You are on page 1of 9
Jurnal THT -KIL No 9, No.3, September Desember 2016 hn, 92 - 100, FRAKTUR BLOW-OUT TIPE KOMPLEKS (Laporan Kasus) Fauzi Helmi, Boedy Setya Santoso Dep/SMF limu Keschatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Lesher Fakultas Kedokteran Universitas A rlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Trauma ——maksilofasial dapat ‘menyebabkan fraktur orbita dan jika tidak itangani dengan baik dapat _menimbulkan permasalahan terhadap fungsistruktur wajah dan Fenampilan, Beberapa tahun terakhir pengelolaan fraktur telah disamakan dengan penckanan khusus pada fiksasi fragmen yang retak dengan ‘pendekatan anatomi yang tepat.! Fraktur blow-out —pertama —sekali iperkenaikan ofeh Lang di awal tahun 1990, Fraktur blow-our didefinisikun sebagai sindroma Minis yang ditandai adanya fraktur dinding orbits Fraktur dinding orbita bisa terjadi tampa traktur ima orbite dan bisa juga disertai fraktur rima ‘orbita, Froktur dinding orbita yang tidak divertai frakturrima orbita disebut froktur blow-out mura (pure blow-out fracture)! Frakiur yang melibatkan rima orbita disebut fraktur bon-our tidak mura (impure blow out fracture). Fraktur blow-out tidak mura Aiklasfikasikan menjadi beberapa tipe sesuai Jokasi rima orbita yang telitat, yaitu tipe orbito- Zigomatiko, Naso-orbito-ctmoid (NOE), dan Komplcks (kombinasi beberapatipe).! Penanganan fraktur blow-out dapat dilakukan oleh bebrapa disipln ima, Indentifikasi wal saat di unit gawat darurat setelah peneganan Kedaruratan.harus mengarah pada_permintsan Konsultasi ahi bedah trauma wajah dan ‘okuloplasti, Penanganan dengan multidisplin ilmu sdapat menghasilkan hasil yang Iebih baik untuk mengembalikan fungsi struktur wajah dan ‘memperbaiki penampitan? Makaiah ini akan membahas éualaporan asus mengenai penanganan fraktur blow-our tipe ‘kompleks pada pasien di Rumah sakit Dr. Soetomo (RSDS) Surabaya yang dilakukan yang oleh Divisi 91 Plastik Rekonstruksi Departemen THT-KL dan Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen Mata, LAPORAN KASUS Kasus 1 Seorang wanita bensia 64 tahun ikensulkan dari Divisi Plastik. Rekonstruksi Departemen Mata dengan diagnosa orbita dekstra adnexal injury open globe iniury; aserasi sera, dan frakiur Blow-out. Riwayat ena hari yang a jth dari motor saat diboncerg, wajah sisi kanan ‘membentur helm yang. dipegang oleh pasien, sehingge tulang tengkorak depan kanan retak dan pecah, Semenjak jatuh mata kanan tidak bisa melihat, Mimisan dar hidung kanan dan derah dari mut saat Jiatu, kemudian berhenti, Keluhan hidung bunty tidak nda, pasen dapat membuka mulut Pemeriksaan status lokalis wajah kanan smasih telat deformitas os nasal ke kri disertai repitasi area antara os nasal dan os maksila dekstra, laserasi palpebra superior dan inferior dekstra disertai ekimosis. Rinoskopi anterior tampak deviasi septum nasi ke kiri (Gambar 1), Gambar |, (A) Pasien enam hari setelab terjatuh, dari motor, tampak laserasi palbebra, ekimosis dan deformitas os nasal (tanda pana), (B) Hari kedua setelah operasi, os nasal tampak Jurus (tanda panah), jahitan pada regio infraorbita dan fronto-zigomatike dekstra, Pemeriksaan C7-Sean 3D maksilofasial di RSDS pada tanggal 10 Mei 2016 didapatkan fraktur ox-our orbita dekstra, virwous, choroidal dan preseptal hemorrage dengan curiga avulsi neryus optikus dekstra. Fraktur komplet atkus zigorna dekstra, multiple lamina papinsea dekstra, ‘5 nasal, deviasi septum nasi, hematosinus frontal, cetmoid, sfenoid dan maksila dekstra (Gambat 2). Pemeriksaan