari bapak, kakek atau ibu atau nenek, dan seterusnya ke atas, keponakan perempuan atau anak perempuan dati saudara atau saudari, dan seterusnya ke bawah; karena hubungan sepersusuan yakni ibu susu, saudari sepersusuan, anak dari mereka dan orang-orang yang diharamkan oleh sebab keturunan, diberlakukan haram pula pada sepersusuan; karena Aubungan perkawinan (semenda), yakni ibu tiri atau istri dari bapak termasuk janda dari bapak walaupun bapak belum menyetubuhinya, mantan istri yang dicerai karena /i'an, mertua perempuan atau mantan mertua dan Seterusnya sampai ke atas, anak tiri yang ibunya telah disetubuhi atau anak perempuan dari istri yang dibawah tanggungan dan seterusnya sampai ke bawah, menantu atau mantan menantu dan seterusnya sampai ke bawah. Ketentuan ini terdapat dalam al-Qur'an sebagai berikut: ooh SiEle SS Us Iga Y5 Jangantab kamu kawini perempuan yang telah dikarwini oleb Papakmu... (QS. an-Nisa[4]: 22). £ wg kay bl ls il A Sa es xually 31 Sli a 3 ee, 64 | Arn Rasyip Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuan bapakmu, saudara- saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki anak-anak perempuan dari saudara perempuan, ibu-ibumu yang menyusukanmu, saudara-suadara sepersusuan dengan mu, ibu-ibu dari istrimu (mertua), anak-anak tirimu dari perempua yang tela kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan mercka (dan sudab kamu ceraikan) maka tidak haram atas mu, istri-istri dari anakmu dan yang haram juga menghimpun dua perempuan bersaudara . . (QS. An-Nisa [4]: 23). I chs BGS KL Y) LD Ge bladtlis Dan diharamkan juga kamu mengawini perempuan yang ber- suami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (6udak-budak perempuan yang ditawan tetapi suami mereka tidak ikut tertawan) Demikianlah yang telah ditetapkan Allah atas kamu. - - (QS. an-Nisa’, 4: 24). Perkawinan yang diharamkan untuk semen. saudara perempuan dari istri ketika masih terik: (memadu dua orang perempuan yang bersauda: waktu adalah perkawinan sah ), istri sah laki- Jaki lain (an-Nisa’, 4: 23-24 di atas) termasuk memadu bibi dan I Prnxawiwan Mesunerr Ista [65 keponakan, perempuan yang sedang dalam keadaan iddah, bekas istri yang ditalak tiga atau dili’an, perkawinan yang dilaksanakan ketika sedang ihram (hadits dari Usman dan diriwayatkan oleh Muslim), perkawinan dengan orang musyrik, perkawinan dengan orang Murtad, pezina, perkawinan dengan perempuan untuk dijadikan istri ke lima ketika sedang terikat perkawinan sah dengan empat orang istri, dan budak ketika mampu kawin dengan perempuan merdeka.”* Kompilasi Hukum Islam Indonesia (KHI) melarang melang- sungkan perkawinan “Berbeda Agama”. Scorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan scorang wanita yang tidak beragama Islam (BAB VI, Pasal 40 c). Seorang wanita Islampun dilarang melangsungkan perkawinan dengan scorang pria yang tidal beragama Islam (BAB VI, Pasal 44). Peraturan di Indonesia melarang perkawinan “Usia Dini” karena UU RI No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, BAB II Pasal 1, mensyaratkan ada izin kedua orang tua bagi seseorang umur 21 tahun. Pasal 7 ayat 1 UU yang minimal usia kawin, yakni 16 tahun ahun untuk laki-laki. Ini menunjukkan 6 aya yang belum mencapa sama mensyaratkan ba untuk perempuan dan 19 bahwa mereka yang beru wah 21 tahun dianggap masih dibawah umur atau “belum dew dan belum pantas untuk kawin. KHImengatur usia perka winan s: RI No 1 Tahun 1974 ter: IV, Bagian kedua, Pasal 15 ay: dengan yang ditetapkan UU -but. Hal tersebut dapat dilihat pada BAB (1) dan (2) Perkawinan yang diharamkan Islam kare perti 1 prosesny perkawinan yang di wali dengan meminang, atas pinangan orang lain, artinya haram menikahi tunangan orang lain. Meminang atas pinangan ini oleh Rasulullah SAW dilarang dalam hadits Orang mukmin satu dengan lainnya bersaudara, tidak boleh ia membeli barang yang sedang dibeli (ditawar) saudaranya, Sayyid Sabiq, alih Bahasa Moh. Thalib, Fikih Sunnah..., him. 109-127. 