You are on page 1of 17

Edisi Juli 2015 Volume IX No.

2 ISSN 1979-8911

PENGARUH BERBAGAI NILAI EC (ELECTRICAL CONDUCTIVITY)


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAYAM (AMARANTHUS
SP.) PADA HIDROPONIK SISTEM RAKIT APUNG (FLOATING
HYDROPONICS SYSTEM)

M. Subandi, Nella Purnama Salam, Budy Frasetya

Jurusan Agroteknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


nellasalam@gmail.com

ABSTRACT

Availability of land is one of the factors that can distract in farming, mostly on the
horticultural plants like spinach vegetable. Spinach vegetable contained vitamin and
mineral that needed by human. Hydroponic systems are technically can be used as a means
of cultivating with such limitations. Hydroponics system with floating raft is able to provide
nutrient elements required by plants, because roots can absorb nutrient elements anytime
and positions the sub merged direct root nutrient solution. The purpose of this study was to
determine the influence of various EC value (Electrical Conductivity) of the optimal
fertilizer AB Mix towards growth of spinach (Amaranthus sp.). This research is held at
Ciparanje, Jatinangor, Sumedang on May till June 2014. This research uses the random
arrangement of a non-factorial group which have the values of EC (e1 = 1,5 mS cm-1 ; e2 =
1,8 mS cm-1 ; e3 = 2,1 mS cm-1 ; e4 = 2,4 mS cm-1 ; e5 = 2,7 mS cm-1 ; and e6 = 3,0 mS cm-1)
with 4 replicates. Research results showed the level of e6 is capable of giving the best results
against the height parameter, the vast index plant leaves, fresh weight, and dry weight.
While on root length parameter, harvest index, and the shoot root ratio root does not
significant different results for real. This is caused by nutrient solution pH which was not
inaccordance with the needs of the crop of spinach with hydroponic systems. Hydroponic
system on the recommended nutrient solution pH 5-6, nutrient solution pH while in the land
ranged from 6-10. It became a bench mark growth of plants that were not optimal.
Keywords : EC (Electrical Conductivity), Floating Hydroponics System, Spinach

ABSTRAK
Ketersediaan lahan pada saat ini merupakan permasalahan utama yang menjadi
penghambat kegiatan pertanian, terutama untuk tanaman hortikultura seperti bayam. Bayam
merupakan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Secara teknis sistem
hidroponik dapat digunakan sebagai cara budidaya dengan keterbatasan tersebut.
Hidroponik dengan sistem rakit apung mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman, karena akar dapat menyerap unsur harakapan saja dan posisi akar yang
langsung terendam larutan nutrisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh berbagai nilai EC (Electrical Conductivity) optimal dari nutrisi AB Mix terhadap

136
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

pertumbuhan bayam (Amaranthus sp.). Percobaan ini dilaksanakan di jalan Ciparanje,


Jatinangor Kabupaten Sumedang pada bulan Mei-Juni 2014. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok non faktorial, yaitu berbagai nilai EC (e1 = 1,5 mS cm-1 ; e2 =
1,8 mS cm-1 ; e3 = 2,1 mS cm-1 ; e4 = 2,4 mS cm-1 ; e5 = 2,7 mS cm-1 ; dan e6 = 3,0 mS cm-1)
dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan taraf e6 mampu memberikan hasil
terbaik terhadap parameter tinggi tanaman, indeks luas daun, berat segar tajuk, dan berat
kering tajuk. Sedangkan pada parameter panjang akar, indeks panen, dan nisbah pupus akar
tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini diakibatkan oleh pH larutan nutrisi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bayam dengan sitem hidroponik. Pada sistem
hidroponik pH larutan nutrisi yang dianjurkan 5-6 sedangkan pH larutan nutrisi di lapangan
berkisar antara 6-10. Hal tersebut yang menjadi tolak ukur pertumbuhan tanaman yang tidak
optimal.