foto toraks kesan jantung dan para tidak tampak kelainan, Gambar 2. CT-Sean 3D maksilofusial Tampak fraktur How-our tipe kompleks pada dinding orbit dekstra. Tampak fraktur di fronto- zigematiko fraktur (binang),froktur multiple lamina papira nasel, dan fronto-maksiar (lingkaran), (pana), arkus zigoma os Pasien di diagnosis dengan fraktur blow out deksirs isertai fraktur rima orbita (fraktur bblow-out tipe kompleks), orbita dekstra adneval injury, open globe injury, \aserasi sklera, homatosinus frontal, etmoid, sfenoid, dan makita ddekstra. Pasien direncanakan reduksi terbuka dan intemal fksasi mengeunakan min plate oleh Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen THT-KL dan ccksplorasi mata kanan, jahit laserasi sklera, jah laserasi palpebra superior full thickness, dan tarsorafi oleh Divisi Plastik Departemen Mata, Operasi dilakukan pada tanggal 17 Mei 2016, Divisi Plastik: Rekonstruksi Departemen Mata melakukan eksplorasi bola mata deksira, 92 roktur Blow-Out. (Fausi eli, Boxdy Saya Saono) didapatkan faserasi pada sklera dan palpebra superior. Sklera dan palpebra superior yang lascrasi dijabit, Kemudisn dilskukan tarsorafi (Gambar 3). Pasien ini disarankan untuk dilakukan eviserasi dan ‘implan lewak yang berasal dari gluteus kedalam bola mata untuk meneegah atrofi bola mata sehingea sears penampitan lebih. baik, tetapi pasien menolak. SX 4 Gambar 3. Operasi dimulai dengan eksplorasi bola mats kanan, jahit laserasi sklera, Jahit laserasi palpebra superior dan tarsorafl Operasi dilanjutkan oleh Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen THTEKL, Setelah inGltrasi dilakukun insisi subtarsat di regio infraorbita mengikuti garis lengkung mata kanan Insisi diperdalam simpai tampak tulang dan dilakukan —cksplorasi—fraktur, —Tampak diskonruinitas di regio fronto-maksilar (prosesus frontal os maksila), dipreparer ke medial sampai tampak diskontinuitas dengan os nasal Insist ditanjutkan di bawah alis mata kanan ( eve brow incision) diperlas 2-3 cm ke Jateral dan diperdalam sampai tampak gars faktur (fronto-zigomatiko), Fraktur arkus zigoma tidak ditencanakan pemasangsn mini plate karen masih stabil, Setclah kedua lokasifroktur tridentifikasi dilakukan mobilisasi (reduksi). Os nasal yang fioktur —(malaligned/displaced) terlebih dahulu dengan elevator nasal atau forsep Walsham, dan direduksi kembali ke posisi yang Denar. Septum yang distokasi diletakkan di posisi sebelumnya di krista maksila, dan di manipulasi sedemnikian rupa dengan forsep Asch agar septum tunis. Setelah os nasal dan maksila diteduksi, dilanjutkan reduksi di area fronto-zigomatiko, dimobilisasi Jamal THT-KL Nol, No.3, Seplember-Desemnber 2016 in. 92 - 100, Setelah kedua area frakiur direduksi kembali ke possi yang benar, dilakukan pemasangan mini plate i fragiven 0s nasal dan maksila menggunakan min! ‘late berukuran 1,5 mm (Gamibar 4). Dilanjutkan wgan mini plate dengan ukuran yang Sarna Gi area fronto-rigomatiko (Gambar S), Sebelum jai kedua regio diberikan bonewar. egio infnorbita untuk menyatuken Gambur 4,(A) sisi subtarsal mengikeut saris lengkung mats kann, diperdalam sampai tampak periosteum dan dilakukan identifikasi fraktur, tampak diskontuinitas os nasal dengan prosesus frontal os maksila dan -maksile, (B) Dilakukan reduksi nasal dan septum nasi dari kavum nasi dilakukan reposisi os nasal, maksila, ddan zigoma, kemudian difiksasi dengan mii plate, Setelah operasi pasien diberikan terapi antibiotik ceftriaxone injeksi dua kali 1 gram, levofloxacine tees mata satu kal 6 