Professional Documents
Culture Documents
Malaria 1 PDF
Malaria 1 PDF
Abstract: Malaria is a parasitic disease that is still a public health problem in Indonesia. Public
awareness of the dangers of malaria will affect the precautions taken. This study aimed to
analyze the measures of prevention of malaria in the Sudorogo village Kaligesing District
of Purworejo. This study used a case control approach. Sample of this study consisted of 20
cases and 20 controls were taken using simple random sampling technique. The study was
conducted from July 2016 to January 2017. The instrument that used in this research was
questionnaires and observation sheets. The collected data were analyzed using simple logistic
regression. The results of the analysis, indicated that the society actions are habit to stayed
outside home in the evening; conducting environmental health habits; habit of not wearing
mosquito repellent during the night; habit of not wearing repellent when outdoors activity at
night; and the habit of not wearing long sleeves and long pants when out at night did not show
any significant correlations with the incidence of malaria in the area of research. Variables that
showed a significant correlation with the incidence of malaria in the area of research is the
habit of not using mosquito nets while sleeping at night with a p value of 0.012 (95% CI 1.529
to 31.377). The conclusion of this study was there is correlation between habit of not using
mosquito nets while sleeping with the incidence of malaria in the Sudorogo village Kaligesing
District of Purworejo.
Keywords: preventive action, the incidence of malaria
Abstrak: Malaria adalah penyakit parasit yang masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya malaria akan mempengaruhi tindakan pencegahan
yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tindakan pencegahan malaria di Desa
Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan case
control. Sampel penelitian sebesar 20 kasus dan 20 kontrol yang diperoleh dengan simple random
sampling. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2016 sampai Januari 2017. Instrumen penelitian yang
digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan
uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis mengindikasikan bahwa tindakan masyarakat yang meliputi
kebiasaan berada di luar rumah malam hari; kebiasaan melakukan kegiatan penyehatan lingkungan;
kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk saat tidur malam; kebiasaan tidak memakai repellent saat
aktivitas di luar rumah malam hari; dan kebiasaan tidak memakai baju lengan panjang dan celana panjang
saat keluar rumah malam hari tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian
malaria di wilayah penelitian. Variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan
kejadian malaria di wilayah penelitian adalah kebiasaan tidak memakai kelambu pada saat tidur malam
dengan nilai p sebesar 0,012 (95% CI 1,529-31,377). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kebiasaan
tidak memakai kelambu saat tidur malam merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria
di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.
199
200 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
0,04‰). Upaya pengendalian malaria ini yaitu Desa Pandanrejo, Desa Pucungroto
terbentur adanya beberapa kendala, yakni (1) dan Desa Sudorogo. Desa Sudorogo ini
Mobilitas penduduk yang tinggi, (2) Jumlah merupakan desa dengan kenaikan tertinggi
Juru Malaria Desa (JMD) berkurang dan dan merupakan desa dengan jumlah
frekuensi kunjungan JMD juga menurun, kasus malaria tertinggi yaitu sebanyak 23
(3) Komitmen stakeholder dalam eliminasi kasus. Seluruh kasus ini merupakan kasus
malaria masih kurang, (4) Tim Gebrak indigenous yaitu kasus yang terjadi akibat
Malaria belum optimal, dan (5) Pemeriksaan penularan lokal atau setempat.
sediaan darah secara mikroskopis belum Berdasarkan WHO (2015) terjadinya
dapat dilakukan oleh semua rumah sakit. malaria pada manusia disebabkan oleh
Kabupaten Purworejo adalah salah satu parasit dari genus Plasmodium, yaitu
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang Plasmodium falciparum, Plasmodium
selalu menyumbangkan kasus malaria setiap vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium
tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas ovale dan Plasmodium knowlesi. Kemenkes
Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo (2012) membagi malaria menjadi 5 jenis,
(2013;2014) serta data dari Dinas Kesehatan yaitu (1) Malaria falsiparum. Malaria ini
Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng) disebabkan oleh Plasmodium falciparum
(2015), Kabupaten Purworejo merupakan dengan ditandai adanya demam yang
kabupaten yang menyumbangkan jumlah muncul secara intermiten dan dapat pula
kasus malaria terbanyak di Provinsi Jawa kontinu. Malaria jenis ini yang seringkali
Tengah. Jumlah kasus malaria di Kabupaten menyebabkan kematian, (2) Malaria vivax
Purworejo meningkat dari tahun 2013 yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.