Kata Kunci : Bayam, EC (Electrical Conductivity), Hidroponik Rakit Apung

I PENDAHULUAN mineral yang penting (kalsium, fosfor,

Tanaman hortikultura terutama besi) untuk mendorong pertumbuhan dan

tanaman sayuran daun memegang peranan menjaga kesehatan (Sunaryono, 1984).

penting, karena lebih banyak mengandung Bayam banyak dipromosikan sebagai

vitamin dibanding sayuran jenis lain. sayuran daun sumber gizi bagi penduduk

Salah satu sayuran yang harganya tidak di negara berkembang. Dalam negeri

terlalu mahal, enak rasanya, cukup kebutuhan gizi semakin hari semakin

mengandung vitamin dan mineral adalah bertambah sesuai dengan kenaikan jumlah

bayam. Bayam merupakan tanaman yang penduduk, meningkatnya usia, taraf hidup

banyak digemari oleh seluruh lapisan yang lebih baik, dan kesadaran akan

masyarakat di Indonesia, karena dapat pentingnya gizi dalam makanan sehari-

memberikan rasa dingin dalam perut, hari. Hal ini menyebabkan kenaikan

dapat memperlancar pencernaan, dan permintaan produk hortikultura khususnya

banyak mengandung gizi, antara lain tanaman bayam sebagai konsumsi

protein, mineral, kalsium, zat besi, masyarakat setiap harinya. Produksi

vitamin A dan C. Selain itu bayam juga bayam meningkat dari tahun 2004 hingga

banyak mengandung garam-garam 2009 dengan kenaikan rata-rata sebesar

137
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

8,96% per tahun (BPS, 2010). Jika dilihat hidroponik larutan diam. Hal ini

dari meningkatnya produksi bayam, dapat dikarenakan larutan nutrisi dibiarkan

dikatakan bahwa kebutuhan konsumsi tergenang didalam wadah tanpa sirkulasi,

masyarakat terhadap bayam semakin sehingga akar terapung dan terendam

bertambah, namun ketersediaan lahan larutan nutrisi.

produktif semakin berkurang. Untuk Sistem hidroponik dapat

mengatasi hal tersebut maka dapat dicari memberikan suatu lingkungan

alternatif lain dalam penanaman sayuran pertumbuhan yang lebih terkontrol.

khususnya bayam, yang dapat dilakukan Dengan pengembangan teknologi,

dengan sistem hidroponik. kombinasi sistem hidroponik dengan

Sistem hidroponik dikelompokkan membran mampu mendayagunakan air,

menjadi dua, yaitu kultur media dan kultur nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien

larutan nutrisi (Suhardiyanto, 2009). (minimalis system) dibandingkan dengan

Kultur media tidak menggunakan air kultur tanah (terutama untuk tanaman

sebagai media, tetapi menggunakan media berumur pendek). Penggunaan sistem

padat (bukan tanah) yang dapat hidroponik tidak mengenal musim dan

menyediakan nutrisi, air, dan oksigen tidak memerlukan lahan yang luas

serta mendukung akar tanaman seperti dibandingkan dengan kultur tanah untuk

halnya fungsi tanah (Lingga, 2002). menghasilkan satuan produktivitas yang

Sebaliknya pada kultur larutan nutrisi, sama (Lonardy, 2006).

penanaman tidak dilakukan menggunakan Kebutuhan nutrisi merupakan hal

media tanam atau media tumbuh, sehingga yang paling berpengaruh didalam

akar tanaman tumbuh di dalam larutan budidaya hidroponik terhadap

nutrisi atau di udara. Hidroponik rakit pertumbuhan tanaman. Bercocok tanam

apung termasuk kedalam kelompok sistem hidroponik mutlak memerlukan

138
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

pupuk sebagai sumber nutrisi bagi tray semai, bak ukuran

tanaman. Pupuk diberikan dalam bentuk 20cmx15cmx10cm, cup jelly, mistar, gelas

larutan yang mengandung unsur makro ukur, EC meter, termohigrometer, pH

dan mikro didalamnya. Setiap jenis pupuk Universal, dan alat tulis.

berbeda dalam hal jenis dan banyaknya Penelitian menggunakan Rancangan

unsur hara yang dikandungnya, serta Acak Kelompok (RAK) satu faktor

setiap jenis dan umur tanaman berbeda dengan empat kali ulangan. Perlakuan

dalam jumlah konduktivitas listriknya yang digunakan yaitu berbagai nilai EC

atau EC (Electrical Conductivity). Oleh pada larutan nutrisi.

karena itu pengujian berbagai nilai EC e1 : nilai EC 1,5 mS cm-1

dilakukan untuk mengetahui tingkat e2 : nilai EC 1,8 mS cm-1

kesesuaian dan kebenaran kandungan e3 : nilai EC 2,1 mS cm-1

haranya sehingga dapat dimanfaatkan e4 : nilai EC 2,4 mS cm-1

sebagai sumber hara dalam budidaya e5 : nilai EC 2,7 mS cm-1

bayam dengan hidroponik sistem rakit e6 : nilai EC 3,0 mS cm-1

apung (Floating Hydroponics System).