tees. Hati kestigasetolah operas dilakukaa raat lua, ampak Jka bekas operasi membaik, tarsorafi dibuks, pasien dijadwal naso-endoskopik untuk evaluasi har Kelima, hast naso-endoskopik septum tampak Torus, tidak ada sekret dan bekuan dar 93 Gambar 5. (A) tnsisi divawah alis (eye brow incision) untuk akses ke sutura fionto- Zigomatik, fiksasi menggunakan mini plate. (B) Setelah dilakukan penishitan, Untuk evatuasidilakukan foto shull AP- Lateral. Masil foto tamnpak fakturtereduksi dengan baik dan mini plate terletak antara diskontuinitas tulang. Pasiea keluar rumah sekit hari keenam dengan terapi cefitime dua kali 100 mg. Kontrol 1 tninggu. Saat kontrol pertama tampak penyembuban luka operasi baik, wajah simetis, tidak didapaikan hhipoestesia di wajah Kanan, kelopak dapat dibuka tetapitidsk maksimal dan dilakukan pengangksian jahitan sebahagian. Kontrol kedua dilakukan pengsngkstan seluruh juhitan, pasion sudeh dapat menbuka kelopak mata lebih lebar, namun tetap belum maksimal, pergerakan bola mata masihterhambat Kasus 2 Scorang lakilaki berusia tahun datang ke Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen THT- KL. tanggal 24 Mei 2016 cikonsulkan oleh Divist Plastik Rekonstruksi Departeren Mate dengan laserasi korneasklera sinistra,laserasi_ palpebra sinistra 1/3 nasal inferior full ehickness, ruptur Jeanalislakrimalis, dan fraktur Blowout, ‘Anamnesis ddapatkan pasien sajah kiri dlipukul satu minggu yang lala, mata Kiri tidak dapat melibat. Saat kejadian pasien tidak soar Pemeriksaanfsiktampak deformitas dan krepitasi 65 nasal ke kanan, laserasi di palpeba inferior, cckimosis di wajah Kiri, Pasien dapat membuks ‘mulut, tidak terdapat maloklusi, wajah kiri tidak hipoestesia,tampak jaitansitussional dippalpebra inferior sinistra. Rinoskopi anterior tidak tampak dleviasi septum dan tidak tampak bekuan darah (Gamba 6) Ganbar6, (A) Pasien dua minggu seth dipakul dengan kayu, tampak laserasi palpedra, ekimosis dan deformitas os nasal (tanda pansh). (B) Hari kedua setelah operas Dicurigai adanya fraktur blow-on pasien dilakukan CE-scan 3D maksilofusial, Hasil CT- ‘sean 3D maksilofasial tanggal 20 Mei 2016 tarmpak adanya fraktur komplet arkus zigoma sinistra, 08 nasal, deviasi septum nasi, hematosinus maksila dan etmoid sinisua (Gamber 7). Pasien juga didiagnosis fraktur blos-out tipe Komplcks disertai laserasi korneasklera sinistra, laserssi palpebra sinistra 1/3 nasal inferior fil dhickness, dan euptur kanalislaksimalis, Pasien direncanakan mobilsesi fraktur dengan reduksi 94 rake low: Cht.. (Faua Hele, Bos Sey Samos) Gambar 7. CT scan 3D maksilofasal terbukan dan fiksasi interna menggunakan mini plate ukuran 1,5 mm oleh Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen THT-KL dan eviserasi orbit snisia, flap lemak dai gluteus, anit aserai palpebra, dan repair kanalis lakrimal oleh Divisi Plastik Rekonstruksi Depirteten Mata (Operas mula dengan infitrasitidokain- ‘urenalin 1:200.000, kemudan dlakukan insist tepat dlawah als mata kin (eye brow incision), ditarik 2. 