66 | Aeni Rasyip dan meminang pinangan (tunangan) saudaranya sebelum ia tinggalkan. (Diriwayarkan oleh Abmad dan Muslim). Pencatatan perkawinan merupakan prinsip dasar perkawinan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam UU RI No. 1/1974 tentang Perkawinan BAB I Pasal 2 ayat (3), KHI Buku tentang Hukum Perkawinan BAB II Pasal 5 dan Pasal 6, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU RI No. 1/1974 tentang Perkawinan (PP No 9 Tahun 1975), BAB II Pasal 2 sampai dengan Pasal 9. Oleh karena itu perkawinan “Siri” atau perkawinan “bawah tangan”. Perkawinan Sirri di Indonesia adalah perkawinan yang tidak memenuhi ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu Perkawinan yang dilakukan tidak dihadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN), dan tidak dilaporkan atau tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA). Pasangan yang melakukan perkawinan “Sirri” ini tidak memiliki Akte Nikah maupun Kutipan Akte Nikah yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai bukti otentik telah terjadi perkawinan yang sah. Proses perkawinan Sirri tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. Oleh sebab iru perkawinan Sirri tersebut dianggap tidak ada dan tidak sah karena tidak memiliki kekuatan dan kepastian hukum. Pelaku yang melanggar ketentuan tersebut dikenai sanksi pidana, yakni pidana pelanggaran dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500, (tujuh ribu lima ratus rupiah), sedangkan Pegawai Pencatat Peraturan Pemerintah yang melanggar PP RI tersebut dihukum dengan sanksi pidana, yaitu pidana pelanggaran dengan hukuman_kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah). Ketentuan Pidana Pelanggaran ini dapat dibaca dalam PP RI no 9 tahun 1975 BAB IX _ Pasal 45. Pencatatan perkawinan memiliki banyak kemaslahatan, seperti ketertiban administrasi dan sebagai bukti otentik. Pencatatan Prmkawinans Menonerr [stan 167 ini juga mengandung manfaat preventif, yaitu untuk terhindar dari penyimpangan dan pemalsuan indentitas yang akan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu karena ketika pencatatan, pihak PPN meneliti data identitas diri pihak yang mendaftar secara seksama. Selain itu, dalam Islam untuk akad transaksi hutang piutang (jual-beli tidak tunai) saja diperintahkan untuk menuliskan atau mencatatkannya (QS al-Baqarah, 2:282), apalagi akad nikah tentu lebih utama untuk dicatatkan. Naskah Kepribadian Muhammadiyah yang diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-35 menyatakan bahwa salah satu sifat Muhammadiyah adalah mengindahkan segalan hukum, undang undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah. Majelis Tarjih Muhammadiyah memfatwakan pencatatan perkawinan hukumnya adalah waji Adapun perkawinan yang diharamkan Islam karena niat, jenis atau bentuknya, adalah perkawinan Mut'ab, yaitu perkawinan sementara atau kawin ‘kontrak’. Perkawinan mutah adalah per- kawinan seperti biasa, lengkap rukun dan syaratnya hanya ketika