III HASIL DAN PEMBAHASAN

II BAHAN DAN METODE

Rata-rata suhu harian di tempat

Penelitian dilaksanakan pada Mei- penelitian Jalan Ciparanje, Jatinangor

Juni 2014 di Jalan Ciparanje, Jatinangor Kabupaten Sumedang adalah 21-31⁰C dan

Kabupaten Sumedang. Bahan dan alat rata-rata kelembaban 31-71 %.

yang digunakan dalam penelitian ini Pengukuran EC dilakukan setiap tiga

adalah sebagai berikut : benih bayam hari sekali, yaitu pada hari jum’at

varietas lokal, rockwool, nutrisi AB mix, (pengukuran awal) dan hari senin

139
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

(pengukuran akhir). Pada masing-masing Namun pada minggu ke-3 pengurangan

perlakuan nilai EC menurun pada minggu nutrisi berkisar antara 520 ml-860 ml.

ketiga. (Tabel 1.) Hama yang menyerang tanaman bayam

Tabel 1. Rata-rata Penurunan Nilai EC antara lain ulat grayak (Spodoptera

3MST litura), dan belalang (Locusta nigratoria).

Pengukura Pengukuran Kadua hama tersebut menyerang dan


EC
Tara n Jum’at Senin
Awa
f (17 HST) (20 HST) merusak tanaman pada bagian daun.
l
mS cm-1
e1 1,5 0,94 0,68 Pengendalian untuk kedua hama tersebut
e2 1,8 1,225 0,88
e3 2,1 1,39 1,14 hanya dilakukan secara teknis, yaitu
e4 2,4 1,57 1,35
e5 2,7 1,61 1,40 dengan ditangkap dan dibuang jauh dari
e6 3,0 1,73 1,36
tanaman. Sedangkan penyekit yang

Pengukuran pH dilakukan setiap menyerang tanaman bayam adalah busuk

tigahari sekali (jum’at dan senin) akar yang terjadi dan bersifat sementara ,

perubahan nilai terjadi pada minggu yaitu pada minggu pertama di awal pindah

ketiga, dimana nilai pH semua perlakuan tanam, dan terjadi pada semua tanaman.

berada pada tingkat netral. Hal ini ditandai dengan perubahan warna

Penggantian larutan nutrisi akar menjadi coklat. Akar berwarna coklat

dilakukan setiap satu minggu sekali, hal dapat menjadi indikator bahwa pada

ini dimaksudkan salah satunya untuk atmosfer di sekitar media kekurangan

mengembalikan larutan nutrisi yang unsur oksigen. Oksigen sangat esensial

berkurang akibat penyerapan unsur hara untuk proses metabolisme, termasuk

oleh tanaman dan penguapan air. Pada transport dan penyerapan aktif (Gardner

minggu ke-1 dan ke-2, pengurangan et al., 1991).

nutrisi berkisar antara 420 ml-670 ml.


Tinggi Tanaman (cm)

140
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

Hasil analisis ragam pengaruh nilai Tingginya nilai EC (Electrical

EC terhadap tinggi tanaman Pada umur 2 Conductivity) pada perlakuan e5 dan e6

dan 3 MST menunjukkan pengaruh menandakan bahwa unsur hara dari kedua

sangat nyata, dan pertumbuhan awal perlakuan tersebut lebih tinggi

tanaman pada umur 1 MST tidak dibandingkan dengan unsur hara dari

memberikan pengaruh nyata. (Tabel 2) perlakuan e1, e2, e3, dan e4. Unsur hara

Tabel.2 Pengaruh Nilai EC (Electrical makro dalam nutrisi AB Mix sangat


Conductivity) terhadap Tinggi
Tanaman Umur 1, 2, dan 3 berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman,
MST.
Rata-Rata Tinggi Tanaman terutama unsur hara N dan P.
Perlakuan (MST)
1 2 3 Pertumbuhan tanaman dalam hidroponik
13,72
a juga diikuti oleh berbagai faktor yang
16,47
e1 = 1,5 9,80 a 12,39 a a mempengaruhinya, seperti pH larutan
e2 = 1,8 9,22 a 13,28 a 21,50
e3 = 2,1 10,51 a 16,29 b b nutrisi. Nilai pH cenderung
e4 = 2,4 9,34 a 15,97 b 22,78
e5 = 2,7 10,27 a 17,94 b b mempengaruhi ketersediaan unsur hara
e6 = 3,0 10,01 a 18,26 b 27,00
c pada larutan nutrisi. Sebagaimana
28,38
c ditunjukkan pada Gambar 1.
Keterangan : MST = Minggu Setelah