sampai dengan tahun 2015. Pada tahun Gejalanya yaitu demam yang akan berulang
2013 tercatat ada 712 kasus malaria dengan dengan interval bebas demam selama dua
API 0,98‰. Selanjutnya pada tahun 2014 hari, (3) Malaria ovale yang penyebabnya
meningkat menjadi 803 kasus dengan adalah Plasmodium ovale. Gejalanya adalah
API 1,13‰ dan pada tahun 2015 kembali demam yang berulang dengan interval
meningkat menjadi 1.411 kasus dengan bebas demam selama dua hari, (4) Malaria
angka kesakitan atau API mencapai 1,96‰. malariae yang disebabkan oleh Plasmodium
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan malariae. Demam terjadi secara berulang
bahwa angka kesakitan malaria Kabupaten dengan interval bebas demam selama
Purworejo pada tahun 2014 dan 2015 tiga hari dan (5) Malaria knowlesi yang
belum memenuhi target nasional sebesar disebabkan oleh Plasmodium knowlesi dan
< 1 per 1000 penduduk. Pada Rencana Kerja ditandai dengan gejala demam intermiten
Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2016, dan dapat kontinu.
Kabupaten Purworejo menargetkan capaian Parasit malaria membutuhkan dua
untuk angka kesakitan malaria (API) sebesar pejamu atau host di dalam siklus hidupnya
0,9 per 1000 (‰) penduduk (Pemerintah yaitu nyamuk Anopheles betina dan
Kabupaten Purworejo, 2016). manusia. Fase atau tahapan seksual terjadi
Data register malaria yang didapatkan di dalam lambung nyamuk. Setelah nyamuk
dari bidang Pemberantasan Penyakit dan Anopheles betina menghisap darah penderita
Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK malaria, gametosit jantan dan gametosit
Purworejo (2016) dan data dari Puskesmas betina kemudian akan melebur membentuk
Kaligesing (2016) menunjukkan terdapat zigot. Zigot ini kemudian berkembang
304 kasus malaria di wilayah Kabupaten membentuk kista di sepanjang dinding
Purworejo pada periode Januari-Juli 2016. lambung nyamuk. Kista ini kemudian pecah
Jumlah kasus tertinggi berada di wilayah dan akan mengeluarkan sporozoit. Sporozoit
kerja Puskesmas Kaligesing. Berdasarkan kemudian akan bergerak menuju kelenjar
data register malaria dari Puskesmas ludah nyamuk dan siap untuk disuntikkan ke
Kaligesing (2015;2016), kenaikan jumlah tubuh manusia sehat. Setelah masuk tubuh
kasus malaria di wilayah Puskesmas manusia, sporozoit kemudian akan ikut
Kaligesing dari tahun 2015 sampai dengan aliran darah dan menuju hati. Di dalam hati,
periode Januari-Juli 2016 terjadi di tiga desa sporozoit akan terus berkembang menjadi
202 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
merozoit dan memenuhi sel hati. Merozoit Wanita hamil semi-imun yang terinfeksi
tersebut akan mengeluarkan tropozoit HIV, (8) Orang dengan HIV/AIDS, dan (9)
dan menginfeksi sel darah merah ketika Wisatawan internasional dari daerah non
sel hati pecah. Fase aseksual kemudian endemik.
