BA. Stary: Konfle Status Don Kekuasaon Orang Bac Toba
KONFLIK STATUS DAN KEKUASAAN
ORANG BATAK TOBA
Oleh: Bungaran Antonius Simanjunia
Dalam penulisan disertasi pemulis tentang konflik orang Betak Toba yang selaia
‘texjadi, terutama scbelum dan sesudah kemerdekaan RI. terdapat beberapa faktor
‘yang mempengaruki penyebab konflik tersebut sehingga konflik berlangsung secara
intens dan berkelanjutan. Sebingga konfik beriangsung secara periodik. Faktor-
‘fuktor tsb dikemukalcan sebagai berikut.
1, Problem sosial bodaya:
Kontroversi antara pandangan hidup dan kenyataan
1.1, Wdealisme, Inkonsistensi, dan Kontroversi
[Nila budaya yang menjadi tujusn dan pandangan hidup ideal asli orang
Batak Toba dirumuskan di dalam rangkaian tiga kata yang secara cksistensial saling
mendukung yaitu hamoraon, hagabeon, hasangapon, kekayaan, keturunan, dan
Kkehormatan'. Metode pencapaian pandangen hidup distur oleh struktur sosial
daliban na toh’ yang Keberadeannya berdasar kepada sistem garis keturunan
kebepasn berwujud marga. Kemudian spbikesi straktur itv dijabarkan di dalam
sistem sosial berupa tatanan ada istiadat, kepercayean, dan idealisme.
‘Di dalam penerapan sistem sosial, ternyata seting terjadi peuyimpangan
‘ujumn hidap Kekaysan, keturanan, dan kehormatan justru menjadi slasan bersaing
dan berikai, Berbegai pengaruh dari dalam (enkulturasi, sosilisesi) maupun dari
far (akuluurasi, asimilasi dan penetrasi) mendulung persaingan dan konfik menjadi
lebih intensif’ Situasi demikiian bertentangan dengan lai baru hadameon,
perdamain dan esadaon, persatuan, yang dibawa oleh agama Kristen maupun
nasionalisme Indonesia. Dalam hal ini terjadi keadaan inkonsistensi dan kontroversi
* Perkenalon dengan agama Kristen dan naslonatieme Indonesia menambah insur Meademe
baru yalny,hadameon, hacadeon, perdamalan den persian,
7 Tungha masak berkaid tga
142B.A. Simanjuniak: Konfit Stas Den Ketuasaan Orang Batak Toba
antara idealisme dengan kenyataan (Horton dan Hum, 1972). Karena nilai-nilai
‘budaya tradisional masih mendominasi sikap dan perbuatan sebagian besar warga
masyarakat daripada nili-ilai modem yang diakseptasi.
Orang Batak Tobe berada pada posisi peraihan antara keinginan menjadi
‘orang modem dan taqwa kepada agama baru, serta tetap melaksanakan rilai
kebudayaan tradisional yang mengandung nilei keperceyaan yang ‘oralitas
‘Panteists. Bahkan sering diusahakan menempelkan nili-nilai agama Kristen kepada
berbagai nil dan lambang kebudayaan tradisional agar tampak tidak bertentangan
(irapas, 1976)
Akhimya pada suatu peristiva mereka menjadi orang Batak Toba
‘radisional dan secara terpisah pada peristiwa lain menjadi orang Batak Indonesia,
modern, Dapst terjadi pada satu peristiva modern nasional pejabat Batak Toba
‘wemberiakukan nisi, tradisional kepada sesama orang Batak. Dalam hal ini tampak
bahwwa figuidity struktur sosial dalihan natolu membentuk liguidity sikap hubungan
sosial sesama Batak dalam situasi modem nasional. Dalam hubungan sosial pada
masyarakat plurelistik, aksi tersebut di atasi merupaken gejala pemiemuan jati diri
stau sedang berada pada situasi kesukuan marginal.