Tanam

Nilai rata-rata pada tiap kolom

yang ditandai dengan huruf

yang sama menunjukkan beda

tidak nyata berdasarkan Uji

lanjut Duncan pada taraf 5%


Gambar 1. Efek pH pada Ketersediaan

Nutrisi untuk Tanaman

Sumber : Resh (2013)

141
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

Meningkatnya penyerapan unsur P Luas daun dihitung berdasarkan

mampu meningkatkan pertumbuhan perbandingan berat replika daun dengan

vegatatif tanaman. Unsur P mampu berat total kertas, dengan menggunakan

membentuk energi berupa ATP yang rumus Sitompul dan Guritno (1995), yaitu

berperan dalam penyerapan unsur hara sebagai berikut :

(Sastrahidayat et al., 1999). ATP ILD = x LK

kemudian dijadikan sumber energi bagi


Dimana : Wr = Berat kertas replika daun
tanaman dalam menyerap unsur hara lain
Wt = Berat total kertas
yang diantaranya adalah N yang
LK = Luas total kertas
dibutuhkan dalam meningkatkan tinggi
Tabel.3 Pengaruh Nilai EC (Electrical
Conductivity) terhadap Luas
tanaman.
Daun
Selain unsur hara makro N dan P, Luas Daun
Perlakuan Notasi
(cm2)
unsur hara mikro seperti Mo dan Zn juga e1 = 1,5 21,29 a
e2 = 1,8 43,67 ab
perpengaruh terhadap pertumbuhan e3 = 2,1 79,40 b
e4 = 2,4 88,91 b
tanaman. Zn berperan dalam pembelahan e5 = 2,7 147,01 c
e6 = 3,0 183,00 c
sel-sel meristem, dan Mo berperan
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap
terhadap pertumbuhan secara keseluruhan,
kolom yang ditandai dengan
khususnya tinggi tanaman (Mairusmianti,
huruf yang sama menunjukkan
2011).
beda tidak nyata berdasarkan

Uji lanjut Duncan pada taraf


2
Luas Daun (cm )
5%
Hasil analisis ragam menunjukkan
Keempat perlakuan dengan hasil
bahwa berbagai nilai EC terhadap luas
yang berbeda nyata, salah satunya
daun memberikan pengaruh yang sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan pada
nyata. (Tabel 3)

142
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

saat penelitian berada pada suhu optimum (2006) mengatakan bahwa penambahan

untuk pertumbuhan tanaman bayam. nitrogen yang cukup pada tanaman selada

Selain itu, luas daun sangat dipengaruhi akan mempercepat laju pembelahan dan

oleh jumlah air yang diterima tanaman. pemanjangan sel, pertumbuhan akar,

Bagi tanaman, air berfungsi sebagai batang, dan daun berlangsung dengan

pelarut unsur hara, alat transportasi hasil cepat. Selain unsur N, unsur Mg juga

asimilasi dari daun, serta transportasi berperan dalam pembentukan klorofil

unsur hara dari akar ke seluruh bagian daun. Dengan meningkatnya ketersediaan

tanaman. Hal ini ditegaskan oleh Yusrianti kedua unsur hara ini, maka klorofil daun

(2012) bahwa ketersediaan air yang cukup akan terbentuk lebih banyak.

bagi tanaman akan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman Panjang Akar (cm)

termasuk pada luas daun. Hasil analisis ragam pengaruh nilai

Unsur N erat kaitannya dengan EC terhadap panjang akar pada tanaman

sintesis klorofil dan sintesis protein bayam menunjukkan bahwa berbagai

maupun enzim, berperan sebagai perlakuan yang diuji cobakan tidak

katalisator daun dan fiksasi CO2 yang berbeda nyata. (Tabel 4)

dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis Menurut Setyamidjaja (1986),

(Salisburi dan Ross, 1995). Unsur N ini kekurangan N dan Fosfor dapat

penting untuk proses fotosintesis, apabila mempengaruhi pertumbuhan akar. Pada

penyerapan N terhambat, maka akan tingkat konsentrasi hara yang rendah,

berpengaruh terhadap kerja fotosintesis perakaran mengalami defisiensi unsur

sehingga berpengaruh juga terhadap hara tertentu dan penghambatan distribusi

perbesaran luas daun (Ayu, 2003). hara (Sonneveld dan De Kruij, 1999),

Sehubungan dengan ini, Azis et al., serta penyerapan air yang terhambat

143
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

sebagai akibat defisiensi hara yang terjadi respirasi akan lancar dan energi yang