dimulai. Tropozoit ini akan berkembang Kondisi sehat maupun sakit dipengaruhi
menjadi skizon. Setelah itu, skizon akan oleh banyak faktor. Menurut Hendrik
berkembang menjadi merozoit dan pecah Bloom yang dikutip oleh Asmadi (2008),
membebaskan tropozoit. Siklus ini berlanjut status kesehatan individu dipengaruhi oleh
sampai tiga kali. Sebagian merozoit adanya faktor keturunan, layanan kesehatan,
kemudian berkembang menjadi gametosit lingkungan dan perilaku. Diantara faktor
dan bila terisap oleh nyamuk Anopheles tersebut, faktor yang mempunyai dampak
betina, maka parasit akan melanjutkan besar terhadap status kesehatan seseorang
siklus perkembangbiakan secara seksual adalah faktor lingkungan (45%) dan faktor
di dalam tubuh nyamuk. Gejala malaria perilaku (30%). Kedua faktor ini mempunyai
biasanya ditandai dengan adanya demam hubungan yang erat. Kondisi lingkungan
tinggi, sakit kepala atau pusing, menggigil yang sehat dapat terwujud oleh adanya
dan nyeri di seluruh tubuh. Pada beberapa perilaku masyarakat yang sehat. Sebagai
kejadian malaria yang lain juga disertai contoh, penyakit demam berdarah terjadi
dengan adanya mual, muntah dan diare. juga akibat adanya faktor lingkungan dan
Karena gejalanya hampir menyerupai perilaku masyarakat.
gejala penyakit lainnya, maka diperlukan Perilaku merupakan salah satu
pemeriksaan laboratorium untuk dapat faktor penting yang mempengaruhi
memastikannya (Kemenkes, 2011). kesehatan seseorang. Oleh karena itu,
Diagnosis malaria dapat dilakukan upaya intervensi terhadap faktor perilaku
dengan (1) Anamnesis yaitu dengan merupakan langkah strategis untuk dapat
menanyakan keluhan kepada pasien, membina dan meningkatkan kesehatan
menanyakan riwayat sakit malaria dan masyarakat. Perilaku seseorang dalam
minum obat malaria sebelumnya, riwayat menanggapi kondisi sakit atau saat terkena
berkunjung ke tempat endemis malaria penyakit dapat terlihat dalam bentuk
dan riwayat tinggal di tempat endemis, (2) respons tertutup dan respons terbuka.
Melalui pemeriksaan fisik yang meliputi Respons tertutup masih terbatas hanya
suhu tubuh aksiler mencapai ≥37,5 oC, sampai pada tingkatan perhatian, persepsi,
telapak tangan dalam kondisi pucat, sklera pengetahuan atau kesadaran serta sikap.
ikterik, terjadi pembesaran pada limpa dan Misalnya seseorang sudah mengetahui
hati, (3) Pemeriksaan laboratorium yang tentang bahaya merokok, tetapi ia masih
meliputi pemeriksaan dengan mikroskop aktif merokok. Respons terbuka terwujud
dan pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat dalam bentuk tindakan nyata yang dapat
(rapid diagnostic test) (Kemenkes, 2012). diamati, seperti tidak merokok (Maulana,
Populasi berisiko terkena penyakit 2009). Notoatmodjo (2010) menambahkan
malaria menurut WHO (2014), yaitu bahwa sikap tidak dapat secara otomatis
(1) Orang yang bekerja pada proyek terwujud dalam tindakan sehari-hari.
pembangunan di daerah pedesaan seperti Adanya faktor pendukung seperti fasilitas
perkebunan, pertambangan, konstruksi dan dukungan (support) sangat dibutuhkan
bendungan, agro-kehutanan, dan lain-lain, untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan
(2) Masyarakat etnis, (3) Imigran yang nyata.