melaksanakan akad perkawinan. Perkawinan ini memiliki syarat sementara waktu atau sclama waktu tertentu yang disepakati. Rasul SAW menjelaskan bahwa Allah telah melarang perkawinan mut’ah tersebut dalam ha Sg ED! Ge clessnyi (3 SI E531 ES 31 Lea 953 J! GUIS snya: ae 38. aU rzinkan kamu Wabai manusia! Saya telah pernah meng melakukan kawin mut'ah. Tetapi sekarang ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya sampai bari kemudian. (Hadits Riwayat Ibnu Majah) 68 | Arni Rasyip Larangan tersebut diucapkan Rasul SAW pada waktu perang Khabar. Hal tersebut tertera dalam hadits berikut; (li, Rasul SAW telah melarang kawin mut‘ah pada waktu « Khathar ... “rckayasa” atau perkawinss yz diharamkan Islam. Perkawinan ah perkawinan yang, dilaksanakan antara scorang, laki- laki dan scorang jand ak tiga oleh suaminya agar iz h dita ang, te Ganda tersebut) dapat kawin kembali dengan mantan suaminya yang Kc tay Sab ini terdapat dalam hadits riwayat Ahmad; ment ersebut., a Rasul mengenai perkawinan meballil Allah metaknat muballil (yang melaksanakan hawin cina buta) dan mubatlal-nya (bckas suami yang menyuruh orang untuk melakukan kawin muballil). sang diharamkan nan pertukaran seorang, Laki-laki Perkawinan Syighar juga terry asuk perkawi dalam Islam. Perk: ah perk 1 syighar nbayar mahar, Contohr ng tanpa m empuan yang di mengawinkan saudai perempuany atau pel laki-laki Iain dengan syarat awa hh perwaliannya dengan seora perempuan atau perempuan uma. Perkawinan Jaki lak tersebut mengawinkan saud. yang di bawah perwaliannya kepada laki-laki per masing terebut berlangsung tanpa pemberian mahar dari on luk Taki tersebut, Mereka saling berjanji dan menyepakati bahwe maharnya impas. Larangan perkawinan syigsar ini terdapar dalam hadits berikut: Dari Naf, dari lin Umar ra. babsoa Rasul SAW perkawinan dur, dan perks han anak perer daks-tahs dengan syanat taki-laki itu Pemcowmease Maser Fant 169 perempuannya kepada orang itu, dan tidak ads masher di amtare mereka (Riwayat Muttafiag “alaib). Allah melarang mengawini orang musyrik dalam firman- ya: S24 bs ES EY, Lo 2 ey, Beals GE So sail oscy, skied! yy we AKER! Vy J Ls Dan janganlah kamu mikahi perempudsn-perempuan mucyrih, sehclum mereka beriman. Sesunggubrya perempuan budak yang mukmin lebih hark dars perempuasn muasyrth, dia menarik batimu, Dar jangantah amu mentkabhan orang toulaupurt orang musyrik (dengan perempian perempuan mukes) mercka beriman, lum unugubnya budah yang mukmin lebih bask dari orang-orangmusyrtk walaupun dia menarih hate (QS. al Baqarah [2]: 221). Konsckuensi Perkawinan Apabila telah dilangsungkan akad perkawinan, maka sdemgan sendirinya akan timbul konskuensi-konackuenai login sebagai berikut: 1. ‘Terciptanya lembaga keluarga yang merupakan lembaga eau organisasi masyaraker terkect! Lembuga ins terdir dart keluanga bath dan keluarga luas Keluargs banh, int, nuklir, atau keluarga kecil terdiri dari suari dan istrt aru ayah, bu daa anak Keluarga huss terdiri dari urang-ucang yang tingygal dalam satu rumah seperti kakek, nenck, ayah, ibu, anak, bibs, paman, mertua ipar, dan/ atau lain-lain_ pee ipar, besan, me: a perwalian. Ayah adalah wali b: jbaga waris. Suami-istri, orang tua—anak, saud jewarisi satu sama lain. aga ekonomi terkecil. Dengan adanya hak anak dari suami/ayah dan kewajiban naf , maka keluarga menjadi lembaga ekonot lemilib Monogami Pembacaan atas al-Qu Pesantren, 2005. » Kairo: Dar al-Ma’arif, 1990. 5 i Pembebasan, 999, i

You might also like