(Dorais et al., 2001). Defisiensi unsur hara dihasilkan akar cukup banyak untuk

tersebut dapat diakibatkan oleh kondisi menyerap hara yang dapat diserap

larutan nutrisi dengan pH yang cenderung tanaman.

basa. Pada kultur hidroponik pH yang Tabel.4 Pengaruh nilai EC (Electrical


conductivity) terhadap
dianjurkan antara 5 - 6, namun pada pertumbuhan Panjang Akar

kondisi di lapangan, nilai pH larutan Perlakuan Panjang Akar (cm)


e1 = 1,5 17,50
nutrisi melebihi 7. Hal ini menimbulkan e2 = 1,8 18,06
e3 = 2,1 18,41
pengendapan unsur-unsur mikro dalam e4 = 2,4 18,53
e5 = 2,7 18,66
nutrisi. Sehingga akar tidak dapat e6 = 3,0 20,13
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap
menyerap unsur hara mikro tersebut.
kolom yang ditandai dengan
Salah satu unsur hara mikro yang tidak
huruf yang sama menunjukkan
dapat diserap secara optimal oleh akar
beda tidak nyata berdasarkan
adalah Cl (khlorin). Cl berperan sebagai
Uji lanjut Duncan pada taraf
aktivator enzim selama produksi oksigen
5%
dari air. Hal inilah yang mengakibatkan

kurangnya pertumbuhan akar (Resh,


Berat Segar Tajuk (g)
2013).
Hasil analisis ragam pengaruh nilai EC
Jumlah oksigen terlarut dalam air juga
(Electrical Conductivity) terhadap berat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman
segar tajuk pada tanaman bayam
(Hardjowigeno, 1995). Menurut Izzati
menunjukkan hasil berbeda nyata. (Tabel
(2006), oksigen terlarut yang cukup dalam
5).
air akan membantu perakaran tanaman
Pertumbuhan tanaman ditentukan
dalam mengikat oksigen. Bila kadar
oleh penyerapan unsur hara makro dan
oksigen terlarut cukup tinggi, maka proses

144
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

mikro dari larutan nutrisi yang tersedia. Tabel.5 Pengaruh nilai EC (Electrical
Conductivity) terhadap berat
Penyerapan unsur hara dipengaruhi oleh segar tajuk pada tanaman
bayam
keadaan pH larutan nutrisi. Nilai pH Berat Segar Tajuk
Perlakuan Notasi
(g)
menentukan ketersediaan berbagai elemen e1 = 1,5 0,83 a
e2 = 1,8 1,87 ab
untuk tanaman. Kebanyakan tanaman e3 = 2,1 3,48 bc
e4 = 2,4 4,18 c
menghendaki pH asam, namun yang e5 = 2,7 6,63 d
e6 = 3,0 8,09 d
terjadi dilapangan pH larutan nutrisi Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap

cenderung basa. kolom yang ditandai dengan

Pada pH yang sangat tinggi, ion bi huruf yang sama menunjukkan

karbonat (HCO3-) mungkin hadir dalam beda tidak nyata berdasarkan

jumlah yang cukup mengganggu Uji lanjut Duncan pada taraf

penyerapan normal ion-ion lainnya. Nilai 5%

pH tinggi dapat mengganggu ketersediaan

unsur hara Fe, Mn, Zn, Mo, bahkan P Berat Kering Tajuk (g)

(Resh, 2013). Hasil analisis ragam pengaruh nilai

Menurut Supari (1999), apabila EC terhadap berat kering tajuk pada

tanaman kekurangan Zn akan berpengaruh tanaman bayam menunjukkan bahwa

pada batang, yaitu ruas-ruas batang perlakuan yang diuji coba sangat nyata

memendek dan pembelahan sel-sel (Tabel 6).

meristem tidak sempurna. Unsur hara Tabel.6 Pengaruh nilai EC (Electrical


Conductivity) terhadap berat
mikro Mo berperan dalam penyerapan N segar tajuk pada tanaman
bayam
dan secara tidak langsung juga berperan Berat Kering Tajuk
Perlakuan Notasi
(g)
pada produksi asam amino dan protein e1 = 1,5 0,14 a
e2 = 1,8 0,31 ab
(Novizan, 2002). e3 = 2,1 0,49 b
e4 = 2,4 0,51 b
e5 = 2,7 0,79 c