berasal dari daerah endemis dan anak Kemenkes (2014) menyebutkan
mereka yang tinggal di daerah non endemis bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan
kemudian kembali ke daerah endemis untuk bahaya malaria dapat mempengaruhi
mengunjungi saudara mereka, (4) Anak- kesediaan masyarakat dalam melakukan
anak yang berada di daerah transmisi stabil upaya pencegahan untuk menanggulangi
yang belum mempunyai kekebalan, (5) kemungkinan terjangkit malaria. Kesadaran
Wanita hamil non imun, (6) Wanita hamil masyarakat tersebut dapat dilihat dari
semi-imun di daerah transmisi tinggi, (7) tindakan pencegahan yang dilakukan
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 203
seperti (1) Kebiasaan berada di luar rumah Data penelitian berupa data primer dan
sampai larut malam, (2) Melakukan kegiatan sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan
penyehatan lingkungan, (3) Menggunakan hasil wawancara dengan menggunakan
kelambu. Tujuan dari penggunaan kelambu kuesioner kepada responden dan observasi
saat tidur adalah untuk membatasi nyamuk langsung dengan menggunakan lembar
infektif menggigit orang yang sehat dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui
nyamuk yang sehat menggigit orang sakit, studi kepustakaan untuk teori dan penelitian
(4) Menggunakan insektisida rumah tangga. yang mendukung, data jumlah kasus malaria
Insektisida rumah tangga adalah produk anti dan jenis Plasmodium berasal dari Dinas
nyamuk yang sering digunakan masyarakat Kesehatan Kabupaten Purworejo dan
seperti obat anti nyamuk bakar maupun Puskesmas Kaligesing, data jenis vektor
obat anti nyamuk semprot (5) Penggunaan penular malaria di wilayah penelitian
repellent. Fungsi dari repellent ini adalah diperoleh dari wawancara dengan petugas
untuk menolak serangga khususnya nyamuk Puskesmas Kaligesing dan data demografi
dan mencegah adanya kontak langsung wilayah penelitian diperoleh dari Badan
dengan nyamuk. Repellent dikatakan baik Pusat Statistik Kabupaten Purworejo. Data
apabila nyaman digunakan di kulit, tidak yang telah diperoleh kemudian dianalisis
menimbulkan iritasi, tidak terasa panas dengan menggunakan uji regresi logistik
atau lengket jika digunakan, dan berbahan sederhana.
dasar alami, (6) Penggunaan penutup
badan. Penggunaan pakaian yang tertutup
HASIL PENELITIAN
sangat membantu dalam mencegah gigitan
nyamuk terlebih jika melakukan kegiatan Kabupaten Purworejo adalah salah satu
di malam hari seperti memancing, ronda kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Batas
malam, berkemah ataupun masuk hutan, wilayah sebelah utara adalah Kabupaten
(7) Pemasangan kawat kasa pada pintu dan Wonosobo dan Magelang, sebelah barat
jendela. Upaya ini bertujuan agar nyamuk adalah Kabupaten Kebumen, sebelah timur
tidak masuk ke dalam rumah. Tujuan dari yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan
penelitian ini adalah untuk menganalisis sebelah selatan adalah Samudera Indonesia.
tindakan pencegahan malaria di Desa Secara topografi wilayah Kabupaten
Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis basah
Purworejo. dengan kelembapan udara antara 70%–90%
dan suhu antara 19oC–28oC. Salah satu
kecamatan di Kabupaten Purworejo adalah
METODE
Kecamatan Kaligesing. Wilayahnya terbagi
Penelitian ini bersifat observasional dalam 21 desa dan hampir seluruh wilayah
dengan pendekatan case control. Besarnya adalah pegunungan. Luas wilayahnya
sampel terdiri dari 20 kelompok kasus dan adalah 74,73 km2 dengan 97% dari wilayah
20 kelompok kontrol. Sampel kelompok tersebut merupakan lahan kering dan 3%
kasus merupakan orang yang tinggal di adalah lahan sawah. Sebesar 54% dari luas
Desa Sudorogo dan dinyatakan positif lahan kering yang tersedia dimanfaatkan
malaria berdasarkan pemeriksaan sediaan masyarakat sebagai tegal atau kebun atau
darah secara mikroskopis. Sampel kelompok ladang dan sisanya sebagai bangunan atau
kontrol adalah orang yang tinggal di Desa halaman.