3 cm ke lateral, Dilakukan identifikasi fraktur, tampak garis faktur di sutura fronto-zigomatik Ditanjatkan infitrasi dan inssi di regio infraorbita, dengan insisi subtansl diperdalam dan di preparer ‘impai terindentifikas fnktu, tampak fraktur di sutura zigomatiko-maksilari, Setelch Kedua lokasi froktur terindentifikasi, dilakukan reposisi dan Awalnya dilakukan platting di sutura. zigomatiko-maksilari dengan kemugian dilakukan platting di sutura. fronto ~igomatik,sebelum eijahit dibeikan Donewax pada dlacrah planing (Garba 8), fiksasi dengan min! plete Pasca operasi pasien diberikan antibiotik cefotaxime injeksi dua kalt 1 gram intravena dan Jevofloxacine ttes mata satu kali enam tates, Hasil foto skull AP Lateral tampak mini plate terletak di tas gars fraktur (Gambar 9), Kontrol satu minggu pasca operasi mengunakan naso-endoskopik tidak tampak bekuan darah di kavum nasi, Kontrol dua ‘minggu paska operasi tampak penyembuhan luka baik, pasien dapat membuka kelopak mata tetapi tidak maksimal, pasien juga dapat menggerakkan bola mata tetupiterfiksir, Juanal THT-KL Nol, No.3, September -Desenber 2016 hm. 92-100 Gamhar 8 (A)Pomasangan mini plate di infruorbita.(B) Pemasangan mini plare ‘datas sutura fronto-zigomatik DISKUSI Trauma — maksilofasial —umnumnys disebabkan oleh kecelakan fal fintas, Kevelakaan akibat jatwh, kecelakaan kerja atau industri, Kekerasan rumah tanga, kejahatan kriminal yang Imenyebabkan berbagai bentuk trauma. tajam ‘maupun tumpul, kecelaksan olahraga, kecelakaan akibat ledakan dan tembakan senjata, Berbagai faktortersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis, status sosioekonom:, karakterisic kultura. dan perkembangan jaman, Keealakaan alu lintas merupakan penyebab utama di negara berkembang, sedangkan kejahatan antar ‘menjadi penyebab utama di neyara barat.” Studi epidemiologi menunjukkan babwa faktor penting bagi trauma maksilofasial adalah faktor usia dan jenis kelamin, Insiden teriinggi {erdapat pada kelompok usia 21-30 tahun, terendah sia Tebih dari 60 tahun atau kurang dari § tabu, sia Gombay- 9, Hasil foto skull AP Lateral tampak ‘mini plate terletak i stas gais raktue(A) mini plaie regio infracnbital (Jingkaran), regio fronto- zigoma (pana). (B) mint plate regio froato-zigomatik(lingkaran) Rasio laki-laki dibanding perempuan yaitu 3:1 Rasio fraktur mandibula, zigoma, dan maksila adalah 6:2:1.? Trauma maksilofasial dapat rmenyebabkan fraktur Alow-out, fraktur blowout didefinisikan sebagai frakturdinding orbita, Benda tumpul yang diarahkan ke ke mata dan kelopak ‘mats (misalnya,tinju atau bola mata) yang sedikit lebih besar dari inlet orbit, menyebabkan Peningkotan tekanan secara mendadak di dalam orbita, schingga daerah yang paling rentan, biasanya dinding orbita bagian bawah (dasar) atau medial akan terjadi fraktur, Fraktur yang hanya terjadi di dasor dan medial atau keduanye tampa disertai frakturrima orbita disebut fraleur blow-out ‘murni (Gambar 10), Gambar 10, Fraktwr blow-oue murni terjad arena peningkaian tekanan mendadak dalam orbita, mengakibatkan fraktur di daerah yang paling rentan, biasanya dinding orbita bagian ‘bavsah atau medial! ‘Fraktur dinding orbita jugs dapat disertai fraktur rina oxbita, Benturan pada mata dapat merupakan kesatuan dengan benturan kuat pada tonjolan tulang zigoma, sehinggs terjodi fraktur dinding orbita (blow-out) disertai fraktur rima cvbita. Rims supraorbita teri dar tulang frontal, lateral terdiri dari tulang frontal berartikutasi dengan zigoma (sutura fronto-zigomatiko),rima infraorbita dibentuk oleh zigoma dan maksila (outura zigematiko-maksilari), medial merupakan pertermuan Kompleks lamina papirasea, etmoid tulang lakrimal, maksila, dan prosesus frontalis tulang nasel**? Benturan yang keras ke wajah juga dapat rmenyebabkan fraktur langsung ke naso-orbita- cetmoid (NOB), fraktur ini umumnya dapat terjadi i prosesus frontal os maksila, tulang lakrimal, tulang etmoid sepanjang dinding medial oxbita’ Fraktur blow-out yang disertai fraktur rima orbita

You might also like