145
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

e6 = 3,0 0,87 c pertumbuhan akar, batang, dan daun


Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap
sehingga hasil yang diperoleh akan turun.
kolom yang ditandai dengan
Berat kering adalah hasil dari berat basah
huruf yang sama menunjukkan
yang dikeringkan dalam waktu 2 x 24 jam
beda tidak nyata berdasarkan
dengan suhu 80°C. Dari hasil pengukuran
Uji lanjut Duncan pada taraf
berat kering dapat dilihat efisiensi
5%
penyerapan unsur hara
Secara umum, berat kering tajuk dan

berat basah tajuk cenderung sama, dimana


Indeks Panen (%)
taraf e6 (EC 3,0) dan e5 (EC 2,7)
Hasil analisis ragam pengaruh nilai
merupakan taraf dengan hasil tertinggi.
EC terhadap indeks panen pada tanaman
Menurut Sitompul dan Guritno (1995),
bayam menunjukkan bahwa berbagai
pengukuran biomassa tanaman merupakan
perlakuan yang diuji cobakan tidak
parameter paling baik digunakan sebagai
berbeda nyata. (Tabel 7)
indikator pertumbuhan tanaman, karena

dipandang sebagai manifestasi dari semua Tabel.7 Pengaruh nilai EC (Electrical


Conductivity) terhadap Indeks
proses dan peristiwa yang terjadi dalam Panen pada tanaman bayam
Perlakuan Indeks Panen (%)
pertumbuhan. Pada taraf e1 (EC 1,5) e1 = 1,5 0,55
e2 = 1,8 0,60
kandungan unsur haranya lebih rendah e3 = 2,1 0,56
e4 = 2,4 0,52
dibandingkan dengan taraf e6 (EC 3,0). e5 = 2,7 0,57
e6 = 3,0 0,53
Sehingga tanaman bayam pada taraf e1 Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap

mempunyai pertumbuhan yang kurang kolom yang ditandai dengan

optimal. Nyoman (2002) menyatakan huruf yang sama menunjukkan

bahwa ketika mengalami kekurangan hara, beda tidak nyata berdasarkan

gejala yang terlihat meliputi terhambatnya

146
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

Uji lanjut Duncan pada taraf dianjurkan dalam budidaya hidroponik

5% berkisar antara 5 - 6 dengan tingkat EC

antara 1,5 - 3,0 mS cm-1 (Resh, 2013).

Hasil panen tanaman merupakan Sedangkan untuk tanaman bayam berkisar

akibat dari penimbunan hasil bersih antara 6 - 7 (Hadisoeganda, 1996). Hal ini

asimilasi CO2 selama pertumbuhan. bertolak belakang dengan kondisi pH pada

Asimilasi CO2 merupakan hasil saat penelitian, pH larutan nutrisi berkisar

penyerapan energi matahari dan akibat antara 6 – 10. Nilai pH yang tinggi

radiasi matahari (Ade dan Rizkiana, berkaitan dengan ketersediaan unsur hara

2011). Indeks panen adalah nilai yang dalam larutan nutrisi. Hal ini dapat dilihat

menunjukan seberapa besar hasil asimilasi pada (Gambar 1) yang menunjukkan pada

dari daun yang ditranslokasikan ke nilai pH 9 atau diatas 8, ketersediaan

seluruh jaringan tanaman dan merupakan unsur hara N berkurang. Sedangkan unsur

hasil panen biologis yang ditunjukan hara N merupakan unsur hara paling

dalam bentuk hasil panen ekonomis penting yang dibutuhkan tanaman untuk

(Gardner et al., 1991). Dari data (Tabel 7) memacu pertumbuhan batang dan daun

dapat dilihat bahwa hasil Indeks Panen tanaman (Lingga, 2012).

tertinggi yaitu sebesar 0,60% pada taraf

e2. Nisbah Pupus Akar (%)

Tanaman hidroponik dapat tumbuh Nisbah Pupus Akar (NPA)

baik apabila lingkungan akar memperoleh merupakan perbandingan bobot kering

cukup udara, hara dan air (Nelson, 2003). bagian pupus (tajuk) dan akar tanaman.