Sudorogo dan dinyatakan negatif malaria Desa Sudorogo merupakan bagian
berdasarkan pemeriksaan sediaan darah dari wilayah Kecamatan Kaligesing yang
secara mikroskopis. Pengambilan sampel merupakan desa dengan jumlah kasus
dilakukan dengan simple random sampling. malaria tertinggi di Kabupaten Purworejo
Penelitian dilakukan di Desa Sudorogo pada periode Januari-Juli 2016 dengan
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo jumlah kasus sebanyak 23 kasus. Desa ini
yang dimulai pada bulan Juli 2016 sampai mempunyai ketinggian 344 meter diatas
Januari 2017. permukaan air laut (mdpl). Luas wilayahnya
adalah 2.660 km2 dan sebagian besar dari
204 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
wilayahnya merupakan tanah kering. Jumlah besar (70%) adalah pemuda yang berumur
penduduk Desa Sudorogo pada tahun 18-65 tahun. Sebanyak 52,5% responden
2015 lebih banyak penduduk perempuan berjenis kelamin laki-laki. Pendidikan
dibandingkan dengan penduduk laki-laki. terakhir dari sebagian besar responden
Penduduk perempuan jumlahnya mencapai (30%) adalah Sekolah Menengah Pertama
670 jiwa sedangkan penduduk laki-laki (SMP). Sebanyak 52,5% dari responden
berjumlah 634 jiwa. Sarana kesehatan bekerja di sektor pertanian. Sikap sebagian
yang terdapat di Desa Sudorogo adalah Pos besar responden terhadap upaya pencegahan
Kesehatan Desa (PKD). Jumlah bangunan malaria sudah baik.
yang ada di Desa Sudorogo sebanyak Hal ini ditunjukkan dengan persentase
399 bangunan dengan 268 bangunan responden yang bersikap baik terhadap
masih berupa bangunan tidak permanen. upaya pencegahan malaria mencapai 70%.
Mayoritas masyarakat di Desa Sudorogo Jika dilihat dari pendidikan dan tingkat
memiliki ternak besar berupa kambing. Hal pendapatan, dan sebagian besar responden
ini ditunjukkan dengan data bahwa terdapat mempunyai pendapatan sedang, yaitu
721 ekor kambing, 36 ekor domba dan 4 berkisar antara 250.000–750.000 rupiah per
ekor sapi di Desa Sudorogo. bulan.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
responden dalam penelitian ini sebagian sebagian besar responden yang menderita
malaria yaitu 19 orang (95%) dan responden
Tabel 1. Karakteristik Responden yang tidak menderita malaria (70%)
mempunyai kesamaan dalam hal terbiasa
Status berada di luar rumah saat malam hari. Hasil
Responden analisis bivariat terhadap kebiasaan berada di
Faktor Pejamu Manusia Tidak luar rumah malam hari menunjukkan bahwa
Sakit
sakit nilai p = 0,065. Hal ini mengindikasikan
f % f %
bahwa tidak terdapat hubungan yang
Umur
bermakna antara kebiasaan berada di
Anak-anak dibawah umur 6 30 3 15
luar rumah malam hari dengan kejadian
Pemuda 13 65 15 75
Setengah baya 0 0 1 5
malaria di Desa Sudorogo Kecamatan
Orang tua 1 5 1 5 Kaligesing Kabupaten Purworejo. Akan
Total 20 100 20 100 tetapi, kebiasaan berada di luar rumah ini
Jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya malaria
Laki-laki 12 60 9 45 di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
Perempuan 8 40 11 55 Kabupaten Purworejo.
Total 20 100 20 100 Kebiasaan pemakaian kelambu di
Tingkat pendidikan wilayah penelitian masih belum merata.
Tidak sekolah/SD 5 25 3 15 Sebagian besar responden yang menderita
Tamat SD 5 25 5 25 malaria tidak pernah menggunakan kelambu
Tamat SMP 6 30 6 30 saat tidur malam, yaitu sebanyak 11 orang
Tamat SMA/SMK 4 20 6 30 (55%), sedangkan pada kelompok kontrol
Total 20 100 20 100 sebagian besar responden (85%) sudah
Pekerjaan membiasakan menggunakan kelambu
Belum/Tidak bekerja 2 10 2 10 pada saat tidur malam. Hasil analisis
Pelajar 6 30 2 10 bivariat terhadap kebiasaan menggunakan
Petani 9 45 12 60
kelambu saat tidur malam, menunjukkan
Pedagang 0 0 1 5
nilai p = 0,012. Hal ini berarti bahwa
Ibu Rumah Tangga 3 15 3 15
kebiasaan menggunakan kelambu saat
Total 20 100 20 100
Sikap
tidur malam mempunyai hubungan yang
Baik 13 65 15 75 bermakna dengan kejadian malaria di Desa
Cukup 7 35 4 20 Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Kurang baik 0 0 1 5 Purworejo. Berdasarkan penelitian ini,
Total 20 100 20 100 orang yang tidak menggunakan kelambu
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 205
pada saat tidur malam mempunyai risiko nilai Ods Ratio (OR) dari kebiasaan
untuk menderita malaria sebesar 6,926 kali penggunaan obat anti nyamuk menunjukkan
dibandingkan dengan orang yang terbiasa bahwa variabel tersebut merupakan faktor
menggunakan kelambu saat tidur malam. risiko terjadinya malaria di wilayah
Kebiasaan pemakaian obat anti penelitian.