1.2, Perubahan Sosial Budaya dan Berbagai Kontroversi
Perubalan sosial Batak Toba terjadi karena adanya proses transmisi dari
suamu Kebudayaan asing kepada kebudayaan Batak Toba melahui jalur difusi,
asimilasi, akulturasi yang berkesinambungan (Beals at. al, 1977), yaitu. melalui
pengembangan agama Kristen, penyelenggaraan pendidikan gaya barat. pengenalan
cara fidup modern, dan sebagainya Cara perubahan terjadi melalui evolusi,
fangsional dan konflk (Zanden, 1990).
Tidak semua variabel sama daya pengaruhnya di dalam menciptakan
perubshan. Temuan penefitian menggambarkan bahwa bagi orang Batak Toba,
tampakaya pengaruh variabel pendidikan dan ideologi (dalom hal ini agama)
berperan sangat dominan (Fmmanuel, 1890-1933). Kedua variabel tersebut
‘membawa perubahan drastis dalam cara hidup yang bomogen tertutup menjadi
heterogen terbuka. Sistem sosial yang berorientasi keturunan ke sistem organisasi
modem yang bermuatan status formal, Persaingan genealogik keluarga besar,
menjadi, persaingan rasional yang berorientasi kepada kekayaan, jabatan, dan
Keluasaan. Sistem kepercayaan panteistisiotalitas menjadi monoistik Keisitiai
143,B.A. Smartt: Kon Stans Don Kelascam Orang Baik Toba
‘Sistem perdagangan orientasi pasar lokal menjadi, pasar regional, nasional, dan
‘intemasiooal yang teratur. Sistem berfikir yang emosional, lokal menjadi rasional
‘nasional. Terbukti munculaya organisasi pembela kepentingan rakyat dan bercite-
itn mandiri berdasarkan kemerdekaan bernama Hatopan Kristen Batak pada 1917
(Cmmamiel No, 45, 1917). Perubahan sosial budaya itu sudah jelas menimbulkan
benturan sosial antara yang sudah siap dengan yang belum siap menerima perubaban
‘maupun sebagai subjek perubahan.
Perubahan tersebut di atas melahirkan situasi yang menggambarkan
terjadinya rebutan pengarub amtararilai budaya tradisional dengan nilai agama dan
budaya modem dikslangan orang Batak Toba. Situasi marginal demikian
‘menimbulkan sikap-sikep ragu, jeti diri semu, yang cenderung menimbulkan
Perbuatan dan aksi-aksi yang tidak Konsisten babkan kontroversial.
Dalam bidang Kepercaysan, terjadi penerapan kepercayaan yang sifitnya
antestis serentak dengen sjaran agama Kristen yang sifataya moncistis
Zoetmmuldes, 1991). Pads upacara tertentu dewa Debata Miulajadi Nabolon
ipanggil oich pemimpin upacara (Tobing, 1963), padahal sebelummya. seorang
ohaniawan Kristen telah memanggil Jesus hadir pada pembukaan upecera. Situasi
inkonsistensi terjadi saat pengakuan sebagai umat Kristen, tetapi masih melalaukan
‘erjedi pencampor adukan kepercayaan import dengan kepercayaan asi, yang justru
‘mengaburkan kedus ajaran dan menimbulkan sjaran sinkretsme (Tideauan, 1936)".
2. Konflik Batak Toba: Konflik Status dan Kelouasaan
2.1, Tradisionalisme dan Modernisme
Sikap dan pandangan masyarakat selalu berorientasi kepada tradisi
‘maupun modemisasi. Tradisi berupa kepercayaan serta kebiasaan warisan dari
masa lampan yang cenderung statis dan hakekatnya sbadi (Weiner, 1966),
‘Pengamut fiham ini tidak dapat menerima kebiasaan baru atau memodifikasi
kebiasaan lama Karena takut kepada kxutukan roh nenek moyang dan dewata
(Tobing, 1963),
Modernisasi adalah proses transformasi suatu perubshin pandangan atau
clara pendant Thamar set ih ane sow so Batak brent