Selain itu budidaya secara hidroponik, Berdasarkan hasil analisis ragam,

perlu memperhatikan kondisi pH dan EC pengaruh nilai EC terhadap nisbah pupus

larutan nutrisi. Nilai pH yang yang

147
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

akar menunjukan tidak berbeda nyata. pertumbuhan maksimum, maka pada

(Tabel 8) kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam

Tabel.8 Pengaruh nilai EC (Electrical kondisi konsumsi mewah. Pada


Conductivity) terhadap Nisbah
Pupus Akar konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara
Nisbah Pupus Akar
Perlakuan
(%) esensial dapat juga menyebabkan
e1 = 1,5 1,33
e2 = 1,8 1,90 keracunan bagi tumbuhan.
e3 = 2,1 1,43
e4 = 2,4 1,16 Pada taraf e1, e2, e3, dan e5
e5 = 2,7 1,38
e6 = 3,0 1,16 menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Keterangan : Nilai rata-rata pada tiap
Pertumbuhan akar pada keempat taraf
kolom yang ditandai dengan
tersebut dapat dipengaruhi nilai pH. Nilai
huruf yang sama menunjukkan
pH yang tinggi dapat mempengaruhi
beda tidak nyata berdasarkan
ketersediaan unsur hara yang akan diserap
Uji lanjut Duncan pada taraf
oleh akar ke bagian atas tanaman (pupus).
5%
Akar tidak dapat menyebarkan unsur hara
. Jika dilihat berdasarkan (Tabel
ke bagian pupus secara maksimal jika
8), pada taraf e4, dan e6 menunjukkan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman
hasil terendah. Hal tersebut dapat
seperti unsur hara N tidak tersedia dalam
dipengaruhi oleh banyaknya unsur hara
jumlah dibutuhkan tanaman. Pada pH
yang terdapat dalam perlakuan tersebut
tinggi ketersediaan unsur hara N menurun,
tidak dapat diserap tanaman dengan baik.
sedangkan unsur hara P meningkat. Unsur
Hal ini diperkuat oleh Lakitan (2004),
hara P (fosfor) dapat memacu
bahwa jika jaringan tumbuhan
pertumbuhan akar. Namun pemberian
mengandung unsur hara tertentu dengan
unsur hara P yang berlebih dapat
konsentrasi yang lebih tinggi dari
menyebabkan akar tumbuh lebih subur
konsentrasi yang dibutuhkan untuk
sehingga kesuburannya tidak sepadan

148
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

dengan kesuburan di bagian atas tanaman nisbah pupus akar tidak menunjukkan

(pupus) (Lingga, 2012). hasil yang berbeda.

IV SIMPULAN DAN SARAN Saran

Simpulan 1. Hidroponik sistem rakit apung

perlu dilakukan modifikasi

1. Pemberian larutan nutrisi berdasarkan terhadap bak floating untuk

nilai EC (Electrical Conductivity) meningkatkan masuknya oksigen

dapat mempengaruhi pertumbuhan terlarut dalam larutan nutrisi, salah

dan hasil tanaman bayam satunya dengan penggunaan

(Amaranthus sp.) pada hidroponik aerator.

sistem rakit apung (Floating 2. Perlu dilakukan penelitian

Hydroponics System), karena terdapat terhadap tanaman bayam

nilai EC yang menunjukkan hasil (Amaranthus sp.) engan perlakuan

tertinggi. yang sama pada sistem hidroponik

2. Taraf dengan nilai EC yang Wick, NFT, dan aeroponik.

menunjukkan hasil tertinggi untuk

tanaman bayam adalah e6 (EC 3,0 mS DAFTAR PUSTAKA

cm-1), karena taraf e6 mampu [1]. Ade Wachar dan Rizkiana


Anggayuhlin. 2011. Peningkatan
menunjukkan hasil berbeda nyata
Produktivitas DAN Efisiensi
terhadap parameter tinggi tanaman
Konsumsi Air Tanaman Bayam
pada minggu ke-2 dan ke-3, luas (Amaranthus tricolor L.) pada
Teknik Hidroponik melalui
daun, berat segar tajuk, dan berat
Pengaturan Populasi Tanaman.
kering tajuk. Sedangkan parameter
Departemen Agronomi dan
panjang akar, indeks panen, dan

149
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

Hortikultura, Fakultas Pertanian. Indonesia. Balai Penelitian Tanaman


IPB. Bogor. Sayuran. Bandung.