nyamuk pada saat tidur malam sudah baik. Penggunaan repellent juga merupakan
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa salah satu upaya untuk mengurangi gigitan
sebagian besar responden yang menderita nyamuk. Pemakaiannya sangat mudah
malaria (65%) dan tidak menderita malaria terutama jika akan beraktivitas di luar
(80%) sudah terbiasa menggunakan obat rumah malam hari. Berdasarkan Tabel 2,
anti nyamuk saat tidur malam. Artinya, diketahui bahwa sebagian besar responden
masyarakat sudah mulai menyadari bahwa yang menderita malaria (60%), tidak pernah
pemakaian obat anti nyamuk saat tidur menggunakan repellent saat keluar rumah
malam dapat mengurangi kemungkinan malam hari. Hasil analisis menggunakan uji
gigitan nyamuk. Hasil analisis bivariat regresi logistik sederhana menunjukkan nilai
terhadap kebiasaan penggunaan obat anti p = 0,117. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
nyamuk pada saat tidur malam menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
nilai p = 0,293. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan repellent saat
tidak terdapat hubungan yang signifikan keluar rumah malam hari dengan kejadian
antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk malaria di Desa Sudorogo Kecamatan
saat tidur malam dengan kejadian malaria Kaligesing Kabupaten Purworejo. Meskipun
di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing hasil signifikansi tidak menunjukkan
Kabupaten Purworejo. Meskipun demikian, adanya hubungan yang bermakna, namun
206 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan kejadian malaria. Seseorang yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Santy tidak menggunakan kelambu berisiko 4,060
et al (2014) bahwa tidak terdapat hubungan kali terkena malaria dibandingkan dengan
yang signifikan antara kebiasaan berada di yang menggunakan kelambu.
luar rumah malam dengan kejadian malaria. Banyak penelitian yang menyatakan
Berbeda dengan hasil penelitian dari Santoso adanya hubungan antara kebiasaan
& Karbito (2013). Pada penelitiannya, menggunakan kelambu dengan kejadian
didapatkan hasil bahwa seseorang akan malaria. Meskipun demikian, hal ini
berisiko terkena penyakit malaria sebesar berbeda dengan hasil penelitian milik
2,71 kali jika mempunyai kebiasaan Anjasmoro (2013). Hasil penelitiannya
berada di luar rumah dibandingkan dengan menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
seseorang yang tidak terbiasa berada di luar antara penggunaan kelambu dengan kejadian
rumah malam hari. malaria di wilayah kerja Puskesmas
Penggunaan kelambu saat tidur malam Rembang Kabupaten Purbalingga.