[2]. Ayu, D., F. 2003. Pengaruh Dosis [8]. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah.
Pupuk Nitrogen dan Waktu Panen Akademika Persindo. Jakarta.
terhadap Produksi dan Kualitas
Jagung Semi di Dataran Tinggi. [9]. Izzati, I.R. 2006. Penggunaan Pupuk
Fakultas Pertaniain. Institut Majemuk sebagai Sumber Hara
Pertanian Bogor. pada Budidaya Selada (Lactuca
sativa L.) secara Hidroponik dengan
[3]. Azis, A.H., M.Y. Surung., dan Tiga Cara Fertigasi. Program Studi
Buraerah., 2006. Produktivitas Hortikultura. Fakultas Pertanian.
Tanaman Selada pada Berbagai IPB. Bogor.
Dosis Posidan-HT. Jurnal
Agrisistem. 2, 36-42. [10]. Lakitan, B., 2004. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo
[4]. BPS. 2010. Survei Pertanian Persada, Jakarta.
Produksi Tanaman Sayuran PT.
Rasokitama Lestari. Jakarta. [11]. Lingga Pinus. 2002. Hidroponik
[5]. Dorais, M., A.P. Papadopoulos, dan Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
A. Gosselin. 2001. Influence of Penebar Swadaya. Depok.
Electric Conductivity Management
on Green House Tomato Yield and [12]. . 2012. Hidroponik
Fruit Quality. Journal Agronomi. Bercocok Tanam Tanpa Tanah
Australia. (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.
Depok.
[6]. Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R.
L. Mitchell. 1991. Fisologi Tanaman [13]. Lonardy, M.V., 2006. Respons
Budidaya. Terjemahan H. Susilo. Tanaman Tomat (Lycopersicon
Jakarta: Universitas Indonesia. esculentum Mill.) Terhadap Suplai
Senyawa Nitrogen dari Sumber
[7]. Hadisoeganda, W. W. 1996. Bayam Berbeda pada Sistem Hidroponik.
Sayuran Penyangga Petani di Universitas Tadulako, Palu.

150
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

[19]. Salisbury, F. dan Ross, C. W. 1995.


[14]. Mairusmianti. 2011. Pengaruh Fisiologi Tumbuhan (jilid 2).
Konsentrasi Pupuk Akar dan Pupuk Bandung: ITB.
Daun terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bayam (Amaranthus [20]. Sastrahidayat, K., Wakidah, dan
hybridus) dengan Metode Nutrient Syekfani. 1999. Pengaruh Mikoriza
Film Technique (NFT). Universitas Vesikula Arbuskula terhadap
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Peningkatan Enzim Fosfatase,
Jakarta. Beberapa Asam Organik dan
Pertumbuhan Kapas (Gossypium
[15]. Nelson, P. V. 2003. Greenhouse hirsutum L.) pada Vertisol dan
Operation & management. Alfizol. Agrivita 21 (1) : 10 – 19.
Departement of Horticultural
Science North Carolina State [21]. Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan
University. Pearson Education, Inc., Pemupukan . CV. Simplex. Jakarta.
Upper Saddle River, New Jersey
[22]. Sitompul, S.M., dan Guritno, B.,
[16]. Novizan.2002. Petunjuk Pemupukan
1995. Analisis Pertumbuhan
yang Efektif. Agromedia Pustaka.
Tanaman. Gadjah Mada University
Jakarta.
Press, Yogyakarta.
[17]. Nyoman. 2002. Diagnosis Defisiensi
dan Toksisitas Hara Mineral pada
[23]. Sonneveld, C. dan C. de Kreij. 1999.
Tanaman. Makalah Falsafah Sain.
Response Cucumber (Cucumis
Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
sativus L.) to an Unequal
Distributions of Salts in the Root
[18]. Resh, H.M. 2013. Hydroponic Food
Environment. Plant and Soil.
Production: A Definitive Guidebook
for the Advanced Home Gardener
[24]. Suhardiyanto Herry. 2009.
and the Commercial Hydroponic
Teknologi Hidroponik untuk
Grower. Newconcept Press, Inc.
Budidaya Tanaman. Pertanian
New Jersey.
Fakultas Teknologi Pertanian-IPB.
Bogor

151
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911

[25]. Sunaryono, H. 1984. Kunci


Bercocok Tanam Sayur-sayuran
Penting di Indonesia. Penerbit Sinar
Baru. Bandung. Hal 154.

[26]. Supari, Dh. 1999. Seri Praktik


Ciputri Hijau Tuntunan Membangun
Agribisnis I. PT. Elek Media
Komputindo Gramedia. Jakarta.

[27]. Yusrianti.2012. Pengaruh Pupuk


Kandang dan Kadar Air Tanah
terhadap Produksi Selada (Lactuca
sativa L.).[Jurnal]. Universitas Riau.

152

You might also like