merupakan salah satu upaya penting dalam Pemakaian obat anti nyamuk saat tidur
mencegah dari gigitan nyamuk penular malam sudah dilakukan oleh sebagian
malaria. Pada penelitian ini, sebanyak 55% besar responden baik pada kelompok yang
responden yang menderita malaria tidak menderita malaria maupun kelompok
menggunakan kelambu saat tidur malam. yang tidak menderita malaria. Jenis
Sebagian besar responden menuturkan obat anti nyamuk yang paling banyak
alasan mereka tidak menggunakan kelambu digunakan adalah jenis obat anti nyamuk
saat tidur malam adalah mereka merasa bakar dan sebagian menggunakan lotion
tidak nyaman jika tidur menggunakan anti nyamuk. Responden yang sudah
kelambu. Penggunaan kelambu membuat terbiasa menggunakan obat anti nyamuk
suasana tidur menjadi panas atau gerah. saat tidur memberikan gambaran bahwa
Oleh karena itu, penggunaan kelambu hanya mereka sudah menyadari akan bahaya dari
digunakan pada saat-saat tertentu saja, penyakit malaria, sehingga pemahaman
misalnya jika dirasa nyamuknya banyak. Hal tersebut mereka wujudkan dalam tindakan
ini sangat disayangkan karena penggunaan yaitu melakukan proteksi diri dari gigitan
kelambu dapat meminimalkan terjadinya nyamuk penular malaria, salah satunya
kontak dengan nyamuk Anopheles penular dengan menggunakan obat anti nyamuk
malaria. saat tidur malam. Meskipun demikian,
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan masih terdapat beberapa responden yang
penelitian yang dilakukan oleh Priyandina tidak menggunakan obat anti nyamuk
(2011) yang menyatakan bahwa seseorang saat tidur malam. Beberapa alasan yang
akan berisiko 3,5 kali terkena malaria jika diungkapkan adalah masalah asap dan bau
tidak menggunakan kelambu saat tidur. Pada yang tidak sedap. Selain itu, pemakaian
penelitian Harmendo (2008) juga didapatkan lotion anti nyamuk atau repellent juga dirasa
hasil yang sama bahwa pemakaian kelambu kurang nyaman, karena terkadang setelah
pada saat tidur malam berhubungan dengan menggunakan repellent, responden masih
kejadian malaria. Orang yang tidak memakai ingin mengonsumsi makanan.
kelambu saat tidur malam mempunyai risiko Hasil pada penelitian ini sejalan dengan
7,8 kali untuk terkena penyakit malaria penelitian yang dilakukan Harmendo
dibanding orang yang mempunyai kebiasaan (2008) bahwa tidak terdapat hubungan
memakai kelambu saat tidur malam. Pada yang bermakna antara pemakaian obat anti
penelitian Santoso & Karbito (2013), nyamuk saat tidur dengan kejadian malaria.
dipaparkan bahwa terdapat hubungan antara Penelitian yang dilakukan oleh Anjasmoro
pemakaian kelambu saat tidur malam hari (2013) di wilayah kerja Puskesmas Rembang
dengan kejadian malaria dengan (p-value Kabupaten Purbalingga juga menunjukkan
= 0,000) dan OR 5,842 (95% CI : 2,74– hal yang sama bahwa tidak terdapat
12,46). Ahmadi (2008) juga menuturkan hubungan antara pemakaian obat anti
bahwa kebiasaan menggunakan kelambu nyamuk dengan kejadian malaria. Namun,
mempunyai hubungan yang bermakna penelitian Santy et al (2014) menyatakan
208 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
(2012) menunjukkan ada hubungan yang kasa, mempunyai risiko 3,9 kali terkena
signifikan antara modifikasi perilaku yang malaria dibandingkan dengan seseorang
meliputi mengurangi aktivitas di luar rumah, yang tinggal di rumah yang dipasang kawat
menggunakan kipas angin untuk mengusir kasa.
nyamuk, menutup pintu dan jendela serta
menggunakan kelambu dengan kejadian
KESIMPULAN
malaria di Kabupaten Mamuju Utara.
Pemasangan kawat kasa pada lubang Berdasarkan analisis yang telah
pertukaran udara seperti pintu, jendela dan dilakukan, dapat diambil kesimpulan
ventilasi merupakan salah satu langkah bahwa tindakan pencegahan malaria yang
untuk membatasi masuknya nyamuk penular meliputi kebiasaan berada di luar rumah
malaria ke dalam rumah. Sesuai dengan malam, kebiasaan tidak memakai obat
hasil observasi yang dilakukan, diketahui anti nyamuk saat tidur malam, kebiasaan
bahwa tidak ditemukan keberadaan kawat tidak memakai repellent saat beraktivitas
kasa pada seluruh rumah responden, baik di luar rumah malam dan kebiasaan tidak
yang menderita malaria maupun yang menggunakan baju lengan panjang dan
tidak menderita malaria. Meskipun seluruh celana panjang tidak mempunyai hubungan
responden telah sepakat bahwa pemasangan yang bermakna dengan kejadian malaria
kawat kasa pada lubang pertukaran udara di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
dapat membatasi masuknya nyamuk penular Kabupaten Purworejo. Akan tetapi, keempat
malaria ke dalam rumah, akan tetapi sikap variabel tersebut merupakan faktor risiko
ini belum terwujud dalam tindakan nyata. terjadinya malaria di wilayah penelitian.
Hal ini erat kaitannya dengan ada atau Variabel yang mempunyai hubungan
tidaknya faktor pendukung seperti yang signifikan dengan kejadian malaria di
disampaikan oleh Notoatmodjo (2010). Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
Faktor ekonomi menjadi alasan mengapa Kabupaten Purworejo adalah kebiasaan tidak
responden belum memasang kawat kasa menggunakan kelambu saat tidur malam.
pada lubang pertukaran udara. Responden Masyarakat diharapkan lebih proaktif
menuturkan bahwa kebutuhan untuk terhadap upaya pencegahan penyakit
memasang kawat kasa belum menjadi malaria seperti membiasakan ketika tidur
prioritas. Hal ini karena masih ada malam menggunakan kelambu atau obat anti
kebutuhan lain yang harus mereka penuhi nyamuk, dan jika memang harus melakukan
yaitu kebutuhan pokok sehari-hari dan biaya kegiatan di luar rumah malam sebaiknya
sekolah anak. menggunakan baju lengan panjang dan
Hasil pada penelitian ini sama celana panjang dan atau memakai lotion anti
dengan kejadian malaria di wilayah kerja nyamuk. Hal ini erat kaitannya dengan jenis
Puskesmas Biluhu Kabupaten Gorontalo nyamuk Anopheles yang banyak ditemukan
yang diteliti oleh Ibrahim (2013). Hasil di wilayah kerja Puskesmas Kaligesing
penelitiannya juga menunjukkan risiko dari adalah spesies yang cenderung lebih aktif
variabel keberadaan kawat kasa tidak dapat di luar rumah pada malam hari sampai
dianalisis karena 100% responden tidak menjelang pagi hari.
memiliki kawat kasa. Penelitian Santoso
& Karbito (2013) juga menunjukkan hal
DAFTAR PUSTAKA
yang sama bahwa seluruh responden
dalam penelitiannya tidak menggunakan Ahmadi, S. 2008. Faktor Risiko Kejadian
kawat kasa. Akan tetapi, hal ini berbeda Malaria di Desa Lubuk Nipis Kecamatan
dengan penelitian Arjunah (2012). Hasil Tanjung Agung Kabupaten Muara
penelitiannya menjelaskan adanya hubungan Enim. Tesis. Semarang: Universitas
yang bermakna antara keberadaan kawat Diponegoro.
kasa dengan kejadian malaria dengan nilai Anjasmoro, R. 2013. Faktor-Faktor yang
p sebesar 0,001. Pada penelitian Priyandina Berhubungan dengan Kejadian Malaria
(2011) diketahui bahwa seseorang yang di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang
tinggal di rumah yang tidak mempunyai Kabupaten Purbalingga. Jurnal Kesehatan
210 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211
pojoksatu.id/lipsus/2016/04/30/kasus- who.int/entity/world_health_day/2014/
malaria-di-indonesia-sudah-menurun/ Malaria_factsheet_A4.pdf [20 Juni 2016].
[16 Juni 2016]. WHO, 2015. World Malaria Report 2015.
Sutriyanto, E. 2014. 80 Persen Kasus Malaria [pdf] Geneva: World Health Organization.
di Indonesia Ada di 5 Provinsi Ini. Tersedia di: http://www.who.int/malaria/
Tersedia di: http://www.tribunnews.com/ publications/world-malaria-report-2015/
kesehatan/2014/04/26/80-persen-kasus- report/en/ [15 Juni 2016].
malaria-di-indonesia-ada-di-5-provinsi- Widoyono. 2011. Penyakit Tropis:
ini [20 Juni 2016]. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
WHO. 2014. Fact sheet Malaria. [pdf] & Pemberantasannya. Kedua ed. Jakarta:
Geneva:WHO. Tersedia di: http://www.searo. Penerbit Erlangga.